Analisis Kelayakan Usaha Peternakan Ayam Broiler di Desa Kembiritan Kecamatan Genteng Kabupaten Banyuwangi

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN AYAM
BROILER DI DESA KEMBIRITAN KECAMATAN GENTENG
KABUPATEN BANYUWANGI

KARTIKA TIRTA ARUM

DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Analisis Kelayakan
Usaha Peternakan Ayam Broiler di Desa Kembiritan Kecamatan Genteng
Kabupaten Banyuwangi adalah benar karya saya dengan arahan dari dosen
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.

Bogor, Mei 2014
Kartika Tirta Arum
NIM H34100103

ABSTRAK
KARTIKA TIRTA ARUM. Analisis Kelayakan Usaha Peternakan Ayam Broiler
di Desa Kembiritan Kecamatan Genteng Kabupaten Banyuwangi. Dibimbing oleh
NETTI TINAPRILLA.
Peternakan ayam pedaging di Banyuwangi memiliki prospek yang baik untuk
investasi. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis kelayakan peternakan
ayam pedaging dan menganalisis switching value untuk penurunan harga output,
meningkatkan harga DOC, harga pakan dan biaya variabel. Data didapakan dari
data primer dan sekunder. Data primer didapatkan melalui wawancara dengan
pemilik dan staf peternakan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa peternakan
broiler layak di semua aspek finansial dan non finansial. Dengan tingkat suku bunga
13,53 persen, penelitian in menunjukkkan bahwa NPV adalah Rp691 731 852, Net
B / C adalah 2,70, IRR adalah 63 persen, payback period adalah 4 tahun dan 1 bulan.

Berdasarkan switching value, peternakan ayam pedaging ini sensitif terhadap
penurunan harga output, kenaikan biaya variabel dan harga pakan.
Kata kunci: ayam broiler, aspek usaha, kelayakan usaha, switching value

ABSTRACT
KARTIKA TIRTA ARUM. Feasibility Analysis of broiler farm in the Kembiritan
Village Genteng Sub-district Banyuwangi Regency. Supervised by NETTI
TINAPRILLA.
Broiler farm in Banyuwangi has a good prospect for investment. The aims
of this study is to analyze feasibility of broiler farm and to analyze switching value
for decreasing of output price, increasing of DOC price, feed price and variable
cost. Data was collected from both primary and secondary data. Primery data was
collected by interviewing the owner and staffs of the farm. The result of this study
show that broiler farm is feasible in all of non financial dan financial aspects. With
the interest rate 13.53 percent, this study revealed that NPV is Rp691 731 852, Net
B/C is 2.70, IRR is 63 percent, payback period is 4 years and 1 month. Acording to
switching value, this broiler farm is sensitive on decreasing of output price,
increasing of variable cost and feed price.
Keywords: broiler, business aspect, business feseability, switching value


ANALISIS KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN AYAM
BROILER DI DESA KEMBIRITAN KECAMATAN GENTENG
KABUPATEN BANYUWANGI

KARTIKA TIRTA ARUM

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada
Departemen Agribisnis

DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

Judul Skripsi : Analisis Kelayakan Usaha Peternakan Ayam Broiler di Desa
Kembiritan Kecamatan Genteng Kabupaten Banyuwangi

Nama
: Kartika Tirta Arum
NIM
: H34100103

Disetujui oleh

Dr Ir Netti Tinaprilla, MM
Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Ir Dwi Rachmina, MSi
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang

dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Januari 2014 ialah Analisis
Kelayakan Usaha Peternakan Ayam Broiler di Desa Kembiritan Kecamatan
Genteng Kabupaten Banyuwangi.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr Ir Netti Tinaprilla, MM selaku dosen
pembimbing, Dr Amzul Rifin, SP, MA selaku dosen penguji utama, dan Ir Narni
Farmayanti, Msc selaku dosen penguji komisi pendidikan. Terima kasih juga
disampaikan kepada Bapak drh H Catur Sasmito, MM yang telah banyak memberi
saran dan membantu selama pengumpulan data. Ungkapan terima kasih yang luar
biasa juga disampaikan kepada kedua orangtua (Catur Sasmito dan Rini Arfiyah)
dan kakak adik (Aditya krestyatama dan Cleary sahasika) serta seluruh keluarga,
atas segala doa dan kasih sayangnya. Terakhir penulis sampaikan terima kasih
banyak kepada Hendras Desi Irawan yang telah banyak membantu dan memberikan
semangat dalam menyelesaian skripsi ini, serta sahabat seperjuangan agribisnis 47
Suryani Nurfadila, Intan Rizkia, Putri Ariefa, Resti Istiarty, Keluarga Asrama Putri
TPB A3 kamar 334 Restu Pertiwi, Hestilia Anggraini dan Nurul Afifah, serta
sahabat-sahabat yang selalu memberi dukungan dan bantuan dalam pembuatan
skripsi.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Mei 2014

Kartika Tirta Arum
NRP H34100103

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

viii

DAFTAR GAMBAR

ix

DAFTAR LAMPIRAN

ix

PENDAHULUAN

1


Latar Belakang

1

Rumusan Masalah

4

Tujuan Penelitian

6

Ruang Lingkup Penelitian

6

TINJAUAN PUSTAKA

7


Usaha Peternakan Ayam Broiler di Indonesia

7

Keberhasilan Usaha Peternakan Ayam Broiler

8

Studi Kelayakan Usaha Ayam Broiler
KERANGKA PEMIKIRAN
Kerangka Pemikiran Teoritis

10
11
11

Studi Kelayakan Bisnis

11


Aspek Kelayakan Bisnis

12

Pengertian Investasi

15

Teori Biaya dan Manfaat

16

Analisis Switching value

17

Kerangka Pemikiran Operasional

17


Kerangka Operasional

19

METODE PENELITIAN

20

Lokasi dan Waktu Penelitian

20

Jenis Dan Sumber Data

20

Metode Pengolahan Data Dan Analisis Data

20


Analisis Kelayakan Aspek Non Finansial

21

Analisis Aspek Pasar

21

Analisis Aspek Taknis

21

Analisis Aspek Manajemen dan Hukum

21

Analisis Aspek Sosial, Ekonomi dan Lingkungan

21

Analisis Kelayakan Aspek Finansial

22

Analisis Switching Value

24

Asumsi Dasar

24

GAMBARAN UMUM

25

Gambaran Umum Lokasi Penelitian

25

Kondisi Umum Desa Kembiritan

25

Letak Geografis dan Iklim

25

Karakteristik Responden Bapak Catur Sasmito

25

HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisis Kelayakan Usaha Aspek Non Finansial

26
26

Aspek Pasar

26

Aspek Teknis

29

Aspek Manajemen dan Hukum

34

Aspek Sosial, Ekonomi dan Lingkungan

36

Analisis Kelayakan Usaha Aspek Finansial

37

Arus Penerimaan (Inflow)

37

Arus Pengeluaran (Outflow)

