Analisis peran pendidikan dan distribusi pendapatan dalam mengurangi tingkat kemiskinan di Indonesia

ANALISIS PERAN PENDIDIKAN DAN DISTRIBUSI
PENDAPATAN DALAM MENGURANGI TINGKAT
KEMISKINAN DI INDONESIA

DIAN RAHMADHANI

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Peran
Pendidikan dan Distribusi Pendapatan dalam Mengurangi Tingkat Kemiskinan di
Indonesia adalah benar karya saya denganarahan dari komisi pembimbing dan
belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Mei 2015
Dian Rahmadhani
NIM H14110009

ABSTRAK
DIAN RAHMADHANI. Analisis Peran Pendidikan dan Ditribusi Pendapatan
dalam Mengurangi Tingkat Kemiskinan di Indonesia.Dibimbing oleh WIWIEK
RINDAYATI.
Tingkat kemiskinan Indonesia selama periode tahun 2005 sampai tahun
2013 menunjukan tren yang menurun, namun tidak diiringi pendistribusian
pendapatan yang merata. Hal ini dijelaskan pada data yang diperoleh dari BPS
bahwa indeks gini Indonesia dari tahun 2005 sampai tahun 2013 meningkat,
sehingga menunjukan terjadinya ketimpangan disaat kemiskinan menurun.
Pendidikan menjadi salah satu cara selain distribusi pendapatan dalam
mengurangi tingkat kemiskinan. Penelitian ini melihat perkembangan indeks gini
dan indikator-indikator pendidikan pada 33 provinsi di Indonesia mulai tahun
2005 sampai 2013.Indikator pendidikan yang dianalisis dalam penelitian ini
adalah angka melek huruf, rata-rata lama sekolah, dan angka partisipasi

sekolah.Ketiga indikator pendidikan ini menunjukan peningkatan selama tahun
2005 sampai tahun 2013.Hasil penelitian ini menunjukan bahwa indeks gini
berpengaruh negatif dan signifikan terhadap tingkat kemiskinan di Indonesia.
Angka melek huruf memiliki pengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap
tingkat kemiskinan di Indonesia, sedangkan rata-rata lama sekolah dan angka
partisipasi sekolah berpengaruh negatif dan signifikan terhadap tingkat
kemiskinan di Indonesia.
Kata Kunci : angka melek huruf, angka partisipasi sekolah, indeks gini, tingkat
kemiskinan, rata-rata lama sekolah.

ABSTRACT
DIAN RAHMADHANI. The Role of Education and Income Distribution Analysis
on Poverty Alleviation in Indonesia.Supervised by WIWIEK RINDAYATI.
The poverty of Indonesia during the period from 2005 to 2013 showed the
downward trend, but not accompanied by the equality of income distribution. It is
described on the data obtained from BPS that the gini index of Indonesia from
2005 to 2013 incereased, so that shows the inqualty when the poverty declined.
Education became one of method the alleviation poverty beside income
distribution. This research show the expansion of gini index and indicators of
education in 33 province in Indonesia start from 2005 to 2013. In this research,

indicators of education are literacy rate, mean years of schooling and school
enrollment rate. The third indicators shows the improvment of education during
2005 to 2013. This research indicate that the gini index has a significant negative
effect to Indonesian poverty rates. The literacy rate has a negative effect and
unsignificant effect to Indonesian poverty, while the meanyears of schooling and
school enrollment rates have a significant and negative effect to Indonesian
poverty rates.
Keyowords: gini index, literacy rates, mean years of schooling, school enrollment
rates, the poverty rate.

ANALISIS PERAN PENDIDIKAN DAN DISTRIBUSI
PENDAPATAN DALAM MENGURANGI TINGKAT
KEMISKINAN DI INDONESIA

DIAN RAHMADHANI

Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada

Departemen Ilmu Ekonomi

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

Judul Skripsi :Analisis Peran Pendidikan dan Distribusi Pendapatan dalam
Mengurangi Tingkat Kemiskinan di Indonesia
Nama
: Dian Rahmadhani
NIM
: H14110009

Disetujui oleh

Dr. Ir. Wiwiek Rindayati, M.Si
Pembimbing


Diketahui oleh

Dr. Ir. Dedi Budiman Hakim, M.Ec
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karuniaNya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Tak lupa salawat serta salam
semoga selalu tercurah kepada Nabi dan Rasul termulia Muhammad SAW beserta
keluarganya dan sahabatnya yang setia hingga akhir zaman.
Skripsi yang berjudul “Analisis Peran Pendidikan dan Distribusi Pendapatan
dalam Mengurangi Tingkat Kemiskinan di Indonesia”, ini merupakan salah satu
syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu
Ekonomi, Institut Pertanian Bogor. Tujuan penulisan skripsi ini untuk
menganalisis peran pendidikan dan distribusi pendapatan dalam mengurangi
tingkat kemiskinan di Indonesia.
Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga
kepada orang tua dan keluarga penulis, yakni Bapak Syafwan Enedi, S.E dan Ibu
Vera Andriani serta ketiga adik tercinta dari penulis, Dwi Kartikayani, Rizqi

Hidayat, dan Maulidya Maharani atas segala doa dan dukungan yang selalu
diberikan. Selain itu, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dr. Ir. Wiwiek Rindayati, M.Si selaku dosen pembimbing skripsi yang telah
memberikan arahan, bimbingan, saran dan motivasi dalam menyelesaikan
skripsi ini.
2. Bapak Dr. Ir. Manuntun Parulian Hutagaol, MS selaku dosen penguji utama
dan Ibu Dr. Eka Puspitawati selaku dosen penguji dari komisi pendidikan atas
kritik dan saran untuk perbaikan skripsi ini.
3. Para dosen, staf, dan seluruh civitas akademika Departemen Ilmu Ekonomi
FEM IPB yang telah memberikan ilmu dan bantuan kepada penulis.
4. Teman satu bimbingan, Dodo, Vina, Runis, dan Mei yang telah memberikan
masukan dan doa.
5. Teman-teman Ilmu Ekonomi 48, Siska, Zulva, Tika, Aulia, Dita, Etik,
Khodijah, Rhealin, Widya G, Rahmi, Feri, Faisal, Faris, Randy, Rachmat,
Dijeh, Deny, dan yang lainnya atas dukungan dan motivasinya.
6. Keluarga OMDA Padang dan Sumedang, Taofik, Angga, Agus, Rizky,
Paguyuban KSE IPB, Keluarga XLFL Batch III,dan Keluarga HIPOTESA
yang telah memberikan motivasi dan doa.
7. Semua pihak yang telah membantu saya dalam menyelesaikan penulisan
skripsi ini yang tidak bisa disebutkan satu per satu.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Mei 2015
Dian Rahmadhani

