Analisis Kelayakan Pengembangan Usaha Peternakan Ayam Broiler Di Desa Cihideung Udik, Kabupaten Bogor

(1)

UDIK, KABUPATEN BOGOR

RIEZKY SIDIK FAKHRUDDIN

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2013


(2)

ABSTRAK

RIEZKY SIDIK FAKHRUDDIN. Analisis Kelayakan Pengembangan Usaha Peternakan Ayam Broiler di Desa Cihideung Udik, Kabupaten Bogor. Dibimbing oleh JUNIAR ATMAKUSUMA.

Usaha peternakan yang banyak diminati adalah peternakan ayam broiler karena memiliki permintaan yang tinggi. Kabupaten Bogor merupakan salah satu daerah di Jawa Barat yang memiliki permintaan ayam broiler tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk (1) Menganalisis kelayakan pengembangan usaha ternak ayam broiler ditinjau dari aspek non finansial seperti aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen dan hukum, aspek sosial dan budaya serta aspek lingkungan (2) Menganalisis kelayakan pengembangan usaha ternak ayam broiler ditinjau dari aspek finansial (3) Menganalisis tingkat kepekaan (switching value) kelayakan pengembangan usaha ternak ayam broiler. Berdasarkan hasil analisis aspek non finansial dan finansial usaha peternakan ayam broiler layak untuk dikembangkan, karena dilihat dari nilai NPV sebesar Rp6 058 082 368, Net B/C sebesar 2.84%, IRR sebesar 39.26% dan PP sebesar 3.2 tahun, dengan discount rate 6%. Hasil analisis switching value menunjukkan usaha peternakan ayam broiler rentan terhadap kenaikan harga pakan di atas 10.11% dan penurunan harga jual ayam diatas 6.31%. Peternakan ayam broiler ini lebih sensitif terhadap penurunan harga jual ayam.

Kata kunci : Analisis Kepekaan, IRR, Net B/C, NPV, PP.

ABSTRACT

RIEZKY SIDIK FAKHRUDDIN. Analysis feasibility enterprise development of chicken farmer broiler in the village Cihideung Udik, Bogor Sub-District. Supervised by JUNIAR ATMAKUSUMA.

Broiler chicken husbandry is the most favorited kind of husbandry because it has high level of demand of its product. Bogor is one of regions in West Java that has high demand of chicken husbandry product. The study aims to ( 1 ) analyze feasibility enterprise development of chicken farmer broiler look from non financial aspects as aspects market, the technical aspects, aspect management and legal, aspect social and cultural and environmental aspects ( 2 ) analyze feasibility enterprise development of chicken farmer broiler look from financial aspects ( 3 ) analyzed levels of sensibility (switching value) feasibility enterprise development of chicken farmer broiler. Based on the analysis aspect financial and non financial, business of chicken broiler has worthy to be developed. Because it seen from Net Present Value (NPV) was IDR6 058 082 368, net B/C 2.84%, IRR 39.26%, and Payback Period 3.2 years. The Discount Rate was 6%. Switching Value analysis showed that the increasing price of feed price by 10.11% and decreasing price of selling chicken by 6.31% were still feasible. Chicken broiler farm more sensitive to decrease price of selling chicken than increasing price of feed.


(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Kelayakan Pengembangan Usaha Peternakan Ayam Broiler Di Desa Cihideung Udik, Kabupaten Bogor adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, September 2013

Riezky Sidik Fakhruddin

NIM H34114083

*Pelimpahan hak cipta atas karya tulis dari penelitian kerja sama dengan pihak luar IPB harus didasarkan pada perjanjian kerja sama yang terkait.


(4)

ANALISIS KELAYAKAN PENGEMBANGAN USAHA

PETERNAKAN AYAM BROILER DI DESA CIHIDEUNG

UDIK, KABUPATEN BOGOR

RIEZKY SIDIK FAKHRUDDIN

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

pada

Departemen Agribisnis

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2013


(5)

Judul Skripsi : Analisis Kelayakan Pengembangan Usaha Peternakan Ayam Broiler Di Desa Cihideung Udik, Kabupaten Bogor

Nama : Riezky Sidik Fakhruddin

NIM : H34114083

Disetujui oleh

Ir Juniar Atmakusuma, MS Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Ir Nunung Kusnadi, MS Ketua Departemen


(6)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah subhanahu wa ta’ala, karena atas berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan April 2013 ini ialah kelayakan usaha, dengan judul Analisis Kelayakan Pengembangan Usaha Peternakan Ayam Broiler Di Desa Cihideung Udik, Kabupaten Bogor.

Penyelesaian penulisan skripsi ini tidak lepas dari bantuan dan dukungan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih secara tertulis sebagai bentuk penghargaan kepada kedua orang tua, kakak, dan ketiga adik tercinta yang telah memberikan dukungan, doa, dan materi yang mengantarkan penulis pada satu titik menuju masa depan. Ibu Ir Juniar Atmakusuma, MS sebagai dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu untuk membimbing, mengarahkan, dan mendukung sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Bapak Dr Ir Wahyu Budi Priatna, MS dan Bapak Ir Joko Purwono, MS selaku dosen penguji utama dan dosen penguji akademik yang telah memberikan saran dan masukan kepada penulis untuk perbaikan skripsi ini. Ir Popong Nurhayati, MM sebagai dosen evaluator kolokium yang telah memberikan banyak saran, keluarga besar Bapak Jono yang telah memberikan kesempatan untuk melaksanakan kegiatan penelitian dan telah membantu selama pengumpulan data, serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, September 2013


(7)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL ix

DAFTAR GAMBAR ix

DAFTAR LAMPIRAN ix

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang ... 1

Perumusan Masalah ... 4

Tujuan ... 6

Manfaat... 7

Ruang Lingkup Penelitian ... 7

TINJAUAN PUSTAKA 7 Persamaan dan Perbedaan Penelitian Terdahulu ... 9

KERANGKA PEMIKIRAN 9 Kerangka Pemikiran Teoritis ... 9

Pengertian Analisis Kelayakan Bisnis ... 10

Aspek Non Finansial ... 10

Aspek Finansial ... 14

Kerangka Pemikiran Konseptual ... 16

METODE PENELITIAN 18 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 18

Jenis dan Sumber Data ... 19

Metode Pengumpulan Data ... 19

Metode Pengolahan dan Analisis Data ... 19

Analisis Kelayakan Aspek Non Finansial ... 20

Aspek Pasar ... 20

Aspek Teknis ... 20

Analisis Manajemen dan Hukum ... 21

Analisis Aspek Sosial dan Ekonomi ... 21

Aspek Lingkungan ... 21

Analisis Aspek Finansial ... 22

Analisis Switching Value ... 24

Asumsi Dasar Penelitian ... 24

HASIL DAN PEMBAHASAN 25 Gambaran Umum Usaha ... 25

Lokasi dan Tata Letak ... 25

Sejarah Singkat Peternakan ... 26

Fasilitas Usaha Peternakan Ayam Broiler ... 27

Fasilitas Pendukung... 28

Analisis Aspek-Aspek Non Finansial ... 29


(8)

Aspek Teknis ... 33

Aspek Manajemen dan Organisasi ... 37

Aspek Hukum ... 38

Aspek Ekonomi dan Sosial ... 38

Analisis Finansial ... 39

Proyeksi arus kas (Cashflow) ... 40

Arus penerimaan (Inflow) ... 40

Arus Biaya(Outflow) ... 43

Analisis laba rugi... 46

Analisis Kelayakan Finansial ... 46

Analisis Switching Value Usaha ... 47

SIMPULAN DAN SARAN 48

DAFTAR PUSTAKA 50


(9)

DAFTAR TABEL

1 Total produksi nasional daging, susu, dan telur tahun 2001-2012 1 2 Kontribusi populasi ayam broiler Jawa Barat terhadap nasional

pada tahun 2001-2011 2

3 Populasi ayam broiler yang menjadi sentra peternakan di

Provinsi Jawa Barat tahun 2011 (ekor) 2

4 Kontribusi total kuantitas daging ayam broiler terhadap produksi daging

di Jawa Barat (dalam satuan ton) 3

5 Perkembangan populasi dan kontribusi ayam broiler (ekor)

tahun 2005- 2011 di Kabupaten Bogor dan Jawa Barat 3

6 Kesepakatan harga ayam broiler berdasarkan kontrak 31

7 Penerimaan penjualan ayam broiler hidup 41

8 Penerimaan penjualan kotoran ayam 42

9 Biaya tetap yang dikeluarkan pada usaha peternakan ayam broiler 44 10 Harga dan biaya variabel pada peternakan ayam broiler 45 11 Hasil analisis kelayakan finansial peternakan ayam broiler 46 12 Analisis switching value kelayakan usaha ayam broiler 48

DAFTAR GAMBAR

1 Kerangka pemikiran operasional analisis pengembangan usaha

ternak ayam broiler di Kecamatan Ciampea 18

2 Struktur organisasi peternakan ayam broiler di Desa Cihideung Udik 37

DAFTAR LAMPIRAN

1 Nilai FCR standar dan aktual di peternakan 51

2 Biaya investasi peternakan ayam broiler sebelum pengembangan 52 3 Biaya investasi peternakan ayam broiler setelah pengembangan 53 4 Biaya operasional peternakan ayam broiler sebelum pengembangan 54 5 Biaya operasional peternakan ayam broiler setelah pengembangan 55 6 Proyeksi penerimaan di peternakan ayam broiler sebelum pengembangan 56 7 Proyeksi penerimaan di peternakan ayam broiler setelah pengembangan 56 8 Proyeksi laba rugi di peternakan ayam broiler sebelum pengembangan 57 9 Proyeksi laba rugi di peternakan ayam broiler setelah pengembangan 58 10 Cashflow di peternakan ayam broiler sebelum pengembangan 59 11 Cashflow di peternakan ayam broiler setelah pengembangan 61


(10)

12 Analisis switching value penurunan maksimum harga jual ayam

di peternakan ayam broiler sebesar 6.31 persen 64

13 Analisis switching value kenaikan maksimum harga pakan

di peternakan ayam broiler sebesar 10.11 persen 67

14 Layout peternakan ayam broiler 70

15 Dokumentasi di lokasi penelitian 71

16 Kuisioner penelitian analisis kelayakan pengembangan usaha peternakan ayam broiler Di Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor 73


(11)

Latar Belakang

Subsektor peternakan merupakan bagian dari sektor pertanian yang sangat potensial untuk dikembangkan. Subsektor peternakan perlu dikembangkan karena subsektor ini dapat memberikan kontribusi besar untuk kesejahteraan masyarakat. Salah satu peranan yang cukup penting dalam kegiatan ekonomi pada bidang peternakan adalah terjadinya pertumbuhan populasi ternak. Adanya pertumbuhan populasi ternak akan meningkatkan produksi daging, susu, dan telur sebagai sumber pendapatan utamanya. Daging, susu, dan telur merupakan produk utama dari subsektor peternakan yang memegang peranan penting dalam kontribusinya terhadap perekonomian. Produksi daging, susu, dan telur dapat dilihat pada Tabel 1 berikut :

Tabel 1 Total produksi nasional daging, susu, dan telur tahun 2001-2012

Tahun Daging

(000 Ton)

Telur (000 Ton)

Susu (000 Ton)

2001 1.561 850 480

2002 1.770 946 493

2003 1.872 973 553

2004 2.020 1.107 550

2005 1.817 1.051 536

2006 2.063 1.204 616

2007 2.068 1.382 568

2008 2.137 1.324 647

2009 2.205 1.307 827

2010 2.366 1.366 910

2011 2.522 1.466 975

2012 2.689 1.548 1.018

Total pertumbuhan (%) 5.26 5.83 7.48

Sumber : Direktorat Jendral Peternakan, 2013

Berdasarkan Tabel 1 dapat dilihat bahwa tingkat kelajuan produksi susu menduduki peringkat tertinggi yaitu sebesar 7.48%, dan kelajuan pertumbuhan daging jika dibandingkan ketiga komoditas susu dan telur paling rendah pertumbuhannya hanya 5.26%. Tetapi daging merupakan produk yang berkontribusi tinggi dalam pengadaan hasil peternakan, bila dibandingkan dengan ketiga produk hasil peternakan. Berdasarkan data yang diperoleh dari Direktorat Jenderal Peternakan, pada tingkat nasional daging merupakan satu-satunya produk unggulan subsektor peternakan yang jumlah produksi pertahunnya paling besar dan cenderung meningkat jika dibandingkan dengan produksi telur dan susu. Berdasarkan data yang diperoleh dari Direktorat Jenderal Peternakan, pada tahun 2012 jumlah produksi daging di Indonesia sebesar 2 689 000 ton lebih besar dari jumlah produksi telur yang hanya 1 548 000 ton dan produksi susu sebesar 1 018


(12)

000 ton. Jawa Barat merupakan salah satu sentra peternakan ayam broiler di Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari informasi yang disajikan pada Tabel 2 yang menunjukan kontribusi populasi ayam broiler di Jawa Barat terhadap populasi ayam broiler nasional.

