Analisis Kelayakan Usaha Peternakan Ayam Broiler Berkah Sejahtera Farm di Desa Sukamanah Kabupaten Bogor

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN AYAM
BROILER PADA BERKAH SEJAHTERA FARM
DESA SUKAMANAH KABUPATEN BOGOR

MART NOVA ELITA

DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA *
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Kelayakan
Usaha Peternakan Ayam Broiler Berkah Sejahtera Farm di Desa Sukamanah,
Kabupaten Bogor adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing
dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun.
Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun
tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan
dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, September 2014

Mart Nova Elita
NIM H34124053

*

Pelimpahan hak cipta atas karya tulis dari penelitian kerja sama dengan pihak luar IPB harus
didasarkan pada perjanjian kerja sama yang terkait.

i

ABSTRAK
MART NOVA ELITA. Analisis Kelayakan Usaha Peternakan Ayam Broiler
Berkah Sejahtera Farm di Desa Sukamanah Kabupaten Bogor. Dibimbing oleh
HENY K DARYANTO.
Analisis kelayakan usaha peternakan ayam broiler Berkah Sejahtera Farm
merupakan dasar untuk menilai apakah kegiatan investasi yang dilakukan dalam

penambahan jumlah produksi ayam broiler layak untuk dijalankan, memberikan
gambaran prospek bisnis dan seberapa besar kemungkinan manfaat dari bisnis.
Analisis aspek non finansial menunjukan bahwa usaha peternakan ini layak untuk
dijalankan baik dari aspek pasar, teknis, manajemen, hukum, dan aspek sosial
lingkungan karena sudah memenuhi kriteria kelayakan usaha. Analisis aspek
finansial menunjukan bahwa usaha peternakan ini layak untuk dijalankan. Nilai
NPV Berkah Sejahtera Farm diperoleh sebesar Rp 564 302 866, nilai IRR 53%,
nilai Net B/C 2.95 dan nilai Payback Period 2 tahun 6 bulan. Semua nilai
indikator kelayakan finansial peternakan Berkah Sejahtera Farm memenuhi
standar kelayakan usaha. Berdasarkan analisis switching value ditemukan bahwa
besarnya toleransi maksimal terhadap komponen input dan output oleh peternakan
Berkah Sejahtera Farm adalah penurunan harga jual ayam broiler sebesar 4.06%
penurunan jumlah produksi sebesar 4.06% dan kenaikan harga pakan sebesar
6.86%.
Kata kunci: IRR, kelayakan usaha, NPV, Net B/C, switching value

ABSTRACT
MART NOVA ELITA. Feasibility Analysis of Broiler Farm at Berkah Sejahtera
Farm in Sukamanah, Bogor Regency. Supervised by HENY K DARYANTO.
The feasibility analysis of broiler Farm at Berkah Sejahtera Farm is needed

to assess whether the activities of the investment made in the addition of broiler
chicken production is feasible, gives an overview of business prospects and how
likely the benefits can be received from the business. The nonfinancial analysis
indicates that the Farm is feasible either from the aspect market, technical,
management, legal, and social aspects of the environment because it has already
met the criteria of feasibility business. The financial analysis of Berkah Sejahtera
Farm indicates that the Farm deserves to be run. The values of NPV, IRR. Net
B/C, and Payback Period of Berkah Sejahtera Farm are Rp 564 302 866, 53%,
2.95 and 2 year 6 month. These indicator values of financial feasibility of the
business have met the business feasibility standards. Analysis switching value
found that the magnitude of tolerance maximum against component input and
output by the Farm are decrease selling price broiler of 4.06%, decrease the
amount of production of 4.06%, and increase in the price of feed of 6.86%.
Keywords: business feasibility, IRR, NPV, Net B/C, switching value

ii

iii

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN AYAM

BROILER PADA BERKAH SEJAHTERA FARM
DESA SUKAMANAH KABUPATEN BOGOR

MART NOVA ELITA

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada
Departemen Agribisnis

DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

iv

v


Judul Skripsi : Analisis Kelayakan Usaha Peternakan Ayam Broiler Berkah
Sejahtera Farm di Desa Sukamanah Kabupaten Bogor
Nama
: Mart Nova Elita
NIM
: H34124053

Disetujui oleh

Dr Ir Heny K Daryanto, MEc
Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Ir Dwi Rachmina, MSi
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:


vi

vii

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala
karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih
dalam penelitian ini ialah Studi Kelayakan Bisnis, dengan judul Analisis
Kelayakan Usaha Peternakan Ayam Broiler Berkah Sejahtera Farm di Desa
Sukamanah, Kabupaten Bogor.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Dr. Ir. Heny K Daryanto, MEc
selaku pembimbing yang telah bersedia meluangkan waktu dalam memberikan
bimbingan, arahan, saran, serta ilmu pengetahuannya selama penyusunan skripsi.
Terimakasih juga kepada Ibu/Bapak dosen yang telah memberikan bekal
pengetahuan kepada penulis. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan
kepada Bapak Surip selaku pemilik dari peternakan Berkah Sejahtera Farm
beserta karyawan yang telah membantu selama pengumpulan data. Ungkapan
terima kasih juga penulis sampaikan kepada ayah, ibu dan keluarga besar atas doa
dan dorongan semangat yang diberikan tak pernah putus, nasehat, serta kasih
sayang yang diberikan kepada penulis. Terima kasih juga penulis sampaikan

kepada teman-teman teman-teman Agribisnis Alih Jenis angkatan tiga yang tidak
dapat disebutkan satu per satu.
Semoga skripsi ini dapat berguna bagi pembaca dan sebagai bahan rujukan
untuk melakukan penelitian lebih lanjut.
Bogor, September 2014

Mart Nova Elita

viii

ix

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian

Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian
TINJAUAN PUSTAKA
Teknis Budidaya Ayam Broiler
Analisis Kelayakan Usaha
Persamaan dan Perbedaan dengan Peneliti Terdahulu
KERANGKA PEMIKIRAN
Kerangka Pemikiran Teoritis
Aspek-Aspek Studi Kelayakan
Konsep Nilai Waktu Uang (Time value of money)
Kriteria Kelayakan Investasi
Analisis Switching Value
Kerangka Pemikiran Operasional
METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu penelitian
Jenis dan Sumber Data
Metode Pengumpulan Data
Metode Pengolahan Data
Analisis Kelayakan Aspek Non finansial
Analisis Kelayakan Aspek Finansial
Asumsi-Asumsi Dasar

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN
Gambaran Umum Berkah Sejahtera Farm
HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisis Aspek Non Finansial
Aspek Pasar
Aspek Teknis
Aspek Manajemen
Aspek Hukum
Aspek Sosial, Ekonomi dan Lingkungan
Analisis Aspek Finansial
Arus Manfaat (Inflow)
Arus Biaya (Outflow)
Analisis Laba Rugi
Analisis Kriteria Kelayakan Investasi
Analisis Switching Value Usaha Peternakan Ayam Broiler
Berkah Sejahtera Farm
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran


v
v
v
1
3
5
6
6
6
6
8
11
12
12
13
16
15
16
16
18

19
19
20
20
20
22
24
25
25
26
26
27
28
34
36
36
37
37
38
46
46
48
49
50
50

x

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

50
52

DAFTAR TABEL
1 Populasi ayam broiler di Indonesia tahun 2010-2013
2 Konsumsi rata-rata per kapita per tahun ayam broiler tahun 2009-2013
3 Populasi ayam broiler Kabupaten Bogor tahun 2010-2012
4 Rincian sumber data berdasarkan jenis data
5 Keperluan temperatur DOC
6 Rata-rata harja jual ayam broiler Berkah Sejahtera Farm
7 Penerimaan penjualan ayam broiler Berkah Sejahtera Farm
8 Biaya investasi dan nilai sisa usaha peternakan Berkah Sejahtera Farm
9 Rincian biaya variabel Berkah Sejahtera Farm
10 Rincian biaya tetap Berkah Sejahtera Farm
11 Hasil analisis kriteria kelayakan investasi
12 Hasil analisis switching value Berkah Sejahtera Farm

