Analisis Pengaruh Defisit Anggaran, Current Account, Dan Nilai Tukar Terhadap Utang Luar Negeri Pemerintah Indonesia Dan Thailand
ANALISIS PENGARUH DEFISIT ANGGARAN, CURRENT
ACCOUNT, DAN NILAI TUKAR TERHADAP UTANG LUAR NEGERI
PEMERINTAH INDONESIA DAN THAILAND
AMALINA ERIA PUTRI
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER
INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul “Analisis Pengaruh
Defisit Anggaran, Current Account, dan Nilai Tukar Terhadap Utang Luar Negeri
Pemerintah Indonesia dan Thailand” adalah benar karya saya dengan arahan dari
komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan
tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang
diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks
dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor
Bogor, Juni 2015
Amalina Eria Putri
NIM H14110043
ABSTRAK
AMALINA ERIA PUTRI. Analisis Pengaruh Defisit Anggaran, Current Account,
dan Nilai Tukar Terhadap Utang Luar Negeri Pemerintah Indonesia dan Thailand.
Dibimbing oleh HERMANTO SIREGAR
Utang Luar Negeri yang dijalankan oleh pemerintah dapat dipengaruhi oleh
anggaran pemerintah dan transaksi berjalan. Sementara itu kondisi nilai tukar
suatu negara juga dapat mempengaruhi pergerakan dari utang luar negeri
pemerintah. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh variabel
tersebut terhadap utang luar negeri pemerintah di Indonesia dan Thailand. Analisis
deskriptif dan kuantitatif juga digunakan untuk melihat perkembangan variabel
tersebut dan bagaimana efektifitas kebijakan terkait ULN yang dijalankan oleh
pemerintah. Penelitian ini menggunakan periode analisis dari kuartal I tahun 2003
sampai kuartal IV tahun 2013 dengan menggunakan model Vector Error
Correction Model (VECM) dalam analisis signifikansinya sementara untuk arah
pengaruh dan besaran pengaruh digunakan alat analisis IRF dan VD. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa variabel anggaran pemerintah, nilai tukar dan
transaksi berjalan memberikan pengaruh nyata dalam jangka panjang ke pinjaman
luar negeri baik di Indonesia dan Thailand. Arah pengaruh yang diberikan sesuai
dengan hipotesis.
Kata kunci: defisit anggaran, current account, IRF, nilai tukar, utang luar negeri
pemerintah, VD,VECM
ABSTRACT
AMALINA ERIA PUTRI. Analysis Impact of Budget Deficit, Current Account
Deficit, and Exchange Rate on Government External Debt in Indonesia and
Thailand. Supervised by HERMANTO SIREGAR.
Government foreign debt can be influenced by govenment budget deficit
and current account variable. Exchange rate condition in some countries can also
give an effect to the movement of the government external debt. The present study
is an attempt to analyze the impact of these variables on the government external
debt in Indonesia and Thailand using time series data from 2002 to 2013
quarterly. Both descriptive and quantitative analysis were used to illustrate these
variables movement and to measure the effectiveness of the policies related to
external debt in both countries. The analysis is based on VECM method to see
significant results, where the way these variable influence the government external
debt was analyzed by IRF and VD. The results showed all the variables are
significant and the way debt interect with them are already the same with
hypotesis
Keywords: current account, exchange rate, government budget deficit,
government external debt, IRF, VD,VECM
ANALISIS PENGARUH DEFISIT ANGGARAN, CURRENT
ACCOUNT, DAN NILAI TUKAR TERHADAP UTANG LUAR
NEGERI PEMERINTAH INDONESIA DAN THAILAND
AMALINA ERIA PUTRI
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada
Departemen Ilmu Ekonomi
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karuniaNya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian
yang dilaksanakan sejak bulan Januari 2015 sampai April 2015 ini ialah ekonomi
moneter, dengan judul Analisis Pengaruh Defisit Anggaran, Current Account, dan
Nilai Tukar Terhadap Utang Luar Negeri Pemerintah Indonesia dan Thailand.
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi
pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut
Pertanian Bogor.
Terima kasih penulis ucapkan kepada bapak Prof. Hermanto Siregar, Ph.D
sebagai dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan bimbingan secara
teoritis maupun moril dalam proses penyusunan sampai akhirnya skripsi ini dapat
diselesaikan. Dr. Ir. Wiwiek Rindayati, M.Si selaku dosen penguji utama dan
Widyastutik, S.E., M.Si selaku dosen penguji dari komisi pendidikan yang telah
memberi saran-saran yang membangun serta ilmu yang bermanfaat untuk
penyempuranaan skripsi ini
Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada kedua orang tua Ayah
Eriandi, Ibu Andriani, serta kepada kedua adik Atikah dan Angghina, dan
keluarga besar atas segala doa, dukungan dan motivasi yang diberikan. Penulis
juga mengucapkan terima kasih kepada teman terdekat penulis Abghi,Vita, Dian
A, Cynthia, Nadila, Ulin, Concon, teman satu bimbingan Meliana dan Ening,
teman KKP 2014, teman asrama Indah, Farah, Imu, dan Dhera, JCO 48, Pemuda
FFI 2013-2014 serta teman Ilmu Ekonomi 48 atas segala dukungan yang telah
diberikan kepada penulis.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Juni 2015
Amalina Eria Putri
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR GAMBAR
vi
DAFTAR LAMPIRAN
vi
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Perumusan Masalah
3
Tujuan Penelitian
5
Manfaat Penelitian
5
Ruang Lingkup Penelitian
6
TINJAUAN PUSTAKA
6
Teori Utang Luar Negeri
6
Teori Three Gap Model
8
Definisi Nilai Tukar
9
Hubungan Nilai Tukar dengan ULN
10
Penelitian Terdahulu
11
Kerangka Pemikiran
12
Hipotesis Penelitian
12
METODE PENELITIAN
13
Jenis dan Sumber Data
13
Metode Analisis dan Pengolahan Data
13
Model Penelitian
17
HASIL DAN PEMBAHASAN
17
Perkembangan Variabel yang Terkait Utang Luar Negeri Pemerintah Indonesia
dan Thailand
17
Hasil Pengujian Pra Estimasi
21
Pengaruh Anggaran Pemerintah, Current Account, dan Depresiasi Nilai Tukar
Terhadap Utang Luar Negeri Pemerintah dan Respon Atas Guncangan
24
Kebijakan Terkait Utang Luar Negeri Pemerintah dan Variabel Pendukung di
Indonesia dan Thailand
35
Analisis Kebijakan Terkait Utang Luar Negeri Pemerintah
SIMPULAN DAN SARAN
36
39
Simpulan
39
Saran
40
DAFTAR PUSTAKA
40
LAMPIRAN
44
RIWAYAT HIDUP
67
DAFTAR TABEL
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Variabel, proksi, dan sumber data
Hasil uji akar unit data Indonesia
Hasil uji akar unit data Thailand
Hasil uji lag optimal Indonesia
Hasil uji lag optimal Thailand
Hasil uji stabilitas VAR Indonesia dan Thailand
Hasil uji kointegrasi Indonesia dan Thailand
Hasil estimasi VECM
Perbandingan arah dan pengaruh variabel di Indonesia dan Thailand
13
21
22
22
23
23
24
25
34
DAFTAR GAMBAR
1. Total utang luar negeri Indonesia dan Thailand periode 1980-2012
2. Rasio debt to GNI Indonesia dan Thailand periode 2001-2013
3. Current account, anggaran pemerintah, dan nilai tukar Indonesia,
2001-2013
1
2
4
4. Current account, anggaran pemerintah, dan nilai tukar Thailand, 20015.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
2013
Kurva laffer utang
Kerangka pemikiran
Perkembangan GNI dan GDP Indonesia dan Thailand, 1995-2013
Perkembangan variabel makroekonomi Indonesia, 2003:1-2013:4
Perkembangan variabel makroekonomi Thailand, 2003:1-2013:4
Respon ULN pemerintah atas guncangan ULN Indonesia
Respon ULN pemerintah atas guncangan variabel BD Indonesia
Respon ULN pemerintah atas guncangan variabel ER Indonesia
Respon ULN pemerintah atas guncangan defisit CA Indonesia
Respon ULN pemerintah atas guncangan variabel ULN Thailand
Respon ULN pemerintah atas guncangan variabel BD Thailand
Respon ULN pemerintah atas guncangan variabel defisit CA Thailand
Respon ULN pemerintah atas guncangan variabel ER Thailand
Besar pengaruh keseluruhan variabel terhadap ULN Indonesia
Besar pengaruh keseluruhan variabel terhadap ULN Thailand
4
7
12
18
19
21
26
27
28
29
30
30
31
32
33
34
DAFTAR LAMPIRAN
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
28.