Tabel 2 Kontribusi populasi ayam broiler Jawa Barat terhadap nasional pada tahun 2001-2011

Sumber : Direktorat Jenderal Peternakan, 2013

Berdasarkan Tabel 2, dapat disimpulkan bahwa populasi ayam broiler mengalami tren meningkat dengan rata-rata kontribusi populasi ayam di Jawa Barat terhadap populasi nasional sebesar 42.10%, dalam kurun waktu sepuluh tahun dari tahun 2001 hingga tahun 2011. Tingkat kontribusi populasi ayam broiler Propinsi Jawa Barat terhadap populasi nasional sangat tinggi, lebih dari 30% kontribusi populasi ayam broiler terhadap populasi nasional. Data Direktorat Jenderal Peternakan tahun 2013 ini mengindikasi tingginya potensi pengembangan usaha ayam broiler di Jawa Barat.

Provinsi Jawa Barat memiliki beberapa kabupaten yang menjadi sentra produksi dan salah satunya adalah Kabupaten Bogor, pemilihan Kabupaten Bogor didasarkan pada tren pertumbuhan populasi di daerah ini yang semakin tinggi. Kabupaten Bogor merupakan salah satu kawasan yang memiliki jumlah populasi ayam broiler terbesar dibandingkan dengan kawasan lainnya di Jawa Barat dengan jumlah ternak sebanyak 17 175 302 ekor ayam broiler pada tahun 2011. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 3 berikut :

Tabel 3 Populasi ayam broiler yang menjadi sentra peternakan di Provinsi Jawa Barat tahun 2011 (ekor)

No Kabupaten/Kota Jumlah

1 Kab Bogor 17 175 302

2 Kab Sukabumi 9 752 590

3 Kab Cianjur 5 994 491

4 Kab Bandung 4 407 675

5 Kab Ciamis 14 028 739

6 Kab Karawang 11 057 927

Sumber : BPS, 2012 (diolah)

Tahun Jawa Barat (Ekor) Nasional (Ekor) Kontribusi (%)

2001 238.050.365 621.870.428 38,28

2002 269.778.372 865.074.785 31,18

2003 296.160.072 847.743.895 34,93

2004 328.015.536 778.969.843 42,10

2005 352.434.300 811.188.684 43,45

2006 343.954.090 797.527.446 43,13

2007 377.549.055 891.659.346 42,34

2008 417.373.596 902.052.418 46,27

2009 455.258.895 1.026.378.580 40,36

2010 497.814.154 986.871.711 50,44


(13)

Daging ayam broiler merupakan produk subsektor peternakan yang produksinya semakin meningkat dikarenakan untuk mengimbangi jumlah permintaan daging ayam broiler yang kian meningkat. Hampir seluruh kalangan masyarakat menyukai daging ayam yang kaya akan protein mulai dari anak-anak hingga dewasa. Tidak hanya karena rasa dagingnya yang enak daging ayam juga memberikan kontribusi positif bagi kesehatan. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 4 berikut :

Tabel 4 Kontribusi total kuantitas daging ayam broiler terhadap produksi daging di Jawa Barat (dalam satuan ton)

No Tahun Daging Ayam Broiler Produksi Daging Persentase

1 2008 335 151 478 717 70.01

2 2009 365 573 524 163 69.74

3 2010 399 745 550 717 72.59

4 2011 492 413 646 796 76.13

5 2012 565 973 725 844 77.97

Sumber : Direktorat Jendral Peternakan, 2013 (diolah)

Berdasarkan Tabel 4, daging ayam broiler memberikan kontribusi sangat besar bagi produksi daging di Jawa Barat. Pada tahun 2008 kontribusi daging ayam broiler mencapai angka 70.01%, pada tahun 2009 mencapai angka 69.74%, pada tahun 2010 mencapai angka 72.59%, pada tahun 2011 mencapai angka 76.13%, dan tahun 2012 mencapai 77.97%. Hal ini mengindikasikan bahwa ayam broiler merupakan jenis ternak yang sangat penting untuk dikembangkan karena dapat membantu perekonomian masyarakat. Berdasarkan informasi yang diperoleh dari dinas peternakan dan perikanan Kabupaten Bogor, secara statistik populasi ayam broiler sejak tahun 2005 hingga 2011 mengalami peningkatan. Tren pertumbuhan populasi ayam broiler juga selalu positif sejak tahun 2005 hingga 2011. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 5 berikut :

Tabel 5 Perkembangan populasi dan kontribusi ayam broiler (ekor) tahun 2005- 2011 di Kabupaten Bogor dan Jawa Barat

Tahun Kabupaten Bogor Jawa Barat Kontribusi

(%)

2005 8 257 900 352 434 300 2.34

2006 11 864 000 343 954 090 3.45

2007 12 756 300 377 549 055 3.38

2008 13 775 475 417 373 596 3.30

2009 14 363 496 455 258 895 3.16

2010 15 771 780 497 814 154 3.17

2011 17 175 032 526 931 620 3.26

Total perkembangan (%) 7.47 6.40 3.15

Sumber : Dinas peternakan dan perikanan Kabupaten Bogor, 2013

Berdasarkan Tabel 5, dapat dilihat bahwa Kabupaten Bogor memiliki perkembangan populasi yang baik pada peternakan ayam broiler. Hal ini ditunjang dengan rata-rata kelajuan peningkatan populasi sebesar 7.47% dari


(14)

tahun 2005 hingga tahun 2011. Kabupaten Bogor juga termasuk salah satu kabupaten yang cukup memiliki kontribusi dalam penambahan jumlah populasi di provinsi Jawa Barat. Dengan rata-rata sebesar 3.15% dalam kurun waktu enam tahun, mulai dari tahun 2005 hingga 2011. Jumlah tersebut mengindikasikan bahwa Kabupaten Bogor cukup berperan baik bagi Provinsi Jawa Barat, dengan adanya kontribusi dari berbagai Kabupaten di Jawa Barat, populasi di Provinsi Jawa Barat mengalami kenaikan populasi yang cukup baik dengan rata-rata 6.40% pertahun dari tahun 2005 hingga 2011. Peningkatan populasi tersebut berhasil karena ditunjang dengan pengelolaan manajemen yang baik, mulai dari manajemen produksi, keuangan, sumber daya manusia, dan manajemen pemasaran. Peternak sebagai pengambil keputusan bisnis harus memilki kompetensi yang baik untuk mengelola seluruh perusahaan, yang akan berpengaruh besar terhadap keberhasilan usahanya. Kemampuan manajemen yang baik harus ditunjang dengan infrastruktur peternakan yang memadai. Infrastruktur yang memadai dapat ditunjukan dengan kemudahan akses keluar dan masuk peternakan, jaringan listrik dan telepon, sumber air, tersedianya peralatan dan lain-lain.

Peternakan ayam broiler ini terletak di Desa Cihideung Udik Kabupaten Bogor yang membudidayakan ayam broiler. Peternakan ini melakukan investasi usaha ayam broiler sejak tahun 2003 sebanyak 100 ekor ayam. Usaha ini didirikan karena permintaan ayam broiler cukup tinggi. Permintaan tersebut didominasi oleh perusahaan TJ Farm yang merupakan konsumen tetap peternakan ini. Kendati sudah memiliki konsumen yang tetap yaitu TJ Farm sebagai mitranya, akan tetapi ketentuan-ketentuan yang diberikan oleh TJ Farm seperti kesepakatan besama itu menjadi tolak ukur peternakan ini untuk menjalankan usahanya dengan mitra tersebut. Mengingat dalam kerjasama kemitraan terdapat aturan-aturan yang harus dipatuhi kedua belah pihak. Contohnya, harga kontrak tetap penjualan ayam yang menyebabkan penerimaan menjadi tetap, sementara harus menutupi biaya yang meningkat akibat harga input yang meningkat. Seiring bertambahnya jumlah permintaan ayam broiler dari pihak mitra ke peternakan ini juga menyebabkan perlu adanya pengembangan pada usaha peternakan ayam broiler tersebut demi tercapainya target yang sudah ditentukan oleh kesepakatan bersama antara kedua belah pihak, untuk itu perlu dilakukan penelitian mengenai kelayakan usaha suatu peternakan yang bekerja sama dengan perusahaan kemitraan untuk melihat apakah kerjasama kemitraan yang dilakukan usaha peternakan layak dilanjutkan kerjasamanya atau harus dilakukan evaluasi kontrak.

Perumusan Masalah

Peternakan ayam broiler ini dikelolah oleh pemilik dan dibantu oleh beberapa orang tenaga kerjanya yang masing-masing memiliki tugas untuk mengurus setiap kandang yang ada di peternakan. Jumlah ayam yang dimiliki oleh pada saat ini sebanyak 67 500 ekor ayam. Peternakan ayam broiler ini memiliki lahan seluas kurang lebih 5 000 meter2 yang terdiri dari tujuh zona kandang dimana masing-masing zona memliki jumlah kandang yang berbeda.


(15)

Zona pertama terdiri dari tiga kandang dengan kapasitas masing-masing kandang yaitu 5 000 ekor dan dua kandang lainnya berkapasitas 2 500 ekor ayam. Zona kedua terdiri dari dua kandang dengan kapasitas 4 500 dan 2 500 ekor ayam. Zona ketiga terdiri dari dua kandang dengan kapasitas 4 300 dan 3 700 ekor ayam. Zona keempat terdiri dari lima kandang dengan kapasitas 2 000 ekor ayam dan empat kandang lainnya masing-masing berkapasitas 3 500 ekor ayam. Zona kelima terdiri dari satu kandang dengan kapasitas 3 500 ekor ayam. Zona keenam terdiri dari satu kandang dengan kapasitas 3 000 ekor ayam. Zona ketujuh terdiri dari lima kandang dengan kapasitas masing-masing kandang 4 000 ekor ayam, sehingga peternakan ini memiliki jumlah kandang sebanyak 19 kandang.

