kebawah karena pori-pori besar berada dalam jumlah yang banyak. Bahan organik yang  tinggi  pada  lahan  ini  menyebabkan  struktur  tanah  menjadi  lebih  baik.
Penjelasan  di  atas  adalah  alasan  mengapa  permeabilitas  tanah  pada  pertanian koservasi menjadi tinggi.
Permeabilitas  tanah  metode  lapang  lahan  semak  yaitu  0.56  cmjam,  nilai ini  tergolong  agak  lambat.  Pada  lahan  ini  permeabilitasya  tidak  terlalu  tinggi
karena  keberadaan  semak  yang  relatif  baru,  tumbuhan  yang  ada  pada  lahan  ini belum banyak mempengaruhi lahan ini sehingga tanahnya masih cenderung padat
Tabel  2,  hal  ini  ditunjang  dengan  adanya  jalan  setapak  pada  lahan,  di  mana aktivitas manusia ini menyebabkan tanah menjadi padat. Nilai porositas total pada
lahan  ini  adalah  terendah  kedua,  nilai  PDSC  dan  PDC  yang  dimilikinya  juga rendah.  Hal  ini  menyebabkan  air  lebih  susah  masuk  ke  dalam  lapisan  tanah,
ditunjang  dengan  bahan  organik  yang  sangat  rendah  Tabel  3  menjadikan  nilai permeabilitas hasil pengukuran lapang menjadi rendah.
Hutan  sekunder  mempunyai  nilai  permeabilitas  lapang  tertinggi  kedua setelah   pertanian konservasi. Lahan  hutan sekunder  mempunyai porositas  tinggi
serta bobot isi  yang rendah, nilai  ini  lebih  bagus  dibandingkan dengan  nilai-nilai pada  lahan pertanian  intensif dan  semak, sehingga  permeabilitasnya  lebih tinggi.
Permeabilitas  hutan  sekunder  lebih  kecil  daripada  pertanian  konservasi,  hal  ini kemungkinan  besar  dipengaruhi  oleh  distribusi  ukuran  pori  lahan  pertanian
konservasi  yang  lebih  baik  daripada  distribusi  ukuran  pori  pada  hutan  sekunder. Pada  hutan  sekunder  PDSC  yang  dimiliki  memang  tinggi,  namun  PDC-nya
cenderung  rendah,  berbeda  dengan  pertanian  konservasi  yang  memiliki  nilai tinggi  baik  PDSC  maupun PDC,  sehingga  aliran  air  yang  masuk ke  badan tanah
pada pertanian konservasi menjadi lebih tinggi daripada hutan sekunder.
4.3.2. Permeabilitas Tanah di Laboratorium
Hasil  analisis  permeabilitas  tanah  pada  berbagai  penggunaan  lahan  dan kedalaman metode laboratorium disajikan pada Tabel 8 dan Gambar 12. Hasil uji
lanjut  menunjukkan  bahwa  pada  kedalaman  0-20  cm  permeabilitas  hasil pengukuran di laboratorium pada pertanian intensif dan konservasi tidak berbeda
nyata dengan hutan sekunder dan semak, besarnya permeabilitas pertanian intensif
dan  konservasi  berada  di  bawah  permeabilitas  hutan  sekunder  dan  di  atas permeabilitas  lahan  semak.  Sedangkan  permeabilitas  hutan  sekunder  berbeda
nyata dengan lahan semak. Tabel 8. Permeabilitas Tanah Hasil Pengukuran di Laboratorium
Lahan Permeabilitas cmjam
0-20 cm 20-40 cm
Rataan Pertanian Intensif
20.06ab 3.46b
11.76ab Pertanian Konservasi
27.39ab 1.74b
14.57ab Semak
10.59b 1.10b
5.85b Hutan Sekunder
34.59a 11.38a
22.98a
Keterangan:  Nilai  dengan  huruf  yang  berbeda  ke  arah    kolom  menunjukkan  berbeda  nyata P0.05  atau  berbeda  sangat nyata  P0.01,  sebaliknya  huruf  yang  sama  ke  arah
kolom menunjukkan tidak berbeda nyata P0.05 menurut uji beda nilai tengah.
