Perlindungan Hukum Terhadap Para Pihak Dalam Perjanjian Franchise Doorsmeer Mobil (Studi Pada Doorsmeer Mobil PAC)

(1)

TESIS

Oleh

ADAM SUTANTO

107011023/M.Kn

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

TESIS

Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Magister Kenotariatan Pada Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum

Universitas Sumatera Utara

Oleh

ADAM SUTANTO

107011023/M.Kn

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(3)

Nomor Pokok : 107011023

Program Studi : MAGISTER KENOTARIATAN

Menyetujui Komisi Pembimbing

(Prof. Dr. Runtung, SH, MHum)

Pembimbing Pembimbing

(Dr.T.Keizerina Devi A,SH,CN,MHum) (Dr. Jelly Leviza,SH, MHum)

Ketua Program Studi, Dekan,

(Prof. Dr. Muhammad Yamin, SH, MS, CN) (Prof. Dr. Runtung, SH, MHum)


(4)

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. Dr. Runtung, SH, MHum

Anggota : 1. Dr. T. Keizerina Devi A, SH, CN, MHum 2. Dr. Jelly Leviza, SH, MHum

3. Prof. Dr. Muhammad Yamin, SH, MS, CN 4. Syafruddin S. Hasibuan, SH, MH, DFM


(5)

Nama : ADAM SUTANTO

Nim : 107011023

Program Studi : Magister Kenotariatan FH USU

Judul Tesis : PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PARA PIHAK

DALAM PERJANJIAN FRANCHISE DOORSMEER

MOBIL (STUDI PADADOORSMEERMOBIL PAC)

Dengan ini menyatakan bahwa Tesis yang saya buat adalah asli karya saya sendiri bukan Plagiat, apabila dikemudian hari diketahui Tesis saya tersebut Plagiat karena kesalahan saya sendiri, maka saya bersedia diberi sanksi apapun oleh Program Studi Magister Kenotariatan FH USU dan saya tidak akan menuntut pihak manapun atas perbuatan saya tersebut.

Demikianlah surat pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya dan dalam keadaan sehat.

Medan,

Yang membuat Pernyataan

Nama :ADAM SUTANTO


(6)

kehidupan masyarakat untuk mendapatkan kesejahteraan ekonomi yang lebih baik dan mengatasi pengangguran di berbagai bidang. Wirausaha akan membuat masyarakat menjadi mandiri karena dalam wirausaha, masyarakat akan mampu membuka peluang untuk dirinya sendiri dan menarik keuntungan dari peluang yang tercipta tersebut. Bahkan lebih jauh, wirausaha dapat menciptakan peluang kerja bagi orang lain yang ada di sekitar usaha tersebut. Wirausahawan pada umumnya membutuhkan orang-orang dengan berbagai jenis keahlian untuk membantu mereka agar bisnis yang mereka jalankan tetap menguntungkan dan selalu berkembang.

Banyak cara untuk menjadi wirausahawan, antara lain mendirikan bisnis sendiri atau membeli sistem bisnis yang sudah jadi. Salah satu cara mendirikan sistem bisnis yang sudah jadi adalah bisnis franchise merupakan tren bisnis masa depan dengan resiko kegagalan yang kecil dimana pertumbuhannya sangat pesat dan memberikan warna tersendiri dalam perekonomian Indonesia, salah satu pelaku usaha bisnisfranchisedi bidangdoorsmeermobil adalah Bengkel Sehat-Pro Auto Clinic.

Franchise tak ubahnya pola bisnis maupun pola pemasaran yang melibatkan kerja sama dua belah pihak. Hubungan dua belah pihak tersebut dibangun atas dasar perjanjian. Dalamfranchise, perjanjian kerja sama antara dua belah pihak ini disebut dengan perjanjian franchise (franchise agreement). Perjanjian franchise merupakan suatu pedoman hukum yang menggariskan tanggung jawab dari pemberi franchise (franchisor)dan penerimafranchise(franchisee).

Perjanjian franchise memuat kumpulan persyaratan dan komitmen yang dibuat dan dikehendaki oleh para pihak baik pihak franchisor maupun pihak franchisee.Perjanjianfranchiseini memuat ketentuan hak dan kewajiban para pihak, antara lain hak territorial yang dimiliki franchisee, persyaratan lokasi, biaya-biaya yang dibutuhkan untuk menjalanakan sistem bisnis tersebut yang wajib dibayarkan oleh pihakfranchiseekepada pihakfranchisor, jangka waktu perjanjianfranchisedan ketentuan lain yang mengatur hubungan antara pihakfranchisordanfranchisee.

Hasil penelitian menunjukkan perlindungan hukum terhadap para pihak dalam perjanjian franchise doorsmeer mobil PAC adalah tidak seimbang dimana pemilik franchise (franchisor) membuat perjanjian baku yang harus disetujui oleh semua calon penerimafranchise(franchisee).

Dalam perjanjianfranchisewanprestasi dapat dilakukan oleh pihakfranchisee maupun pihakfranchisor. Wanprestasi yang dilakukan oleh pihak franchisor antara lain : tidak melakukan pembinaan management kepada pihak franchisee, sedangkan wanprestasi dari pihak franchisee dapat berupa tidak membayar fee, tidak melaksanakan sistem usaha/standart kualitas yang telah ditentukan dalam perjanjian. Kata Kunci : Perlindungan Hukum, PerjanjianFranchise DoorsmeerMobil


(7)

make the community members independent because with the entrepreneurship the community members will be able to provide opportunity for themselves and to benefit from the opportunity they have created. In addition, entrepreneurship can create job opportunity for the other people surrounding the business. In general, entrepreneurs need those with various skills to assist them in running their businesses that their businesses keep developing and being profitable.

There are many ways to be an entrepreneur such as establishing own business or buying the business system that already exists. One of the ways of how to establish the existing business system is franchise which is a trend of future business with less risk of failure, quick growth, and brings its own color in Indonesian economy. One of the practitioners of franchise business in the field of car doorsmeer is Bengkel Sehat –Pro Auto Clinic.

Franchise is a business or marketing pattern involving cooperation of both parties. This two parties relationship is built on the basis of the agreement. In franchise, the cooperation agreement between both parties is called franchise agreement which functions as a legal guideline that outlines the responsibilities of franchisor and franchisee.

Franchise agreement contains the terms and committments made and preferred by both franchisor and franchisee. This franchise agreemnet also contains the provision of rights and obligations of both parties such as territorial rights owned by the franchisee, location requirement, the cost needed to run the business system which must be paid by the franchisee to the franchisor, the term of the franchise agreement, and other provisions governing the relationship between the franchisor and franchisee.

The result of this study showed that legal protection for the parties involved in the franchise agreement of PAC car doorsmeer was not balanced in which the franchisor made a standard agreement that must be agreed by all prospective franchisees.

In franchise agreement, a breach of contract (agreement) can be peformed by either the franchisee or franchisor. The breach of contract performed by the franchisor is such as the franchisor does notprovide the franchisee with guidance and training on management while the breach of contract performed by the franchisee is that the franchisee does not pay the fee agreed and does not implement the business system/quality standard as agreed in the agreement.


(8)

dan hikmatnya, karena penulis dapat menyelesaikan studi pada Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. Sebagai salah satu syarat yang harus dipenuhi untuk memperoleh gelar Magister Kenotariatan, penulis harus melengkapi syarat tersebut dengan menulis suatu karya ilmiah dalam bentuk tesis dengan judul “Perlindungan Hukum Terhadap Para Pihak Dalam PerjanjianFranchise DoorsmeerMobil (Studi PadaDoorsmeerMobil PAC)”.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tesis ini masih jauh dari sempurna karena keterbatasan kamampuan penulis. Untuk itu dengan segala kerendahan hati, penulis mengharapkan berbagai kritik dan saran yang membangun, penulis banyak ucapkan terima kasih.

Didalam penyelesaian tesis ini penulis banyak memperoleh bantuan baik berupa bimbingan, pengajaran, arahan dan informasi dari semua pihak. Jadi tepatlah kiranya pada kesempatan ini penulis menyampaikan hormat dan terima kasih kepada : 1. Bapak Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, M.Sc (CTM), Sp.A (K)

selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Prof. Dr. Runtung, SH, M.Hum, selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara sekaligus sebagai ketua komisi pembimbing atas kesempatan yang diberikan kepada penulis untuk dapat menjadi mahasiswa dalam menyelesaikan pendidikan ini di Program Studi Magister Kenotariatan pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara dan memberikan masukan dan kritikan serta dorongan kepada penulis;

3. Bapak Prof. Dr. Muhammad Yamin, SH, MS, CN, selaku Ketua Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, sekaligus sebagai penguji yang telah memberikan masukan dan kritikan kepada penulis;


(9)

5. Bapak Dr. Jelly Leviza, SH, MHum, selaku anggota komisi pembimbing, yang telah memberikan masukan dan kritikan kepada penulis.

6. Bapak Syafruddin Hasibuan, SH, MHselaku penguji yang telah memberikan masukan dan kritikan kepada penulis;

7. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan bimbingan dan arahan serta ilmu yang sangat bermanfaat selama penulis mengikuti proses kegiatan belajar mengajar di bangku kuliah.

8. Seluruh staf/pegawai di Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara yang telah banyak memberikan bantuan kepada penulis selama menjalani pendidikan.

9. Bapak Notaris Alimin Danutirto, SH atas kesediaan dan meluangkan waktunya untuk memberikan masukan dan arahan kepada penulis.

10. Pimpinan dan Seluruh Karyawan Bengkel Sehat-Pro Auto Clinic khususnya Bapak M. Yusuf selaku Manager atas kesediaan dan meluangkan waktu untuk memberikan masukan dan arahan kepada penulis.

11. Kedua orang tua tercinta ayahanda Alm. Sunardi dan ibunda Lai Sui Jin yang telah melahirkan dan membesarkan penulis, melimpahkan kasih sayang dan cinta serta mendoakan penulis sehingga menjadi manusia yang berguna dalam menempuh kuliah di Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

12. Isteriku tercinta Marijani, SE, anakku tercinta Angeline Sutanto dan Brillian Sutanto yang telah menjadi motivasi untuk menyelesaikan studi yang telah memberikan dukungan terhadap pengerjaan tesis ini.


(10)

14. Seluruh teman-teman seperjuangan di Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara khususnya Tuah Bangun, SH, Muhammad Ali Adnan, SH, dan Ika Amalia Syafitri Lubis SH Amd yang telah banyak memberikan bantuan dan dukungan moral.

15. Seluruh pihak yang tidak bias disebutkan satu persatu yang turut memberikan sumbangsihnya baik moril maupun material dalam menyelesaikan tesis ini.

Akhir kata, Penulis berharap tesis ini dapat memberikan manfaat, menambah wawasan serta wacana bagi semua pihak yang membutuhkan.

