BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah - Pemberitaan Konflik Basuki Tjahaja Purnama Dengan DPRD DKI Jakarta di Harian Sinar Indonesia Baru

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Konteks Masalah Indonesia memiliki beberapa tokoh masyarakat yang menjadi agenda publik.

  Salah satunya yakni Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok. Begitu banyak berita mengenai Ahok yang selalu diangkat oleh media. Berita mengenai Ahok juga hampir setiap hari diberitakan.Posisi Ahok yang rentan terhadap kritik menjadikannya sebagai bahan empuk untuk dipublikasi. Ahok sebelumnya merupakan wakil gubernur DKI Jakarta mendampingi Jokowi. Akan tetapi setelah menjabat sebagai Gubernur selama dua tahun, Jokowi akhirnya diutus oleh Megawati untuk maju menjadi calon Presiden dari partai PDI Perjuangan yang ternyata memenangkan Pemilu Legislatif.

  Ahok sering terlibat dalam berbagai masalah ketika sudah menjabat sebagai gubernur DKI Jakarta. Salah satunya yang sangat gencar diberitakan saat ini yakni konflik Ahok dengan DPRD DKI Jakarta mengenai masalah APBD yang berujung pada hak angket yang digunakan oleh pihak DPRD atas Ahok.Pihak DPRD menggunakan hak angket tersebut atas ketidaksetujuan pada sikap Ahok yang membuat keputusan sendiri atas anggaran yang telah disetujui dengan DPRD sebelumnya. Hal tersebut bermula ketika Ahok menyerahkan anggaran untuk APBD kota Jakarta kepada Kementrian Dalam Negeri (kemendagri) yang tidak sesuai dengan anggaran yang telah disepakati sebelumnya dalam rapat paripurna dengan anggota DPRD DKI pada tanggal 27 Januari 2015. Ahok menyatakan bahwa dalam anggaran tersebut banyak dana yang tidak sesuai dan tidak jelas, diantaranya dana tambahan untuk dinas pendidikan DKI dan berbagai keperluan pendidikan untuk beberapa sekolah di DKI Jakarta. Total untuk dana yang dicantumkan dalam anggaran tersebut mencapai Rp. 105.876 miliar dan hal tersebut belum termasuk dalam keperluan dinas yang lain yang apabila ditotalkan mencapai Rp. 12, 1 triliun.

  Hal tersebut lah yang mendasari Ahok mengubah anggaran yang dirasa tidak sesuai dan menyerahkannya langsung kepada kemendagri.Selagi menunggu hasil keputusan kemendagri mengenai anggaran tersebut, konflik antara Ahok dan DPRD DKI terus berlanjut.Pihak dari DPRD DKI mulai menyerang Ahok dari berbagai pernyataan yang menentang Ahok dan menyatakan ketidaksukaan pada sikap Ahok yang dinilai melakukan pelanggaran eksekutif. Selanjutnya saat ini pihak mereka menyatakan sudah siap untuk melakukan hak angket atas Ahok diantaranya, panitia hak angket berhak melakukan penyelidikan terkait kebijakan eksekutif yang diduga melanggar sejumlah peraturan. Keputusan akhir dalam penyelidikan bisa berujung pada pelaporan kepada aparat hukum terkait temuan unsur pidana dalam kebijakan eksekutif.Opsi kedua dalam penggunaan hak angket ini adalah pemberhentian jabatan gubernur yang sekarang dipegang oleh Ahok. Aturan induk tentang proses penyusunan APBD ada di PP No. 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (PKD) APBD. Lebih detail lagi diatur dalam Permendagri No. 13 Tahun 2006 tentang Pedoman PKD (Pengelolaan Keuangan Daerah) APBD. Untuk APBD 2015 secara khusus diatur juga dalam Permendagri No. 37 Tahun 2014 tentang Pedoman Penyusunan APBD Tahun 2015. Proses penyusunan APBD yang melibatkan DPRD dimulai dari pengajuan KUA-PPAS oleh Pemda kepada DPRD.