Usaha ini sudah berjalan sekitar sepuluh tahun yang lalu tepatnya pada Tahun 2003 sampai dengan sekarang. Pada awal usahanya, peternakan ini berdiri sendiri dan menjual hasil ternaknya langsung kapada konsumen akhir yaitu ke pasar, setelah beberapa periode, di tahun yang sama dengan berdirinya usaha, peternakan mengalami permasalahan persaingan pemasaran. Peternakan ini belum memiliki tujuan pasar sasaran yang tetap. Modalnya yang terbatas menyebabkan pemilik kesulitan dalam memasarkan produknya, beliau tidak memiliki tujuan pasar tetap dan tidak memiliki alokasi dana untuk mendistribusikan produknya ke pasar yang jauh dari area peternakan.

Setelah berjalan setahun menjalin kemitraan dengan perusahaan yaitu PT Sierrad. Kontrak berakhir pada tahun 2008 dan awal 2009 peternak menjalin kemitraan dengan perusahaan TJ Farm hingga saat ini. Kemitraan yang dijalani yaitu mulai dari penyediaan DOC, pakan, obat, sampai pada penjualan ayam broiler. Terdapat beberapa aturan yang telah ditentukan oleh pihak mitra yaitu ketetapan harga yang telah disepakati oleh kedua belah pihak seperti harga DOC, pakan, obat vaksin, dan harga jual. Harga jual ditentukan berdasarkan bobot ayam pada saat panen, sehingga peternakan tidak perlu mengkhawatirkan penurunan harga jual di pasar. Biaya terbesar yang dikeluarkan pada usaha peternakan ayam broiller adalah biaya pakan, untuk itu manajemen pakan yang baik sangat dibutuhkan supaya dapat menekan biaya yang dikeluarkan sehingga margin keuntungan yang didapat bisa lebih besar.

TJ Farm menetapkan Feed Convertion Rate (FCR) standar bagi setiap plasmanya, kemudian melakukan kontrol melalui PPL secara rutin, memberikan bimbingan agar tingkat FCR bisa sesuai dengan standar. Kontrol dilakukan dengan mengecek jumlah pakan yang telah terpakai dengan bobot ayam saat dilakukan pengecekan. Jika FCR kurang dari standar yang telah ditentukan oleh perusahaan, maka plasma akan mendapatkan insentif dari perusahaan, karena peternakan dapat menghemat penggunaan pakan. Permintaan penambahan produksi ayam dari TJ Farm sebagai konsumen tetap adalah sebanyak 67 500 ekor ayam per periode produksi. Saat ini TJ Farm meminta tambahan pasokan ayam sebanyak 10 000 ekor ayam per periode sehingga permintaan perusahaan saat ini sebanyak 77 500 ekor ayam. Melihat kondisi kandang pada saat ini tidak memungkinkan jika penambahan produksi tidak diimbangi dengan penambahan kandang.

Peternakan ini berencana mengembangkan usaha dan menambah investasi dengan membuat dua kandang baru yang berkapasitas masing-masing kandang yaitu 5 000 ekor ayam, maka produksi akan bertambah menjadi 77 500, sehingga peternakan dapat memenuhi seluruh permintaan dari TJ Farm yang merupakan perusahaan mitranya. Penambahan investasi berupa pembangunan dua unit kandang ini tentu saja akan mengeluarkan dana dalam jumlah besar, sehingga


(16)

diperlukan analisis kelayakan pengembangan usaha yang dilakukan. Dengan hasil analisis ini nantinya akan diketahui seberapa layak usaha tersebut untuk tetap dijalankan dengan kemitraannya, mengingat besarnya biaya investasi yang dikeluarkan sehingga dapat menjadi pertimbangan bagi pihak peternak dalam rangka mengevaluasi kembali kegiatan pengembangan usaha tersebut.

Terdapat beberapa ketidakpastian dalam kegiatan usaha yang dijalankan oleh peternakan ini yang memungkinkan terjadinya perubahan-perubahan yang tentu saja mempengaruhi kelayakan pengembangan usaha ternak ayam ini. Perubahan-perubahan tersebut antara lain penurunan harga jual ayam, dan peningkatan harga pakan. Perubahan-perubahan tersebut tentu dapat mempengaruhi kelayakan pengembangan usaha ternak ayam broiler dari segi finansial sehingga perlu dilakukan analisis switching value karena adanya perubahan-perubahan tersebut.

Berdasarkan uraian di atas dapat dirumuskan beberapa permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini yaitu :

1. Bagaimana kelayakan pengembangan usaha ternak ayam broiler sistem kemitraan pola inti plasma ditinjau dari aspek non finansial seperti aspek pasar aspek teknis aspek manajemen dan hukum aspek sosial dan ekonomi serta aspek lingkungan?

2. Bagaimana kelayakan pengembangan usaha ternak ayam broiler ditinjau dari aspek finansial?

3. Bagaimana tingkat kepekaan (switching value) kelayakan pengembangan usaha ternak ayam broiler terhadap kemungkinan terjadinya kenaikan harga pakan dan penurunan harga jual ayam ?

Tujuan

Adapun tujuan dari adanya penelitian ini adalah :

1. Menganalisis kelayakan pengembangan usaha ternak ayam broiler ditinjau dari aspek non finansial seperti aspek pasar aspek teknis aspek manajemen dan hukum aspek sosial dan ekonomi serta aspek lingkungan.

2. Menganalisis kelayakan pengembangan usaha ternak ayam broiler ditinjau dari aspek finansial.

3. Menganalisis tingkat kepekaan (switching value) kelayakan pengembangan usaha ternak ayam broiler terhadap kemungkinan terjadinya kenaikan harga pakan dan penurunan harga jual ayam.


(17)

Manfaat

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak : 1. Bagi penulis meningkatkan kemampuan penulis dalam mengaplikasikan ilmu

studi kelayakan bisnis yang diperoleh dalam perkuliahan sekaligus sebagai referensi bisnis yang dapat dilakukan di sektor peternakan.

2. Bagi perusahaan sebagai referensi bisnis dan pertimbangan dalam pengembangan usaha ternak yang akan dijalankan sehingga dapat dijadikan bahan evaluasi bagi kelangsungan usaha.

3. Bagi pihak lain hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi atau bahan rujukan bagi pembaca dalam melakukan penelitian lebih lanjut.

Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian mengenai analisis kelayakan pengembangan usaha ayam broiler yang dilakukan adalah :

1. Komoditas yang dikaji dan diteliti pada penelitian ini adalah ayam broiler yang diusahakan di peternakan ayam broiler.

2. Data yang digunakan merupakan data primer berupa hasil wawancara dan diskusi langsung dengan pihak peternak ayam broiler dan data sekunder berupa data mengenai harga pada Juni 2013.

3. Kajian masalah yang diteliti difokuskan pada analisis kelayakan pengembangan usaha ayam broiler serta alat analisis switching value. 4. Penelitian ini hanya dilakukan sampai pada kelayakan usaha saja, jika

tidak layak maka tidak dilakukan pengkajian ulang oleh peneliti.

TINJAUAN PUSTAKA

Penelitian mengenai analisis kelayakan pengembangan usaha dalam suatu usaha telah dilakukan sebelumnya oleh beberapa peneliti. Hal ini menandakan bahwa kelayakan usaha merupakan hal yang penting untuk diperhitungkan dalam menjalankan suatu usaha, sehingga penting untuk dikaji, ditelusuri, dan dianalisis berdasarkan aspek non finansial dan finansial yang ada pada usaha tersebut, kemudian melakukan analisis kepekaan usaha tersebut terhadap perubahan variabel-variabel tertentu.

Penelitian terdahulu yang dijadikan rujukan adalah berbagai penelitian yang berhubungan dengan analisis kelayakan usaha. Penelitian mengenai analisis kelayakan terutama pada subsektor peternakan telah dilakukan oleh peneliti terdahulu namun dengan objek kajian atau komoditas yang berbeda. Salah satunya yaitu penelitian yang dilakukan oleh Irfansyah pada tahun 2009. Penelitian ini berjudul Analisis Pengembangan dan Optimalisasi Produksi Usaha Ternak Sapi


(18)

Perah (Studi Kasus : Peternakan Barokah Kebon Pedes Kota Bogor). Hasil dari penelitian ini antara lain : berdasarkan hasil perhitungan kriteria kelayakan finansial peternakan barokah pada skala usaha 80 ekor induk lepas diperoleh nilai NPV sebesar Rp1 835 849 468 IRR diperoleh sebesar 37% dengan tingkat dicount rate sebesar 16% nilai Net B/C sebesar 2.04 PP diperoleh selama 3.81 tahun dan BEP diperoleh selama 49 tahun Selain itu dalam penelitian ini juga dilakukan analisis sensitivitas. Variabel-variabel yang dirubah adalah kenaikan tingkat inflasi per tahun kenaikan biaya pakan per tahun rata-rata produksi susu per ekor induk harga jual susu per liter dan tingkat kenaikan gaji karyawan tiap tahun. Sedangkan berdasarkan hasil penelitian pada aspek pasar teknis manajemen dampak usaha analisis terhadap aspek finansial dapat disimpulkan bahwa gagasan pengembangan usaha layak untuk dilaksanakan yaitu pengembangan skala usaha dari 60 ekor menjadi 80 ekor induk laktasi membuat peternakan beroperasi secara lebih efisien dan mencapai skala ekonomi yang baik. Hasil penelitian Sugiarti (2008), menganalisis ushaa peternakan ayam broiler Abdul Djawad Farm yang terletak di Desa Banyu Resmi Kecamatan Cigudeg Kabupaten Bogor. Analisis data dilakukan dengan menggunakan analisis deskriptif analisis kelatakan finansial seperti : NPV IRR BCR PBP serta analisis sensitivitas terhadap perubahan tingkat harga baik tingkat harga input maupun output. Hasil analisis finansial selama sepuluh tahun kedepan dengan modal sendiri (tingkat suku bunga 6.25%) maka diperoleh NPV Rp 931 398 142 05 BCR 1.04 dan PP tiga tahun enam bulan. Jika menggunakan modal pinjaman (tingkat suku bunga 14.5%) maka didapat NPV 438 192 975 74 BCR 1.03 dan PP empat tahun empat bulan. Berdasarkan hasil tersebut maka dapat disimpulkan bahwa usaha peternakan Abdul Djawad Farm layak untuk dijalankan.

Hasil analisis sensitivitas menunjukan bahwa usaha peternakan Abdul Djawad Farm rentan terhadap peerubahan harga. Peningkatan harga DOC ceteris

paribus lebih dari 19.50% (modal sendiri) dan lebih dari 13.04% (modal

pinjaman), peningkatan harga pakan ceteris paribus lebih dari 7.00% (modal sendiri) dan lebih dari 4.68% (modal pinjaman) serta penurunan harga jual ayam broiler ceteris paribus lebih dari 4.34% (modal sendiri) dan lebih dari 2.90% (modal pinjaman) akan menyebabkan peternakan Abdul Djawad Farm

mengalami kerugian.

Perdana (2008), memiliki analisis kelayakan finansial usaha pembesaran ikan mas dan nila di keramba jaring apung dengan menggunakan kriteria investasi yaitu NPV Net B/C IRR dan PP Hasil perhitungan NPV positif sebesar Rp17 578 956 Net B/C sebesar 1.206 nilai IRR sebesar 37.14% dan PP selama 1.7 tahun. Berdasarkan kriteria kelayakan finansial tersebut maka pengusahaan pembesaran ikan mas ini layak untuk dijalankan. Peneliti melakukan analisis sensitivitas untuk mengetahui kepekaan usaha terhadap perubahan-perubahan dalam biaya pakan dan benih harga jual ikan dan jumlah produksi yang akan memmperngaruhi kelayakan usaha dengan tingkat diskonto 13% berdasarkan hasil perhitungna switching value menunjukan bahwa kenaikan harga ikan mas dan nila maksimum sebesar 7.43% dan harga pakan maksimum 2.82% penurunan produksi maksimum sebesar 1.77%.

