Konstruksi Polemik antara Gubernur DKI Jakarta dengan DPRD dalam Media Massa ( Analisis Wacana Pemberitaan Polemik Basuki Tjahaja Purnamadan DPRD Jakarta di Majalah Tempo Edisi 16-22 April 2015 )

(1)

KONSTRUKSI POLEMIK ANTARA GUBERNUR DKI JAKARTA DENGAN DPRD DALAM MEDIA MASSA

(Analisis Wacana Pemberitaan Polemik Basuki Tjahaja Purnama dan DPRD Jakarta di Majalah Tempo Edisi 16-22 April 2015)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Malang Sebagai Persyaratan untuk Mendapatkan Gelar Sarjana (S-1)

Oleh : Ubaidillah Nur 201010040311220

JURUSAN ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG


(2)

LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI

Nama : Ubaidillah Nur NIM : 201010040311220 Jurusan : Ilmu Komunikasi

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Judul Skripsi : Konstruksi Polemik Antara Gubernur DKI Jakarta Dengan DPRD Dalam Media Massa (Analisis Wacana Pemberitaan Polemik Basuki Tjahaja Purnama dan DPRD Jakarta di Majalah Tempo Edisi 16-22 April 2015)

Disetujui,

Pembimbing I Pembimbing II

Nasrullah, S.Sos, M.Si Sugeng Winarno, S.Sos, M.A

Mengetahui, Ketua,

Jurusan Ilmu Komunikasi


(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Nama : Ubaidillah Nur NIM : 201010040311220 Jurusan : Ilmu Komunikasi

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Judul Skripsi : Konstruksi Polemik Antara Gubernur DKI Jakarta Dengan DPRD Dalam Media Massa (Analisis Wacana Pemberitaan Polemik Basuki Tjahaja Purnama dan DPRD Jakarta di Majalah Tempo Edisi 16-22 April 2015)

Telah dipertahankan dihadapan Dewan Penguji Skripsi Jurusan Ilmu Komunikasi

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Malang

Dan Dinyatakan LULUS Pada Hari : Selasa

Tanggal : 26 Januari 2016 Tempat : Ruang Jurusan (R.611)


(4)

PERNYATAAN ORISINALITAS

Yang bertanda tangan dibawah ini : Nama : Ubaidillah Nur

Tempat, Tanggal Lahir : Pamekasan, 19 Desember 1991

NIM : 201010040311220

Jurusan : Ilmu Komunikasi

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Menyatakan bahwa karya ilmiah (skripsi) dengan judul : Konstruksi Polemik Antara Gubernur DKI Jakarta Dengan DPRD Dalam Media Massa (Analisis Wacana Pemberitaan Polemik Basuki Tjahaja Purnama dan DPRD Jakarta di Majalah Tempo Edisi 16-22 April 2015) adalah bukan karya tulis ilmiah (skripsi) orang lain, baik sebagian ataupun seluruhnya, kecuali dalam bentuk kutipan yang telah saya sebutkan sumbernya dengan benar. Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar benarnya dan apabila pernyataan ini tidak benar, saya bersedia mendapat sanksi sesuai ketentuan yang berlaku.

Malang 5 Januari 2016 Yang menyatakan,


(5)

BERITA ACARA BIMBINGAN SKRIPSI

1. Nama : Ubaidillah Nur 2. NIM : 201010040311220 3. Fakultas : Ilmu Komunikasi

4. Jurusan : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik 5. Konsentrasi : Audio Visual

6. Judul Skripsi : Konstruksi Polemik Antara Gubernur DKI Jakarta Dengan DPRD Dalam Media Massa (Analisis Wacana Permberitaan Polemik Basuki Tjahaja Purnama Dengan DPRD Jakarta di Majalah Tempo Edisi 16-22 April 2015)

7. Pembimbing : 1. Nasrullah, S.Sos, M.Si 2. Sugeng Winarno, S.Sos M.A 8. Kronologi Bimbingan :

Malang, 5 Januari 2016 Disetujui,

Pembimbing I Pembimbing II


(6)

KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti kepada Tuhan Yang Maha Esa (ALLAH) yang telah memberikan limpahan petunjuk, serta karuniaNya sehingga peneliti skripsi yang berjudul “Konstruksi Polemik Antara Gubernur DKI Jakarta Dengan DPRD Dalam Media Massa (Analisis Wacana Permberitaan Polemik Basuki Tjahaja Purnama Dengan DPRD Jakarta di Majalah Tempo Edisi 16-22 April 2015)” dapat terselesaikan dengan baik.

Skripsi merupakan tugas akhir yang harus ditempuh mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Malang untuk salah satu syarat kelulusan guna menempuh tugas akhir S-1 Ilmu Komunikasi.

Keberhasilan penulis skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Dr. Muhadjir Effendy, MAP selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Malang

2. Bapak Nasrullah S.Sos, M.Si selaku Dosen pembimbing I yang telah memberikan banyak masukan, bimbingan dan masukan hingga terselesainya skripsi ini

3. Bapak Sugeng Winarno S.Sos, M.A selaku Dosen pembimbing II yang telah banyak memberikan bantuan dan motivasi hingga terselesainya skripsi ini

4. Bapak/Ibu Dosen penguji I yang telah banyak memberikan bantuan hingga terselesainya skripsi ini

5. Bapak/Ibu Dosen penguji II yang telah banyak memberikan bantuan hingga terselesainya skripsi ini

6. Bapak Dr. Asep Nurjaman, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Malang

7. Bapak Sugeng Winarno S.Sos, M.A selaku Ketua Jurusan Ilmu Komunikasi

8. Para Dosen Jurusan Ilmu Komunikasi yang telah memberikan ilmu selama perkuliahan

9. Kedua orang tua tercinta, ayah dan ibuk yang selalu sabar dan tak henti-hentinya memberikan do’a dan motivasi, dukungan moriil maupun materiil

10. Kedua saudaraku kakak dan abang yang juga memberi dukungan dan semngat dalam pengerjaan tugas akhir ini serta keluarga besarku

11. Teman - teman seperjuangan: Alfan, Fajri, Ucal, Fandim, Arul, Yoga, Fatkul, Rofik, Yanuar, Wardah, Maya, Mirza, Adelia, Budi, Jhon atas dukungan nya dan semua anak Ilmu Komunikasi 2010

12. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu yang telah membantu dan memberikan dukungan atas penyusunan skripsi ini.

Dalam penyusunan skripsi ini, peneliti menyadari bahwa hasil yang diperoleh masih jauh dari sempurna. Segala upaya telah di lakukan untuk


(7)

menyempurnakan skripsi ini, tetapi jika masih ada kesalahan dengan kerendahan hati peneliti memohon maaf sebesar-besarnya, dan semoga ada koreksi dan perbaikan dikemudian hari.


(8)

DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI ... LEMBAR PENGESAHAN ... LEMBAR ORISINALITAS ... BERITA ACARA BIMBINGAN SKRIPSI ... KATA PENGANTAR ... DAFTAR ISI ... ABSTRAK ... LAMPIRAN ...

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 3

1.3 Tujuan penelitian ... 4

1.4 Manfaat penelitian ... 4

1.5 Tinjauan Pustaka ... 4

1.5.1 Komunikasi ... 4

1.5.2 Jenis - Jenis Komuniasi ... 5

1.5.3 Tentang Komunikasi Massa ... 6

1.5.4 Karakteristik Komunikasi Massa...7

1.5.5 Fungsi Komunikasi Massa...10

1.5.6 Majalah...11

1.6 Metodelogi Penelitian...21

1.6.1 Pendekatan Dan Tipe Penelitian...25

1.6.2 Ruang Lingkup Penelitian...27

1.6.3 Teknik Pengumpulan Data...27

1.6.4 Karakteristik Analisis Wacana Kritis...27

1.6.5 Unit Analisis...30

BAB II GAMBARAN UMUM MAJALAH TEMPO... 32

2.1 Sejarah Dan Perkembangan Tempo... 32

2.1.1 Visi Dan Misi Tempo... 39


(9)

2.1.3 Proses Produksi Berita... 41

2.1.4 Rubrik Majalah Tempo...,,... 44

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 46

3.1 Hasil Penelitian... 46

3.1.1 Deskripsi Polemik Antara Gubernur Jakarta, Dengan DPRD... 46

3.1.2 Analisis wacana Polemik Antara Gubernur DKI Jakarta Dengan DPRD... 48

3.1.3 Hasil Kajian Analisa... 62

3.2 Pembahasan... 68

BAB IV PENUTUP... 74

4.1 Kesimpulan... 74

4.2 Saran... 75 DAFTAR PUSTAKA


(10)

DAFTAR PUSTAKA Buku:

Alexander, Morissan. 2010. Periklanan Komunikasi Pemasaran. Terpadu. Jakarta: Ramdina Prakarsa.

Alwi, Hasan. 2003. Tata Bahasa Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Arifin, Bustanul dan Abdul Rani. 2000. Prinsip-prinsip Analisis Wacana. Yogyakarta: Direktorat Pembinaan

Ardianto, Elvinaro. 2007. Komunikasi Massa Suatu Pengantar. Bandung: Simbosa Rekatama Media.

