ENGINE TUNE UP HONDA JAZZ TIPE L13A

(1)

i

Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Kelulusan Progam Diploma 3 untuk Menyandang Sebutan Ahli Madya

Disusun oleh : Singgih Ari Nugroho

5211309026

PROGRAM STUDI DIPLOMA 3 TEKNIK MESIN JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2012


(2)

ii Nama : Singgih Ari Nugroho

NIM : 5211309026

Program Studi : Diploma 3 Teknik Mesin Otomotif Judul : Engine Tune-up Honda Jazz Tipe L13A

Telah dipertahankan dihadapan Dewan Penguji dan diterima sebagai bagian persyaratan memperoleh gelar Ahli Madya pada Program Studi Diploma 3 Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang.

Panitia Ujian

Ketua : Drs. Aris Budiyono, M.T.

NIP. 196704051994021001 ( )

Sekretaris : Widi Widayat, S.T, M.T.

NIP. 197408152000031001 ( )

Dewan Penguji

Pembimbing : Drs. Abdurahman, M.Pd.

NIP. 196009031985031002 ( )

Penguji Utama : Drs. Pramono

NIP. 195809101985031002 ( )

Penguji Pendamping : Drs. Abdurahman, M.Pd.

NIP. 196009031985031002 ( )

Ditetapkan di Semarang Tanggal :

Mengesahkan, Dekan Fakultas Teknik

Drs. Muhammad Harlanu, M.Pd NIP. 196602151991021001


(3)

iii Universitas Negeri Semarang.

Tune-up adalah mengkondisikan mesin mobil agar kembali normal setelah digunakan untuk keperluan sehari-hari, tune-up bukan perbaikan tetapi lebih pada perawatan mesin mobil, sehingga mobil agar selalu dalam keadaan prima dengan kata lain tidak akan mogok jika digunakan untuk keperluan sehari-hari.

Untuk menghasilkan pekerjaan tune-up yang maksimal tentunya harus mengikuti prosedur yang benar dan dalam tune-up pun tidak semua komponen-komponen diperiksa, hal ini tergantung dari kilometer yang telah ditempuh mesin, dan lamanya waktu berselang dari terakhir kali dilakukannya service maupun dari keadaan mesin itu sendiri.

Komponen-komponen yang perlu diperiksa perawatan berkala kelipatan 20.000 km adalah memeriksa air pendingin, memeriksa radiator dan tutup radiator, memeriksa baterai, mengganti saringan oli (Oil Filter), mengganti oli mesin, memeriksa saringan udara (Air Cleaner), memeriksa busi (Spark Plug), memeriksa saringan bensin (Fuel Filter), memeriksa kerenggangan celah katup, memeriksa tekanan kompresi, memeriksa saat pengapian (Ignition Timing), pemeriksaan menggunakan Scan Tool/Honda PGM Tester.

Sesuai dengan pemeriksaan perawatan berkala atau tune-up maka disimpulkan bahwa pelaksanaan tune-up harus dilakukan secara periodefikasi dimulai dari perawatan berkala 2500-5.000 km, 10.000 km dan 20.000 km.


(4)

iv

“Jadilah seperti karang di lautan yang kuat dihantam ombak dan kerjakanlah hal yang bermanfaat untuk diri sendiri dan orang lain, karena hidup hanya sekali. Ingat

hanya pada Allah apapun dan dimanapun kita berada kepada Dia-lah tempat meminta dan memohon”

PERSEMBAHAN

Bapak dan Ibu selaku orang tua yang tercinta yang selalu memberi motivasi. Kaka ku tersayang yang selalu memberi smangat.


(5)

v

memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga dapat menyelesaikan penulisan laporan tugas akhir dengan judul “Cara Kerja dan Troubleshooting Sistem Induksi Udara (Air Intake System)”.

Laporan tugas akhir ini selesai tidak lepas dari bantuan, saran dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Sudijono Sastroatmodjo, M.Si. Rektor Universitas Negeri Semarang. 2. Drs. Muhammad Harlanu, M.Pd, Dekan Fakultas Teknik Universitas Negeri

Semarang.

3. Dr. M. Khumaedi, Ketua Jurusan Teknik Mesin Universitas Negeri Semarang. 4. Drs. Aris Budiyono, MT Sekretaris Jurusan Teknik Mesin Universitas Negeri

Semarang.

5. Widi Widayat, S.T, M.T, Kaprodi D3 Teknik Mesin Universitas Negeri Semarang.

6. Drs. Abdurahman M.Pd, Dosen Pembimbing yang telah memberikan pengarahan dan bimbingan dalam penyusunan laporan tugas akhir.

7. R. Ambar. A.Md. Pembimbing Lapangan dalam pembuatan tugas akhir.

8. Semua pihak yang tak dapat disebutkan satu persatu, yang telah memberikan bantuan maupun dukungan moral.

Penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk kesempurnaan isi laporan tugas akhir ini.

Semoga segala dorongan, bantuan, bimbingan dan pengorbanan yang telah diberikan dari berbagai pihak di dalam penulisan laporan ini mendapat balasan yang lebih dari Allah SWT.

Semarang,

Singgih Ari Nugroho 5211309026


(6)

vi

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

ABSTRAK ... iii

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Permasalahan ... 2

C. Tujuan ... 2

D. Manfaat ... 3

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ... 4

A. Pengertian dan Tujuan Tune-up ... 4

B. Pengertian Perawatan ... 6

C. Tahap Pelaksanaan Perawatan ... 7

1. Tahap Persiapan ... 7

2. Tahap Pengerjaan ... 8


(7)

vii

2. Persiapan Material Pendukung Tune-up ... 9

E. Urutan Tune-up ... 12

1. Memeriksa Air Pendingin ... 12

2. Memeriksa Kualitas Air Pendingin ... 13

3. Memeriksa Tali Kipas ... 14

4. Memeriksa Baterai ... 16

5. Memeriksa Oli Mesin ... 18

6. Memeriksa Saringan Udara ... 19

7. Memeriksa Filter Bensin ... 21

8. Memeriksa Busi ... 23

9. Memeriksa Kabel Busi ... 26

10.Memeriksa Distributor ... 26

11.Memeriksa Celah Katup ... 27

12.Memeriksa Tekanan Kompresi ... 30

13.Tune-up menggunakan Scan Tool ... 31

F. Kontruksi Mesin EFI (Electric Fuel Injection) ... 32

G. Sistem i-DSI Pada Honda Jazz Tipe L13 A ... 34

BAB III. ISI ... 36

A. Alat dan Bahan ... 36


(8)

viii

1. Memeriksa Coolant ... 43

2. Memeriksa Radiator Cup dan Radiator ... 44

3. Memeriksa Baterai ... 46

4. Ganti Saringan Oli (Oil Filter) ... 48

5. Ganti Oli Mesin ... 50

6. Memeriksa Saringan Udara (Air Cleaner) ... 52

7. Memeriksa Busi (Spark Plug) ... 54

8. Memeriksa Saringan Bensin (Fuel Filter) ... 59

9. Memeriksa Kerenggangan Celah Katup ... 62

10.Memeriksa Tekanan Kompresi ... 67

11.Memeriksa Saat Pengapian (Ignition Timing) ... 68

12.Pemeriksaan Engine Menggunakan Scan Tool/Honda PGM Tester ... 71

BAB IV. PENUTUP ... 85

A. Kesimpulan ... 85

B. Saran ... 86

DAFTAR PUSTAKA ... 87


(9)

ix

Gambar 2.3 Air Accu ... 11

Gambar 2.4 Lem Packing ... 11

Gambar 2.5 Batas Max dan Min Reservoir ... 13

Gambar 2.6 Tali kipas (V Belt) ... 14

Gambar 2.7 Memeriksa tegangan tali kipas ... 15

Gambar 2.8 Mengencangkan baut Alternator ... 16

Gambar 2.9 Memeriksa berat jenis baterai ... 17

Gambar 2.10 Pemeriksaan visual baterai ... 17

Gambar 2.11 Pemeriksaan oli mesin... 19

Gambar 2.12 Elemen saringan udara ... 20

Gambar 2.13 Cara membersihkan saringan udara ... 20

Gambar 2.14 Saringan bensin ... 22

Gambar 2.15 Warna dan keadaan busi... 24

Gambar 2.16 Penyetelan celah elektroda busi ... 25

Gambar 2.17 Elektroda distributor ... 27

Gambar 2.18 Tanda titik mati atas (TMA) pada puli motor ... 28

Gambar 2.19 Silinder pertama pada saat akhir kompresi ... 28

Gambar 2.20 Saat menyetel katup ... 29

Gambar 2.21 Memeriksa kompresi ... 30


(10)

x

Gambar 3.26 1 set kunci shock ... 37

Gambar 3.27 Hydrometer ... 38

Gambar 3.28 Feeler Gauge. ... 38

Gambar 3.29 Timing Light ... 39

Gambar 3.30 Special Tool (Wrench Oil Filter) ... 39

Gambar 3.31 Pressure gauge ... 39

Gambar 3.32 Multitester analog ... 40

Gambar 3.33 Multitester digital ... 40

Gambar 3.34 Scan Tool / Honda PGM Tester ... 40

Gambar 3.35 Compression Gauge ... 41

Gambar 3.36 Engine Stand Honda Jazz L13A ... 41

Gambar 3.37 Reservoir Coolant ... 43

Gambar 3.38 Radiator Cup Tester ... 44

Gambar 3.39 Pengetesan radiator ... 45

Gambar 3.40 Selang dan klem radiator ... 46

Gambar 3.41 Terminal baterai ... 46

Gambar 3.42 Baterai ... 47

Gambar 3.43 Pengukuran berat jenis baterai ... 47

Gambar 3.44 Pengukuran tegangan baterai ... 48


(11)

xi

Gambar 3.49 Melepas Air cleaner housing cover ... 53

Gambar 3.50 1 Set Box Air Cleaner ... 53

Gambar 3.51 Air Cleaner ... 53

Gambar 3.52 Air Cleaner pada Engine Stand ... 54

Gambar 3.53 Busi pada Engine Honda Jazz Tipe L13 A ... 54

Gambar 3.54 Melepas intake manifold cover ... 55

Gambar 3.55 Harness holder ... 55

Gambar 3.56 Ignition Coil depan ... 56

Gambar 3.57 Ignition Coil belakang ... 56

Gambar 3.58 Melepas busi (Spark Plug) ... 56

Gambar 3.59 Mengukur celah elektroda ... 57

Gambar 3.60 Elektroda ... 58

Gambar 3.61 Stel celah elektroda ... 59

Gambar 3.62 Fuel Filter pertama (di dalam tangki) ... 59

Gambar 3.63 Fuel Filter ke 2... 60

Gambar 3.64 Selang bahan bakar ... 61

Gambar 3.65 pressure gauge ... 61

Gambar 3.66 Hasil tekanan bahan bakar ... 62

Gambar 3.67 Positive crankcase ventilation (PCV) ... 63


(12)

xii

Gambar 3.72 Saat penyetelan katup ... 65

Gambar 3.73 Memutar poros engkol (Crankshaft) ... 66

Gambar 3.74 Katup yang distel pada top 4 ... 66

Gambar 3.75 Memasang Compression Gauge ... 67

Gambar 3.76 Memasang kabel timing light ke baterai ... 69

Gambar 3.77 Timing light ke ignition coil harness no 1 ... 69

Gambar 3.78 Pemeriksaan Ignition Timing ... 70

Gambar 3.79 Engine Control Module (ECM) ... 70

Gambar 3.80 Pemasangan Pin Connector ... 71

Gambar 3.81 Menu utama pada Scan Tool ... 71

Gambar 3.82 Menu Initial Screen Scan Tool ... 72

Gambar 3.83 Menu Japanese Vehicle Diagnosis pada Scan Tool ... 72

Gambar 3.84 Menu Japanese Vehicle Diagnosis tahap yang ke 2 pada Scan Tool ... 73

