Pengaruh Komunikasi Keluarga terhadap Prestasi Belajar Anak
Pengaruh Komunikasi Keluarga terhadap Prestasi Belajar Anak
Oji Kurniadi
ABSTRAK Komunikasi keluarga merupakan faktor penting dalam kehidupan anak (remaja). Komunikasi
keluarga diduga dapat mempengaruhi, antara lain, prestasi belajar anak. Penelitian, yang menggunakan metode survei dengan sampel siswa SMUN di Kota Madya Bandung ini menunjukkan hasil temuan sebagai berikut: (1) kredibilitas ayah dalam mengawasi belajar anak tidak mempengaruhi prestasi belajar anaknya. Terbatasnya waktu yang dipunyai ayah karena kesibukannya mencari nafkah untuk keluarga, si ayah tidak sempat mengawasi atau
mengontrol aktivitas anak yang berkaitan dengan pelajarannya di sekolah; (2) kredibilitas ibu dalam mengawasi belajar anak dapat mendukung prestasi belajar anak dalam pelajarannya di
sekolah; (3) frekuensi komunikasi yang dilakukan ayah terhadap anak secara langsung menentukan prestasi belajar yang diraih anak; (4) frekuensi komunikasi ibu dengan anak yang tinggi tidak menentukan prestasi belajar anak menjadi tinggi.
1. Pendahuluan
pernah merokok dan 12,3% merokok setiap hari. Hasil lainnya menunjukkan 13,4% siswa pernah
1.1 Latar Belakang Masalah
mengonsumsi alkohol. Hal ini menunjukkan bahwa betapa mengkhawatirkannya masalah yang
Dalam dasawarsa terakhir, kenakalan remaja menyangkut remaja. semakin marak. Berbagai macam kejadian negatif
“Kenakalan remaja ini disebabkan kegagalan yang melibatkan kaum remaja kian meningkat. mereka dalam memperoleh penghargaan dari Perkelahian antarpelajar, kebiasaan merokok di masyarakat di mana anak dan remaja itu tinggal” kalangan pelajar, dan penggunaan narkoba (Willis, 1981:58). Penghargaan yang diharapkan (narkotika dan obat-obatan berbahaya, seperti, adalah dalam bentuk tugas dan tanggung jawab ekstasi, putauw, ganja, heroin) merupakan sederet seperti orang dewasa dan tidak lagi diperlakukan contoh bentuk kenakalan remaja di mana seperti anak-anak. frekuensinya semakin meningkat. Menurut Kepala
Lingkungan yang pertama kali dikenal oleh Dinas Sosial Jawa Barat, penggunaan narkoba remaja adalah keluarga. Keluarga merupakan yang melibatkan remaja di wilayah Jawa Barat bagian dari masyarakat tempat remaja itu mulai untuk tahun 1998 meningkat 73,17% (dari 9.974 berinteraksi dengan sesamanya. Keluarga juga kasus pada tahun 1997 menjadi 13.631 pada tahun merupakan kelompok sosial pertama dalam 1998). Berdasarkan survai terhadap 1219 siswa kehidupan remaja tempat ia belajar dan SMP dan SMU di Bandung pada tahun 1998, menyatakan diri sebagai makhluk sosial. diperoleh data bahwa sebanyak 32,2% siswa
Kehidupan yang terus berkembang dan
Oji Kurniadi. Pengaruh Komunikasi Keluarga terhadap Prestasi Belajar Anak
267
M EDIA T OR, Vol. 2 No.2 2001 268 Vol. 2 No.2 2001
semakin modern, membuat anggota keluarga sibuk dengan kegiatan masing-masing. Ayah sebagai kepala keluarga sibuk dengan pekerjaannya, ibu juga bekerja sehingga sibuk dengan berbagai kegiatannya sendiri. Kondisi ini mengakibatkan anak yang masih memerlukan perhatian dan kasih sayang orang tua, terabaikan. Masalah pendidikan anak yang merupakan tanggung jawab bersama antara keluarga, sekolah, dan lingkungan masyarakat sekitarnya menjadi pincang, karena peranan keluarga menjadi berkurang. Orang tua terlalu mempercayakan pendidikan anak ini kepada sekolah. Sedangkan waktu anak di sekolah sangat terbatas. Orang tua beranggapan bahwa mereka cukup memberikan fasilitas dan kebutuhan materi saja. Urusan di luar hal-hal tersebut dapat diselesaikan anak bersama gurunya di sekolah.
Kebutuhan anak tidak hanya berupa fasilitas dan materi, tetapi juga perhatian, kasih sayang, pengarahan, perlindungan, dan pengertian dari keluarga. Pengertian pada anak, dibutuhkan dalam rangka pemahaman tentang diri anak itu sendiri. Anak dalam mengembangkan dirinya sebagian besar belajar dari lingkungan masyarakatnya. Sebagai hasil belajar dan pengalaman mereka, pada diri remaja terdapat adanya perilaku yang baru. Masyarakat dan lingkungan sekitarnya mempunyai harapan-harapan tertentu pada diri remaja. Melalui proses belajar sosial yang berkesinambungan ini, anak belajar memenuhi harapan dan tuntutan yang dikenakan pada diri mereka.
Merupakan hal yang tidak aneh jika pada diri anak terdapat berbagai pertentangan yang dialamatkan kepada keluarga. Kredibilitas orang tua di mata anaknya terus merosot, mereka menganggap orang tua berpandangan kuno, tidak mau mengerti akan anaknya dan berpendapat bahwa norma-norma yang ada dan berlaku dalam keluarga sudah tidak cocok bagi mereka. Tidak sedikit dari mereka yang mencari keserasian di luar rumah dan menemukannya pada kelompok- kelompok sebaya (peer group), yaitu kelompok- kelompok yang terdiri atas anak-anak sebaya yang memiliki permasalahan yang sama. Akhirnya mereka membentuk norma-norma kelompok, dan ini menjadi panutan mereka yang baru.
Norma kelompok kemudian menjadi dominan pada diri anak. Mereka menjadi anggota kelompok secara sukarela, sehingga norma-norma kelompok tersebut berlaku dan ditaati mereka. Bahkan kadang-kadang norma-norma keluarga menjadi diabaikan. Hal ini menguatkan dugaan-dugaan sementara orang bahwa anak (remaja) kurang mengindahkan kaidah-kaidah akhlak dan sopan santun terhadap orang tua. Padahal, dalam diri anak yang terjadi sebaliknya, yaitu sangat mengharapkan perhatian dari keluarga atas tindakan-tindakan serta sikap mereka setiap hari. Perbedaan pendapat itu pada gilirannya mengakibatkan terjadinya kerenggangan hubungan antara anak dengan keluarga. Di satu pihak, orang tua beranggapan bahwa dirinya paling benar. Hal ini didasarkan pada pengalaman-pengalaman mereka pada masa yang lalu. Di lain pihak, anak hidup dan bertingkah laku sesuai dengan zamannya. Akibatnya, keduanya sukar dipertemukan dalam satu pengertian, padahal mereka harus hidup berdampingan.