Menurut Setiawan (2010) dalam penelitiannya Analisis Kelayakan Finansial Peternak Plasma Ayam Broiler Pola Kemitraan Inti Plasma Cikahuripan PS


(19)

menyimpulkan bahwa mekanisme pola kemitraan yang dijalankan oleh perusahaan kemitraan Cikahuripan PS dengan peternak plasma berjalan dengan baik. Kemitraan yang dijalankan berhasil khususnya bagi peternak plasma Hasil menunjukan bahwa keuntungan peternak yang berproduksi pada bulan September-Oktober diperoleh dari usaha ternaknya Rp3 111 920 per ekor atau Rp1 618 32 per kilogram. Analisis yang dilakukan menggunakan analisis pendapatan analisis kelayakan finansial tidak dapat dikatakan layak apabila menggunakan kriteria B/C rasio karena hal ini kurang mendukung aspek-aspek lainnya. Beberapa hal yang tidak dapat diketahui adalah tingkat pengembalian investasi dan apakah lebih menguntungkan daripada bisnis lain.

Menurut Saputra (2011), dalam penelitiannya mengenai Analisis Kelayakan Investasi Peternakan Ayam Broiler pada Kondisi Risiko di Wilayah Bogor Penelitian yang mengedepankan aspek finansial dan mendeskripsikan aspek non finansial serta analisis risiko menunjukan dari segi aspek non finansial. Analisis aspek finansial dengan asumsi total produksi 4519 ekor tingka kematian 3.8% rata-rata bobot 1.68 kilogram dan harga Rp14 450 per kilogram sehingga memeperoleh hasil NPV Rp147 928 117 Net B/C 2.124 IRR 27 84% dan PP dalam jangka waktu tiga tahun tiga bulan.

Persamaan dan Perbedaan Penelitian Terdahulu

Penelitian-penelitian terdahulu merupakan acuan bagi penelitian dalam menganalisis kelayakan pengembangan usaha. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh Irfansyah (2009), Sugiarti (2008), Perdana (2008), Setiawan (2010), dan Saputra (2011) yaitu mengenai lokasi perusahaan dan komoditas yang dikaji dalam penelitian. Sedangkan persamaannya dengan penelitian terdahulu yaitu penelitian ini mengkaji tentang analisis kelayakan usaha dimana kriteria alat analisis yang digunakan yaitu analisis finansial analisis non finansial dan analisis sensitivitas. Hasil penelitian terdahulu dapat memberikan masukan bagi penulis mengenai sejauh mana penelitian sebelumnya mengkaji studi kelayakan usaha. Selain itu penelitian ini dapat dijadikan penulis sebagai referensi dalam melakukan penelitian dengan topik analisis kelayakan usaha peternakan ayam broiler.

KERANGKA PEMIKIRAN

Kerangka Pemikiran Teoritis

Bisnis atau proyek merupakan suatu kegiatan investasi yang menggunakan sejumlah sumber daya untuk memperoleh keuntungan atau manfaat dalam periode


(20)

waktu tertentu. Investasi adalah suatu kegiatan pengadaan barang modal dengan nilai yang besar ataupun memiliki umur pakai ekonomis lebih dari satu tahun. Perhitungan dalam analisis sebuah kegiatan investasi tidak dapat menggunakan analisis laba rugi saja namun perlu dilakukan perhitungan yang memasukkan komponen nilai uang terhadap waktu yang biasa disebut dengan studi kelayakan bisnis.

Studi kelayakan bisnis merupakan salah satu langkah awal yang dapat digunakan untuk menilai tingkat kelayakan bisnis yang akan dikerjakan. Selain itu perhitungan ini juga dapat dipakai pada bisnis yang sedang berjalan jika perhitungan kelayakannya belum pernah dilakukan selama bisnis berjalan. Dari perhitungan analisis kelayakan finansial akan diperoleh informasi megenai kelayakan bisnis dari sisi finansial.

Pengertian Analisis Kelayakan Bisnis

Definisi proyek pertanian secara luas adalah kegiatan usaha yang rumit karena menggunakan sumber-sumber daya untuk memperoleh keuntungan atau manfaat msedangkan definisi proyek pertanian secara sempit adalah suatu kegiatan investasi yang mengubah sumber-sumber finansial menjadi barang-barang kapital yang dapat menghasilkan keuntungan-keuntungan atau manfaat-manfaat setelah beberapa periode waktu (Gittinger 1986). Menurut Soeharto 1995, mengkaji kelayakan suatu usulan proyek bertujuan mempelajari usaha tersebut dari segala segi secara profesional agar nantinya setelah diterima dan dilaksankan betul-betul dapat mencapai hasil sesuai dengan yang direncanakan. Jika kedua definisi ini digabungkan maka kajian kelayakan suatu proyek pertanian ditujukan untuk mempelajari penggunaan sumberdaya khususnya sumberdaya alam utuk memperoleh manfaat dari berbagai aspek sehingga ketika proyek tersebut dilaksanakan dapat memperoleh hasil sesuai dengan yang diharapkan.

Analisis suatu kelayakan bisnis perlu mempertimbangkan berbagai aspek yang mungkin terlibat dan satu sama lain saling berkaitan. Aspek yang perlu diperhatikan dalam studi kelayakan terbagi dalam dua kelompok yaitu aspek finansial dan aspek non finansial. Banyaknya aspek yang perlu diperhatikan dalam suatu studi kelayakan sangat tergantung kepada karakteristik dari masing-masing bisnis. (Nurmalina et al 2009)

Aspek Non Finansial

Aspek non finansial pada umumnya dianalisis secara kualitatif dan tidak terkait dengan biaya dan manfaat yang bersifat kuantitatif. Terdapat enam aspek non finansial yang dibahas pada penelitian ini.

1) Aspek pasar

Menurut Umar (2007) pasar merupakan tempat pertemuan antara penjual dan pembeli atau saling bertemunya antara kekuatan permintaan dan penawaran untuk membentuk suatu harga. Pendapat ahli yang lain mengatakan bahwa pasar merupakan suatu kelompok orang yang diorganisasikan untuk melakukan tawar


(21)

menawar sehingga dengan demikian terbentuk harga. Menurut Rangkuti (2006) pemasaran merupakan suatu kegiatan yang dipengaruhi oleh faktor sosial budaya politik ekonomi dan manajerial. Akibat dari pengaruh berbagai faktor tersebut masing-masing individu maupun kelompok mendapatkan kebutuhan dan keinginan dengan menciptakan menawarkan dan menukarkan produk yang memiliki nilai komoditi. Terdapat unsur-unsur pemasaran seperti :

1. Unsur Strategi Persaingan

Unsur strategi persaingan dalam aspek pemasaran dapat dikelompokan menjadi tiga yaitu :

a) Segmentasi Pasar merupakan tindakan mengidentifikasikan dan membentuk kelompok pembeli atau konsumen secara terpisah. Masing-masing segmen konsumen ini memiliki karakteristik kebutuhan produk dan bauran pemasaran tersendiri.

b) Targeting merupakan suatu tindakan memilih satu atau lebih segmen pasar yang akan dimasuki.

c) Positioning merupakan penetapan posisi pasar dengan tujuan untuk

membangun dan mengkomunikasikan keunggulan bersaing produk yang ada di pasar ke dalam benak konsumen.

2. Unsur Taktik Pemasaran

Unsur taktik pemasaran dalam aspek pemasaran dapat dikelompokan menjadi dua yaitu :

a) Diferensiasi berkaitan dengan cara membangun strategi pemasaran dalam berbagai aspek di perusahaan. Kegiatan membangun strategi pemasaran inilah yang membedakan diferensiasi yang dilakukan suatu perusahaan dengan dilakukan oleh perusahaan lain.

b) Bauran Pemasaran (marketing mix) adalah kelompok kiat pemasaran yang digunakan untuk mencapai sasaran pemasarannya dalam pasar sasaran. Konsep

marketing mix merupakan segala usaha yang dapat perusahaan lakukan untuk

mempengaruhi permintaan produknya. Komponen-komponen pokok marketing mix yaitu produk (product), harga (price), tempat (place), dan promosi (promotion). Produk (product) merupakan kombinasi barang dan jasa yang ditawarkan pada pasar sasaran. Harga (price) merupakan jumlah uang yang harus dibayar konsumen untuk mendapatkan produk. Tempat (place)

menunjukan berbagai kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan dan tersedia bagi konsumen. Promosi (promotion) merupakan bagian kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan untuk mengkombinasikan manfaat dari produk dan untuk meyakinkan konsumen sasaran agar membelinya.

2) Aspek Teknis dan Teknologi

Studi aspek teknis dan teknologi mengungkapkan kebutuhan apa yang diperlukan dan bagaimana secara teknis proses produksi akan dilaksanakan. Berdasarkan kajian teknologi perlu dipahami bahwa perkembangan teknologi adalah sesuatu yang tidak dapat dihindari. Antisipasi perkembangan teknologi perlu dikaji agar teknologi yang akan digunakan nantinya dapat meningkatkan efektivitas efisiensi dan ekonomi sehingga akhirnya produk yang dihasilkan mampu bersaing di pasar.

Menurut Umar (2007), tujuan studi aspek teknik dan teknologi adalah untuk meyakini apakah secara teknis dan pilihan teknologi rencana bisnis dapat


(22)

dilaksanakan secara layak atau tidak layak baik pada saat pembangunan proyek atau operasional secara rutin. Aspek teknis merupakan berbagai aspek yang berkaitan dengan pembagunan unit usaha secara teknis. Dalam aspek teknis ini akan dikaji mengenai perencanaan kapasitas produksi ketersediaan bahan baku dan bahan penunjang serta penentuan lokasi produksi atau lokasi usaha. Sedangkan pada aspek teknologi akan dikaji mengenai teknologi yang digunakan dalam proses produksi. Aspek teknis juga membahas tentang lokasi bisnis, luas produksi, proses produksi, layout, pemilihan jenis teknologi dan equipment.

