Analisis Kelayakan Usaha Ayam Ras Petelur pada Dian Layer Farm di Desa Sukadamai Kecamatan Darmaga Kabupaten Bogor
I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Peningkatan populasi penduduk, perkembangan ekonomi, perbaikan tingkat pendidikan, peningkatan pendapatan, kesadaran masyarakat akan pentingnya gizi, arus globalisasi dan informasi perdagangan serta urbanisasi dan perubahan gaya hidup merupakan pemacu peningkatan terhadap produk peternakan termasuk telur (Ditjennak,2010). Hal ini tampak jelas dari pertumbuhan jumlah hasil produksi yang dihasilkan maupun pertumbuhan usaha dibidang ternak. Sementara pada sisi lain pertumbuhan populasi ternak termasuk unggas secara nasional tidak mampu mengimbangi pertumbuhan jumlah permintaan akan produk peternakan yaitu daging, susu, telur dan produk turunannya. Kondisis ini mengaakibatkan adanya kelebihan permintaan akan hasil peternakan di bandingkan penyediaan hasil ternak.
Perkembangan atau perubahan pertumbuhan populasi ternak nasional tersebut dapat dilihat pada Tabel 1 yang dimulai dari tahun 2005 hingga 2009. Terlihat pada tabel tersebut data adanya kenaikan dan penurunan populasi pada setiap jenis ternak yang dihasilkan secara nasional. Bahkan persentase rata-rata pertumbuhan ternak mengalami penurunan yaitu pada komoditi kerbau sebesar dua persen dan ayam buras sebesar 2,39 persen. kondisi ini menunjukkan, dikarenakan kurangnya peternakan yang mengembangkan dan membudidayakan ternak ini. Peternak yang menggembpangkan usaha ini kebanyakan adalah peternak kecil atau peternak rumah tangga. Peternak rumah tangga biasanya memelihara ternak bukan untuk tujuan menjual hasil ternak secara keseluruhan, tetapi sebagian untuk konsumsi rumah tangganya. Sedangkan pada komoditi lainnya populasi peternakan mengalami peningkatan. Peningkatan populasi ternak terbesar yaitu pada komoditi kelinci sebesar 15,62 persen, merpati sebesar 32,36 persen dan puyuh sebesar 10,86 persen. Peningkatan ini dikarenakan peluang dan prospek yang cukup menggiurkan dalam usaha ini sedangkan yang membudidayakannya masih jarang, kondisi ini mengakibatkan meningkatnya jumlah permintaan sehingga para peternak tertarik untuk mengusahakan dan membudidayakan ternak ini.
(2)
2 Tabel 1. Populasi Ternak (000 ekor) 2005-2009 Nasional
Ternak 2005 2006 2007 2008 2009
Rata-rata Pertumbuhan
(%)
Sapi Potong 10569 10875 11515 12257 12760 3.67
Sapi Perah 361 369 374 458 475 5.08
Kerbau 2128 2167 2086 1931 1933 -2
Kambing 13409 13790 14470 15147 15858 3.28
Domba 8327 8980 9514 9605 10199 3.93
Babi 6801 6218 6711 6838 6975 0.35
Kuda 387 398 401 393 399 0.59
Kelinci 0 0 708 748 3473 15.62
Ayam Buras 278954 291085 272251 243423 249963 -2.39
Ayam Petelur 84790 100202 111489 107955 111418 5.06
Ayam Pedaging 811189 797527 891659 902052 1026379 4.42
Itik 32405 32481 35867 39840 40680 4.34
Puyuh 0 0 6640 6683 14429 10.86
Merpati 0 0 163 1499 5149 32.36
Entok 0 0 0 0 0 0
Sumber : Ditjennak,2010
Dilihat dari Tabel 1 tampak populasi ternak setiap tahunnya cenderung mengalami peningkatan hampir disemua jenis ternak. Kondisi ini membuktikan bahwa peluang dan potensi peternakan untuk dikembangkan masih sangat besar. Populasi ternak unggas (ayam petelur, ayam pedaging, itik, puyuh dan merpati) hampir disemua komoditi mangalami kenaikan pertumbuhan populasi. Naiknnya jumlah populasi unggas mempengaruhi pertumbuhan daging dan telur yang dihasilkan oleh ternak tersebut terutama telur, karena telur merupakan produk yang paling banyak dinikmati.
Telur merupakan sumber protein utama dan murah bagi masyarakat Indonesia. Selain telur ayam, telur itik dan telur puyuh juga digemari masyarakat Indonesia. Namun, pasokan yang sedikit di pasaran membuat harga telur itik dan telur puyuh lebih mahal dibandingkan harga telur ayam. Selain itu tingginya tingkat permintaan akan telur memberikan peluang yang sangat besar bagi para peternak untuk
(3)
3 mengembangkan usahanya. Pertumbuhan ekonomi di segala sektor telah memacu pula meningkatan pendapatan masyarakat, baik di kota maupun di pedesaan yang pada gilirannya akan mempengaruhi kemampuan masyarakat untuk meningkatkan gizinya, terutama yang bersumber dari protein hewani yang relatif murah dan mudah didapat sehingga yang berpendapatan menengah kebawah lebih banyak mengkonsumsinya dibandingkan dengan daging sapi atau susu. Salah satu penghasil hewani adalah ternak. Secara nasional, perkembangan populasi berbagai jenis ternak menunjukkan peningkatan yang besar, terutama untuk ternak unggas. Walaupun demikian, Indonesia dengan jumlah penduduk 221 juta orang masih tergolong sebagai negara yang tingkat konsumsi daging ayam dan telur yang masih rendah dibanding dengan kebutuhan gizi maupun konsumsi negara lain. Atas dasar ini, pengembangan usaha peternakan ayam ras petelur mendapat prioritas dalam pengembangan perekonomian khususnya usaha kecil peternakan ayam ras petelur.
Pertumbuhan produksi telur dapat dilihat pada Tabel 2 produksi beberapa ternak unggas yang menghasilkan telur secara nasional.
Tabel 2. Produksi Telur (000 Ton) 2005-2009 Nasional
Telur 2005 2006 2007 2008 2009
Rata –Rata Pertumbuhan
(%)
Ayam Buras 175.4 194 230.5 166.6 160.9 -3.26
Ayam Petelur 681.1 816.8 944.1 956 909.5 5.24
Itik 195 193.6 207.5 201 236.4 3.54
Sumber : Ditjennak,2010
Tabel 2 memperlihatkan perkembangan atau perubahan pertumbuhan produksi telur nasional mulai dari tahun 2005 hingga 2009. Pada komoditi ayam buras menunjukkan hasil produksi rata-rata mengalami penurunan sebesar 3.26 persen yang disebabkan oleh turunnya populasi ayam buras secara nasional sedangkan pada ayam petelur menunjukkan hasil produksi mengalami peningkatan sebesar 5,24 persen dan itik sebesar 3,54 persen. Ayam petelur mengalami peningkatan tertinggi dibandingkan dua komoditi lainnya. Hal ini membuktikkan
(4)
4 bahwa komoditi telur ayam petelur lebih diminati dibandingkan dua komoditi lainya. Selain lebih diminati harga telur ayam petelur lebih terjangkau dan barangnya lebih mudah didapatkan serta mudah diolah untuk campuran makanan lain.
Peningkatan produksi telur tidak dirasakan di semua daerah. Setiap daerah atau propinsi mengalami pertumbuhan produksi yang berbeda-beda. Ada yang mengalami peningkatan produksi dan ada juga yang mengalami penurunan produksi. Tabel 3 memperlihatkan perkembangan atau perubahan pertumbuhan produksi telur tiap propinsi di Indonesia mulai dari tahun 2005 hingga 2009. Untuk Propinsi DKI Jakarta tidak menghasilkan produksi telur karena tidak adanya peternakan telur di propinsi tersebut. DKI Jakarta yang juga berstatus sebagai ibu kota negara terletak di daerah yang strategis karena berada disekitar daerah-daerah pertanian yang berfungsi sebagai pemasok dan penyokong kebutuhan kehidupan propinsi ini seperti Bogor, Cianjur, Bandung, Tangerang, Banten dan Sukabumi. Sedangkan propinsi lainnya ada yang mengalami penurunan dan peningkatan yang cukup signifikan. Penurunan paling drastis tampak pada propinsi Sulawesi Barat sebesar 187,53 persen. Dari 1.513 ton pada tahun 2006 mengalami penurunan produksi yang sangat drastis hingga tinggal 210 pada tahun 2007 dan hal ini berlanjut hingga tahun 2009. Penurunan telur diikuti oleh propinsi Papua Barat, Papua, Kalimantan Tengah, Jambi, Bengkulu, Lampung, Jawa Timur dan Bali. Pada propinsi ini dapat disimpulkan bahwa telur mengalami kelangkaan pasokan. Sedangkan peningkatan produksi telur tampak nyata pada propinsi Kepulauan Riau sebesar 23,21 persen. Mulai dari tahun 2005 hingga 2009 produksi telur terus mengalami peningkatan. Fakta ini menunjukkan bahwa permintaan telur di propinsi ini terus mengalami permintaan dan besarnya penyerapan pasar akan komoditi telur. Peningkatan yang tampak nyata diikuti oleh propinsi Maluku, Maluku Utara, Banten, Aceh dan Kalimantan Selatan.
(5)
5 Tabel 3. Produksi Ayam Petelur (000 Ton) 2005-2009 Menurut Propinsi
Provinsi 2005 2006 2007 2008 2009
Rata-rata Pertumbuhan
(%)
Aceh 729 1001 1311 886 1868 11.08
Sumatera Utara 55464 48820 73892 68979 69323 2.74
Sumatera Barat 40381 43241 49316 48938 55538 6.01
Riau 2867 2440 4089 4833 5049 8.45
Jambi 3964 2974 3299 3178 3393 -4.18
Sumatera Selatan 32749 37471 37656 42974 46683 6.68
Bengkulu 219 699 1189 609 435 -5.07
Lampung 19353 12808 25097 14427 34231 -3.64
DKI Jakarta 0 0 0 0 0 0
Jawa Barat 93472 95143 105361 105046 95628 0.26
Jawa Tengah 92137 125221 129862 135057 169146 10.79
DI Yogyakarta 15649 19057 18304 23921 26250 9.22
Jawa Timur 200673 282478 324918 292786 204147 -2.47
Bali 31892 29272 26514 28694 28894 -2.21
NTB 606 717 652 679 648 0.94
NTT 575 573 521 691 607 0.86
Kalimantan Barat 16335 16335 21344 22092 15988 -2.26
Kalimantan Tengah 464 247 488 507 522 -6.36
Kalimantan Selatan 12033 9117 14630 15431 30645 12.11
Kalimantan Timur 5519 5658 5062 5264 8032 5.79
Sulawesi Utara 6065 5567 7907 7380 7219 2.25
Sulawesi Tengah 2911 4244 7991 4202 4897 0.46
Sulawesi Selatan 28362 28925 19092 36804 45148 3.41
Sulawesi Tenggara 616 693 537 664 1248 9.59
Maluku 53 64 69 213 267 22.45
Papua 730 948 630 683 676 -4.15
Bangka Belitung 466 2026 2054 1629 1463 8.1
Banten 12692 35683 52756 54866 43620 14.97
Gorontalo 896 864 932 1039 1039 2.77
Maluku Utara 41 53 86 90 134 19.65
Kepulauan Riau 1505 2682 3330 3729 6433 23.21
Papua Barat 286 299 346 640 305 -9.19
Sulawesi Barat 1440 1513 210 52 44 -187.53
(6)
6 Untuk propinsi Jawa Barat peningkatan produksi telur tidak terlalu besar. Hal ini dikarenkan penurunan pasokan telur dan meningkatnya jumlah penduduk. Jawa Barat merupakan salah satu daerah pertanian yang sangat mendukung untuk pertumbuhan subsektor pertanian yaitu peternakan. Kondisi ini membuktikan bahwa masih adanya peluang dan potensi peternakan ayam petelur untuk dikembangkan sangat besar. Selain untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga daerahnya sendiri Jawa Barat juga memenuhi pasokan telur kebeberapa daerah yang ada disekitanya.