Kerenggangan ini pada akhirnya dapat berakibat fatal pada diri anak, terutama pada kegiatan belajarnya. Anak merasa tidak mendapatkan dorongan yang diinginkan dari or- ang tuanya, karena orang tua tidak memberikan perhatian pada pendidikan yang sedang dilakukan anak. Dorongan ini dibutuhkan untuk memacu semangat belajar, sehingga memperoleh hasil yang memuaskan.
Kurangnya perhatian keluarga terhadap pendidikan anak ini dapat dilihat dari beberapa kejadian sederhana, seperti orang tua tidak bisa meluangkan waktunya untuk hadir memenuhi undangan pihak sekolah. Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara penulis dengan guru beberapa sekolah, hanya 45% saja orang tua yang dapat memenuhi undangan sekolah setiap kali pertemuan diadakan. Penelitian di Amerika, yang dilakukan Norton tahun 1980, menunjukkan bahwa dari 75 undangan yang dilayangkan pada orang tua siswa, hanya 3 yang memberi tanggapan. Melalui pertemuan ini, pihak sekolah berkeinginan untuk mengadakan komunikasi langsung dengan orang tua siswa untuk membicarakan hal yang bersangkutan dengan anaknya. Sekolah Kurangnya perhatian keluarga terhadap pendidikan anak ini dapat dilihat dari beberapa kejadian sederhana, seperti orang tua tidak bisa meluangkan waktunya untuk hadir memenuhi undangan pihak sekolah. Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara penulis dengan guru beberapa sekolah, hanya 45% saja orang tua yang dapat memenuhi undangan sekolah setiap kali pertemuan diadakan. Penelitian di Amerika, yang dilakukan Norton tahun 1980, menunjukkan bahwa dari 75 undangan yang dilayangkan pada orang tua siswa, hanya 3 yang memberi tanggapan. Melalui pertemuan ini, pihak sekolah berkeinginan untuk mengadakan komunikasi langsung dengan orang tua siswa untuk membicarakan hal yang bersangkutan dengan anaknya. Sekolah
Pentingnya perhatian dan pengertian dari sebagai hubungan antarteman yang baik (friend- keluarga dalam meningkatkan prestasi belajar anak ship), sekaligus sebagai orang tua yang penuh ini dapat dilihat dari beberapa kasus, yaitu tidak toleransi, memperlihatkan hubungan yang selaras, sedikit anak yang memperlihatkan bahwa dirinya serasi dan seimbang, serta hubungan kedua pihak pandai dan mempunyai intelegensia yang tinggi, yang terjalin dengan baik. Kondisi komunikasi tetapi prestasi belajarnya buruk. Sebaliknya, anak yang demikian, diharapkan dapat menghasilkan yang kemampuan belajarnya pas-pasan, tetapi prestasi belajar anak yang tumbuh dan berkembang mampu menunjukkan prestasi belajar yang baik. dengan baik. Ketika ditelusuri, ternyata bahwa anak yang pandai dan mempunyai intelegensia yang tinggi itu kurang mendapatkan kasih sayang, perhatian, dan
1.2 Identifikasi Masalah
pengertian dari keluarga. Sedangkan anak yang Memperhatikan fenomena permasalahan pada mempunyai kemampuan pas-pasan cukup latar belakang masalah, maka dapat dirumuskan mendapatkan dorongan dari keluarganya.
suatu masalah, yakni sebagai berikut: “Seberapa Penelitian yang dilakukan oleh Wahyu besar pengaruh komunikasi keluarga terhadap Eridiana (1992) menyimpulkan bahwa siswa prestasi belajar anak SMU Negeri di Kotamadya mempunyai indeks prestasi baik karena sangat Bandung?” terpenuhinya tuntutan yang dibutuhkan/
tersebut selanjutnya diharapkan. Sebaliknya, siswa yang mempunyai diidentifikasikan sebagai berikut: indeks prestasi kurang atau sangat kurang (1) Seberapa besar kredibilitas ayah dalam mendapatkan apa yang diharapkan/dibutuhkan.
Formulasi
membimbing belajar anak berpengaruh Penelitian itu menunjukkan bahwa lingkungan
terhadap prestasi belajar anak? keluarga dapat membangun suasana yang bisa (2) Seberapa besar kredibilitas ibu dalam menghilangkan beban-beban perasaan dan pikiran
membimbing belajar anak berpengaruh anak. Dengan menghilangkan hambatan-hambatan
terhadap prestasi belajar anak? belajar, anak diharapkan dapat mengembangkan (3) Seberapa besar frekuensi komunikasi antara dirinya sehingga memperoleh prestasi yang baik.
ayah dan anak dalam membimbing belajar anak Peranan keluarga dalam memacu prestasi
berpengaruh terhadap prestasi belajar anak? belajar anak tidaklah kecil, terutama terlihat dari (4) Seberapa besar frekuensi komunikasi antara kasih sayang, perhatian, dan pengertian dalam
ibu dan anak dalam membimbing belajar anak memahami anaknya yang diberikan oleh kedua or-
berpengaruh terhadap prestasi belajar anak? ang tua. Orang tua meluangkan waktunya untuk mendampingi anaknya, memberikan bimbingan, pengarahan, dan nasihat. Meluangkan waktu
1.3 Tujuan Penelitian
bersama merupakan syarat mutlak untuk Berdasarkan identifikasi masalah yang telah terciptanya komunikasi yang baik antara orang tua dikemukakan, penelitian ini bertujuan untuk dan anak. Karena adanya waktu bersama ini, dapat mengetahui seberapa besar pengaruh: tercipta keintiman dan keakraban di antara anggota (1) Kredibilitas ayah dalam membimbing belajar
Oji Kurniadi. Pengaruh Komunikasi Keluarga terhadap Prestasi Belajar Anak
Effendy (1993:361), yaitu: (3) Frekuensi komunikasi antara ayah dan anak (1) Behaviorisme melihat bahwa perilaku manusia dalam membimbing belajar anak terhadap
dipelajari dengan membentuk asosiasi; artinya prestasi belajar anak;
perilaku manusia terjadi melalui kebiasaan, (4) Frekuensi komunikasi antara ibu dan anak
refleksi, atau hubungan antara respon dengan dalam membimbing belajar anak terhadap
peneguhan yang memungkinkan dalam prestasi belajar anak.
lingkungan. (2) Behaviorisme menyatakan bahwa manusia pada dasarnya bersifat hedonistic; oleh karena
itu, manusia akan selalu berupaya untuk (1) Semakin tinggi kredibilitas ayah dalam
1.4 Hipotesis
mencari kesenangan dan menghindari membimbing belajar anak, maka prestasi belajar
kesulitan/kesengsaraan. anak akan tinggi.