(Nurmalina et al. 2009) a. Lokasi Bisnis

Beberapa variabel yang perlu diperhatikan untuk pemilihan lokasi bisnis dibedakan dalam dua golongan besar, yakni variabel utama dan variabel bukan utama. Penggolongan ke dalam kedua kelompok tersebut tidak mengandung kekakuan, artinya dimungkinkan untuk berubah golongan sesuai dengan ciri utama output dan bisnis yang bersangkutan. Variabel utama antara lain ketersediaan bahan baku, letak pasar yang dituju, tenaga listrik dan air, supply

tenaga kerja, dan fasilitas transportasi. Sedangkan varibel bukan utama yaitu hukum dan peraturan yang berlaku, iklim dan keadaan tanah, sikap dari masyarakat setempat, dan rencana masa depan perusahaan.

b. Luas Produksi

Luas produksi adalah jumlah produk yang seharusnya diproduksi untuk mencapai keuntungan yang optimal. Beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam penentuan luas produksi yaitu batasan permintaan, tersedianya kapasitas mesin-mesin, jumlah dan kemampuan tenaga kerja pengelola proses produksi, kemampuan finansial dan manajemen perusahaan, kemampuan adanya perubahan teknologi produksi dimasa yang akan datang.

c. Proses Produksi

Proses produksi adalah tahapan-tahapan kegiatan produksi dalam menghasilkan suatu output yang siap jual atau dipasarkan. Proses produksi dikenal adanya tiga jenis proses yaitu proses produksi yang terputus-putus (intermiten), kontinu, dan kombinasi. Dalam hal ini sistem kontinu akan lebih baik digunakan karena lebih mampu menekan risiko kerugian akibat fluktuasi harga dan efektivitas tenaga kerja yang lebih baik dibandingkan dengan sistem terputus. Kecuali untuk kegiatan budidaya tanaman semusim yang umumnya mengacu kepada proses produksi yang terputus-putus.

d. Layout

Layout merupakan keseluruhan proses penentuan bentuk dan penempatan

fasilitas-fasilitas yang dimiliki perusahaan. Kriteria yang dapat digunakan untuk evaluasi layout khususnya pabrik antara lain adanya konsentrasi dengan teknologi produksi, adanya arus produk dalam proses yang lancar dari proses satu ke proses yang lain, penggunaan ruangan yang optimal, kemudahan dalam melakukan penyesuaian maupun untuk ekspansi, minimisasi biaya produksi dan memberikan jaminan yang cukup untuk keselamatan tenaga kerja.

e. Pemilihan Jenis Teknologi dan Equipment

Patokan umum yang dapat digunakan dalam pemilihan jenis teknologi adalah seberapa jauh derajat mekanisasi yang diinginkan dan manfaat ekonomi yang diharapkan, disamping kriteria-kriteria yang lain sperti ketepatan jenis teknologi, keberhasilan penggunaan jenis teknologi tersebut di tempat lain yang


(23)

memiliki ciri-ciri yang mendekati lokasi dengan lokasi bisnis, kemampuan pengetahuan penduduk (masyarakat) setempat dan kemungkinan pengembangannya, pertimbangan kemungkinan adanya teknologi lanjutan. Selain itu, perlu diperhatikan penggunaan teknologi yang tepat baik dalam penggunaan potensi ekonomi lokal dan kesesuaian dengan kondisi sosial budaya setempat. Pemilihan mesin dan peralatan serta jenis teknologi mempunyai hubungan yang erat sekali. Apabila pengadaan teknologi tidak terpisah dari mesin yang ditawarkan, maka praktis jenis teknologi, mesin dan peralatan yang akan dipergunakan telah menjadi satu.

3) Aspek Organisasi dan Manajemen

Menurut Umar (2007), tujuan aspek manajemen adalah untuk mengetahui apakah pembangunan dan implementasi bisnis dapat direncanakan dilaksanakan dan dikendalikan sehingga rencana bisnis dapat dinyatakan layak atau sebaliknya. Perencanaan organisasi dan manajemen dalam pembangunan proyek dan implementasi berdasarkan perencanaan pengorganisasian actuating dan pengendalian. Aspek organisasi dan manajemen mempelajari tentang manajemen dalam masa pembangunan bisnis dan manajemen dalam masa operasi. Apabila bentuk dan sistem pengelolaan telah dapat ditentukan secara teknis dan berdasarkan pada kegiatan usaha disusun bentuk struktur organisasi yang cocok dan sesuai untuk menjalankan kegiatan tersebut. Berdasarkan struktur organisasi yang ditetapkan kemudian ditentukan jumlah tenaga kerja serta keahlian yang diperlukan.

4) Aspek Hukum

Aspek hukum mempelajari tentang bentuk badan usaha yang akan digunakan, dan mempelajari jaminan-jaminan yang bisa disediakan bila akan menggunakan sumber dana yang berupa pinjaman, berbagai akta, sertifikat dan izin. Aspek hukum dari suatu usaha diperlukan dalam hal mempermudah dan memperlancar kegiatan bisnis pada saat menjalin jaringan kerja sama (networking) dengan pihak lain (Nurmalina et al., 2009).

5) Aspek Sosial dan Ekonomi

Dalam aspek sosial dan ekonomi yang dinilai adalah seberapa besar bisnis mempunyai dampak sosial, ekonomi, dan budaya terhadap masyarakat keseluruhan. Pada aspek sosial yang dipelajari adalah penambahan kesempatan kerja atau pengurangan pengangguran, serta adanya pemerataan kesempatan kerja dan pengaruh bisnis terhadap lingkungan sekitar lokasi bisnis. Dari aspek ekonomi, suatu bisnis dapat memberikan peluang peningkatan pendapatan masyarakat, pendapatan asli daerah (PAD), pendapatan dari pajak dan dapat menambah aktivitas ekonomi. Suatu bisnis tidak akan ditolak oleh masyarakat sekitar bila secara sosial budaya diterima dan secara ekonomi memberikan kesejahteraan. (Nurmalina et al. 2009)

6) Aspek Lingkungan

Lingkungan hidup merupakan salah satu aspek yang sangat penting diperhatikan sebelum suatu investasi atau usaha dijalankan. Hal itu dilakukan untuk mengetahui dampak yang ditimbulkan jika suatu investasi jadi dilakukan,


(24)

baik dampak negatif maupun yang berdampak positif. Dampak yang timbul ada yang langsung memengaruhi pada saat kegiatan usaha/proyek dilakukan sekarang atau baru terlihat beberapa waktu kemudian dimasa yang akan datang (Kasmir dan Jakfar, 2010). Aspek lingkungan mempelajari bagaimana pengaruh bisnis tersebut terhadap lingkungan. Pertimbangan tentang sistem alami dan kualitas lingkungan dalam analisis suatu bisnis justru akan menunjang kelangsungan suatu bisnis itu sendiri, sebab tidak ada bisnis yang akan bertahan lama apabila tidak bersahabat dengan lingkungan. (Nurmalina et al. 2009)

Aspek Finansial

Menurut Umar (2007), tujuan menganalisis aspek keuangan dari suatu studi kelayakan proyek bisnis adalah untuk menentukan rencana investasi melalui perhitungan biaya dan manfaat yang diharapkan dengan membandingkan antara pengeluaran dan pendapatan. Hasil pengolahan data kuantitatif yang digunakan untuk aspek finansial yang disajikan dalam bentuk tabulasi yang dilakukan secara manual. Metode analisis yang dianggap relevan untuk menjawab tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan kajian pengembangan bisnis ini adalah :

A. Analisis Kelayakan Investasi

Analisis kelayakan investasi yang akan digunakan adalah menggunakan analisis cashflow yang disusun untuk menunjukan perubahan kas selama satu periode tertentu serta memberikan alasan mengenai perubahan kas tersebut dengan menunjukan dari mana sumber-sumber kas dan penggunaan-penggunaannya (Umar 2007). Analisis kelayakan investasi terdiri dari :

Net Present Value (NPV)

Suatu bisnis dapat dikatakan layak jika jumlah seluruh manfaat yang diterimanya melebihi biaya yang dikeluarkan. Selisih antara manfaat dan biaya disebut dengan manfaat bersih atau arus kas bersih NPV atau nilai kini manfaat bersih adalah selisih antara total present value biaya atau jumlah present value dari manfaat bersih tambahan selama umur bisnis. (Nurmalina et al. 2009)

Tiga kriteria ukuran kelayakan investasi menurut metode NPV yaitu :

a) NPV lebih besar dari nol (NPV > 0) artinya, usaha yang dijalankan menguntungkan atau memberikan manfaat.

b) NPV sama dengan nol (NPV = 0) artinya, usaha yang dijalankan tidak menguntungkan atau tidak merugikan.

c) NPV lebih kecil dari no (NPV < 0) artinya, usaha tersbut tidak layak untuk dijalankan atau memberikan kerugian.

 Manfaat biaya bersih atau Net Benefit-Cost Ratio (Net B/C)

Net B/C adalah ratio antara manfaat bersih yang bernilai positif dengan manfaat bersih yang bernilai negatif. Terdapat tiga kriteria ukuran kelayakan investasi menurut metode Net B/C yaitu:

a) Net B/C Ratio lebih dari satu (Net B/C > 1) artinya, usaha tersebut menguntungkan atau layak untuk dijalankan.


(25)

b) Net B/C Ratio sama dengan satu (Net B/C = 1) artinya, usaha tersebut tidak menguntungkan atau tidak merugikan.

c) Net B/C Ratio kurang dari satu (Net B/C < 1) artinya, usaha tersebut tidak menguntungkan atau tidak layak dijalankan. (Nurmalina et al. 2009)

Internal Rate of Return (IRR)

Kelayakan bisnis juga dinilai dari seberapa besar pengembalian bisnis terhadap investasi yang ditanamkan. Hal ini dapat ditunjukan dengan mengukur besaran IRR. IRR adalah tingkat discount rate yang menghasilkan NPV sama dengan 0. Besaran yang dihasilkan dari perhitungan ini adalah dalam satuan persentase (%). Sebuah bisnis dikatakan layak apabila IRR-nya lebih besar dari

Opportunity Cost of Capital-nya.

Perhitungan IRR umumnya dilakukan dengan menggunakan metode interpolasi di antara tingkat discount rate yang lebih rendah (yang menghasilkan NPV positif) dengan tingkat discount yang lebih tinggi (yang menghasilkan NPV negatif) (Nurmalina et al 2009).

Payback Period(PP)

Menurut Umar (2007), Payback Period (PP) adalah suatu periode yang diperlukan untuk menutup kembali pengeluaran investasi (initial cash investment) dengan menggunakan aliran kas dengan kata lain payback period merupakan rasio initial cash investment dengan cash inflow-nya yang hasilnya merupakan satuan waktu. Selanjutnya nilai rasio ini dibandingkan dengan maximumpayback period yang dapat diterima. Jika payback period lebih pendek dari umur proyek maka proyek dikatakan menguntungkan jika payback period lebih panjang dari umur proyek maka proyek tersebut tidak menguntungkan.

 Proyeksi Laba/Rugi

Proyeksi laba/rugi digunakan untuk menghitung besarnya pajak penghasilan dari laba operasional yang digunakan untuk penentuan Net B/C NPV dan IRR. Laba bersih dapat diperoleh dari selisih laba operasional dan pajak penghasilan. (Umar 2007)

 Analisis Nilai Pengganti (Sensitivity Analysis)

Analisis nilai pengganti merupakan analisis yang digunakan untuk mengetahui pengaruh yang terjadi akibat peningkatan dan penurunan suatu variabel sehingga menghasilkan suatu perubahan kriteria investasi yaitu layak atau tidak layak. Analisis sensitivitas dilakukan karena adanya perubahan-perubahan harga output dan biaya operasional.

Suatu variasi pada analisis sensitivitas adalah nilai pengganti (switching value). Switching value ini merupakan perhitungan untuk mengukur “perubahan maximum’ dari perubahan suatu komponen inflow (penurunan harga output penurunan produksi) atau perubahan komponen outflow (peningkatan harga input/peningkatan biaya produksi) yang masih dapat ditoleransi agar bisnis masih tetap layak. Oleh karena itu perubahan tidak boleh melebihi nilai tersebut. Bila melebihi nilai tersebut maka bisnis dinyatakan tidak layak untuk dijalankan. Perhitungan ini mengacu kepada berapa besar perubahan terjadi sampai dengan NPV sama dengan nol (NPV=0).