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

xi

DAFTAR GAMBAR

xi

DAFTAR LAMPIRAN

xi

PENDAHULUAN


1

Latar Belakang

1

Perumusan Masalah

2

Tujuan Penelitian

3

Manfaat Penelitian

3

Ruang Lingkup Penelitian


4

TINJAUAN PUSTAKA

4

Kemiskinan

4

Distribusi Pendapatan

5

Pendidikan

7

Mekanisme Hubungan Kinerja Pendidikan dan Distribusi Pendapatan dengan
Tingkat Kemiskinan

7
Kerangka Pemikiran

8

Penelitian Terdahulu

10

Hipotesis Penelitian

11

METODE PENELITIAN

11

Metode Analisis dan Pengolahan Data

11


Analisis Deskriptif

12

Analisis Kuantitaif

12

Metode Pemilihan Model

13

Uji Kesesuaian Model

14

Model Penelitian

16

HASIL DAN PEMBAHASAN

16

Perkembangan Kemiskinan di Indonesia

16

Perkembangan Distribusi Pendapatan di Indoensia

19

PerkembanganPendidikan di Indonesia

20

Analisis Peran Pendidikan dan Distribusi Pendapatan dalam Mengurangi
Tingkat Kemiskinan di Indonesia

26

SIMPULAN DAN SARAN

33

Simpulan

33

Saran

33

DAFTAR PUSTAKA

35

LAMPIRAN

37

RIWAYAT HIDUP

39

DAFTAR TABEL
1 Hasil estimasi panel data peran pendidikan dan distribusi pendapatan
dalam mengurangi tingkat kemiskinan di Indonesia

27

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16

Tingkat kemiskinan di Indonesia tahun 2005-2013
Indeks gini Indonesia tahun 2005-2013
Lingkaran kemiskinan menurut G. Myrdall
Kurva Lorenz
Kurva Kuznets “U-Terbalik”
Kerangka pemikiran
Perkembangan tingkat kemiskinan per-provinsi tahun 2005 dan 2013
Rata-rata tingkat kemiskinan empat provinsi terendah dan tertinggi
tahun 2005-2013
Indeks gini per provinsi di Indonesia tahun 2005 dan 2013
Rata-rata indeks gini empat provinsi terendah dan tertinggi tahun 20052013
Persentase angka melek huruf per-provinsi di Indonesia tahun 2005 dan
2013
Rata-rata persentase angka melek huruf empat provinsi terendah dan
tertinggi tahun 2005-2013
Rata-rata lama sekolah per-provinsi di Indonesia tahun 2005 dan 2013
Rata-rata lama sekolah empat provinsi terendah dan tertinggi tahun
2005-2013
Persentase angka partisipasi sekolah per-provinsi di Indonesia tahun
2005 dan 2013
Rata-rata persentase angka partisipasi sekolah empat provinsi terendah
dan tertinggi tahun 2005-2013

1
2
5
6
7
9
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5

Hasil estimasi FEM
Hasil uji Chow
Hasil uji Heteroskedastisitas
Korelasi antar variabel
Uji normalitas

37
37
38
38
38

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pembangunan ekonomi tidak hanya melalui pertumbuhan ekobomi, tetapi
juga melihat adanya pemerataan, peningkatan IPM (Indeks Pembangunan
Manusia) dan pengentasan kemiskinan.Hal ini dilakukan bertujuan untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Berdasarkan data BPS pada Gambar 1
dapat dilihat bahwa kondisi tingkat kemiskinan di Indonesia pada tahun 2005
sampai 2013 menunjukan rata-rata yang menurun. Namun pada tahun 2006 terjadi
peningkatan sebesar 17.75% dibandingkan tahun 2005 sebesar 15.97%.
Peningkatan ini disebabkan oleh tingginya inflasi akibat kombinasi kenaikan
bahan bakar minyak (BBM) dan gejolak harga pangan, terutama beras TNP2K
(Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan)dalam Nugroho
(2012).Target APBN untuk tingkat kemiskinan di tahun 2013 adalah sebesar
9.5%-10.5%, namun hal ini tidak tercapai karena tingkat kemiskinan pada bulan
September 2013 sebesar 11.47%.Kenaikan tingkat kemiskinan ini disebabkan
terutama karena tingkat inflasi yang lebih tinggi.Tingginya tingkat inflasi ini salah
satu penyebabnya adalah kenaikan harga bahan pokok makanan akibat dampak
kenaikan BBM pada bulan Juni 2013.
18

15.97

17.75 16.58
14.15

15
Persentase

15.42

12

13.33

12.36

11.66 11.47

9
Tingkat Kemiskinan
6
3
0
2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
Tahun

Sumber: BPS, 2013

Gambar 1 Tingkat kemiskinan di Indonesia tahun 2005-2013
Salah satu upaya untuk mengurangi tingkat kemiskinan ini adalah dengan
distribusi pendapatan yang merata.Namun pada saat tingkat kemiskinan yang
menurun, ketimpangan di Indonesia cenderung meningkat artinya distribusi
pendapatannya tidak merata, yang mana hal ini direpresentasikan oleh indeks
gini.Dapat dilihat pada Gambar 2 bahwa indeks gini yang semakin meningkat
semenjak tahun 2008 hingga 2013. Beberapa penyebab meningkatnya indeks gini
ini adalah ketimpangan dalam distribusi aset, rendahnya kredit untuk UMKM,
besarnya pekerja di sektor informal dengan pendapatan yang rendah dan tidak ada
jaminan dalam kepastian usaha, salahnya sasaran kebijakan pemerintah terkait
subsidi BBM dan listrik.