Abdullah, Aceng. 1999. Press Relations: kiat berhubungan Dengan Massa. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

Brown, Gillian&Yule, George. 1996. Analisis Wacana (terj. Soetikno, I). Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Budyatna, Muhammad. 2009. Jurnalistik :Teori&Praktik. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.

Dharma, Surya. 2009. Manajemen Kinerja Falsafah Teori dan. Penerapannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Eriyanto, 2001. Analisis Wacana Teks Media. Yogyakarta:LKiS

Gillian Brown dan Yule, 1996. Analisis Wacana, Jakarta: Gramedia Utama Harsono, Andreas dan Setiyono, Budi, Jurnalisme Sastrawi Antologi Liputan

Memantau Dan Memikat, Yayasan Pantau Kebayoran Lama, Jakarta 2005 Junaedhie, Kurniawan, 1995. Rahasia Dapur majalah Indonesia. Jakarta:

Gramedia Pustaka Utama

Kasali, Rhenald. 1995. Manajemen Periklanan. Jakarta: Pustaka Grafiti

Kartomihardjo ,Soeseno. 1993. Analisis Wacana dengan Penerapannya pada. Beberapa Wacana. PELBA 6. Jakarta

Kridalaksana, Harimurti. 2008. Kamus Linguistik. Jakarta: Gramedia Pustaka. Lubis, A. Hamid Hasan. 1993. Analisis Wacana Pragmatik. Bandung: Angkasa. Mulyana, Deddy. 2007. Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar. Bandung :Remaja.

Rosda karya.

McQuail, Denis. 2000. Teori Komunikasi Massa, Suatu Pengantar. Jakarta: Erlangga


(11)

Oetomo, Dede. 1993. Pelahirandan Perkembangan Analisis Wacana dalam Bambang. Kaswanti Purwo (ed.).

Rolnicki, Tom E. 2008. Pengantar Dasar Jurnalisme (Scholastic Journalism). Jakarta: Kencana.

Sobur, Alex. 2006. Semiotika Komunikasi. Bandung: PT RemajaYosdakarya. Sudaryat, Yayat. 2009. Makna Dalam Wacana. Bandung: Yrama Widya.

Sumadiria. 2008. Jurnalistik Indonesia Menulis Beritadan. Feature. Bandung :Simbiosa Rekatama Media

Tinarbuko, Sumbo. 2008. Semiotika Komunikasi Visual. Yogyakarta: Jalansutra Tarigan, Henry Guntur. 2009. Pengajaran Gaya Bahasa. Bandung: Angkasa Non Buku:

Majalah Tempo Edisi 16-22 April 2015

https://store.tempo.co/majalah/detail/MC201503140002/ahok-vs-dprd-arisan-proyek-siluman. Diakses pada 19 November 2015 pukul 20.50 WIB Akhiri Polemik Gubernur vs DPRD

http://poskotanews.com/2015/03/05/akhiri-polemik-gubernur-vs-dprd/. Diakses pada 23 November 2015 pukul 22.23 WIB Bagaimana Warga Jakarta Menilai Kisruh Gubernur-DPRD?

http://sp.beritasatu.com/home/bagaimana-warga-jakarta-menilai-kisruh-gubernur-dprd/81284. Diakses pada 23 November 2015 pukul 22.41 WIB

Polemik APBD DKI Jakarta 2015; Memahami Proses Penyusunan APBD

http://suarajakarta.co/opini/polemik-apbd-dki-jakarta-2015-memahami-proses-penyusunan-apbd/. Diakses pada 23 November 2015 pukul 22.36 WIB


(12)

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Sebagai sebuah pemberitaan, tentunya informasi yang disuguhkan harus sesuai dengan fakta yang terjadi, karena berita adalah cerminan realitas (mirror of reality). Akan tetapi, ada kalanya berita disampaikan didalamnya, tidak sesuai dengan realitas yang terjadinya, sehingga berita yang di konsumsi masyarakat menjadi keliru dan menggiring pemahaman masyarakat pada opini-opini yang tidak sesuai dengan fakta yang sesungguhnya atau tidak objektif. Sehingga menjadi penting kiranya untuk memisahkan antara yang opini dan yang fakta untuk menghindari pandangan emosional dalam melihat suatu peristiwa dan memperhatikan prinsip keseimbangan serta keadilan dengan melihat peristiwa dari dua sisi, dalam hal ini adalah pada saat proses produksi berita tersebut.

Satu hal penting dalam tugas media menyangkut masalah pemberitaan Pada proses produksinya, pemberitaan seringkali dipengaruhi oleh dua faktor, diantaranya adalah faktor internal yang meliputi kebijakan redaksional, kepentingan pengelola media dan faktor eksternal yang meliputi kepentingan pasar (pembaca) dan kepentingan-kepentingan elite yang menggunakan media sebagai salurannya (Morissan, 2010:48).

Media yang juga tidak terlepas dari konstruksi sosial, dimana pesan atau informasi yang disampaikan sudah melewati proses produksi yang sudah diatur sedemikian rupa sehingga pesan atau informasi yang disampaikannya meninggalkan objektifitas dan mengangkat informasi yang tidak sesuai dengan


(13)

2

faktanya atau manipulasi fakta yang sesuai dengan agenda kepentingannya. Sehingga selalu ada perbedaan dari informasi walau pun topik pemberitaannya sama. Hal ini tergantung dari kepentingan orang-orang yang terlibat pada proses produksinya.

Dengan demikian maka, sebuah media informasi dapat dikatakan sebagai agen konstruksi realitas yang ada dimasyarakat melalui pemberitaannya. Secara sederhana bahwa berita yang dikonsumsi oleh masyarakat tidak sekedar menjelaskan suatu informasi dari sebuah peristiwa yang sedang terjadi melainkan pendapat orang yang terlibat pada proses produksi berita itu sendiri, yang pada akhirnya akan mempengaruhi keyakinan para pembacanya dan memunculkan apa yang disebut dengan opini publik. Padahal, media massa yang demokratis bertumpu pada kewajiban memberikan kesempatan yang sama kepada setiap warga negara untuk memperoleh akses informasi. Dalam arti, bahwa terpenuhinya kepentingan publik melalui media massa perlu menjadi prioritas pertama.

Setiap realita yangmenarik perhatian publik akan menjadi agenda media dengan menempatkannya sebagai headline media. Pandangan ini didasarkan

anggapan bahwa masyarakat akan membeli media karena melihat headline yang

terdapat di halaman muka. Media mempunyai pengaruh yang sangat kuat dalam membentuk kognisi masyarakat. Kekuatan media antara lain disebabkan oleh proses wacana, teknik pengemasan fakta, penggambaran fakta, pemilihan sudut pandang (angle), penambahan atau pengurangan foto atau gambar, dan lain-lain.

Isu tentang Sosok Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) sebagai pemimpin yang keras dan tegas memiliki banyak realitas sehinggasetiap media memiliki


(14)

3

kepentingan tertentu dalam mengkonstruksi isu-isu yang dianggap menarik dan mewakili realitas tersebut. Dalam pemberitaan beberapa kasus gaya kepemimpinan Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) oleh media massa, terdapat proses analisis wacana Kritis adalah sebuah upaya untuk proses (penguraian) untuk memberi penjelasan dari sebuah teks (realitas sosial) dari seseorang atau kelompok dominan yang kecenderungannya memiliki tujuan tertentu untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Artinya dalam suatu konteks harus disadari adanya kepentingan. (Dharma, 2009:49).

Mengacu pada uraian di atas maka penulis ingin lebih jauh meneliti tentang konstruksi polemik antara Gubernur DKI Jakarta dengan DPRD dalam media massa (Analisis Wacana Pemberitaan Basuki Tjahaja Purnama dan DPRD Jakarta di Majalah Tempo Edisi 16-22 April 2015)

1.2Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang belakang yang telah diuraian di atas dapat dipahami bahwa analisis wacana dapat mengarahkan pandangan orang mengenai sesuatu. Ketika wacana dilakukan berulang-ulang oleh khalayak menerimanya, maka akan terjadi stereotiping atau pengategorian dari suatu hal dalam kehidupannya dan khalayak akan berlaku sesuai dengan stereotipe yang dipahaminya. Perumusan masalah yang diangkat dalam skripsi ini adalah: Bagaimana majalah Tempo menkonstruksi polemik antara Gubernur DKI Jakarta dengan DPRD Jakarta?


(15)

4

1.3Tujuan Penelitian

Mengacu pada rumusan masalah di atas, maka yang menjadi tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui majalah Tempo menkonstruksi polemik antara Gubernur DKI Jakarta dengan DPRD Jakarta.

1.4Manfaat peneitian

1.4.1Bagi Penulis

1. Melatih kemampuan berpikir dan menganalisis pemberitaan yang ada pada media cetak.

2. Selain memperoleh data juga sebagai pendorong bagi peneliti untuk mempelajari dan memahami masalah-masalah yang ada dalam sudut pandang pemberitaan pada Majalah Tempo.