(26)

Perbedaan yang mendasar antara analisis sensitivitas yang biasa dilakukan dengan switching value adalah pada analisis sensitivitas besarnya perubahan sudah diketahui secara empirik (misal penurunan harga output 20 %) bagaimana dampaknya terhadap hasil kelayakan. Sedangkan pada perhitungan switching

value perubahan tersebut harus dicari misalnya berapa perubahan maksimum dari

penurunan harga output yang masih dapat ditoleransi agar bisnis masih tetap layak. Hal ini menunjukan bahwa harga output tidak boleh turun melebihi nilai pengganti tersebut. Bila melebihi nilai pengganti (switching value) tersebut maka bisnis tersebut tidak layak atau NPV<0.

Analisis switching value dapat dilakukan dengan menghitung secara coba-coba perubahan maksimum yang boleh terjadi akibat perubahan di dalam komponen inflow atau outflow misal kenaikan biaya produksi penurunan volume produksi dan penurunan harga output (Nurmalina et al. 2009). Switching Value

bertujuan untuk mengetahui seberapa jauh proyek akan dinilai tidak menguntungkan jika terjadi penyimpangan dari yang diperkirakan sebelumnya. Komponen yang umum digunakan dalam perhitungan switching value adalah kenaikan harga bahan baku dan penurunan harga jual atau penurunan jumlah penerimaan sehingga didapat batas minimum kelayakan usaha yang disebabkan terjadinya penurunan harga produk yang sering berubah dan disesuaikan.

Dalam analisis switching value secara langsung dapat dipilih sejumlah nilai yang dapat melakukan perubahan terhadap masalah yang dianggap penting. Nilai

switching value diperoleh dengan cara trial and error yaitu melakukan perubahan

pada variabel switching yang besar pengaruhnya pada tingkat kelayakan usaha dan sangat mungkin mengalami perubahan diwaktu yang akan datang selama umur usaha. Perubahan dilakukan dengan cara menurunkan atau meningkatkan variabel switching sehingga nilai NPV menjadi sama dengan nol IRR sama dengan nilai discount rate dan Net B/C sama dengan satu.

Kerangka Pemikiran Konseptual

Seiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan serta peningkatan pendapatan masyarakat, maka semakin meningkat pula tuntutan masyarakat dalam pemenuhan gizi, khususnya protein hewani. Peristiwa ini tak diimbangi dengan usaha pengembangan ternak potong lainnya, sehingga populasi ternak besar seperti sapi, kerbau ataupun ternak kecil sebagai ternak potong akan sangat menurun. Oleh karena itu berkembanglah usaha ternak ayam broiler untuk mengimbangi kebutuhan protein hewani masyarakat. Usaha ternak ayam broiler dipandang dapat memberikan keuntungan yang besar dalam kurun waktu yang singkat, karena ayam broiler memiliki siklus hidup yang pendek.

Berdasarkan data yang diperoleh dari Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan tahun 2012, Provinsi Jawa Barat merupakan salah satu sentra penghasil ayam broiler yang cukup besar di Indonesia. Kabupaten Bogor adalah salah satu penghasil ayam broiler terbesar kedua setelah Kabupaten Ciamis. Dalam penelitian ini, peternakan ayam broiler yang berada di Kabupaten Bogor bermaksud untuk memenuhi seluruh permintaan perusahaan dengan menambah


(27)

jumlah kandang demi tercapainya target yang sudah disepakati sebelumnya oleh perusahaan mitra, karena dengan adanya harga sapronak yang berfluktuatif dari pihak perusahaan, maka Pak jono harus dapat mengefisiensikan pengguanaan pakan agar dapat menekan biaya operasional, karena pemakaian pakan dapat mempengaruhi FCR yang sudah ada dalam standar dari perusahaan. Semakin baik peternak menggunakan pakan dan kurang dari standar FCR yang telah ditentukan perusahaan, maka Pak Jono akan mendapatkan insentif dari pihak perusahaan tersebut.

Melihat potensi peternakan ayam broiler yang begitu besar, peternakan ini akan melakukan pengembangan usaha berupa penambahan kandang dengan kapasitas10 000 ekor ayam, dengan adanya penambahan kandang tersebut maka untuk DOC nya pun akan terjadi penambahan yang signifikan. Modal untuk investasi pengembangan usaha tersebut dibiayai oleh pemilik usaha itu sendiri tanpa meminta bantuan dari lembaga keuangan lain. Analisis kelayakan pengembangan usaha ayam broiler ini dilakukan dengan studi kelayakan bisnis. Penelitian ini menggunakan studi kelayakan bisnis dengan analisis finansial berupa penilaian NPV (net present value), IRR (internal rate of return), Net B/C (net benefit cost ratio) dan PP (payback period). Sedangkan analisis non finansial yang digunakan yaitu aspek pasar, aspek teknis, aspek social dan ekonomi, aspek manajemen dan hukum serta aspek lingkungan.

Hasil penelitian kemudian akan dianalisis kembali dengan analisis switching

value untuk menghitung tingkat kepekaan usaha terhadap perubahan-perubahan

yang terjadi dalam usaha. Komponen perubahan yang digunakan merupakan komponen input dan output utama yang dapat mempengaruhi hasil produksi sehingga berpengaruh pada penerimaan usaha. Komponen seperti kenaikan harga pakan dan penurunan harga jual ayam menjadi fokus pada analisis switching

value, ini berdasarkan pengalaman dilapangan dimana penurunan harga jual ayam

dan kenaikan harga pakan dapat mempengaruhi jalannya usaha dengan kesepakatan yang sudah ditetapkan, pada kondisi-kondisi tertentu yang menyebabkan peternak harus lebih bertindak secara efisien agar keuntungan peternak tetap tinggi. Hasil dari analisis ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan tentang keberlanjutan usaha yang akan dilakukan.

Penelitian ini dapat dijadikan pedoman bagi peternakan ayam broiler untuk menjalankan pengembangkan usaha. Apabila hasil analisis kelayakan menunjukan bahwa pengembangan usaha ini layak, maka pengembangan usaha ini dilanjutkan, dan apabila tidak layak, maka tidak dilakukan pengkajian ulang oleh peneliti. Adapun kerangka pemikiran operasional dapat dilihat pada Gambar 1.


(28)

METODE PENELITIAN

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di peternakan ayam broiler milik Bapak Jono yang terletak di Desa Cihideung Udik Kabupaten Bogor. Pemilihan lokasi penelitian ini dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa peternakan ayam broiler ini merupakan salah satu peternakan ayam yang besar di Kabupaten Bogor, dimana Kabupaten Bogor merupakan sentra peternakan terbesar kedua setelah Kabupaten Ciamis. Peternakan ayam broiler ini juga dipilih berdasarkan pertimbangan adanya potensi untuk pengembangan usaha karena bertambahnya

Gambar 1 Kerangka pemikiran operasional analisis pengembangan usaha ternak ayam broiler di Kecamatan Ciampea

Aspek Non Finansial

 Aspek Pasar

 Aspek Teknis dan Teknologi  Aspek Organisasi dan Manajemen

 Aspek Hukum

 Aspek Sosial, Ekonomi, dan Budaya  Aspek Lingkungan

Adanya permintaan yang tinggi tidak diimbangi dengan produksi ayam broiler.

Analisis Kelayakan Usaha

Tidak Layak

Aspek Finansial

 NPV  IRR  Net B/C  PP  Laba-Rugi

Layak

Pengembangan usaha ternak dilanjutkan Adanya rencana pengembangan usaha di peternakan ayam broiler sebagai upaya untuk

memenuhi permintaan.

Analisis Switching value


(29)

permintaan dari pihak perusahaan mitra. Kegiatan penelitian ini dilaksanakan pada bulan April 2013 sampai dengan bulan Mei 2013.

Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder baik bersifat kualitatif maupun kuantitatif yang berkaitan dengan permasalahan yang dikaji. Data primer diperoleh dari pengamatan langsung di lokasi penelitian dan wawancara langsung dengan pemilik, tenaga kerja, dan masyarakat di sekitar lingkungan usaha peternakan. Kegiatan wawancara dilakukan untuk mengetahui kondisi dan kegiatan usaha yang dilakukan di peternakan baik dari aspek non finansial maupun dari aspek finansial.

Data sekunder diperoleh melalui penelusuran studi pustaka dari berbagai literatur baik dari buku internet hasil publikasi dinas atau instansi pemerintah terkait seperti Badan Pusat Statistik (BPS), Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor, Perpustakaan LSI IPB dan berbagai pustaka lainnya seperti majalah jurnal dan skripsi terdahulu yang relevan dengan topik penelitian.

Metode Pengumpulan Data

Metode yang digunakan dalam pengumpulan data primer yaitu dengan cara pengamatan langsung atau observasi di lapangan serta melakukan wawancara langsung dan mendalam dengan menggunakan daftar pertanyaan berupa kuesioner kepada pihak pengelola peternakan yang terdiri dari pemilik dan karyawan serta instansi yang terkait seperti Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor. Metode pengumpulan data sekunder dilakukan melalui pencarian di internet dan studi literatur yang relevan. Alat pengumpul data yang digunakan yaitu daftar pertanyaan (kuesioner), alat pencatat, dan alat dokumentasi elektronik (foto digital, dan foto handphone).

Metode Pengolahan dan Analisis Data

Penelitian yang dilakukan adalah analisis kualitatif dan analisis kuantitatif. Analisis kualitatif merupakan analisis yang dilakukan dengan cara deskriptif untuk menggambarkan sistem usaha dan aspek non finansial yang terdiri dari aspek pasar, aspek teknis, manajemen dan hukum dari usaha budidaya ayam broiler skala menengah di Desa Cihideung Udik, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor. Analisis secara kuantitatif digunakan untuk mengetahui tingkat kelayakan invetasi. Metode kuantitatif yang akan digunakan adalah analisis kelayakan finansial berdasarkan kriteria NPV, Net B/C, PP, dan IRR serta analisis switching


(30)

value. Data kuantitatif diolah menggunakan kalkulator dan komputer dengan

microsoft excel 2007.

Analisis Kelayakan Aspek Non Finansial

Analisis yang akan dilakukan terhadap aspek non finansial disesuaikan dengan skala usaha proyek, semakin besar skala usaha yang dilakukan maka analisis kelayakan non finansial juga akan semakin kompleks. Pada penelitian ini aspek yang akan dikaji adalah aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen dan aspek hukum, aspek sosial dan ekonomi, serta aspek lingkungan.

Aspek Pasar

Aspek pasar menempati urutan yang pertama dalam studi kelayakan pengembangan usaha ternak ayam broiler dikatakan layak apabila tidak terdapat masalah pemasaran yang dapat menghambat jalannya pengembangan usaha peternakan ayam broiler sehingga seluruh hasil produksi ayam broiler yang dihasilkan dapat diterima oleh pasar. Selain itu produk yang dihasilkan sesuai dengan permintaan pasar dan dapat bersaing atau memiliki keunggulan dibandingkan produk serupa yang dihasilkan oleh pesaing. Pendekatan yang dilakukan dalam analisis aspek pasar menggunakan bauran pemasaran yang terdiri dari produk (product), harga (price), tempat (place), dan promosi (promotion). Menurut Nurmalina et al. (2009) aspek pasar dan pemasaran dikatakan layak apabila strategi yang digunakan efektif dan efisien dalam mengatasi permasalahan terhadap komponen tersebut, sehingga dapat meningkatkan pangsa pasar yang dimiliki perusahaan.

Aspek Teknis

Aspek teknis meliputi proses pembangunan bisnis secara teknis dan pengoperasiannya setelah bisnis tersebut selesai dibangun sehingga pada pengembangan usaha peternakan ayam broiler ini dapat dikatakan layak dalam aspek teknis bila lokasi peternakan mampu menunjang pengembangan usaha tersebut luas produksi sudah optimal, layout peternakan seseuai sehingga mampu memperlancar proses produksi, pemilihan teknologi sedah tepat, kondisi kandang, pemberian pakan dan air, penanganan penyakit pada ayam broiler, serta penanganan pasca panen telah tepat sehingga tidak menghambat jalannya pengembangan usaha.