1
2
2
19
33
37
38
39
43
45
48
49

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6
8
9
10
11

Hubungan Antara NPV dan IRR
Kerangka pemikiran operasional
Layout peternakan Berkah Sejahtera Farm
Kandang ayam broiler pada Berkah Sejahtera Farm
DOC (Day Old Chicken)
Sekam padi
Tempat minum otomatis
Tempat pakan
Kandang yang ditutupi terpal plastik
Hubungan antara NPV dan IRR

15
18
29
30
30
32
40
40
42
47

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4

Rincian biaya penyusutan investasi
Proyeksi laba rugi Berkah Sejahtera Farm
Proyeksi arus kas (cash flow) Berkah Sejahtera Farm
Analisis switching value penurunan harga jual ayam broiler sebesar
4.06%.
5 Analisis switching value penurunan jumlah produksi sebesar
4.06%.
6 Analisis switching value peningkatan harga pakan sebesar
6.86%.

53
54
55
57
59
61

1

PENDAHULUAN
Latar belakang
Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang memiliki peran penting
dalam pertumbuhan perekonomian Indonesia. Berdasarkan data Badan Pusat
Statistik (2014), kontribusi sektor pertanian terhadap Produk Domestik Bruto
(PDB) berada pada posisis kedua setelah sektor industri pengolahan. Kontribusi
sektor pertanian terhadap pertumbuhan PDB Indonesia pada tahun 2010 mencapai
15.29 persen, 14.71 persen pada tahun 2011, 14.50 persen pada tahun 2012 dan
14.43 persen pada tahun 2013. Salah satu dari sektor pertanian yang memberikan
kontribusi terhadap PDB adalah subsektor peternakan yang sangat potensial untuk
dikembangkan.
Ayam broiler adalah salah satu komoditi yang dapat diandalkan dalam
subsektor peternakan di Indonesia. Perkembangan ayam broiler di Indonesia,
dapat dilihat dari jumlah populasi ayam broiler setiap tahunnya. Ayam broiler atau
sering disebut ayam ras pedaging di Indonesia tiap tahunnya mengalami
peningkatan jumlah populasi. Tabel 1 menunjukkan bahwa jumlah populasi ayam
broiler tahun 2010 sampai dengan tahun 2013 memiliki tren meningkat.
Peningkatan populasi tersebut mengindikasikan bahwa peternak sangat tertarik
dengan bisnis peternakan ayam broiler.
Tabel 1 Populasi ayam broiler di Indonesia tahun 2010-2013
Tahun
Jumlah (ekor)
2010
986 871 712
2011
1 177 990 869
2012
1 244 402 016
2013*
1 355 288 419
Catatan : *) Angka sementara
Sumber : Direktorat Jenderal Peternakan, 2013

Permintaan terhadap daging ayam broiler sebagai kebutuhan protein hewani
terus mengalami peningkatan seiring dengan pertambahan populasi penduduk. Hal
tersebut ditunjukkan oleh konsumsi rata-rata per kapita ayam broiler yang terus
meningkat dari lima tahun terahir bila dibandingkan dengan daging sapi dan ayam
kampung. Rata-rata pertumbuhan konsumsi per kapita terhadap ayam broiler pada
tahun 2009 sampai dengan tahun 2013 mencapai 4.60 persen, seperti yang
ditunjukkan pada Tabel 2. Daging ayam banyak dikonsumsi masyarakat sebagai
substitusi daging sapi karena harganya lebih murah dari daging sapi. Besarnya
jumlah konsumsi tersebut merupakan apresiasi yang baik dari masyarakat
terhadap produk peternakan ayam broiler. Selain itu, besarnya jumlah ini
menunjukkan kesadaran masyarakat Indonesia untuk terus memenuhi kebutuhan
protein hewani yang berasal daging ayam.
Permintaan yang tinggi ini harus diimbangi dengan pembangunan usaha
peternakan yang intensif dan berkelanjutan, baik dilakukan dalam skala besar
maupun skala kecil atau peternakan rakyat. Trijaya (2012) menyatakan bahwa
usaha peternakan ayam broiler yang semakin berkembang: 1) dapat berperan serta

2

dalam peningkatan kesejahteraan masyarakat, 2) membantu program pemerintah
dalam rangka membangun Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas
melalui program ketahanan pangan, terutama dalam penyediaan bahan pangan
protein hewani yang Aman, Sehat, Utuh, dan Halal (ASUH).
Tabel 2 Konsumsi rata-rata per kapita per tahun ayam broiler tahun 2009-2013
Tahun (Dalam Kg)
Bahan Makanan

2009

2010

2011

Daging sapi / Cow
0.313 0.365 0.417
meat
Daging ayam ras /
2
3.076 3.546 3.650
Broiler meat
Daging ayam
3
kampung / Local
0.521 0.626 0.626
chicken meat
Sumber : Survei Sosial Ekonomi Nasional, 2014
1

Rata-rata Pertumbuhan
tahun 2009-2013 (%)

2012

2013

0.365

0.261

-2.53

3.494

3.650

4.60

0.521

0.469

-1.67

Berdasarkan data sensus pertanian Jawa Barat tahun 2013, peningkatan
jumlah perusahaan pertanian berbadan hukum tertinggi antara tahun 2003 sampai
tahun 2013 terjadi pada subsektor peternakan, yang mengalami peningkatan
sebesar 94.69 persen. Subsektor peternakan memiliki jumlah usaha pertanian
terbanyak pada tahun 2013, yaitu sebanyak 160 usaha, diikuti oleh subsektor
hortikultura sebanyak 128 usaha dan subsektor perkebunan sebanyak 56 usaha.
Berdasarkan data Direktorat Jendral Peternakan pada tahun 2013 produksi
ayam broiler Jawa Barat terus mengalami peningkatan yaitu 498 862 ton pada
tahun 2012 meningkat menjadi 552 589 ton pada tahun 2013. Dari Pemetaan
Sektor Pertanian di Jawa Barat yang telah direncanakan Pemerintah Provinsi Jawa
Barat, Kabupaten Bogor merupakan salah satu wilayah yang dipilih untuk
pengembangan usaha unggas produksi daging dan telur lebih besar dari 10
persen1.
Tabel 3 Populasi ayam broiler Kabupaten Bogor tahun 2010-2012
Tahun
Populasi (ekor)
Persentase Pertumbuhan (%)
2010
15 771 780
2011
17 175 302
12.13
2012
17 684 762
Sumber: Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor (2014)