Medan, Februari 2014 Penulis

Adam Sutanto 107011023


(11)

Nama : Adam Sutanto

Tempat/Tanggal Lahir : Bireuen, 17 Februari 1979 Jenis Kelamin : Laki-laki

Status : Menikah

Pekerjaan : Wiraswasta Kewarganegaraan : Indonesia

Agama : Buddha

Alamat Rumah : Jln. Wahidin Ujung No. 47E Medan Anak ke : 1 (pertama) dari 4 (empat) bersaudara

II. DATA ORANG TUA

Nama Ayah : Sunardi (alm) Nama Ibu : Lay Sui Jin

III. PENDIDIKAN FORMAL

SD Negeri 3 Bireuen Lulus tahun 1989

SLTP Negeri 1 Bireuen Lulus tahun 1992 SMU Swasta W.R. Supratman Medan Lulus tahun 1995 S-1 Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara Lulus tahun 1999 S-2 Program Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Lulus tahun 2014 Universitas Sumatera Utara


(12)

KATA PENGANTAR... iii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... vi

DAFTAR ISI... vii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Permasalahan ... 11

C. Tujuan Penelitian ... 12

D. Manfaat Penelitian ... 12

E. Keaslian Penelitian ... 13

F. Kerangka Teori dan Konsepsi ... 14

1. Kerangka Teori ... 14

2. Konsepsi ... 26

G. Metode Penelitian ... 28

1. Sifat Dan Metode Penelitian ... 28

2. Lokasi Penelitian ... 30

3. Sumber Data ... 30

4. Teknik dan Alat Pengumpulan Data ... 31

5. Analisis Data ... 33

BAB II PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP FRANCHISOR APABILAFRANCHISEETIDAK MELAKSANAKAN SISTEM USAHA ATAU STANDAR KUALITAS YANG TELAH DITENTUKAN DALAM PERJANJIAN FRANCHISE DOORSMEERMOBIL PAC... 34

A. Pihak-Pihak Dalam PerjanjianFranchise DoorsmeerMobil PAC 34 B. Bentuk PerjanjianFranchisedan BentukFranchise... 36


(13)

G. Upaya Yang Dapat Ditempuh Franchisor Apabila Franchisee Tidak Melaksanakan Sistem Usaha Atau Standard Kualitas Yang Telah Ditentukan Dalam PerjanjianFranchise Doorsmeer Mobil PAC ... 87

BAB III PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP FRANCHISOR

BILAMANA FRANCHISEE WANPRESTASI DALAM

PERJANJIANFRANCHISE DOORSMEERMOBIL PAC ... 91

A. Penghentian Dan Tidak Melaksanakan PerjanjianFranchise

DoorsmeerMobil PAC ... 91 B. Asas Keseimbangan Dalam PerjanjianFranchise Doorsmeer

Mobil PAC ... 96 C. Pola Hubungan Para Pihak Dalam PerjanjianFranchise... 106 D. Kedudukan Para Pihak Dalam PerjanjianFranchise... 108 E. Kekuatan Mengikat PerjanjianFranchise DoorsmeerMobil

PAC Bagi Para Pihak ... 110 F. Wanprestasi Yang DilakukanFranchiseeDalam Perjanjian

Franchise DoorsmeerMobil PAC ... 117 G. Upaya Yang Dapat DitempuhFranchisorBilamanaFranchisee

Wanprestasi Dalam PerjanjianFranchise DoorsmeerMobil

PAC ... 120

BAB IV PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP FRANCHISEE

DALAM HAL FRANCHISOR MENGHENTIKAN SECARA

SEPIHAK PERJANJIAN FRANCHISE DOORSMEER

MOBIL PAC SEBELUM JANGKA WAKTUNYA

BERAKHIR ... 123

A. Perlindungan Hukum Para Pihak Dalam PerjanjianFranchise

DoorsmeerMobil PAC ... 123 B. Hal Yang Menyebabkan Berakhirnya PerjanjianFranchise


(14)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 153

A. Kesimpulan ... 153

B. Saran ... 154

DAFTAR PUSTAKA ... 155 LAMPIRAN


(15)

kehidupan masyarakat untuk mendapatkan kesejahteraan ekonomi yang lebih baik dan mengatasi pengangguran di berbagai bidang. Wirausaha akan membuat masyarakat menjadi mandiri karena dalam wirausaha, masyarakat akan mampu membuka peluang untuk dirinya sendiri dan menarik keuntungan dari peluang yang tercipta tersebut. Bahkan lebih jauh, wirausaha dapat menciptakan peluang kerja bagi orang lain yang ada di sekitar usaha tersebut. Wirausahawan pada umumnya membutuhkan orang-orang dengan berbagai jenis keahlian untuk membantu mereka agar bisnis yang mereka jalankan tetap menguntungkan dan selalu berkembang.

Banyak cara untuk menjadi wirausahawan, antara lain mendirikan bisnis sendiri atau membeli sistem bisnis yang sudah jadi. Salah satu cara mendirikan sistem bisnis yang sudah jadi adalah bisnis franchise merupakan tren bisnis masa depan dengan resiko kegagalan yang kecil dimana pertumbuhannya sangat pesat dan memberikan warna tersendiri dalam perekonomian Indonesia, salah satu pelaku usaha bisnisfranchisedi bidangdoorsmeermobil adalah Bengkel Sehat-Pro Auto Clinic.

Franchise tak ubahnya pola bisnis maupun pola pemasaran yang melibatkan kerja sama dua belah pihak. Hubungan dua belah pihak tersebut dibangun atas dasar perjanjian. Dalamfranchise, perjanjian kerja sama antara dua belah pihak ini disebut dengan perjanjian franchise (franchise agreement). Perjanjian franchise merupakan suatu pedoman hukum yang menggariskan tanggung jawab dari pemberi franchise (franchisor)dan penerimafranchise(franchisee).

Perjanjian franchise memuat kumpulan persyaratan dan komitmen yang dibuat dan dikehendaki oleh para pihak baik pihak franchisor maupun pihak franchisee.Perjanjianfranchiseini memuat ketentuan hak dan kewajiban para pihak, antara lain hak territorial yang dimiliki franchisee, persyaratan lokasi, biaya-biaya yang dibutuhkan untuk menjalanakan sistem bisnis tersebut yang wajib dibayarkan oleh pihakfranchiseekepada pihakfranchisor, jangka waktu perjanjianfranchisedan ketentuan lain yang mengatur hubungan antara pihakfranchisordanfranchisee.

Hasil penelitian menunjukkan perlindungan hukum terhadap para pihak dalam perjanjian franchise doorsmeer mobil PAC adalah tidak seimbang dimana pemilik franchise (franchisor) membuat perjanjian baku yang harus disetujui oleh semua calon penerimafranchise(franchisee).

Dalam perjanjianfranchisewanprestasi dapat dilakukan oleh pihakfranchisee maupun pihakfranchisor. Wanprestasi yang dilakukan oleh pihak franchisor antara lain : tidak melakukan pembinaan management kepada pihak franchisee, sedangkan wanprestasi dari pihak franchisee dapat berupa tidak membayar fee, tidak melaksanakan sistem usaha/standart kualitas yang telah ditentukan dalam perjanjian. Kata Kunci : Perlindungan Hukum, PerjanjianFranchise DoorsmeerMobil


(16)

make the community members independent because with the entrepreneurship the community members will be able to provide opportunity for themselves and to benefit from the opportunity they have created. In addition, entrepreneurship can create job opportunity for the other people surrounding the business. In general, entrepreneurs need those with various skills to assist them in running their businesses that their businesses keep developing and being profitable.

There are many ways to be an entrepreneur such as establishing own business or buying the business system that already exists. One of the ways of how to establish the existing business system is franchise which is a trend of future business with less risk of failure, quick growth, and brings its own color in Indonesian economy. One of the practitioners of franchise business in the field of car doorsmeer is Bengkel Sehat –Pro Auto Clinic.

Franchise is a business or marketing pattern involving cooperation of both parties. This two parties relationship is built on the basis of the agreement. In franchise, the cooperation agreement between both parties is called franchise agreement which functions as a legal guideline that outlines the responsibilities of franchisor and franchisee.

Franchise agreement contains the terms and committments made and preferred by both franchisor and franchisee. This franchise agreemnet also contains the provision of rights and obligations of both parties such as territorial rights owned by the franchisee, location requirement, the cost needed to run the business system which must be paid by the franchisee to the franchisor, the term of the franchise agreement, and other provisions governing the relationship between the franchisor and franchisee.

The result of this study showed that legal protection for the parties involved in the franchise agreement of PAC car doorsmeer was not balanced in which the franchisor made a standard agreement that must be agreed by all prospective franchisees.

In franchise agreement, a breach of contract (agreement) can be peformed by either the franchisee or franchisor. The breach of contract performed by the franchisor is such as the franchisor does notprovide the franchisee with guidance and training on management while the breach of contract performed by the franchisee is that the franchisee does not pay the fee agreed and does not implement the business system/quality standard as agreed in the agreement.


(17)

A. Latar Belakang

Kebanyakan negara berkembang seperti halnya Indonesia, berusaha semaksimal mungkin untuk meningkatkan kesejahteraan warganya, untuk itu pengembangan pada sektor ekonomi menjadi tumpuan utama agar taraf hidup rakyat menjadi lebih mapan. Pembangunan ekonomi merupakan pengolahan kekuatan ekonomi riil dimana dapat dilakukan melalui penanaman modal, penggunaan teknologi dan kemampuan berorganisasi atau manajemen.1Syahrin Naihasy mengatakan lebih lanjut bahwa sejak perekonomian dunia telah mengalami perubahan yang sangat dahsyat dan kini dunia, termasuk Indonesia, menyaksikan fase ekonomi global yang bergerak cepat dan telah membuka tabir lintas batas antar negara.2 Dapat dikatakan bahwa dunia usaha adalah sebagai tumpuan utama yang dipergunakan sebagai pilar dan dilaksanakan dengan berbagai macam cara yang sekiranya dapat memupuk perkembangannya dengan lebih optimal dan berdaya guna.

Salah satu upaya untuk mengoptimalkan pertumbuhan dunia usaha adalah dengan meningkatkan semangat kewirausahaan, yang senantiasa dimunculkan dalam kehidupan masyarakat untuk mendapatkan kesejahteraan ekonomi yang lebih baik dan mengatasi pengangguran di berbagai bidang. Wirausaha akan membuat

1 Ridwan Khairandy, Perjanjian Franchise Sebagai Sarana Alih Teknologi, Pusat Studi

Hukum UIIYogyakarta bekerjasama dengan yayasan Klinik Haki Jakarta, 2000, hal. 132


(18)

masyarakat menjadi mandiri karena dalam wirausaha, masyarakat akan mampu membuka peluang untuk dirinya sendiri dan menarik keuntungan dari peluang yang tercipta tersebut. Bahkan lebih jauh, wirausaha dapat menciptakan peluang kerja bagi orang lain yang ada di sekitar usaha tersebut. Wirausahawan pada umumnya membutuhkan orang-orang dengan berbagai jenis keahlian untuk membantu mereka agar bisnis yang mereka jalankan tetap menguntungkan dan selalu berkembang.3 Dengan demikian seorang wirausahawan dalam pengembangan bisnis pada umumnya adalah sebagai pemilik ide usaha (proses kreatif) dan menerjemahkan ide-ide usaha tersebut menjadi suatu kenyataan (proses inovasi) dan sekaligus menunjang perkembangan ekonomi suatu negara. Dunia usaha tidak akan dapat berkembang dalam perekonomian yang statis karena perekonomian yang statis tidak memberikan insentif yang memadai bagi kreatifitas maupun inovasi. Tetapi, bisnis akan berkembang pesat di sebuah negara yang ekonominya berkembang pesat.4 Faktor obyektif yang dihadapi para pelaku bisnis akan berlaku teori Charles Darwin yang menyatakan bahwa dalam hidup terjadi apa yang disebut dengan “survival fittes” yaitu terjadinya seleksi alam dibidang bisnis bahwa yang kuat akan bertahan dan yang tidak kuat akan mati suri ataucollapse.5

3Ismail Solihin,Pengantar Bisnis, Pengenalan Praktis Dan Studi Kasus, Kencana Prenada

MediaGroup, Jakarta, 2006, hal. 119 4

Ibid.


(19)

Banyak cara untuk menjadi wirausahawan, antara lain mendirikan bisnis sendiri atau membeli sistem bisnis yang sudah jadi. Menurut Robert T. Kiyosaki, ada tiga jenis utama sistem bisnis yang dapat dimasuki oleh paraentrepeneuryaitu:6 1. Sistem bisnis tradisional yaituentrepreneurmengembangkan sendiri bisnisnya. 2. Sistem bisnis franchise yaitu entrepreneur membeli sebuah sistem yang sudah

ada.