Uji stasioneritas defisit anggaran Indonesia di Level
Uji stasioneritas defisit anggaran Indonesia di first difference
Uji stasioneritas defisit current account Indonesia di Level
Uji stasioneritas defisit current account Indoneisa di first difference
Uji stasioneritas nilai tukar Indonesia di level
Uji stasioneritas nilai tukar Indonesia di first difference
Uji stasioneritas ULN pemerintah Indonesia di Level
Uji stasioneritas ULN pemerintah Indonesia di first difference
Uji lag optimum Indonesia
Uji stabilitas Indonesia
Uji kointegrasi Indonesia
Uji VECM Indonesia
Impulse response function Indonesia
Variance decomposition Indonesia
Uji stasioneritas defisit anggaran Thailand di Level
Uji stasioneritas defisit anggaran Thailand di first difference
Uji stasioneritas defisit current account Thailand di Level
Uji stasioneritas defisit current account Thailand di first difference
Uji stasioneritas nilai tukar Thailand di level
Uji stasioneritas nilai tukar Thailand di first difference
Uji stasioneritas ULN pemerintah Thailand di level
Uji stasioneritas ULN pemerintah Thailand di first difference
Uji lag optimum Thailand
Uji stabilitas Thailand
Uji kointegrasi Thailand
Uji VECM Thailand
Impulse response function Thailand
Variance decomposition Thailand
44
44
45
46
46
47
48
48
49
49
50
52
53
54
55
56
56
57
58
58
59
60
60
61
61
63
65
66
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Dalam suatu pemerintahan dan suatu negara, memburuknya kondisi
anggaran dan transaksi berjalan dapat terjadi di setiap waktu. Ketika pemerintah
meningkatkan pengeluaran pendapatannya dengan tujuan perbaikan pelayanan
publik dan peningkatan ekonomi serta menurunkan tingkat pajak maka kondisi
anggaran pemerintah memburuk hingga defisit. Fenomena dimana pengeluaran
impor yang melebihi pemasukan ekspornya hingga defisit pada neraca
perdagangan dapat ditemukan di banyak negara. Defisit ini terjadi ketika
menurunnya daya saing produk dalam negeri dan ketika nilai tukar mengalami
apresiasi sehingga produk dalam negeri menjadi kurang bersaing dipasar
internasional.
Salah satu masalah mendasar negara-negara berkembang adalah kurang
memadainya sumber daya dalam negeri untuk membiayai pembangunan ekonomi.
Hameed, Ashraf, dan Choudhary (2008) menyatakan bahwa pinjaman luar negeri
dapat menjadi sarana mempercepat pertumbuhan ekonomi terutama ketika sumber
daya keuangan dalam negeri sudah tidak memadai dan perlu ditambah dengan
dana yang berasal dari luar negeri. Dengan demikian, kebutuhan negara
berkembang akan pembiayaan tambahan dari luar negeri menjadi meningkat
secara bertahap dari waktu ke waktu.
Negara-negara berkembang seperti Indonesia dan Thailand memiliki
tingkat akumulasi modal yang rendah sehingga mendorong pemerintah negara
bersangkutan mencari pinjaman baik dari dalam negeri ataupun dari luar negeri.
Indonesia dan Thailand merupakan dua dari beberapa negara di Asia yang paling
terkena dampak dari terjadinya krisis finansial tahun 1997/1998 dimana
penurunan kondisi ekonomi juga diperparah oleh tingkat akumulasi utang luar
negeri yang sangat besar.
300.00
Miliar USD
250.00
200.00
150.00
100.00
50.00
0.00
Indonesia
Thailand
Sumber: World Bank, 2014
Gambar 1 Total utang luar negeri Indonesia dan Thailand periode 1980-2012
Gambar 1 menunjukan perkembangan ULN di Indonesia dan Thailand
periode 1980 hingga 2012. Berdasarkan gambar ULN cenderung berfluktiatif pada
2
periode tersebut di dua Negara yang bersangkutan. Secara garis besar, trend
pinjaman luar negeri positif. Pada akhir tahun jumlah utang luar negeri Indonesia
secara absolut lebih besar dari Thailand dengan total pinjaman sebesar 259 miliar
USD.
Dalam melihat perkembangan utang luar negeri tidak saja hanya dilihat
dari jumlah besaran utang secara absolut saja, namun dapat dipahami melalui
rasio utang tersebut terhadap pendapatan negara. Semakin kecil rasio
menunjukkan bahwa negara memiliki kemampuan untuk membayar utang lebih
besar karena ditopang oleh pendapatan yang dimiliki oleh negara tersebut.
Gambar 2 menunjukan perkembangan external debt to GNI (Gross
National Income) di negara Indonesia dan Thailand periode 2001 hingga 2013.
Perkembangan rasio ULN terhadap GNI Indonesia berbeda dengan Thailand.
Sejak tahun 2001 hingga 2013 trend perkembangan yang terjadi di Indonesia
cenderung menurun, namun tidak dengan Thailand yang mengalami fluktuasi.
Sama seperti Indonesia, paska terjadinya krisis ekonomi 1997 rasio utang terhadap
pendapatannya tinggi dibandingkan tahun sebelumnya seperti pada tahun 2001
namun kemudian mengalami penurunan di negara Thailand.
Meskipun dari tahun ke tahun rasio pinjaman luar negeri terhadap
pendapatan negara Thailand berada di bawah Indonesia, namun terjadi perubahan
posisi pada tahun 2009 dimana proporsi ULN Thailand lebih besar dibandingkan
dengan Indonesia. Hal ini disebabkan meskipun sejak awal GNI Indonesia lebih
besar dari Thailand, namun semenjak tahun 2009 perbedaan GNI diantara kedua
negara tersebut makin besar akibat kenaikan GNI Indonesia yang secara cepat.
Sehingga meskipun secara absolut utang Indonesia lebih besar dari Thailand
namun Indonesia memiliki kemampuan membayar kembali utang luar negerinya
lebih besar dari Thailand.
100
Persen
80
60
40
20
0
2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
Indonesia
Thailand
Sumber: Word Bank, 2014
Gambar 2 Rasio debt to GNI Indonesia dan Thailand periode 2001-2013
Eichengreen (1991) menyebutkan bahwa terlalu tingginya utang luar negeri
suatu negara terhadap negara dan pihak lainnya dapat memperburuk kondisi
perekonomian. Disamping itu jika tidak dikelola dengan baik ULN tersebut justru
dapat menghambat proses pembangunan. Kondisi ini juga dapat terjadi apabila
utang yang diterima suatu negara memiliki syarat-syarat yang memberatkan
negara debitur. Sebagai contoh, selama dekade 80-an dan 90-an, utang tersebut
3
telah memperparah kondisi ekonomi negara yang terkena krisis ekonomi. Seperti
halnya yang terjadi di wilayah Asia Tenggara ketika krisis ekonomi 1997 (Bank
Indonesia 1997/1998).
Sugema (2001) menjelaskan bahwa pada mulanya ketika krisis terjadi
kondisi neraca pembayaran defisit secara tajam sehingga terhentinya aliran masuk
modal asing (sudden stop of capital flow) hingga adanya pelarian model (capital
flight). Upaya yang dilakukan pada masa itu untuk memperbaiki kondisi neraca
transaksi berjalan adalah devaluasi nilai tukar untuk menstimulasi ekspor dan
menurunkan impor. Kondisi ini terlihat di Thailand pada tahun 1997 ketika mata
uang Thailand Baht mengalami devaluasi besar-besaran. Hal ini terjadi karena
Pemerintah Thailand memutuskan untuk mengganti kebijakan perekonomian
terkait sistem kurs yang digunakan.
