curcas komposit IP3-P
Persentase eksplan yang dapat membentuk kalus pada 1 MST bervariasi tergantung pada jenis eksplan dan konsentrasi picloram yang digunakan, yaitu berkisar
0-100. Jenis eksplan dan konsentrasi picloram yang ditambahkan pada media MS sangat mempengaruhi kecepatan terjadinya induksi kalus. Zat pengatur tumbuh dalam
media kultur merupakan faktor yang sangat menentukan dalam keberhasilan induksi kalus dari jaringan eksplan yang dikulturkan. Zat pengatur tumbuh picloram merupakan
golongan auksin mempunyai peran penting dalam induksi pembentukan kalus. Hasil analisis ragam menunjukkan adanya pengaruh nyata antara taraf
konsentrasi picloram dan jenis eksplan terhadap skor pertumbuhan kalus pada 1-8 MST. Pertumbuhan kalus pada 3 MST dapat mencapai skor 4 51-75 kalus menutupi
eksplan pada eksplan hipokotil, sedangkan eksplan daun, aksis embrio tua dan kotiledon hanya mencapai skor 3 26-50 kalus menutupi eksplan. Pada 6 MST
pertumbuhan kalus untuk setiap jenis eksplan mencapai lebih dari 50 kalus menutupi eksplan. Skor kalus rata-rata tertinggi ditunjukkan pada eksplan hipokotil yang dapat
mencapai skor 5 76-100 kalus menutupi eksplan pada semua media yang mengandung picloram pada 5 MST Tabel 3. Ini menunjukkan bahwa picloram dengan
konsentrasi 0.5-2.5 mgL
-1
pada 5 MST dapat menginduksi pertumbuhan kalus dari eksplan hipokotil mencapai maksimum, walaupun skor pertumbuhan kalus di media
yang mengandung picloram pada eksplan tersebut tidak berbeda nyata. Skor pertumbuhan kalus dari eksplan hipokotil mencapai pertumbuhan yang maksimum pada
5 .
MST. 33
Tabel 3. Pengaruh picoram terhadap skor pertumbuhan kalus dari berbagai eksplan J. curcas komposit IP3-P
Keterangan: Hasil analisis dengan uji Kruskal-Wallis, berbeda nyata pada 0.01P0.05, berbeda sangat nyata pada P0.01 Jenis
Eksplan Konsentrasi
Picloram mgl
Skor pertumbuhan kalus 1 MST 2 MST 3 MST 4 MST
5 MST 6 MST 7 MST 8 MST
Daun 1.0
1.0 1.0
1.0 1.0
1.0 1.0
1.0 0.5
1.0 2.0
2.0 3.0
3.5 4.0
5.0 5.0
1.0 1.0
2.0 3.0
3.0 3.5
4.0 5.0
5.0 1.5
2.0 3.0
3.0 4.0
4.0 5.0
5.0 5.0
2.0 2.0
2.0 3.0
4.0 4.0
5.0 5.0
5.0 2.5
2.0 2.0
3.0 3.0
4.0 4.0
5.0 5.0
P-value 0.000
0.000 0.000
0.000 0.000
0.000 0.000
0.000
Hipokotil 1.0
1.0 1.0
2.0 2.0
2.0 2.0
2.0 0.5
1.0 2.0
2.0 3.0
5.0 5.0
5.0 5.0
1.0 2.0
3.0 3.0
4.0 5.0
5.0 5.0
5.0 1.5
2.0 3.0
3.5 4.5
5.0 5.0
5.0 5.0
2.0 2.0
3.0 4.0
4.5 5.0
5.0 5.0
5.0 2.5
2.0 3.0
4.0 4.5
5.0 5.0
5.0 5.0
P-value 0.000
0.000 0.000
0.000 0.000
0.000 0.000
0.000 Aksis
embrio tua
1.0 1.0
1.0 1.0
1.0 1.0
1.0 1.0
0.5 1.0
2.0 3.0
4.0 4.0
5.0 5.0
5.0 1.0
1.0 2.0
3.0 4.0
4.0 5.0
5.0 5.0
1.5 1.0
3.0 3.0
4.0 4.0
5.0 5.0
5.0 2.0
1.0 2.0
3.0 4.0
4.0 5.0
5.0 5.0
2.5 1.0
2.0 3.0
4.0 4.0
5.0 5.0
5.0 P-value
0.430 0.000
0.000 0.000
0.000 0.000
0.000 0.000
Kotiledon 1.0
1.0 1.0
1.0 1.0
1.0 1.0
1.0 0.5
1.0 2.0
2.0 3.0
4.0 4.0
5.0 5.0
1.0 1.0
2.0 3.0
3.0 4.0
5.0 5.0
5.0 1.5
1.0 2.0
3.0 3.0
4.0 4.0
5.0 5.0
2.0 1.0
2.0 3.0
3.0 4.0
4.0 5.0
5.0 2.5
1.0 2.0
3.0 3.0
4.0 5.0
5.0 5.0
P-value 1.000
0.000 0.000
0.000 0.000
0.000 0.000
0.000 34
Kalus yang dihasilkan pada media yang mengandung picloram pada 1 MST adalah kalus non embriogenik yang remah, sedangkan kalus pada media
tanpa zpt merupakan kalus kompak Tabel 4. Pembentukan kalus pada jaringan yang dilukai umum terjadi pada tumbuhan. Ini menunjukkan bahwa hormon
endogen berperan dalam induksi kalus. Terbentuknya kalus terjadi pada bagian bekas pelukaan Gambar 7a, kemudian berlanjut dengan pertumbuhan kalus
sebagai akibat dari proliferasi sel-sel penyusun kalus, sehingga menutup sebagian permukaan bekas pelukaan Gambar 7b. Hal ini sesuai dengan pendapat Utami et
al. 2007 yang menyatakan bahwa terjadinya kalus di tempat pelukaan bertujuan untuk menutup luka. George dan Sherington 1984 menyatakan bahwa
pemotongan atau pelukaan pada sel tumbuhan akan merangsang pembelahan sel, selanjutnya pembelahan ini akan menginisiasi kalus. Terbentuknya kalus remah
disebabkan karena penggunaan picloram yang merupakan zat pengatur tumbuh golongan auksin yang menyebabkan proliferasi sel secara cepat, sedangkan kalus
kompak terbentuk karena mengalami pembentukan lignifikasi sehingga kalus tersebut mempunyai tekstur yang keras.