Gambar 12. Permeabilitas tanah hasil pengukuran di laboratorium Permeabilitas  pada  hutan  sekunder  berbeda  nyata  dengan  lahan  semak
dikarenakan  lahan semak merupakan lahan pertanian akan tetapi sudah tidak lagi dibudidayakan  sehingga  tanah  pada  lahan  ini  relatif  padat.  Hal  ini  ditunjang
dengan  data  porositas  total  tanah  yang  tinggi  pada  hutan  sekunder  dibandingkan lahan semak serta tingginya bobot isi pada lahan semak daripada hutan sekunder
Tabel 2. Pada kedalaman 20-40 cm hutan sekunder memiliki permeabilitas yang berbeda nyata dengan penggunaan-penggunaan lahan yang lain. Pengolahan tanah
yang hampir tidak pernah dilakukan pada hutan sekunder menyebabkan tingginya permeabilitas tanah pada lapisan bawah.
5 10
15 20
25 30
35 40
Pertanian Intensif Pertanian
Konservasi Semak
Hutan Sekunder Kedalaman 0-20 cm
Kedalaman 20-40 cm
P er
m ea
bi li
ta s
c m
j a
m
Grafik  12  menunjukkan  bahwa  permeabilitas  tanah  metode  laboratorium pada kedalaman 0-20 cm jauh lebih besar daripada nilai permeabilitas tanah pada
kedalaman 20-40 cm. Hal ini dikarenakan lapisan tanah pada kedalaman 0-20 cm banyak ditumbuhi perakaran dari vegetasi yang ada di atasnya, perakaran ini akan
menciptakan  pori-pori  besar  dalam  tanah  sehingga  air  yang  meresap  dari permukaan  tanah  dapat  mengalir  lebih  cepat  pada  tanah  dengan  kedalaman  0-20
cm daripada kedalaman 20-40 cm. Keberadaan vegetasi ini juga memberikan sumbangan bahan organik lebih
banyak  kepada  lapisan  atas  daripada  lapisan  bawah,  bahan  organik  ini  menjadi makanan  bagi  organisme  yang  hidup  dan  beraktivitas  di  dalam  tanah,  sehingga
jumlah  organisme  pada  lapisan  atas  lebih  banyak  daripada  organisme  yang  ada pada  lapisan  bawah.  Aktivitas  dari  organisme-organisme  tanah  ini  akan
menciptakan  saluran-saluran  yang  bersifat  kontinu  atau  lebih  sering  disebut biopori,  biopori  akan  lebih  banyak  berada  pada  lapisan  atas  karena  jumlah
organisme  tanah  lebih  banyak  berada  di  lapisan  atas.  Hal  inilah  yang menyebabkan  nilai  permeabilitas  tanah  pada  lapisan  0-20  cm  jauh  lebih  besar
daripada kedalaman 20-40 cm. Keberadaan horison penimbunan liat horison kambik pada lapisan bawah
dapat  menghambat  laju  air  di  dalam  tanah  karena  kondisi  tanah  yang  padat  dan porositas  yang  rendah.  Penjelasan-penjelasan  di  atas  ditunjang  oleh  data  yang
menunjukkan bahwa nilai porosiatas total, PDSC, dan PDC pada lapisan 0-20 cm rata-rata lebih besar jika dibandingkan dengan nilai-nilai pada lapisan bawah 20-
40 cm Tabel 4 dan Tabel 5. Selain itu, nilai bobot  isi pada lapisan atas rata-rata lebih rendah daripada bobot isi pada lapisan bawah Tabel 2.
Analisis data  menunjukkan  nilai permeabilitas  rataan  hasil  pengukuran di laboratorium dari yang tertinggi ke nilai terendah berturut-turut dimulai dari hutan
sekunder, dilanjutkan pertanian konservasi, pertanian intensif, dan terakhir adalah lahan  semak.  Pola  nilai  ini  sama  dengan  pola  yang  ditunjukkan  oleh  nilai  bahan
organik  tanah  yaitu  dimulai  dari  hutan  sekunder,  disusul  dengan  lahan  pertanian konservasi, pertanian intensif, dan lahan semak.