Jatuhnya mata uang Baht kemudian disusul dengan terdepresiasinya nilai
tukar negara-negara ASEAN. Devaluasi yang terjadi dengan sendirinya akan
meningkatkan rasio utang terhadap pendapatannya, hal ini terealisasi pada tahun
yang sama dimana Thailand mengkonfirmasikan bahwa pemerintah tidak dapat
membayar hutang negerinya. Kejadian ini membuat hilangnya kepercayaan
investor pada negara Asia khususnya Asia Tenggara karena kegagalannya dalam
memenuhi kewajiban utang yang jatuh tempo. Kemudian disusul dengan
terdepresiasinya nilai tukar negara-negara ASEAN, bahkan yang terparah adalah
Indonesia dimana nilai tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat terdepresiasi
besar-besaran.
Perumusan Masalah
Terguncangnya perekonomian Indonesia dan Thailand setelah krisis
ekonomi tahun 1997 ditanggapi secara berbeda pada masing-masing negara.
Seperti halnya di Indonesia semenjak terjadinya krisis, anggaran pemerintah terus
berada pada kondisi yang pelemahan hingga defisit. Perubahan hanya berupa
seberapa besar defisit yang dijalani pemerintah tiap tahunnya terhadap pendapatan
negaranya. Sementara kondisi transaksi berjalan terhadap GDP Indonesia
mengalami fluktuasi pada beberapa titik, negatif pada tahun 2004, 2008, 2012
hingga 2013. Kondisi fluktuasi juga terjadi pada mata uang Rupiah terhadap
Dollar Amerika. Gambar 3 menyajikan pergerakan ketiga variabel tersebut
dengan defisit anggaran dan transaksi berjakan dalam bentuk persentasenya dan
nilai tukar dalam nilai nominalnya.
4
5
14000
4
12000
3
Persen
1
8000
0
6000
-1
RP/USD
10000
2
4000
-2
BD
CA
2013
2012
2011
2010
2009
2008
2007
2006
2005
2004
0
2003
-4
2002
2000
2001
-3
ER
Sumber: CEIC, Trading Economics, Fx Sauders, 2015
Gambar 3 Current account, anggaran pemerintah, dan nilai tukar Indonesia,
2001-2013
CA
2013
2012
2011
2010
2009
2008
2007
2006
2005
2004
2003
2002
BD
THB/USD
50
45
40
35
30
25
20
15
10
5
0
10
8
6
4
2
0
-2
-4
-6
-8
2001
Persen
Sementara untuk kondisi ekonomi Thailand yang terlihat pada Gambar 4
sendiri pada mulanya persentase anggaran pemerintah terhadap pendapatannya
mengalami defisit pada tahun pertama namun kembali surplus ketika mulai
memasuki tahun 2003. Kondisi defisit kembali terjadi di tahun 2009 hingga 2013.
Transaksi berjalan memiliki alur yang berbeda dengan anggaran pemerintah.
Tahun 2001 transaksi berjalan berada pada kondisi yang surplus namun
mengalami penurunan hingga defisi pada tahun 2005 dan beberapa titik tahun
sesudahnya sepertu tahun 208, 2012, dan 2013. Disamping itu apabila dilihat dari
sisi nilai tukar, kondisi nilai tukar Bath mengalami trend apresiasi dengan
beberapa fluktuasi di berbagai titik.
ER
Sumber: CEIC, Trading Economics, Fx Sauders, 2015
Gambar 4 Current account, anggaran pemerintah, dan nilai tukar Thailand, 20012013
5
Berdasarkan ilustrasi pada Gambar 3 dan Gambar 4, fenomena hubungan
antara anggaran pemerintah, current account, dan nilai tukar, terhadap utang luar
negeri pemerintah menjadi salah satu subjek yang menarik untuk diamati dan
dianalisis. Tanzi dan Blejer (1988) menyebutkan bahwa memburuknya kondisi
fiskal dan anggaran pemerintah merupakan prasyarat dalam terjadinya akumulasi
utang karena terdapat kebutuhan bagi pemerintah untuk membiayai kesenjangan
antara pendapatan dan total pengeluaran.
Disamping defisit anggaran pemerintah, Tambunan (2008) menyatakan
bahwa tingginya utang luar negeri pemerintah juga disebabkan oleh defisit
transaksi berjalan, yaitu suatu kondisi dimana penerimaan ekspor lebih kecil dari
pembayaran impor sehingga keadaan current account memburuk. Sementara itu
salah satu masalah di negera berkembang adalah kemungkinan adanya hubungan
tidak stabil antara nilai tukar suatu negara dengan pinjaman luar negerinya
(Basdevant dan Wet 2000)
Berdasarkan uraian diatas, maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan
sebagai berikut:
1. Bagaimana perkembangan ULN pemerintah dan variabel makroekonomi
yang terkait dengan utang luar negeri pemerintah di Indonesia dan
Thailand?
2. Bagaimana pengaruh defisit anggaran, current account dan nilai tukar
terhadap ULN pemertintah negara Indonesia dan Thailand dan bagaimana
respon atas guncangan?
3. Bagaimanakahkah analisis kebijakan pemerintah yang terkait dengan ULN
di negara Indonesia dan Thailand?
Tujuan Penelitian
Berdasarkan pemaparan rumusan masalah diatas maka dapat disimpulkan
tujuan dari penelitian ini antara lain
1. Mengidentifikasi perkembangan ULN pemerintah dan variabel
makroekonomi yang terkait dengan perkembangan utang luar negeri
pemerintah Indonesia dan Thailand.
2. Menganalisis pengaruh dan guncangan defisit anggaran, current account,
dan nilai tukar terhadap ULN pemerintah Indonesia dan Thailand.
3. Menganalisis kebijakan pemerintah yang terkait dengan ULN di Indonesia
dan Thailand.
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran dan informasi lebih
atas pengaruh memburuknya variabel anggaran pemerintah dan current account
tersebut terhadap utang luar negeri dan juga penaruh nilai tukar di negara
Indonesia dan Thailand terhadap ULN pemerintahnya. Lebih lanjut, penelitian ini
juga dapat menjadi masukan bagi pemerintahan dari negara terkait untuk
menentukan kebijakan yang tepat mengenai penarikan utang luar negeri
pemerintah. Hal tersebut dilakukan untuk menghindarkan diri dari kemungkinan
terjadinya krisis utang.
6
Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini terbatas pada analisis pengaruh anggaran
pemerintah, transaksi berjalan,dan nilai tukar terhadap utang luar negeri
pemerintah di negara Indonesia dan Thailand, serta analisis kebijakan yang
dijalankan masing masing negara terkait pinjaman luar negerinya. Pengaruh
terhadap utang dalam negeri tidak menjadi konsenterasi pada penelitian ini dan
diluar konteks penelitian. Analisis ini juga dibatasi hanya pada dua negara yaitu
negara Indonesia dan Thailand. Pemilihan negara didasarkan pada kemiripan
karakteristik negara sebagai negara middle income countries yang terkena
dampak besar akibat peningkatan utang luar negeri besar besaran pada krisis
finansial tahun 1997 di Asia Tenggara. Data yang digunakan berupa data
kuartalan periode 2003 kuartal 1 hingga 2013 kuartal 4.
Penelitian ini juga tidak dipecah pada pengaruh variabel terhadap utang
sebelum krisis global 2008 maupun setelah krisis tersebut. Hal ini disebabkan
bahwa pada saat itu baik Indonesia dan Thailand tidak menggunakan kembali
pinjaman luar negeri dari IMF seperti yang dilakukan ketika mengalami krisis
1997/1998.
TINJAUAN PUSTAKA
Teori Utang Luar Negeri
Pengertian mengenai Utang Luar Negeri dan Pinjaman Luar Negeri pada
dasarnya memiliki pengerian yang sama yaitu berupa bantuan dari luar negeri baik
berupa uang maupun non uang yang masuk sebagai modal untuk suatu negara.