  KUA atau Kebijakan Umum Anggaran memuat target pencapaian kinerja yang terukur dari program-program yang akan dilaksanakan Pemda. Di dalam KUA juga ada proyeksi pendapatan, alokasi belanja, sumber dan penggunaan pembiayaan beserta asumsi makro nya. PPAS atau Platform Penggunaan Anggaran Sementara memuat rancangan program prioritas. PPAS juga berisi patokan batas maksimal anggaran yang diberikan untuk SKPD.

  Hasil pembahasan KUA-PPAS antara Pemda dan DPRD dituangkan dalam bentuk Nota Kesepahaman. Jadi kalo ada tabel yang berisi mata anggaran dari

  hasil KUA-PPAS, itu baru nota kesepahaman, bukan APBD final yang disetujui. Masih mungkin terjadi perubahan nilai maupun jenis kegiatan, termasuk

  penghilangan kegiatan. Indikatornya adalah kesesuaian dengan isu strategis daerah dan/atau ada kebutuhan mendesak untuk program tersebut. Kesepakatan KUA-PPAS ini menjadi landasan Pemda membuat RKA-SKPD untuk diajukan ke DPRD dalam bentuk Raperda APBD.

  Menurut Public Expenditure Management, dari sisi akuntabilitas, nota kesepahaman KUA-PPAS menjadi dasar pertanggungjawaban pelaksanaan APBD. Dari sisi disiplin anggaran, KUA-PPAS dikunci untuk disiplin anggaran yang menyeluruh. Dari sisi efisiensi teknis, KUA-PPAS memudahkan Pemda menyusun RKA-SKPD. Jadi KUA-PPAS bukan APBD yang disahkan, tapi hanya produk antara untuk memperlancar penyusunan APBD.

  Selanjutnya pembahasan dan penetapan Raperda APBD dilakukan bersama Pemda melalui TPAD dengan Badan Anggaran (Bangar) DPRD. Raperda APBD yang sudah disetujui bersama Gubernur dan DPRD dalam Sidang Paripurna, disampaikan ke Mendagri untuk dievaluasi. Penyampaian RAPBD ke Mendagri harus disertai diantaranya dengan persetujuan bersama antara Pemda dan DPRD tentang Ranperda APBD.

  Jika ada perbaikan/penyempurnaan dari hasil evaluasi Mendagri, dilakukan bersama Gubernur dengan Panitia Anggaran (Pangar) DPRD. Hasil perbaikan juga harus ditetapkan oleh Pimpinan DPRD dan menjadi dasar penetapan Perda APBD tahun yang bersangkutan. Jadi, DPRD memang banyak dilibatkan dalam setiap proses penyusunan APBD mulai dari tahap penyampaian KUA-PPAS.

  Soal E-Budgeting, yang utama adalah sebagai alat untuk mendukung terlaksananya Transparansi Anggaran, bukan cuma alat kontrol Gubernur terhadap anggaran APBD. Agar publik mengetahui proses, penetapan dan alokasi anggaran Pemda. Sehingga, harusnya yang dimunculkan di sistem E-Budgetting adalah APBD yang sudah ditetapkan Pemda bersama Dewan dan disetujui oleh Mendagri.

  Ahok menyatakan akan terus pada pendiriannya akan anggaran tersebut dan berani bertanggungjawab akan langkah yang telah diambilnya. Ahok bahkan secara terang terangan akan mempertaruhkan jabatannya sebagai gubernur atas hal tersebut. Baginya, ia lebih baik mundur sebagai gubernur DKI Jakarta daripada harus menyetujui anggaran dari APBD DKI dan menjaga hubungan yang baik dengan DPRD DKI.

  Konflik antara Ahok dan DPRD DKI tersebut tentunya dapat dengan mudah mencuri perhatian masyarakat. Hal tersebut menyangkut kehidupan masyarakat luas terutama untuk daerah DKI Jakarta, akan tetapi tidak hanya warga DKI Jakarta saja yang menyumbangkan pendapat terkait konflik kedua belah pihak. Konflik Ahok dan DPRD DKI juga diperdebatkan melalui situs jejaring sosial Facebook dan Twitter. Masyarakat yang mendukung Ahok beramai-ramai me nggunakan tagar “Save Ahok” yang berhasil menduduki puncak trending topik Indonesia di situs jejaring sosial Twitter .