Gambar 3.85 Menu Japanese Vehicle Diagnosis tahap yang ke 3 pada Scan Tool ... 73

Gambar 3.86 Menu Japanese Vehicle Diagnosis tahap yang ke 4 pada Scan Tool ... 74

Gambar 3.87 Scan Tool setelah memilih 16 Pin Connector ... 74


(13)

xiii

Gambar 3.92 Menu Japanese Vehicle Diagnosis pilih Current Data ... 78 Gambar 3.93 Hasil pemeriksaan Cureent Data pada Scan Tool... 78


(14)

(15)

xv


(16)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Dalam pekerjaan perawatan mobil di bengkel seringkali kita mendengar istilah tune-up. Sebenarnya yang dimaksud dengan tune-up ialah mengembalikan kemampuan mesin kepada keadaan semula pada tingkat optimal. Sebenarnya pekerjaan tune-up ini termasuk dalam pemeriksaan berkala, yang antara lain pekerjaan pembersihan, perbaikan, penyetelan, pengetesan ataupun mengganti komponen-komponen tertentu saja.

Seperti kita ketahui, bahwa mobil terdiri dari sejumlah komponen, dan dengan dioperesikannya dalam waktu tertentu, maka kemampuan komponen yang fungsional (termasuk minyak pelumas) akan berkurang karena terjadi keausan, memburuk, berkarat, atau ada bagian yang perlu penyetelan. Oleh sebab itu mesin perlu pemeriksaan, pembersihan, penyetelan atau bahkan penggantian komponen agar kemampuan mesin tetap berada dalam kondisi yang baik atau optimal. Dengan melakukan pemeriksaan berarti membatasi menurunnya kemampuan dan mencegah terjadinya kerusakan yang lebih berat pada mesin.

Terhadap mesin yang sudah menggunakan Elektronic Fuel Injection (EFI), atau istilah yang dipakai oleh Honda yaitu sistem PGM-FI (Programmed Fuel Injection) tidak jauh berbeda dengan tune-up yang dilakukan pada mobil-mobil umum lainnya, hanya sekedar berbasis


(17)

Elektronik pada bagian-bagian tertentu maka untuk bagian sensor-sensornya diperlukan alat pemeriksa lain yang disebut scanner yang berfungsi sebagai alat pendeteksi keadaan rangkaian elektronik EFI. Sedangkan sensor-sensor yang dimaksud tadi berfungsi sebagai pendeteksi atau penerima data yang dipasang diberbagai bagian-bagian mesin yang berguna untuk mendeteksi data keadaan mesin mobil dimana data tersebut nantinya akan dikirim ke ECM (Engine Control Module) yang berfungsi sebagai otak/pengontrol dari sistem EFI.

Dari uraian diatas, maka saya tertarik memilih judul “ ENGINE TUNE-UP HONDA JAZZ TIPE L13A “ sebagai tugas akhir.

B. PERMASALAHAN

Adapun permasalahan yang timbul dari uraian latar belakang diatas adalah sebagai berikut :

1. Komponen-komponen yang diperiksa saat tune-up engine Elektronic Fuel Injection (EFI)

2. Bagaimana dan kapan tune-up itu harus dilakukan (periodefikasi) C. TUJUAN

Adapun tujuan yang ingin saya capai dari permasalahan tersebut diatas adalah sebagai berikut :

1. Agar dapat mengetahui komponen-komponen apa saja yang perlu diperiksa saat tune-up engine Elektronic Fuel Injection (EFI)


(18)

3. Untuk mengetahui gejala dan dampak kerusakan komponen Engine Elektronic Fuel Injection (EFI)

D. MANFAAT

Manfaat yang dapat diambil setelah melakukan penelitian dan permasalahan yang terjadi adalah sebagai berikut :

1. Mendapatkan wawasan dan pengetahuan cara tune-up engine Elektronic Fuel Injection (EFI)

2. Dapat mengetahui fungsi dan cara menggunakan scanner pada

3. Dapat menjadi media pembelajaran mahasiswa lain tentang cara tune-up Elektronic Fuel Injection (EFI)


(19)

4 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian dan Tujuan Tune-up

Tune-up adalah mengkondisikan mesin mobil agar kembali normal setelah digunakan untuk keperluan sehari-hari, tune-up bukan perbaikan tetapi lebih pada perawatan mesin mobil, Sedangkan tujuan tune-up yaitu membuat mobil agar selalu dalam keadaan prima dengan kata lain tidak akan mogok jika digunakan untuk keperluan sehari-hari.

Ada sebagian mekanik yang menyamakan kata tune-up dengan stel mesin, tujuan keduanya hampir sama, tune-up lebih pada perawatan sedangkan stel mesin lebih kepada perbaikan karena kondisi mesin sudah tidak nyaman untuk dikendarai.

Untuk menghasilkan pekerjaan tune-up yang maksimal tentunya harus mengikuti prosedur yang benar dan dalam tune-up pun tidak semua komponen-komponen diperiksa, hal ini tergantung dari kilometer yang telah ditempuh mesin, dan lamanya waktu berselang dari terakhir kali dilakukannya service maupun dari keadaan mesin itu sendiri.(Saraswo Aris Joko, 2010:11)

Pada kilometer 2.500 sampai 5000 awal (perawatan berkala kelipatan 5.000km), biasanya yang perlu di cek adalah:

a. Ganti oli mesin,

b. Periksa air pendingin mesin, c. Periksa baterai,


(20)

d. Periksa saat pengapian dan sudut dwell, e. Periksa saringan udara,

f. Periksa saringan bahan bakar.

Pada kilometer 10.000 (perawatan berkala kelipatan 10.000 km) hal yang perlu dilakukan adalah:

a. Ganti oli mesin,

b. Ganti saringan oli mesin, c. Periksa air pendingin mesin, d. Periksa baterai,

e. Periksa busi,

f. Periksa kabel pengapian,

g. Periksa rotor dan tutup distributor,

h. Periksa platina distributor (kecuali pengapian full transistor), i. Periksa saringan bahan bakar,

j. Periksa saringan udara,

k. Stel putaran idle dan campuran idle (EFI)

Pada kilometer 20.000 (perawatan berkala kelipatan 20.000 km) hal yang perlu dilakukan adalah:

a. Stel celah katup,

b. Periksa semua tali kipas, c. Ganti oli mesin,


(21)

e. Periksa selang-selang sistem (dianjurkan untuk menambahkan campuran bahan anti karat),

f. Periksa baterai, g. Ganti busi,

h. Periksa kabel pengapian,periksa rotor dan tutup distributor, i. Periksa saat pengapian,

j. Ganti saringan bahan bakar, k. Ganti saringan udara,

l. Stel putaran idle dan campuran idle (EFI). B. Pengertian perawatan

Perawatan adalah suatu konsespsi dari semua aktifitas yang diperlukan untuk menjaga atau mempertahankan kualitas mobil agar tetap berfungsi baik seperti dalam kondisi sebelumnya. Atau dengan kata lain perawatan sebagai aktifitas untuk mencegah kerusakan, berbeda dengan perbaikan yang mempunyai maksud memperbaiki kerusakan yang telah terjadi. (Saraswo Aris Joko, 2010:12)

Pekerjaan perawatan adalah untuk melakukan perbaikan yang bersifat kualitas, untuk meningkatkan suatu kondisi ke kondisi yang lebih baik, banyaknya pekerjaan perawatan yang dilakukan tergantung tergantung kepada :

1. Batas kualitas terendah yang diizinkan dari suatu komponen, adapun batas kualitas yang lebih tinggi akan tercapai dari hasil perawatan yang akan dilakukan.


(22)

2. Waktu pemakaian atau lamanya waktu operasi yang menyebabkan berkurangnya kualitas komponen atau peralatan pada mobil.

Dalam hal ini komponen yang menjadi sasaran dari perawatan adalah komponen-komponen yang selama pemakaiannya akan kehilangan kualitas, sehingga kemampuan komponen tersubut berkurang ketahanannya.

Secara garis besar perawatan dapat digolongkan menjadi dua : a. Perawatan yang direncanakan

Perawatan yang dilakukan dengan pertimbangan masa yang akan datang, terkontrol dan tercatat.

b. Perawatan tidak direncana

Perawatan darurat yang tidak direncanakan. C. Tahap Pelaksanaan Perawatan

Mengikuti tahap pelaksanaan perawatan secara logis dan teratur, yaitu: 1. Tahap persiapan

a. Mencatat data kendaran pada lembar daftar pekerjaan perawatan dan catat atau memberi tanda pada bagian tertentu untuk membantu pada tahap pemasangan agar tidak salah memasang. b. Menyiapkan kertas untuk mencatat data-data penyetel untuk engine

yang dikerjakan.

c. Mempersiapkan tempat kerja yang bersih, teduh, perlengkapan atau alat, dan bahan material yang dibutuhkan


(23)

d. Mempersiapkan tempat atau wadah yang digunakan untuk menempatkan bagian-bagian komponen yang dilepas dari engine 2. Tahap pengerjaan

a. Melakukan pengerjaan sesuai dengan prosedur, baik dari prosedur pembongkaran, pemasangan dan pengukuran.

b. Komponen-komponen yang dilepas diletakan ditempat yang aman atau meja OH (Over Houl).