(31)

Analisis Manajemen dan Hukum

Aspek manajemen pada penelitian ini lebih difokuskan pada sumber daya manusia yang akan mengelola usaha pengembangan ayam broiler. Aspek manajemen yang dikaji terkait empat fungsi manajemen (perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian) bentuk struktur organisasi, deskripsi jabatan, dan jumlah tenaga kerja yang digunakan. Sedangkan aspek hukum yang dikaji dalam penelitian ini terkait dengan izin dalam menjalankan usaha bentuk badan usaha maupun sertifikat-sertifikat yang dimiliki oleh pihak peternak. Menurut Nurmalina et al (2009), aspek manajemen dikatakan layak apabila alokasi pengorganisasian sumber daya dapat berjalan dengan baik sesuai dengan kebutuhan serta implementasi pekerjaan yang dapat mendukung pencapaian tujuan dan target perusahaan. Aspek hukum dari suatu usaha sangat diperlukan dalam hal mempermudah dan memperlancar kegiatan usaha pada saat menjalin jaringan kerjasama dengan pihak lain.

Analisis Aspek Sosial dan Ekonomi

Aspek sosial yang dikaji dalam penelitian ini terkait dengan dampak yang ditimbulkan terhadap lingkungan sosial sekitar kegiatan usaha seperti perbaikan mutu hidup masyarakat, ketersediaan lapangan kerja baru, peningkatan keahlian masayarakat dalam budidaya ayam broiler, serta dapat mengurangi pengangguran. Menurut Nurmalina et al (2009) dalam aspek sosial, ekonomi, dan budaya yang akan dinilai adalah seberapa besar bisnis mempunyai dampak sosial, ekonomi, dan budaya terhadap masyarakat keseluruhan. Suatu bisnis dapat diterima oleh masyarakat sekitar apabila secara sosial, budaya, dan ekonomi memberikan kesejahteraan.

Aspek Lingkungan

Perlunya analisis dampak lingkungan dilakukan karena dapat memberikan gambaran kepada pelaku usaha tentang dampak yang dapat ditimbulkan suatu usaha terhadap lingkungan jika dijalankan. Menurut Nurmalina et al (2009), aspek ini mempelajari bagaimana pengaruh bisnis terhadap lingkungan apakah dengan adanya bisnis menciptakan lingkungan yang semakin baik atau semakin buruk. Aspek ini menunjang keberlangsungan suatu bisnis suatu pengembangan usaha dikatakan layak apabila usaha yang didirikan tidak memberikan dampak yang merugikan misalnya dengan pengelolaan limbah peternakan yang kurang baik sehingga dapat mengganggu kehidupan masyarakat sekitar.


(32)

Analisis Aspek Finansial

Aspek finansial mengkaji tentang perhitungan berapa jumlah dana yang dibutuhkan untuk membangun dan kemudian mengoperasikan kegiatan bisnis. Aspek finansial bertujuan untuk mengetahui apakah usaha yang dijalankan memiliki manfaat. Keadaan tersebut membuat pelaku usaha perlu mengkaji rencana investasi secara tepat agar modal yang ada dikeluarkan sesuai dengan rencana. Analisis aspek finansial pada pengembangan usaha peternakan ayam broiler ini menggunakan kriteria kelayakan investasi yang meliputi Net Present Value (NPV), Net Benefit Cost Ratio (Net B/C), Payback Period (PP), dan analisis switching value untuk melihat kepekaannya terhadap perubahan-perubahan yang terjadi dalam mempengaruhi kelayakan investasi.

Net Present Value (NPV)

Net Present Value (NPV) merupakan manfaat bersih yang diterima

perusahaan selama umur usaha pada tingkat diskonto tertentu. Suatu usaha dikatakan layak jika jumlah seluruh manfaat biaya yang diterima melebihi biaya yang dikeluarkan, atau jika NPV lebih besar dari pada nol. Nilai yang dihasilkan oleh perhitungan NPV adalah dalam satuan mata uang rupiah. Menurut Nurmalina

et al. (2009), secara sistematis rumus yang digunakan dalam perhitungan NPV adalah sebagai berikut :

 

 

  n

t

t t t

i C B NPV

1 1

Keterangan :

Bt = Manfaat pada tahun ke-t Ct = Biaya (cost) pada tahun ke-t n = Umur proyek (tahun) t = Periode (1 2 3 … )

i = Discount rate (%) Kriteria Penilaian :

NPV > 0 Proyek layak secara finansial dan menguntungkan sehingga dapat dilaksanakan

NPV = 0 Proyek tidak untung tetapi tidak rugi oleh karena itu keputusan diserahkan kepada pihak manajemen

NPV < 0 Proyek ini tidak layak secara finansial karena keuntungan lebih kecil dari biaya yang dikeluarkan

Net Benefit-Cost Ratio (Net B/C)

Net B/C adalah ratio antara manfaat bersih yang bernilai positif dengan manfaat bersih yang bernilai negatif (Nurmalina et al 2009) Secara matematis


(33)

Net B/C = t t t n 1 t t t t n 1 t i) (1 C B i) (1 C B        

dimana

0 0     t t t t C B C B Keterangan :

Bt = Manfaat pada tahun t Ct = Biaya pada tahun t

i = Discount rate (%)

t = Tahun

n = Umur Bisnis Kriteria penilaian :

Net B/C > 1 Proyek layak secara finansial dan menguntungkan sehingga dapat dilaksanakan

Net B/C < 1 Proyek ini tidak layak secara finansial karena tambahan biaya yang dikeluarkan lebih besar dari manfaat bersih yang diterima

Internal Rate of Return (IRR)

Kelayakan bisnis juga dinilai dari seberapa besar pengembalian bisnis terhadap investasi yang ditanamkan. Hal ini dapat ditunjukan dengan mengukur besaran IRR IRR adalah tingkat discount rate yang menghasilkan NPV sama dengan 0. Besaran yang dihasilkan dari perhitungan ini adalah dalam satuan persentase (%). Sebuah bisnis dikatakan layak apabila IRR-nya lebih besar dari

Opportunity Cost of Capital-nya. Perhitungan IRR umumnya dilakukan dengan menggunakan metode interpolasi di antara tingkat discount rate yang lebih rendah (yang menghasilkan NPV positif) dengan tingkat discount yang lebih tinggi (yang menghasilkan NPV negatif) (Nurmalina et al 2009) Berikut rumus IRR :

) (2 1

2 1

1

1 x i i

NPV NPV NPV i IRR     Keterangan :

i1 = Discount rate yang menghasilkan NPV positif

i2 = Discount rate yang menghasilkan NPV negatif

NPV1 = Nilai NPV positif NPV2 = Nilai NPV negatif

Payback Period(PP)

Payback period (PP) atau analisis waktu pengembalian investasi merupakan

perhitungan terhadap lamanya periode waktu yang diperlukan oleh suatu usaha untuk dapat mengembalikan biaya invesatasi. Perhitungan dilakukan dengan cara nilai manfaat bersih yang terdapat pada cashflow didiskontokan dan dikomulatifkan. Semakin kecil angka yang dihasilkan, semakin cepat tingkat pengembalian suatu investasi, sehingga usaha yang dijalankan semakin baik untuk


(34)

dikembangkan. Menurut Nurmalina et al. (2009) secara matematis rumus yang digunakan dalam perhitungan PP adalah sebagai berikut :

=

Keterangan :

I = Besarnya biaya investasi yang diperlukan

Ab = Manfaat bersih yang dapat diperoleh pada setiap tahunnya Kriteria penilaian :

Lamanya periode waktu pengembalian biaya investasi harus lebih cepat dibandingkan umur usaha yang diproyeksikan dalam cashflow, semakin cepat pengembalian biaya investasi maka semakin baik usaha tersebut untuk dijalankan.

Analisis Switching Value

Setelah analisis kelayakan, perlu dilakukan analisis switching value untuk mengukur perubahan maksimum dari perubahan suatu kopmponen inflow atau perubahan komponen outflow yang masih dapat ditoleransi agar bisnis masih tetap layak untuk dijalankan. Oleh karena itu, perubahan hendaknya tidak melebihi nilai tersebut. Jika melebihi nilai tersebut maka nilai bisnis tidak layak untuk dijalankan. Perhitungan switching value ini mengacu kepada berapa besar perubahan terjadi sampai dengan NPV sama dengan nol (NPV=0). Tujuan analisis ini adalah untuk melihat kembali hasil analisis suatu kegiatan investasi usaha. Variabel-variabel yang digunakan untuk analisis ini adalah perubahan penurunan harga jual ayam dan kenaikan harga pakan. Variabel-variabel tersebut berpengaruh besar terhadap pendapatan atau keuntungan karena keduanya merupakan output dan input utama dalam kegiatan produksi ayam broiler.

Asumsi Dasar Penelitian

Analisis kelayakan pengembangan usaha ternak ayam broiler ini secara finansial perlu digunakan beberapa asumsi seperti :

1) Lahan yang digunakan adalah lahan milik sendiri seluas 2 000 meter2 dan lahan sewa seluas 4 000 meter2.

2) Umur bisnis ditentukan selama 10 tahun berdasarkan umur ekonomis kandang terbuat dari bambu yang digunakan selama usaha, penentuan ini berdasarkan nilai investasi terbesar dalam usaha. Selain itu kandang juga merupakan aset penting dalam usaha peternakan ayam broiler ini.

3) Harga yang digunakan diasumsikan konstan, baik harga input maupun harga output dari kegiatan usaha peternakan ayam broiler ini.

4) Peternakan ayam broiler ini berproduksi sebanyak enam periode dalam satu tahun dan pada tahun pertama hanya terjadi lima kali periode produksi karena pada tahun pertama dilakukan kegiatan-kegiatan untuk mempersiapkan infrastruktur peternakan.


(35)

5) Tingkat mortalitas setiap periode produksi berdasarkan rata-rata mortalitas yang terjadi di lokasi penelitian yaitu sebesar 6.15%.

6) Kandang yang akan dibangun yaitu dua buah dengan kapasitas masing-masing kandang 5 000 ekor ayam.

7) Harga jual ayam broiler yaitu sebesar Rp16 980 per kilogram. 8) Sumber modal yang dikeluarkan berasal dari modal sendiri.

9) Setiap ayam hidup yang dihasilkan terjual habis setiap periodenya, hal ini dikarenakan PT TJ Farm menampung seluruh ayam yang dihasilkan.

10) Tingkat suku bunga yang ditetapkan adalah enam% berdasarkan tingkat bunga deposito pada Bank BNI karena pemilik menggunakan modal sendiri. 11)Besarnya pajak pendapatan yang digunakan berdasarkan UU RI tentang

Perpajakan No. 36 Tahun 2008 yaitu penetapan pajak 25%.

12)Sumber penerimaan yang diperoleh dalam usaha ini berasal dari penjualan ayam hidup, insentif FCR dan kotoran ayam. FCR standar perusahaan diasumsikan sama setiap periodenya, berdasarkan pada rata-rata FCR yaitu 1.6835.

13)Rata-rata hasil panen ayam broiler adalah 72 734 ekor. Angka ini didasarkan pada jumlah DOC yang dipelihara dikurangi angka mortalitas 6.15%.

14)Ayam dipanen pada saat umur enam minggu dengan asumsi bobot rata-ratanya adalah 1.8 kilogram per ekor.