39

Analisis Laba Rugi

44

Analisis Kelayakan Finansial

44

Analisis Switching Value

45

SIMPULAN DAN SARAN

46

DAFTAR PUSTAKA

47

LAMPIRAN

49

RIWAYAT HIDUP

66

DAFTAR TABEL
1 Produksi daging unggas nasional di Indonesia dalam ton tahun 20142018
2 Rata-rata konsumsi protein per kapita menurut kelompok makanan di
Indonesia tahun 2009-2013
3 PDRB Kabupaten Banyuwangi atas dasar harga berlaku menurut
lapangan usaha
4 pertumbuhan penduduk Kabupaten Banyuwangi tahun 2010-2012
5 Proyeksi penerimaan penjualan ayam broiler hidup tahun 2014-2018
6 Proyeksi penerimaan penjualan karung bekas pakan tahun 2014-2018
7 Harga dan biaya variabel pada peternakan ayam broiler tahun 2014
8 Harga dan biaya variabel pada peternakan ayam broiler tahun 2015
9 Harga dan biaya variabel pada peternakan ayam broiler tahun 2016
10 Biaya tetap setiap tahunnya yang dikeluarkan oleh peternak ayam broiler
tahun 2014
11 Biaya tetap setiap tahunnya yang dikeluarkan oleh peternak ayam broiler
tahun 2015
12 Biaya tetap setiap tahunnya yang dikeluarkan oleh peternak ayam broiler
tahun 2016
13 Hasil analisis kelayakan finansial peternakan ayam broiler
14 Hasil analisis swiching value pada peternakan ayam broiler milik Bapak
Catur Sasmito

1
2
3
4
38
38
40
41
42
43
43
43
44
46

DAFTAR GAMBAR

1 Kerangka pemikiran operasional
2 Kurva hubungan NPV dan IRR
3 Layout produksi
4 Struktur organisasi
5 Hasil penelitian hubungan NPV dan IRR

19
22
33
35
45

DAFTAR LAMPIRAN

1 Jadwal produksi ayam broiler tahun 2014-2018
2 Biaya inveatasi, penyusutan per tahun dan nilai sisa
3 Proyeksi laba rugi peternakan ayam broiler tahun 2014-2018
4 Proyeksi cashflow peternakan ayam broiler tahun 2014-2018
5 Proyeksi cashflow usaha peternakan ayam broiler (switching value
penurunan harga jual ayam)
6 Proyeksi cashflow usaha peternakan ayam broiler (switching value
peningkatan harga DOC)

49
51
53
54
56
58

7 Proyeksi cashflow usaha peternakan ayam broiler (switching value
peningkatan harga pakan)
8 Proyeksi cashflow usaha peternakan ayam broiler (switching value
peningkatan biaya variabel)
9 Dokumentasi penelitian

60
62
64

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Indonesia merupakan negara yang memiliki banyak potensi di bidang
pertanian, karena memiliki wilayah dan iklim yang sangat mendukung bidang
tersebut. Indonesia adalah negara kepulauan dengan banyak gunung berapi
sehingga memiliki tanah yang subur. Salah satu sub sektor pertanian yang dapat
dikembangkan dan berpotensi menghasilkan perputaran modal serta pendapatan
yang tinggi bagi pelakunya adalah bidang peternakan. Peternakan merupakan salah
satu pemegang peranan sentral dalam kemajuan suatu bangsa, karena peternakan
adalah penyumbang protein hewani untuk kecerdasan anak bangsa. Namun sampai
saat ini Indonesia belum dapat mencukupi kebutuhan dagingnya sendiri, sehingga
harus mengimpor daging.
Salah satu usaha peternakan yang dapat menanggulangi kekurangan protein
hewani adalah usaha peternakan ayam broiler. Ayam broiler dipilih karena
memiliki kecepatan pertumbuhan yang tinggi sehingga dapat dipanen dalam waktu
kurang dari 40 hari dan produk mudah diterima oleh masyarakat Indonesia. Hal ini
juga memudahkan para pelaku usaha peternakan untuk menghitung utung rugi
dalam beternak, karena cash flow yang cepat serta peggunaan tenaga kerja yang
sedikit. Keberhasilan usaha peternakan ayam dipengaruhi oleh faktor bibit (DOC),
pakan, serta managemen pemeliharaan. Biaya pakan merupakan faktor utama yang
mempengaruhi keberhasilan usaha peternakan ayam broiler yaitu sekitar 60-70
persen, oleh karena itu pakan harus berkualitas dan ekonomis dari sisi harga. Hal
tersebut bertujuan untuk mendapatkan produksi daging yang optimal sesuai dengan
target waktu pemanenan serta mendapatkan keuntungan dari sebaran harga di
pasaran.

Tabel 1 Produksi daging unggas nasional di Indonesia dalam ton tahun 20112013
Jenis Unggas
Produksi Tahun (Ton)
2011
2012
2013a
Ayam Kampung
264 797
267 493
287 438
Ayam Petelur
62 146
66 050
70 653
Ayam Pedaging
1 337 909
1 400 468
1 479 812
Itik Manila
28 184
33 610
34 579
Jumah
1 693 036
1 767 621
1 872 482
a
Catatan: angka sementara
Sumber: Direktorat Jendral Peternakan dan Kesehatan Hewan (2013)

Produksi daging unggas nasional mengalami peningkatan dari tahun 2011
sampai dengan 2013, terlihat pada Tabel 1. Salah satu jenis unggas yang memiliki
produksi terbesar dan menjadi penyumbang bahan makanan berupa daging adalah
ayam pedaging atau ayam broiler. Pada tahun 2013 produksi daging ayam broiler

2
mencapai 1 479 812 ton atau 79 persen dari total produksi daging unggas nasional
sebesar 1 872 482 ton. Peningkatan produksi dipengaruhi oleh perkembangan
teknologi serta cara produksi yang semakin efektif. Perkembangan industri hulu
semakin kuat terlihat dari perusahaan pembibitan, perusahaan pakan ternak,
perusahaan obat hewan dan peralatan peternakan, selalu memperbesar skala usaha
agar peternak ayam broiler mudah mendapatkan input.
Semakin tinggi pertumbuhan ekonomi suatu bangsa maka akan berdampak
pada makanan yang dikonsumsinya. Bangsa yang maju dengan pendapatan
perkapita tinggi memiliki nilai konsumsi yang tinggi pada produk pangan hewani.
Saat ini kondisi perekonomian Indonesia semakin meningkat disertai peningkatan
jumlah penduduk yang tidak terkontrol. Hal ini menunjukkan bahwa Indonesia akan
membutuhkan lebih banyak pasokan bahan makanan baik nabati maupun hewani.

Tabel 2 Rata-rata konsumsi protein per kapita menurut kelompok makanan di
Indonesia tahun 2009-2013
Bahan Makanan
Satuan
Tahun
2009 2010 2011 2012
2013
Daging Sapi
Kg
0.313 0.365 0.417 0.365
0.261
Daging Ayam Ras
Kg
3.076 3.546 3.650 3.494
3.650
Daging Ayam Kampung
Kg
0.521 0.626 0.626 0.521
0.469
Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional, BPS( 2013)