(3) Behaviorisme menyatakan bahwa perilaku (2) Semakin tinggi kredibilitas ibu dalam
pada dasarnya ditentukan oleh lingkungan. membimbing belajar anak, maka prestasi belajar
Oleh karena perilaku merupakan fungsi asosiasi anak akan tinggi.
antara tindakan dengan peneguhan, dan (3) Semakin tinggi frekuensi komunikasi antara
semua peneguhan tersebut berasal dari ayah dan anak dalam membimbing belajar anak,
lingkungan, maka dengan menggunakan maka prestasi belajar anak akan tinggi.
lingkungan orang pada akhirnya dapat (4) Semakin tinggi frekuensi komunikasi antara ibu
menghasilkan perilaku yang diinginkan. dan anak dalam membimbing belajar anak,
Dengan demikian, berdasarkan asumsi ini, maka prestasi belajar anak akan tinggi.
perkembangan seseorang dipengaruhi oleh lingkungan. Watson, salah seorang tokoh aliran behaviorisme, menjelaskan bahwa manusia akan
2. Tinjauan Pustaka belajar melalui interaksi yang dilakukan dengan
lingkungannya. Behaviorisme memandang bahwa
2.1 Behaviorisme dan Teori Belajar manusia merupakan organisme yang pasif, yang
perilakunya dibentuk oleh lingkungan. Oleh karena
2.1.1 Behaviorisme
itu, model dasar dari aliran behaviorisme ini adalah model belajar.
Manusia, menurut behaviorisme, dilahirkan Salah satu Teori Belajar (Learning Theory) tanpa sifat-sifat sosial atau psikologis. Oleh karena yang dapat menjelaskan proses belajar seorang
itu, behaviorisme memandang bahwa perilaku individu melalui lingkungannya adalah Teori manusia merupakan hasil pengalaman; dan perilaku Belajar Sosial (Social Learning Theory) yang digerakkan atau dimotivasi oleh kebutuhan untuk dikemukakan oleh Albert Bandura (1977). memperbanyak kesenangan dan mengurangi
Menurut Bandura salah satu lingkungan yang penderitaan.
dapat berpengaruh terhadap proses belajar sosial Behaviorisme melihat bahwa pada saat lahir seseorang adalah keluarga melalui komunikasi
jiwa manusia tidak memiliki apa-apa bagai sebuah antarpersona di samping melalui media massa. meja lilin (tabularasa) yang siap untuk dilukis oleh pengalaman. Oleh karena itu, perilaku manusia, kepribadian ditentukan oleh pengalaman indrawi
2.1.2 Teori Belajar Sosial
atau dikenal dengan proses belajar Teori Belajar Sosial merupakan teori belajar (Rakhmat,1985:22).
yang berlandaskan aliran atau pandangan 270
M EDIA T OR, Vol. 2 No.2 2001 M EDIA T OR, Vol. 2 No.2 2001
Karakteristik pengamat yang akan lingkungan. Teori belajar sosial mempermasalahkan menentukan intensitas perhatian adalah: (1) peranan ganjaran dan hukuman dalam proses kemampuan seseorang dalam proses (mengolah) belajar. Menurut Bandura, belajar terjadi karena informasi; hal ini berkaitan erat dengan umur dan peniruan (imitation). Selanjutnya, Bandura juga intelegensia, daya persepsi; (2) kerangka menyatakan bahwa di samping ganjaran dan perseptual, di mana dipengaruhi oleh kebutuhan, hukuman itu, terdapat faktor penting lainnya dalam suasana hati, nilai, dan pengalaman terdahulu; (3) belajar, yaitu satu tindakan (performance). pengalaman lain; (4) tingkat emosional atau Menurut Bandura (dalam Rakhmat, 1996 :25), bila “ketergetaran” (arousal level). seorang anak selalu diganjar (dihargai) karena
Langkah kedua, yaitu proses retensi (reten- mengungkapkan perasaannya, ia akan sering tion processes). Dalam proses ini, peristiwa atau melakukannya. Tetapi, jika ia dicela (dihukum) ia sesuatu yang menarik perhatian pada langkah akan menahan diri untuk bicara walaupun ia memiliki pertama selanjutnya dimasukkan ke dalam benak kemampuan untuk melakukannya.
dalam bentuk lambang-lambang, baik lambang ver- Berdasarkan penjelasan Bandura (1977:17), bal maupun lambang imoginal yang pada akhirnya seseorang (anak) yang mempelajari perilaku dapat akan menjadi ingatan (memory). dibedakan melalui dua cara, yaitu: pertama, belajar
Langkah ketiga, yaitu proses reproduksi melalui konsekuensi respon (learning by response perilaku (motor reproduction process), di mana consequences); kedua, belajar melalui peniruan hasil ingatan akan meningkat menjadi bentuk (learning through modeling). Proses belajar yang perilaku, yang mana kemampuan kognitif dan dilakukan seseorang (anak), baik melalui kemampuan motorik akan berperan sangat penting. konsekuensi respon maupun melalui peniruan, Di dalam langkah ini, reproduksi yang seksama biasanya dilakukan melalui orang-orang terdekat biasanya merupakan produk trial and error. dengannya (significant others), seperti ayah, ibu, kakak, adik, saudara, dan sebagainya. Oleh karena
2.2 Peranan Keluarga dalam Proses
itu, keluarga, sebagai lingkungan awal bagi
Belajar Anak
seseorang (anak), akan memegang peranan penting dalam proses belajar sosial, serta membentuk perilaku dan kepribadiannya.
2.2.1 Hakikat Keluarga
Langkah pertama dalam proses belajar sosial Menurut Undang-Undang Perkawinan No.1 adalah perhatian (attention) kepada suatu tahun 1974, perkawinan adalah ikatan lahir batin kejadian/peristiwa. Dalam proses ini, terdapat antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai beberapa faktor yang dapat mempengaruhinya, suami isteri dengan tujuan membentuk keluarga yaitu karakteristik peristiwa dan karakteristik si (rumah tangga) yang bahagia dan kekal pengamat (Bandura, 1977:24). Empat karakteristik berdasarkan Ketuhanan yang Mahaesa. peristiwa yang turut menentukan intensitas
Keluarga merupakan kelompok sosial pertama perhatian adalah: (1) daya pembeda (distinctive) dalam kehidupan manusia di mana ia belajar dan dan kesederhanaan; (2) kelaziman (prevalence); menyatakan diri sebagai manusia sosial dalam (3) kesempatan untuk mempelajari sebuah interaksi dengan kelompoknya. Dalam keluarga, peristiwa yang diperkuat oleh pengamatan yang manusia pertama-tama belajar memperhatikan
Oji Kurniadi. Pengaruh Komunikasi Keluarga terhadap Prestasi Belajar Anak
komunikasi (Tubbs dan Moss,1996:217). Kohesi Proses belajar dalam keluarga merupakan merujuk kepada derajat keterikatan anggota salah satu fungsi dari sistem sosial terkecil, karena keluarga. Pada satu titik ekstrem, ada keluarga- keluarga merupakan sumber pendidikan utama bagi keluarga yang sedemikian terikat dan terlibat secara anak-anaknya; sebab, segala pengetahuan dan berlebihan, sehingga anggota-anggota keluarga kecerdasan intelektual manusia diperoleh pertama- memiliki sedikit otonomi atau sedikit kesempatan tama dari orang tua dan anggota keluarga sendiri untuk mencapai kebutuhan dan tujuan pribadi. (Gunarsa, 1976:11). Keluarga memiliki peranan yang Keluarga-keluarga demikian memiliki sedikit sangat penting dalam keseluruhan perkembangan pembatas. Anggota-anggota keluarga berbagi kepribadian anak.