Prospek pengembangan agribisnis ayam ras petelur di masa yang akan datang dilihat dari sisi penawaran (supply side) dan sisi permintaan (demand side) telur di Indonesia pangsa telur ayam ras mengalami peningkatan yang cukup berarti, dari 53,92 persen pada tahun 2005 menjadi 62,71 persen pada tahun 2008. Tidak hanya konsumsi nasional yang meningkat. Meningkatnya konsumsi nasional berdampak pada meningkatnya produksi telur. Terutama produksi telur di daerah atau wilayah yang jumlah penduduknya banyak dan padat. Salah satu daerah tersebut adalah Kabupaten Bogor.
Tabel 4. Produksi Telur (Butir) 2006-2009 Pada Kabupaten Bogor
Telur 2006 2007 2008 2009
Rata-Rata Pertumbuhan (%)
Ayam Ruras 18,423,726 15,442,522 15.122.786 10.521.606 -13.03 Ayam Petelur 644,036,951 590,730,130 612.722.382 642.914.688 -0.14 Itik 24,271,977 15,187,501 12.895.182 13.983.216 -13.96
Sumber : Ditjennak,2010
Tabel 4 memperlihatkan pertumbuhan telur yang ada di Kabupaten Bogor. Kabupaten Bogor merupakan salah satu daerah yang berpotensi untuk pengembangan sektor pertanian secara umum termasuk subsektor peternakan. Masih banyaknya lahan kosong serta suhu yang tidak terlalu panas sangat mendukung pertumbuhan subsektor peternakan terutama unggas. Berdasarkan data dari Dinas Peternakan Kabupaten Bogor Tahun 2007 diketahui bahwa jenis ternak ayam ras pedaging mempunyai proporsi terbesar dalam jumlah populasi dengan jumlah populasi
(7)
7 12.756.300 ekor disusul dengan ternak ayam ras petelur dengan jumlah populasi 3.791.836 ekor. Permintaan akan telur ayam ras cukup tinggi yaitu sekitar 16.000.000 butir perminggu sedangkan pasokan telur ayam ras hanya sekitar 12.346.437 sehingga pemenuhan akan telur ayam ras masih kurang sekitar 22,8 persen. Untuk memenuhi kebutuhan telur tersebut pedagang mencukupi dengan mengambil telur yang berasal dari Sukabumi, Cianjur dan Jawa Tengah. Melihat kondisi permintaan serta penawaran yang ada di pasar tersebut, maka terdapat peluang pasar yang cukup berprospek bagi pengusaha untuk mengembangkan peternakan ayam ras petelur di daerah Bogor.
Dari data tabel diatas tampak bahwa semua komoditi telur mengalami penurunan, penurunan tertinggi terdapat pada komoditi telur itik sebesar 13,96 persen disusul komoditi telur ayam buras sebesar 13,03 persen kemudian telur ayam petelur sebesar 0,14 persen. Hal ini diakibatkan tingginya komsumsi Kabupaten Bogor terhadap telur dan meningkatnya permintaan tiap tahun yang diakibatkan peningkatan pendapatan dan jumlah penduduk. Sementara perusahaan-perusahaan yang menghasilkan telur masih sangat terbatas dan sedikit. Oleh karena itu peluang untuk mengembangkan dan meningkatkan komoditi telur masih sangant besar di daerah ini. Kelangkaan telur juga dialami perusahaan-perusahaan yang menghasilkan telur karena permintaan melebihi produksi yang dihasilkan perusahaan tiap harinya. Peluang tersebut dimanfaatkan oleh perusahaan untuk menambah produktivitasnya terhadap telur ayam ras karena permintaan akan telur lebih banyak pada komoditi ini atau masih besarnya peluang pasar untuk mengembangkan usaha peternakan ayam ras petelur. Salah satu perusahaan lokal yang melakukan usaha peternakan ayam ras petelur adalah Dian Layer Farm (DLF). Dian Layer Farm merupakan peternakan ayam ras petelur yang terletak di Desa Sukadamai. Selain memiliki tempat yang strategis, DLF juga mempunyai pasar yang cukup luas. Banyaknya jumlah permintaan telur setiap hari yang tidak dapat dipenuhi oleh DLF menjadi peluang untuk perusahaan dalam mengembangkan usahanya serta melakukan analisis kelayakan usaha telur ayam ras ketika dilakukan penambahan jumlah produksi dalam memenuhi permintaan konsumen. Untuk melakukan hal tersebut DLF melakukan
(8)
8 perubahan struktur kandang ayam agar dapat menampung lebih banyak ayam ras petelur dan dapat mengefisienkan lahan yang digunakan.
1.2 Perumusan Masalah
Perkembangan usaha peternakan saat ini di Indonesia khususnya perunggasan semakin meningkat. Hal ini ditandai dengan berdirinya perusahaan peternakan bagian perungasan (ayam, itik dan burung). Perusahaan perunggasan merupakan salah satu subbidang di peternakan yang menghasilkan telur dan daging yang cukup besar untuk kebutuhan konsumsi sehari-hari yang mudah didapat dan harganya lebih terjangkau.
Kegiatan agroindustri ayam petelur skala besar semakin menjurus pada kegiatan hilir yaitu impor dan perdagangan, dengan perputaran modal yang sangat cepat dan resiko yang lebih kecil. Aktivitas agroindustri ayam petelur saat ini belum terintegrasi dan bersinergi dengan kegiatan di sektor hulu. Sementara itu kegiatan di hulu yang merupakan usaha pembibitan dan budidaya ayam petelur, sebagian besar dilakukan oleh peternak dengan skala terbatas dan dengan margin yang kecil. Mereka harus menghadapi persaingan yang kurang seimbang, termasuk serbuan daging murah yang sebagian tidak berkualitas atau tidak terjamin.
Indonesia pada saat ini masih mengalami kekurangan ayam petelur karena pertambahan populasi ayam petelur tidak seimbang dengan kebutuhan konsumsi nasional. Dilain pihak kebutuhan masyarakat terhadap telur cenderung semakin meningkat. Salah satu upaya peningkatan produksi ayam petelur dalam negeri yaitu dengan upaya pengembangan usaha. Dengan usaha ini diharapkan menghasilkan pertambahan produksi telur yang tinggi dan efisien sehingga dapat diperoleh telur dengan kualitas yang lebih baik.
Salah satu perusahaan lokal yang melakukan usaha peternakan ayam ras petelur adalah Dian Layer Farm (DLF). Unit bisnis utama dari perusahaan DLF yaitu budidaya ayam ras petelur untuk dijual telurnya. Unit bisnis lainnya yaitu menjual ayam afkir dan kotoran ayam. Saat ini DLF masih menjual telurnya ke pasar Darmaga dan pedagang-pedagang telur disekitar wilayah Bogor dan belum memasarkan telur keluar wilayah Bogor. Meskipun baru didirikan pada bulan Juni
(9)
9 2008 namun DLF mampu menghasilkan telur ayam ras layak jual sebanyak kurang lebih 11.700 butir telur per hari dari 13.000 ekor ayam secara keseluruhan. Berdasarkan jumlah ayam petelur yang diternakan maka DLF dapat dikategorikan ke dalam usaha besar karena jumlah ayam petelur yang dipelihara lebih dari 8.000 ekor (Listyowati dan Roospitasari, 2005).
Banyakanya jumlah telur yang dihasilkan oleh DLF perhari ternyata belum memenuhi semua permintaan pasar. Berdasarkan wawancara dengan pengelola DLF permintaan dari seluruh para pelanggan DLF terhadap telur ayam ras sebanyak 15.000 butir perhari, namun pemenuhan permintaan hanya mampu memenuhi sekitar 78 persen dari permintaan yaitu sekitar 11.700 butir per hari. Oleh karena itu DLF masih punya peluang untuk menambah produksi sekitar 3.300 butir telur ayam ras per hari agar dapat memenuhi pasar dan memperoleh keuntungan yang lebih besar.
Pencapaian target produksi telur ayam ras DLF dapat tercapai apabila disertai dengan perluasan kandang dan penambahan populasi ayam petelur. Selain itu manajemen yang dilakukan oleh DLF juga masih sederhana sehingga harus diperhatikan. Pengelola DLF masih bergantung pada pemilik. Keputusan masih bergantung sepenuhnya pada pemilik. Pembukuan keuangan yang dilakukan pada perusahaan masih sederhana dan sampai saat ini belum pernah dilakukan analisis kelayakan, baik secara finansial maupun non finansial.
Berdasarkan uraian diatas , maka perlu dilakukan analisis kelayakan pada usaha telur ayam ras di DLF baik usaha yang sedang dijalani sekarang maupun rencana usaha yang akan dikembangkan. Analisis usaha ini dilakukan untuk mengetahui apakah usaha telur ayam ras tersebut layak jika dilihat dari aspek non finansial terdiri dari aspek pasar, teknis, manajemen, hukum, sosial dan lingkungan. Sedangkan aspek finansial dibagi menjadi dua skenario dimana skenario satu menjelaskan tentang keadaan finansial DLF kondisi awal dan skenario dua menjelaskan keadaan finansial DLF kondisi awal dan pengembangan.
Ayam ras petelur termasuk salah satu unggas yang peka terhadap penyakit. Selain menimbulkan kematian, penyakit yang menyerang unggas ini dapat meningkatkan morbidibitas ( tingkat kesulitan hidup pada individu atau kelompok
(10)
10 ternak). Penyakit ayam sangat banyak jumlahnya. Masing-masing jenis penyakit memiliki sifat dan keganasan yang berbeda. Ayam petelur yang terserang penyakit , produktivitasnya akan menurun sehingga telur yang dihasilkan akan berkurang. Jumlah telur yang menurun akan menurunkan penerimaan perusahaan dan akan mengurangi laba. Hal lain yang harus diperhatikan yaitu kenaikan harga pakan dan DOC ( ayam anakan ). Kenaikan pakan disebabkan harga jagung yang berfluktuasi akibat mahalnya harga pupuk serta mahalnya bahan komponen lain seperti konsentrat pakan. Apabila harga pakan naik maka biaya yang ditanggung oleh perusahaan akan semakin besar. Masalah ini akan turut berpengaruh pada laba yang akan diperoleh oleh perusahaan. Sedangkan harga telur ayam ras cenderung berfluktuatif. Untuk itu maka diperlukan analisis sensitivitas terhadap penurunan produksi telur akibat serangan penyakit dan peningkatan harga pakan. DLF juga berencana akan melakukan perluasan usaha dimana biaya yang akan dikeluarkan DLF terhadap usaha tersebutakan lebih besar dari sebelumnya sehingga perlu dilakukan analisis sensitivitas untuk rencana perluasan DLF terhadap kemungkinan kenaikan biaya total usaha baru DLF.
Berdasarkan uraian tersebut maka dapat dirumuskan beberapa masalah yaitu: 1. Bagaimana kelayakan usaha ayam ras petelur pada Dian Layer Farm bila dikaji
dari aspek non finansial meliputi aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen dan aspek sosial lingkungan baik pada kondisi awal maupun setelah melakukan pengembangan?
2. Bagaimana kelayakan usaha ayam ras petelur pada Dian Layer Farm bila dikaji dari aspek finansial baik pada kondisi awal maupun setelah melakukan pengembangan?
3. Bagaimana sensitivitas kelayakan usaha ayam ras petelur pada Dian Layer Farm jika terjadi penurunan produksi dan peningkatan biaya variabel baik pada kondisi awal maupun setelah melakukan pengembangan?