3. Tahap pemeriksaan

a. Memeriksa perlengkapan alat apakah ada yang tertinggal dibagian mesin, terutama dibagian komponen mesin yang berputar.

b. Memeriksa kebocoran pada bagian pengikat atau sambungan-sambungan.

c. Memeriksa kembali batas semua permukaan cairan. 4. Tahap pembersihan

a. Membersihkan bagian mesin yang telah diraba dan di pegang b. Membersihkan perlengkapan alat, material, dan tempat kerja. D. Persiapan perlengkapan tune-up

1. Peralatan yang yang digunakan untuk pengerjaan tune-up mesin EFI (Electric Fuel Injection) yaitu:

a. Tang besar j. Timming light

b. 1 set kunci pas k. Scanner c. 1 set kunci kombinasi l. Tang lancip d. 1 set kunci ring m. Kunci rantai


(24)

e. 1 set kunci L (segi 6) n. Multitester f. 1 set kunci sock o. Hydrometer g. Obeng plus (+) p. Compresion tester h. Obeng minus (-) q. Radiator tester i. Feeler gauge

2. Persiapan material pendukung tune-up a. Amplas

Selain berfungsi untuk membersihkan busi, amplas juga berfungsi untuk membersihkan packing atau perpak.

Gambar 2.1 Amplas

http://www.rawrdenim.com/tag/sandpaper/ (1 Mei 2012) b. Injector cleaner atau carburator cleaner

Injector cleaner berfungsi untuk membersihkan mulut intake manifold atau trotle body dan idle speed control (ISC). Dengan membersihkan trotle body diharapkan skep gas akan tertutup dengan sempurna sehingga rpm mesin akan kembali normal dengan kata lain rpm tidak terlalu tinggi.


(25)

Gambar 2.2 Carburetor cleaner c. Kain lap atau majun

Kain majun berfungsi untuk membersihkan setelah proses pencucian dilakukan baik komponen, perlengkapan maupun tangan.

d. Air accu

Air accu dugunakan untuk menambah volume air accu apabila isi air accu berkurang.


(26)

Gambar 2.3 Air accu

http://pertamax7.files.wordpress.com/2011/11/pertamax1121-small.jpg (1 Mei 2012)

e. Lem paking (Gasket)

Lem berfungsi untuk melekatkan paking yang ada ditrotle body, pada saat memasanga cylinder head dan intake manifold

Gambar 2.4 Lem Paking


(27)

E. Urutan Tune-Up

1. Memeriksa air pendingin

Mesin mengubah energi panas menjadi energi gerak, namun tidak semuanya energi panas dapat diubah menjadi tenaga penggerak, hanya persentase 25% saja yang dapat dimanfaatkan secara efektif sedangkan 45% lainnya hilang saat terjadi gesekan atau gas buang dan 30% sisanya diserap oleh mesin itu sendiri panas yang diserap oleh mesin itu harus dibuang keluar (ke udara bebas) agar tidak menjadi terlalu panas (overheating) dan dapat mempercepat proses keausan.(M. Suratman 2001:131)

a. Memeriksa selang dan sambungan-sambungan sistem pendingin 1) Panaskan mesin dan periksalah pada selang dan

sambungan-sambungan yang menggunakan klem (mungkin ada yang pecah, rusak, kendor pengikatnya atau ada yang perlu diganti).

2) Pompa air dan selang-selang karet kemungkinan ada yang retak atau menggelembung.

3) Heater dan selang (bila menggunakan)

4) Teras radiator (radiatornya sendiri) yang terdiri dari pompa-pompa kecil kemungkinan ada yang bocor disebabkan karat atau rusak. Pipa-pipa dan permukaan pipa radiator yang disolder dibagian atas dan bawah perlu diperiksa.

5) Kran penguras air 6) Pompa air


(28)

7) Tutup radiator yang sudah lama disarankan diganti karena menyebabkan air dalam bentuk uap karena penurunan kualitas kerjanya.

2. Memeriksa kualitas air pendingin

Buka tutup radiator dan lihat secara visual ketinggian air radiator dan perhatikan pula kualitas air radiator.ganti bila air radiator suda keruh, biasanya air radiator kotor karena korosi dipipa-pipa kapiler radiator atau diblok mesin.

Gambar 2.5 Batas Max dan Min reservoir (Shop Manual Jazz)

Cara mengeluarkan air pendingin dapat dilakukan sebagai berikut : a. Masukan selang kelubang pengisian pada radiator dan biarkan

mengalir membersihkan kotoran-kotoran yang tersisa sampai air yang keluar jernih.


(29)

b. Keraskan kembali baut sumbat yang terdapat pada blok mesin maupun yang ada pada radiator.

c. Lepaskan tangki reservoir dan bersihkan, pasangkan kembali pada tempat semula, dan isi air sampai air batas “Full”.

3. Memeriksa tali kipas

Tali kipas (belt) selain menggerakan pompa air juga menggerakan alternator , pompa air pada sistem pendingin selain berfungsi mengalirkan air pendingin juga untuk memperoleh temperature kerja mesin yang tepat. Sedangkan alternator berfungsi sebagai pambangkit arus, arus ini dimanfaatkan mesin dan juga disimpan dalam baterai, oleh sebab itu (drive belt dan fan belt) saat ditune-up perlu diperiksa keadaannya.

Gambar 2.6 Tali kipas (V-belt) (Aris Joko Saraswo, 2010:87)


(30)

a. Cara memeriksa tegangan tali kipas

Gambar 2.7 Memeriksa tegangan tali kipas (Suratman, 2001:133)

b. Ketegangan atau kekerasan tali kipas perlu diperiksa dan distel. Caranya kendorkan kedua baut pengikat alternator terlibih dahulu dengan baut yang diatas dilanjutkan baut yang bawah, sehingga alternator dapat digeser.

c. Gunakanlah pengungkit (Kayu) untuk mengungkit alternator dan sambil distel, kemudian periksa ketegangan tali kipasnya sehingga diperoleh jarak yang ditentukan. d. Keraskan baut pengikat yang atas kemudian yang bawah,

sesudah proses pengerasan kedua baut tadi periksa kembali ketegangan tali kipas.


(31)

Gambar 2.8 Mengencangkan baut alternator. (Aris Joko Saraswo, 2010:87)

4. Memeriksa baterai

Baterai adalah komponen yang sangat penting, baterai merupakan salah satu bagian dari kelistrikan sekaligus befungsi sebagai sumber arus listrik didalam mobil. Sebuah baterai terdiri dari beberapa sel baterai dan cairan elektrolit yang ditempatkan dalam subuah wadah yang terbuat dari plastik yang keras.

Sel baterai negatif dan positif masing-masing merupakan sekumpulan plat yang terbuat dari bahan aktif sponglead dan lead peroxide. Bahan plat negatif berwarna abu-abu dan bahan plat positif kecoklat-coklatan. Pada saat pertama kali baterai akan digunakan harus diisi dengan air zuur sedangkan pada saat perawatan atau menambahkan sebaiknya air baterai biasa atau air suling.

a. Cara merawat accu

1) Periksa ketinggian larutan elektrolit secara berkala minimal setiap bulan sekali, periksa pula keadaan air accu (massa jenis) dengan menggunakan hidro meter.


(32)

Gambar 2.9 Memeriksa berat jenis baterai (Suratman, 2001:135)

2) Memeriksa secara visual ketinggian air accu dengan melihat posisi upper level atau garis max dan low.

Gambar 2.10 Pemeriksaan visual baterai (Suratman, 2001:135)

3) Membersihkan dengan kain lap pada tumpahan air accu setelah melakukan pengisian air accu.

4) Apabila accu lemah segera lakukan charging.

5) Membersihkan kutub-kutub accu dari semua kotoran, dengan menggunakan air panas atau amplas.


(33)

6) Membersihkan body accu dari segala kotoran agar accu lebih awet.

5. Memeriksa oli mesin

Oli berfungsi sebagai pelumas dan pendingin mesin pada saat mesin hidup, itu sangat diperlukan untuk mencegah agar mesin tidak terlalu mangalami gesekan yang terlalu besar sehingga dapat merusak mesin dan agar mesin tidak terlalu panas (over heating), selain untuk pendingin oli juga berfungsi sebagai perapat dan pembersih.

a. Spesifikasi kekentalan (viskositas)

Spesifikasi oli mesin mengikut standar SAE (Society Of Automobile Engineers) :

1) SAE 20 = Encer 2) SAE 30 = Sedang 3) SAE 50 = Kental

b. Interval penggantian oli mesin

Motor bensin : setiap 2500-5000 km tergantung dari kualitas oli. c. Langkah memeriksa oli

1) Tariklah batang pengukur minyak mesin dan bersihkan dengan kain lap, kemudian masukan kembali kedalam sedalam mungkin untuk memperoleh hasil pemeriksaan yang tepat. 2) Tariklah batang pengukur minyak ini dan minyak pelumas

harus berada diantara H/F dan L (H= hight/F= Full/penuh dan L= low/rendah). Banyaknya minyak pelumas yang terdapat


(34)

pada bak minyak (karter) harus berada pada tanda F. bila keadaannya kurang, tambahkan minyak pelumas mesin yang sama merk

Untuk perawatan berkala sebaiknya mengecek ketinggian oli setiap minggu dan mengganti oli setiap 2500-5000 km tergantung dari kualitas oli yang digunakan, selain melihat secara visual ketinggian oli periksa juga keadaan filter oli dan ganti setiap 10.0000 km. (Aris Joko Saraswo, 2010:63)

Gambar 2.11 Pemeriksaan oli mesin (Suratman, 2001:136)

6. Memeriksa saringan udara

Saringna udara berfungsi untuk menyaring udara dari debu, juga berperan sebagai penghambat kecepatan udara dan memperkecil suara “desis” suara.

Ada 3 jenis filter udara yaitu:

a. Filter udara kering (menggunakan kertas yang berpori)

b. Filter udara setengah basah (menggunakan elemen kasa logam yang dibasahi minyak)


(35)

Cara memeriksa saringan udara:

Gambar 2.12 Elemen saringan udara (Iwan Darmawan, 1997:46)

a. Lepaskan pengunci saringan udara (air cleaner) dan lepaskan tutup saringan udara. Keluarkan elemen dan periksa permukaan elemen untuk mengetahui keadaannya.

b. Bila elemen saringan udara dibersihkan dengan cara meniupkan udara yang bertekanan rendah. Udara diarahkan dari bagian dalam mengarah keluar, kemudian dari luar ke dalam dan yang terakhir diarahkan dari dalam keluar.