segala sesuatu. Tingkat emosional dan fisik mereka Keluarga merupakan lingkungan pertama dan cenderung tinggi. Mereka punya sedikit saja pri- utama dalam pendidikan anak sebelum ia mengenal vacy, karena setiap anggota keluarga mengetahui lingkungan sekolah dan masyarakat. Dalam urusan anggota lainnya. keluarga itulah anak mengenal kasih sayang,
Keluarga-keluarga yang tingkat kepaduannya berbagai kebiasaan, nilai-nilai hidup, mengadaptasi sangat rendah ditandai dengan keterpisahan perilaku orang tua dan mengenal tanggung jawab anggota keluarga secara fisik dan emosional. Jadi, sebagai konsekuensi perilakunya. Melalui keluarga ada sedikit saja hubungan di antara mereka. Sedikit pula anak mengenal pendidikan lebih banyak saja kegiatan yang mereka lakukan bersama; dibandingkan pendidikan yang diperoleh di luar kegiatan keluarga menempati prioritas yang rendah, lingkungan keluarga, baik pendidikan yang dan setiap anggota tampaknya punya jadwal terprogram ataupun yang tidak terprogram. Oleh kegiatan masing-masing. karena itu, keluarga mempunyai peranan penting
Satu dimensi lainnya yang penting dalam dalam pendidikan anak dan keberhasilannya komunikasi keluarga adalah adaptasi terhadap sehingga orang tua sebagai penanggung jawab perubahan. Keluarga mungkin dipengaruhi oleh keluarga harus benar-benar menjadikan rumah perubahan-perubahan perkembangan yang terjadi tangganya sebagai lembaga pendidikan anak.
pada masa anak-anak dan perubahan-perubahan Eshleman dan Cashion (1985: 336-337), yang yang terjadi selanjutnya. Ada keluarga-keluarga mengutip pendapat Parson dan Bales, menyatakan yang sulit menyesuaikan diri mereka dengan setiap bahwa keluarga merupakan salah satu agen perubahan yang terjadi. Keluarga-keluarga sosialisasi yang terpenting karena mengajarkan demikian dianggap kaku; mereka hidup dengan kepada anggota-anggotanya aturan-aturan (rules) aturan-aturan yang tidak luwes. Kebanyakan dan harapan-harapan dalam berperilaku di keluarga berada di antara kedua titik ekstrem ini masyarakat. Selain menjaga kelangsungan hidup dan punya kemampuan beradaptasi yang keluarga, orang tua juga bertugas mendidik, bervariasi terhadap perubahan. memberi arahan, dan mempersiapkan segala
Keluarga dalam pertumbuhan anak pada usia kebutuhan anggota keluarga, terutama kebutuhan remaja merupakan satu tahap yang ditandai sosial anak. Kebutuhan sosial adalah kebutuhan dengan bertambahnya konflik sehubungan dengan untuk menumbuhkan dan mempertahankan bertambahnya kebebasan anak-anak. Masalah- hubungan yang memuaskan dengan orang lain masalah otonomi dan kontrol menjadi sangat tajam. dalam hal interaksi dan asosiasi (inclusion), Anak-anak remaja mulai mengalihkan komunikasi pengendalian dan kekuasaan (control) dan cinta dari komunikasi keluarga kepada komunikasi serta kasih sayang (affection) (Rakhmat, 1985:18). dengan teman-teman sebaya. Perubahan fisiologis
272 M EDIA T OR, Vol. 2 No.2 2001 272 M EDIA T OR, Vol. 2 No.2 2001
Jika anak dibesarkan dengan penghinaan, Topik-topik yang diterima mungkin meliputi ia belajar menyesali diri. pelajaran, nilai pelajaran, pekerjaan, olahraga,
Jika anak dibesarkan dengan toleransi, ia rencana masa depan. Usia remaja mungkin belajar menahan diri. merupakan tantangan terbesar bagi komunikasi
Jika anak dibesarkan dengan pujian, ia keluarga. Bila orang tua dan anak dapat mengatasi belajar menghargai. hal ini, maka komunikasi selanjutnya akan menjadi
Jika anak dibesarkan dengan sebaik- lancar.
baiknya perlakuan, ia belajar keadilan. Jika anak dibesarkan dengan rasa aman, ia
2.2.2 Proses Belajar Anak belajar menaruh kepercayaan.
Jika anak dibesarkan dengan dukungan, ia Proses belajar yang dilakukan oleh seorang belajar menyenangi diri. anak akan membentuk atau menentukan perilaku
Jika anak dibesarkan dengan kasih sayang mereka. Oleh karena itu, proses belajar memegang dengan persahabatan, ia belajar menemukan peranan penting. Orang tua perlu menaruh cinta dalam kehidupan. perhatian besar terhadap bagaimana seorang anak belajar melalui lingkungannya.
2.2.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Bandura (1977:17) menjelaskan bahwa
Proses Belajar Anak
seorang anak akan belajar mengenai realitas
kehidupan ini melalui dua cara, yaitu: pertama Dalam upaya membina pendidikan anaknya, belajar melalui konsekuensi respon (learning by orang tua selalu berusaha agar anak dapat berhasil
response consequences), dan kedua melalui dalam pendidikan dengan mempercayakan kepada peniruan (learning through modeling).
sekolah. Orang tua menyadari bahwa pendidikan Melihat hal tersebut di atas, maka ganjaran sangat menentukan masa depan anak. Namun
dan hukuman akan turut berperan dalam proses dalam kenyataannya, masih ada orang tua yang belajar yang dilakukan oleh seorang anak. belum menyadari hal ini sepenuhnya dan masih Selanjutnya, Bandura (dalam Rakhmat, 1996:25) banyak anak yang gagal dalam belajarnya. Banyak menjelaskan, proses belajar yang sering dilakukan di antara mereka yang tidak naik kelas, tidak lulus oleh seorang anak adalah melalui peniruan (imita- ujian, dikeluarkan dari sekolah, dan sebagainya, tion/learning through modeling), yang biasanya karena mereka mendapatkan hambatan-hambatan dilakukan terhadap significant other (ibu, bapak, dalam belajar. adik, atau kakak).