Menurut Triboto (2001) utang luar negeri dapat dilihat dari sudut pandang yang
berbeda menjadi aspek materiil, aspek formal, dan aspek fungsinya. Aspek
materiil menunjukkan adanya pinjaman luar negeri dapat menambah pemasukan
dan modal untuk suatu negara. Aspek formal sendiri memiliki maksud bahwa
pinjaman luar negeri merupakan penerimaan maupun pemberian yang dapat
meningkatkan investasi. Sedangkan untuk aspek fungsinya utang luar negeri
merupakan pilihan lain atau alternatif sumber dana yang digunakan untuk
membiayai pembangunan. Utang luar negeri secara umum menimbulkan
kewajiban untuk membayar kembali pinjaman ke pihak luar negeri dapat berupa
valura asing maupun rupiah.
Terdapat tiga klasifikasi utang menurut Bank Indonesia (2013), klasifikasi
pertama adalah utang luar negeri pemerintah seperti utang bilateral, multilateral,
surat berharga negara, komersial, leasing, dan fasilitas kredit ekspor. Kategori
yang kedua adalah utang luar negeri milik Bank Sentral untuk stabilitas neraca
pembayaran dan mendukung cadangan devisa negara. Sedangkan untuk kategori
yang ketiga adalah utang luar negeri swasta, dimana utang tersebut ditujukan
untuk bukan penduduk yang dimiliki oleh penduduk dengan dengan
menggunakan valuta asing maupun mata uang domestik dengan sisitem yang
sesuai dengan perjanjian yang dibuat. Pembiayaan defisit dengan utang
merupakan cara yang paling banyak digunakan oleh negara-negara dalam upaya
mempertahankan kelangsungan anggarannya.
7
Untuk utang pemerintah terdapat dua kategori yaitu utang domestik dan
utang luar negeri. Mankiw (2006) menjelaskan utang pemerintah kedepannya
dapat menyebabkan inflasi tinggi dan ekspansi moneter yang besar. Disamping itu
utang luar negeri pemerintah rentan akan guncangan karena rezim nilai tukar yang
dapat membebankan pembayaran utang dikemudian harinya dan juga
membebankan pengeluaran pemerintah. Neaime (2009) menjelaskan utang luar
negeri pemerintah memiliki ancaman yang lebih serius bagi perekonomian
dibandingkan utang domestik pemerintah. Pembayaran cicilan utang luar negeri
pemerintah dipengaruhi oleh nilai tukar dan dibatasi oleh cadangan devisa negara.
Kurva Laffer Utang
Kurva Laffer Utang (Debt Laffer Curve) merupakan kurva yang
mengilustrasikan hubungan antara kesanggupan negara kreditur dalam membayar
utang luar negerinya ke negara debitur. Peningkatan jumlah utang menimbulkan
penurunan kemampuan suatu negara untuk membayar pinjamannya (ability to
pay) bahkan hingga tidak mampu membayar kewajiban utangnya.
Teori ini menjelaskan bahwa utang merupakan kejadian yang wajar dalam
suatu negara dan dibutuhkan dalam tingkat yang wajar. Teori ini dideskripsikan
dengan Gambar 5 yang merepresantisakan titik OA sebagai gambaran atas
meningkatnya jumlah pinjaman dapat berdampak positif hingga pada batasan
tertentu yaitu batas debt overhang. Utang yang terlampau tinggi dan telah
melawati batas normal dapat memperburuk perekonomian suatu negara karena
akumulasi utang yang besar akan menimbulkan kewajiban pembayaran yang besar
pula (Batiz 1994).
Expected Debt Repayment
Debt Overhang
A
O
Sumber: Batiz, 1994
Gambar 5 Kurva laffer utang
B
Debt Stock
Bagian kiri dari Kurva Laffer mendeskripsikan”good side” dari kurva
maksudnya adalah peningkatan nilai pembayaran utang luar negeri. Sementara
jika terjadi debt overhang yaitu suatu kondisi dimana negara tidak memiliki
kemampuan untuk membayar utang secara penuh dan pembayaran aktual
8
tergantung dari pelaksanaan kebijakan ekonomi. Hal ini menunjukkan bagian
”wrong side” dari kurva Laffer.
Teori Three Gap Model
Bank Indonesia (2008) transaksi berjalan atau yang biasa disebut dengan
current account mengukur penerimaan dan pengeluaran yang berasal dari
transaksi barangdan jasa (goods and services), pendapatan (income), dan transfer
berjalan (current transfer) dengan bukan penduduk. Sehingga komponen utama
dari transaksi berjalan adalah neraca perdagangan, jasa, pendapatan, dan transfer
berjalan. Mankiw (2006) menyebutkan bahwa analisis current account lebih
menekankan pada aktivitas ekspor dan impor. Sementara itu anggaran pemerintah
merupakan daftar kegiatan yang mencangkup penerimaan dan pengeluar
pemerintah. Anggaran pemerintah merupakan bagian dari suatu kebijakan fiskal.
Pinjaman berdasarkan teori Three Gap Model digunakan untuk membiayai
defisit di tiga defisit, yaitu defisit tabungan investasi, defisit anggaran pemerintah,
dan defisit transaksi berjalan. Hubungan antara ketiga defisit ini dijelaskan dengan
menggunakan kerangka teori ini diperoleh dari persamaan identitas pendapatan
nasional (Basri 1997), yaitu:
Sisi Pengeluaran
Y = C + I + G + (X – M) ………………………………………………. (1.1)
Dimana:
Y
= produk domestik bruto
C
= konsumsi masyarakat
I
= investasi swasta
G
= pengeluaran pemerintah
X
= ekspor barang dan jasa
M
= impor barang dan jasa
Sisi Pendapatan
Y = C + S + T ………………………………………………………….. (1.2)
Dimana:
S = tabungan domestik
T= penerimaan pajak pemerintah
Jika kedua identitas pendapatan nasional tersebut digabung, maka akan
diperoleh persamaan sebagai berikut:
(M – X) = (I – S) + (G – T) ……………………………………………. (1.3)
dimana:
M – X = defisit transaksi berjalan
G – T = defisit anggaran pemerintah
I–S
= defisit tabungan investasi
Jika nilai ekspor melebihi nilai impor maka current account dinyatakan
mengalami surplus. Pada posisi ini negara sebagai negara pendonor di pasar uang
internasional. Sebaliknya jika nilai impor melebihi nilai ekspor maka current
account dinyatakan mengalami defisit. Biaya impor ditutupi dengan menggunakan
9
pendapatan ekspor. Ketika ekspor sudah tidak lagi mencukupi pembiayaan impor
maka bantuan luar negeri dibutuhkan (Hjertolm et al. 1998). Pada saat ini negara
menjadi negara penghutang di pasar uang dunia. Ketika nilai ekspor suatu negara
lebih besar daripada nilai impor akan meningkatkan penerimaaan devisa negara.
Hal ini akan berdampak pada meningkatnya pendapatan nasional yang akan
meningkatkan pertumbuhan ekonomi negara terkait.
Sementara itu selisih dari penerimaan pemerintah dengan pengeluaran
pemerintah disebut sebagai anggaran pemerintah atau government budget. Pada
dasarnya terjadinya defisit ini terjadi karena pemerintah menekankan aspek
pemenuhan kapasitas. Ketika terjadi peningkatan pemenuhan kapasitas maka
pemerintah butuh dana lebih besar untuk pengeluaran pembangunan seperti
infrastruktur, edukasi, kesehatan, subsidi dan sebagainya. Kondisi ketika
pengeluaran ini sudah tidak dapat ditutupi lagi oleh pemasukan maka pemerintah
mencari dana tambahan berupa utang domestik dan utang dalam negeri (Gallagher
1994). Disisi lain dimana hasil selisih menunjukkan hasil yang positif saat
pendapatan lebih besar dari pengeluaran maka pemerintah mengalami surplus
anggaran.