Gambar 2.13 Cara membersihkan saringan udara (Iwan Darmawan, 1997:46)


(36)

c. Apabila elemen sudah kotor, walaupun sudah dibersihkan, sebaiknya elemen ini harus diganti dengan yang baru karena elemen yang sudah kotor atau telah berlubang akan menyebabkan penyaringan udara ke sistem bahan bakar menjadi terganggu.

Perhatian:

Elemen saringan udara yang terbuat dari kertas tidak boleh dicuci dengan air, bensin atau cairan lainnya, dan juga elemen diusahakan agar tidak terkena gemuk.

d. Sebelum memasang elemen pada rumah saringan udara, terlebih dahulu bersihkan rumah saringan udara dengan kain lap yang bersih untuk menghapus debu pada bagian dalam saringan.

e. Setelah memasang elemen pada rumah saringan udara perhatikan tanda panah yang terdapat pada tutup rumah saringan, periksa apakah sel rumah saringan udara terpasang dengan baik.

7. Memeriksa filter bensin

Filter bensin berfungsi menyaring bahan bakar atau bensin dari tangki bensin sebelum disemprotkan oleh injector. Perbedaan pada mobil EFI (Electric Fuel Injection) dengan mobil karburasi yaitu pada mobil EFI (Electric Fuel Injection) menggunakan filter bensin


(37)

berjumlah dua yang satu tersimpan didalam tangki. Cara merawatnya hanya butuh dicuci menggunakan bensin untuk menghilangkan endapan kotoran yang kemudian di semprot menggunakan kompresor.

Gambar 2.14 Saringan bensin (Aris Joko Saraswo, 2010:65)

a. Saringan bahan bakar diperiksa pada waktu tertentu atau pada kendaraan setelah menempuh jarak 5.000 km dan bila perlu diganti yang baru. Saringan bahan bakar ini disarankan untuk dii ganti minimal 1 tahun sekali atau setiap kendaraan setelah menempuh jarak 20.000 km.

b. Saringan bahan bakar model katrid bentuknya merupakan satu kesatuan antara elemen dan rumahnya, bila sudah kotor tidak dapat dibersihkan dan harus diganti.

c. Saringan bahan bakar model glas bila elemennya sudah kotor atau tersumbat dapat terlihat jelas melalui glas saringan. Mobil-mobil yang dilengkapi dengan saringan bensin model


(38)

gas, lakukan pemeriksaan pada rumah saringannya, kemungkinan retak atau berubah bentuk.

d. Periksa gasket saringan bensin, bila keadaannya retak atau putus sebaiknya diganti dengan yang baru, gasket (packing) yang putus memungkinkan bensin akan menetes keluar. 8. Memeriksa busi

Pada mobil EFI busi mempunyai tugas yang sama dengan busi yang terpasang pada mobil-mobil karburasi, tugas utama busi adalah meloncatkna bunga api antar elektroda adapun tegangan besar yang mincul dari elektroda adalah hasil dari tegangan yang dihasilkan oleh coil.

Langkah memeriksa busi.

a. Lakukanlah pekerjaan melepas busi jika kondisi mesin sudah dingin, karena busi terletak dekat dengan exhaus manifold.

b. Lepaslah kabel busi (high tension cable) tariklah bagian ujung fittingnya, dan jangan menarik kabel busi secara kasar.

c. Setelah melepas kabel busi sebaiknya juga bersihkan dahulu sekeliling busi dengan udara bertekanan atau kuas, untuk mencegah kotoran masuk ke dalam ruang bakar sewaktu busi dilepas.

d. Periksa kondisi ulir busi dan lubang busi kemungkinan retak dan rusak.


(39)

e. Kebocoran gas yang terjadi pada bagian kleman antara isolator dan rumah busi (plug housing).

f. Keausan elektroda busi. g. Kerusakan pada gasket busi. h. Keadaan elektroda

Gambar 2.15 Warna dan keadaan busi (Aris Joko Saraswo, 2010:69) Tabel 2.1 Warna dan keadaan busi

Warna Elektroda Menandakan

Abu-abu mesin dalam keadaan baik, tingkat panas busi yang tepat.

Warna putih mesin cenderung terlalu panas (overheat) campuran udara dan bensin terlalu kurus, tingkat panas terlalu tinggi.

Hitam basah Minyak pelumas mesin masuk ke ruang bakar melalui silinder dan torak.


(40)

Hitam atau kering Campuran udara dan bensin terlalu kaya, cenderung udara yang masuk lebih sedikit, pembakaran tidak tepat, tingkat panas busi terlalu tinggi.

1) Membersihkan dan menyetel celah elektroda

Bersihkan busi menggunakan cairan pembersih busi atau dapat disikat dengan menggunakan sikat baja atau amplas sampai kotoran-kotorannya hilang, selanjutnya lakukan penyetelan celah elektroda.

Penyetelan celah elektroda dilakukan dengan menggunakan alat pengukur (feeler gauge) antara elektroda tengah dengan elektroda sisi, celah elektroda disetel dengan cara membengkokan elektroda massa dan celahnya disesuaikan dengan petunjuk tertera pada buku pedoman perbaikan (penyetelan celah 1 milimeter)

Gambar 2.16 Penyetelan celah elektroda busi (Shop Manual Jazz)


(41)

9. Memeriksa kabel busi

Kabel busi (high tension cable) berfungsi untuk menyalurkan tegangan tinggi dari coil ke busi, sehingga jika kabel busi rusak (pecah, putus, atau bocor) akan mengganggu pengapian, sehingga saat tertentu bisa saat akselerasi atau idle mesin akan kurang nyaman saat digunakan.

Langkah-langkah pemeriksaan.

a. Memeriksa tahanan-tahanan kabel busi dengan mengunakan multitester. Ukur tahanan kabel busi antara terminal-terminal. Perhatian:

Pada saat pengukuran periksa keadaan busi dengan menyentuh sirkuit tester pada terminal dan bila digerakan bagian ujung tengah kabel dengan tangan dan jarum tester harus tidak berubah. Tahanan tiap kabel harus kurang dari 25K, dan bila ternyata hasil pengukurannya lebih besar, sebaiknya kabel busi harus diganti. b. Jika kabel busi longgar saat dipasang pada terminalnya perbaikilah

dengan menggunakan tang penjepit. 10.Memeriksa distributor

Distributor berfungsi untuk membagi pengapian dari coil ke masing-masing busi, pada mobil-mobil sekarang distributor sudah jarang ditemui karena mobil-mobil sekarang firing order pengapian diambil alih oleh ECU (Electronic Control Unit) yang datanya dikirim oleh crankshaft dan camshaft sensor.


(42)

Gambar 2.17 Elektroda Distributor (Aris Joko Saraswo, 2010:81)

perhatikan arang yang terdapat ditengah dan dipinggir distributor, jika sudah rusak ganti distributor atau mengganti arangnya dengan arang yang terdapat pada baterai. Perhatikan juga pegas daun yang berfungsi sebagai pengontrol elektroda naik turun.

11.Memeriksa celah katup

Langkah-langkah penyetelan katup

a. Terlebih dahulu mencari data besar celah katup.

b. Besarnya celah katup pada mesin kondisi panas dan dingin biasanya tidak sama.

c. Lepaskan tutup atau cover kepala silinder, hati-hati dengan pakingnya yang mudah pecah.

d. Putar poros engkol sampai tanda TMA, tanda TMA biasanya terletak pada puli motor atau pada roda gaya.


(43)

Gambar 2.18 Tanda titik mati atas (TMA) pada puli motor (Aris Joko Saraswo, 2010:82)

e. Mementukan apakah silinder pertama atau silinder terakhir yang berada pada posisi saat akhir langkah kompresi. Pada saat akhir langkah kompresi, kedua katup mempunyai celah.

f. Stel katup, setengah jumlah katup dapat distel penyetelan pertama silinder yang berada pada posisi data akhir kompresi kedua katup dapat distel. Pada silinder berikutnya katup masuk dapat distel, pada silinder berikutnya lagi katup buang katup buang dapat distel dan seterusnya. Katup-katup pada silinder terakhir tidak dapat distel.

Gambar 2.19 Silinder pertama pada saat akhir kompresi (Aris Joko Saraswo, 2010:83)


(44)

Hal-hal yang perlu diperhatikan pada saat penyetelan katup

a. Feeler gauge harus dapat didorong atau ditarik dengan kata lain ada sedikit celah.

Gambar 2.20 Saat menyetel katup (Aris Joko Saraswo, 2010:83)

b. Menggunakan feeler gauge dengan baik, jangan mengencangkan mur katup terlalu keras, gunakan kunci ring dan obeng yang baik. c. Putar pulley satu putaran lagi sampai tanda TMA.

d. Stel celah katup yang lain (setengah jumlah katup) e. Memesang tutup atau cover kepala silinder.

f. Hidupkan mesin dan periksa dudukan atau kebocoran paking tutup kepala silinder serta sambungan-sambungan ventilasi karter. g. Apabila celah katup terlalu besar mesin akan terlalu berisik dan apabila celah katup terlalu kecil mesin akan cepat panas (overheat).


(45)

12. Memeriksa tekanan kompresi

Setelah mesin dipanaskan pada temperature kerja mesin, ukurlah tekanan kompresi pada tiap silindernya menggunakan alat ukur kompresi (compression tester).

Pekerjaan pengukuran kompresi ini harus dilakukan oleh dua orang. Seorang harus duduk dalam ruang kemudi untuk menekan pedal gas sepenuhnya dan seorang lagi menekan alat ukur tekanan kompresi ke lubang busi, hal ini dilakukan apabila alat pengukur kompresinya belum menggunakan ulir dalam arti masih ditekan ke dalam lubang busi.

Langkah-langkah kerja:

a. Lepaskan semua busi-busi dan lepaskan kabel dari koil (ignition cable) ke distributor untuk memutuskan arus sekunder.

b. Masukkan pengukur kompresi ke lubang busi dan tekan secukupnya. Ukurlah tekanan kompresi pada tiap silindernya.

Gambar 2.21 Memeriksa kompresi (Aris Joko Saraswo, 2010:89)


(46)

13.Tune-up menggunakan scan Tool

Electronic control unit (ECM) merupakan prosesor yang berfungsi untuk membuat keputkusan kerja mengenai bahan bakar dan pemajuan pengapian. ECM ini berkerja berdasarkan atas input data dari kondisi kerja mesin yang dideteksi oleh sensor-sensor yang ada. Sensor-sensor ini dapat berupa sensor air pendingin, sensor posisi throttle, sensor intake manifold, sensor oxygen, sensor AC, sensor stop switch lamp dan lain-lain. ECM memberikan perintah kepada aktuator-aktuator yang dalam hal ini adalah injektor dan pengapian.