3. Sistem bisnis pemasaran jaringan yaitu entrepreneur membeli dan menjadi bagian dari sebuah sistem yang telah ada.

Setiap sistem bisnis memiliki kekuatan dan kelemahan, namun jika dilakukan dengan benar apapun sistemnya akan menghasilkan kemakmuran serta kesuksesan. Membangun sistem bisnis secara tradisional atau sendiri mempunyai kelebihan dalam hal pengaturan yang dapat disesuaikan dengan keinginan pemilik bisnis, sedangkan kekurangannya, sistem bisnis belum berjalan, pasar belum ada, sehingga sering terjadi bisnis yang baru dibangun akhirnya gagal. Bisnis apapun yang digeluti oleh seorang wirausahawan, mereka berkeinginan agar bisnisnya dapat meraih laba serta pertumbuhan usaha meskipun dalam upaya meraih laba dan pertumbuhan usaha tersebut senantiasa dibayang-bayangi oleh resiko dan penuh dengan ketidakpastian terhadap kemungkinan akan terjadi. Pada umumnya sangat sulit untuk menemukan seorang wirausahawan yang juga memilikimanagerial skill, keahlian yang sangat mendalam dalam suatu bidang tertentu, mampu mengelola

6Arifa’i,Personal Franchise ( Franchise Pribadi ) Bentuk Usaha Alternatif Menjadi Jutawan


(20)

berbagai sumber daya perusahaan secara sinkron.7Biasanya butuh waktu lama (lebih dari 5 tahun) untuk dapat membangun sebuah sistem bisnis yang baik.

Membeli sistem bisnis yang sudah jadi mempunyai kelebihan bahwa sistem bisnis sudah tercipta dan siap pakai, si pembeli bisnis tinggal menjalankan saja di dalam sistem yang sudah ada itu. Demikian pula pasar sudah ada, sehingga pemilik bisnis baru ini tidak akan kesulitan dalam memasarkan produknya. Kelemahannya adalah pemilik modal tidak akan bebas dalam menentukan usahanya, karena semuanya tergantung kepada pihak yang dibeli bisnisnya.

Bisnis franchise adalah tren bisnis masa depan dengan resiko kegagalan yang kecil dimana pertumbuhannya sangat pesat dan memberi warna tersendiri dalam perekonomian Indonesia. Popularitas bisnis franchise sebagai suatu cara pemasaran dan distribusi barang dan jasa memang semakin meningkat. Sebagai salah satu sistem pemasaran yang efektif keberadaan franchise dianggap mampu menjangkau pangsa pasar suatu jenis produk ke seluruh Indonesia. Besarnya peluang bisnis franchise di Indonesia menjadikan franchise baik asing maupun lokal bermunculan dan mengalami peningkatan yang sangat luar biasa. Untuk seorang pemula dalam dunia bisnis, bentuk franchise ini merupakan alternatif untuk memulai sebuah bisnis.8 Bisnis franchise ini dipakai sebagai alternatif berwirausaha tanpa batas ke seluruh bagian dunia, yang berarti pula seorang pemberi franchise (franchisor) harus mengetahui secara pasti ketentuan-ketentuan hukum yang berlaku di negara di mana

7Ismail Solihin,Op.cit., hal. 119 8Arifa’i,Op.cit.,hal. 56


(21)

franchise akan dikembangkan agar nantinya penerima franchise tidak beralih wujud dari mitra usaha menjadi kompetitor (saingan).

Ada lima syarat minimal suatu usaha dapat di franchisekan yaitu memiliki keunikan, terbukti telah berhasil, standar kualitas tetap, dapat dijalankan atau diaplikasikan dan menguntungkan.9 Saat ini di Indonesia sendiri berkembang dua jenisfranchiseyaitu :10

1. Franchise produk dan merek dagang yaitu pemberian hak izin dan pengelolaan dari pemberi franchise (franchisor) kepada penerima franchise (franchisee) untuk menjual produk dengan mengunakan merek dagang dalam bentuk keagenan, distributor atau lisensi penjualan. Franchisor membantu franchisee untuk memilih lokasi yang aman dan showroom serta menyediakan jasa orang untuk membantu mengambil keputusan“do or not”.

2. Franchise format bisnis yaitu sistem franchise yang tidak hanya menawarkan merek dagang dan logo tetapi juga menawarkan sistem yang komplit dan komprehenshif tentang tatacara menjalankan bisnis. Jenisfranchise yang banyak berkembang di Indonesia saat ini adalah jenisfranchiseformat bisnis.

Agar franchise dapat berkembang dengan pesat, maka persyaratan utama yang harus dimiliki suatu wilayah franchise adalah kepastian hukum yang mengikat baik bagi franchisor maupun franchisee. Karenanya, dapat dilihat bahwa di negara

9Rizal Calvary Marimbo,Rasakan Dahsyatnya Usaha Franchisee!,Elex Media Komputindo,

Jakarta, 2007, hal.1

10 Herustiati dan Victoria Simanungkalit,Franchise, http://www.smecda.com/deputi7/file


(22)

yang memiliki kepastian hukum yang jelas,franchiseberkembang pesat, misalnya di AS dan Jepang. Tonggak kepastian hukum akan format franchise di Indonesia di mulai pada tanggal 18 Juni 1997, yaitu dengan dikeluarkannya Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1997 tentang Franchise. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1997 tentang Franchise ini telah dicabut dan diganti dengan Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2007 tentangWaralaba. Selanjutnya ketentuan-ketentuan lain yang mendukung kepastian hukum dalam format bisnisfranchiseadalah Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor 31/M-DAG/PER/8/2008 tentang PenyelenggaraanWaralaba.

Pemerintah dalam hal ini senantiasa turut aktif dalam menggulirkan kebijakan untuk memberikan kesempatan yang lebih luas kepada para pelaku ekonomi agar mampu merentangkan sayap usahanya. Campur tangan yang dilakukan pihak Pemerintah ini diwujudkan melalui sarana hukum dengan berbagai bentuk peraturan perundangan khususnya dalam bidang bisnisfranchise. Lebih dari itu hukum apabila diamati dari sudut pandang hukum dan masyarakat, yakni melihat hukum tidak hanya sebagai fungsi dari peraturan, melainkan juga kebijakan (policy) pelaksanaannya serta tingkah laku masyarakat.11

Hal-hal yang diatur oleh hukum dan perundang-undangan merupakan das sollenyang harus ditaati oleh para pihak dalam perjanjian franchise. Jika para pihak mematuhi peraturan dan tidak menyimpang dari aturan main yang ada, maka tidak akan timbul permasalahan dalam perjanjian franchise ini. Dalam kenyataan


(23)

kehidupan masyarakat seringkali perilaku menyimpang dari aturan yang sudah ada, seperti halnya dalam perjanjian bisnis franchise dimana penyimpangan ini menimbulkan wanprestasi sebagai akibat tidak ditaatinya aturan main oleh para pihak. Berlakunya hukum di lihat dari pola harapan dan pelaksanaannya (expectation and performance) ini memberikan bobot yang lebih realistis serta dinamis terhadap berlakunya hukum.12

Pada sisi lain seorang atau suatu pihak penerima franchise yang menjalankan kegiatan usaha sebagai mitra usaha pemberi franchise menurut ketentuan dan tata cara yang diberikan, juga memerlukan kepastian bahwa kegiatan usaha yang sedang dijalankan olehnya tersebut memang benar-benar teruji dan memang merupakan suatu produk yang disukai masyarakat serta akan dapat memberikan suatu manfaat finansial baginya. Ini berartifranchise sesungguhnya juga memiliki satu aspek yang penting baik itu bagi pengusaha pemberi franchise maupun mitra usaha penerima franchiseyaitu masalah kepastian dan perlindungan hukum.

Franchise digambarkan sebagai perpaduan bisnis “besar” dan “kecil” yaitu perpaduan antara energi dan komitmen individual dengan sumber daya dan kekuatan sebuah perusahaan besar. Franchise adalah suatu pengaturan bisnis dimana sebuah perusahaan ( franchisor ) memberi hak pada pihak independen ( franchisee ) untuk menjual produk atau jasa perusahaan tersebut dengan peraturan yang ditetapkan oleh franchisor. Franchisee menggunakan nama, goodwill, produk dan jasa, prosedur pemasaran, keahlian, sistem prosedur operasional, dan fasilitas penunjang dari


(24)

perusahaan franchisor. Sebagai imbalannya franchisee membayar franchise fee dan royalty fee (biaya pelayanan manajemen) pada perusahaan franchisor seperti yang diatur dalam perjanjianfranchise.

Dalam pelaksanaan perjanjian franchise akan ada kemungkinan terjadi wanprestasi. Wanprestasi ini terjadi jika salah satu pihak tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana tertera dalam perjanjian franchise. Jika karena adanya wanprestasi tersebut menyebabkan kerugian di pihak lain maka pihak yang dirugikan tersebut dapat menuntut kepada pihak yang melakukan wanprestasi untuk memenuhi prestasinya.

Dalam perjanjianfranchisewanprestasi dapat dilakukan oleh pihakfranchisee atau penerima franchise maupun pihak franchisor atau pemberi franchise. Wanprestasi yang dilakukan oleh pihak franchisor antara lain : tidak melakukan pembinaan manajemen kepada pihak franchisee, sedangkan wanprestasi dari pihak franchiseedapat berupa tidak membayar fee atau royaltysebagaimana diperjanjikan, melakukan pelayanan yang tidak sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam perjanjian franchise.13Semua wanprestasi ini dapat terjadi dalam semua perjanjian franchise, termasuk pula dalamfranchise doorsmeermobil PAC.

Dalam bisnis franchise kedudukan para pihak dalam perjanjian Franchise adalah tidak seimbang, di mana pihak franchisee berada pada posisi yang lemah, misalnya apabila terjadi pemutusan perjanjian secara sepihak maka pihak franchisee

13J. Satrio,Wanprestasi Menurut KUHPerdata, Doktrin & Yurisprudensi,Citra Aditya Bakti,


(25)

adalah pihak yang dirugikan, karena sejak awalfranchiseesudah membayarfranchise fee sebagai imbalan, kompensasi langsung saat awal disepakatinya franchise agreement. Selain itu seluruh franchise fee yang dikeluarkan oleh pihak franchisee tidak akan dikembalikan oleh pihak franchisor kepada pihak franchisee dengan alasan dan sebab apapun juga termasuk pemberhentian perjanjian yang di sebabkan karena ada gangguan alam (force majeure). Selain itu biasanya dalam pembuatan perjanjian franchise pihak franchisor menentukan isi dan bentuk perjanjian dalam bentuk yang sudah ditentukan secara sepihak oleh pihak franchisor secara sepihak (perjanjian baku) dengan alasan mengingat perjanjian tersebut berkaitan dengan "permohonan" pihak franchisee untuk dapat menggunakan merek dagang dari franchisor, sehingga oleh karena itu franchisor harus memproteksi hak-hak istimewanya, dalam hal ini caranya adalah melalui penggunaan perjanjian standar dan klausula baku. Kedudukan yang tidak seimbang serta penggunaan klausula baku dalam perjanjian franchise ini ternyata dijumpai juga dalam perjanjian franchise doorsmeermobil PAC.