Berdasarkan rata-rata konsumsi protein per kapita pada Tabel 2, terjadi
peningkatan konsumsi 19 persen daging ayam broiler dari tahun 2009 sampai
dengan tahun 2013. Peningkatan rata-rata konsumsi protein per kapita dari daging
ayam broiler mengindikasikan bahwa masyarakat lebih tertarik pada daging ayam
broiler dari pada daging sapi maupun ayam kampung. Dapat dilihat dari harga
daging ayam broiler lebih terjangkau dibandingkan harga daging ayam kampung
dan daging sapi. Hal seperti ini merupakan sebuah peluang yang harus
dimanfaatkan sebaik mungkin bagi para pelaku usaha peternakan ayam broiler
untuk lebih mengembangkan usahanya. Masyarakat Indonesia terdiri dari berbagai
latar belakang budaya identik dengan perayaan hari besar dan hampir setiap
bulannya ada perayaan hari besar. Adanya perayaan tersebut dapat dimanfaatkan
para peternak untuk menentukan kapan mulai berproduksi dan kapan saat yang
tepat untuk menjual produk ternaknya. Selain itu, majunya industri makanan siap
saji dan produk olahan daging ayam membuat peternakan ayam broiler menjadi
bisnis yang menggiurkan dan banyak diincar para pengusaha.
Kabupaten Banyuwangi terletak di pulau Jawa, termasuk kedalam provinsi
Jawa Timur. Karena terletak di ujung paling Timur pulau Jawa, maka akses
perdagangan sangat luas hingga ke pulau Bali. Daya beli yang tinggi dari
masyarakat pulau Bali, terdapat peluang pasar yang cukup besar untuk kebutuhan
pangan membuat pilihan bagi penduduk di Kabupaten Banyuwangi untuk
mensuplai bahan kebutuhan pokok. Kabupaten Banyuwangi memiliki pendapatan
daerah paling besar dari sektor pertanian secara luas (peternakan, perkebunan,
perikanan dan pertanian). Luas wilayah Kabupaten Banyuwangi 5 782.50
Kilometer persegi, area kawasan hutan dari luas wilayah mencapai sekitar 31.72

3
persen, lalu diurutan ke dua permukiman dengan luas sekitar 22.04 persen, untuk
urutan ke tiga dipergunakan untuk jalan, lading dan lain-lainnya sekitar 20.59
persen, di urutan ke empat area perkebunan dengan luas sekitar 14.21 persen dan
yang terakhir area persawahan sekitar 11.44 persen. Panjang garis pantai sekitar
175.8 kilometer, Kabupaten Banyuwangi memiliki laut dan daratan yang cukup
luas. Sehingga perikanan, pertanian dan perkebunan maju pesat. Perkebunan di
Kabupaten Banyuwangi dikelola oleh PTPN XI dan XII dengan komoditas tanaman
utama Kakao, Karet, Kopi dan Tebu. Dari sektor Peternakan terlihat bahwa
perkembangannya masih lambat dibandingkan subsektor yang lain. Kabupaten
Banyuwangi memiliki potensi yang cukup besar dari sektor peternakan untuk
dikembangkan, masih banyak lahan yang tidak produktif dapat digunakan menjadi
lahan peternakan ayam broiler, sapi perah dan sapi potong.
Berdasarkan data pada Tabel 3 dapat dijelaskan bahwa dari tahun 2010
hingga tahun 2012 pertanian menempati peringkat pertama sebagai penyumbang
pendapatan paling besar di Kabupaten Banyuwangi. Hal ini menunjukkan bahwa
pertanian di Kabupaten Banyuwangi berkembang dengan pesat melebihi sektor
lainnya.

Tabel 3 Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Banyuwangi menurut
lapangan usaha tahun 2010-2012 atas dasar harga berlaku (Juta Rp)
Lapangan Usaha
Tahun
2010
2011
2012
Pertanian
10 884 186.46 12 010 933.69 13 861 466.21
Pertambangan dan
1 077 494.47
1 219 057.50
1 372 852.31
Penggalian
Industri Pengolahan
1 272 557.76
1 417 873.36
1 626 602.91
Listrik, Gas, dan Air Bersih
75 368.78
79 687.37
87 458.02
Bangunan
245 642.88
291 086.23
340 918.35
Perdagangan, Hotel, dan
6 485 329.58
7 726 520.33
9 325 154.53
Restoran
Pengangkutan dan
734 577.13
810 406.17
919 026.45
Komunikasi
Keuangan, Persewaan dan
1051862.54
1 185 128.35
1 328 509.61
Jasa Perusahaan
Jasa-jasa
1 445 401.22
1 626 694.40
1 835 155.08
PDRB Atas Dasar Harga
23 558 420.84 27 059 769.40 30 698 143.47
Berlaku
Sumber: BPS Kabupaten Banyuwangi (2012)

Kabupaten Banyuwangi memiliki potensi yang cukup besar dari semua
sektor, akan tetapi yang paling penting untuk dikembangkan dari sektor peternakan,
karena jumlah pertumbuhan penduduk dari tahun 2010 hingga tahun 2012
mengalami peningkatan pada Tabel 4. Kebutuhan akan daging ayam dan daging
sapi terus meningkat di iringi dengan peningkatan UMR (Upah Minimum
Regional) setiap tahunnya dari tahun 2013 ke tahun 2014 mengalami peningkatan
sebesar Rp153 600. UMR di Kabupaten Banyuwangi pada tahun 2013 sebesar Rp1

4
086 400 dan pada tahun 2014 sebesar Rp1 240 000. Dilihat dari pendapatan
masyarakat di Kabupaten Banyuwangi rata-rata ekonomi menengah ke bawah,
pemberian protein untuk tubuh sangatlah penting maka dengan mengkonsumsi
daging ayam broiler dapat memenuhi kebutuhan gizi bagi tubuh. Karakteristik
daging ayam broiler yang hampir semua masyarakat dapat membeli dengan harga
murah dibandingkan dengan daging sapi. Serta mudah untuk didapatkan di pasar
lokal, pemeliharaan dengan waktu yang relatif singkat hanya 35 hari mulai dari
pertama chick in sampai panen.

Tabel 4 Pertumbuhan penduduk Kabupaten Banyuwangi tahun 2010-2012
Uraian
Satuan
Kepadatan Penduduk
(jiwa/km2)
Sex ratio
Pertumbuhan Penduduk
%
Sumber : BPS Kabupaten Banyuwangi (2012)

2010
269
0.99
0.44

2011
271
0.99
0.82

2012
273
0.99
0.82

Kabupaten Banyuwangi memiliki populasi unggas pada tahun 2012 yang
terdiri dari ayam kampung sebesar 1 574 273 ekor, ayam petelur sebesar 675 547
ekor, ayam ras pedaging sebesar 2 335 710 ekor dan itik sebesar 379 327 ekor.
Dapat dilihat bahwa populasi terbesar adalah ayam ras pedaging, urutan kedua
ayam kampung, lalu urutan ketiga ayam petelur dan terakhir itik.
Usaha peternakan ayam broiler layak untuk diteliti agar di ketahui hasil
analisis kelayakan dari aspek finansial dan non fianansial. Bapak Catur Sasmito
merupakan pelaku usaha peternakan dan mempunyai pengalaman kerja selama 16
tahun sebagai sales pakan ternak serta 8 tahun menjadi peternak ayam broiler
dengan latar belakang pendidikan yang cukup tinggi yaitu magister manajemen dan
sebelumnya menempuh pendidikan sebagai Dokter Hewan. Hal ini menunjukkan
bahwa sumberdaya manusia yang dimiliki Bapak Catur Sasmito sudah cukup
mumpuni untuk melakukan usaha. Skala usaha peternakan ayam broiler dari 10 000
ekor sampai 30 000 ekor di Desa Kembiritan merupakan peternak mandiri terbesar.
Dengan demikian Bapak Catur Sasmito adalah orang yang tepat sebagai responden
dalam penelitian. Selain latar belakang pendidikan dan pengalaman beliau dalam
praktek usaha peternakan ayam broiler yang ditekuni melakukan recording yang
jelas mulai dari manajemen keuangan sampai manajemen pemeliharaan sehingga
memudahkan untuk perencanaan skala usaha.