Gambar 2.22 Scan Tool (www.blythequipment.co.uk )

Cara karjanya adalah: Sistem mendeteksi berbagai sensor volume udara masuk, beban mesin, putaran mesin, kepadatan oksigen dalam gas buang, temperatur udara, temperatur air pendingin, akselerasi/penurunan kecepatan, dll dan selanjutnya input signal (data)


(47)

dari masing-masing sensor dikirim ke ECM, kemudian ECM menentukan lamanya injeksi yang tepat dan mengirimkan signal output ke aktuator sebagai injektor dan menginjeksikan bahan bakar ke intake manifold sesuai signal yang dibutuhkan.

F. Kontruksi Mesin EFI (Electric Fuel Injection)

Gambar 2.23 Kontruksi mesin EFI (Electric Fuel Injection) (Aris Joko Saraswo, 2010:28)


(48)

Keterangan gambar:

1. Filter bensin kasa berfungi untuk menyaring kotoran yang berbentuk partikel atau debu, filter ini terletak pada didalam tangki bahan bakar. 2. Pompa bensin berfungi untuk memompa bensin dari tangki ke injector. 3. Filter bensin elemen berfungsi untuk menyaring kotoran berupa cair

dan partikel.

4. Pipa pembagi berfungsi untuk mendistribusikan bahan bakar ke semua injector.

5. Pressure regulator berfungsi untuk menjaga tekanan bensin agar selalu seimbang dengan tekanan udara di intake manifold.

6. Injector berfungsi untuk menginjeksikan bahan bakar ke intake manifold.

7. Manifold Absolute Pressure (MAP) sensor berfungsi untuk mengukur jumlah udara yang masuk ke intake manifold.

8. Oxygen sensor berfungsi untuk memberitahu ECM kandungan oksigen dari hasil pembakaran.

9. Crankshaft atau camshaft sensor berfungsi untuk mengatur Firing Order pengapian dan semprotan injector.

10.Engine Coolant Temperature (ECT) sensor berfungsi untuk mengetahui kondisi suhu mesin dan menginformasikan ke ECM. 11.Trottle Position Sensor (TPS) berfungsi untuk mengetahui posisi skep


(49)

12.Intake Air Temperature sensor berfungsi untuk mengetahui temperatur udara didalam Intake Manifold.

13.Idle Speed Control berfungsi untuk mengontrol atau mengendalikan kecepatan putaran mesin saat kondisi langsam (Idle).

14.Engine Control Module (ECM) berfungsi untuk mengolah data dan memerintahkan semua aktuator pada mesin.

G. Sistem i-DSI pada Honda Jazz Tipe L13A

Sistem i-DSI Honda Jazz L 13A adalah mesin yang menggunakan kinerja dari teknologi intelligent Dual and Sequential Ignition (i-DSI), di mana setiap silinder dilengkapi dengan Dua busi yang menyala secara berurutan. ECM mengontrol jarak fase pengapian antara spark plug (busi) depan dan belakang sesuai dengan putaran mesin dan vacume di intake manifold. Pada putaran idle, spark plug depan dan belakang menyala secara bersamaan untuk menghasilkan kecepatan pembakaran yang lebih tinggi dan penghematan penggunaan bahan bakar. Pada kecepatan rendah dengan penggunaan beban rendah, ECM akan mempercepat ignition timing (waktu pengapian) pada spark plug depan yang suhu ruang pembakarannya relatif rendah untuk menghemat penggunan bahan bakar. Pada kecepatan tinggi spark plug depan dan belakang mengahsilkan kecepatan pembakaran yang lebih tinggi dan penghematan penggunan bahan bakar. (Shop Manual Honda Jazz/Fit pdf).


(50)

Gambar 2.24 Sistem i-DSI (Shop Manual Jazz)

Busi Depan Busi


(51)

36 BAB III

ENGINE TUNE-UP HONDA JAZZ TIPE L13A

Setiap komponen kendaraan, terutama yang bergerak dan bergesekan, lama kelamaan pasti akan menurun kemampuannya sehingga diperlukan perawatan, pemeriksaan dan perbaikan. Tune-up ialah mengembalikan kemampuan mesin kepada keadaan semula pada tingkat optimal. Sebenarnya pekerjaan tune-up ini termasuk dalam pemeriksaan berkala, yang antara lain pekerjaan pembersihan, perbaikan, penyetelan, pengetesan ataupun mengganti komponen-komponen tertentu seperti busi, filter udara dan bahan bakar, air radiator (sistem pendingin) dll.

Melakukan pemeriksaan atau tune-up berarti mencegah terjadinya kerusakan yang lebih berat pada mesin. Adapun hal-hal yang perlu dipersiapkan sebelum memulai proses tune-up agar memudahkan dalam proses pengerjaannya adalah sebagai berikut:

A. Alat dan bahan

Alat dan bahan yang diperlukan dalam pembuatan tugas akhir ini antara lain adalah:

1. Alat

a. Toolbox 1 set

Toolbox 1 set terdiri dari berbagai macam-macam alat seperti kunci pas, kunci ring, kunci kombinasi, obeng (-) dan (+), tang potong, tang panjang, palu besi, palu karet.


(52)

Gambar 3.25 Toolbox b. 1 set kunci shock

1 set kunci shock terdiri dari dari beberapa ukuran mata kunci shock, racket handle, sambungan pendek dan panjang, sambungan universal. Fungsi kunci shock sama seperti kunci pas dan kunci ring, yaitu untuk melepaskan dan mengencangkan mur atau baut.

Gambar 3.26 1 set kunci shock c. Hydrometer


(53)

Gambar 3.27 Hydrometer d. Feeler gauge

Alat ini dugunakan untuk mengukur celah antar bagian mesin seperti mengukur kerenggangan celah katup, kerenggangan celah elektroda busi, kerenggangan ring piston.

Gambar 3.28 Feeler gauge e. Timing light

Timing light adalah alat yang digunakan pada saat pemeriksaan saat pengapian.


(54)

Gambar 3.29 Timing Light f. Special tool (Wrench Oil Filter) pembuka saringan oli

Special tool ini adalah alat yang digunakan untuk melepas oli filter.

Gambar 3.30 Special tool (Wrench Oil Filter) g. Pressure gauge

Pressure gauge adalah alat yang digunakan untuk memeriksa tekanan bahan bakar.


(55)

h. Multitester

Multitester adalah alat yang digunkan untuk mengukur tegangan baterai pada saat pemeriksaan baterai. Ada 2 tipe multitester analog dan multitester digital dalam penggunaannya sama saja.

Gambar 3.32 Multitester analog

Gambar 3.33 Multitester digital i. Scan Tool / Honda PGM Tester

Scan Tool atau Honda PGM (Programmed) tester adalah alat yang digunakan untuk mendiagnosa kesalahan dan mengetahui performa pada mobil Honda.


(56)

j. Compression Tester

Compression Tester adalah alat yang digunakan untuk memeriksa tekanan kompresi mesin.

Gambar 3.35 Compression Gauge 2. Bahan

a. Engine stand Honda Jazz Tipe L13A I-DSI (Intelligent Dual Sequential Ignition)


(57)

B. Proses pelaksanaan

Proses pelaksanaan tune-up Honda Jazz Tipe L13A dilakukan berdasarkan daftar perawatan berkala kelipatan 20.000 kilometer dengan pertimbangan kondisi engine yang dulunya menjadi korban tsunami di Jepang.

Komponen-komponen yang perlu diperiksa perawatan berkala kelipatan 20.000 kilometer adalah sebagai berikut:

1. Memeriksa air pendingin

2. Memeriksa radiator cup dan radiator 3. Memeriksa baterai

4. Ganti saringan oli (Oil Filter) 5. Ganti oli mesin

6. Memeriksa saringan udara (Air cleaner) 7. Memeriksa busi (Spark Plug)

8. Memeriksa saringan bensin (Fuel Filter) 9. Memeriksa kerenggangan celah katup 10.Memeriksa tekanan kompresi

11.Memeriksa saat pengapian

12.Pemeriksaan Engine menggunakan Scan Tool / Honda PGM Tester C. Tune-up

Dari hasil pelaksanaan tune-up pada mesin Honda Jazz tipe L13A, berdasarkan daftar perawatan berkala kelipatan 20.000 kilometer dengan pertimbangan kondisi engine yang dulunya menjadi korban tsunami di Jepang, didapat hasil sebagai berikut:


(58)

1. Memeriksa Coolant

a. Pemeriksaan coolant sesuai spesifikasi

1) Lihat ketinggian coolant di dalam reservoir coolant, yakinlah bahwa posisinya berada di antara tanda MAX (A) dan tanda MIN (B).

Gambar 3.37 Reservoir Coolant

2) Jika ketinggian coolant di bawah tanda MIN (B), tambahkan coolant sampai mencapai tanda MAX (A)

Catatan:

 Jangan melepas tutup reservoir coolant bila coolant sedang mendidih.

 Jangan melepas tutup radiator bila engine dan radiator masih panas.

b. Hasil pemeriksaan Coolant di Engine Stand

1) Ketinggian coolant di dalam reservoir berada pada tanda MAX (A) Jadi tidak perlu menambahkan coolant.

A


(59)

2. Memeriksa Radiator Cup dan Radiator

a. Pemeriksaan radiator cup sesuai spesifikasi

1) Buka radiator cup (A), basahi seal dengan engine coolant, kemudian pasangkan radiator cup tester. Gunakan adaptor (B) kecil untuk memasang radiator cup.

Gambar 3.38 Radiator Cup Tester 2) Berikan tekanan sebesar 93-123 Kpa.

3) Periksa apakah ada penurunan tekanan.

4) Jika ada penurunan tekanan, radiator cup harus diganti. b. Pemeriksaan radiator sesuai spesifikasi

1) Apabila engine dalam keadaan panas tunggulah sampai engine dingin, kemudian secara hati-hati buka radiator cup dan isi radiator dengan engine coolant sampai ke bagian atas leher pengisian.

2) Pasang penguji tekanan pada radiator, gunakan adaptor kecil pada penguji tekanan.

A


(60)

Gambar 3.39 Pengetesan radiator 3) Berikan tekanan 93-123 Kpa

4) Periksa adanya kebocoran engine coolant dan penurunan tekanan.

5) Cabut tester dan pasang radiator cup.