2
0.41

0.420

0.41

0.413

0.400
0.38
0.380

0.363

0.37

0.364
0.35

0.360

Indeks Gini

0.340
0.320
0.300
2005

2007

2008

2009

2010

2011

2012

2013

Tahun

Sumber:BPS,2013

Gambar 2 Indeks gini Indonesia tahun 2005-2013
Upaya lain dalam mengurangi tingkat kemiskinan adalah memperbaiki
kualitas SDM lewat tingkat pendidikan. Dengan adanya pendidikan, masyarakat
bisa meningkatkan asksesnya terhadap lapangan pekerjaan yang lebih produktif.
Meningkatnya produktivitas ini maka masyarakat akan mendapatkan pendapatan
yang lebih tinggi sehingga dampak positif dari hal ini adalah kemiskinan yang
berkurang. Pentingnya peran pendidikan ini juga didukung oleh Undang-undang
No. 20 Tahun 2003.Undang-undang ini menyatakan bahwa pemerintah harus
mengalokasikan anggaran di sektor pendidikan formal minimal 20% dari APBN
(Anggaran Pendaatan Belanja Nasional) dan APBD (Anggaran Pendapatan
Belanja Daerah) selain gaji pendidik dan biaya kedinasan. Keseriusann
pemerintah unutk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia juga tercantum
dalam Pasal 34 UU Sisdiknas (Sistem Pendidikan Nasional) yang menjelaskan
bahwa wajib belajar merupakan program pendidikan minimal yang harus diikuti
oleh seluruh warga Indonesia. Undang-undang ini juga didukung dengan adanya
program pemerintah sejak bulan Juli 2005 yaitu program Bantuan Operasional
Sekolah (BOS).

Perumusan Masalah
Kondisi tingkat kemiskinan di Indonesia yang menunjukan tren menurun
dari tahun ke tahun belum merepresentasikan kesejahteraan di masing-masing
provinsi merata.Secara keseluruhan memang tingkat kemiskinan menurun di
Indonesia.Namun masih terdapat beberapa provinsi memiliki tingkat kemiskinan
yang tinggi, hal ini menunjukan masih kurangnya upaya dalam pengentasan
kemiskinan di wilayah tersebut.Masih terdapat pula beberapa program pemerintah
yang belum sukses, seperti bantuan subsidi untuk masyrakat miskin yang
dinikmati oleh golongan menengah atas. Beberapa cara dalam mengurangi tingkat
kemiskinan yaitu distribusi pendapatan yang merata, peningkatan kualitas
sumberdaya manusia (SDM) dan program-program pemerintah lainnya seperti
RPJMN (Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional). Berdasarkan latar
belakang yang telah dijelaskan sebelumnya, kemiskinan di Indonesia sudah mulai

3
menurun dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.Namun masih terjadi
ketimpangan pendapatan disaat tingkat kemiskinan yang menurun itu, sedangkan
distribusi pendapatan diharapkan dapat mengurangi kemiskinan di
Indonesia.Kondisi ini terjadi karena bantuan yang diberikan kepada masyarakat
terkait mengurangi tingkat kemiskinan hanya lebih besar dirasakan oleh
masyarakat golongan menengah atas, sedangkan masyarakat golongan bawah
mendapatkan porsi yang lebih sedikit. Hal ini yang menyebabkan kemiskinan di
Indonesia menurun, namun untuk tingkat kesejahteraan pada golongan bawah
masih belum merata. Salah satu cara lainnya dalam mengurangi tingkat
kemiskinan yaitu peningkatan kualitas SDM melalui Pendidikan. Pada asumsi
awal ini, pendidikan berperan penting dalam mengurangi kemiskinan di Indonesia
dalam jangka panjang apabila masuk kedalam sektor tenaga kerja, karena
pendidikan dapat memberikan pendapatan yang lebih bagi seseorang.Tidak hanya
distribusi pendapatan yang timpang antar daerah, pendidikan pun juga mengalami
ketimpangan antar provinsi di Indonesia. Tentunya hal ini menjadi tanda tanya
bagi masyarkat, melihat kondisi bahwa distribusi pendapatan dan pendidikan pun
masih belum merata di setiap provinsi di Indonesia. Oleh karena itu permasalahan
dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimana perkembangan pendidikan, distribusi pendapatan, dan tingkat
kemiskinan di Indonesia tahun 2005-2013?
2. Apakah pendidikan dan distribusi pendapatan sangat mempengaruhi
tingkat kemiskinan di Indonesia?

Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui perkembangan pendidikan, distribusi pendapatan dan tingkat
kemiskinan di Indonesia tahun 2005-2013
2. Menganalisis peran pendidikan dan distribusi pendapatan dalam
mengurangi tingkat kemiskinan di Indonesia

Manfaat Penelitian
1. Bahan untuk mengetahui pentingnya peran pendidikan dan distribusi
pendapatan dalam mengurangi tingkat kemiskinan di Indonesia, sehingga
akan tercapai masyarakat yang lebih sejahtera.
2. Bahan masukan untuk pemerintah dalam menentukan kebijakan terkait
dengan pengurangan kemiskinan, serta mendorong pemerintah untuk lebih
memerhatikan tingkat pendidikan dan berupaya untuk mengurangi
ketimpangan pendapatan di Indonesia.

4
Ruang Lingkup Penelitian
Pengurangan tingkat kemiskinan merupakan hal yang ingin dicapai
disetiap negara terutama di Indonesia. Adanya pemerataan baik dari pendidikan
maupun pendapatan dan faktor-faktor lainnya, tentu akan berpengaruh dalam
mengurangi tingkat kemiskinan tersebut. Peneltian ini mengidentifikasi
perkembangan pendidikan, ketimpangan distribusi pendapatan, kemiskinan serta
pengaruh pendidikan dan distribusi pendapatan terhadap kemiskinan di
Indonesia.Pada penelitian ini difokuskan pada 33 provinsi di Indonesia mulai
tahun 2005 sampai tahun 2013. Ruang lingkup distribusi pendapatan yaitu melalui
indeks gini 33 provinsi di Indonesia untuk mengetahui besarnya suatu
ketimpangan, sedangkan ruang lingkup pendidikan yang diteliti adalah indikatorindikator pendidikan seperti: angka melek huruf, rata-rata lama sekolah, dan
angka partisipasi sekolah.