Tabel 3 menunjukkan laju pertumbuhan populasi ayam broiler di
Kabupaten Bogor pada tahun 2010 sampai 2012 cukup besar yaitu 12.13 persen.
Hal ini mengindikasikan bahwa peternak yang membudidayakan ayam broiler di
Kabupaten Bogor terus bertambah. Banyaknya jumlah usaha peternakan di
Kabupaten Bogor dapat berkontribusi penting dalam perekonomian daerah yaitu
sebagai penyedia lapangan pekerjaan dan penyedia bahan pangan.
Usaha peternakan ayam broiler atau ayam ras pedaging memiliki beberapa
keunggulan apabila dibandingkan dengan peternakan penghasil daging lainnya.
1

Pemetaan Sektor Pertanian di Jawa Barat.http://www.docstoc.com/docs/42331238/Boks-12Pemetaan-Sektor-Pertanian-di-Jawa-Barat [19 April 2014]

3

Keunggulan tersebut diantaranya adalah siklus produksi yang singkat yaitu dalam
waktu 4-6 minggu ayam broiler sudah dapat dipanen dengan bobot badan 1.5-1.56
kg/ekor. Siklus produksi yang pendek menjadi daya tarik bagi peternak karena
perputaran modalnya relatif lebih cepat kembali, sehingga keuntungan akan cepat
didapatkan.
Peningkatan populasi ayam broiler di Kabupaten Bogor sampai saat ini
belum mampu memenuhi kebutuhan konsumen. Hal tersebut terlihat dari jumlah
penduduk Kabupaten Bogor yang mencapai 4 966 621 jiwa pada tahun 2012.
Dengan asumsi konsumsi rata-rata ayam broiler 7.0 kg per kapita per tahun2 dan
satu ekor ayam broiler diasumsikan 1 kg, maka untuk memenuhi kebutuhan
penduduk Kabupaten Bogor dibutuhkan tambahan sebanyak 17 081 585 ekor
ayam broiler per tahun. Konsumsi rata-rata per kapita masyarakat Indonesia
terhadap ayam broiler dianggab masih rendah bila dibandingkan dengan Malaysia
dan Thailand yang sudah mengkonsumsi ayam broiler sebanyak 10-11 kg per
kapita per tahun. Untuk mewujudkan pencapaian tersebut maka peternakan ayam
broiler harus terus dikembangkan. Dilain sisi, dalam memulai usaha peternakan
ayam broiler memerlukan investasi yang besar sehingga belum banyak peternak
yang membudidayakan ayam broiler dalam skala yang besar.
Kecamatan Megamendung merupakan salah satu wilayah di Kabupaten
Bogor dimana masyarakatnya banyak membudidayakan ayam broiler. Berkah
Sejahtera Farm merupakan peternakan ayam broiler milik Bapak Surip yang
terletak di Desa Sukamanah, Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor.
Berkah Sejahtera Farm telah melakukan kegiatan investasi yang cukup besar
dalam kegiatan produksi ayam broiler. Melihat besarnya jumlah investasi yang
telah dilakukan, maka penelitian tentang kelayakan usaha perlu dilakukan. Selain
itu peternakan ayam broiler sebagai salah satu usaha pertanian sangatlah sensitif
terhadap perubahan lingkungan. Perubahan tersebut dapat berasal lingkungan
ekstenal maupun internal seperti: kenaikan biaya bahan baku, penurunan harga
jual output, adanya gangguan penyakit, dan sebagainya. Perubahan tersebut
diduga akan langsung mempengaruhi komponen cashflow yang pada akhirnya
akan mempengaruhi net benefit dan mengubah kelayakan dari bisnis peternak
ayam broiler atas investasi yang telah dilakukan.
Perumusan Masalah
Kebutuhan akan daging dalam negeri terus meningkat seiring dengan
peningkatan jumlah penduduk dan meningkatnya kesadaran masyarakat untuk
mengkonsumsi protein hewani. Salah satu komoditi penyedia protein hewani
adalah ayam. Telur dan daging ayam merupakan sumber protein yang digemari
oleh masyarakat Indonesia karena harganya yang relatif murah dibandingkan
dengan daging sapi dan protein hewani lainnya. Selain itu konsumen cenderung
memilih daging ayam karena alasan kesehatan, mudah diperoleh, serta mudah
untuk dimasak (Mulyantini 2011). Oleh sebab itu, ayam broiler memiliki peran
penting untuk memenuhi kebutuhan protein hewani.
2

Businessnews. 2013. Tingkat Konsumsi Daging Ayam Masyarakat Indonesia Rendah
http://www.businessnews.co.id/ekonomi-bisnis/tingkat-konsumsi-daging-ayam-masyarakatindonesia-rendah-2.php [19 April 2014]

4

Kabupaten Bogor merupakan salah satu wilayah yang dipilih untuk
pengembangan usaha unggas produksi daging dan telur lebih besar dari 10 persen.
Hal tersebut harus didukung dengan terus mengembangkan peternakan ayam
broiler di Kabupaten Bogor. Peternakan ayam broiler merupakan salah satu
bidang bisnis yang dibangun dengan menggunakan modal yang besar.
Sebagaimana suatu proyek atau bisnis yang dibangun dan telah menghabiskan
biaya investasi yang cukup besar, sebuah usaha peternakan diharapkan dapat
mendatangkan manfaat yang lebih besar dibandingkan dengan biaya yang
dikeluarkannya. Gambaran mengenai biaya dan manfaat dapat diketahui melalui
cash flow perusahaan dari hasil studi kelayakan usaha.
Berkah Sejahtera Farm merupakan salah satu usaha peternakan ayam broiler
milik Bapak Surip yang terletak di Desa Sukamanah, Kecamatan Megamendung
Kabupaten Bogor. Melihat permintaan ayam broiler pada Berkah Sejahtera Farm
terus meningkat serta peluang pasar yang masih terbuka, maka pada awal tahun
2013 Berkah Sejahtera Farm telah melakukan penambahan jumlah produksinya
sebanyak 20 000 ekor per siklus. Penambahan jumlah produksi ini dilakukan pada
bulan Maret tahun 2013, diikuti dengan pembangunan kandang permanen yang
memiliki umur ekonomis yang lebih lama dengan tujuan untuk proses budidaya
pembesaran ayam broiler secara intensif. Selain itu alat yang digunakan dalam
proses produksi sudah menggunakan pemanas gas, manajemen pakan yang baik,
serta pemberian vitamin dan vaksin yang teratur.
Penambahan jumlah produksi baru berjalan selama satu tahun. Peternakan
ini sudah melakukan investasi yang cukup besar dengan harapan investasi tersebut
dapat memberikan keuntungan. Investasi yang telah dilakukan berupa
pembangunan kandang dan penambahan peralatan pemanas gas (gasolec). Sejauh
ini usaha peternakan milik Bapak Surip berjalan dengan baik, namun Bapak Surip
belum mengetahui secara pasti seberapa besar manfaat (benefit) yang diperoleh
atas investasi yang telah dikeluarkan terutama pada penambahan jumlah produksi.
Hal ini dikarenakan belum pernah dilakukan perhitungan secara khusus baik dari
pihak pemilik sendiri maupun pihak dari luar seperti mahasiswa, oleh karena itu
penelitian mengenai kelayakan usaha menjadi penting untuk dilakukan, mengingat
besarnya biaya investasi yang dikeluarkan dengan menggunakan sumber modal
yang besar.
Studi kelayakan usaha pada Berkah Sejahtera Farm dianalisis secara
finansial dan non finansial. Aspek non finansial yang dianalisis adalah aspek
pasar, aspek teknis, aspek hukum, aspek manajemen, dan aspek sosial, ekonomi
dan lingkungan. Analisis non finansial penting dilakukan karena masing-masing
aspek ini tidak dapat berdiri sendiri tapi saling berkaitan. Misalnya aspek teknis,
dalam hal kemampuan berproduksi akan sangat mempengaruhi aspek finansial
atau pelaksanaan bisnis secara operasional akan berpengaruh terhadap kualitas
dan kuantitas output yang dihasilkan. Nurmalina et al (2010) menyatakan apabila
suatu bisnis salah satu aspeknya kurang memenuhi kriteria kelayakan, maka perlu
dilakukan perbaikan atau tambahan yang diperlukan.
Usaha peternakan ayam broiler milik bapak Surip dilakukan secara mandiri,
tanpa melakukan kemitraan dengan perusahaan lain. Setiawan dalam Saputra
(2012) menyatakan manfaat yang diperoleh peternak dengan adanya bentuk
kerjasama adalah jaminan pasokan sarana produksi, harga jual produk dan pasar.
Permasalahan utama yang dihadapi oleh peternak ayam broiler yang dilakukan

