periode tahun 2000 – 2008 mempunyai tingkat pertumbuhan penduduk relatif rendah. Hal ini disebabkan terpuruknya sektor
pariwisata yang merupakan sektor unggulan Kabupaten Badung dan Kota Denpasar sejak Tragedi Bom Kuta pada bulan Oktober
2002. Kondisi tersebut mengakibatkan sebagian penduduk di Kota Denpasar kehilangan mata pencaharian sehingga melakukan
migrasi ke daerah kabupaten lainnya, seperti ditunjukkan pula oleh tingginya laju pertumbuhan penduduk di kabupaten lainnya selama
periode tahun 2000 - 2008, seperti Kabupaten Buleleng, Karangasem, Jembrana, dan Tabanan. 7,24 persen.
2.3 Kawasan Pariwisata dan Objek serta Daya Tarik Wisata Khusus
Di Provinsi Bali ditetapkan 15 kawasan pariwisata terbuka seluas 99.226 ha 18,0 persen luas daerah Bali yang di dalamnya
bisa terdapat kawasan pariwisata yang bersifat tertutup dan berada di bawah satu badan pengelola. Luas daerah efektif pariwisata
untuk akomodasi dan fasilitas penunjang kepariwisataan adalah 12.497 ha 2,2 persen luas daerah Bali. Kawasan-kawasan pariwisata
terbuka tersebut tersebar di berbagai wilayah kabupatenkota, yaitu sebagai berikut.
14
a
Kabupaten Jembrana: Kawasan Pariwisata Candikesuma dan Kawasan Pariwisata Perancak;
b
Kabupaten Tabanan: Kawasan Pariwisata Soka;
c
Kota Denpasar: Kawasan Pariwisata Sanur;
d
Kabupaten Badung: Kawasan Pariwisata Kuta, Kawasan Pariwisata Tuban, dan Kawasan Pariwisata Nusa Dua;
e
Kabupaten Gianyar: Kawaan Pariwisata Ubud dan Kawasan Pariwisata Lebih;
f
Kabupaten Klungkung: Kawasan Pariwisata Nusa Penida;
g
Kabupaten Karangasem: Kawasan Pariwisata Candidasa, Kawasan Pariwisata Ujung, dan Kawasan Pariwisata Tulamben;
h
Kabupaten Buleleng: Kawasan Pariwisata Kalibukbuk dan Kawasan Pariwisata Batu Ampar.
Selain itu, terdapat beberapa Objek dan Daya Tarik Wisata Khusus ODTWK dan taman wisata alam. Objek dan Daya Tarik
Wisata Khusus merupakan segala sesuatu yang menjadi sasaran wisata dengan kekhususan pengembangan sarana dan prasarana.
Taman wisata alam adalah kawasan pelestarian alam yang terutama dimanfaatkan untuk pariwisata dan rekreasi alam. Taman wisata
alam di Bali luasnya 4.154,4 ha, yang tersebar pada beberapa kawasan hutan.
15
2.4 Sektor Pariwisata dan Pemerataan Hasil Pembangunan
Untuk membandingkan keberhasilan pembangunan ekonomi pada suatu wilayah, pendapatan per kapita sering
digunakan sebagai indikatornya. Meskipun pendapatan perkita mempunyai banyak kelemahan, apabila digunakan sebagai
indikator keberhasilan pembangunan, kurang tersedianya data lainnya dan wilayah yang relatif berdekatan sehingga perbedaan
biaya hidup antarkabupaten relatif kecil, maka variabel tersebut sering digunakan sebagai indikator keberhasilan pembangunan
pada suatu wilayah. Di Provinsi Bali distribusi pendapatan per kapita penduduk di kabupatenkota relatif tidak merata, seperti
yang ditampilkan pada Tabel 2.4. Ketidakmerataan pendapatan tersebut disebabkan oleh
sumber daya yang dimiliki seperti alam, semberdaya manusia, modal, dan teknologi, baik kualitas maupun kuantitasnya, tidak
merata. Salah satu faktor yang menyebabkan ketidakmerataan pendapatan per kapita penduduk Bali karena potensi dan
pengembangan sektor pariwisata lebih banyak terkonsentrasi di wilayah Bali Selatan, yaitu Kabupaten Badung, Kota Denpasar,
Kabupaten Tabanan dan Kabupaten Gianyar.
16
Tabel 2.4 Pendapatan Per Kapita dan Andil Sektor Perdagangan dan Restoran
pada KabupatenKota di propinsi Bali, Tahun 2001 dan 2008
Pendapatan Per kapita Andil PHR terhadap PDRB
Kabupaten Kota
2001 2008 Pertum –
buhan 2001 2008
Perubah- an
Jembrana 5.015 6.191 3,35 24,55 24,35 -0,20
Tabanan 4.119 5.390 4,41 22,20 22,15 -0,05
Badung 10.409 12.485 2,85 43,08 37,92 -5,16
Gianyar 5.447 6.883 3,77 31,32 28,01 -3,31
Klungkung 5.412 7.072 4,38 19,98 20,70 0,72
Bangli 3.848 4.533 2,54 28,24 23,21 -5,03
Karangasem 3.360 4.318 4,07 17,07 17,33 0,26
Buleleng 3.830 4.921 4,07 25,30 25,11 -0,19
Denpasar 6.254 8.398 4,90 34,11 35,71 1,60
Bali 5.640 7.082 3,65 29,94 28,96 -0,98
Keterangan : Dalam Harga Konstan Tahun 2000 Sumber : BPS Provinsi Bali Tahun 2006 dan 2009
Berdasarkan Tabel 2.4 dapat dilihat bahwa pendapatan per kapita tertinggi pada tahun 2001 dan tahun 2008 dimiliki oleh
Kabupaten Badung, sedangkan yang terendah Kabupaten Karangasem. Tinggi rendahnya pendapatan per kapita sangat
berkaitan dengan andil dari sektor pariwisata yang ditunjukkan oleh persentase sumbangan subsektor perdagangan, hotel, dan restoran
terhadap Produk Domestik Regional Bruto PDRB tiap-tiap kabupaten. Wilayah kabupatenkota yang mempunyai andil
17
subsektor perdagangan, hotel, dan restoran yang tinggi seperti Kabupaten Badung, Gianyar, dan Kota Denpasar cendrung memiliki
pendapatan per kapita yang lebih tinggi dalam hal ini di atas median pendapatan per kapita kabupatenkota, baik pada tahun
2001 maupun tahun 2008. Sebaliknya, kabupatenkota yang mempunyai andil subsektor perdagangan, hotel, dan restoran yang
rendah cenderung memiliki pendapatan per kapita yang rendah dari median, seperti Kabupaten Karangasem dan Tabanan.
2.5 Ketimpangan Kapasitas Fiskal Antar KabupatenKota