Perumusan Masalah
Peternakan ayam broiler milik Bapak Catur Sasmito di Kabupaten
Banyuwangi telah berjalan sejak awal tahun 2006. Awal mula mendirikan
peternakan ayam broiler karena melihat banyak kandang ayam yang tidak terisi
akibat peternak mandiri gulung tikar. Bapak Catur Sasmito mendirikan kemitraan
ayam broiler di Kabupaten Banyuwangi dengan sistim inti plasma. Peternak ayam

5
broiler yang tidak mempunyai modal dapat menjalin kerjasama dengan cara
menyiapkan kandang ayam dan tenaga kerja sebagai anak kandang. Apabila plasma
sudah memiliki kemampuan untuk manajemen pemeliharaan ayam broiler secara
baik dan benar, maka pihak inti tidak memberikan penyuluhan manajemen
pemeliharaan ayam broiler. Kewajiban plasma terhadap inti adalah tidak boleh
memasarkan produk dan menaati kontrak kerja yang sudah disepakati. Sedangkan
kewajiban inti terhadap plasma adalah menyediakan pakan ternak, DOC, dan Obatobatan hewan dan juga menjamin pemasaran dengan harga kontrak.
Selain inti plasma ada juga usaha ternak secara mandiri, dengan modal yang
lebih besar daripada peternak plasma. Keuntungan beternak secara mandiri bebas
membeli sarana produksi sesuai yang diinginkan, bebas menjual ayam sesuai
segmentasi produk (pasar lokal, luar kota dan supermarket) serta dapat meraup
untung semaksimal mungkin disaat harga ayam tinggi. Sedangkan kerugian
beternak secara mandiri, kepastian waktu penjualan tergantung kondisi pasar,
pedagang ayam membeli dengan harga sesuai dipasaran namun melakukan
pembayaran secara bertahap dengan alasan peternak mandiri pasokan ayam tidak
menentu, Fluktuasi harga ayam yang tinggi membuat resiko menjadi besar dan yang
terakhir ketersediaan faktor produksi yang sulit disaat panen menjelang hari raya
idul fitri.
Sebelum mendirikan kandang internal Bapak Catur Sasmito menyewa
kandang di daerah Kabupaten Banyuwangi, karena salah satu kandang habis masa
sewanya pada bulan maret 2014. Maka beliau memutuskan membuat kandang
internal. Peternakan ayam broiler milik Bapak Catur Sasmito di Desa Kembiritan
Kecamatan Genteng dengan skala 30 000 ekor akan menjadi kandang internal yang
pertama kali dibangun. Alasan Bapak Catur Sasmito membangun kandang, karena
tingkat kebocoran dari peternak plasma yang cukup tinggi, kontrol terhadap plasma
lebih sulit dan keuntungan semakin kecil setiap tahunnya. Menurut Bapak Catur
Sasmito kandang internal mempunyai banyak keunggulan yaitu tingkat kebocoran
rendah, mudah dalam pengaturan karyawan atau anak kandang karena kita yang
mencari dan menseleksi karyawan, tingkat kematian dikandang internal dibawah
lima persen dan keuntungan lebih besar.
Pembangunan kandang ayam broiler membutuhkan dana investasi yang
cukup besar namun umur pakai kandang mencapai lima tahun sehingga Bapak
Catur Sasmito memilih untuk memperluas kandang secara bertahap. Pembangunan
kandang ayam broiler akan dilakukan secara bertahap selama tiga tahun, dimulai
dari bulan Mei 2014 dengan skala produksi 10 000 ekor. Pada akhir tahun 2014
Bapak Catur Sasmito akan melalukan pembangunan tahap kedua dengan
penambahan skala produksi 10 000 ekor, total produksi di awal tahun 2015
berjumlah 20 000 ekor. Pembangunan tahap tiga akan dilaksanakan pada akhir
tahun 2015 dan mulai berproduksi pada awal tahun 2016 dengan penambahan
populasi 10 000 ekor, total populasi 30 000 ekor.
Pemilihan lokasi peternakan ayam broiler berdasarkan berbagai aspek
pertimbangan seperti kandang jauh dari pemukiman warga, akses jalan mudah
dilalui oleh kendaraan beroda empat, adanya aliran listrik dari PLN, sumber air
bersih tersedia dan mendapat persetujuan dari warga sekitar. Peternakan ayam
broiler dikelola oleh Bapak Catur Sasmito dan dibantu oleh anak kandang, luas
lahan yang digunakan untuk 30 000 ekor seluas 7 100 m2 yang terdiri dari enam

6
kandang dimana masing- masing kandang memiliki kapasitas yang sama yaitu 5
000 ekor.
Perlu melakukan analisis kelayakan usaha, dengan hasil analisis yang
nantinya akan diketahui seberapa layak usaha ini untuk tetap dijalankan. Terdapat
beberapa ketidak pastian dalam kegiatan usaha yang dijalankan oleh peternak yang
memungkinkan terjadinya perubahan-perubahan yang dapat mempengaruhi
kelayakan usaha peternakan ayam broiler. Perubahan tersebut antara lain
peningkatan harga pakan, DOC, biaya variabel dan penurunan harga jual ayam
broiler. Perubahan tersebut dapat mempengaruhi kelayakan usaha dari segi
finansial, sehingga perlu dilakukan analisis switching value karena adanya
perubahan harga.
Berdasarkan uraian di atas, dapat dirumuskan beberapa permasalahan yang
akan dibahas dalam penelitian ini yaitu:
1. Bagaimana kelayakan usaha peternakan ayam broiler ditinjau dari aspek
non finansial seperti aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen dan
hukum, aspek sosial, ekonomi dan lingkungan?
2. Bagaimana kelayakan usaha peternakan ayam broiler ditinjau dari aspek
finansial?
3. Bagaimana switching value kelayakan usaha peternakan ayam broiler
terhadap kemungkinan terjadi kenaikan harga pakan, DOC, biaya variabel
dan penurunan harga jual ayam broiler?

Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Menganalisis kelayakan usaha peternakan ayam broiler milik Bapak Catur
Sasmito dilihat dari aspek non finansial seperti aspek pasar, aspek teknis,
aspek manajemen dan hukum, serta aspek sosial, ekonomi, dan lingkungan.
2. Menganalisis kelayakan usaha peternakan ayam broiler dilihat dari aspek
finansial.
3. Menganalisis switching value dalam kelayakan usaha peternakan ayam
broiler terhadap kemungkinan terjadi kanaikan harga pakan, DOC, biaya
variabel dan penurunan harga jual ayam broiler?

Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian mengenai analisis kelayakan usaha peternakan ayam
broiler yang dilakukan adalah:
1. Komoditas yang dikaji dan diteliti pada penelitian ini adalah ayam broiler
yang diusahakan oleh peternak Bapak Catur Sasmito.
2. Data yang digunakan merupakan data primer berupa hasil wawancara dan
diskusi langsung dengan pemilik peternakan ayam broiler dan data sekunder
berupa data mengenai populasi, produksi dan konsumsi.
3. Kajian masalah yang diteliti difokuskan pada analisis kelayakan usaha
peternakan ayam broiler.

7
4. Penelitian ini hanya dilakukan sampai pada kelayakan usaha, jika tidak
layak maka tidak dilakukan pengkajian ulang oleh peneliti.