Gambar 7. Pertumbuhan kalus dari eksplan daun J. curcas komposit IP3-P a pertumbuhan kalus panah pada bagian luka 2 MST dan b
pertumbuhan kalus 5 MST.
Pertumbuhan kalus mulai menurun pada 6 MST, hal ini ditunjukkan dengan pertumbuhan kalus yang melambat dengan tidak bertambahnya volume
kalus dan mulai terjadinya perubahan warna menjadi putih kekuningan sampai menjadi coklat serta hitam. Kalus yang terbentuk di media yang mengandung
picloram merupakan kalus remah dan tidak membentuk kalus embriogenik Gambar 8.
a b
35
Tabel 4. Pengaruh picloram terhadap morfologi kalus yang terbentuk dari berbagai eksplan J. curcas komposit IP3-P
Jenis Eksplan
Konsentrasi Picloram mgl
Morfologi kalus Eksplan membentuk
Embrio Somatik
Daun Kompak, putih
0.5 Remah, putih
1.0 Remah, putih
1.5 Remah, putih kekuningan
2.0 Remah, putih kecoklatan
2.5 Remah, putih kecoklatan
Hipokotil Kompak, putih
0.5 Remah, putih
1.0 Remah, putih
1.5 Remah, putih
2.0 Remah, putih kekuningan
2.5 Remah, putih kecoklatan,
Aksis Tidak membentuk kalus
0.5 Remah, putih
1.0 Remah, putih
1.5 Remah, putih
2.0 Remah, putih
2.5 Remah, putih kehitaman
Daun kotiledon
Kompak, putih 0.5
Remah, putih kekuningan 1.0
Remah, putih kekuningan 1.5
Remah, putih kecoklatan 2.0
Remah, putih kecoklatan 2.5
Remah, putih kecoklatan
Gambar 8. Kalus remah J. curcas komposit IP3-P yang terbentuk pada media MS yang mengandung 1.5 mgL
-1
picloram pada 6 MST. a kalus dari daun, b kalus dari hipokotil, c kalus dari aksis dan d kalus dari
kotiledon. Eksplan daun, hipokotil, aksis embrio dewasa dan kotiledon yang
diinduksi di media MS dengan penambahan picloram tidak dapat membentuk embrio somatik sampai dengan 8 MST. Eksplan tersebut merupakan eksplan yang
a b
c d
bersifat merismatik, karena daun dan hipokotil berasal dari kecambah yang berumur 1 MST, sedangkan aksis embrio dewasa dan kotiledon tersusun dari
jaringan muda calon pembentukan akar, batang dan daun. Zat pengatur tumbuh yang digunakan adalah golongan auksin yaitu picloram dengan konsentrasi 0-2.5
mgL
-1
yang dapat mendorong pembentukan embrio somatik. Tidak terbentuknya embrio somatik pada keempat jenis eksplan tersebut, diduga disebabkan oleh
keseimbangan zat pengatur tumbuh endogen dan eksogen di dalam media yang dapat mempengaruhi ekspresi gen, sehingga gen-gen yang berperan dalam
embriogenesis tidak dapat menginduksi embrio somatik. Hasil penelitian ini berbeda dengan Nindita 2010 yang menunjukkan bahwa aksis embrio tua dan
kotiledon pada media MS yang mengandung 1.0 mgL
-1
picloram dapat membentuk embrio somatik. Pembentukan embrio somatik dipengaruhi oleh
berbagai faktor, diantaranya aksesi, jaringan dan tahap perkembangan eksplan, serta hormon endogen yang dapat mempengaruhi respon tanaman yang
bergantung pada kondisi kultur seperti konsentrasi hormon eksogen, kondisi osmotik, perubahan pH, asam amino dan konsentrasi unsur hara makro dan mikro
Namasivayam 2007.