5

secara mandiri adalah ketidakpastian harga jual ayam broiler. Masalah fluktuasi
harga yang terjadi pada saat penjualan output merupakan suatu faktor
ketidakpastian yang harus diterima oleh peternak. Hal ini terjadi karena faktor
harga bergantung kepada fluktuasi penawaran dan permintaan akan daging ayam
di pasaran. Selain itu peningkatan harga pakan juga menjadi faktor ketidakpastian
bagi kegiatan peternakan ayam broiler. Harga pakan yang meningkat disebabkan
karena adanya kelangkaan dari input untuk pembuatan pakan itu sendiri.
Mengingat hingga saat ini input pakan utama seperti kedelai dan jagung
pemenuhannya masih mengandalkan impor Mulyantini (2011). Selain itu
penurunan jumlah produksi ayam broiler yang dapat disebabkan oleh kurangnya
pasokan bibit dan mortalitas tinggi akibat serangan penyakit atau kondisi yang
kurang menguntungkan juga menjadi faktor yang tidak pasti bagi peternak. Faktor
ketidakpastian ini sangat berpengaruh besar dalam kelayakan usaha peternakan
ayam broiler Berkah Sejahtera Farm. Oleh karena itu, perlu dilakukan analisis
switching value untuk melihat seberapa besar perubahan-perubahan pada variabel
input dan output produksi, terutama pada harga jual ayam broiler, harga pakan
ayam broiler dan penurunan jumlah produksi yang dapat terjadi agar usaha
peternakan ayam broiler pada Berkah Sejahtera Farm masih tetap layak untuk
dijalankan.
Berdasarkan uraian tersebut, masalah-masalah yang dianggap perlu untuk
dikaji yaitu:
1. Bagaimana kelayakan usaha peternakan ayam broiler Berkah Sejahtera
Farm pada penambahan 20 000 ekor DOC per periode jika dianalisis
dari aspek non finansial, yaitu aspek pasar, aspek teknis, aspek
manajemen, aspek hukum serta aspek sosial, ekonomi, dan lingkungan?
2. Bagaimana kelayakan usaha peternakan ayam broiler Berkah Sejahtera
Farm pada penambahan 20 000 ekor DOC per periode jika dianalisis
dari aspek finansial?
3. Seberapa besar perubahan maksimum yang dapat terjadi pada variabel
penurunan harga jual ayam broiler, penurunan jumlah produksi (output)
serta peningkatan harga pakan (input) pada penambahan 20 000 ekor
DOC per periode agar Berkah Sejahtera Farm tetap layak untuk
dijalankan?
Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka tujuan dari penelitian pada
Berkah Sejahtera Farm adalah sebagai berikut:
1. Menganalisis kelayakan usaha peternakan ayam broiler Berkah
Sejahtera Farm pada penambahan 20 000 ekor DOC per periode
ditinjau dari aspek non finansial.
2. Menganalisis kelayakan usaha peternakan ayam broiler Berkah
Sejahtera Farm pada penambahan 20 000 ekor DOC per periode
ditinjau dari aspek finansial.
3. Menganalisis besarnya nilai switching value yaitu batas yang masih
dapat ditoleransi oleh Berkah Sejahtera Farm terhadap variabel
penurunan harga jual ayam broiler, penurunan jumlah produksi (output)

6

serta peningkatan harga pakan (input) pada penambahan 20 000 ekor
DOC per periode
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dan berguna bagi
berbagai pihak, yaitu:
1. Bagi para pembaca, menjadi bahan referensi dan bahan bacaan yang
memberikan manfaat ilmu.
2. Bagi Berkah Sejahtera Farm, menjadi bahan masukan sebagai referensi
bisnis dan pertimbangan untuk bahan evaluasi bagi kelangsungan usaha.
3. Bagi pihak lain hasil penelitian ini dapat menjadi referensi atau bahan
rujukan bagi pembaca dalam melakukan penelitian lebih lanjut.
Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini mencakup usaha ayam broiler yang dilakukan
oleh Berkah Sejahtera Farm pada penambahan 20 000 ekor DOC per periode,
yang terletak di Desa Sukamanah, Kecamatan Megamendung Kabupaten Bogor.
Peneliltian ini difokuskan pada penilaian kelayakan finansial dan non finansial.
Kelayakan non finansial yang dibahas dibatasi pada aspek pasar, aspek teknis,
aspek manajemen, aspek hukum serta aspek sosial, ekonomi, dan lingkungan.
Sedangkan kelayakan finansial yang dibahas dibatasi pada perhitungan laba rugi,
kriteria kelayakan investasi yang terdiri dari NPV, IRR, Net B/C dan tingkat
pengembalian atau Payback Periode. Selain itu dilakukan juga analisis nilai
pengganti (switching value).

TINJAUAN PUSTAKA

Teknis Budidaya Ayam Broiler
Lahan dan kandang merupakan bagian yang paling penting dari usaha
peternakan ayam broiler, karena tanpa lahan dan kandang usaha tidak dapat
dijalankan. Lahan dan kandang yang digunakan dalam usaha peternakan ayam
broiler harus memenuhi persyaratan standar pada umumnya kelayakan sebuah
lahan dan kandang sebagai penunjang pertumbuhan yang baik bagi ayam broiler.
Lahan harus terletak jauh dari pemukiman agar terhindar dari polusi bau yang
dihasilkan ayam broiler. Karmidi (2012) dalam penelitiaannya menyatakan usaha
peternakan ayam broiler yang ditelitinya berada pada radius ± 300 m dari
pemukiman. Dalam syarat lokasi peternakan ayam broiler, letak jalan tidak
langsung berpengaruh dalam produktivitas peternakan ayam broiler. Semakin
tinggi arus lalulintas maka semakin tinggi tingkat stres ayam yang mengakibatkan
ayam enggan untuk makan. Mustiqoh (2009) dalam penelitiannya
mengkategorikan letak kandang yang dekat dengan jalan apabila < 180 m, jarak
sedang apabila 180 sampai 360 m dan jarak jauh apabila letak kandang > 360 m
dari jalan raya. Saputra (2011) meneliti lokasi peternakan yang jaraknya dari jalan

