pertanian. Walaupun saat pengambilan sampel tanah dilakukan, kondisi lahan sudah tertutup oleh vegetasi, namun vegetasi ini belum banyak memberikan
sumbangan bahan organik pada lapisan 20-40 cm. Hal ini menjadikan kandungan bahan organik pada lahan semak kedalaman 20-40 cm menjadi yang terkecil dan
nilainya berbeda nyata dengan lahan-lahan yang lain pada kedalaman yang sama.
4.2.3. Distribusi Ukuran Pori
Pori-pori tanah dapat dibedakan menjadi pori mikro dan pori makro. Pori- pori mikro lebih sering dikenal sebagai pori pemegang air dan pori-pori makro
merupakan pori drainase. Distribusi pori drainase tanah pada berbagai lahan disajikan pada tabel-tabel berikut.
Tabel 4. Distribusi Ukuran Pori Berbagai Penggunaan Lahan pada Kedalaman 0-20 cm
Lahan PT
PDSC PDC
PDL PAT
PPA vv
Pertanian Intensif 60.09b
14.50ab 12.86a 3.45a 9.42ab 19.86b
Pertanian Konservasi 64.50b
21.87a 19.15a 1.84a 8.55b
13.10b Semak
61.18b 14.44b
2.22b 0.75a
17.55a 26.23a Hutan Sekunder
71.41a 22.66a
1.01b 1.31a 14.91ab 31.51a
Tabel 5. Distribusi Ukuran Pori Berbagai Penggunaan Lahan pada Kedalaman 20-40 cm
Lahan PT
PDSC PDC
PDL PAT
PPA vv
Pertanian Intensif 53.86c
8.27b 9.21ab 1.36a
6.47a 28.54a
Pertanian Konservasi 63.58b
19.94a 13.20a 6.13a 6.63a
17.68b Semak
61.80b 15.05a 3.73bc 4.06a 10.04a 28.92ab
Hutan Sekunder 67.23a
18.47a 2.14c
2.93a 12.01a 31.67a
Keterangan: Nilai dengan huruf yang berbeda ke arah kolom menunjukkan berbeda nyata P0.05 atau berbeda sangat nyata P0.01, sebaliknya huruf yang sama ke arah
kolom menunjukkan tidak berbeda nyata P0.05 menurut uji beda nilai tengah. PT = porositas total; PDSC = pori drainase sangat cepat; PDC = pori drainase cepat;
PDL = pori drainase lambat; PAT = pori air tersedia; PPA= pori pemegang air.
Hasil uji lanjut menunjukkan bahwa PDSC pada hutan sekunder dengan kedalaman tanah 0-20 cm berbeda tidak nyata dengan lahan pertanian konservasi,
sedangkan nilai PDSC pada lahan pertanian intensif tidak berbeda nyata dengan lahan semak. Hal ini dikarenakan bahan organik tanah yang dimiliki keempat
lahan Tabel 3, di mana bahan organik pada hutan sekunder tidak jauh berbeda
dengan pertanian konservasi, sedangkan kandungan bahan organik pada pertanian intensif tidak jauh berbeda dengan bahan organik yang dimiliki lahan semak.
PDC kedalaman 0-20 cm pada hutan sekunder tidak berbeda nyata dengan lahan semak, sedangkan lahan pertanian intensif nilai PDC-nya tidak berbeda nyata
dengan pertanian konservasi. Nilai PDL dan PAT yang mempunyai ukuran pori relatif kecil pada kedalaman tanah 0-20 cm menunjukkan nilai yang tidak
berbeda nyata hampir pada semua lahan, hal ini dikarenakan pori-pori dengan ukuran yang kecil tidak begitu dipengaruhi oleh penggunaan lahan yang berada
pada jenis tanah yang sama. Walaupun tidak berbeda nyata, namun tetap terdapat perbedaan nilai di antara lahan-lahan tersebut.
Hasil analisis menunjukkan bahwa sebagian besar PDSC dan PDC pada tanah kedalaman 0-20 cm lebih besar daripada nilai-nilai yang ada pada tanah
dengan kedalaman 20-40 cm. Besarnya nilai ini disebabkan oleh faktor bahan organik dan perakaran dari vegetasi yang tumbuh di lahan tersebut, sebagian besar
akar berkembang di lapisan atas, bahan organik yang dihasilkan oleh tanaman akan menjadi makanan bagi organisme tanah, sehingga pori-pori dalam ukuran
besar banyak terbentuk pada lapisan atas akibat dari aktivitas perakaran tanaman dan organisme tanah. Nilai PDSC dan PDC yang besar ini menyebabkan nilai dari
porositas total menjadi besar. PDL pada kedua kedalaman relatif kecil dan tidak jauh berbeda antar
kedua kedalaman, namun nilainya relatif lebih besar pada kedalaman 20-40 cm. Hal ini dikarenakan efek dari perakaran tidak begitu berdampak pada lapisan
bawah, sehingga pori-pori berukuran besar tidak banyak berada pada lapisan ini, sehingga pori-pori yang banyak terdapat pada lapisan ini adalah pori-pori yang
berukuran 9-30 µm atau disebut Pori Drainase Lambat. Tabel-tabel di atas menunjukan bahwa nilai Pori Air Tersedia PAT pada
kedalaman 0-20 cm lebih tinggi daripada PAT pada kedalaman 20-40 cm. Hal ini juga dipengaruhi oleh vegetasi yang tumbuh di atas lahan, perakaran dari vegetasi
ini menyebabkan bertambahnya bahan organik yang ada pada lapisan atas, sehingga menyebabkan tanah lapisan atas mempunyai kemampuan dalam
menahan air yang lebih besar dibandingkan dengan tanah lapisan bawah yang tidak banyak mendapatkan suplai bahan organik. Semakin banyak bahan organik
di dalam tanah maka akan meningkatkan kadar air pada kapasitas lapang, akibat dari meningkatnya pori yang berukuran menengah meso dan menurunnya pori
makro, sehingga daya menahan air meningkat, dan berdampak pada peningkatan ketersediaan air untuk pertumbuhan tanaman Scholes et al., 1994.