Hubungan antara pinjaman luar negeri dan ketiga defisit tersebut dapat
dilihat dengan menggunakan persamaan identitas neraca pembayaran, yaitu:
Dt = (M –X)t + Dst – NFLt + Rt + NOLt ……………………………… (1.4)
dimana:
Dt
= pinjaman pada tahun t
(M –X)t
= defisit transaksi berjalan pada tahun t
Dst
= pembayaran beban pinjaman
NFLt
= arus masuk bersih modal swasta pada tahun t
Rt
= cadangan otoritas moneter tahun t
NOLt
= arus keluar modal bersih jangka pendek seperti capital flight
dan lain lain pada tahun t
Persamaan diatas mengilustrasikan bahwa pinjaman luar negeri digunakan
untuk membiayai defisit transaksi berjalan, pembayaran pinjaman, cadangan
otoritas moneter, dan kebutuhan modal serta pergerakan arus modal keluar jangka
pendek seperti capital flight.
Saat persamaan (1.3) disubstitusikan ke persamaan (1.4), maka akan
diperoleh persamaan baru sebagai berikut:
Dt = (I – S)t + (G – T)t + Dst – NFLt + Rt + NOLTt ……………………. (1.5)
Persamaan (1.5) menunjukan bahwa pinjaman luar negeri digunakan untuk
membiayai defisit tabungan investasi dan defisit anggaran pemerintah. Sehingga
dari persamaan (1.4) dan persamaan (1.5) menunjukkan bahwa pinjaman luar
negeri digunakan untuk membiayai defisit transaksi berjalan, defisit anggaran
pemerintah, dan defisit tabungan investasi.
Definisi Nilai Tukar
Nilai tukar adalah harga relatif dari satu mata uang dalam perdagangan
(Hossain dan Chowdhury 1998). Nilai tukar dapat dibedakan menjadi dua, yaitu
nilai tukar nominal dan nilai tukar riil. Nilai tukar nominal (nominal exchange
rate) adalah harga relatif dari mata uang dua negara. Sementara nilai tukar riil
10
(real exchange rate) adalah harga relatif dari barang-barang di antara dua negara
yang telah memperhitungkan inflasi.
Dalam rezim nilai tukar tetap, suatu negara mengumumkan suatu nilai
tukar tertentu atas mata uangnya. Contohnya adalah sistem standar emas dan
sistem Bretton Woods. Bank sentral melakukan intervensi pada bursa valuta asing
dengan tujuan menghindari penyimpangan nilai tukar dari nilai nominal yang
sudah ditentukan sebelumnya (Lipsey 1995). Nilai tukar biasanya tetap atau
diperbolehkan berfluktuasi dalam batas yang sempit. Nilai tukar tetap pada
dasarnya dibutuhkan untuk menjaga pembayaran utang dan bunganya tetap dalam
kendali pemerintah. Untuk mempertahankan nilai tukarnya, pemerintah melalui
bank sentral melakukan jual beli valuta asing. Pada sistem ini, otoritas moneter
tidak memiliki keleluasaan dalam mengendalikan kondisi moneter domestik dan
bank sentral kehilangan kendalinya untuk melakukan penyesuaian nilai tukar.
Disamping nilai sistem nilai tukar tetap, dalam sistem nilai tukar
mengambang bebas nilai tukar yang berlaku dalam suatu negara ditentukan oleh
mekanisme pasar baik dengan atau tanpa upaya stabilitas oleh otoritas moneter.
Pemerintah atau otoritas moneter tidak berhak melakukan intervensi pasar,kecuali
pada keadaan tertentu. Negara yang menganut sistem nilai tukar ini akan
mengalami fluktuasi nilai mata uang yang jauh lebih besar dan akan memengaruhi
kondisi makroekonomi negara tersebut.
Sementara dalam sistem nilai tukar mengambang terkendali, otoritas
moneter berperan aktif dalam menstabilkan nilai tukar pada tingkat tertentu.
Cadangan devisa dibutuhkan karena otoritas moneter perlu membeli atau menjual
valuta asing dipasar untuk mempengaruhi pergerakan nilai tukar. Seberapa besar
fluktuasi nilai tukar dalam sistem ini tergantung pada kemauan otoritas moneter
untuk melakukan intervensi di pasar valuta asing, serta tersedianya cadangan
devisa yang dimiliki negara tersebut lebih banyak persediaan cadangan devisa,
maka lebih besar kemungkinan nilai tukar dapat distabilkan (Hamdy 2004).
Hubungan Nilai Tukar dengan ULN
Fluktuasi exchange rate berpengaruh terhadap nilai mata uang dalam
negeri terhadap masuknya mata uang dari luar negeri dan sebagai alat pembayaran
dalam kegiatan perdagangan international dan pembayaran hutang luar negeri.
Chowdury dan Hussein (1998) menyebutkan bahwa pergerakan nilai tukar dapat
berpegaruh terhadap debt servicing. Jika nilai mata uang domestik menurun maka
biaya utang yang akan dikeluarkan oleh negara tersebut akan menjadi lebih besar
meskipun jumlah utang dalam mata uang asing yang dipinjam oleh negara
tersebut tetap.
Disamping itu Basdevant dan Wet (2000) menyebutkan salah satu masalah
di negera berkembang adalah terdapat kemungkinan adanya hubungan tidak stabil
antara rezim nilai tukar dengan ULN. Suatu perekonomian dapat memiliki tingkat
nilai tukar yang berubah-berubah setiap waktu tergantung dari rezim nilai tukar
apakah yang ditetapkan. Rezim nilai tukar yang buruk dapat memperburuk
keberlanjutan dari ULN suatu negara dan nilai tukar negara tersebut itu sendiri.
11
Penelitian Terdahulu
Alam dan Taib (2013) meneliti tentang keberadaan hubungan antara ULN
publik dengan defisit anggaran, defisit transaksi berjalan dan depresiasi nilai tukar
pada negara DTC (Debt Trap Countries) dan NDTC (Non Debt Trap Countries).
Penelitian ini menggunakan analisis data panel. Hasil penelitian ini menunjukan
secara signifikan terdapat hubungan positif antara ULN pemerintah, dengan
defisit anggaran, defisit transaksi berjalan dan depresiasi nilai tukar. Namun hasil
tersebut bervariasi pada DTC dan NDTC. Hubungan yang lebih kuat antar
keempat variabel tersebut terdapat pada negara DTC.
Awan, Asghar, dan Rachman (2011) meneliti keberadaan hubungan nilai
tukar, defisit fiskal, terms of trade, dan utang luar negeri di Pakistan. Penelitian
ini menggunakan uji kointegrasi, VECM, dan uji kausalitas. Hasil penelitan
menunjukkan dalam jangka pendek semua variabel gagal membangun hubungan
dengan utang luar negeri. Namun dalam jangka panjang terdapat kausalitas
diantara variabel-variabel tersebut.
Bader (2006) melakukan penelitian terkait defisit kembar terhadap utang
luar negeri di Jordan, Penelitian menggunakan alat analisis uji kointegrasi dan VD.
Variabel lainnya yang menjadi variabel independen adalah formasi modal di
Jordania. Hasil yang didapatkan yaitu dampak dari defisit anggaran lebih besar
dari pengaruh lainnya.
Mehta (2013) meneliti dampak yang ditimbulkan oleh dampak defisit neraca
berjalan terhadap utang luar negeri dan nilai tukar di India. Data yang digunakan
merupakan data keluaran tahun 1991 hingga tahun 2013. Utang yang dimaksud
merupakan utang luar negeri India meliputi utang jangka panjang dan jangka
pendek. Sementara valas yang digunakan dalam penelitian yaitu berupa Dolar
Amerika, Yen, Euro, dan Poundsterling. Data yang digunakan merupakan data
sekunder yang kemudian dianalisis melalui grafik, presentase, CAGR, dan
korelasinya. Hasil penelitian menunjukkan dahwa terdapat korelasi positif yang
kuat antara defisit neraca berjalan dan utang luar negeri di India, baik utang
jangka pendeknya maupun utang berjangka panjangnya. Sementara untuk
hubungan neraca berjalan yang dibandingkan dengan US Dolar dan Poundsterling
memiliki hubugan yang negatif dengan nilai tukar lainnya seperti Yen dan Euro.
Novrianti (2012) meneliti hubungan pinjaman luar negeri dengan
kebijakan fiskal di Indonesia. Analisis mengguakan metode VECM, IRF, dan
FEVD. Dalam jangka panjang pengeluaran pemerintah, penerimaan pajak, dan
suku bunga internasional berpengaruh secara nyata dengan arah pengaruh yang
negatif, sementara PDB mempengaruhi pinjaman dengan arah yang positif.