Umumnya, orang tua kurang mengerti apa Keluarga, sebagai lingkungan awal belajar sebab-sebab anak mereka gagal dalam belajar.
anak, akan sangat berperan dalam pembentukan Banyak hal yang dapat menghambat dan perilaku anak. Sebagai konsekuensinya orang tua mengganggu kemajuan belajar yang dipengaruhi perlu memberikan contoh teladan yang baik oleh berbagai faktor. Maria Fransiska Subagyo terhadap anak. Berkaitan dengan hal tersebut Nolte (dalam Gunarsa, 1986: 127) membagi hambatan ini (dalam Rakhmat. 1996: 102-103) menyampaikan ke dalam dua bagian, yaitu faktor endogen dan sebuah ilustrasi bagaimana anak belajar dari eksogen. kehidupannya:
Faktor endogen meliputi: (1) faktor Biologis, Jika anak dibesarkan dengan celaan, ia ialah faktor yang berhubungan dengan jasmani belajar memaki.
anak misalnya faktor kesehatan dan cacat badan; Jika anak dibesarkan dengan permusuhan, (2) faktor Psikologis, ialah faktor yang ia belajar berkelahi.
berhubungan dengan rohaniah yang terdiri dari: Jika anak dibesarkan dengan cemoohan, ia faktor intelegensia, faktor perhatian, faktor minat,
Oji Kurniadi. Pengaruh Komunikasi Keluarga terhadap Prestasi Belajar Anak
fasilitas belajar anak secara materi. (1) Lingkungan keluarga. Faktor ini meliputi
(2) Lingkungan sekolah. Lingkungan sekolah orang tua, suasana rumah, dan keadaan ekonomi kadang-kadang juga menjadi faktor hambatan bagi keluarga.
anak. Termasuk dalam faktor ini misalnya: cara Faktor orang tua. Faktor orang tua penyajian pelajaran yang kurang bai, hubungan merupakan faktor yang besar pengaruhnya guru dan murid yang kurang baik, hubungan antara terhadap kemajuan belajar anak. Orang tua yang anak dengan anak kurang menyenangkan, bahan dapat mendidik anak-anaknya dengan cara pelajaran yang terlalu tinggi di atas ukuran nor- memberikan pendidikan yang baik, tentu akan mal, kemampuan anak, alat-alat belajar di sekolah sukses belajarnya. Sebaliknya, orang tua yang yang serba tidak lengkap, jam-jam pelajaran yang tidak mengindahkan pendidikan anak-anaknya, kurang baik. mereka tidak akan berhasil dalam belajarnya. Faktor
(3) Lingkungan masyarakat. Termasuk lain yang masih ada hubungan dengan faktor or- lingkungan masyarakat yang dapat menghambat ang tua adalah hubungan orang tua dan anak. kemampuan belajar anak adalah: pengaruh media Apakah hubungan itu bersikap acuh tak acuh atau massa, teman bergaul yang memberikan pengaruh diliputi suasana kebencian, atau sebaliknya diliputi tidak baik, adanya kegiatan-kegiatan dalam oleh hubungan yang terlalu penuh kasih sayang masyarakat, corak kehidupan tetangga. dan sebagainya.
Hubungan acuh tak acuh tanpa kasih sayang akan menimbulkan frustrasi atau penyesalan yang
2.3 Komunikasi Antarpersona dalam Keluarga
2.3.1 Pengertian Komunikasi Antarpersona
mendalam dalam hati anak. Ia selalu kecewa dan
menderita tekanan-tekanan batin sehingga usaha Seluruh kehidupan manusia tidak dapat belajar terhambat. Begitu juga orang tua yang dielakkan dari komunikasi. Oleh karena itu, semua
sangat keras terhadap anaknya menimbulkan kegiatan yang dilakukan oleh manusia secara tekanan-tekanan batin pula pada anak. Hubungan potensial tidak bisa terlepas dari komunikasi. orang tua dengan anak menjadi tegang, kaku, dan
Komunikasi, menurut bentuknya, dapat tidak harmonis. Satu sama lain tidak ada perasaan dikelompokkan menjadi komunikasi antarpersona,
kasih saying, karena itu usaha belajar mereka juga komunikasi kelompok, dan komunikasi massa. terhambat, sebab belajar membutuhkan suasana Fokus perhatian dalam penelitian ini adalah jiwa yang tenang dan gembira. Orang tua yang komunikasi antarpersona, yaitu komunikasi orang terlalu keras terhadap anaknya tidak akan tua dan anak dalam sebuah keluarga. memberikan ketenangan dan kegembiraan.
Secara teoretis, komunikasi antarpersona Hubungan orang tua dengan anak yang baik adalah komunikasi antara dua orang, di mana terjadi
adalah hubungan yang penuh pengertian yang kontak langsung dalam bentuk percakapan. disertai dengan bimbingan dan bila perlu hukuman- Komunikasi jenis ini bisa berlangsung secara hukuman dengan tujuan untuk memajukan belajar berhadapan muka (face to face) bisa juga melalui anak. Contoh sikap yang baik dari orang tua sangat sebuah medium, umpamanya telepon. Ciri khas mempengaruhi belajar anak.
komunikasi antarpersona ini adalah sifatnya yang
Faktor suasana rumah. Lingkungan keluarga dua arah atau timbal balik (Effendy, 1986:50). yang dapat mempengaruhi usaha belajar anak
Verderber (1986) mengemukakan bahwa adalah faktor suasana rumah yang terlalu gaduh komunikasi antarpersona merupakan suatu proses
dan ramai tidak akan membuat anak belajar dengan interaksi dan pembagian makna yang terkandung baik.
dalam gagasan-gagasan dan perasaan. Sedangkan Faktor ekonomi keluarga. Faktor ekonomi menurut Rotwell, komunikasi antarpersona adalah
keluarga banyak pula menentukan dalam belajar interaksi antara individu-individu yang dilakukan 274
M EDIA T OR, Vol. 2 No.2 2001 M EDIA T OR, Vol. 2 No.2 2001
Dapat dijelaskan bahwa komunikasi terpersonal Communication Book, sebagai antarpersona adalah komunikasi yang diadakan “proses pengiriman dan penerimaan pesan-pesan dan berlangsung dalam situasi yang dialogis. antara dua orang atau diantara sekelompok kecil Situasi dialogis adalah suatu situasi yang berbagi orang-orang, dengan beberapa efek dan beberapa dalam banyak hal, berupa informasi, kegembiraan, umpan balik seketika.”
kesedihan, serta tidak memandang status sosial Sedangkan Effendy (dalam Liliweri,1991:12) ekonomi dari masing-masing perilaku komunikasi. mengemukakan bahwa “Pada hakikatnya Dalam situasi seperti ini terasa adanya kemurnian komunikasi antarpersona adalah komunikasi antara dialog yang dapat mengungkapkan berbagai komunikator dengan seorang komunikan. pendapat, perasaan dan kepercayaan dari individu Komunikasi jenis ini dianggap paling efektif dalam yang terlibat. upaya mengubah sikap, pendapat, atau perilaku seseorang karena sifatnya dialogis, yaitu berupa
2.3.2 Konteks Komunikasi Antarpersona
percakapan. Sementara, Mashuri mengemukakan
2.3.2.1 Komponen Komunikator
bahwa “Komunikasi antarpersona adalah komunikasi antara dua orang atau lebih dan masing-
Manusia dalam komunikasi antarpersona masing pihak yang terlibat secara langsung dalam terlibat dalam transaksi komunikasi yang berperan penyampaian dan penerimaan pesan.