TINJAUAN PUSTAKA
Usaha Peternakan Ayam Broiler di Indonesia
Ayam broiler sama dengan ayam pedaging dan ayam potong. Ayam broiler
diternakkan hanya bertujuan untuk diambil dagingnya. Menurut North dan Bell
(1990) dalam Zulkarnaen (2013), ayam broiler adalah galur ayam hasil rekayasa
teknologi yang memiliki karakteristik ekonomis dengan ciri khas pertumbuhan
cepat sebagai penghasil daging, masa panen pendek, dan menghasilkan daging
berserat lunak, timbunan daging baik, dada lebih besar dan kulit licin.
Pada akhir tahun 1980-an pemerintah menggalakkan konsumsi daging ayam
broiler karena masyarakat Indonesia masih banyak yang antipati terhadap ayam
broiler karena terbiasa dengan daging ayam kampung. Kelebihan dan kekurangan
antara ayam kampung dan ayam broiler ternyata saling melengkapi, terlihat dari
beberapa masakan khas daerah di Indonesia yang memerlukan waktu memasak
yang cukup lama tetap membutuhkan ayam kampung yang mempunyai tekstur
daging yang lebih keras. Sementara untuk makanan sehari-hari ayam broiler sudah
menjadi menu rutin (Pribadi, 2013).
Perkembangan ayam broiler di Indonesia dimulai pada pertengahan
dasawarsa 1970-an dan terkenal pada awal tahun 1980-an. Laju perkembangan
usaha peternakan ayam broiler sejalan dengan pertumbuhan populasi penduduk,
pergeseran gaya hidup, tingkat pendapatan, perkembangan situasi ekonomi dan
politik, serta kondisi keamanan (Fadilah, 2004).
Hingga kini ayam broiler telah dikenal masyarakat Indonesia dengan berbagai
kelebihannya. Dengan jangka waktu pemeliharaan yang relatif singkat dan
menguntungkan, maka hal ini menjadi pendorong peternak baru bermunculan di
berbagai wilayah di Indonesia. Namun, bersamaan dengan diterimanya daging
ayam oleh konsumen. Usaha peternakan ayam broiler banyak dikuasai oleh
pengusaha besar, keadaan ini membuat peternak kecil semakin sulit dalam
melakukan usaha peternakan ayam broiler (Pribadi, 2013).
Usaha peternakan ayam broiler dapat digolongkan menjadi tiga kategori,
menurut Surat Keputusan Menteri Pertanian No. 472/Kpts/TN.330/6/96 yaitu
peternakan rakyat, pengusaha kecil peternakan dan pengusaha peternakan.
Peternakan rakyat adalah peternak yang mengusahakan budidaya ayam dengan
jumlah populasi maksimal 15 000 ekor per periode. Pengusaha kecil peternakan
adalah peternak yang membudidayakan ayam dengan jumlah populasi maksimal 65
000 ekor per periode. Sedangkan untuk pengusaha peternakan adalah peternak yang
membudidayakan ayam dengan jumlah populasi melebihi 65 000 ekor per periode.
Khusus untuk pengusaha peternakan, dapat menerima bimbingan dan pengawasan
dari pemerintah. Hal tersebut ditegaskan dalam peraturan pemerintah Republik
Indonesia No. 16 Tahun 1977 tentang usaha peternakan. Peraturan pemerintah ini
menjelaskan bahwa Menteri bertanggung jawab dalam bidang peternakan atau

8
pejabat yang ditunjuk olehnya berkewajiban melakukan bimbingan dan
pengawasan atas pelaksanaan perusahaan-perusahaan peternakan.

Keberhasilan Usaha Peternakan Ayam Broiler
Faktor-faktor produksi yang digunakan dalam produksi ayam broiler terbagi
menjadi dua, yaitu faktor produksi tetap dan faktor produksi variabel. Faktor
produksi tetap terdiri dari lahan, kandang, dan peralatan. Sedangkan faktor produksi
variabel terdiri dari DOC, Pakan dan obat-obatan, sekam, tenaga kerja, vaksin dan
vitamin. (Zulkarnaen, 2013)
Lahan
Lokasi sebuah peternakan merupakan pondasi dari keberhasilan sebuah
peternakan. Jika yang lain, seperti pakan,obat, vitamin, vaksin dan jenis ayam dapat
diganti-ganti dalam perjalanan peternakan, tetapi lokasi tidaklah mudah untuk
berganti atau berpindah. Oleh sebab itu, seorang peternak harus memahami dengan
baik syarat sebuah lokasi layak untuk dijadikan sebuah peternakan. Menurut
Zulkarnaen, 2013 Hal ini patut untuk dipertimbangkan dalam memilih lokasi
peternakan ayam broiler adalah:
1. Lokasi kandang ayam broiler harus jauh dari pemukiman penduduk minimal
500 meter dan peternakan lain minimal 1 Km.
2. Lahan yang digunakan harus terbuka (bebas dari pohon dan bangunan lain)
agar tidak mengganggu aliran udara ke kandang.
3. Memiliki sumber air yang baik, air bisa didapat dari air tanah atau air
berlangganan di perusahaan air (PDAM)
4. Jalur atau jalan yang baik untuk transportasi, pengantaran pakan, DOC, dan
panen ayam adalah contoh dari proses peternakan yang membutuhkan peran
jalur dan jalan yang baik untuk tranportasi. Lokasi peternakan tidak perlu
terlalu dekat dengan jalan raya, yang penting mudah dijangkau.
5. Ketersediaan listrik. Lokasi harus terletak di tempat yang memiliki saluran
listrik (PLN). Disarankan sebuah peternakan juga memiliki diesel atau
pembangkit listrik lain selain dari PLN.
6. Lokasi yang udaranya tidak terlalu panas dan tidak terlalu dingin. Udara
yang sedang akan mempengaruhi kesehatan dan pertumbuhan ayam.
Dengan udara yang sedang, jumlah kematian ayam akan lebih sedikit
dibandingkan beternak di lokasi yang panas atau dingin.
7. Lokasi sebaiknya di tempat yang sepi dan jauh dari keramaian, hal ini untuk
menghindari ayam agar tidak mudah stress.
Kandang dan Peralatan
Kandang memegang peranan penting dalam sebuah peternakan ayam broiler.
Untuk memulai sebuah peternakan, seorang peternak harus menyediakan kandang
yang sesuai. Kandang diatur sedemikian rupa untuk tempat DOC yang baru datang,
sampai ayam siap panen (Fadilah, 2004).
Tipe kandang
1. Kandang dengan ventilasi yang tidak bisa dikontrol