Hasil uji lanjut menunjukkan bahwa permeabilitas rataan hasil pengukuran di  laboratorium  pada  hutan  sekunder  berbeda  nyata  dengan  lahan  semak,
sedangkan  pertanian  intensif  dan  konservasi  berbeda  tidak  nyata  dengan  hutan sekunder  ataupun  lahan  semak.  Tingginya  porositas  total  dan  PDSC  pada  hutan
sekunder  daripada  lahan  semak  menyebabkan  nilai  permeabilitas  pada  hutan sekunder lebih tinggi daripada lahan semak.
Berdasarkan  klasifikasi  hantaran  hidrolik  tanah  menurut  Uhland  dan O’neal 1951, nilai permeabilitas hasil pengukuran di laboratorium pada masing-
masing lahan yaitu termasuk ke dalam kelas cepat untuk lahan hutan sekunder dan lahan pertanian konservasi, lahan pertanian intensif  termasuk ke dalam kelas agak
cepat , dan lahan semak termasuk ke dalam kelas sedang. Nilai  permeabilitas  tanah  hasil  pengukuran  di  laboratorium  pada  lahan
hutan  sekunder  dan  pertanian  konservasi  relatif  besar  karena  kedua  lahan  ini mempunyai nilai porositas total, PDSC, dan PDC yang lebih tinggi daripada nilai
yang dimiliki oleh lahan pertanian intensif dan semak, sedangkan bobot isi kedua lahan ini  lebih rendah daripada lahan pertanian intensif dan semak. Nilai-nilai ini
yang  menyebabkan  permeabilitas  hasil  pengukuran  di  laboratorium  pada  lahan pertanian  konservasi  dan  hutan  sekunder  lebih  tinggi  daripada  lahan  pertanian
intensif  dan  semak.  Namun  permeabilitas  pada  hutan  sangat  tinggi,  hal  ini dikarenakan  banyaknya  pori-pori  berukuran  besar  dan  kontinu  yang  terbentuk
oleh  aktivitas  perakaran  dari  vegetasi  di  lahan  ini,  yang  mana  hal  ini menyebabkan aliran air menjadi sangat tinggi.
Hal  lain  yang  menyebabkan  permeabilitas  hasil  pengukuran  di laboratorium  pada  lahan pertanian konservasi dan hutan sekunder  menjadi tinggi
adalah  tingginya  bahan  organik  yang  dimiliki  kedua  lahan  dibandingkan  dengan lahan
pertanian intensif
dan semak.
Bahan organik
ini memicu
perkembangbiakkan  organisme  dalam  tanah  sehingga  menjadikan  struktur  tanah menjadi  bagus.  Seperti  penjelasan  sebelumnya,  organisme  banyak  menciptakan
pori-pori sehingga air dapat mengalir lebih cepat. Lahan  pertanian  intensif  dan  semak  mempunyai  permeabilitas  yang  kecil
daripada lahan pertanian konservasi dan hutan sekunder, karena pengolahan tanah yang intensif akan berakibat buruk terhadap porositas, distribusi ukuran pori, dan
bobot  isi  tanah.  Pengolahan  tanah  yang  intensif  akan  memecah  pori-pori
berukuran  besar  menjadi  pori-pori  yang  lebih  kecil,  sehingga  menurunkan  nilai porositas total tanah dan meningkatkan bobot isi tanah.
Lahan  semak  juga  memiliki  permeabilitas  yang  rendah,  hal  ini  sangat dipengaruhi  oleh  keberadaan  semak  yang  merupakan  perubahan  dari  lahan
pertanian  intensif  yang  sudah  tidak  lagi  diusahakan  dan  hanya  tertutup  oleh rerumputan  pendek.  Sehingga  saat  penelitian  dilakukan,  tanah  pada  lahan  ini
masih  cenderung padat, nilai porositas dan kandungan  bahan organik  pada  lahan ini juga rendah Tabel 2  3.
4.3.3. Permeabilitas Tanah di Lapang dan di Laboratorium