6) Periksa apakah ada oli mesin yang tercampur dalam coolant. c. Hasil pemeriksaan radiator cup

1) Tidak ada penurunan tekanan. d. Hasil pemeriksaan radiator

1) Tidak ada kebocoran engine coolant dan penurunan tekanan, sambungan klem tidak ada kebocoran.


(61)

Gambar 3.40 Selang dan klem radiator 3. Memeriksa Baterai

a. Pemeriksaan baterai sesuai spesifikasi

1) Periksa baterai dari kemungkinan hubungan terminal longgar, terminal berkarat, atau casing bocor.

Gambar 3.41 Terminal baterai

2) Periksa batas air baterai harus antara batas maksimal dan minimal (upper level dan lower level).

3) jika air baterai berada di bawah batas lower level, tambahkan air baterai sampai batas upper level.

Selang Klem


(62)

_-Gambar 3.42 Baterai

4) Periksa berat jenis elektrolit dengan menggunakan Hydrometer. Berat jenis 1,25 – 1,27 pada 200

C.

Gambar 3.43 Pengukuran berat jenis baterai 5) Periksa tegangan baterai menggunakan Multitester


(63)

Gambar 3.44 Pengukuran tegangan baterai b. Hasil pemeriksaan baterai

1) Tidak ada keretakan atau kebocoran pada casing, namun terminal baterai sedikit berkarat.

2) Air baterai berada pada batas upper level.

3) Berat jenis baterai rata-rata pada tiap sel 1,25 gr/cm3. 4) Tegangan baterai 10 Volt

Kesimpulan pemeriksaan beterai:

 Baterai memerlukan pengisian cepat. 4. Ganti Saringan Oli (Oil Filter)

a. Penggantian saringan oli sesuai spesifikasi

1) Lepas saringan oli menggunakan special tool (Oil Filter Wrench) ke arah berlawanan jarum jam.


(64)

Gambar 3.45 Melepas saringan oli 2) Periksa ulir dan seal karet pada saringan oli yang baru. 3) Oleskan sedikit oli pada seal karet saringan oli.

4) Pasang saringan oli dengan tangan.

5) Setelah seal karetnya terpasang, kencangkan saringan oli searah jarum dengan menggunakan special tool (Oil Filter Wrench).

Catatan :

 Kekencangan ¾ searah jarum jam.  Torsi pengencangannya 12 N.m b. Penggantian saringan oli di Engine Stand

1) Saringan oli di Engine Stand tidak diganti karena oli mesin masih bagus, kerena penggantian saringan oli dilakukan apabila oli mesin diganti.


(65)

5. Ganti Oli Mesin

a. Penggantian oli mesin sesuai spesifikasi 1) Panaskan mesin.

2) Buka skup atau baut pembuangan menggunakan kunci ring 17 dengan memutar sekrup berlawanan dengan jarum jam dan keluarkan oli mesin dan tampung dengan wadah atau nampan.

Gambar 3.46 Melepas skrup atau baut pembuangan oli mesin 3) Pasang kembali sekrup atau baut dengan washer yang baru

dengan arah pengencangan searah jarum, torsi pengencangan 39 Nm.


(66)

Gambar 3.47 Pengisian oli mesin Catatan :

 Gunakan selalu pelumas yang efisien bahan bakar bertanda “API (American Petroleum Institute) Service SG, SAE (Society Automobile Enginers)  Kapasitas oli 3,4 L pada saat penggantian oli.

 Kapasitas oli 3,6 L pada saat penggantian oli termasuk penggantian filter oli.

 Kapasitas oli 4,2 L setelah mesin dioverhaul.

 Spesifikasi kekentalan oli disesuaikan dengan kebutuhan seperti menyesuaikan dengan musim. Pada umumnya di Indonesia pada mobil bensin menggunakan oli SAE 10w-40.

5) Nyalakan mesin lebih dari 3 menit kemudian periksa apakah terdapat kebocoran.

Oli Mesran SAE 10w-40


(67)

b. Penggantian oli mesin di Engine Stand

1) Oli mesin yang digunakan pada Engine Stand tidak diganti karena kondisinya masih bagus baik dari kekentalannya (viskositas), warna.

2) Volume oli mesin kurang, pada saat di periksa pada batang pengukur oli mendekati pada garis L (Low)

Gambar 3.48 Pemeriksaan Oli mesin

3) Menambahkan oli mesin, sampai berada pada batas F (Full) pada batang pengukur oli.

4) Tidak ada kebocoran oli mesin saat mesin dinyalakan. 6. Memeriksa Saringan Udara (Air Cleaner)

a. Pemeriksaan Air Cleaner sesuai spesifikasi

1) Kendurkan sekrup atau baut kemudian lepas filter udara. F


(68)

Gambar 3.49 Melepas Air cleaner housing cover dan pada box air cleaner

Gambar 3.50 1 Set Box Air Cleaner

2) Lihat secara fisual apakah komponen apakah komponen filter udara seperti busa atau kertas filter udara rusak atau sobek.

Gambar 3.51 Air Cleaner


(69)

3) Jika ada kerusakan gantilah filter udara dengan yang baru, jika hanya kotor bersihkanlah menggunakan udara bertekanan (Compressor).

b. Pemeriksaan Air Cleaner pada Engine Stand

1) Air Cleaner di Engine Stand sudah tidak sesuai standar.

Gambar 3.52 Air Cleaner pada Engine Stand 2) Tidak ada kerusakan komponen air cleaner.

7. Memeriksa Busi (Spark Plug)

Gambar 3.53 Busi pada Engine Honda Jazz Tipe L13 A Busi

Belakang Busi


(70)

a. Pemeriksaan busi sesuai spesifikasi

1) Saat melepaskan ignition coil depan, lepaskan intake manifold cover.

Gambar 3.54 Melepas intake manifold cover

2) Saat melepas ignition coil belakang, lepaskan harness holder yang berfungsi untuk mengikat kabel-kabel yang menuju Coil dari bracket.

Gambar 3.55 Harness holder

3) Lepaskan ignition coil conector, kemudian lepaskan ignition coil depan dan ignition coil belakang.


(71)

Gambar 3.56 Ignition Coil depan

Gambar 3.57 Ignition Coil belakang 4) Lepaskan semua busi (spark plug)


(72)

5) Periksa elektroda dan isulator keramik. Elektroda yang terbakar disebabkan oleh:

Ignition timing berada pada posisi advance.  Busi kendur.

 Kisaran panas busi terlalu panas.  Pendinginan tidak cukup.

Busi kotor dapat disebabkan oleh:

Ignition timing berada pada posisi terlalu retard.  Oli daram ruang bakar.

 Celah busi tidak benar.

 Kisaran panas busi terlalu dingin.

 Terlalu lama pada kecepatan idle atau kecepatan rendah.

 Elemen filter udara tersumbat.

Ignition coil atau kabel ignition rusak.

6) Periksa celah elektroda menggunakan Feeler Gauge.


(73)

Celah elektroda:

Standar (baru): 1,0 – 1,1 mm (0,039 – 0,43 in) 7) Ganti busi jika elektroda di tengah membundar.

Gambar 3.60 Elektroda Gunakan merk busi :

 BKR 6E-11 (NGK) Cara membacanya yaitu:

 B = (Screw Diameter)/diameter skrup, B = 14 mm

 K = (Outer Side Bipolar Elektroda) bagian luar bipolar elektroda.

 R = (Contruction)/kontruksi, R = Resistor  6 = (Heat Range)/rentang panas, 6 = tipe panas  E = (Screw Length)/panjang skrup, E = 19 mm  -11 = (Sparking Gap)/celah busi, -11 = 1,1 mm 8) Lumaskan sedikit gemuk ke alur busi, dan bautkan busi ke

cylinder head dengan tangan. Kemudian kencangkan dengan torsi 18 N.m (1.8 kgf.m).


(74)

b. Hasil pemeriksaan busi

1) Terdapat beberapa celah elektroda terlalu lebar melebihi batas standar, maka dari itu celah busi distel dengan feeler gauge dan tang lancip dengan celah 1,0 mm.

Gambar 3.61 stel celah elektroda 8. Memeriksa Saringan Bensin (Fuel Filter)

a. Pemeriksaan saringan bensin


(75)

Gambar 3.63 Fuel Filter ke 2

Pada Engine Stand terdapat dua saringan bensin yang satu tersimpan dalam tangki bensin dan yang satunya lagi diletakan didekat fly wheel , sesuai standarnya pada engine HONDA JAZZ TIPE L13A hanya memiliki satu saringan bensin yang terdapat di dalam tangki bensin. Penggantian fuel filter dilakukan apabila tekanan bahan bakar turun di bawah nilai spesifikasi (3,3-3,8 kg/cm2) oleh karena itu perlu pemeriksaan tes tekanan bahan bakar. Untuk pemeriksaan fuel filter yang ke-dua yang pertama dilakukan adalah melepas klem sambungan selang bensin dan sekrup atau baut fuel filter kemudian bersihkan menggunakan udara bertekanan searah dengan aliran bensin agar kotoran di dalam terdorong keluar, setelah itu lakukan pemeriksaan tekanan bahan bakar.


(76)

b. Pemeriksaan tekanan bahan bakar

1) Lepaskan selang pada fuel filter yang menghubungkan dari tangki bahan bakar ke fuel filter (A)

Gambar 3.64 Selang bahan bakar

2) Pasang pressure gauge, kencangkan klem pada sambungan selang.

Gambar 3.65 Pressure Gauge.

3) Setelah pressure gauge terpasang, hidupkan mesin dan baca pressure gauge.


(77)

Gambar 3.66 Hasil tekanan bahan bakar c. Hasil pemeriksaan fuel filter dan tekanan bahan bakar

1) Fuel pressure regulator sudah tidak standar, setelah di periksa terdapat kawat untuk mengaitkan antar komponen di dalam fuel filter di dalam tangki bahan bakar.

2) Tekanan bahan bakar di bawah standar, hasilnya yaitu 2,4 kg/cm2, dapat diambil kesimpulan fuel filter harus diganti. 9. Memeriksa Kerenggangan Celah Katup

a. Penyetelan celah katup

1) Untuk langkah penyetelan celah katup yakni meneruskan langkah dari pemeriksaan busi, posisi busi sudah terlepas dari cylinder head cover.

2) Lepaskan breather hose dan positive crankcase ventilation (PCV), fungsi PCV adalah untuk mengalirkan uap panas oli yang berasal dari mesin ke manifold dan menjaganya supaya uap oli panas tersebut tidak kembali lagi ke mesin.


(78)

Gambar 3.67 Positive crankcase ventilation (PCV) 3) Lepaskan evaporative emission (EVAP) canister hose,

manifold absolute pressure (MAP), thtottle position (TP) sensor conector, (IAC) valve connector.

