Prosedur Penelitian S FIS 1103103 Chapter 3

6 KHOLIDAH, 2015 KETERKAITAN DAERAH AKTIF DI MATAHARI DENGAN KEJADIAN BADAI GEOMAGNET KUAT Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 5. Data daerah aktif di Matahari yang diperoleh dari Spaceweather ftp:ftp.swpc.noaa.govpubwarehouse. Dari laman ini, data daerah aktif yang digunakan yaitu luas daerah aktif dan konfigurasi medan magnet darah aktif seperti ditunjukkan oleh lingkaran hitam pada Gambar 3.5. Gambar 3.5.Contoh data luas dan konfigurasi medan magnet daerah aktif dengan nomor daerah aktif 8100 pada 4 November 1997 Sumber : ftp.swpc.noaa.govpubwarehouse

3.3 Prosedur Penelitian

3.3.1 Tahap Identifikasi Indeks Dst Penelitian ini diawali dengan mencari data munculnya badai geomagnet kuat dengan melakukan identifikasi terhadap indeks Dst. Data Indeks Dst merupakan data kontinu dengan resolusi 1 jam. Data yang digunakan yaitu tahun 1996 s.d tahun 2007 untuk siklus aktivitas Matahari ke-23 dan tahun 2008 s.d tahun 2014 untuk siklus aktivitas Matahari ke-24. Data indeks Dst diperoleh dari World Data Center C2 at Kyoto University database http:wdc.kugi.kyoto-u ac.jpdst_finalindex.html . 7 KHOLIDAH, 2015 KETERKAITAN DAERAH AKTIF DI MATAHARI DENGAN KEJADIAN BADAI GEOMAGNET KUAT Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Setelah memperoleh data kejadian badai geomagnet, maka selanjutnya dilakukan identifikasi terhadap munculnya badai geomagnet yang masuk dalam kategori badai geomagnet kuat dengan kriteria indeks Dst lebih kecil dari -100 nT. 3.3.2 Tahap Pemilihan Sumber di Matahari yang Menyebabkan Terjadinya Badai Geomagnet. 3.3.2.1 Tahap Identifikasi Data CME yang Berkaitan Webb, dkk dalam Yatini 2008 mengungkapkan bahwa badai geomagnet dengan intensitas sedang dan kuat disebabkan oleh CME beberapa hari sebelumnya sehingga tinjauan terhadap CME sebagai sumber di Matahari yang menyebabkan badai geomagnet perlu dilakukan. Selang waktu dipilih antara 2 hari s.d 3 hari ke belakang. Penentuan selang waktu ini dilakukan berdasarkan rata-rata CME tiba di Bumi Martiningrum, dkk. 2012, hlm. 6. 3.3.2.1.1 Identifikasi Data Flare sebagai Pemicu Terjadinya CME Selang waktu flare yang diduga sebagai kandidat pemicu CME disesuaikan dengan CME yaitu antara 2 hari s.d 3 hari. Data flare dapat diunduh dari internet yang tersedia di ftp:ftp.swpc.noaa.govpubwarehouseevents dengan kode flare yaitu XRA. Data flare yang ditinjau meliputi rentang waktu terjadinya flare, kelas flare, lokasi daerah aktif, luas daerah aktif dan konfigurasi medan magnet daerah aktif. Flare yang diduga sebagai pemicu CME diidentifikasi dari waktu terjadinya flare dan CME. 3.3.2.1.2 Identifikasi Data Erupsi Filamen sebagai Pemicu Terjadinya CME Selang waktu erupsi filamen yang diduga sebagai kandidat pemicu CME disesuaikan dengan CME yaitu antara 2 hari s.d 3 hari. Data erupsi filamen dan dapat diunduh dari internet yang tersedia di ftp:ftp.swpc.noaa.govpubwarehouseevents dengan kode erupsi filamen yaitu DSF atau EPL. Data erupsi filamen yang ditinjau yaitu rentang waktu terjadinya erupsi filamen dan lokasinya. 8 KHOLIDAH, 2015 KETERKAITAN DAERAH AKTIF DI MATAHARI DENGAN KEJADIAN BADAI GEOMAGNET KUAT Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 3.3.2.2 Tahap Identifikasi Data Lubang Korona yang Berkaitan Santoso 2013 mengungkapkan bahwa badai geomagnet dipengaruhi oleh aktivitas Matahari yaitu CME atau lubang korona. Lubang korona dapat menghasilkan plasma berkecepatan tinggi yang dibawa oleh angin Matahari yang kemudian dapat mengganggu medan magnet Bumi sehingga identifikasi terhadap lubang korona sebagai sumber di Matahari yang menyebabkan badai geomagnet perlu dilakukan. Data adanya lubang korona dapat diunduh di http:www.solarmonitor.org. Dari laman Solar Monitor dapat terlihat posisi lubang korona yang muncul di Matahari. Posisi lubang korona yang dapat menyebabkan badai geomagnet berada di daerah dekat ekuator di bagian barat Matahari. Selang waktu dipilih antara 1 hari s.d 5 hari sebelum terjadinya badai geomagnet. Pemilihan waktu ini dilakukan berdasarkan tinjauan dari kecepatan angin Matahari yaitu antara 300 kms s.d 800 kms solarscience.msfc.nasa.govfeature4.s.html. 9 KHOLIDAH, 2015 KETERKAITAN DAERAH AKTIF DI MATAHARI DENGAN KEJADIAN BADAI GEOMAGNET KUAT Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Beberapa tahapan diatas dapat dilihat pada Gambar 3.6 dibawah ini Gambar 3.6. Diagram Alur Penelitian Data Kejadia n Badai Geomagnet Kuat Indeks Dst -100 nT CME Flare Erupsi Filamen Lubang Korona Luas Daerah Aktif Konfigurasi Medan Magnet Daerah Aktif Analisis Keterkaitan Luas Daerah Aktif dengan Kejadian Badai Geomagnet Tidak Terjadi di Daerah Aktif Matahari Terjadi di Daerah Aktif Matahari Simpulan Analisis Keterkaitan Konfigurasi Medan Magnet Daerah Aktif dengan Kejadian Badai Geomagnet Simpulan 10 KHOLIDAH, 2015 KETERKAITAN DAERAH AKTIF DI MATAHARI DENGAN KEJADIAN BADAI GEOMAGNET KUAT Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 3.4 Tehnik Pengolahan Data 3.4.1 Mengidentifikasi Indeks Dst