Dalam bisnis franchise doorsmeer mobil PAC ini, pihak franchisor membatasi kewenangan pihakfranchiseedalam menentukan pihak pemasok barang-barang maupun peralatan (supplier) yang diperlukan oleh franchisee dalam menjalankan usaha doorsmeer mobil PAC. Franchisee harus menerima pemasok-pemasok yang telah disetujui oleh franchisor, dengan demikian franchisee tidak mempunyai hak untuk menentukan pemasok sendiri. Ketentuan tersebut dimaksudkan agar franchisee hanya berhubungan dengan pemasok-pemasok yang telah diketahui


(26)

kualitas produknya. Namun ketentuan tersebut bisa disalah gunakan oleh franchisor untuk melakukan tindakan restrictions on sources of supply atau tying arrangement karena adanya hubungan bisnis tertentu antara pemasok denganfranchisor.14Di mana pihak franchisor akan menerima sejumlah fee dari pemasok-pemasok setiap kali terjadi pemesanan barang olehfranchisee.

Selain itu dalam kaitannya dengan perpanjangan jangka waktu perjanjian franchise, adakalanya pihak franchisor memasukkan klausula-klausula baru pada perjanjian perpanjangan yang pada perjanjian awal tidak ada. Dalam perjanjian franchise sering terdapat klausula yang berisi bahwa franchisor mempunyai hak untuk tidak memperpanjang perjanjianfranchisetanpa alasan dan sebab apapun juga. Tentu saja ketentuan ini sangat merugikanfranchiseejika selama menjalankanoutlet franchise-nya tidak pernah melakukan kesalahan yang berakibat buruk terhadap kinerjafranchisedan tidak pernah merugikan hak-hakfranchisor.

Sementara itu, pihak franchisee berharap tingkat keuntungan akan banyak ditentukan dari kegiatan outlet-nya pada masa-masa perpanjangan perjanjian franchise setelah banyak mengeluarkan modal pada masa-masa pembentukan outlet franchise-nya.15 Hal ini disebabkan karena pada awal pembentukan outlet franchise -nya pihak franchisee harus mengeluarkan dana untuk franchise fee sebesar Rp. 200.000.000 (dua ratus juta rupiah) untuk masafranchiseselama 4 (empat) tahun dan membayar royalty fee sebesar 15% (lima belas persen) dari hasil net profit, serta

14Moch. Basarah, dan H.M. Faiz Mufidin, Bisnis Franchise dan Aspek-Aspek Hukumnya,

Citra Aditya Bakti, bandung, 2008, hal. 155


(27)

segala sarana dan prasarana untuk memulai kegiatan usahaoutlet franchise-nya yang jumlahnya sangat besar. Kebutuhan akan dana dalam jumlah besar untuk memulai usaha outlet franchise-nya membuat pihak franchisee seringkali harus meminjam uang dari pihak perbankan yang akhirnya akan menambah jumlah beban pengeluaran franchiseeatas bunga kredit dari perbankan tersebut.

Selain alasan yang disebut diatas, topik ini sangat menarik untuk dikaji karena pada saat ini fenomena mengenai franchise di Indonesia sangatlah meningkat pesat dengan jumlah angka yang cukup signifikan dari tahun ke tahun, dimana bisnis franchise dapat mendorong ekonomi Indonesia yaitu terkait dengan perluasan lapangan pekerjaan dan pertumbuhan ekonomi Indonesia.

Berdasarkan uraian-uraian tersebut di atas, perlu suatu penelitian lebih lanjut mengenai perlindungan hukum para pihak dalam perjanjian franchise yang akan dituangkan ke dalam judul tesis “Perlindungan Hukum Terhadap Para Pihak Dalam PerjanjianFranchise DoorsmeerMobil (Studi PadaDoorsmeerMobil PAC)”.

B. Permasalahan

Adapun permasalahan yang akan diteliti lebih lanjut dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana perlindungan hukum terhadap franchisor apabila franchisee tidak melaksanakan sistem usaha atau standar kualitas yang telah ditentukan dalam perjanjianfranchise doorsmeermobil PAC.?


(28)

2. Bagaimana perlindungan hukum terhadap franchisor bilamana franchisee wanprestasi dalam perjanjianfranchise doorsmeermobil PAC?

3. Bagaimana perlindungan hukum terhadap franchisee dalam hal franchisor menghentikan secara sepihak perjanjian franchise doorsmeer mobil PAC sebelum jangka waktuya berakhir.?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang telah dikemukan di atas maka tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui perlindungan hukum terhadap franchisor apabila franchisee tidak melaksanakan sistem usaha atau standar kualitas yang telah ditentukan dalam perjanjianfranchise doorsmeermobil PAC.

2. Untuk mengetahui perlindungan hukum terhadapfranchisorbila manafranchisee wanprestasi dalam perjanjianfranchise doorsmeermobil PAC.

3. Untuk mengetahui perlindungan hukum terhadap franchisee dalam hal franchisor menghentikan secara sepihak perjanjian franchise doorsmeer mobil PAC sebelum jangka waktunya berakhir.

D. Manfaat Penelitian

Tujuan Penelitian dan manfaat penelitian merupakan satu rangkaian yang hendak dicapai bersama, dengan demikian dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :


(29)

1. Secara akademis-teoritis, diharapkan penelitian ini dapat menambah bahan pustaka/literature dalam perjanjianfranchise, selain itu penelitian ini diharapkan juga dapat menjadi dasar bagi penelitian pada bidang yang sama.

2. Secara praktis, dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi para pihak terkait hak dan kewajiban dalam perjanjianfranchise untuk menghindari terjadinya hubungan hukum yang tidak seimbang dan merugikan salah satu pihak dalam perjanjianfranchise doormeermobil.

E. Keaslian Penelitian

Berdasarkan informasi yang ada dan sepanjang penelusuran kepustakaan yang ada dilingkungan Universitas Sumatera Utara, khususnya di lingkungan Magister Kenotariatan Universitas Sumatera Utara Medan, belum ada penelitian sebelumnya yang berjudul “Perlindungan Hukum Terhadap Para Pihak Dalam Perjanjian Franchise Doorsmeer Mobil (Studi Pada Doorsmeer Mobil PAC)”, akan tetapi ada penelitian yang menyangkut perjanjian franchise antara lain penelitian yang dilakukan oleh saudari Jessica (NIM. 087011159), Mahasiswa Magister Kenotariatan Universitas Sumatera Utara, dengan judul penelitian “Analisis Yuridis Perimbangan Kedudukan Para Pihak Dalam Perjanjian Kerjasama Franchise Dante Coffe Shop Medan”, dengan permasalahan yang diteliti adalah :

1. Bagaimanakah hubungan hukum para pihak dalam perjanjianfranchise?

2. Bagaimanakah perimbangan kedudukan para pihak dalam perjanjian kerjasama franchiseDante Coffe Shop?


(30)

3. Bagaimana perlindungan hukum terhadap para pihak dalam perjanjian kerjasama franchiseDante Coffe Shop?

Permasalahan-permasalahan yang dibahas dalam penelitian tersebut adalah berbeda dengan permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini. Dengan demikian penelitian ini dapat dinyatakan asli dan dapat dipertanggungjawabkan secara akademik.

F. Kerangka Teori dan Konsepsi 1. Kerangka Teori

Dalam setiap penelitian harus disertai dengan pemikiran-pemikiran teoritis, teori adalah untuk menerangkan dan menjelaskan gejala spesifik untuk proses tertentu yang terjadi.16

Kerangka teori merupakan landasan dari teori atau dukungan teori dalam membangun atau memperkuat kebenaran dari permasalahan yang dianalisis. Kerangka teori dimaksud adalah kerangka pemikiran atau butir-butir pendapat, teori, tesis, sebagai pegangan baik disetujui atau tidak disetujui.17

Bagi suatu penelitian, teori dan kerangka teori mempunyai kegunaan. Kegunaan tersebut paling sedikit mencakup hal-hal sebagai berikut :18

a. Teori tersebut berguna untuk lebih mempertajam fakta;

16Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Universitas Indonesia Press, Jakarta,

1986, hal. 122

17M.Solly Lubis,Filsafat Ilmu dan Penelitian,Mandar Maju,Bandung, 1994, hal. 80 18Soerjono Soekanto,Pengantar Penelitian Hukum, UI Press, Jakarta, 1981, hal. 121


(31)

b. Teori sangat berguna di dalam klasifikasi fakta;

c. Teori merupakan ikhtiar dari hal-hal yang diuji kebenarannya.

Dalam setiap penelitian harus disertai dengan pemikiran-pemikiran teoritis, teori adalah suatu penjelasan yang berupaya untuk menyederhanakan pemahaman mengenai suatu fenomena atau teori merupakan simpulan dari rangkaian berbagai fenomena menjadi sebuah penjelasan.19

Adapun teori yang digunakan dalam melakukan penelitian ini adalah teori keadilan. Dalam hal mewujudkan keadilan, Adam Smith melahirkan ajaran mengenai keadilan (justice), Smith mengatakan bahwa “tujuan keadilan adalah untuk melindungi diri dari kerugian”(the end of the justice to secure from enjury).Menurut G.W. Paton, hak yang diberikan oleh hukum teryata tidak hanya mengandung unsur perlindungan dan kepentingan tetapi juga unsur kehendak (the element of wil).20 Oleh sebab itu, teori hukum perlindungan dan kepentingan bertujuan untuk menjelaskan nilai-nilai hukum dan postulat-postulatnya hingga dasar-dasar filsafatnya yang paling dalam. Hukum pada hakikatnya adalah sesuatu yang abstrak, namun dalam manifestasinya dapat berwujud konkrit. Suatu ketentuan hukum dapat dinilai baik jika akibat-akibat yang dihasilkan dari penerapannya adalah kebaikan, kebahagiaan yang sebesar-besarnya dan berkurangnya penderitaan.21

Penelitian ini menggunakan teori keadilan berbasis kontrak yang

19Mukti Fajar dan Yulianto Achmad,Dualisme Penelitian Hukum Normatif dan Empiris,

Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2010, hal.134

20George Whitecross Paton,A Text-Book of Jurisprudence, edisi kedua, Oxford University

Press, London, 1951, hal. 221

21Lili Rasjidi dan I.B. Wyasa Putra,Hukum Sebagai Suatu Sistem, Remaja Rosdakarya,


(32)

dikemukakan oleh John Rawls sebagai pisau analisa teori keadilan menyatakan bahwa keadilan yang memadai harus dibentuk dengan pendekatan kontrak, di mana asas-asas keadilan yang dipilih bersama-sama benar-benar merupakan hasil kesepakatan bersama dari semua personyang bebas, rasional dan sederajat. Teori ini dibangun berdasarkan suatu anggapan bahwa kontrak berlangsung diantara pribadi-pribadi yang bebas dan mandiri dalam kedudukan yang sama dan karena itu mencerminkan integritas dan otonomi dari pribadi-pribadi rasional yang mengadakan kontrak itu.22 Hanya melalui pendekatan kontrak sebuah teori keadilan mampu menjamin pelaksanaan hak dan sekaligus mendistribusikan kewajiban secara adil bagi semua orang. Oleh karenanya suatu konsep keadilan yang baik haruslah bersifat kontraktual, konsekuensinya setiap konsep keadilan yang tidak berbasis kontraktual harus dikesampingkan demi kepentingan keadilan itu sendiri.23

Namun, menurut john Rawls ada ketidaksamaan antara tiap orang, misalnya dalam hal tingkat perekonomian, ada tingkat perekonomian lemah dan ada tingkat perekonomian kuat. Jadi, negara harus bertindak sebagai penyeimbang terhadap ketidaksamarataan kedudukan dari status ini dan negara harus melindungi hak dan kepentingan pihak uang lemah. Lalu Rawls mengoreksi juga bahwa ketidakmertaan dalam pemberian perlindungan kepada orang – orang yang tidak beruntung itu.24

22Ridwan Khairandy,Itikad Baik Dalam Kebebasan Berkontrak, Program Pasca Sarjana UI,

Cet. II, Jakarta, 2004, hal. 147

23Agus Yudha Hernoko, Keseimbangan versus Keadilan dalam Kontrak (Bagian III),

http://gagasanhukum.wordpress.com/2010/06/17/keseimbangan-versus-keadilan-dalam-kontrak-bagian-iii/, terakhir diakses tanggal 6 April 2012.