TINJAUAN PUSTAKA
Kemiskinan
Setiap negara memiliki aspek kemiskinan yang berbeda-beda. Menurut
Baldwin dan Meier ada enam sifat ekonomis yang terdapat di negara-negara
miskin atau sedang berkembang yaitu:
1. Produsen Barang-barang Primer
Negara sedang berkembang identik dengan penduduknya yang bekerja di
sektor pertanian dan produksi primer non-pertanian.Yang dimaksud dengan
produksi primer adalah produksi dari sektor pertanian, kehutanan dan
perikanan. Pada umumnya penduduk di negara sedang berkembang yang
bekerja di sektor produksi primer meliputi jumlah lebih dari 60%, di sektor
produksi sekunder kurang dari 20%, dan di sektor produksi tersier kurang
lebih sejumlah 20%. Konsentrasi pada produksi primer ini disebabkan karena
negara-negara sedang berkembang itu memiliki faktor-faktor produksi tanah
dan tenaga kerja yang relatif banyak.
2. Masalah Tekanan Penduduk
a. Adanya “pengangguran” di desa-desa
b. Kenaikan jumlah penduduk yang pesat
c. Tingkat kelahiran yang tinggi.
3. Sumber-sumber Alama Belum Banyak Diolah
4. Penduduk Masih terbelakang.
5. Kekurangan Kapital
6. Orientasi ke Perdagangan Luar Negeri
Permasalahan mengenai kemiskinan juga dijelaskan dalam teori lingkaran
kemiskinan yang dikembangkan oleh Gunnar Myrdall dan Nurke dan membagi
kedalam dua konsep yang berbeda. Lingkaran Kemiskinan merupakan suatu
rangkaian kekuatan-kekuatan yang saling mempengaruhi satu sama lainnya,
sehingga menimbulkan keadaan di mana suatu negara akan tetap miskin. Teori
lingkaran kemiskinan Nurke menjelaskan bahwa dalam lingkaran kemiskinan
yang terpenting adalah keadaan-keadaan yang menyebabkan timbulnya hambatan

5
dalam pembentukan modal yang tinggi. Menurut Nurke terdapat dua jenis
lingkaran kemiskinan yang menghalangi negara-negara berkembang untuk
mencapai tingkat pembangunan yang pesat, yaitu dari sisi penawaran modal dan
sisi permintaan modal (Damanhuri 2010)
Teori lingkaran kemiskinan menurut Gunnar Myrdall sangat bertentangan
dengan teori yang dijelaskan oleh Nurke.Menurut Myrdall kemiskinan bukan
terletak pada persoalan modal semata, namun lebih dikarenakan lewat kurangnya
gizi, pendidikan dan kebutuhan dasar lainnya.Myrdall menjelaskan bahwa kondisi
kemiskinan itu diawali dari pendapatan yang rendah mengakibatkan gizi yang
buruk, sehingga menyebabkan kesehatan yang juga buruk. Hal ini tentu akan
menyebabkan rendahnya produktivitas yang juga akan berdampak lagi kepada
pendapatan yang rendah, dan akhirnya menyebabkan kemiskinan seperti pada
Gambar 3. Pemikiran Myrdall ini pun menjadi strategi pemenuhan kebutuhan
dasar (basic need strategy) yang diterapkan oleh ILO (International Labour
Organication) untuk memecahkan masalah kemiskinan di negara berkembang.
Pendapatan
Penduduk
Rendah

Negara
Miskin

Produktivitas
Penduduk
Rendah

Pendapatan
Daerah

Kualitas
Kesehatan
Penduduk
Rendah

Kualitas
Gizi
Penduduk
Rendah

Sumber: Damanhuri, 2010

Gambar 3 Lingkaran kemiskinan menurut G. Myrdall
Distribusi Pendapatan
Distribusi Pendapatan lebih tidak merata di negara sedang berkembang
daripada di negara maju. Penelitian yang dilakukan Bank Dunia dan Institute of
Development Studiesdari Universitas Sussex, menghasilkan analisis Ahluwalia
yang menjelaskan adanya distribusi pendapatan relatif dan mutlak. Distribusi
pendapatan relatif adalah perbandingan jumlah pendapatan yang diterima oleh
berbagai golongan penerima pendapatan, dan penggolongan ini didasarkan kepada
besarnya pendapatan yang diterima.Distribusi pendapatan mutlak adalah
persentase jumlah penduduk yang pendapatannya mencapai suatu tingkat
pendapatan tertentu atau kurang dari itu. Analisis ini juga menggolongkan para
penerima pendapatan dalam tiga golonga, yaitu: 40 persen penduduk yang

6
menerima pendapatan paling rendah, 40 persen penduduk berpendapatan
menengah, dan 20 persen penduduk berpendapatan paling tinggi.
Kurva Lorenz merupakan kurva yang menghubungkan persentase
penduduk dengan persentase pendapatan.Semakin jauh jarak kurva Lorenz dari
garis diagonal (garis pemerataan sempurna) maka distribusi pendapatan semakin
tidak merata.Kurva Lorenz yang semakin melengkung mendekati sumbu
horizontal menunjukan ketidakmerataan distribusi pendapatan, dan semakin
mendekati garis diagonal maka distribusi pendapatannya merata. Beberapa ukuran
ketimpangan yang sering digunakan adalah Indeks Gini, Indeks Theil dan ukuran
ketimpangan dari Bank Dunia, namun dalam penelitian ini ukuran ketimpangan
yang digunakan adalah indeks gini. Perhitungan indeks gini bisa melalui kurva
Lorenz seperti pada penjelasan sebelumnya dan dapat dilihat pada Gambar 4.
Indeks Gini =

Persentase Pendapatan

D

A

Persentase
B

Persentase
Populasi

C

Sumber: Todaro dan Smith, 2006

Gambar 4 Kurva Lorenz
Menurut Todaro dan Smith (2006), hubungan pertumbuhan ekonomi
dengan ketimpangan pendapatan diteliti oleh Simon Kuznets yang menjelaskan
bahwa pada tahap awal pertumbuhan ekonomi, distribusi pendapatan cenderung
memburuk, namun pada tahap selanjutnya, distribusi pendapatan akan membaik.
Hipotesis ini pun dikenal dengan kurva Kuznets “U-Terbalik” seperti terlihat pada
Gambar 5, karena perubahan longitudinal (time series) dalam distribusi
pendapatan, misalnya indeks gini- tampak seperti kurva berbentuk U-terbalik,
seiring dengan naiknya GNI (Gross National Income) per kapita. Pada kurva
Kuznets menjelaskan bahwa proses pertumbuhan berkesinambungan yang berasal
dari perluasan sektor modern, seiring dengan perkembangan sebuah negara dari
perekonomian tradisional ke perekonomian modern. Imbalan yang diperoleh dari
investasi di sektor pendidikan mungkin akan meningkat terlebih dahulu, karena
sektor modern yang muncul memerlukan tenaga kerja terampil, namun imbalan
ini akan menurun karena penawaran tenaga kerja terdidik meningkat dan
penawaran tenaga kerja tidak terdidik menurun. Walaupun Kuznets tidak