7

raya sejauh 500 m, sehingga tidak memiliki risiko ayam broiler yang dipelihara
akan mengalami stress karena bising dari aktivitas lalulintas.
Kepadatan kandang dalam budidaya ayam broiler harus diperhatikan karena
akan berpengaruh pada mortalitas atau tingkat kematian ayam. Selain itu ruang
gerak yang cukup akan membuat pertumbuhan ayam broiler optimal. Yunus et al
(2007) menemukan kepadatan kandang ayam broiler yang ditelitinya adalah 8
sampai 9 ekor untuk 1 m2, hal ini tidak terlalu jauh dari standar pemeliharaan
ayam broiler yaitu 10 ekor dalam 1 m 2. Subkhi et al (2012) dalam penelitiannya
menemukan kepadatan kandang 11 sampai 12 ekor dalam 1 m2, kondisi tersebut
disimpulkan Subkhi cukup padat dan dapat menghambat pertumbuhan ayam.
Mortalitas atau kematian adalah salah satu faktor yang dapat mempengaruhi
keberhasilan usaha pengembangan peternakan ayam. Tingkat kematian ayam
broiler sering terjadi pada periode awal atau starter dan semakin rendah pada
periode akhir atau finisher. Pemeliharaan yang baik selama proses budidaya per
periode akan menghasilkan tingkat mortalitas yang rendah. Rata-rata tingkat
mortalitas yang dapat dipertahan peternakan ayam broiler berdasarkan penelitian
Saputra (2011) adalah 3,5 persen dari jumlah DOC awal yang dipelihara.
Sedangkan penelitian Karmidi (2012) tingkat mortalitasnya sebesar 4.5 persen dan
Yunus et al (2007) menemukan mortalitas 4.03 persen. Mortalitas yang tinggi
juga disebabkan oleh penyakit yang menyerang ayam broiler pada saat kegiatan
produksi. Subkhi et al (2012) menemukan penyakit yang sering menyerang ayam
pada periode pertumbuhan adalah gumboro, CRD, newcastle disease (ND),
coccisiosis, bakteri Escherichia coli, dan jamur. Penyebab timbulnya penyakit
pada ayam yaitu, mutu DOC jelek, sehingga ketahanan tubuhnya lemah,
kegagalan sanitasi ketika mempersiapkan kandang, kegagal-an vaksinasi,
terinfeksi penyakit, dan faktor lain, seperti stres.
Pemilihan bibit ayam yang akan dibudidayakan sangat menentukan tingkat
produktivitas ayam broiler di akhir periode panen. Namun pemilihan jenis atau
strain DOC tergantung pada masing-masing peternak ayam broiler, karena setiap
strain memiliki keunggulan masing-masing. Siregar (2009) dalam penelitiannya
menjelaskan terdapat empat strain DOC yaitu Hobb, Ross, AA dan Hybro.
Kualitas strain Hobb ditunjukkan dengan pertumbuhan awal (1-2 minggu) yang
sangat bagus dengan memperlihatkan pertumbuhan lebih pada daging dan
seterusnya pertumbuhan rata untuk daging dan bulu. Sedangkan untuk strain
Ross, DOC yang dihasilkan kecil, pertumbuhan awal (1-2 minggu) menunjukkan
hasil kurang bagus tetapi untuk selanjutnya pertumbuhan lebih pada daging. Bibit
ayam broiler yang baik memiliki ciri : sehat dan aktif bergerak, tubuh gemuk
(bentuk tubuh bulat), bulu bersih dan kelihatan mengkilat, hidung bersih, mata
tajam dan bersih serta lubang kotoran (anus) bersih, sesuai dengan penelitian
Mustiqoh (2009).
Peternakan yang diteliti oleh Karmidi (2012) dan Saputra (2011)
menggunakan bibit ayam berumur 1 hari atau DOC (Day Old Chick) yaitu strain
Hobb. Pemilihan strain tersebut didasarkan pada kualitas yang dinilai dari sejarah
penggunaan strain Hobb pada periode-periode sebelumnya baik yaitu memiliki
tingkat mortalitas yang baik, jarang melebihi 4,5 persen dan FCR ± 1,8.
Faktor lain yang memiliki peran penting yang harus diperhatikan dalam
peternakan ayam broiler adalah pakan. Hal tersebut mengingat bahwa pakan
mengambil bagian biaya produksi yang terbesar yaitu 65 sampai 75 persen dari

8

total biaya produksi. Dalam pemberian pakan apabila menggunakan pakan dari
pabrik, maka jenis pakan disesuaikan dengan tingkat pertumbuhan ayam yang
dibedakan menjadi 2 tahap. Tahap pembesaran umur 1 sampai 20 hari dan tahap
penggemukan diatas umur 20 hari. Subkhi et al (2012) mengemukakan
pertumbuhan ayam akan terganggu, bila manajemen pemeliharaan pada periode
tersebut tidak dilaksanakan sesuai dengan standar, yang pada akhirnya bobot
badan yang dihasilkan tidak optimal dan feed conversion rate (FCR) akan lebih
tinggi dari pada standar umur panen pada bobot 1,55 yang dicapai pada kisaran
pemeliharaan hari ke-32 atau 33.
Keterlambatan panen akan mengakibatkan kerugian bagi peternak karena
pertumbuhan ayam akan mencapai puncak pada umur 32 sampai 33 hari,
sedangkan biaya operasional harus tetap dikeluarkan untuk mempertahankan
bobot badan yang telah dicapai. Siregar (2008) dan Setiawan (2010)
menggunakan sistem pemeliharaan all in all out, yaitu sistem pemeliharaan yang
memasukkan dan memelihara DOC dalam kandang dengan umur yang sama dan
dapat dipanen dalam umur yang sama. Sistem pemeliharaan ini dapat
mempermudah dalam proses pengelolaan produksi dan dapat mengurangi stres
pada ayam. Penelitian Yunus et al (2007), Saputra (2011) dan Karmidi (2012
menyatakan panen dilakukan antara umur 32 sampai 36 hari di mana ayam sudah
mencapai berat rata-rata 1,75 kg/ekor.
Analisis Kelayakan Usaha
Penelitian analisis kelayakan usaha perlu dilakukan untuk mengetahui
apakah usaha tersebut layak atau tidak untuk dikembangkan atau diteruskan.
Selain itu analisis kelayakan usaha sangat penting untuk mengambil keputusan
yang berkonsekuensi jangka panjang dan berdampak secara finansial. Berdasarkan
penelitian yang dilakukan oleh Saputra (2011), Subkhi et al. (2012) dan Karmidi
(2012) usaha peternakan ayam broiler layak untuk terus diusahakan secara
finansial. Serli (2013) juga menganalisis kelayakan usaha peternakan ayam,
namun jenis peternakan ayam yang dianalisis adalah peternakan ayam kampung.
Usaha peternakan ayam kampung yang dianalisis oleh Serli (2013) layak untuk
terus diusahakan secara finansial. Masing-masing peneliti menggunakan analisis
aspek finansial melalui analisi laba rugi dan kriteria investasi yaitu terdiri dari Net
Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Net B/C, dan Payback
Period (PP).
Nilai NPV yang diperoleh pada penelitian Saputra (2011), Subkhi et al.
(2012), Karmidi 2012, dan Serli (2013) adalah Rp147 928 117, Rp654 918 085,
Rp45 021 751, dan Rp13 125 900. NPV yang diperoleh dari masing-masing
peneliti tersebut lebih besar dari nol sehingga peternakan layak untuk dijalankan.
IRR yang diperoleh adalah 27.84 persen, 25.10 persen, 41.46 persen dan 10.53
persen. Nilai IRR yang dihasilkan oleh masing-masing peneliti lebih besar dari
suku bunga yang berlaku, sehingga layak untuk terus dijalankan. Net B/C yang
diperoleh adalah 2.124, 2.502, 1.99 dan 1.23. Berdasarkan nilai Net B/C yang
diperoleh masing-masing peternak dinyatakan layak karena lebih besar dari satu.
Skala usaha dalam peternakan ayam broiler sangat menentukan terhadap
hasil NPV yang akan diperoleh, yaitu semakin besar skala usaha yang dijalankan
maka hasil NPV yang diperoleh akan semakin besar. Hal tersebut terlihat dari