  (m.tribunnews.com/techno/2015/02/27/tagar-saveahok-rajai-trending-topic- twitter).

  Setiap media massa memiliki latar belakang tersendiri, baik dalam isi dan pengemasan beritanya, maupun dalam tampilan serta tujuan dasarnya. Perbedaan ini dilatarbelakangi oleh kepentingan yang berbeda-beda dari masing-masing media massa. Baik yang bermotif politik, ekonomi, agama, dan sebagainya. Seperti yang dikatakan oleh Bambang Harimukti bahwa media massa adalah sekumpulan banyak organisasi dan manusia dengan segala kepentingannya yang beragam, bahkan termasuk yang saling bertentangan (Septiawan, 2005). Untuk itu, setiap media massa yang menyajikan berita mengenai konflik Ahok dan DPRD DKI ini juga mengemas berita tersebut sesuai dengan kepentingan mereka karena tentunya dalam setiap pemberitaan di media, setiap pihak memiliki tujuan pemberitaan masing-masing. Akibat adanya berbagai kepentingan oleh setiap pihak yang memiliki kuasa atas media maka muncullah sebuah anggapan bahwa fakta yang disampaikan bukanlah fakta yang objektif, melainkan fakta yang telah direkonstruksi oleh media atau penulisnya/wartawan dengan latar belakang kepentingan tertentu dengan harapan bahwa berita yang dikemas sedemikian rupa dapat dipercaya dan mempengaruhi pemikiran masyarakat agar sesuai dengan yang diharapkan.

  Dalam berbagai analisis tentang kehidupan sosial, ekonomi, dan politik, media sering ditempatkan sebagai salah satu variable determinan. Bahkan media terlebih dalam posisinya sebagai suatu institusi informasi, dapat pula dipandang sebagai faktor yang paling menentukan dalam proses-proses perubahan sosial dan politik. Dalam konteks media massa sebagai institusi informasi, Karl Deutsch menyebutnya sebagai “urat nadi pemerintah” (the nerves of government)). Hanya mereka yang mempunyai akses kepada informasi yang bakal menguasai percaturan kekuasaan (Sobur, 2004 : 31).

  Konstruksi realitas politik yang dibentuk oleh sebuah media pertama-tama dipengaruhi oleh kehidupan sistem politik dimana media massa menjadi salah satu subsistemnya. Walaupun demikian, media massa memiliki kekuatan tersendiri dalam mempengaruhi sistem politik sehingga hubungan antara keduanya ditandai oleh dua hal. Pertama, bentuk dan kebijakan politik sebuah negara menentukan pola operasi media massa di negara itu, mulai dari kepemilikan, tampilan isi, hingga pengawasannya.Kedua, media massa sering menjadi media komunikasi politik terutama oleh penguasa. Setiap kepentingan politik sedapat mungkin memakai media massa untuk melancarkan kepentingan politiknya.

  Surat kabar Sinar Indonesia Baru (SIB) adalah salah satu surat kabar nasional yang berpusat di Medan, Sumatera Utara. Menurut hasil wawancara dengan Bapak Syafruddin Pohan M.Si, Ph.D yang merupakan seorang dosen Ilmu Komunikasi di fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Sumatera Utara pada tanggal 13 Maret 2015, SIB adalah surat kabar yang konsisten dalam memberitakan suatu wacana terutama yang berkaitan dengan agenda publik. Setiap wacana yang disajikan dalam kolom beritanya, selalu diperbaharui dalam artian setiap wacana yang dimuat akan dibahas sampai tuntas. Kita tentunya sering melihat di beberapa media yang beritanya dimuat secara besar-besaran kemudian dalam beberapa waktu wacana tersebut menghilang dan digantikan oleh agenda publik yang baru. Berbeda halnya dengan surat kabar SIB. Pihak surat kabar ini menggunakan prinsip kontinuitas pemberitaan wacananya sampai tuntas. Hal ini lah yang mendasari peneliti menggunakan media SIB dalam penelitian untuk menganalisis wacana Ahok yang berkonflik dengan pihak DPRD DKI di harian SIB.