7
menyebutkan mekanisme yang dapat menghasilkan kurva U-terbalik ini, secara
prinsip hipotesis tersebut konsisten dengan proses bertahap dalam pembangunan
ekonomi.
Indeks Gini

0

GNI per kapita

Sumber: Todaro dan Smith (2006)

Gambar 5 Kurva Kuznets “U-Terbalik”
Pendidikan
Negara-negara yang sedang berkembang (non-OECD/non- Organization for
Economic Co-operation and Development) perhatian terhadap pendidikan sebagai
upaya pengembangan sumberdaya manusia relatif kurang. Hal ini disebabkan oleh
beberapa (1) rendahnya kesadaran akan pentingnya pendidikan sebagai sarana
pengembangan sumber daya manusia, (2) peralatan dan faisilitas pendidikan serta
sarana pendukung lainnya masih relatif terbatas baik kuantitas maupun
kualitasnya, (3) masih terbatasnya tenaga-tenaga ahli pendidikan dan
pengembangan sumberdaya manusia. (4) bersifat jangka panjang, karena hasilnya
baru bisa dilihat setelah satu atau dua dasawarsa kemudian, sehingga cenderung
diabaikan, dan (5) terbatasnya dana yang dialokasikan untuk anggaran pendidikan.
Todaro (2006) menyatakan bahwa sumber daya modal bukanlah yang sepenuhnya
menentukan laju perkembangan ekonomi suatu negara melainkan sumberdaya
manusia.Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) kualitas pendidikan suatu negara
itu dapat diukur melalui angka melek huruf, rata-rata lama sekolah, dan angka
partisipasi sekolah.Todaro dan Smith (2006) juga menjelaskan bahwa pendidikan
merupakan tujuan pembangunan yang mendasar.Yang mana pendidikan
memainkan peranan kunci dalam membentuk kemampuasn sebuah negara dalam
menyerap teknologi modern dan untuk mengembangkan kapasitas agar tercipta
pertumbuhan serta pembangunan yang berkelanjutan.
Mekanisme Hubungan Kinerja Pendidikan dan Distribusi Pendapatan
dengan Tingkat Kemiskinan
Salah satu upaya dalam meningkatkan kualitas SDM (Sumber Daya
Manusia) adalah melalui pendidikan. Pendidikan menjadi cara yang cukup efektif
dalam mengurangi tingkat kemiskinan. Namun hal ini memiliki batasan, dimana
pendidikan dapat mengurangi tingkat kemiskinan apabila pendidikan ini masuk
kedalam sektor ketenagakerjaan. Masyarakat yang memanfaatkan pendidikannya

8
pada sektor tenaga kerja, maka dia akan memperoleh pendapatan yang lebih baik
yang mana akan mengurangi kemiskinan. Pendidikan yang dimaksud disini adalah
mereka yang memiliki kemampuan atau soft skillsehingga dapat lebih berperan
dalam dunia kerja. Hal ini sesuai dengan Teori Fungsi Sosial yang dikemukakan
oleh Bowles dan Gintis (1975) bahwa masyarakat mempunyai satu set pekerjaan
yang membutuhkan skill tinggi yang berkaitan dengan besarnya renumerasi, tetapi
persediaan tenaga kerja diatur melalui sistem pendidikan dimana yang mempunyai
kecakapan lebih akan memperoleh pekerjaan yang lebih menantang. Artinya
adalah seseorang yang memiliki soft skill atau kemapuan yang berbeda dari yang
lain, maka akan memperoleh pekerjaan yang lebih baik. Teori ini juga sesuai
dengan Teori Crediantialism yang dikemukakan oleh Ivan Berg (1970), bahwa
pengusaha tidak memperoleh informasi yang pasti tentang kinerja karyawan dari
latar belakang pendidikan. Bagi pengusaha, pendidikan hanya merupakan indikasi
statistik yang secara umu menggambarkan bahwa pendidikan kemampuan
kinerjanya. Pengusaha menggunakan ijazah pendidikan sebagai basis untuk
melakukan seleksi. Teori ini juga didukung oleh Teori Screening oleh Kenneth
Arrow (1974) bahwa yang dicari pengusaha adalah karyawan yang produktif dan
tinggi kinerjanya, sedangkan pendidikan hanya dianggap sebagai salah satu
intrumen untuk menyeleksi dan bukan menggambarka kemampuan pengetahuan
dan keterampilan. Oleh karena itu, pada penelitian ini pendidikan yang dimaksud
adalah mereka yang bisa masuk kedalam sektor tenaga kerja sehingga mampu
memberikan pendapatan yang lebih dengan hasil akhir mengurangi tingkat
kemiskinan.
Setiap negara mengupayakan peningkatan GNI (Gross National Income),
namun masalah dasarnya bukan hanya bagaimana untuk menumbuhkan GDP,
tetapi juga siapa yang akan menumbuhkan GNI, sejumlah besar masyarakat yang
ada dalam sebuah negara atau hanya segelintir orang didalamnya (Todaro dan
Smith 2006). Artinya adalah dibutukan adanya pemerataan distribusi pendapatan.
Terkait dengan distribusi pendapatan, variabel ini sangat berperan terhadap
kesejahteraan masyarakat. Distribusi pendapatan yang merata tentu akan
meningkatkan kesejateraan masyarakat, karena mereka mendapatkan hak yang
sama dengan masyarakat lainnya. Namun manfaat GNI hanya dirasakan oleh
segelintir orang, hal ini mengindikasikan terjadinya ketimpangan distribusi
pendapatan. Tentunya ketimpangan ini akan membawa kemiskinan bagi
masyarakat karena tingkat kesejateraan mereka tidak sama dengan masyarakat
lainnya. Oleh karena itu diperlukannya upaya atau program-program pemerintah
untuk mengurangi ketimpangan distribusi pendapatan ini agar tingkat kemiskinan
menjadi turun.
Kerangka Pemikiran
Suatu perekonomian nasional selalu ingin mencapai pertumbuhan
ekonomi yang meningkat.Pertumbuhan ekonomi ini ditandai dengan berhasilnya
pembangunan, ketersediaan lapangan pekerjaan, rendahnya tingkat kemiskinan,
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang tinggi, ketimpangan pendapatan yang
rendah, yang mana hal ini berujung kepada kesejahteraan masyarakat. Salah satu
tujuan inti yang harus dimiliki dari proses pembangunan adalah peningkatan