24http;/.okthariza.multiply.com/journal/item,O.K Thariza, “Teori Keadilan : Perspektif John


(33)

Teori ini menempatkan para pihak dalam persamaan derajat, tidak ada perbedaan, walaupun terdapat perbedaan bangsa, kekuasaan, dam lain – lain. Berdasarkan teori diatas, maka dalam penelitian ini akan dilihat keadilan dari para pihak yang membuat perjanjian franchise doorsmeer mobil PAC, merujuk pada perjanjian yang ditandatangani dan disepakati kedua belah pihak, berdasarkan teori keadilan dari John Rawls ini juga akan dilihat bagaimana kedudukan para pihak (franchisor & franchisee),berdasarkan perjanjian yang mereka sepakati.

KUHPerdata menyebut perjanjian dengan istilah persetujuan. Menurut Pasal 1313 KUHPerdata, pengertian persetujuan dapat didefinisikan sebagai berikut: ” Suatu persetujuan adalah suatu perbuatan dengan mana 1 (satu) orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap 1 (satu) orang lain atau lebih.”25

Menurut R. Wirjono Projodikoro, disebutkan bahwa perjanjian merupakan perbuatan hukum mengenai harta benda kekayaan antara dua pihak, dalam hal mana satu pihak berjanji untuk melaksanakan sesuatu hal, sedang pihak lain berhak untuk menuntut pelaksanaan janji itu.26

Dikemukakan oleh R. Subekti, bahwa perjanjian adalah suatu peristiwa di mana seorang berjanji kepada seorang lain atau di mana dua orang itu saling berjanji

25R Subekti,Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, Jakarta, Pradnya Paramita, 1995, hal.

282

26Wirjono Prodjodikoro,Hukum Perdata tentang Persetujuan-Persetujuan Tertentu, Eresco,


(34)

untuk melaksanakan sesuatu hal. Dari peristiwa itu timbulah suatu hubungan hukum antara dua pihak yang dinamakan perikatan.27

Perjanjian franchise merupakan perjanjian khusus karena tidak dijumpai dalam KUHPerdata. Perjanjian ini dapat diterima karena didalam KUHPerdata yaitu Pasal 1338 ayat (1) menyebutkan bahwa semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai Undang-Undang bagi mereka yang membuatnya, Kata semua mengandung arti seluruh perjanjian, ini berarti ada kebebasan berkontrak dalam membuat suatu perjanjian. maksudnya kebebasan berkontrak yaitu kebebasan untuk membuat suatu perjanjian, bahwa bebas membuat atau tidak membuat perjanjian, bebas memilih dengan siapa akan membuat perjanjian, bebas menentukan bentuk perjanjian, bebas menentukan isi perjanjian dan bebas menentukan cara membuat perjanjian.

Perjanjian yang dibuat secara sah jika memenuhi syarat yang terdapat pada Pasal 1320 KUHPerdata yaitu adanya kesepakatan para pihak yang membuat perjanjian, para pihak cakap bertindak dalam hukum, suatu hal tertentu, dan sebab yang halal.28

Menurut Thomas Hobbes dalam buku Johannes Ibrahim menyebutkan bahwa kebebasan berkontrak merupakan bagian dari kebebasan manusia, menurutnya

27Sutarno,Aspek-Aspek Hukum Perkreditan pada Bank, Alfabeta, Jakarta, 2004, hal. 74 28Adrian Sutedi,Hukum Franchise, Ghalia Indonesia, Jakarta, 2008, hal. 96


(35)

kebebasan hanya dimungkinkan apabila orang dapat dengan bebas bertindak sesuai dengan hukum.29

Menurut Subekti dalam buku Johanes Ibrahim menyebutkan bahwa asas kebebasan berkontrak berarti para pihak dapat membuat perjanjian apa saja, asal tidak bertentangan dengan undang-undang, ketertiban umum dan kesusilaan.30

Menurut Johanes Gunawan dalam buku Djaja S. Meliala menyebutkan penggunaan perjanjian baku menyebabkan asas kebebasan berkontrak kurang atau bahkan tidak dapat diwujudkan.31

KUHPerdata memberikan pembatasan kepada kebebasan berkontrak, dapat dilihat dalam ketentuan Pasal 1320 ayat (1) KUHPerdata menentukan perjanjian dapat dibatalkan apabila dibuat tanpa adanya sepakat dari para pihak, ketentuan ini memberikan petunjuk bahwa hukum perjanjian dikuasai oleh asas konsensual, Pasal ini mengandung pengertian bahwa kebebasan suatu pihak untuk menentukan isi perjanjian dibatasi oleh sepakat pihak lainnya atau dapat dikatakan bahwa asas kebebasan berkontrak dibatasi oleh asas konsensual.

Menurut Herlien Budiono yang membatasi/ pembatasan terhadap kebebasan berkontrak yaitu adanya cacat, dalam tercapainya kata sepakat, seperti adanya unsur paksaan, keliru dan tipuan serta bertentangan dengan kesusilaan, kepatutan dan

29Johanes Ibrahim, Pengimpasan Pinjaman (Kompensasi) dan Asas KebebasanBerkontrak

Dalam Perjanjian Kredit Bank, CV. Utomo, Bandung, 2003, hal. 91

30Ibid.

31Djaja S. Meliala, Perkembangan Hukum Perdata tentang Benda dan Hukum Perikatan,


(36)

kepentingan umum.32 Pada intinya bertentangan dengan hukum, dapat disimpulkan hukum merupakan pembatas perlindungan para pihak didalam perjanjian. Perjanjian yang baik, hak dan kewajiban para pihak seimbang, tidak ada yang dirugikan sehingga terhindar dari masalah.

Menurut Rutten dalam buku Purwahid Patrik perjanjian adalah perbuatan hukum yang terjadi sesuai dengan formalitas-formalitas dari peraturan hukum yang ada, tergantung dari persesuaian pernyataan kehendak dua atau lebih orang-orang yang ditujukan untuk timbulnya akibat hukum demi kepentingan salah satu pihak atas beban pihak lain atau demi kepentingan dan atas beban masing-masing pihak secara timbal balik.33

Asas-asas hukum perjanjian yang terdapat dalam Pasal 1338 KUHPerdata, ada tiga azas yaitu:34

1. Asas konsensualisme, bahwa perjanjian yang dibuat pada umumnya bukan secara formil tetapi konsensual, artinya perjanjian itu dibuat karena persesuaian kehendak atau konsensual.

2. Asas kekuatan mengikat dari perjanjian, bahwa para pihak harus memenuhi apa yang telah diperjanjikan, sebagaimana disebutkan dalam Pasal 1338 KUHPerdata bahwa perjanjian berlaku sebagai Undang-Undang bagi para pihak yang membuatnya.

32Herlien Budiono,Kumpulan Tulisan Hukum Perdata di Bidang Kenotariatan, Citra Aditya

Bakti, Bandung, 2007, hal. 11

33Purwahid Patrik,Dasar-dasar Hukum Perikatan, Mandar Maju, Bandung, 1994,hal. 46 34Ibid.


(37)

3. Asas kebebasan berkontrak, bahwa orang bebas membuat atau tidak membuat perjanjian, bebas menentukan isi, berlakunya dan syarat-syarat perjanjian, dengan bentuk tertentu atau tidak dan bebas memilih undang-undang mana yang akan digunakan dalam perjanjian itu.

Pasal 1338 KUHPerdata menyebutkan semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya. Perjanjian tidak dapat ditarik kembali selain dengan sepakat kedua belah pihak, atau karena alasan-alasan yang oleh undang-undang dinyatakan cukup untuk itu. Perjanjian harus dilaksanakan dengan itikad baik.

Adapun ketentuan petunjuk yang pertama-tama dapat di jadikan pedoman untuk menentukan keabsahan suatu perjanjian adalah, ketentuan Pasal 1319 KUHPerdata, menyatakan :35

“Semua perjanjian baik yang mempunyai suatu nama khusus maupun yang tidak terkenal dengan suatu nama tertentu, tunduk pada peraturan-peraturan umum, yang termuat dalam bab ini dan dan bab yang lalu”. Perjanjian bernama sebagaimana dimaksud ketentuan tersebut di atas adalah perjanjian-perjanjian yang diberi nama oleh pembentuk Undang-Undang yaitu perjanjian-perjanjian di dalam Bab V sampai dengan Bab XVIII Buku III KUH Perdata. Sedangkan perjanjian yang tidak terkenal dengan nama tertentu adalah perjanjian – perjanjian di luar Bab-Bab tersebut.

Dengan demikian, perjanjian franchise termasuk dalam perjanjian yang tidak terkenal dengan nama tertentu sebagaimana dimaksud Pasal 1319 KUH Perdata,


(38)

tetapi tetap tunduk degan ketentuan-ketentuan Bab I dan Bab II Buku III KUH Perdata.

Dalam perjanjian franchiseharus tunduk dan diatur oleh perangkat-perangkat hukum yang sebagai dasar hukum bagi para pihak yang membuat perjanjian franchise. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 42 tahun 2007 tentang Waralaba, Peraturan Perdagangan Republik Indonesia No. 31/M-DAG/PER/2008 tentang Penyelenggaraan Waralaba, perjanjian franchise doorsmeerMobil PAC bagi para pihak.

Syarat sah perjanjian sehingga berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya disebutkan dalam Pasal 1320 KUHPerdata,36yaitu:

a. Syarat subyektif, syarat ini apabila dilanggar maka perjanjian dapat dibatalkan, yang meliputi :

1) Sepakat mereka mengikatkan dirinya. 2) Kecakapan untuk membuat suatu perikatan

b. Syarat Obyektif, syarat ini apabila dilanggar maka perjanjian tersebut menjadi batal demi hukum, yang meliputi :

1) Suatu hal (objek) tertentu 2) Suatu sebab (causa) yang halal

Dalam hukum perjanjian, perjanjian franchise merupakan perjanjian khusus karena tidak dijumpai dalam Kitab Undang-undang Hukum Perdata. Perjanjian ini dapat diterima dalam hukum karena didalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata


(39)

ditemui satu pasal yang mengatakan adanya kebebasan berkontrak. Pasal itu mengatakan bahwa perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai Undang-Undang bagi mereka yang membuatnya37(Pasal 1338 Kitab Undang-undang Hukum Perdata).

Perjanjian dibuat secara sah artinya bahwa perjanjian itu telah memenuhi syarat-syarat yang ditentukan dalam undang-undang. Artinya perjanjian itu tidak bertentangan dengan Agama dan ketertiban umum, dan tidak bertentangan dengan kesusilaan, dan undang-undang itu sendiri.

Perjanjianfranchise dapat dikatakan suatu perjanjian yang tidak bertentangan dengan undang-undang, agama ketertiban umum dan kesusilaan, karena itu perjanjian franchise itu sah, dan oleh karena itu perjanjian itu menjadi undang-undang bagi mereka yang membuatnya, dan mengikat kedua belah pihak.

Pada dasarnya franchise berkenaan dengan pemberian izin oleh seorang pemilik franchise (franchisor) kepada orang lain atau beberapa orang (franchisee) untuk menggunakan sistem atau cara pengoperasian suatu bisnis. Pemberian izin ini meliputi untuk menggunakan hak-hak pemilik franchise yang berada dibidang hak milik intelektual (intelectual property rights). Pemberian izin ini kadangkala disebut dengan pemberian izinlisensi.