Perbedaan yang dilakukan oleh penelitian ini dengan penelitian sebelumnya
yaitu pada penggunaan variabel dan data yang digunakan. Penggunaan negara
juga disesuaikan dengan kesamaan karakteristik dan kesamaan kondisi utang luar
negeri juga pengalaman atas krisis utang yang telah terjadi sebelumnya. Penelitian
ini menggunakan variabel utang luar negeri milik pemerintah, mengingat dampak
yang diberikan terhadap ekonomi dan masyarakat yang lebih besar dibandingkan
dengan utang pemerintah atau utang luar negeri saja. Data time series kuartalan
digunakan dalam penelitian ini.
12
Kerangka Pemikiran
Analisis pengaruh penurunan kondisi defisit anggaran, memburuknya
transaksi berjalan dan nilai tukar terhadap pinjaman luar negeri pemerintah
menjadi penting untuk diperhatikan sehingga dapat dipelajari kondisi makro yang
dapat mengontrol kondisi ULN pemerintah agar lebih stabil. Saluran hubungan
dapat terlihat jelas melalui kerangka pikiran penelitian ini.
Gambar diatas merupakan alur pemikiran yang digunakan untuk melihat
analisis hubungan keiga variabel terhadap pinjaman luar negeri pemerintah Indonesia
dan Thailand. Bagan dimulai dari kepemilikan kewenangan otoritas keuangan baik
fiskal, moneter, maupun bank sentral disuatu negara dalam hal mengatur anggaran
pembangunan, perdagangan internasional yang dilambangkan dengan current account,
dan nilai tukarnya. Bagan diakhiri dengan analisis pengaruh masing-masing variabel
dan analisis kebijakan apakah yang sudah diterapkan oleh kedua negara sehingga
dapat dihasilkan implikasi kebijakan yang diharapkan mampu menjadi masukan
untuk pemerintah negara setempat di kemudian hari.
Otoritas Fiskal
Bank Sentral
Otoritas Moneter
Utang Luar Negeri
Pemerintah
Analisis VECM
Analisis IRF
Defisit Anggaran
Defisit CA
Nilai Tukar
Analisis VD
Analisis
Pengaruh
Analisis
Kebijakan
Implikasi
Kebijakan
Gambar 6 Kerangka pemikiran
Hipotesis Penelitian
1. Defisit anggaran berpengaruh positif terhadap utang luar negeri pemerintah.
Semakin defisit kondisi anggaran suatu negara maka utang luar negeri
semakin besar
2. Defisit current account memiliki hubungan yang positif terhadap pinjaman
luar negeri pemerintah dan berpengaruh secara nyata.
3. Nilai tukar memiliki hubungan yang positif dengan utang luar negeri dan
berpengaruh secara signifikan.
13
METODE PENELITIAN
Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder
berupa data time series kuartalan dari tahun 2003 hingga 2013. Sementara
variabel yang digunakan dalam penelitian ini berupa utang luar negeri (ULN)
pemerintah, nilai tukar, anggaran pemerintah, dan current account dari masingmasing negara. Pemilihan negara tersebut didasarkan pada kesamaan karakteristik
negara dan ketersediaan data. Data tersebut diperoleh dari CEIC Macroeconomic
Industry and Financial Time Series Database for Global Emerging and Developed
Market, International Monetary Fund (IMF), International Financial Statistics
(IFS), Worldbank’s Development Indicators dan beberapa Bank Sentral negara
ASEAN, yaitu Bank Indonesia (BI) dan Bank Negara Malaysia (BNM). Penelitian
ini dilakukan dengan bantuan software Microsoft Excel 2010 dan Eviews 7.0.
Secara rinci, sumber dan jenis data adalah sebagai berikut:
Tabel 1 Variabel, proksi, dan sumber data
No
1
Variabel
Utang Luar Negeri
Pemerintah
2
Anggaran Pemerintah
3
Nilai Tukar Nominal
4
Current Account
Proksi
Sumber Data
Foreign Government Debt
CEIC, BI
Surplus/Defisit
CEIC, World
Economic Outlook
LCU per USD, end of
period
Current Account, Goods
& Services, Net
Fx Sauders
CEIC, Trading
Economics, IFS
Metode Analisis dan Pengolahan Data
Dalam penelitian ini metode analisis menggunakan metode ekonometrika
VCEM juga innovative accounting IRF dan VD. Analisis kualitatif dan kuantitatif
digunakan untuk menjelaskan dampak keseluruhan variabel terhadap pinjaman
luar negeri pemerintah.
Analisis Deskriptif
Analisis deskriptif merupakan bentuk analisis sederhana yang bertujuan
mendeskripsikan dan mempermudah penafsiran yang dilakukan dengan bantuan
tabel dan grafik terhadap suatu obsersvasi. Analisis deskriptif dalam penelitian ini
digunakaan untuk mencapai tujuan pertama penelitian ini yaitu melihat
perkembangan variabel makroekonomi yang terkait dengan ULN Pemerintah.
Selain itu analisis desktiptif memberikan gambaran mengenai perkembangan
utang luar negeri pemerintah selama periode 2003 hingga 2013 dan analisis
efektifitas kebijakan pemerintah yang terkait dengan pengelolaan ULN
pemerintah.
14
Analisis Kuantitatif
Analisis kuantitatif digunakan untuk menganalisis dampak dan keterkaitan
depresiasi nilai tukar, current account, dan anggaran pemerintah terhadap ULN
pemerintah. Selain itu analisis ini juga dipakai ketika menganalisis efektifitas
kebijakan pemerintah yang terkait dengan pengelolaan ULN pemerintah.
Analisis yang digunakan antara lain uji akar unit menggunakan
Augmented Dickey Fuller Test (ADF), uji kointegrasi data menggunakan
Johansen Cointegration Test, dan VECM.
Uji Stasioneritas
Menurut Gujarati (2003), data yang stasioner akan mempunyai
kecenderungan untuk mendekati nilai rata-rata dan berfluktuasi disekitar nilai
rata-ratanya. Estimasi model ekonometrik time series akan menghasilkan
kesimpulan yang tidak berarti, ketika data yang digunakan mengandung akar unit
(tidak stasioner). Nilai yang mengandung unit root atau tidak stasioner, apabila
dimasukan dalam perhitungan statistik pada model regresi sederhana, maka
kemungkinan besar estimasi akan gagal mencapai nilai yang sebenarnya atau
disebut sebagai spourious estimation. Untuk menguji ada atau tidaknya akar unit
pada data yang di gunakan, dalam penelitian ini digunakan uji Augmented
Dickey-Fuller (ADF).
Augmented dickey-fuller test (ADF test) merupakan prosedur standar,
untuk menyelidiki adanya akar unit pada data time series yang menyebabkan data
menjadi tidak stasioner. Pemahaman mengenai uji ADF dimulai melalui formulasi
berikut:
Dalam persamaan seperti ini hipotesis yang digunakan adalah:
H0 : β = 0 (mengandung akar unit-series tidak stasioner)
H1 : β < 0 (tidak mengandung akar unit-series stasioner)
Jika nilai statistik ADF secara absolut lebih kecil dibandingkan nilai kritis
MacKinnon, maka Ho diterima. Dengan kata lain, Yt mengandung satu akar unit
atau data tidak stasioner. Data time series yang belum stasioner pada tingkat level
dapat dijadikan stasioner, melalui proses diferensiasi agar data menjadi stasioner.
Uji Stabilitas VAR
Uji stabilitas VAR dilakukan dengan menghitung akar-akar dari fungsi
polinomial atau dikenal dengan roots of characteristic polinomial. Jika semua
akar dari fungsi polinomial tersebut berada di dalam unit circle atau jika nilai
absolutnya < 1 maka model VAR tersebut dianggap stabil sehingga Impuls
Response Function (IRF) dan Variance Decomposition (FEVD) yang dihasilkan
dianggap valid.