9
standar hidup yang tidak hanya berupa peningkatan pendapatan tetapi juga
meliputi penambahan penyediaan lapangan kerja, perbaikan kualitas pendidikan,
serta peningkatan perhatian atas nilai-nilai kultural dan kemanusiaan (Todaro dan
Smith 2006).
Membentuk SDM yang baik bisa melalui jenjang pendidikan. Melalui
pendidikan, maka seseorang akan mendapatkan keahlian dan penguasaan IPTEK
(Ilmu Pengetahuan dan Teknologi). Terkait dengan pendidikan ini terdapat
berbagai indikator yaitu: angka putus sekolah, rata-rata lama sekolah, rasio
anggaran belanja pendidikan, PDRB perkapita, serta produktivitas tenaga kerja.
Pendidikan merupakan salah satu indikator yang akan menentukan meningkatnya
suatu produktivitas yang mana akan mengurangi tingkat kemiskinan.
Memberantas kemiskinan juga bisa dilakukan melalui pemerataan
distribusi pendapatan.Perekonomian yang meningkat tetapi masih terjadi
ketimpangan khusunya pada pendapatan, maka perekonomian di negara tersebut
belum bisa dikatakan berhasil.Upaya peningkatan pertumbuhan ekonomi ini, juga
harus diiringi dengan pendistribusian pendapatan yang merata. Ketika distribusi
pendapatan yang sudah merata maka tingkat kemiskinan di Indonesia pun akan
berkurang lewat adilnya pembagian pendapatan yang diterima oleh masyarakat.
Pertumbuhan Ekonomi

Peningkatan Sumber Daya
Manusia

Peningkatan Kesejahteraan

Pendidikan

Distribusi Pendapatan

Peran Pendidikan dalam
mengurangi kemiskinan

Peran Distribusi Pendapatan
dalam mengurangi
kemiskinan

Angka Melek Huruf
Rata-Rata Lama Sekolah
Angka Partisipasi Sekolah

Indeks Gini

Mengurangi Kemiskinan di
Indoneisa
Gambar 6 Kerangka Pemikiran

10
Penelitian Terdahulu
Penelitian yang dilakukan oleh Janjua dan Kamal (2011) terkait dengan
peran pendidikan dan pendapatan dalam mengurangi kemiskinan di 40 negara
sedang berkembang berkesimpulan bahwa, pertama pertumbuhan pendapatan
perkapita memiliki peran secara keseluruhan dalam mengurangi kemiskinan
selama periode penelitiannya yaitu 1999 sampai 2007. Kedua, penurunan
ketimpangan pendapatan memiliki peran yang sangat kuat dalam mengurangi
kemiskinan di negara berpendapatan perkapita yang tinggi.Ketiga, pendidikan
menengah muncul sebagai kontribusi untuk mengurangi kemiskinan.Hasil dari
penelitian ini juga menyarankan bahwa pemerintah dalam membuat kebijakan
harus memperhatiakan pertumbuhan pendapatan, distribsi pendapatan, dan fokus
dalam mempromosikan pendidikan.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Barro terkait dengan pendidikan dan
pertumbuhan ekonomi menjelaskan bahwa sumberdaya manusia dengan indikator
pendidikan menjadi faktor penentu dalam pertumbuhan ekonomi.Hasil yang
diperoleh dalam penelitian ini adalah pertumbuhan berhubungan positif dengan
tingkat rata-rata lama sekolah laki-laki pada tingkat pendidikan menengah dan
tinggi. Kemampuan dalam menggunakan teknologi menjadi pelengkap pendidikan
sehingga akan berperan penting dalam proses pembangunan. Pertumbuhan
ekonomi berhubungan negatif dengan rata-rata lama sekolah perempuan pada
pendidikan menengah dan tinggi.Hal ini menjelaskan untuk beberapa negara
dalam penelitian ini, lama pendidikan yang dimiliki oleh perempuan tidak
mempengaruhi dalam pasar tenaga kerja sehingga tidak terjadi pertumbuhan
ekonomi.Tingkat pendidikan dasar laki-laki berhubungan negatif dengan
pertumbuhan ekonomi, sedangkan tingkat pendidikan dasar perempuan
berhubungan positif dengan pertumbuhan, hal ini dikarenakan pendidikan dasar
bagi perempuan dapat mengurangi tingkat kelahiran.
Abdullah et al. (2011) melakukan penelitian terkait dengan pendidikan dan
ketimpangan pendapatan.Hasil dari penelitian ini adalah pertama, pendidikan
memiliki pengaruh yang besar dalam distribusi pendapatan, mengurangi
ketimpangan antara golongan menengah ke atas dengan golongan bawah.Kedua,
distribusi pendidikan sangat penting, karena dapat mengurangi ketimpangan
pendapatan.Tingkat pendidikan menengah beperan dalam mengurangi
ketimpangan pendapatan.Ketiga, pada wilayah tertentu, pedidikan di Afrika
sangat efektif dalam mengurangi ketimpangan dibandingkan di Asia.
Pada penelitian yang dilakukan oleh Puspitaningrum (2013) terkait dengan
peran pendidikan terhadap ketimpangan distribusi pendapatan di Indonesia
menjelaskan bahwa ketimpangan distribusi pendapatan di Kawasan Barat
Indonesia (KBI) dan Kawasan Timur Indonesia (KTI) tergolong rendah dan
sedang. Selama tahun 2006-2011 ketimpangan distribusi pendapatan di Indonesia
cenderung meningkat dengan ketimpangan yang lebih besar di KTI.Terkait
dengan indikator pendidikan angka putus sekolah, rasio anggaran belanja
pendidikan, rata-rata lama sekolah berpengaruh dalam mengurangi ketimpangan
pendapatan di Indonesia. Indikator rata-rata lama sekolah berhubungan positif
dengan ketimpangan pendapatan, hal ini didukung dengan hipotesis Kuznets
karena pada saat rata-rata lama sekolah akan memberikan upah yang lebih tinggi