Perjanjian lisensi biasa tidak sama dengan pemberian (perjanjian) lisensi franchise. Kalau pada pemberian (perjanjian) lisensi biasanya hanya meliputi pemberian izin lisensi bagi penggunaan merek tertentu. Sedangkan pada franchise,


(40)

pemberian izin lisensi meliputi berbagai macam hak milik intelektual, Keseluruhan hak-hak milik intelektual bahwa alat-alat dibeli atau disewakan darinya. Selain yang disebut diatas perjanjianfranchise(franchising):

Pada saat ini di Indonesia telah ada peraturan yang khusus mengatur mengenai franchise, yaitu dengan menggunakan dasar hukum Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2007 tentang Waralaba. Berkaitan dengan hal tersebut, walaupun memiliki peraturan khusus yang mengatur mengenai franchise setidaknya untuk menjaga agar terciptanya hubungan bisnis yang baik adalah dimulai dengan terdapatnya perjanjian franchiseyang memenuhi syarat sebagai berikut :

1. Kesepakatan kerjasama sebaiknya tertuang dalam suatu perjanjian franchise (Franchise agreement) yang disahkan secara hukum (legal document);

2. Kesepakatan ini menjelaskan secara rinci segala hak dan kewajiban dari pemberi franchise(Franchisor) dan penerimafranchise(Franchisee);

3. Perjanjian kerjasama tersebut memberi kemungkinan pemberi franchise (Franchisor) tetap mempunyai hak atas nama dagang dan atau merek dagang, format atau pola usaha, dan hal-hal yang khusus yang dikembangkan untuk suksesnya usaha tersebut;

4. Perjanjian kerjasama tersebut memberi kemungkinan pemberi franchise (Franchisor) mengendalikan system usaha yang dilisensikannya;

5. Perjanjianfranchisetersebut harus jujur, jelas dan adil. Hak, kewajiban dan tugas masing-masing pihak dapat diterima oleh penerimafranchise(Franchisee);


(41)

6. Adanya kesimbangan antara pemberi franchise (Franchisor) dan penerima franchise(Franchisee).

Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor 31/M-DAG/PER/2008 tentang Penyelenggaraan Waralaba. Dalam ketentuan Permendag ini ada mengatur tentang prospektus penawaran waralaba yaitu keterangan tertulis dari pemberi waralaba yang sedikitnya menjelaskan tentang identitas, legalitas, sejarah kegiatan, struktur organisasi, keuangan, jumlah tempat usaha, daftar penerima waralaba, hak dan kewajiban pemberi dan penerima waralaba. dan tentang ketentuan dan Tata Cara Penerbitan Surat Tanda Pendaftaran Waralaba adalah bukti pendaftaran prospektus atau pendaftaran perjanjian yang diberikan kepada pemberi waralaba dan/atau penerima waralaba setelah memenuhi persyaratan pendaftaran yang ditentukan dalam peraturan menteri ini.38

Aspek hukum franchise terdiri dari perjanjian franchise, legalitas usaha, hak cipta, paten, merek, ketenagakerjaan dan perpajakan. Salah satu aspek hukum yang penting adalah perjanjianfranchise. PerjanjianFranchisemerupakan perjanjian yang dibuat dalam bentuk perjanjian baku yang dibuat oleh franchisor dan diberlakukan terhadap semua calon franchisee tanpa terkecuali. Oleh karena itu calon franchisee hanya dapat memilih menerima atau menolak perjanjian tersebut tanpa ikut menentukan isinya.39

38 Peraturan Menteri Perdagangan No. 31/M-DAG/PER/8/2008 tentang Penyelenggaraan

Waralaba.

39H.S. Salim,Perkembangan Hukum Kontrak di luar KUHPerdata,Raja Grafindo Persada,


(42)

Franchisor mempunyai peluang diuntungkan, di mana franchisor dapat menentukan syarat-syarat yang cukup memberatkan franchisee, dikarenakan untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya kerugian franchisor, maka kedudukan para pihak di dalam perjanjian tidak seimbang dimanafranchisor mempunyai kedudukan yang kuat dalam menentukan perjanjian yang dibuatnya.

2. Konsepsi

Konsepsi adalah salah satu bagian terpenting dari teori, peranan konsepsi dalam penelitian ini untuk menggabungkan teori dengan observasi, antara abstrak dengan kenyataan. Konsep diartikan sebagai kata yang menyatukan abstraksi yang digeneralisasikan dari hal-hal yang khusus yang disebut defenisi operasional.40 Menurut Burhan Ashshofa, suatu konsep merupakan abstraksi mengenai suatu fenomena yang dirumuskan atas dasar generalisasi dari jumlah karakteristik kejadian, keadaan, kelompok atau individu tertentu.41

Adapun uraian dari pada konsep yang dipakai dalam penelitian ini adalah: a. Perlindungan Hukum adalah suatu gambaran dari fungsi hukum, yaitu konsep

dimana hukum dapat memberikan suatu keadilan, ketertiban, kepastian, kemanfaatan dan kedamaian kepada pemberi franchise (franchisor) dan penerimafranchise(franchisee).

40Samadi Suryabrata,Metodologi Penelitian, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1998, hal.31. 41Burhan Ashshofa,Metodologi Penelitian Hukum, Rineka Cipta, Jakarta, 1996, hal. 19


(43)

b. Para pihak adalah pemberi franchise (franchisor) dan penerima franchise (franchisee)

c. Franchiseadalah hak khusus yang dimiliki oleh orang perseorangan atau badan usaha terhadap sistem bisnis dengan ciri khas usaha dalam rangka memasarkan barang dan/ jasa yang telah terbukti berhasil untuk dimanfaatkan dan/ atau digunakan oleh pihak lain berdasarkan perjanjianfranchise.

d. Pemberi Franchise (franchisor) adalah orang perseorangan atau badan usaha yang memberikan hak untuk memanfaatkan dan/atau menggunakan franchise yang dimilikinya kepada penerimafranchise.

e. Penerima Franchise (franchisee) adalah orang perseorangan atau badan usaha yang diberikan hak oleh pemberi franchise untuk memanfaatkan dan/atau menggunakanfranchiseyang dimiliki pemberifranchise.

f. Perjanjian Franchise (franchising) adalah kesepakatan yang diikat oleh franchisor dengan franchisee, yang mana franchisor memberi izin kepada franchiseeuntuk menggunakan hak kekayaan intelektual yang dimilikinya. g. Doorsmeer Mobil adalah tempat reparasi dan perawatan kendaraan bermotor

roda empat.

h. Doorsmeer Mobil PAC adalah tempat reparasi dan perawatan kendaraan bermotor roda empat yang dikenal sebagai Bengkel Sehat (Pro Auto Clinic). i. Force Majeure adalah keadaan terpaksa; keadaan darurat, dimana tidaklah biaya

rugi dan bunga, harus digantinya, apabila lantaran keadaan memaksa atau lantaran suatu kejadian tak disengaja si berutang berhalangan memberikan atau


(44)

berbuat sesuatu yang diwajibkan, atau lantaran hal-hal yang sama telah melakukan perbuatan yang terlarang.

j. Kontrak adalah perjanjian secara tertulis antara dua pihak dalam perjanjian franchise antara pemberi franchise (franchisor) dan penerima franchise (franchisee).

k. Perjanjian baku adalah konsep janji-janji tertulis disusun tanpa membicarakan isinya yang lazimnya dituangkan ke dalam sejumlah tak terbatas perjanjian yang sifatnya tertentu.

G. Metode Penelitian

1. Sifat dan Metode Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif yang bersifat kualitatif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang bertujuan untuk melukiskan tentang sesuatu hal yang secara terperinci tentang hal tertentu dan pada saat tertentu. Biasanya dalam penelitian ini, peneliti sudah mendapatkan atau mempunyai gambaran yang berupa data awal tentang permasalahan yang akan diteliti.

Penelitian ini dilakukan melalui pendekatan yuridis normatif yaitu suatu penelitian yang menganalisa norma-norma hukum yang berlaku yang terdapat dalam peraturan perundang-undangan, seperti Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2007 tentang Waralaba, dan Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor 31/M-DAG/PER/8/2008 tentang Penyelenggaraan Waralaba. Analisis dimaksudkan


(45)

berdasarkan gambaran dan fakta yang diperoleh akan dilakukan analisis secara cermat untuk menjawab permasalahan.42

Mengingat bahwa penelitian ini menggunakan jenis penelitian hukum dengan metode pendekatan yuridis normatif, yaitu penelitian hukum doktriner yang mengacu kepada norma-norma hukum,43maka penelitian ini menekankan pada sumber-sumber bahan sekunder, baik berupa peraturan-peraturan maupun teori-teori hukum, disamping menelaah kaidah-kaidah hukum yang berlaku di masyarakat, sehingga ditemukan suatu asas-asas hukum yang berupa dogma atau doktrin hukum yang bersifat teoritis ilmiah serta dapat digunakan untuk menganalisis permasalahan yang dibahas,44 serta yang dapat menjawab permasalahan yang diteliti dalam penulisan tesis ini, yaitu mengenai perlindungan hukum para pihak dalam perjanjian franchise doorsmeer mobil. Selain itu penelitian ini didukung dengan penelitian hukum sosiologis yang dibutuhkan untuk mengamati bagaimana reaksi dan interaksi yang terjadi ketika sistem norma tersebut bekerja di dalam masyarakat,45 yaitu penerapan ketentuan-ketentuan yang berkaitan dengan perlindungan hukum para pihak dalam perjanjianfranchise doorsmeermobil.

42Sunaryati Hartono,Penelitian Hukum Indonesia Pada Akhir Abad Ke-20, Alumni, Bandung,

1994, hal. 101

43Bambang Waluyo, Metode Penelitian Hukum, PT. Ghalia Indonesia, Semarang, 1996,

hal. 13

44Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji,Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat,

PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1995, hal. 13

45 Mukti Fajar dan Yulianto Achmad, Dualisme Penelitian Hukum Normatif Dan Empiris,


(46)

2. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian dilakukan pada doorsmeermobil PAC yang berada di Jalan Medan-Banda Aceh Jeunieb-Bireuen, Provinsi Aceh. Alasan dipilihnya doorsmeer mobil PAC adalah karenadoorsmeermobil PAC merupakan salah satu pelaku usaha di bidangfranchise yang terkenal dengan nama Bengkel Sehat Pro Auto Clinic dan telah memiliki beberapaoutletdi Indonesia.

3. Sumber Data

Penelitian hukum normatif berdasarkan data sekunder dan menekankan pada langkah-langkah spekulatif-teoritis dan analisis-kualitatif.46 Adapun data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder yang diklasifikasikan menjadi 3 (tiga) kelompok yaitu :

a. Bahan hukum primer yaitu bahan-bahan hukum yang mengikat. Terdiri dari peraturan perundang-undangan dan yurisprudensi. Dalam penelitian ini, bahan hukum yang digunakan adalah Undang-Undang atau peraturan-peraturan lainnya yang berkaitan dengan franchise yaitu Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2007 tentang Waralaba, dan Peraturan Menteri Perdagangan RI Nomor 31/M-DAG/PER/8/2008 tentang Penyelenggaraan Waralaba dan Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUH Perdata).

b. Bahan hukum sekunder yaitu bahan hukum yang memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer. Berupa semua publikasi tentang hukum yang bukan merupakan dokumen-dokumen resmi. Publikasi tentang hukum meliputi


(47)

buku-buku teks, jurnal-jurnal hukum, kontrak mengenai franchise dan kutipan mengenai kasus franchise yang ada di Indonesia. Bahan hukum sekunder terutama adalah buku teks karena buku teks berisi mengenai prinsip-prinsip dasar ilmu hukum dan pandangan-pandangan klasik para sarjana yang mempunyai klasifikasi tinggi.47

c. Bahan hukum tersier berupa bahan hukum penunjang yang memberi petunjuk dan penjelasan terhadap bahan hukum sekunder misalnya kamus hukum, kamus istilah hukum, ensiklopedia.

