Analisis Karakteristik Hujan di Jawa Bagian Barat Sifat Data per Stasiun

 Kelompok IVe : stasiun e17 Data hujan yang diolah merupakan hasil dari analisa sifat keeratan data antar stasiun yang telah dilakukan pada sub bab sebelumnya. Analisa selanjutnya dilakukan dengan membandingkan pola hujan 3-harian, 5-harian, 7-harian, 10-harian, 30-harian, dan tahunan antar stasiun-stasiun pembanding dengan stasiun acuan.

3.4.4 Analisis Karakteristik Hujan di Jawa Bagian Barat

Karakteristik hujan dari masing- masing pengelompokan dianalisis dengan membandingkan pola hujan spasial dan temporal antar satu stasiun dengan stasiun lainnya. Analisa karakter hujan yang diperoleh kemudian dikaitkan dengan letak stasiun. IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik Hujan Berdasarkan Wilayah Sungai dan DAS Hujan merupakan salah satu faktor cuaca yang karakternya ditentukan oleh faktor fisik lingkungan. Faktor fisik yang membatasi daerah cakupan pengaruh hujan yakni gunung dan lembah yang juga merupakan batas fisik wilayah sungai ataupun DAS. Oleh karena itu karakter hujan di wilayah Jawa bagian Barat dianalisa berdasarkan hasil pengelompokan stasiun- stasiun hujan yang berada di sekitar wilayah sungai dan atau DAS. Analisa karakteristik hujan berdasarkan wilayah sungai dan DAS ini dibagi menjadi dua bagian yakni analisa berdasarkan sifat data per stasiun dan analisa berdasarkan sifat keeratan data antar stasiun. Wilayah sungai WS dan DAS di Jawa bagian Barat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu:  WS Cimanuk - Cisanggarung simbol a  WS Cisadane - Ciliwung simbol b  WS Cisadea - Cimandiri simbol c  WS Citanduy - Ciwulan simbol d  DAS Citarum simbol e Stasiun-stasiun yang berada dalam satu wilayah sungai danatau DAS serta secara visual terlihat berdekatan satu sama lain dijadikan satu kelompok. Kelompok stasiun hujan yang terbentuk yakni Ia, IIa, IIIb, IVc, Vd, dan VIe Gambar 2. Jumlah stasiun dan rentang data yang dimiliki tiap kelompok berbeda-beda. Oleh karena itu analisa karakter hujan yang dilakukan hanya menggunakan beberapa stasiun sebagai sampel.