1.4.2Bagi Akademik

Diharapkan dapat menjadi refrensi yang bermanfaat dalam usaha meningkatkan pengetahuan yang memperluas wawasan khususnya dalam bidang komunikasi.

1.5Tinjauan Pustaka

1.5.1Komunikasi

Komunikasi atau dalam bahasa Inggris communication yang berasal dari bahasa latin yaitu komunis yang berarti sama, istilah komunis sering disebut sebagai asal mula kata komunikasi. Selain komunis ada pula kata yang disebut sebagai asal mula komunikasi yaitu komunitas. Komunitas adalah sekelompok orang yang berkumpul atau hidup bersama untuk mencapai tujuan tertentu dan mereka berbagi makna dan sikap (Mulyana, 2007:46).


(16)

5

Menurut Mulyana dalam buku Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar mendefinisikan komunikasi dalam arti sempit sebagai penyampaian pesan melalui media elektronik, sementara dalam arti luas komunikasi adalah interaksi antara dua makhluk hidup atau lebih Tubbs dan Moss mendefinisikan komunikasi sebagai proses penciptaan makna antara dua orang. Sedangkan Gudykunst dan Kim mendefinisikan komunikasi sebagai proses transaksional, simbolik yang melibatkan pemberian makna antara orang-orang (Mulyana, 2007:65). Makna disini maksudnya pesan yang disampaikan oleh komunikator kepada komunikan dapat diterima oleh komunikan dengan menggunakan asas perbedaan bukan asas persamaan dalam pengambilan sebuah keputusan.

Sementara itu, Frank Dance dan Carl Larson mengatakan terdapat tiga dimensi yang mendasari definisi tentang komunikasi. Pertama tingkat observasi (level of observation) pesan yang disampaikan oleh komunikator kepada komunikan dilihat keabstrakannya. Kedua kesengajaan (intentionality) pesan yang disampaikan oleh komunikator kepada komunikan merupakan pesan yang disengaja. Ketigapenilaian normatif, dimana komunikan diukur keberhasilan dan kecermatannya dalam menerima pesan yang disampaikan oleh komunikator.

1.5.2Jenis-Jenis Komunikasi

Dalam ilmu komunikasi terdapat beberapa jenis-jenis komunikasi seperti: 1. Komunikasi Massa, adalah pesan yang dikomunikasikan melalui media


(17)

6

2. Komunikasi Organisasi, adalah upaya pengiriman dan penerimaan pesan baiK dalam organisasi didalam kelompok formal maupun kelompok informal organisasi.

3. Komunikasi Antar Pribadi, adalah komunikasi yang terjadi antara dua orang atau lebih dengan cara tatap muka (face to face).

4. Komunikasi Kelompok, adalah komunikasi yang berlangsung antara

beberapa orang dalam suatu kelompok kecil atau kelompok besar.

5. Komunikasi Politik, adalah proses penyebaran arti, makna atau pesan yang bersangkutan dengan fungsi suatu sistem politik. (Mulyana, 2007: 81-83)

1.5.3Tentang Komunikasi Massa

Komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah besar orang (Ardianto, 2007:3). Media massa merupakan elemen penting dalam pengiriman atau penyampaian pesan komunikasi. Media massa yang digunakan antara lain: media elektronik yang mencakup televisi dan radio, media cetak yang mencakup surat kabar, majalah dan tabloid, serta media film yang menggunakan film bioskop sebagai media penyampaian komunikasi. Di zaman modern seperti saat ini, keberadaan media massa sangat bermanfaat dalam memberikan informasi kepada khalayak, dimana media massa berperan sebagai komunikator dan pemirsa atau pendengar berperan sebagai komunikan.

Sementara itu, Gernbner menjelaskan definisi komunikasi massa secara terperinci. Menurutnya komunikasi massa adalah produksi dan distribusi yang berlandaskan teknologi dan lembaga dari arus pesanserta paling luas dimiliki orang dalam memasyarakatkan industri (Ardianto, 2007:3). Dari definisi tersebut


(18)

7

media massa berperan sebagai produsen dalam menghasilkan sebuah produk yang berupa pesan-pesan komunikasi, yang kemudian dikemas semenarik mungkin lalu didistribusikan atau disebarkan kepada khalayak luas.

Definisi komunikasi massa dijelaskan secara komplek oleh Severin dan Tankard Jr dalam bukunya Communication Theorities: Origins, Methonds, And

Uses In The Mass Media yang telah diterjemahkan oleh Effendy. Ia

mengemukakan bahwa komunikasi massa adalah sebagian keterampilan, sebagian seni, dam sebagian ilmu (Ardianto, 2007:5). Keterampilan disini maksudnya bagaimana media memfokuskan sebuah kamera televisi atau penggunaan tape recorder dalam mewawancarai narasumber. Seni dimaksudkan bagaimana media mampu melawan tantangan dalam setiap penulisan naskah dalam membuat skrip untuk televisi ataupun tata letak dalam surat kabar. Ilmu maksudnya informasi yang diberikan dapat menjadi pengembangan wawasan kepada khalayak yang membaca atau menontonnya. Sedangkan Rakhmat mendefinisikan komunikasi massa sebagai jenis komunikasi yang ditujukan kepada sejumlah khalayak yang tersebar, heterogen,dan anonim melalui media massa sehingga pesan yang disampaikan dapat diterima secara serentak dan sesaat (Ardianto, 2007:6).

1.5.4Karakteristik Komunikasi Massa

Dari definisi mengenai komunikasi massa diatas, komunikasi massa memiliki karakteristik dalam setiap penyampaian pesannya, karakteristik tersebut antara lain:


(19)

8

1. Komunikator Terlembaga

Ciri komunikasi massa yang pertama adalah komunikator, karena komunikasi massa melibatkan lembaga dan komunikatornya bergerak dalam organisasi yang kompleks.

2. Pesan Bersifat Umum

Komunikasi massa bersifat terbuka, artinya pesan yang disampaikan ditujukan untuk semua orang bukan ditujukan untuk sekelompok orang tertentu. Pesan komunikasi massa dapat berupa fakta, peristiwa ataupun opini.

3. Komunikan Anonim dan Heterogen

Komunikan pada komunikasi massa bersifat anonim dan heterogen, hal ini dapat dikategorikan berdasarkan, pendidikan, pekerjaan, usia, jenis kelamin, latar belakang budaya, agama, dan tingkat ekonomi.

4. Media Massa Menimbulkan Keserempakan

Menurut Effendy dalam buku komunikasi massa karya Ardianto mengatakan bahwa keserempakan media massa sebagai keserempakan kontak dengan jumlah penduduk dengan jarak yang jauh dengan komunikatornya. Pesan yang disampaikan diterima secara serempak dalam waktu yang bersamaan.

5. Komunikasi Mengutamakan Isi Ketimbang Hubungan

Mulyana dalam buku komunikasi massa karya Ardianto mengemukakan bahwa salah satu prinsip komunikasi adalah bahwa komunikasi mempunyai dimensi isi dan dimensi hubungan. Sedangkan Rakhmat menyebutnya


(20)

9

sebagai proporsi unsur isi dan proporsi unsur hubungan. Sehingga komunikator dalam komunikasi massa tidak perlu mengenal komunikannya dan yang diutamakan adalah bagaimana pesan yang disampaikan disusun secara sistematis, baik, sehingga pesan yang disamapaikan dipahami oleh khalayak.

6. Komunikasi Massa Bersifat Satu Arah

Karena pesan yang disampaikan melalui media massa maka komunikator dan komunikan tidak dapat melakukan kontak langsung, komunikator aktif menyampaikan pesan dan komunikan aktif menerima pesan namun diantara keduanya tidak dapat melakukan dialog.

7. Stimulasi Alat Indra Terbatas

Dalam komunikasi massa, stimulasi alat indra tergantung pada jenis media yang digunakan, misalnya surat kabar atau majalah, khalayak hanya menggunakan indra penglihatan. Sedangkan radio, khalayak menggunakan indra pendengaran dan televisi menggunakan alat indra penglihatan dan pendengaran.