(11)
11 1.3 Tujuan
Berdasarkan perumusan masalah yang telah diuraikan sebelumnya maka tujuan penelitian ini adalah :
1. Menganalisi kelayakan usaha ayam ras petelur pada Dian Layer Farm dilihat dari aspek non finansial meliputi aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen dan aspek sosial lingkungan baik pada kondisi awal maupun setelah melakukan pengembangan.
2. Menganalisis tingkat kelayakan secara finansial usaha ayam ras petelur pada Dian Layer Farm baik pada kondisi awal maupun setelah melakukan pengembangan.
3. Menganalisis sensitivitas kelayakan secara finansial ayam ras petelur pada Dian Layer Farm jika terjadi penurunan produksi dan peningkatan biaya variabel baik pada kondisi awal maupun setelah melakukan pengembangan.
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian diharapakan dapat berguna bagi Dian Layer Farm sebagai bahan pertimbangan dalam pengusahaan peningkatan produksi telur ayam ras. Diharapkan dengan adanya penelitian ini dapat menjadi masukan dan memberi informasi yang berguna bagi pihak yang berkepentingan untuk tertarik dalam usaha ayam petelur.
(12)
12
II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Usaha Peternakan Ayam Ras Petelur
Usaha peternakan ayam ras petelur saat ini berkembang sangat pesat, baik dari segi skala usaha maupun dari jumlah peternakan yang ada. Beberapa alasan peternak untuk terus menjalankan usaha peternakan ayam petelur ini dikarenakan jumlah permintaan telur ayam ras yang terus meningkat, perputaran modal yang cepat, akses mendapatkan input produksi yang mudah dengan skala kecil maupun besar merupakan daya tarik tersendiri bagi para pelaku usaha untuk menekuni usaha peternakan ayam ras petelur ini.
Usaha peternakan dapat digolongkan ke dalam beberapa bagian. Menurut Surat Keputusan Menteri Pertanian No. 472/Kpts?TN.330/6/96, usaha peternakan terbagi menjadi tiga kategori, yaitu peternakan rakyat, pengusaha kecil peternakan, dan pengusaha peternakan. Peternakan rakyat adalah peternak yang mengusahakan budidaya ayam dengan jumlah populasi maksimal 15.000 ekor per periode. Pengusaha kecil peternakan adalah peternak yang membudidayakan ayam dengan jumlah populasi maksimal 65.000 ekor per periode. Sedangkan untuk pengusaha peternakan adalah pengusaha peternak yang mebudidayakan ayam dengan jumlah populasi melebihi 65.000 ekor per periode. Khusus untuk Pengusaha Peternakan, dapat menerima bimbingan dan pengawasan dari pemerintah. Hal tersebut dapat ditegaskan dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 16 Tahun 1977 tentang usaha peternakan. Peraturan pemerintah ini menjelaskan bahwa Menteri bertanggung jawab dalam bidang peternakan atau pejabat yang ditunjuk olehnya berkewajiban melakukan bimbingan dan pengawasan atas pelaksanaan perusahaa-perusahaan peternakan.
Agribisnis khususnya peternakan dapat dilihat dari empat sub sistem agribisnis peternakan yaitu hulu, hilir dan penunjang. Sub sistem agribisnis hulu meliputi seluruh proses produksi sapronak (sarana produksi ternak) seperti DOC, pakan, obat-obatan serta peralatan-peralatan peternakan. Sub sitem budidaya ternak berkaitan dengan proses produksi ternak dengan menggunakan input yang dihasilkan
(13)
13 oleh sub sistem hulu untuk menghasilkan output yang siap diolah dan dipasarkan. Sub sistem hilir meliputi kegiatan pengolahan produk yang dihasilkan oleh sub sistem budidaya ternak menjadi produk olahan dan produk akhir. Sedangkan sub sistem penunjang adalah sub sistem yang menunjang keberhasilan ketiga sub sistem di atas. Sub sistem penunjang ini dapat berupa lembaga keuangan bank maupun non bank, lembaga penelitian dan pengembangan, lembaga pendidikan dan pelatihan, transportasi, komunikasi, dan kebijakan-kebijakan pemerintah.
2.2 Karakteristik Ayam Ras Petelur
Ayam petelur adalah ayam-ayam betina dewasa yang dipelihara khusus untuk diambil telurnya. Asal mula ayam unggas ini berasal dari ayam hutan dan itik liar yang ditangkap dan dipelihara serta dapat bertelur cukup banyak. Tahun demi tahun ayam hutan dari seluruh wilayah dunia diseleksi secara ketat oleh para pakar. Arah seleksi ditujukan pada produksi yang banyak, karena ayam hutan tadi dapat diambil telur dan dagingnya maka arah dari produksi yang banyak dalam seleksi tadi mulai spesifik. Ayam yang terseleksi untuk tujuan produksi daging dikenal dengan ayam broiler, sedangkan untuk produksi telur dikenal dengan ayam petelur. Selain itu, seleksi juga diarahkan pada warna kulit telur hingga kemudian dikenal ayam petelur putih dan ayam petelur cokelat. Persilangan dan seleksi itu dilakukan cukup lama hingga menghasilkan ayam petelur seperti yang ada sekarang ini. Dalam setiap kali persilangan, sifat jelek dibuang dan sifat baik dipertahankan. Inilah yang kemudian dikenal dengan ayam petelur unggul.
Menginjak awal tahun 1900-an, ayam liar itu tetap pada tempatnya akrab dengan pola kehidupan masyarakat dipedesaan. Memasuki periode 1940-an, orang mulai mengenal ayam lain selain ayam liar itu. Dari sini, orang mulai membedakan antara ayam orang Belanda (Bangsa Belanda saat itu menjajah Indonesia) dengan ayam liar di Indonesia. Ayam liar ini kemudian dinamakan ayam lokal yang kemudian disebut ayam kampung karena keberadaan ayam itu memang di pedesaan. Sementara ayam orang Belanda disebut dengan ayam luar negeri yang kemudian lebih akrab dengan sebutan ayam negeri (kala itu masih merupakan ayam negeri galur
(14)
14 murni). Ayam semacam ini masih bisa dijumpai di tahun 1950-an yang dipelihara oleh beberapa orang penggemar ayam. Hingga akhir periode 1980-an, orang Indonesia tidak banyak mengenal klasifikasi ayam. Ketika itu, sifat ayam dianggap seperti ayam kampung saja, bila telurnya enak dimakan maka dagingnya juga enak dimakan. Namun, pendapat itu ternyata tidak benar, ayam negeri atau ayam ras ini ternyata bertelur banyak tetapi tidak enak dagingnya.
Ayam yang pertama masuk dan mulai diternakkan pada periode ini adalah ayam ras petelur white leghorn yang kurus dan umumnya cepat habis masa produktifnya. Antipati orang terhadap daging ayam ras cukup lama hingga menjelang akhir periode 1990-an. Ketika itu mulai merebak peternakan ayam broiler yang memang khusus untuk daging, sementara ayam petelur dwiguna atau ayam petelur cokelat mulai menjamur pula. Disinilah masyarakat mulai sadar bahwa ayam ras mempunyai klasifikasi sebagai petelur handal dan pedaging yang enak. Mulai terjadi pula persaingan tajam antara telur dan daging ayam ras dengan telur dan daging ayam kampung. Sementara itu telur ayam ras cokelat mulai diatas angin, sedangkan telur ayam kampung mulai terpuruk pada penggunaan resep makanan tradisional saja. Persaingan inilah menandakan maraknya peternakan ayam petelur.
Ayam kampung memang bertelur dan dagingnya dapat dimakan, tetapi tidak dapat diklasifikasikan sebagai ayam dwiguna secara komersial unggul. Penyebabnya, dasar genetis antara ayam kampung dan ayam ras petelur dwiguna ini memang berbeda jauh. Ayam kampung dengan kemampuan adaptasi yang luar biasa baiknya, sehingga ayam kampung dapat mengantisipasi perubahan iklim dengan baik dibandingkan ayam ras akan tetapi ayam kampung tidak dapat menghasilkan telur sebanyak ayam ras petelur. Hanya kemampuan genetisnya yang membedakan produksi kedua ayam ini. Walaupun ayam ras itu juga berasal dari ayam liar di Asia dan Afrika. Perbedaan antara ayam kampung (ayam buras) dengan ayam dwiguna petelur (ayam ras) dapat dilihat pada Tabel 5.
(15)
15 Tabel 5. Perbandingan Produktivitas Ayam Ras Petelur dengan Ayam Buras
Keterangan Ayam Ras Ayam Buras
- Produksi telur (butir/tahun) - Berat telur (gram) - Sifat mengeram - Kemampuan berproduksi
200 – 250 50 – 60 hampir tidak ada
tinggi
40 – 60 30 – 40 ada sangat terbatas
Sumber : PT. Japfa Comfeed, 2001
Dari Tabel 5 tampak bahwa ayam ras petelur yang merupakan hasil rekayasa genetis berdasarkan karakter-karakter dari ayam-ayam yang ada sebelumnya, mengalami perbaikan-perbaikan genetik yang diupayakan agar mencapai performance yang optimal, sehingga dapat memproduksi telur dalam jumlah yang banyak. Salah satu keuntungan dari telur ayam ras petelur adalah produksi telurnya yang lebih tinggi dibandingkan produksi telur ayam buras dan jenis unggas yang lain.
2.3 Klasifikasi
Klasifikasi adalah suatu sistem pengelompokan jenis-jenis ternak berdasarkan persamaan-persamaan dan perbedaan-perbedaan karakteristik. Pada ternak ayam, klasifikasi dapat dilakukan dengan cara yaitu:
a. Taksonomi Zoologi
Ternak ayam di dalam dunia hewan memiliki taksonomi sebagai berikut: Filum : Chordata
Subfilum : Vertebrata Kelas : Aves Subkelas : Neornithes Ordo : Galliformes Genus : Gallus
Spesies : Gallus domesticus b. Klasifikasi Standar
(16)
16 1. Kelas adalah pengelompokan ayam berdasarkan daerah pembentukkannya
misalnya kelas inggris, kelas amerika, kelas asia dan kelas mediterania. 2. Bangsa adalah pengelompokkan ayam dalam satu kelas berdasarkan
perbedaan bentuk tubuh. Misalnya pada kelas inggris terdapat bangsa ayam sussex, orpington dan cornish.
3. Varietas adalah pengelompokkan ayam dalam satu bangsa berdasarkan perbedaan warna bulu dan jengger. Misalnya white lenghorn, brown lenghorn, white plymouthrock, dan barred plymouthrock.
4. Strain adalah sekelompok ayam yang dihasilkan oleh breederfarm melalui proses pemuliabiakan untuk tujuan ekonomis tertentu. Misalnya strain ayam petelur hyline dan arbor acres.
Tabel 6. Performan Beberapa Strain Ayam Petelur
Strain
Umur Awal Produksi (minggu)
Umur pada Produksi
50% (minggu)
Puncak Produksi
(%)
FCR Kematian (%)
Lohmann Brown MF 402 19-20 22 92-93 2,3-2,4 2-6
Hisex Brown 20-22 22 91-92 2,36 0,4-3
Bovans White 20-22 21-22 93-94 2,2 5-6
Hubbard Golden Comet 19-20 23-24 90-94 2,2-2,5 2-4
Dekalb Warren 20-21 22,5-24 90-95 2,2-2,4 2-4
Bovans Goldline 20-21 21,5-22 93-95 1,9 6-7
Brown Nick 19-20 21,5-23 92-94 2,2-2,3 4-7
Bovans Nera 21-22 21,5-22 92-94 2,3-2,45 2-5
Bovans Brown 21-22 21-23 93-95 2,25-2,35 2-7
Sumber : PT. Japfa Comfeed, 2001 c. Klasifikasi berdasarkan tipe
Berdasarkan tujuan pemeliharaan atau biasa disebut tipe ayam, ayam dapat dikelompokkan menjadi:
(17)
17 1. Tipe petelur
Ayam tipe petelur memiliki karakteristik bersifat nervous atau mudah terkejut, bentuk tubuh ramping, cuping telinga bewarna putih dan kerabang telur bewarna putih. Karakteridtik lainnya yaitu produksi telur tinggi (200 butir/ekor/tahun), efisien dalam pengguanaan ransum untuk membentuk telur, dan tidak memiliki sifat mengeram.