  Berdasarkan hal di atas, peneliti tertarik untuk meneliti bagaimana sosok dan posisi Ahok disajikan dalam pemberitaan di harian SIB terkait dengan masalah APBD DKI Jakarta dengan pihak DPRD.

  1.2 Fokus Masalah

  Berdasarkan konteks masalah di atas maka yang menjadi fokus masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

  1. Bagaimana harian Sinar Indonesia Baru (SIB) menyajikan berita mengenai konflik antara Ahok dan DPRD DKI Jakarta terkait APBD untuk tahun 2015 ? 2. Bagaimana harian Sinar Indonesia Baru memaknai pemberitaan konflik antara Basuki Tjahaja Purnama dengan DPRD DKI Jakarta ?

  1.3 Tujuan Penelitian

  Adapun tujuan penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui bagaimana pihak Sinar Indonesia Baru menyajikan berita tentang konflik antara Basuki Tjahaja Purnama dengan pihak DPRD

  DKI Jakarta terkait APBD DKI Jakarta.

  2. Untuk mengetahui bagaimana media Sinar Indonesia Baru memaknai pemberitaan konflik antara Basuki Tjahaja Purnama dengan pihak DPRD DKI Jakarta terkait APBD DKI Jakarta.

1.4 Manfaat Penelitian

  Adapun manfaat dari penelitian ini yaitu ; 1. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memperluas ilmu pengetahuan tentang penyajian berita oleh media massa

  2. Secara akademis, penelitian ini dapat memberikan kontribusi dalam memperkaya referensi bahan penelitian serta menjadi bahan bacaan yang berguan di lingkungan FISIP USU khusunya Departemen Ilmu Komunikasi.

Dokumen yang terkait

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Fungsi Pesta Luhutan Bolon Tugu Raja Silahisabungan dalam Mempertahankan Integrasi Sosial Pomparan Raja Silahisabungan (Studi Kasus pada Masyarakat Silalahi Nabolak, Kecamatan Silahisabungan, Kabupaten Dairi)

0 0 31

BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Citra Digital - Implementasi dan Perbandingan Metode Alpha-Trimmed Mean Filter dan Adaptive Media Filter untuk Reduksi Noise pada Citra Digital

0 0 18

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Implementasi Kebijakan Peraturan Daerah Kota Medan No 5 Tahun 2012 Dalam Penerbitan Izin Mendirikan Bangunan Di Kota Medan

0 0 41

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERCERAIAN DAN HARTA BERSAMA A. Pengertian Perceraian - Peran Mediator Dalam Penyelesaian Sengketa Pembagian Harta Bersama Setelah Perceraian (Studi di Pengadilan Agama Medan)

0 0 25

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Peran Mediator Dalam Penyelesaian Sengketa Pembagian Harta Bersama Setelah Perceraian (Studi di Pengadilan Agama Medan)

0 0 14

BAB I PENDAHULUAN - Implementasi Layanan Rakyat Untuk Sertifikasi Tanah (Larasita) Pada Kantor Pertanahan Kota Binjai

0 0 43

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Resin Akrilik 2.1.1 Pengertian Resin Akrilik - Kekuatan Impak Resin Akrilik Polimerisasi Panas setelah Penambahan Serat Kaca Potongan Kecil 1% dengan Metode Berbeda

0 1 9

2.1 Kebiajakan Publik - Peranan Kelompok Masyarakat Pengawas (POKMASWAS) Dalam Pemberdayaan Masyarakat Pesisir Dan Pantai

0 0 19

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Peranan Kelompok Masyarakat Pengawas (POKMASWAS) Dalam Pemberdayaan Masyarakat Pesisir Dan Pantai

0 0 8

BAB II URAIAN TEORITIS 2.1 Paradigma - Pemberitaan Konflik Basuki Tjahaja Purnama Dengan DPRD DKI Jakarta di Harian Sinar Indonesia Baru

0 1 39