11
sedangkan masih terdapat golongan bawah yang tidak mampu bersekolah
sehingga ketimpangan semakin besar lalu akan ada titik balik dimana akan terjadi
perbaikan ketimpangan distribusi pendapatan di masa mendatang.
Rizal (2012) menjelaskan bahwa jenjang pendidikan dasar tidak cukup
berperan dalam mengurangi kemiskinan di Indonesia, tetapi justru berperan
menambah tingkat kemiskinan, sehingga kebijakan nasional waji belajar
pendidikan dasar sembilan tahun tidak cukup dalam konteks menanggulangi
kemiskinan. Penelitian ini menjelaskan dalam mengurangi tingkat kemiskinan
secara nasional maka jenjang pendidikannya harus di atas sembikang tahun yang
dimulai dari jenjang pendidikan menengah ke atas, dan semakin besar pula
perannya dalam mengurangi kemisikinan.Dalam perspektif kawasan, untuk
wilayah barat Indonesia jenjang pendidikan tinggi berperan dalam mengurangi
kemiskinan, sedangkan pada wilayah timur Indonesia, jenjang pendidikan
menengah masih berperan besar dalam mengurangi kemiskinan.
Penelitian ini memiliki perbedaan dengan penelitian-penelitian yang
sebelumnya.Perbedaan tersebut terletak pada variabel yang mempengaruhi
kemiskinan yaitu pendidikan dan distribusi pendapatan dengan menganalisis 33
provinsi di Indonesia selama tahun 2005 sampai 2013.Indikator pendidikan yang
digunakan dalam penelitian ini adalah angka melek huruf, rata-rata lama sekolah,
dan angka partisipasi sekolah.Pemilihan ketiga indikator pendidikan karena angka
melek huruf merepresentasikan kualitas pendidikan di suatu wilayah, sedangkan
rata-rata lama sekolah menunjukan semakin tingginya pendidikan formal yang
dicapai, dan angka partisipasi sekolah merupakan indikator untuk melihat akses
pada pendidikan.
Hipotesis Penelitian
Berdasarkan penjelasan sebelumnya, maka hipotesis dalam penelitian ini
adalah:
1. Variabel pendidikan yaitu angka melek huruf, rata-rata lama sekolah, dan
angka partisipasi sekolah berpengaruh negatif dan signifikan terhadap
tingkat kemiskinan di Indonesia.
2. Ketimpangan ditribusi pendapatan berpengaruh positif dan signifikan
terhadap tingkat kemiskinan di Indonesia.

METODE PENELITIAN
Metode Analisis dan Pengolahan Data
Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
analisis deskriptif dan kuantitatif berupa regresi data panel.Model regresi panel ini
diolah dengan menggunakan software Eviews 6.1 yang merupakan program
analisis data dan digunakan dalam bidang ekonometrik (ekonomi dan statistika).

12
Analisis Deskriptif
Analisis deskriptf merupakan analisis sederhana yang ebrtujuan untuk
mendeskripsikan dan mempermudah penafsiran yang disajikan dalam bentuk tabel
dan grafik. Pada penelitian ini analisis deksriptif digunakan untuk mengetahui
perkembangan tingkat kemeskinan, distribusi pendapatan, dan beberapa variabel
pendidikan pada 33 provinsi dari 34 provinsi di Indonesia selama periode
penelitian tahun 2005 sampai 2013. Namun pada tahun 2005 belum ada provinsi
Kalimantan Utara sehingga pada penelitian ini hanya menganalisis 33 provinsi
saja.
Analisis Kuantitatif
Analisis kuantitatif digunakan untuk melihat pengaruh tingkat pendidikan
dan distribusi pendapatan dalam mengurangi kemiskinan di 33 provinsi di
Indonesia selama periode penelitian yaitu tahun 2005 hingga 2013.Dalam
penelitian ini metode kuantitatif yang digunakan adalah analisis regresi data panel.
Data panel merupakan data yang diperoleh dari data deret waktu yang diobservasi
berulang pada unit individu (objek) yang sama pada waktu yang berbeda.
Keuntungan menggunakan model data panel dibandingan dengan data time series
atau cross section adalah dengan menggunakan data panel akan memberikan
variasi sumber yang akan lebih efisien dalam mengestimasikan paramater. Selain
itu, data yang lebih informatif, seseorang bisa mendapatkan estimasi yang lebih
handal dan pengujian model lebih canggih dengan asumsi yang lebih longgar.
Keuntungan lain dari data panel adalah kemampuan dalam mengontrol
heterogenitas individu. Data panel juga mampu dalam mengidentifikasikan dan
mengestimasikan efek yang tidak terdeteksi dalam data cross section atau dalam
data time series (Baltagi 2008).
Terdapat tiga pendekatan umum yang diaplikasikan data panel, yaitu:
1. Metode Pooled Least Square (PLS)
Metode ini menggunakan metode OLS biasa. Pendekatan ini
menggunakan gabungan dari seluruh data (pooled). Metode PLS ini merupakan
metode yang paling sederhana. Model yang digunakan yaitu:
Yit = αi + Xitβ + uit
Dimana αi bersifat konstan untuk semua observasi. Namun pendekatan ini
memiliki kelemahan yaitu dugaan parameter β akan bias yang disebabkan
karena PLS tidak dapat membedakan observasi yang berbeda pada periode
yang sama, atau tidak dapat membedakan observasi yang sama pada periode
yang berbeda (Firdaus 2012).
2. Metode Fixed Effect Model (FEM)
Metode ini muncul ketika antara efek individu dan peubah penjelas
memiliki korelasi dengan Xit atau memiliki pola yang sifatnya tidak
acak.Asumsi metode ini membuat komponen error dari efek individu dan
waktu dapat menjadi bagian dari intersep. Dalam membedakan intersepnya
dapat digunakan peubah dummy, sehingga metode ini juga dikenal dengan
model Least Square Dummy Variable (LSDV).Model yang digunakan dalam
metode FEM yaitu:
Yit= β0i + β1X1it + β2X2it + ... + βnXnit + uit

13
Dimana βoi merupakan intersep dan β1 β2 merupakan slope sedangkan i
menunjukan banyaknya data yang diobservasi pada cross section.Berdasarkan
model tersebut diketahui bahwa intersep yang berbeda antar variabel namun
intersep masing-masing variabel tidak berbeda antar waktu yang disebut time
invariant.
3. Metode Random Effect Model (REM)
Metode REM muncul ketika antara efek individu dan regresor tidak ada
korelasi.Asumsi ini membuat komponen error dari efek individu dan waktu
dimasukkan ke dalam error.Metode REM berbeda dengan metode FEM, pada
metode REM βoitidak lagi dianggap konstan, namun dianggap sebagai peubah
acak dengan suatu nilai rata-rata dari β1.Model yang digunakan pada metode
REM adalah
Yit= β0i + β1X1it + β2X2it + ... + βnXnit + wit
Komponen wit terdiri atas dua komponen yaitu sebagai komponen error
dari masing-masing cross section dan sebagai error yang merupakan gabungan
atas error dari data time series dan cross section. Oleh karena itu metode REM
dikenal juga sebagai Error Components Model (ECM).