Sedangkan data primer diperoleh dari penelitian di lapangan (field research) guna memperoleh dokumen pendukung dan hasil wawancara yang akan digunakan sebagai data penunjang dalam penelitian ini.

4. Teknik dan Alat Pengumpulan Data

Bahan penelitian merupakan kajian terhadap objek yang berupa penelitian. Bahan penelitian merupakan kajian terhadap objek yang berupa penelitian. Untuk mendapatkan data yang diperlukan, pengumpulan data dilakukan melalui studi kepustakaan (Library Research) yaitu untuk mendapatkan atau mencari konsepsi-konsepsi, teori-teori, asas-asas dan hasil-hasil pemikiran lainnya yang berkaitan dengan permasalahan penelitian ini.

Sumber data utama dalam penelitian ini adalah data sekunder. Untuk menghimpun data sekunder tersebut, maka dibutuhkan bahan kepustakaan yang merupakan data dasar yang digolongkan sebagai data sekunder yang terdiri dari


(48)

bahan hukum primer, bahan hukum sekunder dan bahan hukum tertier. Selain itu penelitian ini didukung oleh data primer yang diperoleh dari penelitian di lapangan (field research) guna memperoleh dokumen pendukung dan hasil wawancara yang akan digunakan sebagai data penunjang dalam penelitian ini.

Alat pengumpulan data dalam penelitian ini yang dipergunakan adalah sebagai berikut :

a. Studi Dokumen.

Merupakan upaya pengumpulan data yang diperoleh dari bahan-bahan kepustakaan atau data sekunder dalam bidang hukum antara lain bahan hukum primer, bahan hukum sekunder dan bahan hukum tertier.

b. Pedoman Wawancara.

Sebagai sumber data tambahan dilakukan menggunakan pedoman wawancara, yang digunakan untuk mengumpulkan data dan informasi dari pihak franchisor selaku pemilik franchise doorsmeer mobil PAC dan franchisee selaku penerima franchise doorsmeer mobil PAC serta dari pihak Notaris yang membuat perjanjian franchise, terkait perlindungan hukum terhadap para pihak dalam perjanjianfranchise doorsmeermobil yang diteliti dalam tesis ini.

Wawancara dilakukan dengan berpedoman pada pertanyaan yang telah disusun terlebih dahulu sehingga diperoleh data-data yang diperlukan sebagai data pendukung dalam penelitian tesis ini.


(49)

5. Analisis Data

Dalam suatu penelitian sangat diperlukan suatu analisis data yang berguna untuk memberikan jawaban terhadap permasalahan yang diteliti. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisa kualitatif. Penelitian dengan menggunakan metode kualitatif bertolak dari asumsi tentang realitas atau fenomena sosial yang bersifat unik dan kompleks. Padanya terdapat regularitas atau pola tertentu, namun penuh dengan variasi (keragaman).48

Analisis data adalah proses mengatur urutan data, mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori dan satuan uraian dasar.49 Sedangkan metode kualitatif merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis maupun lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.50

Data sekunder yang diperoleh dari penelitian kepustakaan (library research) dan data primer yang diperoleh dari penelitian lapangan (field research) kemudian disusun secara berurutan dan sistematis dan selanjutnya dianalisis dengan menggunakan metode kualitatif, yaitu untuk memperoleh gambaran tentang pokok permasalahan dengan menggunakan metode berpikir deduktif, ditarik kesimpulannya dari hal yang umum untuk selanjutnya menarik hal-hal yang khusus.

48Burhan Bungin,Analisa Data Penelitian Kualitatif, Pemahaman Filosofis dan Metodologis

Kearah Penguasaan Modal Aplikasi, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2003, hal. 53

49Lexy J. Moleong,Metode Kualitatif, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2004, hal. 103 50Ibid., hal. 3


(50)

PERJANJIANFRANCHISE DOORSMEERMOBIL PAC

A. Pihak-Pihak Dalam PerjanjianFranchise DoorsmeerMobil PAC

Pihak-pihak dalam perjanjian franchise doorsmeer mobil PAC adalah pemilik/pemberi franchise (franchisor) dan penerima/pengguna franchise

(franchisee).

Dari beberapa rumusan pengertian perjanjian maka untuk perjanjian terdiri dari :

1. Ada pihak-pihak

Sedikitnya dua orang pihak ini disebut subyek perjanjian dapat manusia maupun badan hukum dan mempunyai wewenang melakukan perbuatan hukum seperti yang ditetapkan undang-undang.

2. Ada persetujuan antara pihak-pihak

Persetujuan antara pihak-pihak tersebut sifatnya tetap bukan merupakan suatu perundingan. Dalam perundingan umumnya dibicarakan mengenai syarat-syarat dan obyek perjanjian maka timbullah persetujuan.

3. Ada tujuan yang akan dicapai

Mengenai tujuan para pihak hendaknya tidak bertentangan dengan ketertiban umum, kesusilaan dan tidak dilarang oleh undang-undang.


(51)

4. Ada prestasi yang dilaksanakan.

Prestasi merupakan kewajiban yang harus dipenuhi oleh pihak sesuai dengan syarat-syarat perjanjian, misalnya pembelian berkewajiban untuk membeli harga barang dan penjual berkewajiban menyerahkan barang.

5. Ada bentuk tertentu lisan atau tulisan.

Perlunya bentuk tertentu karena ada ketentuan undang-undang yang menyebutkan bahwa dengan bentuk tertentu suatu perjanjian mempunyai kekuatan mengikat dan bukti yang kuat.

6. Ada syarat-syarat tertentu sebagai isi perjanjian.

Dari syarat-syarat tertentu dapat diketahui hak dan kewajiban para pihak. Syarat-syarat ini terdiri Syarat-syarat pokok yang menimbulkan hak dan kewajiban pokok.51

Selanjutnya yang menjadi subjek hukum – pihak dalam perjanjian franchise doorsmeermobil PAC,yaitu :

a. Franchisor/pemberifranchise,adalah orang perseorangan atau badan usaha yang memberikan hak untuk memanfaatkan dan/atau menggunakan franchise yang dimilikinya kepada penerima franchise. Dengan kata lain, perusahaan yang memberikan lisensi, berupa paten, merek perdagangan, merek jasa, maupun lainnya kepadafranchisee.

b. Franchisee/penerima franchise, adalah orang perseorangan atau badan usaha yang diberikan hak oleh pemberi franchise untuk memanfaatkan dan/atau


(52)

menggunakan franchise yang dimiliki pemberi franchise. Dengan kata lain, perusahaan yang menerimalisensidariFranchisor.

c. Pihak-pihak yang kena dampaknya dari perjanjianfranchise :

1. Franchiseelain dalamsystem franchise (franchising system)yang sama. 2. Konsumen atau klien darifranchiseemaupun masyarakat pada umumnya.

B. Bentuk PerjanjianFranchisedan BentukFranchise

Pada dasarnya bentuk perjanjian franchise dibuat secara tertulis berupa akta dibawah tangan dan akta otentik, sedangkan bentuk perjanjian franchise doorsmeer

mobil PAC berupa akta otentik yang dibuat dihadapan notaris oleh para pihak

franchisordanfranchisee.

Istilah akta merupakan terjemahan dari bahasa Belanda, yaitu acta, dalam bahasa Prancis di sebut denganacte, sedangkan dalam bahasa Inggris di sebut dengan istilahdeed. Akta adalah surat atau tulisan yang berupa suatu dokumen formal.52

Menurut Abdullah Hasan akta adalah suatu pernyataan tertulis yang merupakan kehendak para pihak yang dibuat oleh seseorang atau oleh pihak-pihak yang berkepentingan dengan maksud untuk dipergunakan sebagai alat bukti dalam pasal hukum.53

Menurut Pasal 1866 KUHPerdata alat-alat bukti terdiri atas, bukti tulisan, bukti dengan saksi, persangkaa, pengakuan, sumpah. Menurut Pasal 1867

52Hadiyani Rusli,Hukum Perjanjian Indonesia dan Common Law,(Jakarta : Sinar Harapan,

1988), hal, 15.


(53)

KUHPerdata, pembuktian dengan tulisan dilakukan dengan tulisan otentik maupun dengan tulisan dibawah tangan.

Dari defenisi yang disebutkan di atas dapat dikatakan bahwa akta merupakan suatu surat/tulisan yang berisi pernyataan kehendak dari para pihak/orang yang berkepentingan dalam pembenaran tulisan/surat tersebut, pernyataan kehendak yang dibuat secara tertulis tersebut memuat klausul-klausul yang diberikan dengan perbuatan hukum dari orang/para pihak yang membuatnya. Dari segi jenisnya akta dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu : Akat dibawah tangan dan Akta Otentik.

Perbedaan akta otentik dan akta dibawah tangan adalah sebagai berikut : 1. Akta Otentik (Pasal 1868 BW)

Akta otentik dibuat dalam bentuk sesuai dengan yang ditentukan oleh Undang-Undang, harus dibuat oleh atau dihadapan pejabat umum yang berwenang, mempunyai kekuatan pembuktian yang sempurna (mempunyai kekuatan pembuktian formil mengenai waktu, tanggal pembuatan, penandatanganan, tempat pembuatan, identitas yang hadir dan mempunyai kekuatan pembuktian materiil, kalau kebenarannya dibantah, sipenyangkal harus membuktikan ketidakbenarannya.

2. Akta Dibawah Tangan

Tidak terikat bentuk formal, melainkan bebas, dapat dibuat bebas oleh setiap subjek hukum yang bekepentingan, apabila diakui oleh penandatangan tidak disangkal baru mempunyai kekuatan pembuktian yang sempurna, sama halnya dengan akta otentik, tetapi bila kebenarannya disangkal, pihak yang


(54)

mengajukan sebagai bukti yang harus membuktikan kebenarannya (melalui bukti saksi-saksi).

Perjanjian franchise dapat dilakukan dalam bentuk akta dibawah tangan dan dapat pula dibuat dalam bentuk akta otentik. Pembuatan akta otentik perjanjian

franchise dibuat oleh pejabat publik/umum dalam hal ini adalah seorang Notaris. Akta otentik yang dibuat oleh notaris merupakan suatu alat bukti yang paling sempurna apabila terjadi perselisihan (perkara) di depan pengadilan.

Rumusan yang diberikan oleh Depdagri54 yang merupakan hasil penelitian dengan IIPM Jakarta55hanya memberikan uraian bahwa karakter kontrak kerja sama dalam bisnisfranchisetersebut diharapkan :

1. Ada kesepakatan kerja sama yang tertulis

2. Selama kerja sama tersebut pihak franchisor mengizinkan franchisee

menggunakan merek dagang dan identitas usaha milik franchisor dalam bidang usaha yang disepakati. Penggunaan identitas usaha tersebut akan menimbulkan asosiasi pada masyarakat adanya kerja sama produk dan jasa denganfranchisor.

3. Selama kerja sama tersebut pihak franchisor memberikan jasa penyiapan usaha dan melakukan pendampingan berkelanjutan padafranchise.

4. Selama kerja sama tersebutfranchiseemengikuti ketentuan yang telah disusun olehfranchisoryang menjadi dasar usaha yang sukses.

54 Sebelum Departemen tersebut digabung dengan Departemen Perindustrian pada tahun

1996.


(55)

5. Selama kerja sama tersebut franchisor melakukan pengendalian hasil dan kegiatan dalam kedudukannya sebagai pimpinan sistem kerja sama.

6. Kepemilikan dari badan usaha yang dijalankan oleh franchisee adalah sepenuhnya franchisee. Secara hokum franchisor dan franchisee adalah dua badan usaha yang terpisah.