2. Tipe pedaging
Karakteristik ayam tipe pedaging bersifat tenang, bentuk tubuh besar, pertumbuhan cepat, bulu merapat ke tubuh, kulit putih dan produksi telur rendah.
3. Tipe Dwiguna
Ayam tipe dwiguna memiliki karakteristik sifat tenang, bentuk tubuh sedang, produksi telur sedang, pertumbuhan ssedang dan kulit bewarna coklat. d. Klasifikasi ayam di Indonesia
Berdasarkan kondisi perkembangan peternakan ayam di Indonesia, dapat dibuat klasifikasi yang khas untuk pengembangan perunggasan yaitu:
1. Ayam Ras
Ayam ras adalah jenis ayam dari luar negeri yang bersifat unggul sesuai dengan tujuan pemeliharaan karena telah mengalami perbaikan mutu genetis. Jenis ayam ini ada dua tipe yaitu tipe pedaging dan tipe petelur.
2. Ayam Lokal
Ayam lokal adalah jenis ayam asli Indonesia, masih alami dan belum banyak mengalami perbaikan mutu genetis. Ayam lokal disebut juga ayam bukan ras (buras), untuk membedakannya dengan ayam ras. Di beberapa daerah, dikembangkan masyarakat sehingga memiliki karakteristik yang relatif homogen, baik bentuk tubuh maupun warna bulu. Kemudian ayam tersebut diberi nama berdasarkan nama daerah atau nama tertentu. Misalnya ayam kedu, ayam sentul, dan ayam nunukan. Sementara karakteristik ayam lokal yang dipelihara oleh sebagian besar masyarakat di pedesaan masih alami.
(18)
18 Bentuk tubuh dan warna bulu sangat beragam yang biasanya disebut ayam kampung.
2.4 Jenis-Jenis Ayam Ras Petelur
Jenis ayam petelur dibagi menjadi dua tipe: a. Tipe Ayam Petelur Ringan
Tipe ayam ini disebut dengan ayam petelur putih. Ayam petelur ringan ini mempunyai badan yang ramping/kurus-mungil/kecil dan mata bersinar. Bulunya berwarna putih bersih dan berjengger merah. Ayam ini berasal dari galur murni white leghorn. Ayam galur ini sulit dicari, tapi ayam petelur ringan komersial banyak dijual di Indonesia dengan berbagai nama. Setiap pembibit ayam petelur di Indonesia pasti memiliki dan menjual ayam petelur ringan (petelur putih) komersial ini. Ayam ini mampu bertelur lebih dari 260 telur per tahun produksi hen house. Sebagai petelur, ayam tipe ini memang khusus untuk bertelur saja sehingga semua kemampuan dirinya diarahkan pada kemampuan bertelur, karena dagingnya hanya sedikit. Ayam petelur ringan ini sensitif terhadapa cuaca panas dan keributan, dan ayam ini mudah kaget bila kaget ayam ini produksinya akan cepat turun, begitu juga bila kepanasan. b. Tipe Ayam Petelur Medium
Bobot tubuh ayam ini cukup berat. Meskipun itu, beratnya masih berada di antara berat ayam petelur ringan dan ayam broiler. Oleh karena itu ayam ini disebut tipe ayam petelur medium. Tubuh ayam ini tidak kurus, tetapi juga tidak terlihat gemuk. Telurnya cukup banyak dan juga dapat menghasilkan daging yang banyak. Ayam ini disebut juga dengan ayam tipe dwiguna. Karena warnanya yang cokelat, maka ayam ini disebut dengan ayam petelur cokelat yang umumnya mempunyai warna bulu yang cokelat juga. Dipasaran orang mengatakan telur cokelat lebih disukai daripada telur putih, kalau dilihat dari warna kulitnya memang lebih menarik yang cokelat daripada yang putih, tapi dari segi gizi dan rasa relatif sama. Satu hal yang berbeda adalah harganya dipasaran, harga telur cokelat lebih mahal daripada telur putih. Hal ini dikarenakan telur cokelat lebih berat daripada telur putih dan
(19)
19 produksi telur cokelat lebih sedikit daripada telur putih. Selain itu daging dari ayam petelur medium akan lebih laku dijual sebagai ayam pedaging dengan rasa yang enak.
2.5 Telur Ayam
Telur adalah salah satu sumber protein hewani yang memiliki rasa yang lezat, mudah dicerna, dan bergizi tinggi (Ginting, 2007). Komposisi telur ayam terdiri dari 73,7 persen air, 12,9 persen protein, 11,2 persen lemak dan 0,9 persen karbohidrat, sedangkan struktur telur terdiri dari 3 komponen yaitu kulit telur (11 persen dari total bobot telur), putih telur (57 persen dari total bobot telur) dan kuning telur (32 persen dari total bobot telur) (Purnama, 2008).
Telur disamping harganya relatif murah jika dibandingkan dengan makanan berprotein hewani lainnya, telur juga mengandung protein cukup tinggi (Sarwono, 1997). Nilai tertinggi telur terdapat pada bagian kuningnya. Kuning telur mengandung asam amino esensial yang dibutuhkan serta mineral seperti besi, fosfor sedikit kalsium, dan vitamin B kompleks. Sebagian protein (50 persen) dan semua lemak terdapat pada kuning telur. Adapun putih telur yang jumlahnya sekitar 60 persen dari seluruh bulatan telur mengandung 5 jenis protein dan sedikit karbohidrat (Ginting, 2007)
Telur dapat memberikan manfaat untuk kesehatan, memberikan pengobatan, dan memiliki banyak kegunaan lainnya sehingga telur dikatakan sebagai produk yang serbaguna. Konsumsi telur di Indonesia rendah jika dibandingkan dengan negara tetangga Malaysia yang kini mengkonsumsi enam butir telur per orang dalam seminggu (Yudohusodo, 2003).
2.6 Kajian Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu yang dijadikan sebagai bahan referensi adalah berbagai penelitian yang berhubungan dengan analisis kelayakan usaha dan peternakan. Menurut Salmawati (2009), prospek pengembangan agribisnis ayam ras petelur di masa yang akan datang dilihat dari sisi penawaran (supply side) dan sisi permintaan (demand side) telur di Indonesia. Dari sisi permintaan, prospek agribisnis ayam ras petelur sangat berkaitan dengan peranan telur ayarm ras dalam struktur konsumsi
(20)
20 telur dan sifat permintaannya yang sangat sesuai dengan perkembangan masa depan. Di samping semakin pentingnya peranan telur ayam ras dalam struktur konsumsi telur, telur ayam ras memiliki sifat permintaan yang income estic demand. Bila pendapatan meningkat, maka konsumsi telur juga meningkat. Di masa yang akan datang, pedapatan per kapita akan meningkat terutama pada negara-negara yang saat ini termasuk berpendapatan randah dan menengah. Dengan demikian, konsumsi telur juga diperkirakan akan meningkat. Sementara itu, bila dilihat kecendrungan produksi telur ayam ras yang meningkat sebesar 4,50 persen per tahun atau sekitar 709,72 ribu ton pada tahun 2005, maka peluang pasar telur ayam pada tahun ini mencapai 269,98 ribu ton. Peluang pasar ini diisi oleh telur ayam buras dan teluk itik yang pangsanya masing-masing 15 persen dan selebihnya merupakan peluang pasar telur ayam ras. Peluang pasar ini belum termasuk pasar ekspor, baik dalam bentuk telur segar maupun powder.
Penelitian Pratomo (2007) menganalisis efesiensi produksi usaha ternak ayam buras ramah lingkungan yang dilakukan di peternakan P4S Eka Jaya Jakarta Selatan untuk penggemukan ayam buras ramah lingkungan ditinjau dari konsumsi faktor dengan bobot yang dihasilkan secara menyeluruh. Efesiensi secara teknis dalam penggunaan input yang ditunjukkan dari nilai elastisitas produksi selama periode produksi yaitu sebesar 0,967 persen, belum efisiensi secara ekonomis karena nilai rasio NPM dan BKM secara keseluruhan pada masa finisher tidak sama dengan satu. Peternakan P4S Eka Jaya memperoleh keuntungan paling besar apabila ayam dipanen pada umur 12 minggu, karena nilai rasio dengan penerimaannnya dengan biaya pakan
dan bibit menunjukkan nilai terbesar yaitu 2,21 dengan nilai sebesar Rp 10.703,67/ekor.
Penelitian Kusuma ( 2005) menganalisis pendapatan dan efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi peternakan ayam probiotik dan non-probiotik pada usaha ternak ayam ras pedaging pada perusahaan Sunan Kudus Farm. Model Yang digunakkan adalah model C0bb-Douglas, dengan faktor produksi yang digunakan antara lain bibit, pakan, pemanas, tenaga kerja dan obat-obatan. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan respontif didalam meningkatkan produksi telur pada
(21)
21 peternak yang menggunakan probiotik, sedangkan tenaga kerja dan obat-obatan lebih responsif tehadap peningkatan produksi telur pada peternakan non-probiotik. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa penggunaan faktor-faktor produksi pada peternakan Sunan Kudus Farm belum efisien. Hal tersebut ditunjukkan dengan tidak adanya rasio perbandingan antar NPM denga BKM yang bernilai sama dengan satu.
Penelitian yang dilakuakan oleh Fitrial (2009) mengenai analisis tingkat kelayakan finansial penggemukkan kambing dan domba pada Mitra Tani Farm (MTF) di Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor. Dari hasil penelitian didapat perhitungan analisis finansial dengan memperoleh NPV sebesar Rp 359.346, IRR sebesar 11,7 persen dengan discount rate sebesar 8,5 persen , Net B/C dan Gross B/C masing-masing sebesar 2,53 dan PP diperoleh sebesar 1,5 tahun. Selain itu dalam penelitian ini juga dilakukan analisis sensitivitas. Variabel-variabel yang digunakan yaitu kenaikan harga input yang masih dapat ditolerir sampai 5.34 persen dan penurunan kuantitas penjualan sebesar 4,79 persen. Secara Finansial dapat disimpulkan bahwa peternakan ini layak untuk dijalankan.
2.7 Perbedaan dan Persamaan dengan Penelitian Terdahulu
Pada penelitian ini pembahasan difokuskan pada analisis kelayakan usaha peternakan ayam ras petelur Dian Layer Farm yang berada di Kampung Kahuripan, Kecamatan Darmaga. Analisa kelayakan yang dibahas dalam penelitian ini adalah analisa kelayakan non finansial dan analisa kelayakan finansial. Analisa kelayakan non finansial yaitu aspek teknis, aspek pasar, aspek manajemen, aspek hukum dan aspek sosial, linkungan, sedangkan analisis kelayakan finansial dilakukan dengan cara menghitung kriteria invesasi seperti NPV,IRR,Net B/C dan PP serta Laba Rugi. Analisis sensitivitas juga digunakan untuk menghitung sampai sejauh mana pengaruh perubahan faktor yang sangat sensitif mempengaruhi kriteria kelayakan investasi pada Dian Layer Farm.
Persamaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu yaitu penelitian yang dilakukan oleh Salmawati (2009), Pratomo (2007), Kusuma (2005) yaitu pada komoditi yang diteliti, sama-sama meneliti ayam sedangkan dengan Fitrial (2009)
(22)
22 mengunkan alat analisis yang sama yaitu analisis kelayakan. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu dapat dilihat dari segi alat analisis, komoditas yang dijadikan penelitian dan lokasi penelitian.