9

hasil penelitian Subkhi et al. (2012) yang menganalisis kelayakan usaha
peternakan ayam pedaging dengan pola kemitraan di Kecamatan Ciampea
Kabupaten Bogor dan dan Serli (2013) yang menganalisis kelayakan usaha
peternakan ayam buras pedaging pada Kelompok Tani Sehati di Desa Sirnagalih
Kabupaten Bogor. Subkhi et al. (2012) NPV yang diperoleh dari peternakan
dengan populasi 22 000 ekor adalah sebesar Rp654 918 085 dan NPV pada
peternakan dengan populasi 14 000 sebesar Rp432 786 449, sedangkan Serli
(2013) menemukan NPV sebesar Rp13 125 900 dengan populai ayam kampung
sebanyak 1500 ekor. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa
semakin besar skala usaha yang dijalankan maka hasil NPV yang diperoleh
semakin besar pula.
IRR yang diperoleh dari peternakan dengan populasi 22 000 ekor ayam
broiler adalah 25.10 persen, sedangkan peternakan dengan populasi 14 000 ekor
diperoleh IRR sebesar 26.21 persen. Net B/C ratio yang dihasilkan dari
peternakan dengan populasi 22 000 ekor ayam broiler adalah 2.502 yang artinya
benefit yang diperoleh adalah 2.502 kali lipat dari biaya yang dikeluarkan.
Sedangkan peternakan dengan populasi 14 000 ekor diperoleh Net B/C ratio
sebesar 2.665 yang artinya benefit yang diperoleh adalah 2.665 kali lipat dari
biaya yang dikeluarkan. Hasil perhitungan tersebut mengindikasikan bahwa IRR
dan Net B/C pada skala usaha yang lebih besar akan menghasilkan IRR dan Net
B/C yang semakin kecil.
Semakin kecil hasil Payback Period (PP) yang diperoleh maka semakin
cepat investasi yang telah dikeluarkan dapat kembali. Serli (2013) memperoleh
Payback Period selama 8 tahun 1 bulan 14 hari, artinya investasi dapat kembali
setelah usaha berjalan selama 8 tahun 1 bulan 14 hari. Sedangkan Karmidi (2012)
memperoleh Payback Period (PP) selama 11 bulan artinya investasi dapat
kembali setelah usaha berjalan selama 11 bulan.
Penelitian yang dilakukan oleh Yunus et al. (2007) berbeda dengan
penelitian yang dilakukan oleh peneliti-peneliti sebelumnya, yaitu perhitungan
kelayakan usaha dilakukan berdasarkan pendapatan peternak yang dirumuskan
dengan penerimaan dikurangi total biaya dengan menggunakan rumus R/C Ratio.
Yunus et al. (2007) membandingkan tingkat pendapatan yang diperoleh dengan
modal yang harus dikeluarkan, sehingga dari analisis tersebut peternakan ayam
broiler di Kabupaten Gowa layak untuk terus diusahakan karena R/C Ratio yang
diperoleh lebih besar dari 1.
Usaha peternakan ayam broiler tidak terlepas dari lingkungan bisnis yang
senantiasa berubah seperti perubahan-perubahan pada variabel input dan output
produksi. Analisis nilai pengganti (switching value) dilakukan untuk melihat
variabel atau komponen inflow atau outflow manakah yang paling mempengaruhi
kelayakan suatu usaha yang dijalankan. Penelitian Karmidi (2012) menganalisis
batas toleransi kenaikan harga DOC dan harga pakan sebagai perubahan pada
komponen inflow. Batas toleransi kenaikan harga DOC berdasarkan analisis
switching value yaitu 16.6 persen. Proyeksi cashflow menunjukkan jika terjadi
kenaikan harga DOC diatas 16.6 persen maka usaha peternakan menjadi tidak
layak. Toleransi kenaikan harga pakan diperoleh sebesar 6.1 persen, artinya jika
terjadi kenaikan harga pakan diatas 6.1 persen maka usaha peternakan menjadi
tidak layak.

10

Analisis kelayakan usaha peternakan ayam broiler selain dikaji dari aspek
finansial dapat juga dianalisis dari aspek non finansial, yaitu aspek pasar, aspek
teknis, aspek manajemen, aspek hukum, dan aspek sosial, ekonomi dan
lingkungan.
1. Aspek pasar
Aspek pasar dapat dilihat dari sisi permintaan, penawaran, dan pemasaran
output. Penelitian Saputra (2011) dan Karmidi (2012) terlihat secara umum
peternak yang melakukan kerjasama akan memperoleh kepastian pasar bila
dibandingkan dengan yang tidak melakukan kerjasama. Penelitian Saputra (2011)
mengemukakan bahwa peternakan yang diteliti sudah melakukan jalinan
kerjasama dengan perusahaan Dramaga Unggas Farm, sehingga berapapun jumlah
ternak yang dihasilkan pasti akan dibeli. Adanya pasar yang sudah tetap dan
permintaan yang tidak terbatas menyimpulkan bahwa usaha peternakan layak
berdasarkan aspek pasar. Karmidi (2012) juga mengemukakan bahwa usaha
peternakan yang ditelitinya layak jika ditinjau dari aspek pasar karena peternakan
melakukan kerjasama dengan Tunas Mekar Farm. Hal tersebut dibuktikan dengan
adanya kepastian pasar dan pembeli langsung datang ke kandang dengan
menggunakan harga kontrak tetap, sehingga hasil produksi ayam broiler selalu
habis terjual.
2. Aspek teknis
Indikator utama aspek teknis dapat dikatakan layak dilihat dari penentuan
lokasi usaha. Saputra (2011) dan Karmidi (2012) menemukan apabila lokasi
usahanya sesuai dengan usaha yang dijalankan maka secara teknis dapat dikatakan
layak. Selain itu kemudahan akses terhadap sarana dan prasarana juga akan
menentukan layak atau tidaknya suatu usaha berdasarkan aspek teknisnya. Proses
budidaya juga menjadi faktor penentu kelayakan secara teknis, karena apabila
budidaya yang dilakukan menghasilkan suatu output yang sesuai dengan standar
maka secara teknis dapat dikatakan layak.
Penelitian Saputra (2011) dan Karmidi (2012) aspek teknis dilihat dari
penentuan lokasi budidaya, luasan produksi, letak sumber bahan bakunya, sarana
dan prasarana, serta proses pembesaran ayam broiler. Peternakan dikatakan layak
secara teknis karena lokasi usaha yang cukup strategis yaitu lokasi kandang yang
didirikan cukup jauh dari pemukiman warga sehingga tidak menimbulkan polusi.
Selain itu, mudah dilalui oleh sarana transportasi, kemudahan sarana prasarana
seperti penyediaan input utama yaitu DOC, pakan, obat-obatan, vitamin dan
vaksin, tenaga kerja dan bahan penunjang lainnya yang diperlukan dalam proses
produksi. Selain itu pemeliharaan yang dilakukan sudah sesuai dengan teori
budidaya ayam yang kebanyakan dilakukan oleh peternakan lainya.
Berdasarkan analisis aspek teknis dan produksi, lahan dan kandang telah
memenuhi kualifikasi, pengadaan bibit dan pakan yang tepat waktu dan
berkualitas, pengadaan dan manajemen kesehatan yang disiplin dan teratur,
pengadaan bahan-bahan penunjang tanpa mengesampingkan kegunaannya serta
tetap mengutamakan bahan yang terbaik dan tepat waktu. Peternakan memiliki
tenaga kerja yang berpengalaman, jujur dan pekerja keras, selain itu memiliki
proses produksi yang sistematis sehingga disimpulkan usaha peternakan layak
dijalankan secara teknis.