sebagai pengirim dan penerima secara simultan. Komunikasi semacam ini mirip dengan Seorang pengirim atau komunikator menyusun
komunikasi dua arah atau komunikasi ke semua suatu pesan dan mengomunikasikannya kepada arah. Bedanya, dalam komunikasi dua arah atau ke orang lain dengan harapan akan mendapatkan semua arah adalah arah pesan, sedangkan dalam respon. komunikasi antarpersona yang diperhatikan adalah
Seorang komunikator dalam berkomunikasi pribadi-pribadi yang berkomunikasi. Dalam pada dasarnya membawa-serta pelbagai
komunikasi antarpersona masing-masing pihak pengalaman dalam wujud kepercayaan, keyakinan, menyadari dirinya sebagai pribadi yang dapat nilai-nilai, dan sikap yang dimilikinya. Akibatnya, menerima dan juga dapat menyampaikan pesan, penerimaan dan pemaknaan terhadap pesan yang sehingga terjadi suatu dialog antara pribadi yang disampaikannya mengalami respon yang berbeda satu dengan pribadi yang lainnya. Jadi, dalam dari penerima. komunikasi antarpersona masing-masing pihak
Ada dua faktor penting pada diri komunikator berkomunikasi berpartisipasi secara aktif (Masyuri, untuk melaksanakan komunikasi yang efektif, 1990:14).
yakni kredibilitas pada komunikator (source cred- Berdasarkan beberapa definisi di atas dapat ibility) dan daya tarik komunikator (source attrac-
dirumuskan bahwa ciri-ciri komunikasi tiveness). Onong Uchjana Effendy antarpersona sebagaimana dikemukakan Liliweri: mengungkapkan bahwa dua hal ini dilihat menurut (1) spontan dan terjadi sambil lalu saja (umumnya sudut pandang komunikan yang akan menerima tatap muka); (2) tidak mempunyai tujuan terlebih pesan di mana “komunikator mendapat kualitas dahulu; (3) terjadi secara kebetulan di antara komunikasinya sesuai dengan kualitas sampai di peserta yang tidak mempunyai identitas yang mana ia memperoleh kepercayaan dari komunikan, belum jelas; (4) berakibat sesuatu yang disengaja dari apa yang dinyatakannya. Selain itu, maupun tidak disengaja; (5) kerap kali berbalas- komunikator akan sukses dalam komunikasinya, balasan; (6) mempersyaratkan adanya hubungan bila ia berhasil memikat perhatian komunikan” paling sedikit dua orang, serta hubungan harus (Effendy, 1986: 41).
Oji Kurniadi. Pengaruh Komunikasi Keluarga terhadap Prestasi Belajar Anak
Kredibilitas komunikator I III
ditentukan oleh keahliannya dan
AREA OF FREE ACTIVITIES
BLIND AREA
dapat tidaknya ia dipercaya.
Known by ourselves and
Known by others not known
known by others by ourselves Penelitian menunjukkan bahwa
II IV
kredibilitas yang besar akan
HIDDEN AREA
UNKNOWN AREA
dapat meningkatkan daya
Known by ourselves but not
Not known by ourselves
perubahan sikap, sedang
known by others and known by others
kepercayaan yang kecil akan mengurangi daya perubahan yang menyenangkan.
Gambar 1. Teori Johari Window Seorang komunikator dianggap sebagai seorang
Sumber: Effendy, 1986:105-106 ahli berdasarkan status pendidikannya, jabatan profesi, status sosial, peranannya, dan lain
Berdasarkan konsep tersebut, tingkah laku sebagainya.
komunikator dapat digambarkan sebagai berikut: Faktor lain yang tak kalah pentingnya dari Area I: menunjukkan bahwa kegiatan yang komponen komunikator ini adalah faktor daya tarik.
dilakukan oleh komunikator disadari Seorang komunikator akan mempunyai kemampuan
sepenuhnya oleh yang bersangkutan, juga untuk melakukan perubahan sikap melalui
oleh orang lain. Ini berarti adanya keterbukaan mekanisme daya tarik yang meliputi adanya
dan tidak ada yang disembunyikan kepada kesamaan antara komunikator dengan komunikan.
orang lain.
Kesamaan ideologi, demografi, perasaan, dan lainnya. Sikap komunikator yang berusaha untuk Area II: menggambarkan bahwa perbuatan mengenal diri komunikannya akan menimbulkan
komunikator diketahui oleh orang lain, tetapi simpati komunikan sehingga komunikan tertarik
dirinya sendiri tidak menyadari apa yang kepada komunikator.
dilakukannya.
Effendy mengemukakan bahwa seorang Area III: merupakan kebalikan Area II bahwa yang komunikator akan sukses dalam komunikasinya
dilakukan komunikator disadari penuh apabila
olehnya tetapi orang lain tidak dapat komunikasinya dengan the image dari komunikan,
“komunikator
menyesuaikan
mengetahuinya. Komunikator bersikap yaitu memahami kepentingannya, kebutuhannya,
tertutup, ia merasa bahwa apa yang kecakapannya, pengalamannya, kemampuan
dilakukannya tidak perlu diketahui orang lain. berfikir, kesulitannya” (Effendy,1986:42). Opini komunikan terhadap komunikator, Area IV: menggambarkan bahwa tingkah laku
sebagai persona mempunyai pengaruh yang besar komunikator tidak disadari oleh dirinya sendiri, terhadap diterima atau ditolaknya suatu pesan dari
tetapi juga tidak diketahui orang lain. Seorang komunikator sehingga seorang komunikator
komunikator yang baik selalu mempunyai memiliki “ethos” pada dirinya yaitu apa yang
ethos untuk tetap menguat. dikatakan oleh Aristoteles good sense, good moral
character, and goodwill (iktikad baik, dapat Literatur lain menjelaskan bahwa ethos atau dipercaya, kecakapan atau kemampuan).
faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas Ethos komunikator tercermin dalam sikap men- komunikator terdiri dari kredibilitas, atraksi dan
tal dan tingkah laku. Berkenaan dengan ethos kekuasaan. Ketiga dimensi ini berhubungan komunikator ini Josph Luft dan Harry Ingham dengan jenis pengaruh sosial yang mengemukakan teori tentang tingkah laku ditimbulkannya. Menurut Herbert C. Kelman komunikator dalam menampakan ethosnya yang (1975), pengaruh komunikasi kita pada orang lain dikenal dengan teori Johari Window yang secara berupa tiga hal: internalisasi, identifikasi, dan sistematis digambarkan sebagai berikut:
ketundukan (Rakhmat, 1996:256). 276
M EDIA T OR, Vol. 2 No.2 2001
Internalisasi terjadi bila orang menerima atau tertulis (communication skills), pengetahuan pengaruh karena perilaku yang dianjurkan itu yang luas (knowledge), sikap jujur dan bersahabat sesuai dengan sistem nilai yang dimilikinya. (attitude) serta mampu beradaptasi dengan sistem Individu menerima gagasan, pikiran atau anjuran sosial dan budaya (social and cultural system). orang lain karena gagasan, pikiran, atau anjuran
Beberapa penelitian banyak menyinggung tersebut berguna untuk memecahkan masalah prior ethos di mana faktor waktu menentukan dalam penting dalam menunjukkan arah atau dituntut oleh kredibilitas. Kenneth E. Andersen bahkan sistem nilai individu tersebut.
mengutarakan tentang adanya faktor intrinsic Identifikasi terjadi bila individu mengambil ethos yaitu ethos yang dibentuk oleh topik yang perilaku yang berasal dari orang atau kelompok dipilih, cara penyampaian teknik-teknik lain karena perilaku itu berkaitan dengan dirinya. pengembangan pokok bahasan, bahasa yang Identifikasi terjadi misalnya ketika anak berperilaku digunakan, organisasi pesan dan sistematika yang mencontoh orang tuanya.
dipakai.