8. Umpan Balik Tertunda (Delay) dan Tidak Langsung (Indirect)

Pesan yang disampaikan komunikator melalui media massa bagi komunikan tidak dapat langsung diketahui umpan balik (feedbacknya) karena membutuhkan proses yang lama sehingga terjadi keterlambatan (delay) dalam penyampaian feedback. (Ardianto, 2007: 7-12)


(21)

10

1.5.5Fungsi Komunikasi Massa

Komunikasi massa memiliki fungsi dalam setiap penyampaian pesan melalui media massa, menurut Dominick fungsi komunikasi massa antara lain : sebagai pengawas, penafsiran, pertalian, penyebaran nilai-nilai, dan hiburan (Ardianto, 2007:14). Sementara itu, Effendy mengemukakan fungsi komunikasi massa secara umum, menurutnya komunikasi massa sebagai fungsi informasi, fungsi pendidikan, fungsi dan mempengaruhi (Ardianto, 2007:18). Dalam setiap memberikan informasi, pendidikan maupun hiburan. Komunikasi massa menggunakan media massa sebagai alat penyampai pesan, media massa tersebut seperti:

1. Media Cetak

media cetak merupakan bagian dari media massa yang digunakan dalam penyuluhan. Media cetak mempunyai karakteristik yang penting. Media cetak membantu penerimaan informasi untuk mengatur masukan informasi tersebut. Lebih jauh lagi media cetak dapat di seleksi oleh pembacanya secara mudah dibandingkan dengan berita melalui radio dan televisi. Media cetak mencakup surat kabar, majalah dan tabloid yang memiliki keragaman dalam setiap terbitnya. Surat kabar misalnya ada beberapa jenis yaitu surat kabar harian, surat kabar mingguan dan surat kabar bulanan. Begitu pun dengan majalah dan tabloid, hal ini dilakukan berdasarkan kebijakan yang dikeluarkan oleh pimpinan media cetak itu sendiri.


(22)

11

2. Media Elektronik

Media elektronik adalah media yang menggunakan teknologi elektronik dan bersifat audio visual, dalam penyampaian informasi terhadap khalayak, media elektronik menggunakan audio visual supaya khalayak atau pemirsa lebih mudah menyerap informasi yang disampaikan. Pemirsa tidak hanya menggunakan alat indra penglihatan dalam mendapatkan informasi seperti yang terjadi pada media cetak, tetapi pendengar juga menggunakan alat indra pendengar. Dalam media elektronik terdapat beberapa media yang digunakan seperti televisi, film, radio dan yang terbaru adalah media internet.

1.5.6Majalah

Majalah merupakan kumpulan berita, artikel, cerita, iklan dan sebagainya yang dicetak dalam lembaran kertas ukuran folio dan dijilid dalam bentuk buku. Majalah biasanya terbit teratur, semiggu sekali, dua minggu sekali atau sebulan sekali.

Menurut Garcia (Abdullah: 1999:12) pengertian majalah adalah halaman demi halaman yang diikat dengan kawat serta menggunakan sampul yang jenis kertasnya lebih tebal atau lebih menguat dibanding kertas halaman dalam. Format majalah setengah dari ukuran tabloid atau seperempat ukuran broadsheet. Dengan demikian majalah bisa dikatagorikan sebagai media cetak. Media cetak pada majalah terdiri dari lembaran jumlah kata, gambar atau foto dalam tata warna dan halaman putih. Fungsi utama media cetak adalah suatu dokumen atas segala hal yang dikatakan orang lain dan rekaman


(23)

12

pertistiwa yang ditangkap oleh sang jurnalis dan diubah dalam bentuk kata-kata, gambar, foto dan sebagainya (Kasali, 1995:99)

Berbeda dengan surat surat kabar, majalah telah lebih jauh menspesialasikan produknya untuk menjangkau konsumen tertentu. Setiap majalah umumnya memiliki pembaca jauh lebih sedikit dari pada pembaca surat kabar, namun pembaca majalah memiliki pasar yang lebih mengelompok. Majalah menemui pembaca dengan menyajikan cerita atas berbagai kejadian dengan tekanan pada unsur menghibur atau membidik.

Majalah menggunakan “seni” yang menyalurkan segala macam hal berwarna dengan sangat baik. Dipergunakannya gambar-gambar sebab gambar sering membawa informasi yang diperlukan menjadi lebih jelas walaupun dapat dikemukakan dengan kata-kata

Masa kini apresiasi orang akan tampilan gambar sangat baik sejalan dengan pilihan seleranya terhadap bacaan popular. Rata-rata bacaan terbaik selalu didukung oleh halaman-halaman foto dan gambar yang mengandung berita seperti dalam halnya majalah “wanita” dimana seluruh halamannya “full colour”, sehingga orang yang membacanya akan lebih tertarik.

Majalah merupakan sebuah penerbitan berkala (buku harian) yang terbit secara teratur dan sifat isinya tidak menampilkan pemberitaan atau sari berita melainkan berupa artikel atau bersifat pembahasan yang menyeluruh dan mendalam. (Junaedhie, 1995:12) membatasi penerbit bahwa yang disebut majakah adalah :


(24)

13

(2). Media cetak itu bersampul setidak-tidaknya punya wajah dan dirancang secara khusus.

(3). Media cetak itu dijilid sekurang-kurangnya memiliki sejumlah halaman tertentu.

(4). Media cetak itu harus berformat konvensional atau baku sebagaimana format majalah yang kita kenal selama ini.

1. KonsepMajalah

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, majalah adalah terbitan berkala yang isinya meliputi berbagai liputan jurnalistik, informasi yang patut diketahui oleh konsumen pembaca, artikel, sastra dan sebagainya yang menurut kala terbitnya dibedakan atas majalah bulanan, majalah tengah bulan, majalah mingguan dan sebagainya.

Majalah lazimnya berjilid, sampul depannya berupa ilustrasi foto, gambar atau lukisan tetapi tetap dapat pula berisi daftar isi atau artikel utama serta kertas yang digunakan lebih mewah daripada surat kabar. Majalah sebagai salah satu bentuk dari media massa yang sangat perlu diperhatikan keheterogenan pembaca yang berita bacaannya ditujukan untuk umum dan ditulis oleh beberapa orang dengan bahasa yang popular sehingga mudah dipahami oleh masyarakat.

Menurut Junaedhi (1991:54) dilihat dari isinya majalah dibagi menjadi dua jenis, yaitu :


(25)

14

a. Majalah Umum

Majalah yang memuat karangan-karangan, pengetahuan umum, komunikasi yang menghibur, gambar-gambar, olahraga, film dan seni.

b. Majalah Khusus

Majalah yang memuat karangan-karangan mengenai bidang bidang khusus seperti majalah keluarga, politik dan ekonomi.

2. Majalah Sebagai Media Komunikasi Politik

Majalah atau media massa memang ibarat dua sisi dari satu mata uang. Media memerlukan politik sebagai sumber untuk masyarakat akan tau berita sehari harinya. Media massa khususnya majalah memerlukan karakteristik yang dimiliki oleh ranah politik praktis, hingar bingar, cepat, tak memerlukan kedalaman berpikir dan terdiri dari tokoh-tokoh antagonis dan protagonis.

Politik juga memerlukan media massa sebagai wadah dalam mengelola kesan yang hendak diciptakan. Tidak ada gerakan sosial yang tidak memiliki devisi media. Apapun bidang yang digeluti oleh sebuah gerakan, semuanya memiliki perangkat yang bertugas untuk menciptakan atau berhubungan dengan media khususnya majalah.

Menurut mcQuail dalam bukunya mass communication (2000:66)

pada hakekatnya, terdapat enam perspektif dalam hal melihat peran majalah sebagai media massa yaitu :


(26)

15

a. Melihat majalah sebagai window on event and experience. Media dipandang sebagai jendela yang memungkinkan khalayak meihat apa yang sedang terjadi diluar sana. Atau media merupakan sarana belajar untuk mengetahui berbagai peristiwa.

b. Majalah juga sering dianggap sebagai a mirror of event in society and the world. Cermin beragai peristiwa yang ada di masyarakat dan dunia. Karenanya para pengelola media sering merara tidak “bersalah” jika isi media penuh dengan kekerasan, konflik, dan pornografi dan berbagai keburukan lain.

c. Memandang majalah sebagai filter atau gatekeeper yang menyeleksi berbagai hal untuk diberi perhatian atau tidak. Media senantiasa memilih issue, informasi atau bentuk content yang lain berdasarkan standar para pengelolanya.

d. Majalah juga dipandang sebagai guide. Yang menterjemahkan dan menunjukan arah atas berbagai ketidakpastian atau alternatif yang beragam.

e. Melihat majalah sebagai sebagai forum untuk mempresentasikan berbagai informasi dan ide-ide kepada khalayak. Sehingga memerlukan tahapan umpan balik.

f. Majalah sebagai interlocutor, yang tidak hanya sekedar tempat berlalu lalangnya informasi. Tetapi juga pasrtner komunikasi yang memungkinkan terjadi komunikasi interaktif.


(27)

16

3. Majalah Sebagai Media Massa Cetak

Majalah merupakan salah satu bentuk dari media massa cetak. Media massa merupakan salah satu unsur dalam komunikasi massa. Komunikasi massa adalah penyebaran pesan dengan menggunakan media yang ditujukan kepada masyarakat yang abstrak, yaitu sejumlah orang yang tidak nampak oleh penyampai pesan (Effendy, 2002).

Jenis-jenis majalah itu sendiri dapat dibedakan atas dasar frekuensi penerbitan dan khalayak pembaca.Sedangkan frekuensi penerbitan di Indonesia pada umumnya terbit mingguan, bulanan, dua kali sebulan, tiga kali sebulan dan bahkan ada yang terbit triwulanan.