4) Lepaskan baut intake manifold, kemudian lepas intake manifold.

Gambar 3.68 Intake Manifold


(79)

5) Lepaskan breather hose berfungsi untuk pernafasan pada Cylinder Head, dan lepas baut cylinder head cover, kemudian lepaskan exhaust manifold.

Gambar 3.69 Melepas baut cylinder head cover

6) Top-kan mesin pada top satu, silinder satu pada posisi titik mati atas (TMA) dengan memutar poros engkol lihatlah tanda UP di camshaft sprocket, luruskan tanda UP dengan cylinder head, tanda UP itu artinya mesin berada pada top satu.

Gambar 3.70 Tanda UP pada Camshaft Sprocket

Breather hose


(80)

7) Stel celah katup pada top 1 menggunakan feeler gauge Celah katup:

 In : 0,15 mm (dingin)  Ex : 0,26 mm(dingin)  In : 0,20 mm (panas)  Ex : 0,30 mm (panas) Katup yang di stel pada top 1 :

 Silinder 1 : In dan Ex  Silinder 2 : In

 Silinder 3 : Ex

 Silinder 4 : Tidak ada

Gambar 3.71 Katup yang distel pada top 1

Gambar 3.72 Saat penyetelan katup

Ex In


(81)

8) Putarlah poros engkol (crankshaft) 360o, luruskan tanda angka 4 pada Camsaft Sprocket dengan cylinder head, yang artinya engine sudah berada pada posisi top 4, kemudian stel celah katupnya.

Gambar 3.73 Memutar poros engkol (Crankshaft) Katup yang di stel pada pada top 4 :

 Silinder 1 : Tidak ada  Silinder 2 : Ex

 Silinder 3 : In

 Silinder 4 : In dan Ex

Gambar 3.74 Katup yang distel pada top 4 Ex


(82)

9) Pasanglah kembali komponen-komponen dengan kebalikannya dari langkah pembongkaran.

10.Memeriksa Tekanan Kompresi

a. Memeriksa kompresi mesin sesuai spesifikasi

1) Panaskan mesin mesin hingga suhu kerja normal (cooling fan menyala).

2) Putar ignition switch ke OFF. 3) Lepaskan PGM-FI main relay 2.

4) Hidupkan mesin, dan biarkan beroperasi sampai mesin mati. 5) Lepaskan keempat ignition coil depan.

6) Lepaskan keempat spark plug (busi) depan.

7) Pasang compression gauge ke lubang busi (spark plug hole)

Gambar 3.75 Memasang Compression Gauge

8) Buka throttle sepenuhnya, kemudian putar mesin dengan starter motor dan ukur tekanan kompresinya.


(83)

Catatan:

a) Tekanan kompresi: Diatas 980 kPa/(9,8 kgf/cm2) b) Variasi maksimum: dalam 200 kPa/(2,0 kgf/cm2)

9) Jika kompresi tidak sesuai dengan spesifikasinya yang telah ditentukan, periksa hal-hal berikut, kemudian ukur kompresinya.

a) Kerusakan atau keausan pada valve dan seat. b) Kerusakan pada cylinder head gasket.

c) Keausan pada piston ring.

d) Kerusakan atau keausan pada piston dan cylinder bore. b. Hasil pemeriksaan kompresi pada Engine Stand

1) Hasil pemeriksaan kompresi tiap-tiap cylinder. a) Cylinder 1 : 1400 kPa/(14 kgf/cm2) b) Cylinder 2 : 1500 kPa/(15 kgf/cm2) c) Cylinder 3 : 1450 kpa/(14,5 kgf/cm2) d) Cylinder 4 : 1500 kPa/(15 kgf/cm2)

2) Hasil pemeriksaan masih diatas dari spesifikasinya atau masih baik.

11.Memeriksa Saat Pengapian (Ignition Timing) Langkah-langkah memeriksa Ignition Timing

a. Nyalakan mesin. Biarkan mesin berputar pada 3.000 rpm tanpa beban karena tidak ada Accesoris pada Engine Stand seperti lampu kepala dan AC (Air Conditioner) hingga radiator fan


(84)

b. Biarkan pada putaran idle

c. Hubungkan kabel positif timing light ke terminal positif baterai dan kabel negatif timing light ke terminal negatif baterai.

Gambar 3.76 Memasang kabel timing light ke baterai


(85)

d. Arahkan cahaya ke arah pointer (A) pada chain case (B). Periksa ignition timing.

Spesifikasi Ignition timing :

M/T : 8º ± 2º (tanda B) selama idle CVT : 8º ± 2º (tanda B) selama idle

Gambar 3.78 Pemeriksaan Ignition Timing

e. Hasil pemeriksaan ignition timing pada putaran idle yaitu 8º. Jika ignition timing berbeda dari spesifikasi, ganti Engine Control Module (ECM).

Gambar 3.79 Engine Control Module (ECM)

Untuk harga baru ECM Honda Jazz I-DSI yaitu Rp 5.590.000,00 A B


(86)

12.Pemeriksaan Engine menggunakan Scan Tool / Honda PGM Tester. a. Hubungkan Scan Tool / Honda PGM Tester atau Data Link

Conector (DLC). Pilih Connector Scanner yang 16 pin, karena pada Engine Stand menggunakan Connector 16 Pin.

Gambar 3.80 Pemasangan Pin Connector b. Nyalakan mesin, pada putaran idle.

c. Nyalakan Scan Tool dengan menekan tombol ON pada Scan Tool, kemudian akan muncul menu utama pada Scan Tool, pilih Vehicle Diagnosis kemudian tekan ENTER.


(87)

d. Tampilan Screen Scan tool selanjutnya yaitu muncul menu seperti gambar di bawah ini.

Gambar 3.82 Menu Initial Screen Scan Tool

Pilih menu nomer 01 Japanese Vehicle Diagnosis karena Engine tersebut diproduksi oleh Jepang, kemudian tekan ENTER pada Scan Tool.

e. Selanjutnya akan muncul menu Scan Tool seperti pada gambar berikut:


(88)

Pilih menu nomer 02. HONDA karena Engine yang di pakai adalah produksi dari HONDA kemudian tekan ENTER pada Scan Tool.

f. Selanjutnya pilih nomer 02. GENERAL karena tipe engine yang di scan tidak ada pada pilihan menu.

Gambar 3.84 menu Japanese Vehicle Diagnosis tahap yang ke 2 pada Scan Tool

g. Kemudian akan muncul menu sebagai berikut:

Gambar 3.85 Menu Japanese Vehicle Diagnosis tahap yang ke 3 pada Scan Tool


(89)

Pilih menu nomer 01. ENGINE WITH A/T karena A/T yang dimaksud tersebut adalah Automatic Transmision karena Engine yang dipakai menggunakan Automatic Transmision. Kemudian tekan ENTER pada Scan Tool.

h. Selanjutnya akan muncul menu sebagai berikut:

Gambar 3.86 Menu Japanese Vehicle Diagnosis tahap yang ke 4 pada Scan Tool

Pilih no 02. 16 PIN CONNECTOR karena jumlah pin connector pada Engine ini ada 16. Kemudian tekan ENTER, kemudian akan muncul Screen sebagai berikut:


(90)

Setelah muncul menu atau tampilan pada Gambar 3.58 kemudian tekan ENTER akan muncul menu sebagai berikut:

Gambar 3.88 Menu Japanese Vehicle Diagnosis, pilih (DTC) atau Diagnostic Trouble Codes pada Scan Tool

Kemudian pilih nomer 01.Diagnostic Trouble Codes tekan ENTER untuk mengetahui apakah Engine ada Trouble Shooting atau tidak. berikut ini adalah gambar hasil Scan pada Diagnostic Trouble Codes (DTC).


(91)

Dari hasil tersebut Scan Diagnostic Trouble Codes (DTC) tidak terdapat Trouble Shooting pada Engine. Untuk mencoba supaya ada trouble shooting saat Scan Diagnostic Trouble Codes (DTC) yaitu dengan cara melepas salah satu sensor.

Gambar 3.90 Melepas knock sensor

Sehingga akan muncul data Scan Diagnostic Trouble Codes (DTC) sebagai berikut:

Gambar 3.91 Trouble shooting saat Scan Diagnostic Trouble Codes (DTC)

Melepas knock sensor


(92)

Tabel 3.1 Indeks Trouble Shooting (DTC) Scan tool DTC

(Honda DTC)

Hal dan komponen yang terdeteksi P0325 (23-1) Knock sensor circuit, gangguan fungsi

P0335 (4-1) Crankshaft Position (CKP) Sensor, Tidak ada sinyal

P0336 (4-2) Crankshaft Position (CKP) Sensor, Interupsi Intermitten

P0401 (80-1) Exhaust Gas Recirculation (EGR) Valve, Tidak cukup aliran

P0420 (67-1) Efisiensi sistem katalis di bawah ambang batas P0443 (92-4) Evaporative Emission (EVAP) Canister Purge

Valve Circuit, gangguan fungsi

P0500 (17-1) Vehicle Speed Sensor (VSS) Circuit, ganguan fungsi

P1107 (13-1) Barometric Pressure (BARO) Sensor Circuit, Tegangan rendah

P1108 (13-2) Barometric Pressure (BARO) Sensor Circuit, tegangan tinggi

P1297 (20-1) Electrical Load Detector (ELD) Circuit, tegangan rendah

P1298 (20-2) Electrical Load Detector (ELD) Circuit, tegangan tinggi

P1351 (15-5) Sirkuit Ignition Coil depan dari silinder No.1/No.4, gangguan fungsi

P1352 (15-6) Sirkuit Ignition Coil belakang dari silinder No.1/No.4, gangguan fungsi

P1353 (15-7) Sirkuit Ignition Coil depan dari silinder No.2/No.3, gangguan fungsi

P1354 (15-8) Sirkuit Ignition Coil belakang dari silinder No.2/No.3, gangguan fungsi

P1361 (8-2) Top Dead Center (TDC) Sensor, Interupsi Intermiten

P1362 (8-1) Top Dead Center (TDC) Sensor, tidak ada sinyal P1491 (12-3) Exhaust Gas Recirculation (EGR) Valve, Lift

tidak cukup

P1498 (12-2) Exhaust Gas Recirculation (EGR) Valve Position Sensor Circuit, tegangan tinggi

P1519 (14-3) Idle Air Control (IAC) Valve Circuit, gangguan fungsi


(93)

i. Setelah pengecekan Diagnostic Trouble Codes (DTC) langkah selanjutnya yaitu tekan tombol ESC pada Scan Tool untuk kembali ke menu sebelumnya, kemudia pilih menu CURRENT DATA tekan tombol ENTER.