(23)
23
III KERANGKA PEMIKIRAN
3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis
Kerangka pemikiran teoritis merupakan kumpulan teori yang digunakan dalam penelitian. Teori-teori ini berkaitan dengan permasalahan yang ada dalam penelitian. Selain itu, teori merupakan acuan untuk menjawab permasalahan.
3.1.1 Teori Investasi
Investasi dapat didefinisikan dengan suatu kegiatan mengalokasikan atau menanamkan sumberdaya saat ini dengan tujuan mendapatkan manfaat di masa yang akan datang. Untuk memnuhi hal tersebut maka harus diperhatikan aspek-aspek yang berkaitan dengan investasi yaitu aspek uang merupakan aspek yang ditanam dan diharapkan manfaatnya dikemudian hari, aspek waktu yang digunakan untuk menilai kelayakan. Investasi adalah awal dari kegiatan ekonomi di masyarakat. Investasi dapat dilakukan oleh semua pihak baik oleh masyarakat sebagai kegiatan bisnis dan pemerintah sebagai penyelenggara kegiatan untuk pelayanan kebutuhan masyarakat dimana uang menjadi tugas utamanya. Masyarakat melakukan investasi dikarenakan untuk mememnuhi kebutuhan hidup yaitu barang dan jasa, dan untuk memenuhi keinginan.
Gambar 1. Kurva Investasi Keterangan : i : Suku Bunga
I : Investasi
I i
(24)
24 Kurva pada Gambar 1 menggambarkan permintaan investasi yang menunjukkan berbagai volume atau besarnya investasi yang akan dilakuken pada berbagai tingkat suku bunga. Kurva permintaan investasi berbentuk berlereng menurun dari kiri atas ke kanan bawah atau berlereng negatif. Dari pola hubungan antara investasi dan tingkat suku bunga dapat ditarik kesimpulan bahwa permintaan investasi merupakan fungsi dari suku bunga dan hubungan antara dua variabel itu merupakan hubungan negatif. Hal ini mempunyai arti bahwa bila hal-hal lain tetap (ceteris paribus), pada tingkat suku bunga yang lebih rendah volume investasi akan lebih besar, sedangkan pada tingkat suku bunga yang lebih tinggi volume investasi lebih tinggi.
3.1.2 Defenisi Studi Kelayakan
Menurut Nurmalina et al. (2009) studi kelayak bisnis merupakan penelahaan atau analisis tentang apakah suatu kegiatan investasi memberikan manfaat atau hasil bila dilaksanaknan. Banyak peluang dan kesempatan yang ada dalam kegiatan bisnis telah menuntut perlu adanya penilaian sejauh mana kegiatan dan kesempatan tersebut dapat memberikan manfaat bila bisnis dilakukan.
Menurut Gittingger (1986) proyek merupakan suatu kegiatan yang mengeluarkan uang atau biaya-biaya dengan harapan akan memperoleh hasil dan secara logika merupakan wadah untuk melakukan kegiatan-kegiatan perencanaan, pembiayaan dan pelaksanaan dalam satu unit. Rangkaian dasar dalam perencanaan dan pelaksanaan proyek adalah siklus proyek yang terdiri dari tahap-tahap identifikasi, persiapan dan analisis penilaian , pelaksanaan dan evaluasi menurut Noor, Henry (2009).
Proyek merupakan suatu keseluruhan aktivitas yang mengunakan sumber-sumber untuk mendapatkan manfaat dengan harapan akan mendapatkan hasil menurut Kadariah (1999). Sedangkan menurut Umar (2005) proyek adalah suatu usaha yang direncanakan sebelumnya dan memerlukan sejumlah pembiayaan serta penggunaan masukan lain yang ditujukan untuk mencapai tujuan tertentu dan
(25)
25 dilaksanakan dalam suatu bauran produk yang sudah ada dengan menginvestasikan sumberdaya yang ada secara independen.
Studi kelayakan bisnis adalah penelitian tentang dapat tidaknya suatu bisnis dilaksanakan dengan berhasil menurut Husnan dan Muhammad (2000). Analisis kelayakan dilakukan untuk melihat apakah suatu bisnis dapat memberikan manfaat atas investasi yang akan ditanamkan. Menurut Umar (1999) studi kelayakan bisnis adalah suatu penelitian tentang layak atau tidaknya suatu investasi dilaksanakan. Hasil kelayakan merupakan perkiraan suatu bisnis menghasilkan keuntungan yang layak bila telah dioperasionalkan. Perkiraan keberhasilkan mungkin dapat ditafsirkan berbeda-beda sesuai dengan pihak yang menjalankan tujuan bisnis.
Analisis kelayakan penting dilakukan sebagai evaluasi bisnis yang dijalankan pihak yang membutuhkan studi kelayakan antara lain:
1. Investor
Investor merupakan pihak yang menanamkan dana atau modal suatu bisnis yang lebih memperhatikan prospek usaha tersebut ( tingkat keuntungan).
2. Kreditur
Pihak yang membutuhkan studi kelayakan untuk memperhatikan segi keamanan dana yang dipinjamkan untuk kegiatan bisnis.
3. Permerintah
Pihak yang lebih berkepentingan dengan manfaat bagi perekonomian nasional dan pendapatan pemerintah atas pajak yang diberikan bisnis tersebut.
Hal-hal yang mendasari untuk menjalankan studi kelayakan bisnis investasi jika seseorang melihat suatu kesempatan usaha, yaitu apakah kesempatan usaha tersebut bisa dimanfaatkan secara ekonomis serta apakah kita bisa mendapatkan suatu tingkat keuntungan yang cukup layak dari usaha tersebut. Menurut Husnan (2000) suatu studi kelayakan menyangkut tiga aspek yaitu :
1. Manfaat ekonomi bisnis tersebut bagi bisnis itu sendiri atau manfaat finansial. Artinya apakah bisnis tersebut cukup menguntungkan bila dibandingkan dengan risiko bisnis.
(26)
26 2. Manfaat ekonomi bisnis tersebut bagi negara tempat bisnis tersebut dilaksanakan,
yang menunjukkan manfaat bisnis tersebut bagi ekonomi makro suatu negara. 3. Manfaat sosial bisnis tersebut bagi masyarakat disekitar bisnis.
Proyek investasi umumnya memerlukan dana yang cukup besar dan mempengaruhi perusahaan dalam jangka panjang. Maka dari itu tujuan dari dilakukannya studi kelayakan bisnis adalah untuk menghindari keberlanjutan penanaman modal yang cukup besar untuk kegiatan yang ternyata tidak menguntungkan.
3.1.3 Aspek Kelayakan Usaha
Dalam melakukan studi kelayakan perlu memperhatikan aspek-aspek yang dapat menentukan bagaimana keuntungan yang diperoleh dari suatu usaha dapat berjalan dengan baik. Menurut Kadariah (1999) terdapat enam aspek yang dibahas dalam studi kelayakan, antara lain aspek teknis, aspek manajerial dan administrasi, aspek organisasi, aspek komersial, dan aspek ekonomis.
Menurut Gittinger (1986) analisis dan persiapan proyek terbagi menjadi enam aspek yang saling berhubungan dan saling mempengaruhi. Keenam aspek tersebut adalaha :
a. Aspek Teknis
Aspek teknis berhubungan dengan input proyek ( penyediaan ) dan output ( produksi ) berupa barang-barang nyata dan jasa-jasa. Aspek teknis terdiri dari
lokasi proyek, besaran skala operasional untuk mencapai kondisi yang ekonomis, kriteria pemilihan mesin dan equipment , proses produksi serta ketepatan penggunaan teknologi.
b. Aspek Komersial
Dalam aspek ini suatu proyek harus dihubungkan dengan permintaan dan penawaran pasar. Untuk memperoleh hasil pemasaran yang diinginkan, perusahaan harus menggunakan alat-alat pemasaran yang membentuk suatu bauran pemasaran. Bauran pemasaran adalah seperangkat alat pemasaran yang digunakan perusahaan terus-menerus mencapai tujuan pemasarannya di pasar
(27)
27 sasaran (Kotler,2002). Aspek komersial pada studi kelayakan mencakup permintaan, penawaran, harga, program pemasaran yang akan dilaksanakan serta perkiraan penjualan dari barang atau jasa yang akan diproduksi.
c. Aspek institutional-organisasi-manajerial
Dalam aspek institusional memerlukan beberapa hal yang harus dipenuhi atau usaha seperti bentuk badan usaha yang digunakan, akta, sertifikat dan izin yang diperlukan dalam menjalankan usaha. Aspek organisasi menganalisis mengenai bentuk organisasi, struktur organisasi, garis wewenang, alur koordinasi dan alur keputusan. Aspek manajemen memfokuskan pada kondisi internal perusahaan. Aspek-aspek manajemen yang dilihat pada study kelayakan terdiri dari manajemen pada masa pembangunan yaitu pelaksanaan proyek, jadwal penyelesaian proyek, dan pelaksanaan studi masing-masing aspek serta manajemen pada operasi yaitu deskripsi jabatan, personil kunci dan jumlah tenaga kerja yang dipergunakan.
d. Aspek Sosial Lingkungan
Aspek sosial lingkungan terdiri dari pengaruh proyek terhadap penghasilan negara, devisa negara, peluang kerja dan pengembangan wilayah dimana proyek dilaksanakan. Dalam aspek ini juga dikaji mengenai dampak negatif terhadap lingkungan sekitar yang diakibatkan oleh proyek itu sendiri.
e. Aspek Ekonomi
Aspek ekonomi mengkaji tentang kontribusi proyek atau usaha yang dijalankan terhadap perekonomian secara keseluruhan. Aspek ekonomi dalam persiapan dan analisis proyek membutuhkan pengetahuan mengenai apakah suatu proyek yang diusulkan akan memberikan kontribusi yang nyata terhadap pembangunan perekonomian secara keseluruhan dan apakah kontribusinya cukup besar dalam menentukan penggunaan sumber-sumber daya yang diperlukan. Dalam aspek ini sudut pandang yang diambil dalam analisis ekonomi adalah masyarakat secara keseluruhan.
(28)
28 f. Aspek Finansial
Aspek finansial berkaitan dengan pengaruh secara finansial terhadap proyek yang sedang dilaksanakan. Hal ini menggambarkan keuntungan atau manfaat yang diterima perusahaan secara internal dari adanya proyek tersebut.
Secara umum aspek-aspek yang diteliti dalam studi kelayakan bisnis meliputi aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen dan hukum, aspek sosial, ekonomi dan budaya, aspek lingkungan dan finasial (Nurmalina et al.2009). Menurut Umar (1999) aspek-aspek analisis kelayakan terdiri dari aspek teknis, aspek pasar, aspek yuridis, aspek manajemen, aspek lingkungan dan aspek finansial. Penialain untuk menentukan kelayakan harus didasarkan kepada seluruh aspek yang akan dinilai, tidak berdiri sendiri. Jika ada aspek yang kurang layak akan diberikan beberapa saran perbaikan sehingga memenuhi kriteria yang layak. Namun apabila tidak dapat memenuhi kriteria tersebut sebaiknya jangan dijalankan menurut Husnan dan Muhammad (2000). Dimana aspek-aspek analisis kelayakan dibagi menjadi:
a. Aspek Pasar
Aspek pasar merupakan perkiraan dan peramalan dari pasar potensial. Dalam melakukan kegiatan pemasaran dibutuhkan strategi pemasaran yang terencana untuk memasuki pasar yang telah ada dan berkembang. Menurut Kotler (2002), pemasaran adalah suatu proses sosial dan manajerial yang didalamnya individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan, dan mempertukarkan produk yang bernilai dengan pihak lain. Bauran pemasaran adalah seperangkat alat pemasaran yang digunakan oleh perusahaan untuk mencapai tujuan pemasarannya dalam pasar sasaran. Bauran pemasaran (marketing mix) meliputi 4 P yaitu produk (product), harga (price), tempat (place), dan promosi (promotion). Produk adalah penawaran berwujud perusahaan kepada pasar yang mencakup kualitas, rancangan, bentuk, merek, dan kemasan produk. Harga adalah jumlah uang yang pelanggan bayarkan untuk produk tertentu. Tempat adalah berbagai bentuk kegiatan yang dilakukan perusahaan untuk membuat produk dapat diperoleh dan tersedia bagi pelanggan. Promosi meliputi semua kegiatan yang dilakukan oleh
(29)
29 perusahaan untuk mengkomunikasikan dan mempromosikan produknya ke pasar sasaran.