Sebagaimana dikemukakan oleh Douglas J. Queen, bentuk franchise terdiri atas :56

a. FranchiseFormat Bisnis

Disini franchise memperoleh hak untuk memasarkan dan menjual produk pelayanan di wilayah tertentu dengan standar operasional dan pemasaran. Adapun jenis format bisnisfranchiseterdiri atas :57

1. Franchisepekerjaan;

2. Franchiseusaha; dan

3. Franchiseinvestasi b. FranchiseDistribusi Produk

Dalam bentuk franchise ini, franchise memperoleh lisensi eksklusif untuk memasarkan produk dari suatu perusahaan tunggal dalam lokasi yang spesifik. Di samping itu, franchisor dapat juga memberikan franchise wilayah, di mana

franchisee ataupun sub pemilik franchise membeli hak untuk mengoperasikan/

56 Douglas J. Queen,

Pedoman Membeli dan Menjalankan Franchise: Tuntutan Langkah Demi Langkah Menuju Keberhasilan Suatu Franchise, PT. Elex Media komputindo, Jakarta, 1993, hal. 5-7.

57

Juajir Sumardi, Aspek-Aspek Hukum Franchise dan Perusahaan Transnasional, PT.Citra Aditya Bakti, Bandung, 1995, hal. 18.


(56)

menjual franchise di wilayah geografi tertentu. Sub pemilik franchise bertanggung jawab atas beberapa atau seluruh pemasaran franchise, melatih dan membantu pemegang franchise baru, dan melakukan pengendalian dukungan operasi serta program penagihanroyalty.

Franchise wilayah memberikan kesempatan kepada pemegang franchise

induk untuk mengembangkan rantai usaha agar perkembangannya lebih cepat, di mana keahlian manajemen dan resiko terhadapfinancialmerupakan tanggung renteng antara pemegang franchise induk dengan sub pemegangnya. Namun demikian tentu saja pemegang induk menarikroyaltidan penjualan produk.

Adapun Lieberman, membagi operasi bisnis franchise ke dalam tiga kategori, yaitu :

a. Distributorship or product Franchise

Melalui lisensi manufaktur seorang distributor menjual produk produknya, misalkanautomobile dealership, gasoline station operation.

b. Business Format Franchises

Franchisee menjadi bagian (anggota kelompok) dari usaha yang dimiliki oleh

franhchisor, misalkan fast food chains, real estate brokerages, dan beberapa

firma akuntingyang dijalankan melalui system ini,

c. Manufacturing Plants

Franchisormemberi izin kepada franchisee untuk menjual produknya di bawah

standar yang dipersyaratkan franchisor. Bentuk semacam ini biasanya untuk produk-produk barang elektronik.


(1)

Hartono, Sunaryati, Penelitian Hukum Indonesia Pada Akhir Abad ke-20, Alumni, Bandung, 1994.

Hariyani, Iswi,Prosedur Mengurus HAKI yang benar. Pustaka Yustisia, Yogyakarta, 2010.

Hartati, Dewi, Bisnis Franchise Modal 2 Juta, Cet. I, Indonesia Cerdas, Yogyakarta, 2009.

Hernoko, Agus Yudha, Hukum Perjanjian Asas proporsionalitas dalam Kontrak komersial,Kencana Prenada Media Group, Jakarta, 2010.

Hidayana, Muhammad Perlindungan Hukum terhadap Perjanjian Franchise Di Indonesia, UI, Jakarta, 1995.

Ibrahim, Johanes, Pengimpasan Pinjaman (Kompensasi) dan Asas Kebebasan Berkontrak Dalam Perjanjian Kredit Bank,CV. Utomo, Bandung, 2003. Izraeli, Dov, Franchising and the Total Distribution System, Longman, London,

1972

Khairandy, Ridwan, Perjanjian Franchise Sebagai Sarana Alih Teknologi, Pusat Studi Hukum UIIYogyakarta bekerjasama dengan yayasan Klinik Haki Jakarta, 2000.

_________________, Itikad Baik Dalam Kebebasan Berkontrak, Program Pasca Sarjana UI, Cet. II, Jakarta, 2004.

Lubis, M. Solly,Filsafat Ilmu dan Penelitian, Mandar Maju, Bandung, 1994.

Marimbo, Rizal Calvary, Rasakan Dahsyatnya Usaha Franchisee!, Elex Media Komputindo, Jakarta, 2007.

Marzuki, Peter Mahmud,Penelitian Hukum, Kencana, Jakarta, 2010.

Maulana Insa Budi, dan Dwi Koendoro BR, “Komik Tentang Perlindungan HAKI di Indonesia”, Yayasan Klinik HAKI (IP Clinic) dan Japan International Cooperation Agency (JICA), Jakarta 2001.


(2)

Meliala, Djaja S., Perkembangan Hukum Perdata tentang Benda dan Hukum Perikatan, Nuansa Aulia, Bandung, 2007.

Moleong, Lexy J.,Metode Kualitatif, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2004. Muhammad, Abdulkadir,Hukum Perjanjian, Alumni, Bandung, 1986.

_________________, Perjanjian Baku Dalam Praktek Perusahaan Perdagangan, Citra Aditya Bakti, Bandung, 1992.

Miru, Ahmadi dan Sutarman Yodo, “Hukum Perlindungan Konsumen”, Penerbit PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2004.

Naihasy, Syahrin,Hukum Bisnis ( Business Law ),Mida Pustaka, Yogyakarta, 2005. Panggabean, H.P., Penyalahgunaan Keadaan (Misbruik van omstandigheden)

Sebagai Alasan (Baru) Untuk Pembatalan Perjanjian (Berbagai Perkembangan Hukum di Belanda dan Indonesia),Liberty, Yogyakarta, 2010. Patrik, Purwahid,Dasar-dasar Hukum Perikatan, Mandar Maju, Bandung, 1994. Paton, George Whitecross, A Text-Book of Jurisprudence, edisi kedua, Oxford

University Press, London, 1951.

Prodjodikoro, Wirjono, Hukum Perdata tentang Persetujuan-Persetujuan Tertentu, Eresco, Bandung, 1981.

Queen, Douglas J., Pedoman Membeli dan menjalankan Franchise : Tuntutan langkah Demi Langkah Menuju Keberhasilan Suatu Franchise, PT. Elex Komputindo, Jakarta, 1993.

Rahardjo, Satjipto,Permasalahan Hukum Di Indonesia,Alumni, Bandung, 1978. Rasjidi, Lili, dan I.B. Wyasa Putra, Hukum Sebagai Suatu Sistem, Remaja

Rosdakarya, Bandung, 1993.

Rusli, Hadiyani Rusli, Hukum Perjanjian Indonesia dan Common Law, Jakarta, Sinar Harapan, 1988.


(3)

Handri Raharjo, Hukum Perjanjian Di Indonesia, Yogyakarta : Pustaka Yustisia, 2009.

Satrio, J.,Hukum Perjanjian, Citra Aditya Bakti, Bandung, 1992.

Salim, H.S., Perkembangan Hukum Kontrak di luar KUHPerdata, RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2007.

Setiawan, R.Pokok-pokok Hukum Perikatan, Bina Cipta, Bandung, 1994.

_________________, Pokok-pokok Hukum Perikatan, Putra Abardin, Bandung, 1999.

Simatupang, Richard Burton, Aspek Hukum Dalam Bisnis, Rineka Cipta, Jakarta, 1996.

Sjahdeini, Sutan Remy, Kebebasan Berkontrak dan Perlindungan Yang Seimbang Bagi Para Pihak Dalam Perjanjian Kredit Bank di Indonesia, Institiut Bankir Indonesia, Jakarta, 1993.

Soekanto, Soerjono, Pengantar Penelitian Hukum, Universitas Indonesia Press, Jakarta, 1986.

________________,Pengantar Penelitian Hukum, UI Press, Jakarta, 1981.

________________, dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1995.

Solihin, Ismail, Pengantar Bisnis, Pengenalan Praktis Dan Studi Kasus, Kencana Prenada Media Group, Jakarta, 2006.

Subekti, R., Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, Jakarta, Pradnya Paramita, 1995.

Subekti,Hukum Perjanjian, intermasa, Jakarta, 1963.

________________,Hukum Perjanjian, intermasa, Jakarta, 1998. Sudarsono,Kamus Hukum, Rineka Cipta, Jakarta, 2002.


(4)

Sumardi, Juajir, Aspek-Aspek Hukum Franchise dan Perusahaan Transnasional, PT.Citra Aditya Bakti, Bandung, 1995.

Supranto, J.,Metode Penelitian Hukum dan Statistik, Rineka Cipta, Jakarta, 2003. Suryabrata, Samadi,Metodologi Penelitian, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1998. Suseno, Darmawan Budi,Sukses Usaha Waralaba,Cakrawala, Yogyakarta, 2007. Sutarno,Aspek-Aspek Hukum Perkreditan pada Bank, Alfabeta, Jakarta, 2004. Sutedi, Adrian,Hukum Waralaba, Ghalia Indonesia, Jakarta, 2008.

Waluyo, Bambang, Metode Penelitian Hukum, PT. Ghalia Indonesia, Semarang, 1996.

B. Peraturan Perundang-undangan

Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen. Undang-Undang No. 30 Tahun 2000 Tentang Rahasia Dagang

Undang-Undang No. 15 Tahun 2001 Tentang Merek

Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2007 tentangFranchise.

Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Republik Indonesia No. 259/MPP/KEP/7/1997 Tanggal 30 Juli 1997 tentang Ketentuan Tata Cara Pelaksanaan Pendaftaran UsahaFranchise


(5)

Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor 12/M-DAG/PER/3/2006 tentang Ketentuan dan Tata Cara Penerbitan Surat Tanda Pendaftaran Usaha Franchise

Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor 31/M-DAG/PER/2008 tentang PenyelenggaraanFranchise.

Akta PerjanjianFranchise DoorsmeerMobil PAC.

C. Makalah dan Jurnal

Hartanti, Dewi,Bisnis Franchise Modal 2 Juta, Cet. I, Indonesia Cerdas, Yogyakarta, 2009.

Hasil Penelitian Depdag dan IPPM

Khairandy, Ridwan, Urgensi Pengaturan Undang-Undang Anti Monopoli di Indonesia, Jurnal Hukum Ekonomi Edisi IV Tahun 1996.

Muljadi, Kartini, Hukum Kontrak Internasional dan pengaruhnya Terhadap perkembangan Hukum Nasional,Makalah dalam Pertemuan ilmiah mengenai perkembangan hukum Kontrak Dalam praktek Bisnis di Indonesia, 22 februari 1993.

Sebelum Departemen tersebut digabung dengan Departemen Perindustrian pada tahun 1996.

Winarto, V., Pengembangan Waralaba (Franchise) di Indonesia Aspek Hukum dan Non Hukum, Makalah dalam Seminar Sehari Aspek-Aspek Hukum tentang Franchising, IKADIN Cabang Surabaya, 23 oktober 1993.

D. Internet

Hernoko, Agus Yudha, Keseimbangan versus Keadilan dalam Kontrak (Bagian III),


(6)

http://gagasanhukum.wordpress.com/2010/06/17/keseimbangan-versus-Herustiati dan Victoria Simanungkalit, Waralaba, http://www.smecda.com/deputi7/file Infokop/WARALABA-W.html, terakhir diakses tanggal 23 April 2012, pukul 19.45 WIB.

Puspitawati, Evi Diah, Usaha Waralaba-Mempersiapkan Usaha Waralaba, http://www.konsultanwaralaba.com/usaha-waralaba-mempersiapkan-usaha-waralaba/, terakhir diakses 29 April 2013.

http://donahueprasko.blogspot.com/2011/02/definisi-perlindungan-hukum.html, Definisi Perlindungan Hukum, diakses tanggal 20 Desember 2012.

http;/.okthariza.multiply.com/journal/item,O.K Thariza, “Teori Keadilan : Perspektif