9
Kandang dengan bentuk seperti ini disebut dengan kandang terbuka (open
sided house). Bentuk kandang yang cocok digunakan untuk memelihara
ayam broiler komersial di daerah tropis sebagai berikut.
a) Kandang panggung
Keunggulan dari kandang panggung adalah ventilasinya bisa
berfungsi lebih baik dibandingkan dengan kandang postal. Udara
bisa masuk dan keluar melalui ventilasi dari arah bawah dan samping
kandang. Sirkulasi udara di dalam kandang menjadi lebih baik,
akibatnya temperature didalam kandang relative lebih rendah dan
ayam merasa lebih nyaman.
b) Kandang postal(sistem litter)
Ada beberapa faktor yang harus diperhatikan jika ingin membangun
kandang postal, kandang harus dibangun dilahan terbuka sehingga
udara bisa masuk ke dalam kandang secara lancar. Lantai kandang
sebaiknya terbuat dari semen, tujuannya agar mudah dibersihkan dan
mempermudah proses sanitasi.
2. Kandang dengan ventilasi yang bisa dikontrol
Kandang tipe ini dikenal juga dengan istilah kandang tertutup (closed house),
beberapa keuntungan dari kandang tertutup:
a) Meningkatkan kepadatan ayam tanpa mendirikan bangunan baru.
b) Ayam lebih tenang, segar, dan nyaman.
c) Udara yang tersedia lebih baik.
d) Meningkatkan produktivitas dan pertumbuhan.
e) Mengurangi jumlah tenanga kerja.
f) Temperature dalam kandang lebih dingin.
g) Ayam tidak terpengaruh cuaca dari luar kandang.
Peralatan yang digunakan untuk produksi terdiri dari tempat pakan,
tempat minum, mesin air, lampu, terpal, thermometer, serta peralatan lain
seperti ember, sekop, selang plastik, tali dan timbangan. Tempat pakan yang
digunakan berbentuk round feeder yang terbuat dari bahan plastik. Satu buah
tempat pakan ukuran besar dengan kapasitas 5 kg dapat digunakan untuk
kurang lebih tiga puluh ekor ayam. Tempat minum yang digunakan adalah
tempat minum dengan kapasitas dua galon yang digunakan untuk tiga puluh
ayam. Perbandingan penggunaan tempat pakan dengan tempat minum di
dalam kandang adalah 1:1 artinya setiap 2 m2 terdapat satu buah pakan dan
satu buah tempat minum yang berjarak 1 meter. Alat pemanas yang berfungsi
untuk mempertahankan suhu kandang selalu dalam keadaan hangat.
Thermometer berfungsi untuk mengontrol temperatur di dalam kandang agar
suhu ayam tetap stabil dan pertumbuhan ayam tidak terganggu (Zulkarnaen,
2013).
DOC
Day Old Chick (DOC) adalah komoditas unggulan perunggasan hasil
persilangan dari jenis-jenis ayam berproduktivitas tinggi yang memiliki nilai
ekonomis tinggi (Fadilah, 2004). Salah satu ciri khas yang dimiliki oleh komoditas
ini adalah memiliki pertumbuhan yang sangat cepat. DOC merupakan factor
produksi utama dalam usaha ternak ayam broiler. Beberapa ciri DOC yang
berkualitas baik diantaranya adalah bebas dari penyakit, bobot tidak kurang dari 37

10
gram, DOC terlihat aktif, berbulu cerah, kakinya besar dan basah, tampak segar,
tidak ada cacat fisik, dan tidak ada lekatan tinja di duburnya.
Pakan
Pakan merupakan faktor produksi utama dalam proses budidaya ayam broiler.
Pakan memiliki kontribusi paling besar dalam pengeluaran untuk biaya produksi.
Dimana efisiensi penggunaan pakan dapat diukur dengan nilai Feed Convertion
Ratio (FCR). Jika nilai yang dihasilkan lebih besar dari nilai FCR standar akan
menyebabkan rendahnya hasil panen sehingga berpengaruh terhadap keuntungan.
Obat – obatan, Vaksin dan Vitamin.
Salah satu factor produksi yang digunakan untuk menjaga kesehatan ayam
broiler dari penyakit-penyakit yang mungkin muncul atau apabila sudah terkena
penyakit ayam dapat sembuh kembali dan untuk menjaga kualitas ayam broiler.
Penggunaan obat-obatan sangat mudah yaitu dengan air minum, suntikan dan
melalui ransum. Faktor yang perlu diperhatikan ketika melakukan vaksinasi adalah
kondisi ayam, kondisi cuaca, jadwal vaksin dan laporan kegiatan vaksin.
Studi Kelayakan Usaha Ayam Broiler
Ayam broiler merupakan salah satu komoditas peternakan yang menarik
untuk diteliti. Terdapat beberapa penelitian yang telah dilakukan terkait dengan
ayam broiler, di antaranya penelitian mengenai studi kelayakan usaha. Menurut
Matjuri (2012), yang berjudul Analisis Kelayakan Usaha Ayam Broiler Berkualitas
Organik Pada Perusahaan CV Tritunggal Sejahtera Bogor Provinsi Jawa Barat.
Hasil dan pembahasan penelitian ini didapatkan kesimpulan hasil analisis
kelayakan aspek non finansial diantaranya aspek hukum,aspek lingkungan, aspek
pasar dan pemasaran, aspek teknis dan teknologi dan aspek manajemen dan
sumberdaya manusia dinyatakan layak dengan metode analisis kuantitatif maupun
kualitatif serta kriteria penilaian sudah ditentukan. Analisis kelayakan finansial
dilakukan berdasarkan umur ekonomis kandang yaitu delapan tahun. Hasil dari
analisis kelayakan finansial dengan asusmsi 3 000 ekor per periode dan konstan
setiap tahunnya 12 kali, harga jual ayam Rp28 000 per ekor, menunjukkan semua
kriteria investasi layak dengan hasil NPV sebesar Rp355 894 099, IRR sebesar 34 %,
Net B/C sebesar 2,09 dan PP selama tiga tahun enam bulan dua puluh empat hari.
Analisis Switching Value dengan penurunan penjualan, kenaikan harga pakan dan
kenaikan harga DOC dalam keadaan impas yaitu NPV sama dengan nol. Batas
maksimal penurunan penjualan sebesar 5,69 %, kenaikan harga pakan maksimal
11,90 %, dan batas maksimal kenaikan harga DOC sebesar 33,27 %.
Penelitian yang dilakukan oleh Karmidi (2012), tentang analisis kelayakan
usaha peternakan ayam broiler pola kemitraan inti plasma di Kecamatan Bogor.
Melakukan analisis kelayakan non finansial dan finansial. Kelayakan non finansial
dianalisis secara kualitatif dilihat dari beberapa aspek, yaitu aspek pasar, teknis,
manajemen dan hukum, sosial, ekonomi, budaya dan lingkungan. Kelayakan
finansial dianalisis secara kuantitatif berdasarkan data yang diperoleh dengan
menggunakan kriteria penilaian investasi yaitu NPV,IRR, Net B/C, dan Payback
Period. Hasil yang didapat menunjukkan layak secara finansial dan non finansial.