Metode Pemilihan Model
1. Uji Chow (Chow Test)
Uji ini digunakan untuk mengetahui model FEM lebih baik dibandingkan
model PLS dapat dilakukan dengan melihat signifikansi model FEM dapat
dilakukan dengan uji F-statistik. Pengujian ini dikenal juga sebagai Uji Chow
atau Likelihood Test Ratio.
Hipotesis dalam pengujian ini yaitu:
H0 : model Pooled Least Square (PLS)
H1 : model fixed effect (FEM)
Jika nilai F-statistik lebih besar dari tabel F pada signifikansi tertentu,
maka hipotesi nol (H0) akan ditolak sehingga teknikk regresi data penel
yangdipilih adalah metode FEM.
2. Uji Haussman (Haussman Test)
Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah model FEM lebih baik
daripada model REM. Dengan mengikuti kriteria Wald, nilai statistik
Haussman akan mengikuti ditribusi chi-square.
Hipotesis dalam pengujian ini yaitu:
H0 : REM
H1 : FEM
Uji Haussman mengikuti distribusi chi-square dengan derajat bebas
sebanyak jumlah peubah bebas. H0 ditolak jika nilai statistik Haussman lebih
besar daripada nilai kritis statistik chi-square, sehingga model yang tepat untuk
regresi data panel yaitu model FEM.

14
Uji Kesesuaian Model
1. Kriteria Statistik
a. Uji-F
Digunakan untuk membuktikan secara statistik bahwa seluruh variabel
indepenedent berpengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependent.
Hipotesis yang digunakan dalam uji F yaitu:
H0 : β0 = β1 = β2 = ... βt
H1 : minimal ada satu βt ≠ 0
Jika Prob (F-statistik) α maka terima H0, maksudnya adalah tidak
terdapat variabel independentyang mempengaruhi variabel dependent-nya.
b.

Uji-t
Digunakan untuk menunjukan besarnya pengaruh masing-masing-masing
variabel independent dalam menjelaskan variabel dependent.
Hipotesis yang digunakan dalam uji t yaitu:
H0 : βt = 0
H1 : βt ≠ 0
Jika t-statistik > t-tabel maka tolak H0.Hal ini menunjukan variabel
dependent berpengaruh nyata terhadap variabel independent dan bila t- statistik
< t-tabel maka terima H0.Hal ini menunjukan variabel dependen tidak
berpengaruh nyata terhadap variabel independent-nya.
Uji Koefisien Determinasi (R2)
Merupakan angka yang memberikan persentase variasi total dalam
variabel total dalam variabel tak bebas (Y) yang dijelaskan oleh variabel bebas
(X). Koefisien determinasi (R2) digunakan untuk mengetahui seberapa besar
variabel independent dapat menerangkan variabel independen.Nilai R2 berkisar
antara 0 hingga 1. Nilai R2 yang mendekati 0 menyatakan bahwa kemampuan
variabel bebas dalam menjelaskan variabel sangat terbatas, sedangkan nilai R 2
yang mendekati 1 menyatakan bahwa kemampuan variabel bebas dalam
menjelaskan variabel tidak terbatas dan model tersebut dikatakan semakin baik.
2. Kriteria Ekonometrika
a.
Uji Heteroskedastisitas
Dalam panel data untuk mengetahui ada atau tidaknya pelanggaran
heteroskedastisitas bisa dilihat dari grafik residual. Apabila grafik residualnya
tidak membentuk pola tertentu (acak) berarti tidak terjadi heteroskedastisitas
(homoskedastisitas)
c.

b.

Uji Multikolinearitas
Menurut Gujarati (2006), multikolinearitas adalah situasi dimana dua
variabel atau lebih bisa sangat berhubungan linear. Adanya suatu
multikolinearitas bisa dilihat dari:

15
R2 tinggi tapi sedikit rasio t signifikan.
Korelasi berpasangan yang tinggi di antara variabel-variabel penjelas
Pengujian korelasi parsial
Regresi subsider, atau tambahan.
Mendeteksi multikolinearitas dalam suatu model dapat diketahui melalui:
melakukan uji koefisien korelasi sederhana, jika korelasi antar peubah-peubah
bebas sangat tinggi dan nyata dapat diakatakan terjadi multikolinearitas.Batas
terjadinya korelasi antar variabel bebas antar variabel bebas adalah tidak boleh
lebih dari tanda mutlak 0.8, dan juga multikolinearitas dapat terdeteksi dengan
melihat VIF (Variance Inflation Factor). Jika VIF lebih besar dari 5 atau 10
maka dapat dikatakan terjadi multikolinearitas. Cara mengatasi
multikolinearitas yaitu: melakukan transformasi terhadap peubah-peubah
dalam model menjadi bentuk first difference serta penambahan data baru.
1.
2.
3.
4.

c.

Autokorelasi
Menurut Maurice dan William dalam Gujarati (2006), autokorelasi
merupakan korelasi di antara anggota observasi yang diurut menurut waktu
(seperti data deret berkala) atau ruang (seperti data lintas-sektoral). Hal ini
disebabkan oleh observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu
dengan yang lainnya dan juga karena adanya kesalahan residual tidak bebas
satu observasi lainnya.Mendeteksi autokorelasi dengan melihat nilai DW
(Durbin-Watson) statistik dalam model dibandingkan dengan DW pada tabel.
Hipotesis dalam pengujian autokorelasi:
H0 : tidak terdapat autokorelasi
H1 : terdapat autokorelasi
Dalam pengujian autokorelasi:
0 < d