Uji Lag Optimal
Sebelum ditentukannya lag optimal, pertu dicari terlebih dahulu lag
maksimumnya. Dalam menentukan panjang lag optimal dapat digunakan beberapa
kriteria seperti berikut yaitu dengan menggunakan Akaike Information Criterion
(AIC), Schwarz Criterion (SC), Final Prediction Error (FPE), dan Hannan-Quinn
Information Criterion (HQ). Pengujian panjang lag optimal berguna untuk
15
menghilangkan masalah autokorelasi dalam sistem VAR maupun VECM. Dalam
penelitian ini digunakan kriteria AIC dalam penentuan panjang lagnya.
Penggunaan kriteria AIC disebakan oleh AIC yang mencakup seluruh
variabel sehingga terhindar dari adanya ommited variables maksudnya yaitu peubah
yang seharusnya dimasukan ke dalam model, namun dikeluarkan karena alasan
tertentu (Juanda 2009). Selain itu AIC merupakan metode yang didasarkan pada
Principle of Information. Model diestimasi dengan lag yang berbeda-beda lalu
dibandingkan nilai kriterianya. Lag optimum yang dipilih berdasarkan nilai
kriteria yang terkecil.
Uji Kointegrasi (Johannsen Cointegration Test)
Uji kointegrasi bertujuan untuk menetukan apakah variabel-variabel yang
tidak stasioner mengalami hubungan kointegrasi atau tidak. Tes kointegrasi dapat
dilakukan melalui Johanson Cointegration Test. Sebelum menggunakan
pendekatan ini perlu untuk memutuskan panjang lag optimalnya. Pendekatan Uji
Kointegrasi Johanson merupakan pendekatan yang didasari oleh model VAR yang
dapat ditulis seperti berikut
∑
merupakan vektor dari keempat variabel yang digunakan pada penelitian
ini dan terintegrasi pada orde pertama, merupakan konstanta, k merupakan
panjang lag, dan merupakan eror white noise Persamaan VAR ini bisa ditulis
kembali kedalam kondisi first different:
∑
Simbol dikenal sebagai dampak matriks. Dampak matriks memberikan
informasi yang berkaitan dengan hubungan jangka panjang. Johansen
Cointegrastion Test memiliki dua likelihood ratio test of significance untuk
melihat hubungan kointegrasi, yaitu the trace test dan maximum eigenvalue test.
Trace Statistics
Jika trace statistic > critical value, persamaan tersebut terkointegrasi.
Dengan demikian, hipotesis nol dari uji ini adalah variabel tidak terkointegrasi,
sedangkan hipotesis alternatifnya adalah variabel terkointegrasi Jika trace statistic
> critical value, tolak H0 atau terima H1 yang artinya terjadi kointegrasi. Setelah
jumlah persamaan yang terkointegrasi telah diketahui maka tahapan analisis
dilanjutkan dengan analisis Vector Error Correction Model (VECM)
Vector Error Correction Model
Vector Error Correction Model (VECM) adalah VAR terestriksi yang
digunakan untuk variabel yang tidak stasioner tetapi berpotensi untuk
terkointegrasi. VECM menyediakan informasi mengenai faktor kausal yang dapat
mempengaruhi variabel. Syarat dilakukannya VECM adalah semua variabel harus
16
diintegrasikan terlebih dahulu pada orde pertama dan paling tidak ada satu
hubungan yang terkointegrasi diantara variabel-variabel tersebut. Dalam VECM
terdapat speed of adjustment dari jangka pendek ke jangka panjang.
Menurut Firdaus (2011) model VECM secara umum adalah sebagai
berikut :
Dimana:
t
Tx
k-1
k
ε
= vektor yang berisi variabel yang dianalisis dalam penelitian
= vektor intercept
= vektor koefisien regresi
= time trend
= variabel in-level
= matriks koefisien regresi
= ordo VECM dari VAR
= lag
= error term
Impulse Respon Function
Untuk menentukan respon suatu variabel endogen terhadap guncangan
tertentu maka digunakan metode Impulse Respon Function (IRF). Hal ini
dikarenakan guncangan variabel misalnya ke-i tidak hanya berpengaruh terhadap
variabel ke-i itu saja tetapi diransmisikan kepada semua variabel endogen lainnya
melalui struktur dinamis atau struktur lag dalam VECM. Fungsi impulse response
menggambarkan tingkat laju dari guncangan variabel yang satu terhadap variabel
yang lainnya pada suatu rentang periode tertentu. Sehingga dapat dilihat lamanya
pengaruh dari guncangan suatu variabel terhadap variabel lain sampai
pengaruhnya hilang atau kembali ke titik keseimbangan.
Variance Decomposition
Metode yang dapat dilakukan untuk melihat bagaimana perubahan suatu
variabel yang ditunjukkan oleh perubahan error variance dipengaruhi oleh
variabel-variabel lainnya adalah VD. Metode ini mencirikan suatu struktur
dinamis dalam model VAR/VECM. Dalam metode ini dapat dilihat kekuatan dan
kelemahan masing-masing variabel mempengaruhi variabel lainnya dalam kurun
waktu yang panjang. VD merinci ragam dari peramalan galat menjadi komponenkomponen yang dapat dihubungkan dengan setiap variabel endogen dalam model.
Dengan menghitung persentase kuadrat prediksi galat k-tahap ke depan dari
sebuah varabel akibat inovasi dalam varabel-variabel lain maka akan dapat dilihat
seberapa besar perbedaan antara error variance sebelum dan sesudah terjadinya
shock yang berasal dari dirinya sendiri maupun dari variabel lain. Jadi melalui
FEVD dapat diketahui secara pasti faktor-faktor yang mempengaruhi fluktuasi
dari variabel tertentu.
17
Model Penelitian
Model penelitian yang digunakan dalam penelitian ini merujuk kepada
model penelitian Awan (2012) :
Dimana
= ULN Pemerintah
= Nilai Tukar Nominal
= Defisit Fiskal
= Terms of Trade
Merujuk dari model penelitian pada Awan (2012) dan berdasarkan three gap
model dimana utang luar negeri diduga disebabkan oleh memburuknya kondisi
anggaran pemerintah dan current account, maka terbentuklah model penelitian
yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu :
Dimana
= ULN Pemerintah
= Nilai Tukar Nominal
= Defisit Anggaran
= Defisit Current Account
Dalam penilitan ini variabel defisit anggaran pemerintah dan current
account menggantikan posisi variabel defisit fiskal dan terms of trade karena
mengacu dari teori three gap model, dimana disebutkan bahwa defisit pada
anggaran pemerintah dan current account diduga dapat secara langsung
mempengaruhi kondisi utang luar negeri di suatu negara. Dengan kata lain
variabel dependen yang digunakan dalam model VECM dalam penelitian ini
adalah
,
,
, dan
.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Perkembangan Variabel yang Terkait Utang Luar Negeri Pemerintah
Indonesia dan Thailand
Perkembangan variabel-variabel yang terkait dengan model penelitian
menjadi penting untuk diamati mengingat kondisi masing-masing variabel
berbeda dari tahun ke tahun dan sudah pasti berbeda di tiap negaranya. Terdapat
beberapa kondisi ketika variabel tersebut berada pada kondisi yang stabil dan
beberapa keadaan mengalami penurunan.
900
800
700
600
500
400
300
200
100
0
GNI IDN
GNI THAI
GDP IDN
GDP THAI
1995
1996
1997
1998
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
Billion USD
18
Sumber: IMF, 2015
Gambar 7 Perkembangan GNI dan GDP Indonesia dan Thailand, 1995-2013
Indonesia dan Thailand masuk kedalam kategori middle income countries di
ASEAN berdasarkan pengelompokan yang dilakukan oleh world bank. Meskipun
sama-sama masuk kedalam kategori pendapatan menengah, besaran pendapatan
baik dilihat dari sisi GNI maupun GDP, pendapatan Indonesia lebih besar
dibandingkan dengan pendapatan Thailand sehingga apabila dilihat perkembangan
utang absolutnya meski
ACCOUNT, DAN NILAI TUKAR TERHADAP UTANG LUAR NEGERI
PEMERINTAH INDONESIA DAN THAILAND
AMALINA ERIA PUTRI
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER
INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul “Analisis Pengaruh
Defisit Anggaran, Current Account, dan Nilai Tukar Terhadap Utang Luar Negeri
Pemerintah Indonesia dan Thailand” adalah benar karya saya dengan arahan dari
komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan
tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang
diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks
dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor
Bogor, Juni 2015
Amalina Eria Putri
NIM H14110043
ABSTRAK
AMALINA ERIA PUTRI. Analisis Pengaruh Defisit Anggaran, Current Account,
dan Nilai Tukar Terhadap Utang Luar Negeri Pemerintah Indonesia dan Thailand.