Gambar 3.92 Menu Japanese Vehicle Diagnosis, pilih Current Data

j. Selanjutnya akan muncul hasil pemeriksaan Cureent Data.


(94)

Tabel 3.2 Hasil pemeriksaan Cureent Data pada Scan Tool / Honda PGM Tester.

1) Engine Speed 986 rpm

2) VSS (Vehicle Speed Sensor) 0 km/h 3) ECT (Engine Coolant Temperature) 58.0º C 4) IAT (Intake Air Temperatur) 30.0º C 5) MAP (Manifold Absolute Pressure) 34 kPa

6) Engine LO (Lube Oil) 33%

7) Barometric 98 kPa

8) TPS (Throttle Position Pressure) 10.6 %

9) SHT FT #1 0,00

10)LONG FT #1 0,00

11)A/F CLOSE -

12)02 (B1/S1) 1,93 Volt

13)O2S Heat (Oxigen Sensor Heat) primer Off

14)O2 (B1/S2) 0 Vot

15)O2S Heat (Oxigen Sensor Heat) Sekunder off

16)Batteray Volt 13.4 V

17)Alternator 36%

18)Brake Switch Off

19)A/C Switch Off

20)A/C Clutch Off

21)SCS (Service Check Signal) Open 22)V-Tec Pressure oil (Variable Valve

Timming & Valve Elektric Control)

Off


(95)

1) Engine Speed adalah kecepatan perputaran mesin dimana standar spesifikasinya pada putaran idle adalah 850 ± 50 rpm, jika rpm terlalu tinggi pada putaran idle periksa atau stel throttle kabel.

2) VSS (Vehicle Speed Sensor) adalah sensor untuk mendeteksi kecepatan kendaraan saat berjalan dengan kata lain yaitu speedometer, sensor ini terletak pada transmisi.

3) ECT (Engine Coolant Temperature) berfungsi untuk mendeteksi suhu air pendingin pada mesin.

4) IAT (Intake Air Temperatur) sensor untuk mengetahui suhu udara yang masuk ke intake manifold. batas maksimal suhu udara 150ºC, apabila suhu diatas batas maksimalnya periksa kontinuitas conector IAT dengan ground bodi. Jika ada kontinuitas perbaiki hubungan singkat antara ECM dengan IAT sensor, jika tidak ada kontinuitas ECM harus diganti.

5) MAP (Manifold Absolute Pressure) sensor untuk mengetahui tekanan udara masuk pada intake manifold. Batas spesifikasinya adalah 101 Kpa, jika nilainya lebih dari itu MAP sensor harus diganti.

6) Engine LO (Lube Oil) atau minyal pelumas, batas minimalnya adalah 25% apabila minyak pelumas dibawah 25% tambahkan minyak pelumas atau oli mesin.

7) Barometric pressure atau (BARO) sensor terletak didalam ECM. Sensor ini akan mengubah tekanan udara luar menjadi sinyal tegangan durasi standar pengosongan injeksi bahan bakar.


(96)

8) TPS (Throttle Position Pressure) Berfungsi mendeteksi sudut pembukaan throttle valve, TPS dihubungkan langsung dengan sumbu throttle valve, sehingga jika throttle valve bergerak, maka TPS akan mendeteksi pembukaan throttle valve, selanjutnya dengan menggunakan tahanan geser perubahan tekanan ini dikirim ke ECM sebagai input koreksi rasio udara dan bensin.

9) SHT FT #1 atau Short Fuel Trim adalah persentase perubahan bahan bakar dari waktu jangka pendek. Pada saat mesin beroperasi pada kecepatan tinggi ECM akan memonitoring sensor O2 untuk membandingkan campuran udara dan bahan bakar. Jika hasil pembacaan pada Scan Tool adalah angka negatif itu artinya pengurangan bahan bakar, sebaliknya jika menunjukan angka positif itu artinya penambahan bahan bakar, spesifikasi pabrik untuk lebar injeksi injektor baru (waktu terbuka) 0,0.

10) LONG FT #1 atau Long Fuel Trim adalah persentase perubahan bahan bakar dari waktu jangka panjang. Pada saat mesin beroperasi pada kecepatan idle ECM akan memonitoring sensor O2 untuk membandingkan campuran udara dan bahan bakar. Jika hasil pembacaan pada Scan Tool adalah angka negatif itu artinya pengurangan bahan bakar, sebaliknya jika menunjukan angka positif itu artinya penambahan bahan bakar.

11) A/F Close atau air flow Sensor ini mendeteksi massa udara intake atau tekanan manifold.


(97)

12) 02 (B1/S1) primer atau tegangan Oxygen Sensor (Pirmary HO2S), Spesifikasinya tegangan harus diatas 0,9 Volt apabila tegangan kurang dari spesifikasinya periksalah koneksi oxygen sensor dengan ECM kemungkinan kabel kendor.

13) O2S Heat (Oxigen Sensor Heat) primer berfungsi mendeteksi jumlah kandungan oksigen di exhaust gas dan kemudian mengirinkam sinyak ke ECM yang akan memvariasikan durasi penginjeksian bahan bakar sesuai kebutuhan.

14) O2 (B1/S2) sekunder atau tegangan Oxygen Sensor (Secondari HO2S), Spesifikasinya tegangan harus diatas 1,0 Volt apabila tegangan kurang dari spesifikasinya periksalah koneksi oxygen sensor dengan ECM kemungkinan kabel kendor.

15) O2S Heat (Oxigen Sensor Heat) Sekunder berfungsi mendeteksi jumlah kandungan oksigen dalam gas buang yang mengalir keluar pada Three Way Catalytic (TWC) dan mengalirkan sinyal ke ECM yang akan memvariasikan durasi penginjeksian bahan bakar sesuai kebutuhan. Funsi TWC mengubah hidrokarbon (HC), karbon monoksida (CO), dan oksida nitrogen (NOx) dalam gas buang menjadi karbon doiksida (CO2), dinitrogen (N2) dan uap air.

16) Batteray Volt atau tegangan pada baterai, batas minimal tegangan baterai yaitu 12 Volt.


(98)

17) Alternator atau alternator control, alternator akan mengirimkan sinyal ke ECM selama proses pengisian. Jika tidak ada proses pengisian periksalah conector alternator.

18) Brake Switch atau switch rem dimana lampu rem akan menyala apabila pedal rem diinjak, apabila lampu rem tidak menyala saat pedal rem diinjak periksa lampu rem jika masih baik periksalah tegangan antara ECM connector terminal A24 dan A22 ketika pedal rem ditekan apabila ada tegangan break switch masih bagus.

19) A/C Switch atau Air Conditioner Switch berfungsi menghentikan arus listrik ke kompresor apa bila tekanan AC melampaui batas maksimal diatas 450 psi, dan jug berfungsi menurunkan tekanan freon apabila terjadi kebocoran.

20) A/C Clutch atau Air Conditioner Clutch, saat ECM menerima permintaan agar system AC melakukan pendinginan, ECM akan menunda proses penyuplaian energi ke compressor, dan memperkaya campuran untuk memastikan terjadinya transisi yang halus ke mode A/C.

21) SCS (Service Check Signal) Sebuah lampu indikator kerusakan digunakan dalam dashboard kendaraan untuk mengingatkan pengemudi jika terdapat masalah pada engine, lampu indicator akan menyala jika terdapat masalah pada engine.

22) V-TEC (Variable Valve Timming & Valve Elektric Control) Pressure Oil Switch memiliki saklar tekanan oli yang dipasang pada solenoid,


(99)

ketika oli mencapai tekanan tertentu saklar tekanan oli mengirim sinyal ke ECM dan mengirimkan sinyal ke solenoid untuk membuka katup ekstra. Sistem ini digunakan pada mesin V-TEC sedangkan pada sistem I-DSI (Intelligent Dual Sequential Ignition) Pressure Oil Switch berfungsi sebagai switch yang mengaktifkan lampu peringatan bila tekanan oli tidak tercukupi pada saat mesin mobil dinyalakan.


(100)

85 BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan

Laporan Tugas Akhir dari urain yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya, dapat ditarik kesimpulan bahwa:

13.Pada kilometer 20.000 (perawatan berkala kelipatan 20.000 km) sesuai dengan checklist perawatan berkala, komponen-komponen yang diperiksa adalah memeriksa air pendingin, memeriksa radiator dan tutup radiator, memeriksa baterai, ganti oli, ganti saringan oli, memeriksa saringan udara, memeriksa busi, memeriksa kerenggangan katup, memeriksa pengapian dan pemeriksaan menggunkan menggunakan Scan Tool / Honda PGM Tester

14.Sesuai dengan pemeriksaan perawatan berkala atau tune-up maka disimpulkan bahwa pelaksanaan tune-up harus dilakukan secara periodefikasi dimulai dari perawatan berkala 2500-5.000 km, 10.000 km dan 20.000 km.


(1)

LAMPIRAN Lampiran 1

Daftar Foto Lapangan

Gambar 4.1 Pemeriksaan radiator

Gambar 4.2 Pengukuran tegangan baterai


(2)

Gambar 4.4 Melepas busi (Spark Plug)

Gambar 4.5 Memeriksa tekanan bahan bakar


(3)

Gambar 4.7 Memeriksa tekanan kompresi

Gambar 4.8 Memeriksa Saat Pengapian


(4)

Spesifikasi Mesin Honda Jazz Tipe L13A a. Mesin

Tipe : Jazz L13A, water cooled, SOHC Model silinder : inline 4 silinder

Bore dan stroke : 73x80 mm Displacement : 1.339 cm3 Compression ratio : 10,8

Valve train : chain drive,SOHC 2 katup per silinder Sistem pelumasan : wet sump, pompa trochoid

Oil pump displacement : 44,6 lt pada putaran 6.300 rpm Water pump displacement : 120 lt pada putaran 6.300 rpm Bahan bakar : bensin oktan 91 ke atas

Starter : gear reduction, output 0,6 kW b. Sistem bahan bakar

Tekanan vakum : 320-370kPa Putaran idle : 750±50 rpm c. Sistem pengisian

Output alternator : 13,5 V Pengisian maksimal : 75 A d. Sistem pengapian

Model pengapian : I-DSI (Intelligent Dual and Sequential Ignition), dua busi pengapian tiap silinder.


(5)

Firing order : 1-3-4-2

Tipe busi : NGK: BKR6E-11, DENSO: K20PR-U11 Celah busi : 1,0-1,1 mm


(6)