Sedangkan ketundukan terjadi bila individu Sharp, Mc Ihung (1966) juga Baker (1965) menerima pengaruh dari orang atau kelompok lain menyatakan bahwa organisme pesan yang lebih karena ia berharap memperoleh reaksi yang baik meningkatkan kredibilitas. Pearce dan Brommel menyenangkan dari orang atau kelompok tersebut. (1972) serta Pearce dan Couklin (1971) Individu ingin memperoleh ganjaran atau membuktikan pengaruh cara bicara pada menghindari hukuman dari pihak yang kredibilitas. mempengaruhinya.
Kredibilitas secara umum dipengaruhi oleh interaksi di antara berbagai faktor dengan
Kredibilitas
komponen-komponen pokok keahlian dan kepercayaan. Keahlian adalah kesan yang dibentuk
Kredibilitas adalah seperangkat persepsi komunikan tentang kemampuan komunikator dalam komunikan tentang sifat-sifat komunikator. Dalam hubungan dengan topik yang dibicarakan. definisi ini terkandung dua hal: (1) kredibilitas Komunikator yang dinilai tinggi pada keahliannya adalah persepsi komunikate, jadi tidak inhern dalam dianggap cerdas, mampu, ahli, tahu banyak, diri komunikator; (2) kredibilitas berkenaan dengan berpengalaman atau terlatih. Sedangkan sifat-sifat komunikator, komponen-komponen keterpercayaan adalah kesan komunikan tentang komunikator (Rakhmat, 1996:257). komunikator yang berkenaan dengan wataknya Menurut James McCroskey (1966), yang meliputi kejujuran, tulus, adil, sopan, etis dan kredibilitas seseorang dapat bersumber dari
sebagainya.
kompetensi (competence), sikap (character), tujuan (intention), kepribadian (personality) dan
dinamika (dynamism) (Cangara, 1998:96). Atraksi
Kompetensi yaitu penguasaan yang dimiliki Faktor Atraksi dalam hubungan dengan komunikator pada masalah yang dibahasnya, sikap efektivitas komunikasi dapat mengubah sikap atau menunjukkan apakah komunikator tegar atau perilaku komunikan. Atraksi fisik akan toleran pada prinsip yang dipegangnya, tujuan menyebabkan komunikator menarik, dan karena ia menunjukkan apakah komunikator memiliki pribadi menarik ia memiliki daya persuasif. Individu juga yang hangat dan bersahabat, dinamika tertarik kepada seseorang karena adanya beberapa menunjukkan apakah yang disampaikan itu kesamaan antara komunikator dengan komunikan. menarik atau sebaliknya justru membosankan.
Rogers meninjau banyak penelitian Berlo (1960) mengemukakan bahwa komunikasi. Ia membedakan antara kondisi kredibilitas bisa diperoleh apabila seseorang homophily dan heterophily. Pada kondisi yang memiliki keterampilan berkomunikasi secara lisan pertama, komunikator dan komunikan merasakan
adanya kesamaan dalam status sosial ekonomi,
Oji Kurniadi. Pengaruh Komunikasi Keluarga terhadap Prestasi Belajar Anak
dirinya.
pendidikan, sikap dan kepercayaan antara
komunikator dan komunikan. Komunikasi akan Kekuasaan
lebih efektif pada kondisi homophily daripada Kerangka teori Kelman menyatakan bahwa kondisi heterophily (Rakhmat, 1996: 262) kekuasaan adalah kemampuan menimbulkan Teori Rogers membuktikan bahwa orang ketundukan. Ketundukan timbul dari interaksi mudah berempati dan merasakan perasaan orang antara komunikator dan komunikan. Kekuasaan lain yang dipandangnya sama dengan mereka. menyebabkan seseorang komunikator dapat Stotland bersama Ratchan (1961) juga “memaksakan” kehendaknya kepada orang lain, menunjukkan bahwa kesamaan antara komunikator karena ia memilih sumber daya yang sangat dan komunikan memudahkan terjadinya
penting.
perubahan pendapat. Herbert W. Simon (1976) Rowen (1974) mengklasifikasikan lima jenis menamainya establishing common grounds. kekuasaan sebagai berikut: Individu dapat mempersamakan diri komunikator (1) Kekuasaan koersif, menunjukkan kemampuan dengan komunikan dengan menegaskan komunikator untuk mendatangkan ganjaran persamaan dalam kepercayaan, sikap, maksud, dan atau memberikan hukuman pada komunikan; nilai-nilai sehubungan dengan suatu persoalan. (2) Kekuasaan keahlian, kekuasaan ini berasal dari Simon menyebut kesamaan ini sebagai kesamaan pengetahuan, pengalaman, keterampilan atau disposisional (Rakhmat, 1996:263). kemampuan yang dimiliki komunikator; Simon menerangkan mengapa komunikator (3) Kekuasaan informasional, kekuasaan itu yang dipersepsi memiliki kesamaan dengan bersaal dari isi komunikasi tertentu atau komunikan cenderung berkomunikasi lebih efektif: pengetahuan baru yang dimiliki oleh (1) Kesamaan
penyandibalikan (decoding), yakni proses (4) Kekuasaan rujukan, komunikan menjadikan menerjemahkan lambang-lambang yang komunikator sebagai kerangka rujukan untuk diterima menjadi gagasan-gagasan; menilai dirinya. Komunikator dikatakan (2) Kesamaan membantu membangun premis yang memiliki kekuasaan rujukan bila ia berhasil sama yang mempermudah proses deduktif. Ini menanamkan kekaguman pada komunikan, berarti bila kesamaan disposisional relevan sehingga perintahnya diteladani; dengan topik persuasi, orang akan (5) Kekuasaan Legal, kekuasaan ini berasal dari terpengaruh oleh komunikator; seperangkat aturan atau norma yang (3) Kesamaan menyebabkan komunikan tertarik menyebabkan komunikator berwenang untuk pada komunikan. Individu cenderung melakukan suatu tindakan. menyukai orang-orang yang memiliki
kesamaan disposisional dengannya. Ketertarikan pada komunikator akan
2.3.2.2 Komponen Pesan
cenderung menerima pesan gagasannya; Komunikasi berlangsung dimulai dengan (4) Kesamaan menumbuhkan rasa hormat dan adanya suatu proses komunikator meng-encode percaya kepada komunikator.