11
Penelitian yang masih berkaitan dengan ayam broiler dilakukan oleh
Saputra (2011), dalam penelitian yang berjudul analisis kelayakan investasi
peternakan ayam broiler pada kondisi risiko diwilayah Bogor. Penelitian yang
mengedepankan aspek finansial serta mendeskripsikan aspek non finansial dan
analisis resiko menunjukkan layak dari segi aspek non finansial dengan analisis
deskriptif aspek pasar, teknis, manajemen dan hokum serta social dan lingkungan.
Analisis aspek finansial dengan asumsi total produksi 4 519 ekor, tingkat kematian
3,8%, rata-rata bobot panen 1,68 Kg dan harga Rp14.450 per kilogram sehingga
memperoleh hasil NPV sebesar Rp 147 928 117, Net B/C sebesar 2,12, IRR 27,84%
dan pp dalam jangka waktu tiga tahun tiga bulan. Hasil analisis resiko menunjukkan
tingkat risiko produksi lebih tinggi daripada risiko yang diakibatkan oleh harga.
Penelitian yang berkaitan dengan usaha peternakan ayam broiler oleh
Fakhruddin (2013), Analisis kelayakan usaha peternakan ayam broiler di Desa
Cihideung Udik Kabupaten Bogor. Penelitian ini membahas aspek finansial dengan
asumsi total produksi 72 734 ekor, angka mortalitas sebesar 6,15%, bobot rata-rata
saat panen sebesar 1,8 Kg, dan harga jual ayam broiler sebesar Rp 16 980 per
kilogram. Hasil dari NPV sebesar Rp6 058 082 368, Net B/C sebesar 2.84, IRR
sebesar 39.26% dan PP sebesar tiga tahun dua bulan. Aspek non finansial
mendeskripsikan aspek hukum, aspek lingkungan, aspek pasar, aspek teknis dan
teknologi, aspek manajemen, aspek social, ekonomi dan budaya, aspek lingkungan.
Lalu dilakukan analisis kelayakan usaha memberikan hasil layak serta dilakukan
analisis switching value.
Penelitian terdahulu merupakan acuan bagi penelitian dalam menganalisis
kelayakan usaha. Terdapat perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang
dilakukan oleh Matjuri (2012), Karmidi (2012), Saputra (2011) dan Fakhruddin
(2013) yaitu mengenai lokasi penelitian dan asumsi yang digunakan. Sedangkan
persamaannya dengan penelitian terdahulu yaitu penelitian ini mengkaji tentang
analisis kelayakan usaha dimana kriteria alat analisis yang digunakan yaitu analisis
finansial dan non finansial. Komoditas dalam penelitian sama yaitu ayam broiler.
Hasil penelitian terdahulu dapat memberikan masukan bagi penulis mengenai
sejauh mana penelitian sebelumnya mengkaji studi kelayakan usaha. Selain itu
penelitian ini dapat dijadikan penulis sebagai referensi dalam melakukan penelitian
dengan topik analisis kelayakan usaha peternakan ayam broiler.

KARANGKA PEMIKIRAN
Kerangka Pemikiran Teoritis
Studi Kelayakan Bisnis
Menurut Gittinger (1986) dalam Nurmalina et al (2010), bisnis merupakan
kegiatan yang mengeluarkan biaya-biaya dengan harapan akan memperoleh hasil
(benefit) dan secara logika merupakan wadah untuk melakukan kegiatan-kegiatan
perencanaan, pembiayaan, dan pelaksanaan dalam satu unit. Umar (2009), studi
kelayakan bisnis merupakan penelitian terhadap rencana bisnis yang tudak hanya
menganalisis layak atau tidak layak sebuah bisnis dibangun, tetapi juga saat
dioperasionalkan secara rutin dalam rangka pencapaian keuntungan yang maksimal

12
untuk waktu yang ditentukan. Menurut Nurmalina et al (2010), studi kelayakan
bisnis diperlukan agar dapat menunjukkan apakah kegiatan investasi dalam bentuk
bisnis yang direncanakan atau sudah dilakukan layak untuk dilaksanakan atau
dipertahankan. Studi kelayakan bisnis merupakan analisis suatu kegiatan investasi
memberikan manfaat jika dilaksanakan dan dijadikan sebagai dasar penilaian
kegiatan investasi atau bisnis layak untuk dijalankan. Studi kelayakan bisnis dapat
dijadikan tolak ukur keberhasilan suatu bisnis sehingga dapat memberikan
gambaran prospek bisnis dan kemungkinan tingkat manfaat (benefit) yang dapat
diterima dari suatu bisnis yang dapat digunakan oleh pihak investor atau lembaga
keuangan dalam pengambilan keputusan investasi, penanaman modal, atau
peminjaman dana.
Studi kelayakan bisnis dilaksanakan dengan beberapa tujuan, yaitu: (1)
menghindari risiko kerugian; (2) memudahkan perencanaan; (3) memudahkan
pelaksanaan pekerjaan; (4) Memudahkan pengawasan dan pengendalian usaha.
Beberapa tujuan tersebut merupakan tujuan yang ingin dicapai oleh perusahaan.
Selain perusahaan, banyak pihak yang berkepentingan terhadap studi kelayakan
bisnis, seperti investor, lembaga keuangan, masyarakat, dan pemerintah. Investor
merupakan pihak yang menanamkan modal dalam suatu bisnis, sehingga kelayakan
bisnis dibutuhkan untuk memberikan gambaran apakah modal yang ditanamkan
oleh investor akan memberikan keuntungan atau tidak. Bagi lembaga keuangan,
studi kelayakan bisnis diperlukan dalam pertimbangan pemberian pinjaman dana
untuk suatu kegiatan bisnis terkait dengan segi keamanan dana serta pengembalian
dana. Bagi masyarakat luas, studi kelayakan bisnis diperlukan terkait dengan
terbukanya lapangan pekerjaan serta tersedianya fasilitas umum seperti jalan,
listrik, sarana ibadah, dan sebagainya. Bagi pemerintah, studi kelayakan bisnis
diperlukan untuk meyakinkan apakah bisnis yang dijalankan akan memberikan
manfaat nyata bagi perekonomian negara secara umum (Kasmir dan Jakfar 2010).
Aspek Kelayakan Bisnis
Nurmalina et al (2010) dalam studi kelayakan bisnis aspek yang perlu
diperhatikan terbagi dalam dua kelompok yaitu aspek non finansial dan finansial.
Penentuan kelayakan suatu bisnis dapat dilihat dari berbagai aspek. Keseluruhan
aspek yang ada harus dinilai sehingga dapat memberikan kesimpulan layak
tidaknya suatu bisnis yang dijalankan. Aspek-aspek yang dinilai dalam studi
kelayakan bisnis meliputi aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen dan hukum,
aspek sosial, ekonomi dan lingkungan serta aspek finansial (Kasmir dan Jakfar
2010).
1. Aspek Pasar
Aspek pasar merujuk pada besarnya potensi pasar yang ada terhadap produk
yang ditawarkan oleh perusahaan, besarnya market share perusahaan terhadap
industri di mana perusahaan berada, struktur pasar dan peluang pasar yang ada,
prospek pasar di masa yang akan datang serta strategi pemasaran yang harus
dilakukan. Aspek pasar menjadi penting untuk diperhatikan karena jika pasar
yang ingin dituju oleh perusahaan tidak jelas maka akan menimbulkan risiko
kegagalan bisnis yang besar (Kasmir dan Jakfar 2010). Dalam aspek pasar juga
dipelajari tentang aspek pemasaran produk yang dihasilkan oleh suatu bisnis.
Pemasaran diharapkan berjalan dengan baik apabila produk yang dihasilkan oleh
perusahaan mampu diterima di masyarakat dan menghasilkan penjualan yang

