Kurangnya sarana dan prasarana

commit to user Dari wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa walaupun ada keterbatasan dana tetapi semangat dari aparat Dinas Tata Ruang Kota Surakarta untuk pelestarian Kawasan Cagar Budaya KCB masih besar.

b. Belum adanya Peraturan Daerah Perda

Pemerintah telah melindungi Benda Cagar Budaya BCB melalui UU No. 25 tahun 1992, namun Undang-undang tersebut dinilai kurang efektif mengingat masih banyaknya Benda cagar budaya yang rusak ataupun hilang. Untuk itu, dalam pelaksanaannya sebuah undang-undang memerlukan perundang-undangan yang lain untuk menjabarkan dan sebagai petunjuk pelaksanaan serta teknis undang-undang tersebut. Di samping itu dikarenakan jumlah, bentuk,dan macam cagar budaya banyak serta latar belakang masyarakat yang berbeda, maka di masing-masing daerah diperlukan perundang-undangan lain sebagai pendukung yaitu peraturan daerah perda. Hal ini sesuai dengan penjelasan yang diberikan oleh bapak Ir. Arif Nurhadi, MM selaku Kabid Konservasi Bangunan Cagar Budaya “belum adanya perda sedikit banyak juga akan mempengaruhi kegiatan pelestarian. Perda tentang cagar budaya akan disahkan. Sekarang masih dalam proses. Pengesahannya juga menunggu revisi UU No. 25 Tahun 1992 tersebut jadi” wawancara 28 Juni 2010

c. Kurangnya sarana dan prasarana

Sarana dan prasarana penunjang dalam kegiatan pelestarian Kawasan Cagar Budaya BCB memang deperlukan. Di masa sekarang, era e-gov bidang teknologi informasi sangatlah diperlukan untuk mencapai usaha yang commit to user maksimal. Dalam pelestarian Kawasan Cagar Budaya KCB kebutuhan teknologi inforomasi merupakan faktor pendukung yang sangat penting. Hal tersebut meliputi fasilitas komputer dan internet. Fasilitas tersebut belum memadai untuk kegiatan pelestarian ini. Hal ini sesuai dengan penjelasan yang diberikan oleh dari bapak Ir. Arif Nurhadi, MM selaku Kabid Konservasi Bangunan Cagar Budaya “ menurut saya selain dana, IT juga menjadi penghambat dalam kegiatana pelestarian ini. Terbatasnya fasilitas ini akan menyulitkan aparat untuk memperoleh informasi yang banyak mengenai Kawasan Cagar Budaya KCB” wawancara 28 Juni 2010 Dengan adanya fasilitas teknologi yang memadai akan memungkinkan terjadinya percepatan dalam penyampaian informasi. Apabila hal ini tidak diperhatikan,dikhawatirkan Dinas Tata Ruang Kota Surakarta akan semakin kesulitan untuk bersaing di era e-gov ini. Selain itu, IT akan membantu Dinas Tata Ruang Kota Surakarta untuk lenig mudah memperlajari cagar budaya agar memudahkan dalam penanganannya. Sedangkat faktor penghambat ekstern yang mempengaruhi dalam kegiatan pelestarian Kawasan Cagar Budaya KCB adalah kurangnya kepedulian masyarakat selama ini. Banyak benda cagar budaya yang rusak atau bahkan hilang tanpa diketahui oleh masyarakat. Era globalisasi yang semakin pesat tidak diimbangi dengan kesadaran masyarakat untuk melestarikan budaya, justru terkadang masyakarat terlenakan. Banyak hal yang mempengaruhi hal tersebut, antara lain factor keadaan dan banyaknya budaya asing yanh berkembang di Negara kita yang kurang sesuai dengan identitas bangsa ini. Hal ini sesuai commit to user penjelasan dari bapak Dandy, ST seelaku Staff Bidang Konservasi bangunan Cagar Budaya “Saya merasa sangat prihatin dengan kondisi cagar budaya di Surakarta, cagar budaya masih belum terawatt dan kurang diperhatikan mengingat sekarang masyarakat lebih menaruh perhatiaanya pada hal-hal yang bersifat modern dan cenderung mengikuti budaya asing. Oleh sebab itu, hal ini perlu segera ditindaklanjuti megingat pentingnya cagar budaya tersebut sebagai saksi sejarah” wawancara 14 Juli 2010 Penindaklanjutan dari kurangnya perhatian masyarakat tersebut harus segera diselesaikan. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan mensosialisasikan peraturan yang ada kepada masyarakat agar tumbuh rasa cinta terhadap budayanya sendiri.

3. Faktor pendukung dalam pelestarian Kawasan Cagar Budaya