11

3. Aspek manajemen
Indikator layaknya aspek manajemen dapat dilihat dari struktur organisasi
dari bisnis peternakan yang dijalankan. Saputra (2011) dan Karmidi (2012)
mengemukakan walaupun aspek manajemen peternakan sederhana, namun
kegiatan pembesaran ayam broiler mampu berjalan dengan lancar sudah dapat
dikatakan layak secara manajemen. Selain itu adanya pengawasan dan karyawan
yang memiliki pembagian tugas yang jelas, terperinci dan tertulis, sehingga
manajemen usaha dapat berjalan dengan baik. Indikator layaknya aspek
manajemen selain dilihat dari struktur organisasinya, dapat dilihat dari adanya
perencanaan produksi dan pengawasan terhadap kegiatan produksi sehingga
meskipun struktur organisasinya masih sederhana namun apabila dalam
menjalankannya dapat menghasilkan output dari usaha yang dijalankan, maka
secara manajemen usaha tersebut dapat dikatakan layak.
4. Aspek Hukum
Kelengkapan bisnis dari aspek hukum sangat menentukan kelayakan bisnis
tersebut. Indikator layaknya aspek hukum dapat dilihat dari ijin masyarakat
sekitar, RT/RW, kepala desa, kelurahan sampai pada dinas yang menangani
pembuatan ijin usaha. Saputra (2011) dan Karmidi (2012) mengatakan usaha
peternakan layak secara aspek hukum, karena sudah memiliki ijin dari masyarakat
sekitar peternakan dan RT/RW. Selain itu apabila melakukan kerjasama, peternak
memiliki ketentuan kerjasama yang jelas dan tertulis.
5. Aspek Sosial, Ekonomi, dan Lingkungan
Aspek sosial, ekonomi dan lingkungan juga sangat menentukan kelayakan
sebuah bisnis, karena apabila salah satu aspek tidak lulus maka bisnis tersebut
akan dinyatakan tidak lulus. Indikator aspek sosial dapat dilihat dari dampak yang
ditimbulkan dari adanya usaha yang dijalankan dan bagaimana menanganinya.
Selain itu dari aspek ekonomi dapat dilihat dari penyerapan tenaga kerja dari
adanya usaha, serta aspek lingkungan dilihat dari bagaimana pengelolaan limbah
yang dihasilkan dari usaha yang dijalankan. Saputra (2011) dan Karmidi (2012)
menemukan apabila suatu usaha dapat menangani dampak dari usahanya dengan
baik, dan mampu menyerap tenaga kerja, serta mampu mengelola limbah yang
dihasilkannya dengan baik maka secara aspek sosial, ekonomi, dan lingkungan
layak untuk dijalankan.

Persamaan dan Perbedaan dengan Peneliti Terdahulu
Penelitian ini memiliki persamaan dan perbedaan dengan penelitian
sebelumnya. Persamaan yang terlihat adalah penelitian ini sama-sama
menganalisis kelayakan usaha peternakan ayam broiler seperti Karmidi (2012),
Saputra (2011), Subkhi et al. (2012) dan Yunus et al. (2007). Berbeda dengan
penelitian yang dilakukan Serli (2013) yang melakukan analisis kelayakan bisnis
terhadap usaha ayam kampung. Perbedaan yang lainnya adalah Subkhi et al.
(2012), Karmidi (2012) dan Saputra (2011) melakukan analisis kelayakan bisnis
pada peternakan ayam broiler yang dilakukan secara kemitraan, sedangkan
penelitian ini dilakukan pada Berkah Sejahtera Farm yang dijalankan secara
mandiri tanpa kemitraan sehingga ketidakpastian terhadap harga jual ayam broiler
sangat perlu diperhatikan.

12

Kajian yang dilakukan pada penelitian ini adalah analisis kelayakan dari
aspek finansial dan non finansial, dimana terdapat perbedaan dengan penelitian
terdahulu yang hanya menganalisis kelayakan usaha peternakan ayam broiler dari
aspek finansial yaitu Subkhi et al. (2012) dan Yunus et al. (2007). Analisis
kelayakan non finansial tidak jauh berbeda dengan penelitan Karmidi (2012) dan
Saputra (2011). Terdapat perbedaan dengan penelitian Yunus et al. (2007) yang
menggunakan alat analisis R/C Ratio pada aspek finansial, sedangkan pada
penelitian ini dilakukan perhitungan semua biaya yang dikeluarkan dan
penerimaan yang diperoleh, dan akan dimasukan kedalam arus kas (cashflow).
Arus kas (cashflow) ini terdiri dari komponen arus penerimaan (inflow) dan arus
pengeluaran (outflow). Hasil arus kas yang diperoleh dilakukan analisis aspek
finansial melalui analisis laba rugi, penilian kriteria investasi yaitu Net Present
Value (NPV), Interna Rate of Return (IRR), Net B/C, dan Payback Period (PP),
serta dilakukan perhitungan analisis nilai pengganti (switching value). Penelitian
ini menganalisis nilai pengganti (switching value) yang dilakukan pada
peningkatan harga pakan, penurunan jumlah produksi dan penurunan harga jual
ayam broiler. Selain itu perbedaan dengan penelitian sebelumnya yaitu Berkah
Sejahtera Farm memiliki jumlah populasi yang lebih banyak dan kandang yang
permanen.