4.1.1 Sifat Data per Stasiun

Analisa berdasarkan sifat data per stasiun untuk stasiun-stasiun yang berada dalam satu wilayah sungai danatau DAS dilakukan dengan membandingkan pola akumulasi hujan harian, 10-harian, 30-harian, dan pola tahunannya dari tiap rentang data tahun pengamatan. Stasiun yang digunakan sebagai sampel dalam analisa ini yaitu:  a19 1990-2010  a49 1990-2001  b3 2004-2010  c19 2005-2010  d36 1979-1991  e3 2004-2010 Hujan bukan merupakan unsur cuaca yang kontinyu dari waktu ke waktu, namun gambaran nilai akumulasi hujan untuk tiap skala ditampilkan menggunakan tampilan garis. Tampilan garis tersebut digunakan untuk melihat keragaman pola hujan yang terbentuk. Pola hujan dilihat berdasarkan nilai hujan terhadap kejadian dalam waktu. Pola hujan harian ditunjukkan dengan garis berwarna biru, 10-harian dengan warna merah muda, 30-harian dengan warna oranye, dan warna hitam untuk pola hujan tahunan Gambar 3. Secara umum keragaman hujan 10-harian dibentuk oleh keragaman nilai hujan harian. Begitu pula untuk pola hujan 30-harian dan tahunan, keragaman yang terlihat dibentuk oleh skala akumulasi hujan dibawahnya secara berturut-turut. Wang dan Cho 1997 dalam tulisannya menyatakan bahwa presipitasi bulanan mempunyai kecenderungan yang naik selama setengah abad terakhir. Pernyataan tersebut berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan untuk wilayah Northern Eurasia. Gambar 2 Kelompok stasiun hujan berdasarkan wilayah sungai dan DAS Kecenderungan yang naik pada presipitasi bulanan tentunya akan membentuk pola hujan tahunan yang cenderung naik juga. Namun pada Gambar 3 dapat dilihat pola hujan bulanan di stasiun a19 yang memiliki rentang data pengamatan selama 21 tahun tidak menunjukkan kecenderungan tersebut. Terjadi penurunan hujan tahunan dari tahun 1990 ke tahun 1991 untuk stasiun d36, sebaliknya pada tahun yang sama namun di wilayah sungai berbeda, terjadinya kenaikan hujan tahunan di stasiun a19 dan a49. Stasiun a19 mempunyai keragaman pola hujan tahunan yang besar dari tahun 1990 sampai 2001, namun dengan wilayah sungai yang sama hal tersebut tidak terjadi di stasiun a49 dimana keragamannya cenderung kecil. Stasiun b3 dan e3 mempunyai rentang data pengamatan yakni dari tahun 2004 sampai 2010 dimana hujan tahunan kedua stasiun tersebut cenderung naik dari tahun ke tahun ke tahun. Begitu pula untuk stasiun c19 yang mempunyai rentang data pengamatan dari tahun 2005 sampai 2010. Stasiun b3, e3, dan c19 tersebut merupakan stasiun-stasiun dengan wilayah sungai berbeda. Namun pada rentang tahun yang sama, yakni 2004 sampai 2010, hujan tahunan di stasiun a19 cenderung kecil keragamannya. Keragaman hujan tahunan di stasiun a19 yang kecil tersebut juga berbeda dibanding dengan tahun-tahun pengamatan sebelumnya, yakni tahun 1990 sampai 2004 Gambar 3. Begitu pula untuk hujan 30-harian yang membentuk keragaman hujan tahunan pada tahun-tahun tersebut. Dengan ini dapat dilihat bahwa sifat data hujan per stasiun mempunyai kecenderungan yang berbeda- beda dari tahun ke tahun. Hal tersebut berlaku baik untuk stasiun yang berada dalam satu wilayah sungai ataupun tidak. Namun secara umum terlihat bahwa keragaman hujan yang terbentuk cukup besar sehingga tidak adanya pola hujan yang teratur baik untuk skala tahunan maupun 30-harian. Selama ini terdapat banyak metode pembangkitan data hujan yang menggunakan pola pengulangan hujan yang terjadi sebagai dasar. Semakin besar klasifikasi data hujan 10-harian, 30-harian, tahunan yang ingin dibangkitkan maka semakin kecil keragamannya karena pola pengulangannya dapat terlihat dengan jelas dari tahun ke tahun. Namun hal tersebut tidak terlihat pada Gambar 3 dimana keragaman data harian, 10-harian, 30-harian, dan tahunan yang terbentuk cenderung besar dari tahun ke tahun tanpa adanya pola pengulangan yang jelas. Hal tersebut dapat terjadi karena adanya pengaruh lokal yang kuat seperti topografi dan karakter wilayahnya, misal ketinggian atau lokasi stasiun hujan yang dikaji. a b c d e f Gambar 3 Pola hujan harian, akumulasi tahunan, 30-harian, dan 10-harian stasiun hujan: a a19 kelompok DAS Ia 1990-2010; b a49 kelompok DAS IIa 1990-2001; c b3 kelompok DAS IIIb 2004-2010; d c19 kelompok DAS IV 2005-2010; e d36 kelompok DAS Vd 1990-2010; f e3 kelompok DAS VIe 2004-2010

4.1.2 Sifat Keeratan Data antar Stasiun