pesan dengan memformulasikan sedemikian rupa Hasil penelitian Elaine Walster, Darcy Abrams, melalui lambang-lambang tertentu yang dioperkan dan Elliott Aronsion menyimpulkan bahwa kepada komunikan. Komunikan kemudian pada umumnya komunikator yang memiliki menginterpretasikan lambang-lambang yang daya tarik akan lebih efektif daripada disampaikan komunikator dengan men-decode komunikator yang tidak menarik, kecuali bila sesuai konteks pengertian yang diterima orang yang tidak menarik itu mengemukakan komunikan. Dalam hal ini, komunikator dapat meng-
278 M EDIA T OR, Vol. 2 No.2 2001 278 M EDIA T OR, Vol. 2 No.2 2001
dalam pengalamannya masing-masing. Wilbur Schramm menyatakan bahwa komunikasi akan berhasil apabila pesan yang
2.3.2.3 Komponen Komunikan
disampaikan komunikator cocok dengan frame of Manusia dalam proses komunikasi merupakan reference, yakni pengalaman dan pengertian yang pelaku atau aktor komunikasi yang penting, karena pernah diperoleh komunikan. Menurut Schramm, dalam suatu proses komunikasi dua unsur penting bidang pengalaman juga merupakan faktor yang dipegang oleh manusia. Sebagian para ahli penting dalam komunikasi. Jika bidang pengalaman memandang bahwa kegiatan komunikasi yang komunikator sama dengan bidang pengalaman dilakukan akan dikatakan berhasil atau tidak terletak komunikan, komunikasi akan berlangsung dengan pada perilaku manusia sebagai titik sentral lancar. Sebaliknya, apabila pengalaman komunikan komunikasi. Delphi (dalam Rakhmat, 1996:17) berlawanan akan terjadi kesukaran untuk mengerti menjelaskan betapa penting mengetahui diri satu sama lain.
manusia (dalam hal ini komunikan) untuk Dalam proses komunikasi antarpersona, keberhasilan komunikasi yang menyebarkan motto terdapat peserta-peserta yang berinteraksi. terkenal: Gnothi Seauthon. Komunikator meng-encode suatu pesan kepada
Sejalan dengan pendapat atau motto yang komunikan, komunikan men-decode pesan yang disampaikan oleh Delphi, Effendy (1993:42) diterimanya itu untuk kemudian memberikan menyampaikan pula know your audience (kenalilah tanggapan. Jika tanggapan itu ia lakukan secara komunikan-mu) sebelum komunikasi itu dijalankan, terbuka maka pada gilirannya ia menjadi sehingga dari proses komunikasi tersebut dapat komunikator, sebab ia mengkode tanggapan itu dan diramalkan atau diukur perilaku komunikan yang menyampaikannya kepada komunikator semata akan ditampilkan. Effendy menjelaskan empat faktor (yang pada gilirannya menjadi komunikan).
yang perlu diperhatikan untuk keberhasilan Wilbur Schramm mengajukan suatu pendapat komunikasi adalah: (1) timing (waktu) yang tepat mengenai kondisi yang harus dipenuhi oleh untuk menyampaikan suatu pesan; ((2) bahasa komunikator dalam menyampaikan pesan kepada yang harus digunakan agar pesan dapat dimengerti; komunikan agar memperoleh tanggapan sesuai (3) sikap dan nilai yang harus ditampilkan agar dengan harapan komunikator yang disebut efektif; (4) jenis komunikan di mana komunikasi olehnya dengan istilah the condition of success in akan dilancarkan. communication. Selanjutnya, Wilbur Schramm
Cangara (1998: 151-153) menjelaskan bahwa menjabarkan kondisi di atas sebagai berikut:
kehadiran komunikan atau sering disebut sebagai (1) Pesan harus dirancang dan disampaikan sasaran, decoder atau audience adalah penting, sedemikian rupa, sehingga dapat menarik karena hal itu akan turut menentukan keberhasilan perhatian komunikan;
komunikasi yang dijalankan. Oleh karena itu, (2) Pesan harus menggunakan lambang-lambang terdapat berbagai faktor yang perlu diperhatikan tertuju kepada pengalaman yang sama antara pada diri komunikan sebelum komunikasi komuikator dan komunikan sehingga sama- dijalankan. Faktor-faktor tersebut adalah: jenis sama mengerti;
kelamin, usia, tingkat pendidikan, bahasa, agama, (3) Pesan harus membangkitkan kebutuhan sikap, ideologi, nilai dan norma, dan lain-lain pribadi komunikan dan menyarankan beberapa
Beragamnya faktor-faktor yang ada dalam diri cara untuk memperoleh kebutuhan tersebut;
komunikan tersebut akan berpengaruh pada (4) Pesan harus menyarankan suatu jalan untuk bagaimana komunikan akan menerima atau menolak memperoleh kebutuhan tadi yang layak sesuai suatu pesan/informasi yang disampaikan. Hal ini kelompok di mana komunikan berada pada sesuai dengan teori atau perspektif perbedaan in- saat ia digerakkan untuk memberikan dividual yang dikemukakan oleh DeFleur dan Ball
Oji Kurniadi. Pengaruh Komunikasi Keluarga terhadap Prestasi Belajar Anak
Rokeach. Pendidikan dan Kebudayaan mendefinisikan Perspektif perbedaan individu memandang sebagai “nilai yang dapat dicapai oleh seseorang bahwa sikap dan organisasi personal psikologis siswa”. (dalam arti faktor-faktor yang ada dalam diri
Prestasi belajar siswa ini merupakan hasil individu/komunikan) akan menentukan bagaimana evaluasi atas prestasi atau kinerja akademik yang individu atau seorang komunikan memilih stimuli diperoleh siswa selama mengikuti kegiatan belajar. dari lingkungan dan bagaimana ia memberi makna Evaluasi adalah penilaian terhadap tingkat pada stimuli tersebut. Setiap orang mempunyai keberhasilan siswa mencapai tujuan yang telah potensi biologis, pengalaman belajar dan ditetapkan suatu program. Menurut Tardif (1989), lingkungan yang berbeda. Perbedaan-perbedaan evaluasi adalah proses penilaian untuk inilah yang menyebabkan pengaruh dari menggambarkan prestasi yang dicapai seorang komunikasi yang dilakukan akan berbeda pula siswa sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan. (Rakhmat, 1996 :203-204).
Selain kata evaluasi, dalam dunia pendidikan kita, Berkaitan dengan penerimaan pesan yang dikenal juga tes, ujian, dan ulangan. dilakukan oleh komunikan, Effendy (1993:42)
Istilah THB (tes hasil belajar) atau TPB (tes menjelaskan bahwa pesan komunikasi akan prestasi belajar) adalah alat ukur yang banyak diterima oleh komunikan apabila terdapat empat digunakan untuk menentukan taraf keberhasilan kondisi berikut secara simultan, yaitu:
sebuah proses belajar mengajar atau untuk (1) Ia dapat dan benar-benar mengerti pesan menentukan taraf keberhasilan sebuah program komunikasi;
pengajaran, sedangkan evaluasi biasanya (2) Pada saat komunikan mengambil keputusan, digunakan untuk menilai hasil pembelajaran para ia sadar bahwa keputusannya itu sesuai siswa pada akhir jenjang pendidikan tertentu, dengan tujuannya;