Majalah yang berkembang di pasaran sekarang ini dapat dibedakan menjadi 3 jenis, yaitu (Vivian, 2005) :

a. News Magazine

Adalah majalah yang menampilkan rangkuman lengkap dan lebih mendalam daripada pemberitaan yang tertulis di Koran. Berita yang dimuat biasanya seputar dunia bisnis dan ekonomi, politik, berita nasional dan internasional

b. Women’s Magazine

Adalah majalah yang banyak memberikan informasi mengenai dunia perempuan, seperti berkebun, fashion, menata rumah, keluarga, tips mengenai dunia wanita memasak, dll. Desain dan layout yang digunakan pun disesuaikan dengan pembacanya yang cenderung kalem dan bewarna warni.


(28)

17

c. Men’s Magazine

Adalah majalah yang banyak memberikan informasi mengenai pria seperti olahraga extreme, perempuan seksi, klub malam, membentuk tubuh, tips kencan, dll.

Majalah Tempo termasuk kategori News Magazine karena banyak memberikan informasi berita politik dan berita nasional khususnya bagi para pengamat politik dan pembisnis di Indonesia yang membutuhkan majalah politik dan bisnis.

Media cetak adalah suatu media yang statis dan mengutamakan pesan-pesan visual. Media ini terdiri dari lembaran dengan sejumlah kata, gambar atau foto dalam warna dan halaman putih. Majalah yang merupakan salah satu jenis media cetak, memberikan kesempatan yang lebih luas untuk menguraikan keistimewaan dan manfaat produk kepada audiens.

Majalah sebagai media massa tidak melepaskan konsekuensinya sebagai alat yang ampuh untuk menyebarkan informasi, edukasi dan budaya. Dari media itu kita bisa mengetahui tentang apa yang wajar atau disetujui, apa yang salah dan yang benar, apa yang semestinya diharapkan sebagai individu, kelompok atau bangsa lain. Majalah memang dianggap sebagai media massa, meskipun demikian masih tercatat ada ratusan majalah khusus (special interst magazine), yang masing-masing ditujukan untuk khalayak yang memiliki perhatian dan gaya hidup khusus.


(29)

18

4. Gambar Cover Majalah

Salah satu ciri khas dari sebuah majalah adalah terlihat dari desain cover yang dimilikinya. Cover dari majalah biasanya berisi foto atau gambar lainnya yang dilengkapi oleh teaser headline tentang berita dalam publikasi atau artikel yang terdapat dalam majalah tersebut. Sering kali berita cover atau yang disebut cover story diletakkan di halaman tengah atau beberapa halaman liputan khusus yang tidak berada di halaman awal. Informasi mengenai berita atau artikel yang dipajang di cover haruslah menarik bagi banyak pembaca. Dalam penataan sebuah cover majalah, seorang desainer yang berhak untuk menata banyak ruangan kosong yang terdapat dalam cover secara lebih kreatif sehingga Nampak lebih menarik. Desainer menggunakan foto atau karya seni dengan satu headline atau kombinasi lainnya. Selain itu desainer harus memastikan bahwa semua unsur yang ada dalam cover sebuah majalah haruslah bagus dan menarik, karena cover memberi kesan pertama bagi para pembaca. Foto dan gambar lain yang berada dalam cover haruslah sangat menarik bagi para pembaca dengan tidak mengandung kelemahan dalam hal ketajaman dan kontrasnya (Rolnicki, 2008;300-302).

Gambar merupakan salah satu wujud simbol atau bahasa visual yang didalamnya terkandung struktur rupa seperti garis, bentuk, warna dan komposisi.Gambar dikelompokkan dalam kategori bahasa komunikasi nonverbal karena berbeda dengan bahasa verbal yang berwujud tulisan atau ucapan. Gambar banyak dimanfaatkan sebagai lambang visual pesan


(30)

19

guna mengefektifkan komunikasi ( Tinarbuko, 2008:7 ). Maka gambar pada cover majalah sangat berperan penting dalam mengefektifkan komunikasi, karena gambar merupakan sebuah proses komunikasi dimana terdapat informasi atau pesan yang sengaja digunakan oleh komunikator untuk disampaikan atau ditransmisikan kepada komunikan dengan bahasa non verbal.

5. Berita

Berita adalah informasi aktual tentang fakta-fakta dan opini yang menarik perhatian orang (Budyatna, 2009:40). Dari definisi tersebut dapat dibedakan antara berita yang berdasarkan objektif (fakta) dan berita berdasarkan subjektif (opini). Paul De Massenner mengatakan bahwa berita adalah sebuah informasi yang penting dan menarik perhatian serta minat khalayak. Sedangkan Dean M. Lyle Spencer mendefinisikan berita sebagai suatu kenyataan atau ide yang benar yang dapat menarik sebagian besar pembaca (Sumadiria, 2008:64). Selain definisi-definisi berita diatas, Sumadiria dalam bukunya Jurnalistik Indonesia : Menulis Berita dan Feature mengatakan bahwa: “Berita adalah laporan tercepat mengenai fakta atau ide terbaru yang benar, menarik dan atau penting bagi sebagian besar khalayak, melalui media berkala seperti surat kabar, radio atau media online internet,”(Sumadiria, 2008:65) Berita dapat diklasifikasikan kedalam kategori berita berat (straight news) dan berita ringan (soft news). Sedangkan berdasarkan sifatnya berita terbagi menjadi dua bagian yaitu: berita terduga dan berita tak terduga. Berita terduga adalah peristiwa yang


(31)

20

direncanakan atau sudah diketahui sebelumnya.Berita tak terduga adalah peristiwa yang sifatnya tiba-tiba,tidak direncanakan, dan tidak diketahui sebelumnya (Sumadiria, 2008:66).

Jenis-jenis berita yang umum dikenal dalam dunia jurnalistik, diantaranya :

a. Straigt news adalah laporan langsung mengenai suatu peristiwa.

b. Depth news adalah berita mendalam, laporan yang menghimpun informasi dengan fakta-fakta mengenai peristiwa sebagai data tambahan untuk peristiwa itu sendiri.

c. Comprehensive news adalah laporan tentang fakta yang bersifat menyeluruh ditinjau dari berbagai aspek.

d. Interpretatif report adalah memfokuskan sebuah isu, masalah, atau peristiwa-peristiwa kontroversial.

e. Feature adalah menyajikan fakta untuk menarik minat pembaca, dalam

Feature lebih diutamakan gaya (style) daripada informasi yang disajikan. f. Depth reporting adalah pelaporan jurnalistik yang bersifat mendalam, tajam, lengkap, dan utuh tentang suatu peristiwa fenomenal atau faktual g. Investigative news adalah berita yang memusatkan pada sejumlah

masalah dan kontroversi, dalam penulisan berita ini wartawan melakukan penyelidikan untuk memperoleh fakta yang tersembunyi. h. Editorial writing adalah penyajian fakta atau opini yang menafsirkan

berita-berita penting dan mempengaruhi pendapat umum. (Sumadiria, 2008:69-71).


(32)

21

Kriteria berita adalah acuan yang dapat digunakan oleh jurnalis dalam memutuskan fakta yang pantas disajikan menjadi sebuah berita (Sumadiria,2008:80). Berikut adalah kriteria umum sebuah berita :

a. Keluarbiasaan (unusualness) b. Kebaruan (newsness)

c. Akibat (impact) d. Aktual (timeliness) e. Kedekatan (proximity) f. Informasi (information) g. Konflik (conflict)

h. Orang penting (prominence)

i. Ketertarika manusiawi (human interest) j. Kejutan (surprising)

k. Seks (sex). (Sumadiria, 2008:80)

1.6Metode Penelitian

Agar penelitian ini lebih terarah maka diperlukan metode yang sesuai dengan objek penelitian. Dan dalam penelitian ini, pendekatan yang digunakan adalah penelitian kualitatif interpretatif dengan dasar analisis wacana. Analisis wacana lebih menekankan pada pemaknaan teks dan penjumlahan unit kategori. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami subyek peneliti. Misalnya perilaku, persepsi, motivasi, dan


(33)

22

dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa. Pada suatu konteks yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah.

Dasar analisis wacana adalah interpretasi karena analisis wacana merupakan bagian dari metode interpretatif yang mengandalkan interpretasi dan penafsiran peneliti. Jadi teks yang dianalisis dapat dimaknai secara berbeda dan dapat ditafsirkan secara beragam oleh peneliti (sobur,2006:70)

Istilah wacana berasal dari bahasa Sansekerta yang bermakna “ucapan atau tuturan”. Wacana dipadankan dengan istilah discourse dalam bahasa Inggris danle discours dalam bahasa Prancis. Kata tersebut berasal dari bahasa Yunani discursus yang bermakna “berlari ke sana ke mari” (Sudaryat, 2009 : 110). Didalam Dictionnaire de Linguistique, le discours diartikan sebagai “uneunité égale ou supérieure à la phrase ; il est constitué par une suite formant unmessage ayant un commencement et une cloture. Wacana adalah kesatuan yang tatarannya lebih tinggi atau sama dengan kalimat, terdiri atas rangkaian yang membentuk pesan, memiliki awal dan akhir. Hal tersebut hampir sama seperti yang diungkapkan oleh Carlson bahwa wacana merupakan rentangan ujaran yang berkesinambungan (Carlson dalam Tarigan, 2009 : 22).