Hal yang mendasari dari aspek ini adalah seberapa besar orientasi pasar akan mempengaruhi kemampuan penyerapan produk. Aspek tersebut meliputi permintaan untuk mengetahui perkembangan permintaan dari setiap periode, penawaran untuk membuat prediksi jumlah produk yang akan ditawarkan pada pasar. Selain itu ketetapan harga dibutuhkan berdasarkan kemampuan daya beli pasar dan kualitas produk yang ditawarkan.
b. Aspek Teknis
Aspek teknis merupakan aspek yang berkenaan dengan proses pembangunan proyek secara teknis dan pengoperasiannya setelah bisnis tersebut selesai dibangun (Husnan dan Muhammad,2000). Aspek ini mengkaji hal-hal yang berkaitan dengan teknis atau operasi antara lain lokasi bisnis, skala operasional atau luas produksi, proses produksi, layout serta kriteria pemilihan teknologi dan equipment (Nurmalina et al.2009). Aspek teknis ini lebih menekankan pada apakah secara teknis pilihan teknologi yang dipakai dapat dilaksanakan secara layak atau tidak. Pada aspek teknis dan teknologi akan mengungkapkan kebutuhan apa saja yang diperlukan dan bagaimana secara teknis proses produksi akan dilaksanakan, kapasitas produksi, jenis teknologi yang dipakai, perlengkapan peralatan dan mesin, lokasi pabrik dan pengawasan kualitas.
c. Aspek Manajemen
Menurut Terry (1977) manajemen adalah suatu proses yang terdiri dari perencanaan (planning), organisasi (organizing), pelaksanaan (actuating), dan pengendalian (controlling) yang dilaksanakan untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan dengan menggunakan sumberdaya manusia dan sumberdaya lainnya. Manajemen merupakan hal yang paling penting dalam membuat suatu rencana yang akan dijalankan sehingga hasilnya pun akan maksimal. Dalam membuat suatu keputusan investasi dibutuhkan gambaran mengenai rencana kegiatan yang akan dijalankan terkait dengan tenaga kerja yang dibutuhkan dan pembagian kerja yang
(30)
30 sesuai. Pada intinya aspek manajemen digunakan untuk mengetahui apakah rencana yang dibuat sudah terlaksana, terkendali dan berjalan dengan baik.
Aspek manajemen mempelajari tentang manajemen dalam masa pembangunan bisnsi dan manajemen dalam masa operasi. Pengkajian aspek manajemen pada dasarnya menilai para pengelola bisnis dan struktur organisasi yang ada. Bisnis yang dijalankan akan berhasil apabila dijalankan oleh orang-orang yang profesional mulai dari merencanakan, melaksanakan sampai dengan mengendalikannya agar tidak terjadi penyimpangan. Demikian pula dengan struktur organisasi yang dipilih harus sesuai dengan bentuk dan tujuan bisnisnya (Husnan dan Muhammad,2000).
d. Aspek Hukum
Aspek hukum mempelajari tentang bentuk badan usaha yang akan digunakan (dikaitkan dengan kekuatan hukum dan konsekuensinya) dan mempelajari jaminan-jaminan yang bisa disediakan bila akan menggunakan sumber dana yang berupa pinjaman, berbagai akta, seertifikat dan izin. Disamping hal tersebut aspek hukum dari suatu kegiatan bisnis diperlukan dalam hal mempermudah dan memperlancar kegiatan bisnis pada saat menjalin jaringan kerjasama dengan pihak lain.
e. Aspek Sosial dan lingkungan
Aspek ini menekankan pada seberapa besar penambahan kesempatan kerja atau pengurangan pengangguran. Aspek ini mempelajari pemerataan kesempatan kerja dan bagaimana pengaruh bisnis tersebut terhadap lingkungan sekitar lokasi bisnis. Aspek sosial memperhatikan manfaat dan pengorbanan sosial yang mungkin dialami oleh masyarakat sekitar lokasi bisnis. Dalam menyusun analisis kelayakan usaha diperlukan informasi diluar lingkungan perusahaan untuk mengetahui seberapa jauh lingkungan luar tersebut memberikan peluang sekaligus ancaman bagi rencana bisnis. Selain itu aspek ini dapat mengetahui apa saja yang dapat disumbangkan oleh proyek bisnis bagi lingkungan luar jika bisnis telah direalisasikan. Aspek ini terdiri dari pengaruh proyek terhadap penghasilan, devisa negara, penciptaan kesempatan kerja, kualitas hidup masyarakat, kontribusi bisnis dan dampak lingkungan yang merugikan dari keberadaan bisnis.
(31)
31 f. Aspek Finansial
Dalam mengkaji aspek finansial diperhitungkan berapa jumlah dana yang dibutuhkan untuk membangun dan kemudian mengoperasikan kegiatan bisnis. Analisis finansial adalah suatu analisis yang membandingkan antara biaya dan manfaat untuk menentukan apakah suatu proyek menguntungkan selama umur bisnis berlangsung (Husnan dan Muhammad,2000). Aspek ini bertujuan untuk menilai biaya-biaya apa saja yang akan dihitung dan berapa besar biaya-biaya yang akan dikeluarkan, seberapa besar pendapatan yang akan diterima jika bisnis dijalankan. Hal-hal yang diteliti dalam aspek ini adalah lama pengembalian investasi yang ditanamkan, sumber pembiayaan, tingkat suku bunga yang berlaku, biaya kebutuhan investasi, dan aliran kas ( cashflow ).
3.1.4 Teori Biaya dan Manfaat
Pada analisis usaha, tujuan-tujuan analisis harus disertai dengan defenisis biaya-biaya dan manfaat. Biaya dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang mengurangi suatu tujuan, dan suatu manfaat dan segala sesuatu yang membantu tujuan (Gittinger,1986). Biaya yang diperlukan dalam suatu usaha atau bisnis dikategorikan sebagai berikut:
a. Biaya modal merupakan dana untuk investasi yang penggunaanya bersifat jangka panjang seperti tanah, bangunan, pabrik dan mesin.
b. Biaya operasional atau modal kerja merupakan kebutuhan dana yang diperlukan pada saat usaha mulai dilaksanakan seperti biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja.
c. Biaya lainnya seperti pajak, bunga dan pinjaman.
Penerimaan dan biaya merupakan variabel-variabel penting untuk mengetahui kondisi bisnis suatu perusahaan. Dengan diketahuinya penerimaan total (Total Revenue atau TR) dan total biaya (Total Cost atau TC) yang dikeluarkan.
Manfaat dapat juga diartikan sebagai sesuatu yang dapat menimbulkan kontribusi terhadap suatu usaha atau proyek. Manfaat dapat dibedakan menjadi :
(32)
32 a. Manfaat langsung yaitu manfaat yang secara langsung dapat diukur dan dilaksanakan sebagai akibat dari investasi seperti peningkatan pendapatan dan kesempatan kerja.
b. Manfaat yang tidak langsung yaitu manfaat yang secara nyata diperoleh dengan tidak langsung dari usaha dan bukan merupakan tujuan utama seperti rekreasi.
Kriteria yang biasa digunakan sebagai dasar persetujuan atau penolakan suatu proyek atau usaha yang dilaksanakan adalah kriteria investasi. Dasar penialaian investasi adalah perbandingan antara jumlah nilai yang diterima sebagai manfaat dari investasi tersebut dengan manfaat-manfaat dalam situasi tanpa proyek. Nilai perbedaanya adalah berupa tambahan manfaat bersih yang akan muncul dari investasi dengan adanya proyek (Gittinger,1986).
3.1.5 Analisis Kelayakan Investasi
Analisis kelayakan investasi diukur berdasarkan ukuran kriteri-kriteri investasi. Kriteria investasi digunakan untuk mengukur manfaat yang diperoleh dan biaya yang dikeluarkan dalam suatu proyek dengan cara menggunakan perhitungan berdiskonto dan tidak berdiskonto. Perbedaanya terletak pada konsep Time Value of Money yang diterapkan pada perhitungan berdiskonto.
3.1.6 Analisis Finansial
Analisis finansial bertujuan untuk mengetahui perkiraan dalam hal pendanaan dan aliran kas, sehingga dapat diketahui layak atau tidaknya bisnis yang dijalankan. Menurut Husnan dan Suswarsono (2000) merupakan suatu analisis yang membandingkan antara biaya dan manfaat untuk menentukan apakah suatu bisnis akan menguntungkan selama umur bisnis yang terdiri dari:
Aspek finansial ini mengkaji beberapa analisis kelayakan finansial yang digunakan yaitu, Net B/C Ratio, Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR) dan Payback Period (PP),Laba rugi dan Analisis Sensitivitas.
(33)
33 a. Net Present Value (NPV)
Net Present Value (NPV) adalah nilai sekarang dari keuntungan bersih (manfaat neto tambahan) yang akan diperoleh pada masa mendatang, merupakan selisih antara nilai sekarang arus manfaat dikurangi dengan nilai sekarang arus biaya menurut Gittinger (1986). Adapun kriteria penilaian untuk NPV adalah sebagai berikut:
1) Jika NPV > 0, maka usaha yang dijalankan layak untuk dilaksanakan. 2) Jika NPV < 0, maka usaha yang dijalankan tidak layak untuk dilaksanakan. 3) Jika NPV = 0, maka usaha yang dijalankan tidak rugi dan tidak untung. b. Internal Rate of Return (IRR)
Internal Rate of Return (IRR) adalah tingkat suku bunga maksimum yang dapat dibayar oleh bisnis untuk sumberdaya yang digunakan karena bisnis membutuhkan dana lagi untuk biaya-biaya operasi dan investasi dan bisnis baru sampai pada tingkat pulang modal menurut Gittinger (1986). Sedangkan menurut Umar (2005) metode ini digunakan untuk mencari tingkat bunga yang menyamakan nilai sekarang dari arus kas yang diharapkan di masa datang, atau penerimaan kas, dengan mengeluarkan investasi awal. Apabila IRR sama dengan tingkat discount maka usaha tidak dapat mendapatkan untung atau rugi, tetapi jika IRR < tingkat discount rate maka usaha tersebut tidak layak diusahakan, sedangkan apabila IRR > tingkat discount rate maka usaha tersebut layak untuk diusahakan.
c. Net Benefit Cost Ratio (Net B/C Ratio)
Net benefit cost ratio (Net B/C Ratio) adalah perbandingan antara present value yang dari net benefit yang positif dengan present value dari net benefit yang negatif (Kadariah,1986). Jika Net B/C ratio >1, maka proyek tersebut layak untuk diusahakan karena setiap pengeluaran sebanyak Rp. 1 maka akan menghasilkan manfaat sebanyak Rp. 1. Jika Net B/C < 1 maka proyek tersebut tidak layak untuk diusahakan karena setiap pengeluaran akan menghasilkan penerimaan yang lebih kecil dari pengeluaran.