KERANGKA PEMIKIRAN

Kerangka Pemikiran Teoritis
Kerangka pemikiran teoritis merupakan kumpulan dari teori-teori yang
dijadikan pedoman dalam melakukan penelitian kelayakan usaha peternakan ayam
broiler Berkah Sejahtera Farm. Teori konsep kelayakan usaha yang meliputi
pengertian kelayakan usaha dari beberapa ahli kelayakan usaha dan aspek-aspek
kelayakan usaha yang meliputi aspek non finansial dan aspek finansial dimana
suatu bisnis dikatakan layak jika kedua aspek tersebut memenuhi kriteria layak
oleh bisnis yang bersangkutan.
Studi Kelayakan Bisnis
Studi kelayakan bisnis merupakan suatu analisis tentang apakah suatu
kegiatan investasi memberikan manfaat atau hasil bila dilaksanakan. Menurut
Kasmir (2003) pengertian studi kelayakan bisnis atau usaha adalah suatu kegiatan
yang mempelajari secara mendalam tentang suatu kegiatan atau usaha atau bisnis
yang akan dijalankan, dalam rangka menentukan layak atau tidak usaha tersebut
dijalankan. Jumingan (2009) juga menjelaskan studi kelayakan bisnis yang juga
sering disebut studi kelayakan proyek adalah penelitian tentang dapat tidaknya
suatu bisnis dilaksanakan dengan berhasil.Studi kelayakan bisnis telah banyak
dikenal oleh masyarakat, terutama masyarakat yang bergerak dalam bidang bisnis.
Bisnis merupakan suatu kegiatan investasi yang menggunakan sejumlah sumber
daya untuk memperoleh keuntungan atau manfaat dalam periode waktu tertentu.
Bisnis yang memiliki kegiatan investasi ditandai dengan adanya barang modal
dengan nilai yang besar atau memiliki umur pakai ekonomis lebih dari satu tahun.

13

Studi kelayakan bisnis merupakan salah satu langkah awal yang dapat digunakan
untuk menilai tingkat kelayakan bisnis yang akan dikerjakan. Selain itu,
perhitungan ini juga dapat dipakai pada bisnis yang sedang berjalan jika
perhitungan kelayakannya belum pernah dilakukan selama bisnis berjalan.
Studi kelayakan bisnis merupakan dasar untuk menilai apakah kegiatan
investasi atau suatu bisnis layak untuk dijalankan. Bagi penanam modal, studi
kelayakan bisnis dapat memberikan gambaran prospek bisnis dan seberapa besar
kemungkinan tingkat manfaat (benefit) dapat diterima dari suatu bisnis sehingga
hal ini merupakan dasar dalam pengambilan keputusan investasi Nurmalina et al.
(2010)
Bisnis yang diperhitungkan dengan menggunakan studi kelayakan bisnis
karena nilai investasi yang dikeluarkan besar pada tahap awal pelaksanaan dan
nilainya tidak langsung kembali di awal tahun pertama. Menurut Nurmalina et al.
(2010) ada tiga cara penentuan panjangnya umur bisnis yang ditentukan
berdasarkan tingkat kemampuan kegiatan bisnis, yaitu:
1. Umur ekonomis suatu bisnis merupakan ukuran umum yang sering dipakai,
ditetapkan berdasarkan jangka waktu (periode) yang kira-kira sama dengan
umur ekonomis dari aset terbesar yang ada di bisnis.
2. Umur teknis suatu bisnis merupakan ukuran untuk memudahkan
perhitungan, biasanya digunakan untuk bisnis yang besar atau bergerak
diberbagai bidang sehingga akan lebih mudah menggunakan umur teknis
dari unsur-unsur investasi. Umur teknis umumnya lebih panjang dari umur
ekonomis. Tetapi hal ini tidak berlaku apabila ada keusangan teknologi.
3. Untuk bisnis yang umur teknis/ekonomis lebih dari 25 tahun biasanya umur
bisnis ditentukan selama 25 tahun karena nilai-nilai sesudah 25 tahun jika di
discount rate dengan tingkat suku bunga lebih besar dari 10% maka present
value akan kecil sekali karena nilai DF-nya kecil mendekati nol.
Aspek-Aspek Studi Kelayakan
Faktor-faktor yang perlu dinilai dalam menyusun studi kelayakan bisnis
adalah menyangkut beberapa aspek yang saling terlibat antara satu dengan
lainnya. Aspek-aspek tersebut menentukan bagaimana keuntungan yang diperoleh
dari suatu penanaman modal atau investasi yang dilakukan, serta pertimbangan
dari seluruh aspek tersebut akan mempengaruhi pada setiap tahap dalam
perencanaan siklus pelaksanaan bisnis. Aspek yang perlu diperhatikan dalam studi
kelayakan terbagai dalam dua kelompok yaitu aspek non finansial dan aspek
finansial. Menurut Jumingan (2009) dan Nurmalina et al. (2010) secara umum
aspek-aspek yang perlu diperhatikan dalam studi kelayakan bisnis adalah sebagai
berikut :
1. Aspek Pasar
Aspek pasar dan pemasaran menempati urutan pertama dalam studi
kelayakan bisnis. Besar permintaan produk serta kecendrungan
perkembangan permintaan selama masa kehidupan bisnis yang akan datang
perlu diperkirakan dengan cermat. Tanpa perkiraan jumlah permintaan
produk yang teliti, maka bisnis dapat terancam karena adanya kekurangan
atau kelebihan permintaan. Baik kekurangan maupun kelebihan permintaan
akan menyebabkan kegiatan bisnis tidak dapat beroperasi secara efisien.
Aspek pasar dan pemasaran mencoba mempelajari tentang permintaan,

14

2.

3.

4.

penawaran, harga, program pemasaran dan perkiraan penjualan yang bisa
dicapai perusahaan.
Aspek Teknis
Aspek teknis merupakan suatu aspek yang berkenaan dengan proses
pembangunan bisnis secara teknis dan pengoperasiannya setelah bisnis
tersebut selesai dibangun. Berdasarkan analisis ini dapat diketahui
rancangan awal penaksiran biaya investasi termasuk biaya eksploitasi.
Beberapa pertanyaan utama yang perlu mendapatkan jawaban dari aspek
teknis ini adalah :
a. Lokasi bisnis, yakni dimana suatu bisnis akan dilaksanakan baik untuk
pertimbangan lokasi dan lahan pabrik maupun lokasi bukan pabrik.
b. Seberapa besar skala operasi / luas produksi ditetapkan untuk mencapai
suatu tingkatan skala ekonomis.
c. Kriteria pemilihan mesin dan equipment utama serta alat pembantu mesin
dan equipment.
d. Bagaimana proses produksi dilakukan dan layout pabrik yang
dipilih,termasuk juga layout bangunan dan fasilitas lain.
e. Apakah jenis teknologi yang diusulkan cukup tepat, termasuk
didalamnya pertimbangan variabel sosial yaitu kemampuan atau
penerimaan masyarakat terhadap teknologi yang digunakan.
Aspek Manajemen Dan Hukum
Aspek manajemen mempelajari tentang manajemen dalam masa
pembangunan bisnis dan manajemen dalam masa operasi. Dalam masa
pembangunan bisnis, hal yang dipelajari adalah siapa pelaksana bisnis
tersebut, bagaimana jadual penyelesaian bisnis tersebut, dan siapa yang
melakukan studi masing-masing aspek kelayakan bisnis. Sedangkan
manajemen dalam operasi, hal yang dipelajari adalah bagaimana bentuk
organisasi/badan usaha yang dipilih, bagaimana struktur organisasi,
bagaimana deskripsi masing-masing jabatan, berapa banyak jumlah tenaga
kerja yang digunakan, dan menentukan siapa-siapa anggota direksi dan
tenaga-tenaga inti. Aspek hukum mempelajari tentang bentuk badan usaha
yang akan digunakan (dikaitkan dengan kekuatan hukum dan
konsekuensinya), dan mempelajari jaminan-jaminan yang bisa disediakan
bila akan menggunakan sumber dana yang berupa pinjaman, berbagai akta,
setifikat dan izin. Aspek hukum dari suatu