Dalam pengertian khusus menurut ilmu tata bahasa, wacana diartikan sebagai tout énoncé supérieure à la phrase, considéré du point de vue régles d’enchaînement des suites de phrases. Yang dimaksud dengan wacana adalah semua ujaran yang tatarannya lebih tinggi dari pada kalimat, berdasarkan sudut pandang aturan rangkaian kalimat yang saling berkaitan. Kridalaksana (2008 : 259) mendefinisikan wacana sebagai satuan bahasa terlengkap; dalam hierarki


(34)

23

gramatikal merupakan satuan gramatikal tertinggi atau terbesar. Wacana ini direalisasikan dalam bentuk karangan yang utuh (novel, bukuseri ensiklopedia, dan sebagainya), paragraf, kalimat atau kata yang membawaamanat yang lengkap. Menurut Alwi (2003 : 419) wacana adalah rentetan kalimat yang berkaitan yang menghubungkan proposisi yang satu dengan lainnya dalam kesatuan makna. Sejalan dengan Alwi, Deese (dalam Tarigan, 2009 :24) mendefinisikan wacana sebagai seperangkat preposisi yang saling berhubungan untuk menghasilkan rasa kepaduan atau rasa kohesi bagi penyimak atau pembaca.

Analisis wacana adalah ilmu baru yang muncul beberapa puluh tahun belakangan ini. Aliran-aliran linguistik selama ini membatasi penganalisisannya hanya kepada soal kalimat dan barulah belakangan ini sebagian ahli bahasa memalingkan perhatiannya kepada penganalisisan wacana (Lubis, 1993 : 12). Analisis wacana lahir dari kesadaran bahwa persoalan yang terdapat dalam komunikasi bukan terbatas pada penggunaan kalimat atau sebagian kalimat, fungsi ucapan, tetapi juga mencakup struktur pesan yang lebih kompleks dan inheren yang disebut wacana (Littlejon dalam Sobur, 2006 : 48). Di Indonesia, ilmu tentang analisis wacana baru berkembang pada pertengahan 1980-an, khususnya berkenaan dengan menggejalanya analisis di bidang antropologi, sosiologi, dan ilmu politik (Oetomo, 1993 : 4).

Analisis wacana merupakan disiplin ilmu yang berusaha mengkaji penggunaan bahasa dalam tindak komunikasi. Seperti yang diungkapkan Stubbs bahwa analisis wacana adalah suatu kajian yang meneliti atau menganalisis bahasa yang digunakan secara alamiah, baik dalam bentuk tulis maupun lisan.


(35)

24

Penggunaan bahasa secara alamiah ini berarti penggunaan bahasa seperti dalam komunikasi sehari-hari (Stubbs dalam Arifin & Rani, 2000 : 8).

Sejalan dengan Stubbs, Sobur (2006 : 48) menjelaskan analisis wacana sebagai studi tentang struktur pesan dalam komunikasi atau telaah mengenai aneka fungsi (pragmatik) bahasa. Kartomihardjo (1993 : 21) menyatakan bahwa analisis wacana merupakan cabang ilmu bahasa yang dikembangkan untuk menganalisis suatu unit bahasa yang lebih besar dari pada kalimat dan lazim disebut wacana. Lebih lanjut Kartomihardjo menyatakan bahwa analisis wacana berusaha mencapai makna yang persis sama atau paling tidak sangat dekat dengan makna yang dimaksud oleh pembicara dalam wacana lisan atau oleh penulis dalam wacana tulisan.

Analisis wacana itu mengkaji hubungan bahasa dengan konteks penggunaannya. Untuk memahami sebuah wacana perlu diperhatikan semua unsur yang terlibat dalam penggunaan bahasa tersebut. Unsur yang terlibat dalam penggunan bahasa ini disebut konteks dan koteks. Konteks mencakup segala hal yang ada dilingkungan penggunaan bahasa. Dengan demikian, mengkaji wacana sangat bermanfaat dalam mengkaji makna bahasa dalam penggunaan yang sebenarnya (Arifin & Rani, 2000 : 14).

Samsuri menguraikan beberapa aspek yang berkaitan dengan kajian wacana. Aspek-aspek tersebut adalah (a) konteks wacana, (b) topik, tema dan judul wacana, (c) kohesi dan koherensi wacana (d) referensi dan inferensi wacana. Konteks wacana yang membantu memberikan penafsiran tentang makna ujaran


(36)

25

adalah situasi wacana. Situasi mungkin dinyatakan secara eksplisit dalam wacana, tetapi dapat pula disarankan oleh berbagai unsur wacana, yang disebut ciri-ciri (wacana) atau koordinat-koordinat (wacana), seperti pembicara, pendengar, waktu, tempat, topik, bentuk amanat, peristiwa, saluran dan kode (Samsuri dalam Arifin & Rani, 2000 : 13) Sejalan dengan aspek-aspek di atas maka analisis wacana dapat dilakukan dengan dua pendekatan atau dianalisis melalui dua arah, yakni dari teks itu sendiri dengan pendekatan mikrostruktural dan dari luar teks atau dari konteksnya dengan pendekatan makrostruktural.

1.6.1Pendekatan dan Tipe Penelitian

Untuk Mengungkap sebuah realita sosial yang ada dalam usaha untuk memaknai majalah Tempo menkonstruksi polemik antara Gubernur DKI Jakarta dengan DPRD Jakarta, sebagaimana seorang peneliti dalam kegiatan penelitiannya harus menggunakan jenis metodologi penelitian.

Metode penelitian ini adalah merupakan sebuah proses dari beberapa prosedur yang harus dilakukan oleh semua pihak yang akan melakukan sebuah penelitian untuk mengungkap polemik antara Gubernur DKI Jakarta dengan DPRD Jakarta. Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah agar peneliti bisa mendapatkan sebuah data dan informasi yang tidak peneliti ketahui sebelumnya. Dan kemudian diproses untuk mendapatkan sebuah solusi atau jawaban dari berbagai permasalahan dalam penelitian yang dikaji.Dalam usahanya tersebut, peneliti menggunakan pendekatan analisis isi yang bersifat interpretatif, dimana peneliti nantinya akan menginterpretasikan hasil penelitiannya terhadap polemik antara Gubernur DKI Jakarta dengan DPRD Jakarta.


(37)

26

Peneliti menggunakan jenis penelitian analisis wacana model Van dijk karena dengan model analisis wacana ini mempermudah peneliti untuk menganalisa wacana polemik antara Gubernur DKI Jakarta dengan DPRD Jakarta, analisis wacana menggunakan pengamatan yang detail dari suatu praktek produksi, analisis wacana model Van dijk memakai pendekatan lapangan psikologi sosial terutama untuk memperjelas struktur dan proses terbentuknya suatu teks, dan bukan dari itu saja jika dilihat dari bentuk penelitian ini, demikian beberapa alasan peneliti menggunakan analisis model Van dijk.

Dalam sebuah pengertian analisis wacana adalah tentang struktur pesan dalam komunikasi atau telaah mengenai aneka fungsi (pragmatik) bahasa. Kita menggunakan bahasa dalam kesinambungan atau untaian wacana. Tanpa konteks, tanpa hubungan- hubungan wacana yang bersifat antar kalimat dan supar kalimat maka kita sukar berkomunikasi dengan satu sama lain. Analisis wacana, tentunya adalah analisis atas bahasa yang digunakan. Maka, analisis itu tidak dapat dibatasi pada deskripsi bentuk bahasa yang tidak terikat pada tujuan atau fungsi yang dirancang untuk bentuk tersebut dalam urusan- urusan manusia.

Secara garis besar analisis wacana dimaksudkan sebagai suatu analisis untuk membongkar maksud-maksud dan makna-makna tertentu. Penelitian ini menggunakan analisis wacana model Van dijk karena dari sekian model analisis wacana yang paling sering diperkenalkan dan dikembangkan oleh para ahli adalah model Van dijk, yang menyatukan elemen-elemen wacana sehingga bisa diaplikasikan secara praktis. Model Vandjik ini kerap disebut “kognisisosial” istilah ini sebenarnya diadopsi dari pendekatan lapangan psikologi sosial,


(38)

27

terutama untuk menjelaskan stuktur dan proses terbentuknya suatu teks. Nama pendekatan semacam ini tidak dapat dilepaskan dari karakteristik pendekatan yang diperkenalkan oleh Van djik, menurut Van djik penelitian atas wacana tidak cukup hanya hasil dari suatu praktik produksi yang harus juga diamati. (Eriyanto, 2001: 221) Karakteristik pendekatan yang diperkenalkan oleh Van Dijk yaitu karakteristik pendekatan analisis wacana kritis.