(34)
34 d. Payback Period (PP)
Payback period (PP) digunakan dengan tujuan untuk menghitung jangka waktu pengembalian modal investasi yang digunakan untuk membiayai bisnis. Payback period adalah suatu periode yang menunjukkan berapa lama modal yang ditanamkan dalam bisnis tersebut dapat dikembalikan.
e. Analisis Laba Rugi
Analisis laba rugi adalah laporan yang berisi tentang total penerimaan pengeluaran dan kondisi keuntungan yang diperoleh suatu perusahaan dalam satu tahun produksi. Laporan laba rugi menggambarkan kinerja perusahaan dalam upaya mencapai tujuannya selama periode tertentu. Laporan laba rugi mengandung sebuah informasi yang penting tentang suatu usaha, yaitu laba atau rugi bersih.
1) Penghasilan
Penghasilan perusahaan dapat diperoleh dari penjualan total terhadap produk yang dihasilkan selama periode yang tertentu. Penjualan merupakan sumber penghasilan utama bagi perusahaan. Penjualan bersih diperoleh dari penjualan kotor dikurangi penjualan yang dikembalikan (return).
2) Biaya
Biaya mencakup semua pengeluaran yang dikeluarkan perusahaan. Secara garis besar, macam-macam biaya yang termasuk didalamnya adalah biaya tetap, biaya variabel, pajak, rugi yang diakibatkan penjualan aktiva tetap dan penyusutan barang investasi.
3) Laba atau Rugi Bersih
Laba bersih dapat diperoleh dari seluruh penghasilan dikurangi seluruh biaya. Jika nilai selisih tersebut adalah positif, maka nilai tersebut sebagai keuntungan perusahaan, sedangkan nilai yang negatif menandakan kerugian perusahaan. Besarnya laba bersih yang dapat dicapai akan menjadi ukuran sukses bagi perusahaan.
(35)
35 Analisis sensitivitas adalah suatu analisa untuk dapat melihat pengaruh-pengaruh yang akan terjadi akibat keadaan yang berubah-ubah (Gittinger 1986). Pada bidang pertanian, bisnis sensitive berubah-ubah akibat empat masalah utama yaitu perubahan harga jual produk, keterlambatan pelaksanaan usaha, kenaikan biaya dan perubahan volume produksi.
Analisis sensitivitas, dicari beberapa nilai pengganti pada komponen biaya dan manfaat yang terjadi, yang masih memenuhi kriteria minimum kelayakan investasi atau masih mendapatkan keuntungan normal. Keuntungan normal terjadi apabila nilai NPV sama dengan nol (NPV=0). NPV sama dengan 0 akan membuat IRR sama dengan tingkat suku bunga dan Net B/C sama dengan 1 (cateris paribus). Artinya, sampai tingkat berapa usaha yang akan dijalankan mentoleransi peningkatan harga atau penurunan input dan penurunan harga atau jumlah output (Gittinger, 1986).
Parameter harga jual produk, jumlah penjualan dan biaya dalam analisis finansial diasumsikan tetap setiap tahunnya ( cateris paribus ). Namun, dalam keadaan nyata ketiga parameter dapat berubah-ubah sejalan dengan pertambahan waktu. Untuk itu, analisis sensitivitas perlu dilakukan untuk melihat sampai berapa persen penuruan harga atau kenaikan biaya yang terjadi dapat mengakibatkan perubahan dalam kriteria kelayakan investasi dari layak menjadi tidak layak.
Batas-batas maksimal perubahan parameter ini sangat mempengaruhi dalam hal layak atau tidaknya suatu usaha untuk dijalankan. Semakin besar persentase yang diperoleh misalnya persentase kenaikan harga pakan dan DOC maka menunjukkan bahwa usaha tersebut tidak peka atau tidak sensitif terhadap perubahan parameter yang terjadi.
3.2 Kerangka Pemikiran Operasional
Meningkatnya segala kebutuhan masyarakat yang diakibatkan perubahan peningkatan pendapatan membuat masyarakat ingin hidup lebih nyaman. Akan tetapi peningkatan tersebut tidak sebanding dengan peningkatan penyediaan produk-produk kebutuhan salah satunya telur ayam ras. Kurangnya pasokan telur pada usaha
(36)
36 peternakan ayam petelur sangat potensial dan diperkirakan akan semakin berkembang apabila dilakukan pengembangan.
Berdasarkan kondisi pertumbuhan ayam petelur yang cenderung statis sedangkan kebutuhan telur dalam negeri semakin meningkat setiap tahunnya, sehingga terjadi ketidakseimbangan antara permintaan telur dengan populasi ayam. Mengingat pertumbuhan ekonomi sekarang ini dan banyaknya program-program pemerintah yang menciptakan dunia agribisnis terlibat dalam program pemerintah tersebut. Program pemerintah yang menunjukkan nilai positif bagi para peternak yang mau bergerak di bidang peternakan salah satunya peternakan ayam petelur.
Dian Layer Farm merupakan salah satu perusahaan swasta yang ada di daerah Darmaga yang bergerak dalam bidang agribisnis berkeinginan mengambil langkah untuk menjalankan program pemerintah sehingga dibukanya peternakan ayam petelur. Keinginan tersebut berawal dari tingkat permintaan telur dan daging serta perbaikan gizi oleh masyarakat yang membangkitkan semangat para peternak khususnya Dian Layer Farm untuk menambah produksi telur ayam.
Usaha peningkatan produksi telur ini berawal pada permintaan yang telah didapatkan Dian Layer Farm mengalami peningkatan. Dian Layer Farm melakukan perubahan teknologi dengan cara merubah bentuk kandang batrei yang digunakan untuk produksi menjadi lebih efisien dan menguntungkan. Perubahan-perubahan yang terjadi pada produksi dan harga input juga perlu diperhatikan terhadap manfaat dan keuntungan yang akan diperoleh. Mengigat besarnya biaya investasi yang akan dikeluarkan maka diperlukan suatu analisis kelayakan usaha. Analisis kelayakan usaha ini dilihat dari beberapa aspek yaitu aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, aspek sosial, ekonomi dan lingkungan, aspek hukum serta aspek finansial yang dibagi menjadi kondisi DLF pada awal dan kondisi DLF pada saat pengembangan.
Aspek teknis mengkaji lokasi proyek, perkandangan, teknologi yang digunakan, bagaimana cara melakukan pemeliharaan dan kegiatan produksi. Aspek pasar mengkaji pasar input, bagaimana pemasaran dari produk output, bagaimana permintaan pasar, harga output dan proyeksi permintaan output kedepan. Aspek
(37)
37 manajemen mengkaji bentukan organisasi dari perusahaan dan struktur di perusahaan. Aspek hukum mengkaji bentuk usaha, izin dalam menjalankan usaha. Aspek finansial mengkaji NPV,IRR, Net B/C Rasio, PP, L/R dan sensitivitas. Dari keterangan tersebut dapat dilihat secara keseluruhan usaha ternak ayam ras petelur apakah layak atau tidak layak untuk dijalankan. Adapun alur kerangka pemikiran operasionalanya dapat dilihat pada Gambar 2.
(38)
38 Gambar 2. Kerangka Pemikiran Operasional Kelayakan Usaha Peningkatan
Produksi Telur Ayam
Prospek Usaha Dian Layer Farm Konsumsi Telur Yang Meningkat Kebutuhan Pasar Yang Belum Terpenuhi
Kriteria Kelayakan Bisnis NPV,IRR,Net B/C,PP, L/R
dan sensitivitas Aspek Finansial Aspek Non Finansisal
- Aspek teknis - Aspek pasar - Aspek manajemen - Aspek hukum - Aspek sosial dan
lingkungan
Dian Layer Farm Meningkatan Produksi Telur Ayam Ras
Analisis Kelayakan Usaha
Dapat diusahakan dan dikembangkan
Tidak Layak
Awal dan Pengembangan
Rekomendasi/ Perbaikan
(39)
39
IV METODE PENELITIAN
4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Dian Layer Farm yang terletak di Kampung Kahuripan, Desa Sukadamai, Kecamatan Darmaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan lokasi ini dilakukan dengan sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa perusahaan ini sedang merencanakan proyek untuk melakukan usaha di bidang peningkatan produksi telur ayam. Pengambilan data dilaksanakan pada bulan Mei hingga Juni 2011.
4.2 Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder yang mana bersifat kuantitatif dan kualitatif. Data primer didapatkan berdasarkan pada wawancara langsung dan pengamatan langsung di perusahaan. Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh secara tidak langsung melalui penelusuran literatur-literatur yang berhubungan dengan peternakan ayam ras petelur , pemasaran telur. Data sekunder antara lain diperoleh dari majalah, buku, electronic library, Badan Pusat Statistik, dan Dinas Peternakan dan internet.
4.3 Metode Analisis Data
Metode analisis yang digunakan yaitu metode analisis kualitatif dan kuantitatif. Metode analisis kualitatif dilakukan dengan cara mendeskripsikan aspek-aspek yang akan dikaji dalam analisis kelayakan usaha peningkatan produksi telur ayam pada Dian Layer Farm disertai dengan data yang mendukung. Aspek–aspek tersebut meliputi aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, aspek sosial,ekonomi dan lingkungan.
Analisis kuantitatif dilakukan untuk mengetahui kelayakan finansial usaha ayam ras petelur pada Dian Layer Farm berdasarkan kriteria kelayakan investasi. Data kuantitatif dikumpulkan, diolah dengan menggunakan komputer software microsoft excel yang akan ditampilkan dalam bentuk tabulasi yang kemudian dijelaskan secara deskriptif. Manfaat penggunaan metode analisis ini dapat membantu
(40)
40 dalam pemenuhan data dan informasi sehingga memberikan kemudahan dalam penyusunan penelitian.
4.4 Analisis Aspek Pasar
Aspek pasar merupakan perkiraan dan peramalan dari pasar potensial. Dalam melakukan kegiatan pemasaran dibutuhkan strategi pemasaran yang terencana untuk memasuki pasar yang telah ada dan berkembang. Pengkajian aspek pasar penting dilakukan karena tidak ada bisnis yang berhasil tanpa permintaan atas barang atau jasa yang dihasilkan bisnis tersebut. Pada dasarnya analisis aspek pasar bertujuan untuk mengetahui berapa besar luas pasar, pertumbuhan permintaan dan market share dari produk tersebut.
Hal yang mendasari dari aspek ini adalah seberapa besar orientasi pasar akan mempengaruhi kemampuan penyerapan produk. Aspek tersebut meliputi peluang pasar dari telur ayam ras milik Dian Layer Farm serta bauran pemasaran yang dilakukan meliputi produk, ketetapan harga distribusi dan promosi.
4.5 Analisis Aspek Teknis
Aspek teknis merupakan aspek yang berkenaan dengan proses pembangunan bisnis secara teknis dan pengoperasiannya setelah bisnis tersebut selesai dibangun. Aspek teknis ini lebih menekankan pada apakah secara teknis pilihan teknologi yang dipakai dapat dilaksanakan secara layak atau tidak. Pada aspek teknis akan mengungkapkan kebutuhan apa saja yang diperlukan dan bagaimana secara teknis proses produksi akan dilaksanakan, kapasitas produksi, jenis teknologi yang dipakai, perlengkapan peralatan dan mesin, lokasi pabrik dan pengawasan kualitas yang dilakukan dalam usaha ayam ras petelur pada Dian Layer Farm .
4.6 Analisis Aspek Manajemen
Manajemen merupakan hal yang paling penting dalam membuat suatu rencana yang akan dijalankan sehingga hasilnya pun akan maksimal. Dalam membuat suatu keputusan investasi dibutuhkan gambaran mengenai rencana kegiatan yang akan dijalankan terkait dengan tenaga kerja yang dibutuhkan dan pembagian kerja yang
(41)
41 sesuai. Pada intinya aspek manajemen digunakan untuk mengetahui apakah rencana yang dibuat sudah terlaksana, terkendali dan berjalan dengan baik dalam perusahaan Dian Layer Farm.