13
mendatangkan keuntungan. Untuk itu, dalam aspek pasar akan dikaji mengenai
permintaan dan penawaran, market share dari perusahaan, dan kegiatan
pemasaran meliputi strategi pemasaran yang dilakukan oleh perusahaan (bauran
pemasaran). Bauran pemasaran yang dilakukan meliputi 4P yaitu product
(produk), price (harga), place (tempat), dan promotion (promosi) (Nurmalina et
al 2010).
2. Aspek Teknis
Aspek teknis berkaitan dengan pembangunan bisnis yang dijalankan dan
kegiatan operasional dari bisnis yang dijalankan. Pembangunan bisnis merujuk
kepada ketepatan lokasi bisnis dan tata letak (layout) tempat produksi,
sedangkan kegiatan operasional berkaitan dengan pemilihan teknologi yang
digunakan untuk produksi, luas atau kapasitas produksi yang dijalankan agar
mencapai skala ekonomis, alat atau mesin yang digunakan dalam proses
produksi serta alur dari kegiatan produksi yang dijalankan (Umar 2007).
3. Aspek Manajemen dan Hukum
Aspek manajemen berkaitan dengan manajemen dalam pembangunan
bisnis dan manajemen dalam implementasi bisnis (masa operasional bisnis)
(Umar 2007). Manajemen pembangunan bisnis merupakan sistem untuk
merencanakan, melaksanakan, dan mengawasi pembangunan bisnis secara
efisien. Manajemen implementasi bisnis terkait dengan manajemen sumberdaya
manusia yang berpengaruh dalam jalannya suatu bisnis seperti struktur
organisasi dari bisnis yang dijalankan, deskripsi masing-masing jabatan dari
struktur organisasi yang ada serta terkait dengan tenaga kerja yang digunakan
(Kasmir dan Jakfar 2010).
Aspek hukum berkaitan dengan dokumen-dokumen yang perlu diteliti
keabsahan, kesempurnaan, dan keasliannya. Dokumen-dokumen tersebut
meliputi badan hukum perusahaan, izin-izin yang dimiliki, sertifikat tanah atau
dokumen lainnya yang mendukung kegiatan bisnis yang dilakukan (Kasmir dan
Jakfar 2010). Aspek hukum yang terpenuhi dengan baik dapat mempermudah
dan memperlancar kegiatan bisnis pada saat akan mengadakan kegiatan
kerjasama dengan pihak lain (Nurmalina et al 2010).
4. Aspek Sosial, Ekonomi dan Lingkungan
Aspek sosial, ekonomi, dan lingkungan dalam studi kelayakan bisnis
berkaitan dengan dampak yang akan ditimbulkan dari aktivitas bisnis yang
dilaksanakan, baik dilihat dari sisi sosial, ekonomi, maupun lingkungan bagi
masyarakat luas dan bagi pemerintah. Bagi masyarakat, dampak sosial dari
adanya suatu bisnis akan dinilai dari manfaat yang dapat diterima masyarakat
dengan tersedianya sarana dan prasarana yang dibutuhkan seperti listrik,
pembangunan jalan, jembatan, dan sarana lainnya, sedangkan dampak ekonomi
akan dinilai dari apakah bisnis yang dijalankan memberikan peluang
peningkatan pendapatan, khususnya bagi masyarakat di sekitar lokasi bisnis,
serta peningkatan aktivitas ekonomi yang dapat dilakukan oleh masyarakat. Bagi
pemerintah, dampak sosial dari adanya suatu bisnis dapat dilihat dari kontribusi
bisnis tersebut dalam pembukaan lapangan kerja atau pengurangan
pengangguran, sedangkan dampak ekonomi dari adanya suatu bisnis dapat
dilihat dari peranan bisnis tersebut dalam memberikan peluang peningkatan
pendapatan asli daerah maupun peningkatan perekonomian secara nasional
(Kasmir dan Jakfar 2010).

14
Aspek lingkungan berkaitan dengan dampak yang terjadi pada lingkungan
terhadap suatu aktivitas bisnis. Aspek lingkungan erat kaitannya dengan
penanganan limbah dari kegiatan produksi yang dijalankan oleh suatu
perusahaan. Penanganan limbah yang tepat tidak akan menimbulkan kerusakan
pada lingkungan dan cenderung akan menimbulkan manfaat tambahan bagi
perusahaan itu sendiri. Sebaliknya, penanganan limbah yang kurang tepat atau
bahkan tidak ada akan menimbulkan pencemaran hingga kerusakan lingkungan.
Menurut Hufschmidt et al (1987) dalam Nurmalina et al (2010), suatu bisnis
yang tidak bersahabat dengan lingkungan tidak akan bertahan lama.
5. Aspek Finansial
Aspek finansial dalam studi kelayakan bisnis merupakan aspek yang
digunakan untuk menilai kondisi finansial (keuangan) perusahaan secara
keseluruhan. Aspek finansial sangat berkaitan dengan keuntungan perusahaan
sehingga sangat penting untuk diteliti kelayakannya. Selain berkaitan dengan
keuntungan perusahaan, aspek finansial juga sangat berkaitan dengan modal
bagi perusahaan, baik kebutuhan modal maupun cara penyediaannya. Penilaian
terhadap aspek keuangan meliputi sumber dana yang diperoleh, kebutuhan biaya
investasi, estimasi pendapatan dan biaya investasi yang dibutuhkan selama umur
bisnis, proyeksi aliran kas (cashflow) dan laporan laba/rugi, dan kriteria
penilaian investasi (Kasmir dan Jakfar 2010).
Kebutuhan modal dapat dibedakan menjadi dua, yaitu modal investasi dan
modal kerja. Modal investasi merupakan modal yang digunakan untuk
pembelian aktiva tetap seperti tanah, bangunan, mesin dan peralatan, kendaraan,
dan aktiva tetap tidak berwujud seperti perijinan, lisensi, paten, biaya studi
pendahuluan, dan biaya latihan atau produk percobaan. Modal kerja merupakan
modal yang digunakan untuk aktivitas operasional seperti pembelian bahan
baku, pembayaran gaji karyawan, biaya pemeliharaan, dan kegiatan operasional
lainnya. Baik modal investasi maupun modal kerja dapat bersumber dari dana
pribadi (modal sendiri) ataupun dari dana pinjaman (modal pinjaman).
Umumnya, untuk modal investasi yang bersumber dari dana pinjaman, periode
pengembaliannya di atas satu tahun sehingga merupakan pinjaman jangka
panjang. Sedangkan untuk modal kerja yang berasal dari dana pinjaman
umumnya periode pengembaliannya lebih singkat (Kasmir dan Jakfar 2010).
Investasi merupakan penanaman modal dalam suatu kegiatan dengan jangka
waktu relatif panjang dalam berbagai bidang usaha. Sebelum melakukan
kegiatan investasi terlebih dahulu perlu dibuat biaya kebutuhan investasi. Secara
umum, biaya kebutuhan investasi meliputi biaya pra-investasi, biaya aktiva
tetap, dan biaya operasional. Biaya pra-investasi terdiri dari biaya pengurusan
perijinan dan biaya studi pendahuluan. Biaya aktiva tetap terdiri dari biaya
pembelian aktiva tetap berwujud (tanah, bangunan, mesin, peralatan, kendaraan,
dan aktiva berwujud lainnya) dan biaya aktiva tetap tidak berwujud (lisensi,
paten, good wiil, dan merek dagang). Biaya operasional terdiri dari biaya bahan
baku produksi, upah dan gaji karyawan, biaya listrik, telepon, dan air, pajak,
premi asuransi, dan biaya lainnya (Kasmir dan Jakfar 2010).
Cashflow (arus kas) merupakan aliran kas yang ada pada suatu perusahaan
dalam suatu periode tertentu. Arus kas adalah jumlah uang yang masuk dan
keluar dalam suatu perusahaan mulai dari investasi dilakukan hingga
berakhirnya investasi tersebut (Kasmir dan Jakfar 2010). Unsur-unsur yang

15
terdapat di dalam arus kas antara lain arus penerimaan (inflow), arus pengeluaran
(outflow), dan manfaat bersih (net benefit). Arus penerimaan terdiri dari nilai
produksi total, pinjaman, hadiah atau hibah, nilai sewa, dan nilai sisa. Arus
pengeluaran merupakan biya-biaya yang harus dikeluarkan dalam suatu bisnis
yang dapat mengurangi kas, meliputi pengeluaran untuk biaya investasi, biaya
operasional, pembayaran bungadan pinjaman dan p