7
belajar, kondisi psikologis yang baik, dan lain sebagainya. Tidak jauh berbeda dengan faktor sebelumnya, Syah 2012:184-185
menyebutkan bahwa ada dua faktor yang menjadikan siswa atau anak sulit dalam memahami pembelajaran, yaitu: faktor intern siswa dan faktor ekstern siswa.
a Faktor intern siswa, meliputi yang bersifat kognitif kapasitas intelegensi,
yang bersifat afektif emosi dan yang bersifat psikomotor alat indera. b
Faktor ekstern siswa, antara lain meliputi: lingkungan keluarga perhatian, lingkungan masyarakat teman,
slum area
dan lingkungan sekolah guru dan fasilitas.
2.3 Pengaruh Keharmonisan Keluarga terhadap Prestasi Belajar
Keharmonisan dalam keluarga harus selalu dijaga. Terlebih untuk keluarga yang sudah memiliki anak. Karena keharmonisan dalam berkeluarga memiliki
korelasi yang positif dengan prestasi belajar anak. Korelasi positif dimaksudkan yaitu apabila keharmonisan dalam keluarga baik maka prestasi belajar yang diraih
anak juga baik. Begitu juga sebaliknya, apabila keharmonisan keluarga kurang baik maka prestasi belajar anak juga akan menurun.
Hal yang demikian itu dapat terlihat dari beberapa teori belajar, sebagai mana penjelasan berikut.
a Teori Konruktivstik sosial
Yaitu teori kognitif-sosiobudaya yang dicetuskan oleh Vygotsky yang mengatakan bahwa belajar itu dipengaruhi oleh interaksi dan budaya yang ada
Santrock, 2012:29. Dengan bertolak pada teori ini, anak akan belajar dari interaksi dan budaya yang ada. Sedangkan budaya yang pertama anak rasakan
adalah budaya keluarga. Dengan demikian, keluarga berpengaruh terhadap belajar anak. Contoh mudahnya ketika dalam suatu keluarga terdapat budaya rajin
membaca, maka anak dalam keluarga tersebut kemungkinan besar akan rajin membaca juga. Begitu pula sebaliknya.
Maka apabila dalam keluarga terlihat harmonis maka anak akan belajar dari budaya yang ada dalam keluarga yang harmonis itu. Hasilnya, anak akan nyaman
dalam proses belajar itu karena lingkungan dan budaya dalam keluarga terlihat
8
harmonis. Sehingga dalam pembelajaran di sekolah anak akan mudah menangkap apa yang telah diajarkan gurunya.
Dalam teori ini, Vygotsky menekankan bahwa anak akan lebih berkembang melalui interaksi dengan orang-orang yang sudah terampil dalam suatu bidang
tertentu. Ia juga menambahkan akan pentingnya peranan orang dewasa dan anak-anak sebayanya dalam memengaruhi proses perkembangan anak. Dalam hal
ini, keluarga adalah orang dewasa yang pertama kali berinteraksi dengan anak. Sehingga peranan keluarga dalam proses perkembangan anak, utamanya belajar
sangat penting. Begitu pula dengan perhatian keluarga orang tua. Dengan interaksi yang
baik dan perhatian yang intensif anak akan lebih tenang emosionalnya, tidak tertekan sehingga proses belajar yang anak alami akan berlangsung dengan baik.
b Teori
Observational Learning
Yakni teori yang dikemukakan oleh Albert Bandura yang mengatakan bahwa seseorang dapat belajar dari apa yang mereka lihat Alwisol, 2012. Berukur dari
teori ini, anak akan belajar dari apa mereka lihat di lingkungannya. Sedangkan lingkungan pertama anak adalah lingkungan keluarga. Dengan begitu, lingkungan
keluarga berpengaruh kepada prestasi belajar anak. Contohnya, ketika ayah sedang bertengkar dengan ibu dan anak melihat hal itu, maka bukan tidak
mungkin anak akan meniru karakter ayah atau ibu saat bertengkar, ketika sedang bergaul dengan teman sebayanya.
Jelasnya, anak akan melihat apa yang terjadi dalam lingkungan keluarga, setelah ia mengamati kemudian ia akan menirunya, inilah yang dimaksudkan
Bandura dalam teorinya. Sehingga ketika anak melihat suatu hal yang harmonis, tidak ada pertengkaran, tidak ada permusuhan, dan hal-hal baik lainnya maka anak
akan meniru hal-hal baik tersebut. Begitu pula sebaliknya, ketika hal-hal buruk yang anak lihat dalam lingkungan keluarga, maka itulah yang akan anak tiru di
masa selanjutnya. Dengan demikian, ketika orang tua menumbuhkan lingkungan yang berprestasi perhatian, harmonis maka anakpun akan mudah untuk dapat
berprestasi. Walau dalam teori Bandura ini menyebutkan akan adanya peran kognisi
dalam meniru apa yang dilihat, pada masa itu anak masih sulit mengatur
9
kognisinya. Anak belum mengerti mana yang baik dan mana yang buruk, sehingga anak belum dapat memilah apa yang akan ia tiru.
Selain itu, dari faktor-faktor yang telah dikemukakan oleh Suryabrata 1984:284 juga menyebutkan bahwa belajar dipengaruhi oleh faktor dari dalam
dan faktor dari luar. Dimana faktor dari luar, salah satunya adalah lingkungan keluarga. Hal ini menunjukkan bahwa lingkungan keluarga berpengaruh terhadap
prestasi belajar anak. Begitu juga dengan faktor-faktor kesulitan belajar yang diungkapkan oleh
Syah 2012:185 yang menjadikan keluarga sebagai salah satu penyebab sulitnya belajar. Tidak hanya itu, Syah juga mengungkapkan bahwa emosional juga
berpengaruh terhadap kesulitan belajar. Dan yang tidak jarang sifat emosional yang labil disebabkan karena lingkungan keluarga. Dengan demikian semakin
kuatlah bahwa keluarga berpengaruh terhadap prestasi belajar anak.
2.4 Cara-cara Menjaga Keharmonisan Dalam Berkeluarga