4.7 Analisis Aspek Sosial dan Lingkungan
Analisis aspek sosial dan lingkungan dikaji untuk mengetahui dampak yang ditimbulkan oleh adanya kegiatan usaha peternakan ayam ras petelur pada Dian Layer Farm terhadap kondisi sosial dan lingkungan masyarakat disekitar perusahaan. Serta mengetahui manfaat-manfaat yang didapat oleh perusahaan dan masyarakat dari usaha ayam ras petelur.
4.8 Aspek Finansial
Aspek keuangan atau finansial bertujuan untuk mengetahui perkiraan dalam hal pendanaan dan aliran kas, sehingga dapat diketahui layak atau tidaknya bisnis yang dijalankan. Metode yang dapat digunakan dalam kajian ini adalah metode analisis kelayakan bisnis.
Aspek finansial ini mengkaji beberapa analisis kelayakan finansial yang digunakan yaitu, Net B/C Ratio, Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Payback Period (PP)dan Switchings Value.
a. Net Present Value (NPV)
Net Present Value (NPV) adalah nilai sekarang dari keuntungan bersih (manfaat neto tambahan) yang akan diperoleh pada masa mendatang, merupakan selisih antara nilai sekarang dari arus pendapatan yang ditimbulakan oleh investasi menurut Kadariah (1986). Adapun rumus yang digunakan dalam perhitungan NPV adalah sebagai berikut :
ni
t
i
Ct
Bt
NPV
(42)
42 Keterangan :
NPV : Net Present Value (Rp)
Bt : Penerimaan pada tahun ke-t (Rp) Ct : Biaya pada tahun ke-t(Rp) n : Umur Bisnis (Tahun) i : Discount Rate (%) t : Tahun
Adapun kriteria penilaian untuk NPV adalah sebagai berikut:
1. Jika NPV > 0, maka usaha yang dijalankan layak untuk dilaksanakan. 2. Jika NPV < 0, maka usaha yang dijalankan tidak layak untuk dilaksanakan. 3. Jika NPV = 0, nilai perusahaan tetap dimana perusahaan tidak rugi dan tidak
untung.
b. Internal Rate of Return (IRR)
Internal Rate of Return (IRR) adalah tingkat suku bunga maksimum yang dapat dibayar oleh bisnsi atau usaha untuk sumberdaya yang digunakan karena bisnis membutuhkan dana lagi untuk biaya-biaya operasi dan investasi dan bisnis baru sampai pada tingkat pulang modal atau nilai discount rate yang membuat nilai NPV sama dengan nol (Kadariah (1986). Rumus yang digunakan untuk menghitung IRR adalah sebagai berikut:
Keterangan :
NPV1 : NPV yang bernilai positif (Rp)
NPV2 : NPV yang bernilai negatif (Rp)
I1 : Discount rate yang menghasilkan NPV positif (%)
)
(
2 12 1
1
1
i
i
NPV
NPV
NPV
i
IRR
(43)
43 I2 : Discount rate yang menghasilkan NPV negative (%)
Apabila IRR = tingkat discount rate maka usaha tidak dapat mendapatkan untung atau rugi, tetapi jika IRR < tingkat discount rate maka usaha tersebut tidak layak diusahakan, sedangkan apabila IRR > tingkat discount rate maka usaha tersebut layak untuk diusahakan.
c. Net Benefit Cost Ratio (Net B/C Ratio)
Net benefit cost ratio (Net B/C Ratio) adalah perbandingan antara present value
yang dari net benefit positif dengan present value dari net benefit negatif (Kadariah ,1986). Rumus perhitungan Net B/C adalah sebagai berikut:
Keterangan :
Bt : Penerimaan pada tahun ke-t (Rp) Ct : Biaya pada tahun ke-t (Rp) i : Tingkat suku bunga diskonto (%)] n : umur ekonomis bisnis (tahun)
Jika Net B/C ratio >1, maka usaha tersebut layak untuk diusahakan karena setiap pengeluaran sebanyak Rp. 1 maka akan menghasilkan manfaat sebanyak Rp. 1. Jika Net B/C < 1 maka usaha tersebut tidak layak untuk diusahakan karena setiap pengeluaran akan menghasilkan penerimaan yang lebih kecil dari pengeluaran.
d. Payback Period (PP)
Payback period (PP) digunakan dengan tujuan untuk menghitung jangka waktu pengembalian modal investasi yang digunakan untuk membiayai bisnis. Payback period adalah suatu periode yang menunjukkan berapa lama modal yang
0
0
1
1
/
1 1
Ct
Bt
Ct
Bt
i
Bt
Ct
i
Ct
Bt
Ratio
C
B
Net
n t t n t t(44)
44 ditanamkan dalam bisnis tersebut dapat dikembalikan menurut Kadariah (1986). Payback period dapat dirumuskan sebagai berikut:
Keterangan :
PP : Waktu yang diperlukan untuk pengembalian modal investasi (tahun/Bulan)
I : Jumlah modal investasi yang diperlukan (Rp)
Ab : Manfaat hasil bersih rata-rata pertahun per periode (Rp)
Selama usaha dapat mengembalikan modal atau investasi sebelum berakhirnya umur bisnis, berarti bisnis masih dapat dilaksanakan. Akan tetapi apabila sampai saat bisnis berakhir dan belum dapat mengembalikan modal yang digunakan, maka sebaiknya bisnis tidak dilaksanakan.
e. Laba Rugi
Analisis laba rugi dilakukan untuk membalas jasa atas faktor produksi yang telah digunakan. Laba rugi berisi tentang total penerimaan pengeluaran dan kondisi keuntungan yang diperoleh suatu perusahaan dalam satu tahun produksi yang mengambarkan kinerja perusahaan dalam upaya mencapai tujuannya selama periode tertentu.
f. Analisis Sensitivitas
Analisis sensitivitas adalah suatu teknik untuk menguji secara sistematis apa yang akan terjadi pada kapasitas penerimaan suatu bisnis apabila terjadi perubahan pada perkiraan yang dibuat dalam perencanaan. Menyatakan bahwa analisis bisnis banyak diperlukan peramalan, sehingga perhitungan-perhitungan biaya dan manfaat mengandung banyak ketidakpastian. Oleh karena itu, perlu dilakukan analisis kepekaan. Analisis sensitivitas dilakukan untuk melihat pengaruh perubahan beberapa faktor dalam pengembangan usaha, yaitu penurunan inflow dan kenaikan outflow. Penurunan inflow disebabkan oleh
(1)
(2)
(3)
(4)
143
(5)
i RINGKASAN
EVA CHRISTY JUNITA SIANTURI.H340960331.2011.Analisis Kelayakan Usaha Ayam Ras Petelur pada Dian Layer Farm di Desa Sukadamai Kecamatan Darmaga Kabupaten Bogor. Skripsi.Departemen Agribisnis, Fakultan Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor ( Di bawah bimbingan TINTIN SARIANTI). Peningkatan populasi penduduk, perkembangan ekonomi, perbaikan tingkat pendidikan, peningkatan pendapatan, kesadaran masyarakat akan pentingnya gizi, arus globalisasi dan informasi perdagangan serta urbanisasi dan perubahan gaya hidup merupakan pemacu peningkatan terhadap produk peternakan termasuk telur. Meningkatnya peluang pasar tehadap produk peternakan terutama telur memberikan dampak yang positif terhadap perkembangan usaha peternakan. Telur merupakan sumber protein hewani yang cukup banyak diminati oleh masyarakat terutama telur ayam ras. Hal ini dikarenakan harga telur yang terjangkau oleh semua kalangan masyarakat. Selain harganya terjangkau telur merupakan sumber protein yang mudah diolah menjadi sumber pangan lain. Sehingga permintaan telur meningkat sedangkan pemenuhan akan telur tidak dapat mencukupi permintaan atau masih terbatas. Kondisi tersebut yang menjadi peluang bagi para pengusaha peternakan ayam ras petelur untuk mengembangan usahanya.
Dian Layer Farm adalah salah satu perusahaan yang bergerak di bidang agribisnis yang melakukan usaha peternakan telur ayam ras. Dian layer Farm terletak di Desa Sukadamai Kecamatan Darmaga Kabupaten Bogor yang masih memiliki permasalahan karena tidak dapat memenuhi permintaan pasarnya akan produk telur. Untuk mengatasi permasalahn tersebut maka Dian Layer Farm mengembangkan usahanya dengan menambah produktivitas peternakannya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah pengembangan usaha peternakan ayam ras petelur tersebut layak atau tidak dijalankan sehingga peneliti melakukan analisis kelayakan dengan mengkaji aspek non finansial yang terdiri dari aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, aspek hukum dan aspek sosial lingkungan yang dilakukan secara kualitatif. Selain aspek non finansial peneliti juga menganalisis dari segi aspek finansial yang terdiri dari Net Present Value ( Net B/C ratio ), Internal Rate Return
( IRR ), Net Benefit Ratio ( Net B.C Ratio), Payback Period (PP),Laba Rugi serta
menganalisis tingkat kepekaan atau sensitivitas terhadap variabel output maupun variabel input yang dilakukan secara kuantitatif dan dipaparkan secara deskriptif. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei hingga Juni 2011.
Adanya potensi pasar, pangsa pasar dan permintaan yang masih lebih besar dibandingkan penawaran membuat usaha ini layak untuk dijalankan. Penilaian kelayakan aspek teknis yang terdiri dari lokasi usaha, budidaya yang dijalankan, ketersediaan bahan baku utama dan pendukung serta teknologi yang digunakan oleh perusahaan dalam menjalankan usahanya mampu memenuhi persyaratan ideal usaha peternakan tersebut sehingga layak untuk dijalankan. Agar usaha tetap berjalan sesuai
(6)
ii dengan aturan yang ada maka diperlukan manajemen yang dapat mengelola perusahaan dengan membagi job description serta struktur manajemen yanng jelas, adanya faktor pendukung pembagian insentif yang memberi semangat kepada para pekerja yang mendukung jalannya usaha sehingga usaha ini layak untuk dijalankan. Untuk mempermudah jalannya usaha dibutuhkan dukungan dari kelembagaan yang menjamin berdirinya perusahaan dari segi hukum. Selain itu perusahaan juga mampu memberikan manfaat kepada masyarakat sekitar perusahaan seperti penyerapan tenaga kerja yang mempu menambah mata pencahariaan masyarakat sekitar perusahaan, adanya limbah kotoran ayam yang menguntungkan untuk petani sekitar sehingga layak untuk dijalankan.
Berdasarkan hasil perhitungan kelayakan secara finansial dari usaha ayam ras petelur pada Dian Layer Farm maka diperoleh pada saat kondisi awal usaha dimana belum
ada penambahan produktivitas menunjukkan NPV lebih besar dari 0 yaitu sebesar Rp 2.359.608.260,73 IRR lebih besar dari discount rate yaitu sebesar 71 persen ,
Net B/C sebesar 3,28 lebih besar dari satu, PP lebih pendek dari umur proyek yaitu 2 tahun 3 bulan. Analisis sensitivitas usaha ini layak untuk dijalankan karena dilihat dari penurunan jumlah produksi sebesar 26 persen, kenaikan harga DOC sebesar 28,6 persen dan kenaikan harga pakan sebesar 37 persen nilai NPV menunjukkan lebih besar dari nol, Net B/C lebih besar dari 1, IRR lebih besar dari discount rate dan PP sebelum umur usaha berakhir . Pada kondisi pengembangan hasil yang diperoleh dari analisis finasial menunjukkan bahwa usaha ini layak untuk dijalankan ketika dilakukan pengembangan usaha dengan meningkatkan produktivitas ayam ras petelur.