1.6.2Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah data penelitian yang terdapat dalam sebuah teks media terhadap pemberitaan tentang kasus polemik antara gubernur DKI jakarta dengan DPRD dalam majalah Tempo edisi 16-22 april 2015. Berdasarkan pengumpulan dan penyusunan data yang telah dianalisa, hasil analisis yang ditemukan oleh peneliti adalah sebanyak 3 berita dalam majalah Tempo.

1.6.3Teknik Pengumpulan Data

1. Data Primer : Data primer ini dilakukan dengan mengamati dan

melakukan pencatatan terhadap teks berita pada majalah Tempo baik berupa kutipan atau wawancara tokoh dalam majalah Tempo edisi 16-22 april 2015

2. Data Sekunder : Data sekunder dapat diperoleh dengan studi kepustakaan yang dilakukan untuk mendapatkan data pendukung berupa pengetahuan yang berkaitan dengan penelitian yang dilakukan.

1.6.4Karakteristik Analisis Wacana Kritis

Karakteristik Analisis wacana kritis melihat bahasa sebagai faktor penting, yaitu bagaimana bahasa digunakan untuk melihat ketimpangan kekuasaan dalam masyarakat, terjadi analisis wacana kritis menyelidiki bagaimana melalui bahasa


(39)

28

kelompok sosial yang ada saling bertarung dan mengajukan versinya masing- masing (Eriyanto, 2001: 8). Menurut Teun A. Van Dijk. Ada beberapa karakteristik pada pendekatan analisis wacana yaitu:

1. Tindakan

Prinsip ini dipahami sebagai sebuah tindakan (action) pemahaman semacam ini mengasosiasikan wacana sebagai bentuk interaksi, oleh karena itu berkaitan dengan orang lain. Ketika masyarakat membaca suatu buku tentang hal yang berkaitan dengan sesuatu yang baik maka pesan yang didapat dari buku tersebut sangat mempengaruhi reaksi pembacanya. Berkaitan dengan hal tersebut, ada konsekwensi yang melekat katika melihat sebuah wacana, yaitu wacana yang dipandang sebagai suatu tujuan (membujuk, mempengaruhi, beraksi dan lain sebagainya) dan wacana dipandang suatu yang diekspresikan secara sadar dan terkontrol, bukan dalam ketidaksadaran.

Begitupun seorang pemimpin apabila cara penyampaian komunikator sangat jelas dan gamblang maka yang didapat oleh masyarakat adalah pemahaman pesan yang mengena sehingga mendapat respon cukup baik dan bila itu tejadi maka tindakan dari masyarakat cukup baik pula.

2. Konteks

Wacana dipandang, diproduksi dimengerti, dan dianalisa pada suatu konteks tertentu. Latar-latar yang perlu dipertimbangkan dalam konteks wacana adalah latar, situasi, peristiwa dan kondisi. Dalam analisis wacana juga dipertimbangkan untuk menganalisa aspek komunikator (pembicara), komunikan (pendengar atau khalayak), pesannya bagaimana dan pertimbangan-pertimbangan


(40)

29

tentang mengapa pesan tersebut ditulis, dalam situasi dan latar yang bagaimana. Ada beberapa konteks yang harus diperhatikan berkaitan dengan wacana tulis, yaitu: partisipan wacana dan setting sosial tertentu, partisipan wacana dimaksudkan sebagai siapa yang memproduksi wacana. Sedangkan setting sosial dimaksudkan sebagai tafsiran yang harus dipahami dalam suatu wacana melalui kondisi dan lingkungan sosial yang mendasarinya. Seperti tempat, waktu, posisi pembicara, dan lingkungan fisik pendengar.

Melalui karyanya Van djik membuat karangan analisis wacana yang dapat didaya gunakan. Ia melihat suatu wacana terdiri atas berbagai Struktur tingkatan yang masing-masing bagian saling mendukung. Van djik membaginya kedalam 3tingkat:

a) Struktur makro, makro ini merupakan makna global atau umum dari suatu

teks. Tema wacana ini bukan hanya isi, tetapi juga sisi tertentu dari suatu peristiwa. Hal-hal yang diamati bersifat tematik yang berelemen pada topik. Dalam pesan kepemimpinan yang disampaikan oleh Ahok dari tema yang disampaikan itu sesuai dengan apa yang dibutuhkan oleh masyarakat. b) Super struktur adalah kerangka suatu teks. Bagaimana struktur dan elemen

wacana itu disusun dalam teks secara utuh.

c) Struktur mikro adalah makna wacana yang diamati dengan menganalisis

kata. Kalimat proposisi anak kalimat, paraphrase yang dapat dipakai dan sebagainya.

Struktur atau elemen wacana yang dikemukakan Van Dijk ini dapat di gambarkan seperti berikut:


(41)

30

Tabel 1

Elemen Wacana Van Dijk Struktur

Wacana Hal yang diamati Elemen

Struktur

Makro TEMATIK (Apa yang dikatakan?) Topik

Superstruktur SKEMATIK

(Bagaimana pendapat disusun dan dirangkat)

Skema

Struktur Mikro SEMANTIK

(makna yang ingin ditekankan dalam suatu teks)

Latar, detail,

maksud, Praanggapan, nominalisasi.

Struktur Mikro SINTAKSIS

(Bagaimana pendapat yang disampaikan?)

Bentuk kalimat, koherensi, kata ganti

Struktur Mikro STILISTIK

(Pilihan kata apa yang dipakai?)

Leksikon

Struktur Mikro RETORIS

(Bagaimana dan dengan cara apa

penekanan dilakukan?)

Grafis, Metafora, Ekspresi

1.6.5Unit Analisis

Pada penelitian ini peneliti mencoba menyajikan bagaimana cara media cetak atau surat kabar membingkai sebuah berita. Dalam hal ini peneliti mencoba meneliti isi berita dari Majalah Tempo Edisi 16-22 April 2015 dengan menggunakan analisis Wacana Van Dijk. Unit analisis adalah sesuatu yang berkaitan dengan focus atau komponen yang diteliti. Adapun yang menjadi Unit Analisis pada penelitian ini adalah tema polemik antara Gubernur DKI Jakarta dengan DPRD Jakarta. Pada unit analisis penelitian ini yaitu didalam gaya kepemimpinan Basuki Tjahaja Purnama, sehingga mengungkap beberapa titik


(42)

31

pesan yang utama untuk dijadikan penelitian kali ini pada bentuk analisis wacana gaya kepemimpinan yang obyek penelitiannya adalah Basuki Tjahaja Purnama.

Tabel 2

Judul Laporan Mengenai Pemberitaan Mengenai Polemik antara Gubernur DKI Jakarta dengan DPRD dalam Media Massa

Majalah Judul Edisi

Tempo 1. Bisnis Anggaran

Ibu Kota

2. Modus Siluman

Titipan Dewan

3. Kami Hanya

Mengusulkan Anggaran

16-22 April 2015


(1)

Peneliti menggunakan jenis penelitian analisis wacana model Van dijk karena dengan model analisis wacana ini mempermudah peneliti untuk menganalisa wacana polemik antara Gubernur DKI Jakarta dengan DPRD Jakarta, analisis wacana menggunakan pengamatan yang detail dari suatu praktek produksi, analisis wacana model Van dijk memakai pendekatan lapangan psikologi sosial terutama untuk memperjelas struktur dan proses terbentuknya suatu teks, dan bukan dari itu saja jika dilihat dari bentuk penelitian ini, demikian beberapa alasan peneliti menggunakan analisis model Van dijk.

Dalam sebuah pengertian analisis wacana adalah tentang struktur pesan dalam komunikasi atau telaah mengenai aneka fungsi (pragmatik) bahasa. Kita menggunakan bahasa dalam kesinambungan atau untaian wacana. Tanpa konteks, tanpa hubungan- hubungan wacana yang bersifat antar kalimat dan supar kalimat maka kita sukar berkomunikasi dengan satu sama lain. Analisis wacana, tentunya adalah analisis atas bahasa yang digunakan. Maka, analisis itu tidak dapat dibatasi pada deskripsi bentuk bahasa yang tidak terikat pada tujuan atau fungsi yang dirancang untuk bentuk tersebut dalam urusan- urusan manusia.

Secara garis besar analisis wacana dimaksudkan sebagai suatu analisis untuk membongkar maksud-maksud dan makna-makna tertentu. Penelitian ini menggunakan analisis wacana model Van dijk karena dari sekian model analisis wacana yang paling sering diperkenalkan dan dikembangkan oleh para ahli adalah model Van dijk, yang menyatukan elemen-elemen wacana sehingga bisa diaplikasikan secara praktis. Model Vandjik ini kerap disebut “kognisisosial” istilah ini sebenarnya diadopsi dari pendekatan lapangan psikologi sosial,


(2)

terutama untuk menjelaskan stuktur dan proses terbentuknya suatu teks. Nama pendekatan semacam ini tidak dapat dilepaskan dari karakteristik pendekatan yang diperkenalkan oleh Van djik, menurut Van djik penelitian atas wacana tidak cukup hanya hasil dari suatu praktik produksi yang harus juga diamati. (Eriyanto, 2001: 221) Karakteristik pendekatan yang diperkenalkan oleh Van Dijk yaitu karakteristik pendekatan analisis wacana kritis.