15)Biaya yang dikeluarkan untuk usaha peternakan ayam broiler terdiri dari biaya investasi dan biaya operasional. Biaya investasi yang dikeluarkan yaitu biaya pembangunan kandang, pembelian peralatan, instalasi listrik dan air, sedangkan biaya operasional per periode seperti pembelian DOC, pakan, obat-obatan dan vitamin, pembayaran gaji, listrik, BBM, serta pembelian pulsa.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambaran Umum Usaha

Lokasi dan Tata Letak

Peternakan ayam broiler ini memiliki lokasi unit usaha yaitu di desa Cihideung Udik, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Secara topografi Kecamatan Ciampea berada di ketinggian 300-700 meter di atas permukaan laut, sehingga Kecamatan Ciampea merupakan daerah yang cukup panas karena letaknya di dataran rendah. Meskipun demikian usaha peternakan ayam broiler di daerah panas seperti ini dapat berjalan dengan cukup baik. Bentuk wilayah Kecamatan Ciampea yaitu 55% berombak sampai berbukit, sedangkan sisanya memiliki bentuk wilayah berbukit sampai bergunung. Administrasi pemerintahan di Kecamatan Ciampea terdiri dari 13 desa, 22 dusun, 100 rukun warga, dan 429 ruku tetangga dengan luas wilayah sebesar 3062.5 kilometer2. Kecamatan Ciampea terdiri dari 13 desa yaitu Desa Ciampea Udik, Cinangka,


(36)

Cibuntu, Cicadas, Tegalwaru, Bojong Jengkol, Cihideung Udik, Cihideung Ilir, Cibanteng, Bojong Rangkas, Cibadak, Benteng, Ciampea. Desa Cihideung Udik merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor tepatnya masuk sejauh 700 meter dari jalan raya Bogor-Lewiliang dipertigaan Babengket. Jarak lokasi dari kota Bogor sejauh 11 kilometer kearah Barat dan dari kota Jakarta dapat ditempuh dengan jarak 70 kilometer. Desa Cihideung Udik berada di kaki gunung salak dan dibelah dengan aliran sungai Cinangneng, Desa Cihideung Udik berada di ketinggian 600 sampai 900 meter dari permukaan laut dan suhu rata-rata sebesar 24.3 oC.

Peternakan sendiri memliki lahan yang terpisah-pisah, yaitu apabila dijumlahkan semua sekitar 5 000 meter2, dimana seluas 2 000 meter2 merupakan lahan milik sendiri dan sisanya adalah lahan sewa. Peternak memiliki 19 kandang dengan kapasitas yang berbeda-beda, kandang tersebut tersebar di tujuh lokasi (zona) yaitu zona pertama terdapat di Benteng Sawah, zona kedua di Cinangneng dua, zona ketiga di Sinagar gang Asem, zona keempat di Bojong Jengkol, zona kelima di Cinangneng satu, zona keenam di gang Abot, dan zona ketujuh di Sukabetah. Adanya tempat kegiatan usaha di lokasi tersebut sangat menguntungkan, karena memiliki akses yang mudah dijangkau oleh perusahaan yang bermitranya baik dalam hal pendistribusian DOC, pakan, obat-obatan, dan pada saat pengambilan hasil panen. Selain itu peternakan ini mendapatkan kemudahan dalam persediaan air untuk setiap lokasi kandangnya, masing-masing lokasi kandang dibuat sumur untuk kebutuhan produksinya.

Sejarah Singkat Peternakan

Peternakan ayam Broiler ini merupakan perusahaan perorangan yang didirikan pada tahun tahun 2003 sampai dengan sekarang. Pada awal usahanya peternak menjual hasil ternaknya langsung kapada konsumen akhir yaitu ke pasar, setelah berjalan setahun peternakan ini menjalin kemitraan dengan perusahaan yaitu PT Sierrad. Kontrak berakhir pada tahun 2008 dan awal 2009 peternak menjalin kemitraan dengan perusahaan TJ Farm hingga saat ini. Kemitraan yang dijalani oleh peternak yaitu mulai dari penyediaan DOC, pakan, obat, sampai pada penjualan ayam broiler.

Pada awal pendirian usaha peternak menggunakan lahan usaha milik sendiri, namun seiring bertambahnya permintaan dari pihak perusahaan mitranya, maka peternak menambah kandang dengan melakukan penyewaan lahan karena lahan yang dimilikinya sudah tidak cukup untuk pembangunan kandang lainnya. Penyewaan lahan yang dilakukan oleh peternak untuk kegiatan peternakan ayam broilernya yaitu selama sepuluh tahun untuk menghindari kenaikan biaya sewa setiap tahunnya, sehingga dapat menghemat biaya penyewaan lahan tersebut.


(1)

Kandang ayam broiler dengan kapasitas 5 000 ekor

Pemberian pakan dan minum ayam broiler


(2)

Tabung gas LPG Mesin diesel

Instalasi listrik Pakan ayam 511 L


(3)

Lampiran 16 Kuisioner penelitian analisis kelayakan pengembangan usaha peternakan ayam broiler Di Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor

KUISIONER PENELITIAN

Kuisioner ini digunakan sebagai bahan penyusunan skripsi yang berjudul “Analisis Kelayakan Pengembangan Usaha Peternakan Ayam Broiler Di Desa Cihideung Udik, Kabupaten Bogor” oleh Riezky Sidik Fakhruddin (H34114083), Mahasiswa Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor

Ditujukan untuk pemilik peternakan I. Identitas Responden

1. Nama : ... 2. Tempat tinggal : ... 3. Usia : ... tahun 4. Status : [ ] Menikah [ ] Belum Menikah

5. Jumlah anggota keluarga : ... 6. Pendidikan Terakhir : ... II.Gambaran Umum Usaha

1. Nama usaha : ... ... 2. Bentuk usaha : ... ... 3. Lokasi usaha : ... ... 4. Tanggal berdirinya usaha : ... 5. Kegiatan usaha : ... ... ... ... 6. Sejarah singkat usaha : ... ... ... ... ... 7. Kendala usaha : ...

... ... III.Aspek Kelayakan Usaha

No Uraian Keterangan

1 Aspek Pasar dan Pemasaran : a. Permintaan

b. Penawaran c. Strategi 4P

- Product


(4)

- Price

- Promotion

d. Konsumen

e. Pesaing Perusahaan

f. Market share

2 Aspek Teknis :

a. Luas produksi (kapasitas produksi) b. Jumlah kandang

c. Proses produksi

d. Perlengkapan produksi e. Peralatan produksi f. Pakan dan obat-obatan

- Jenis - Harga

- Jumlah yang digunakan - Tempat membeli g. Listrik dan air

h. Tenaga kerja

i. Fasilitas transportasi j. Teknologi yang digunakan 3 Aspek Manajemen dan Hukum :

a. Bentuk badan usaha

b. Job Description ( Jenis-jenis pekerjaan)

c. Struktur organisasi d. Penyediaan tenaga kerja e. Sistem kompensasi f. Sistem pembagian kerja g. Izin usaha

h. Jaminan – jaminan

4 Aspek Sosial Ekonomi dan Budaya : a. Dampak usaha terhadap masyarakat b. Reaksi masyarakat terhadap usaha c. Kontribusi terhadap pendapatan daerah 5 Aspek Lingkungan :

a. Dampak usaha tehadap lingkungan b. Penanganan limbah hasil usaha 6 Aspek Finansial :

a. Sumber modal b. Biaya peralatan c. Biaya perlengkapan d. Biaya tenaga kerja e. Produksi total f. Sumber penerimaan

IV.Biya Investasi

No Uraian Umur Ekonomis

Jumlah Harga/Unit (Rp)

Total (Rp)


(5)

1 Biaya Pembelian Lahan/sewa 2 Biaya Pembuatan

Kandang

3 Biaya bangunan 4 Pembelian mobil 5 Biaya pembelian

Peralatan

6 Biaya pembelian perlengkapan 7 Biaya instalasi air,

listrik

Total Biaya V. Biaya Tetap

No Uraian Umur Ekonomis

Jumlah Harga Unit (Rp)

Total 1 Gaji karyawan

2 Telepon, listrik dan air

3 Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) 4 Pajak mobil

Total Biaya VI.Biaya Variabel

No Uraian Umur Ekonomis

Jumlah Harga Unit (Rp)

Total 1 Pakan

2 DOC

3 Obat-Obatan 4 Insentif

5 BBM

Total Biaya VII.Nilai Penyusutan

N o

Uraian Umur Ekonomis

Jumlah Harga Unit (RP)

Total 1 Kandang

2 Kantor 3 Mobil pick up 4 Peralatan 5 Perlengkapan 6 Instalasi Listrik


(6)

RIWAYAT HIDUP

Riezky Sidik Fakhruddin dilahirkan di Tasikmalaya, Jawa Barat pada tanggal 1 Juli 1990. Penulis merupakan anak kedua dari lima bersaudara pasangan Bapak H. Dede kosasih dan Ibu Hj. Atih Rohayati Penulis memiliki satu orang kakak perempuan bernama Suci Rahmawati dan seorang adik perempuan bernama Amelia Muliawati Firdaus serta dua orang adik laki-laki yang bernama Rahman Akbar Amiruddin dan Rahim Ali Akbar. Penulis menyelesaikan pendidikan di SD Negeri Silih Asuh 3 pada tahun 1996 dan lulus pada tahun 2002. Penulis melanjutkan pendidikan di SMP Negeri 10 Cirebon pada tahun 2002 dan lulus pada tahun 2005. Kemudian pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan di SMA Islam Al-Azhar 5 Cirebon dan lulus pada tahun 2008.

Pada tahun 2008 penulis diterima menjadi mahasiswa pada Program Keahlian Manajemen Agribisnis Program Diploma Universitas Padjadjaran. Tahun 2011 penulis melanjutkan studi ke jenjang strata satu dan diterima sebagai mahasiswa Alih Jenis dua Agribisnis IPB.

Beberapa prestasi yang diraih oleh penulis antara lain ialah juara 1 Jalan Cepat 3000 meter Pekan Olahraga dan Seni Cirebon 2002, juara 1 Lari Marathon 3000 meter Pekan Olahraga dan Seni Cirebon 2003, juara 1 Lari Marathon 1500 meter Pekan Olahraga dan Seni Cirebon 2004, juara 2 Lari Marathon 5000 meter Pekan Olahraga dan Seni Cirebon 2004, juara 1 Bulutangkis Tunggal Putra Pekan Olahraga dan Seni Cirebon 2004, juara 1 Bulutangkis Tunggal Putra Pekan Olahraga dan Seni Cirebon 2005, juara 2 Bulutangkis Tunggal Putra Pekan Olahraga dan Seni Cirebon 2006, juara 1 Bulutangkis Tunggal Putra Pekan Olahraga dan Seni Cirebon 2007, juara 3 Bulutangkis Tunggal Putra Seleksi POPWILDA Cirebon 2007, juara 1 Bulutangkis Tunggal putra HUT Nasional 94 Cirebon ke 12 2006, juara 1 Bulutangkis Tunggal putra Sanssivierra Fakultas Pertanian UNPAD 2009, juara 1 Bulutangkis Beregu PERBATAN CUP UNPAD 2010, juara 1 Bulutangkis Beregu SPORTAKULER Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor 2011, juara 1 Bulutangkis Beregu SPORTAKULER Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor 2012, juara 2 Lompat Jauh Putra SPORTAKULER Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor 2012, serta juara 2 Bulutangkis Beregu OLIMPIADE MAHASISWA IPB 2013.