Tanaman Jarak Pagar Jatropha curcas L.
Jarak pagar termasuk famili Euphorbiaceae, satu famili dengan karet dan ubi kayu. Klasifikasi tanaman jarak pagar adalah sebagai berikut Hambali et al.
2006. Divisio
: Spermatophyta Subdivisio
: Angiospermae Klasis
: Dicotyledoneae Ordo
: Euphorbiales Familia
: Euphorbiaceae Genus
: Jatropha Spesies
: Jatropha curcas L. Jarak pagar tumbuh di dataran rendah sampai ketinggian sekitar 500 mdpl.
Curah hujan yang sesuai untuk tanaman jarak pagar adalah 625 mmtahun, namun tanaman ini dapat tumbuh pada daerah dengan curah hujan antara 300-2.380
mmtahun. Kisaran suhu yang sesuai untuk tanaman jarak adalah 20-26°C. Pada daerah dengan suhu terlalu tinggi di atas 35°C atau terlalu rendah di bawah
15°C pertumbuhannya terhambat, kadar minyak dalam biji berkurang dan berubah komposisinya Hambali et al. 2006.
Tanaman jarak pagar termasuk perdu dengan tinggi 1-7 m, bercabang tidak teratur. Batangnya berkayu, silindris dan bila terluka mengeluarkan getah.
Daunnya biasanya berlekuk 3-5, terkadang ada yang sampai 7. Lekukan dangkal atau agak dalam. Panjang helaiannya 10-19 cm, urat daun menjari, warna helaian
daun hijau muda sampai hijau masak polos. Kedudukan daun berselang-seling, sekilas seperti berhadapan melingkari batang spiral. Bunganya muncul di bagian
ujung batang, pada ketiak daun. Panjang tangkai bunga 3-12 cm. Bunga jantan dan betina terpisah, terdapat di ujung-ujung tangkai bunga. Bunga betina sedikit
lebih besar dibandingkan dengan jantan. Bunganya berwarna kuning kehijauan Prana 2006.
Tumbuhan ini dikenal tahan kekeringan karena mempunyai sistem perakaran yang kuat serta dapat hidup pada berbagai jenis dan tekstur tanah. Oleh
sebab itu, tanaman ini sangat cocok ditanam di lahan kering dan berfungsi sebagai tanaman penahan erosi. Di kepulauan Comoro, Papua New Guinea dan Uganda
tanaman jarak digunakan sebagai tanaman pendukung pada tanaman vanila,
sedangkan di Kuba digunakan sebagai tanaman pelindung untuk tanaman kopi Khatri dan Gandhi 2011. Saat ini tanaman jarak banyak dikembangkan di lahan-
lahan kritis dan tidur yang belum dimanfaatkan. Hal lain yang membuat tanaman ini berpotensi untuk dikembangkan karena sebagai penghasil minyak nabati yang
bukan merupakan bahan baku untuk kebutuhan pangan, sehingga tidak terjadi persaingan kebutuhan bahan baku pangan dengan bahan baku energi Hambali et
al. 2006. Tanaman ini juga dapat dimanfaatkan sebagai minyak pelumas, bahan baku pembuatan sabun, bahan baku dalam industri insektisida, fungisida dan
molluskasida, untuk obat anti tumor, dan untuk ekorestorasi di semua jenis tanah marginal Heller 1996; Prabakaran dan Sujatha, 1999; Lin et al. 2003.
Saat ini biji jarak mendapat perhatian sebagai sumber bahan bakar hayati untuk mesin diesel karena kandungan minyaknya. Biji jarak pagar mengandung
20-40 minyak nabati, namun bagian biji tanpa cangkang dapat mengandung 45-60 minyak kasar Heller 1996. Komposisi asam lemak dari 11 kultivar jarak
pagar, menunjukkan bahwa asam lemak yang dominan adalah asam oleat, asam linoleat, asam stearat, dan asam palmitat Heller 1996. Komposisi asam oleat dan
asam linoleat bervariasi, sementara dua asam lemak lainnya, merupakan asam lemak jenuh relatif tetap.
Berbagai teknologi telah dihasilkan oleh para peneliti di Indonesia, mulai dari pengumpulan aksesi plasma nutfah telah terkumpul 591 aksesi, pelepasan
komposit IP1-P, IP1-M, IP2-P, IP2-M, IP2-A, IP3-P, IP3-M dan IP3-A, budidaya tanaman teknologi pembibitan, pemupukan pengendalian hama,
penyakit dan gulma, pasca panen dan pengembangan alat pengolah biji jarak Syakir 2010.
Aksesi dan komposit J. curcas yang berpotensi dikembangkan di Indonesia adalah aksesi Dompu dan komposit IP3-P. Aksesi Dompu merupakan
salah satu aksesi yang toleran kekeringan dan memiliki kandungan minyak yang cukup tinggi yaitu 30-37 dengan bobot biji 2.0-2.23 gr, sedangkan komposit
IP3-P merupakan hasil seleksi rekuren dari populasi IP2-P dan IP2-A yang memiliki potensi produksi 2.3-2.6 tonhatahun untuk tahun pertama dan dapat
mencapai 8-9 tonha pada tahan ke empat. Hasil ini jauh melampaui potensi produksi IP2 yang hanya sekitar 6.0-6.5 tonha pada tahun yang sama.
Kandungan minyak dari produksi IP3-P adalah sebesar 36 dan tanaman ini sudah mulai berproduksi 14 minggu setelah pemindahan ke lapangan Hasnam
2007.