1.6.2Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah data penelitian yang terdapat dalam sebuah teks media terhadap pemberitaan tentang kasus polemik antara gubernur DKI jakarta dengan DPRD dalam majalah Tempo edisi 16-22 april 2015. Berdasarkan pengumpulan dan penyusunan data yang telah dianalisa, hasil analisis yang ditemukan oleh peneliti adalah sebanyak 3 berita dalam majalah Tempo.

1.6.3Teknik Pengumpulan Data

1. Data Primer : Data primer ini dilakukan dengan mengamati dan

melakukan pencatatan terhadap teks berita pada majalah Tempo baik berupa kutipan atau wawancara tokoh dalam majalah Tempo edisi 16-22 april 2015

2. Data Sekunder : Data sekunder dapat diperoleh dengan studi kepustakaan yang dilakukan untuk mendapatkan data pendukung berupa pengetahuan yang berkaitan dengan penelitian yang dilakukan.

1.6.4Karakteristik Analisis Wacana Kritis

Karakteristik Analisis wacana kritis melihat bahasa sebagai faktor penting, yaitu bagaimana bahasa digunakan untuk melihat ketimpangan kekuasaan dalam masyarakat, terjadi analisis wacana kritis menyelidiki bagaimana melalui bahasa


(3)

kelompok sosial yang ada saling bertarung dan mengajukan versinya masing- masing (Eriyanto, 2001: 8). Menurut Teun A. Van Dijk. Ada beberapa karakteristik pada pendekatan analisis wacana yaitu:

1. Tindakan

Prinsip ini dipahami sebagai sebuah tindakan (action) pemahaman semacam ini mengasosiasikan wacana sebagai bentuk interaksi, oleh karena itu berkaitan dengan orang lain. Ketika masyarakat membaca suatu buku tentang hal yang berkaitan dengan sesuatu yang baik maka pesan yang didapat dari buku tersebut sangat mempengaruhi reaksi pembacanya. Berkaitan dengan hal tersebut, ada konsekwensi yang melekat katika melihat sebuah wacana, yaitu wacana yang dipandang sebagai suatu tujuan (membujuk, mempengaruhi, beraksi dan lain sebagainya) dan wacana dipandang suatu yang diekspresikan secara sadar dan terkontrol, bukan dalam ketidaksadaran.

Begitupun seorang pemimpin apabila cara penyampaian komunikator sangat jelas dan gamblang maka yang didapat oleh masyarakat adalah pemahaman pesan yang mengena sehingga mendapat respon cukup baik dan bila itu tejadi maka tindakan dari masyarakat cukup baik pula.

2. Konteks

Wacana dipandang, diproduksi dimengerti, dan dianalisa pada suatu konteks tertentu. Latar-latar yang perlu dipertimbangkan dalam konteks wacana adalah latar, situasi, peristiwa dan kondisi. Dalam analisis wacana juga dipertimbangkan untuk menganalisa aspek komunikator (pembicara), komunikan (pendengar atau khalayak), pesannya bagaimana dan pertimbangan-pertimbangan


(4)

tentang mengapa pesan tersebut ditulis, dalam situasi dan latar yang bagaimana. Ada beberapa konteks yang harus diperhatikan berkaitan dengan wacana tulis, yaitu: partisipan wacana dan setting sosial tertentu, partisipan wacana dimaksudkan sebagai siapa yang memproduksi wacana. Sedangkan setting sosial dimaksudkan sebagai tafsiran yang harus dipahami dalam suatu wacana melalui kondisi dan lingkungan sosial yang mendasarinya. Seperti tempat, waktu, posisi pembicara, dan lingkungan fisik pendengar.

Melalui karyanya Van djik membuat karangan analisis wacana yang dapat didaya gunakan. Ia melihat suatu wacana terdiri atas berbagai Struktur tingkatan yang masing-masing bagian saling mendukung. Van djik membaginya kedalam 3tingkat:

a) Struktur makro, makro ini merupakan makna global atau umum dari suatu teks. Tema wacana ini bukan hanya isi, tetapi juga sisi tertentu dari suatu peristiwa. Hal-hal yang diamati bersifat tematik yang berelemen pada topik. Dalam pesan kepemimpinan yang disampaikan oleh Ahok dari tema yang disampaikan itu sesuai dengan apa yang dibutuhkan oleh masyarakat. b) Super struktur adalah kerangka suatu teks. Bagaimana struktur dan elemen

wacana itu disusun dalam teks secara utuh.

c) Struktur mikro adalah makna wacana yang diamati dengan menganalisis kata. Kalimat proposisi anak kalimat, paraphrase yang dapat dipakai dan sebagainya.

Struktur atau elemen wacana yang dikemukakan Van Dijk ini dapat di gambarkan seperti berikut:


(5)

Tabel 1

Elemen Wacana Van Dijk Struktur

Wacana Hal yang diamati Elemen

Struktur

Makro TEMATIK (Apa yang dikatakan?) Topik Superstruktur SKEMATIK

(Bagaimana pendapat disusun dan dirangkat)

Skema

Struktur Mikro SEMANTIK

(makna yang ingin ditekankan dalam suatu teks)

Latar, detail,

maksud, Praanggapan, nominalisasi.

Struktur Mikro SINTAKSIS

(Bagaimana pendapat yang disampaikan?)

Bentuk kalimat, koherensi, kata ganti Struktur Mikro STILISTIK

(Pilihan kata apa yang dipakai?)

Leksikon

Struktur Mikro RETORIS

(Bagaimana dan dengan cara apa

penekanan dilakukan?)

Grafis, Metafora, Ekspresi

1.6.5Unit Analisis

Pada penelitian ini peneliti mencoba menyajikan bagaimana cara media cetak atau surat kabar membingkai sebuah berita. Dalam hal ini peneliti mencoba meneliti isi berita dari Majalah Tempo Edisi 16-22 April 2015 dengan menggunakan analisis Wacana Van Dijk. Unit analisis adalah sesuatu yang berkaitan dengan focus atau komponen yang diteliti. Adapun yang menjadi Unit Analisis pada penelitian ini adalah tema polemik antara Gubernur DKI Jakarta dengan DPRD Jakarta. Pada unit analisis penelitian ini yaitu didalam gaya kepemimpinan Basuki Tjahaja Purnama, sehingga mengungkap beberapa titik


(6)

pesan yang utama untuk dijadikan penelitian kali ini pada bentuk analisis wacana gaya kepemimpinan yang obyek penelitiannya adalah Basuki Tjahaja Purnama.

Tabel 2

Judul Laporan Mengenai Pemberitaan Mengenai Polemik antara Gubernur DKI Jakarta dengan DPRD dalam Media Massa

Majalah Judul Edisi

Tempo 1. Bisnis Anggaran Ibu Kota

2. Modus Siluman Titipan Dewan 3. Kami Hanya

Mengusulkan Anggaran

16-22 April 2015


Dokumen yang terkait

Pemberitaan Konflik Basuki Tjahaja Purnama Dengan DPRD DKI Jakarta di Harian Sinar Indonesia Baru

2 59 112

Strategi Kampanye Joko Widodo Basuki Tjahaja Purnama Dalam Pemilihan Gubernur DKI Jakarta 2012.

0 0 3

OBJEKTIVITAS BERITA KONFLIK BASUKI TJAHJA PURNAMA DENGAN DPRD DKI JAKARTA (Studi Analisis Isi Tentang Objektivitas Berita Konflik Antara Basuki Tjahja Purnama dengan DPRD DKI Jakarta Periode 18 Januari - 31 Maret 2015 Pada Portal Berita Detik.com).

1 4 31

Pemerintah Provinsi DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama

0 0 5

FUNGSI KOMUNIKASI MEDIA SOSIAL TWITTER PELAKSANA TUGAS GUBERNUR DKI JAKARTA BASUKI TJAHAJA PURNAMA

0 0 8

BAB II URAIAN TEORITIS 2.1 Paradigma - Pemberitaan Konflik Basuki Tjahaja Purnama Dengan DPRD DKI Jakarta di Harian Sinar Indonesia Baru

0 1 39

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah - Pemberitaan Konflik Basuki Tjahaja Purnama Dengan DPRD DKI Jakarta di Harian Sinar Indonesia Baru

0 0 7

Pemberitaan Konflik Basuki Tjahaja Purnama Dengan DPRD DKI Jakarta di Harian Sinar Indonesia Baru

0 0 17

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Paradigma-Paradigma Ilmu Sosial - Konstruksi Berita Dalam Media Massa (Analisis Framing Pemberitaan Dua Pasangan Calon Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta “Jokowi-Basuki dan Fauzi-Nachrowi” Dalam Majalah Tempo)

0 0 13

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah - Konstruksi Berita Dalam Media Massa (Analisis Framing Pemberitaan Dua Pasangan Calon Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta “Jokowi-Basuki dan Fauzi-Nachrowi” Dalam Majalah Tempo)

0 0 7