Tabel 6. Distribusi Ukuran Pori Rataan pada Berbagai Penggunaan Lahan Lahan
PT PDSC
PDC PDL
PAT PPA
vv Pertanian Intensif
56.98c 11.38b
11.04a 2.40a
7.95a 24.20b
Pertanian Konservasi 64.04b 20.91a
16.18a 3.98a
7.59a 15.39b
Semak 61.49b
14.75b 2.97b
2.40a 13.79a 27.57a
Hutan 69.32a
20.57a 1.57b
2.12a 13.46a 31.59a
Keterangan: Nilai dengan huruf yang berbeda ke arah kolom menunjukkan berbeda nyata P0.05 atau berbeda sangat nyata P0.01, sebaliknya huruf yang sama ke arah
kolom menunjukkan tidak berbeda nyata P0.05 menurut uji beda nilai tengah. PT = porositas total; PDSC = pori drainase sangat cepat; PDC = pori drainase cepat;
PDL = pori drainase lambat; PAT = pori air tersedia; PPA= pori pemegang air.
Porositas total adalah jumlah keseluruhan pori dalam tanah baik yang diisi oleh udara maupun air. Hasil pengukuran menunjukkan bahwa porositas total
rataan tertinggi dimiliki oleh lahan hutan sekunder, dan nilai ini berbeda nyata dengan nilai porositas total pada lahan-lahan yang lain. Sedangkan porositas total
rataan terkecil dimiliki oleh lahan pertanian intensif, dan nilai ini juga berbeda nyata dengan lahan-lahan yang lain. Adapun lahan pertanian konservasi dan
semak berbeda tidak nyata. Hal ini menjelaskan betapa besar efek dari pengolahan tanah terhadap porositas tanah. Pengolahan tanah akan memecah pori-pori tanah
yang berukuran besar menjadi pori-pori yang berukuran lebih kecil, sehingga akan menurunkan porositas tanah atau dalam isitilah lain akan mengurangi jumlah pori-
pori yang ada di dalam tanah, semakin sering tanah diolah maka porositas tanah akan menurun akibat dari pecahnya pori-pori berukuran besar menjadi pori-pori
yang berukuran lebih kecil dan digantikannya pori yang berisi udara dan air oleh partikel-partikel tanah.
Analisis data menunjukkan urutan nilai PDSC rataan dari tinggi ke rendah adalah hutan sekunder, pertanian konservasi, semak, dan pertanian intensif. Hal
ini menunjukkan bahwa pori-pori yang berukuran 300 µ m lebih mendominasi lahan hutan sekunder, dilanjutkan dengan pertanian konservasi, semak, dan
terakhir adalah pertanian intensif. Nilai PDSC pada pertanian konservasi tidak
berbeda nyata dengan hutan sekunder, bahan organik yang tinggi dan pengolahan yang relatif jarang dilakukan pada kedua lahan menjadikan nilai PDSC keduanya
tinggi dan tidak berbeda nyata. Sedangkan pada lahan pertanian intensif dan semak, bahan organik yang rendah dan pengolahan tanah menyebabkan PDSC
pada kedua lahan rendah dan tidak berbeda nyata antar kedua lahan. Pori Drainase Lambat PDL yaitu pori-pori pada tanah yang berdiameter
9 - 30 µm di mana air mengalir dalam pori-pori ini secara lambat, dan Pori Air Tersedia PAT adalah pori di mana air disimpan dan keberadaannya tersedia
untuk tanaman. PDL dan PAT pada semua lahan berbeda tidak nyata, seperti penjelasan sebelumnya bahwa pori yang berukuran relatif kecil tidak begitu
terpengaruh oleh pengolahan tanah. Pori Pemegang Air PPA adalah di mana air dalam pori tanah tidak dapat
diserap oleh akar tanaman. PPA pertanian intensif tidak berbeda nyata dengan pertanian konservasi, nilai keduanya lebih kecil daripada hutan sekunder dan
semak yang mana PPA hutan sekunder berbeda tidak nyata dengan semak. Perbedaan nilai ini mengindikasikan bahwa lahan dengan vegetasi penutup tanah
yang lebih banyak hutan sekunder dan semak mempunyai PPA yang lebih tinggi daripada lahan dengan vegetasi penutup yang lebih sedikit pertanian intensif dan
pertanian konservasi. Sehingga tanah pada lahan semak dan hutan sekunder lebih tahan terhadap kekeringan dibandingkan dengan pertanian intensif dan
konservasi. Perakaran dari vegetasi-vegetasi menciptakan pori besar dalam jumlah banyak, namun akibat dari pertumbuhan akar yang semakin besar, tanah disekitar
akar menjadi padat karena tertekan, sehingga pori-pori berukuran sangat kecil juga banyak tercipta di dalam tanah. Hal ini mengakibatkan PPA pada lahan
bervegetasi banyak lebih besar daripada lahan yang bervegetasi sedikit.
4.2.4. Kurva pF