Dibimbing oleh HERMANTO SIREGAR
Utang Luar Negeri yang dijalankan oleh pemerintah dapat dipengaruhi oleh
anggaran pemerintah dan transaksi berjalan. Sementara itu kondisi nilai tukar
suatu negara juga dapat mempengaruhi pergerakan dari utang luar negeri
pemerintah. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh variabel
tersebut terhadap utang luar negeri pemerintah di Indonesia dan Thailand. Analisis
deskriptif dan kuantitatif juga digunakan untuk melihat perkembangan variabel
tersebut dan bagaimana efektifitas kebijakan terkait ULN yang dijalankan oleh
pemerintah. Penelitian ini menggunakan periode analisis dari kuartal I tahun 2003
sampai kuartal IV tahun 2013 dengan menggunakan model Vector Error
Correction Model (VECM) dalam analisis signifikansinya sementara untuk arah
pengaruh dan besaran pengaruh digunakan alat analisis IRF dan VD. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa variabel anggaran pemerintah, nilai tukar dan
transaksi berjalan memberikan pengaruh nyata dalam jangka panjang ke pinjaman
luar negeri baik di Indonesia dan Thailand. Arah pengaruh yang diberikan sesuai
dengan hipotesis.
Kata kunci: defisit anggaran, current account, IRF, nilai tukar, utang luar negeri
pemerintah, VD,VECM
ABSTRACT
AMALINA ERIA PUTRI. Analysis Impact of Budget Deficit, Current Account
Deficit, and Exchange Rate on Government External Debt in Indonesia and
Thailand. Supervised by HERMANTO SIREGAR.
Government foreign debt can be influenced by govenment budget deficit
and current account variable. Exchange rate condition in some countries can also
give an effect to the movement of the government external debt. The present study
is an attempt to analyze the impact of these variables on the government external
debt in Indonesia and Thailand using time series data from 2002 to 2013
quarterly. Both descriptive and quantitative analysis were used to illustrate these
variables movement and to measure the effectiveness of the policies related to
external debt in both countries. The analysis is based on VECM method to see
significant results, where the way these variable influence the government external
debt was analyzed by IRF and VD. The results showed all the variables are
significant and the way debt interect with them are already the same with
hypotesis
Keywords: current account, exchange rate, government budget deficit,
government external debt, IRF, VD,VECM
ANALISIS PENGARUH DEFISIT ANGGARAN, CURRENT
ACCOUNT, DAN NILAI TUKAR TERHADAP UTANG LUAR
NEGERI PEMERINTAH INDONESIA DAN THAILAND
AMALINA ERIA PUTRI
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada
Departemen Ilmu Ekonomi
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karuniaNya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian
yang dilaksanakan sejak bulan Januari 2015 sampai April 2015 ini ialah ekonomi
moneter, dengan judul Analisis Pengaruh Defisit Anggaran, Current Account, dan
Nilai Tukar Terhadap Utang Luar Negeri Pemerintah Indonesia dan Thailand.
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi
pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut
Pertanian Bogor.
Terima kasih penulis ucapkan kepada bapak Prof. Hermanto Siregar, Ph.D
sebagai dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan bimbingan secara
teoritis maupun moril dalam proses penyusunan sampai akhirnya skripsi ini dapat
diselesaikan. Dr. Ir. Wiwiek Rindayati, M.Si selaku dosen penguji utama dan
Widyastutik, S.E., M.Si selaku dosen penguji dari komisi pendidikan yang telah
memberi saran-saran yang membangun serta ilmu yang bermanfaat untuk
penyempuranaan skripsi ini
Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada kedua orang tua Ayah
Eriandi, Ibu Andriani, serta kepada kedua adik Atikah dan Angghina, dan
keluarga besar atas segala doa, dukungan dan motivasi yang diberikan. Penulis
juga mengucapkan terima kasih kepada teman terdekat penulis Abghi,Vita, Dian
A, Cynthia, Nadila, Ulin, Concon, teman satu bimbingan Meliana dan Ening,
teman KKP 2014, teman asrama Indah, Farah, Imu, dan Dhera, JCO 48, Pemuda
FFI 2013-2014 serta teman Ilmu Ekonomi 48 atas segala dukungan yang telah
diberikan kepada penulis.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Juni 2015
Amalina Eria Putri
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR GAMBAR
vi
DAFTAR LAMPIRAN
vi
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Perumusan Masalah
3
Tujuan Penelitian
5
Manfaat Penelitian
5
Ruang Lingkup Penelitian
6
TINJAUAN PUSTAKA
6
Teori Utang Luar Negeri
6
Teori Three Gap Model
8
Definisi Nilai Tukar
9
Hubungan Nilai Tukar dengan ULN
10
Penelitian Terdahulu
11
Kerangka Pemikiran
12
Hipotesis Penelitian
12
METODE PENELITIAN
13
Jenis dan Sumber Data
13
Metode Analisis dan Pengolahan Data
13
Model Penelitian
17
HASIL DAN PEMBAHASAN
17
Perkembangan Variabel yang Terkait Utang Luar Negeri Pemerintah Indonesia
dan Thailand
17
Hasil Pengujian Pra Estimasi
21
Pengaruh Anggaran Pemerintah, Current Account, dan Depresiasi Nilai Tukar
Terhadap Utang Luar Negeri Pemerintah dan Respon Atas Guncangan
24
Kebijakan Terkait Utang Luar Negeri Pemerintah dan Variabel Pendukung di
Indonesia dan Thailand
35
Analisis Kebijakan Terkait Utang Luar Negeri Pemerintah
SIMPULAN DAN SARAN
36
39
Simpulan
39
Saran
40
DAFTAR PUSTAKA
40
LAMPIRAN
44
RIWAYAT HIDUP
67
DAFTAR TABEL
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Variabel, proksi, dan sumber data
Hasil uji akar unit data Indonesia
Hasil uji akar unit data Thailand
Hasil uji lag optimal Indonesia
Hasil uji lag optimal Thailand
Hasil uji stabilitas VAR Indonesia dan Thailand
Hasil uji kointegrasi Indonesia dan Thailand
Hasil estimasi VECM
Perbandingan arah dan pengaruh variabel di Indonesia dan Thailand
13
21
22
22
23
23
24
25
34
DAFTAR GAMBAR
1. Total utang luar negeri Indonesia dan Thailand periode 1980-2012
2. Rasio debt to GNI Indonesia dan Thailand periode 2001-2013
3. Current account, anggaran pemerintah, dan nilai tukar Indonesia,
2001-2013
1
2
4
4. Current account, anggaran pemerintah, dan nilai tukar Thailand, 20015.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
2013
Kurva laffer utang
Kerangka pemikiran
Perkembangan GNI dan GDP Indonesia dan Thailand, 1995-2013
Perkembangan variabel makroekonomi Indonesia, 2003:1-2013:4
Perkembangan variabel makroekonomi Thailand, 2003:1-2013:4
Respon ULN pemerintah atas guncangan ULN Indonesia
Respon ULN pemerintah atas guncangan variabel BD Indonesia
Respon ULN pemerintah atas guncangan variabel ER Indonesia
Respon ULN pemerintah atas guncangan defisit CA Indonesia
Respon ULN pemerintah atas guncangan variabel ULN Thailand
Respon ULN pemerintah atas guncangan variabel BD Thailand
Respon ULN pemerintah atas guncangan variabel defisit CA Thailand
Respon ULN pemerintah atas guncangan variabel ER Thailand
Besar pengaruh keseluruhan variabel terhadap ULN Indonesia
Besar pengaruh keseluruhan variabel terhadap ULN Thailand
4
7
12
18
19
21
26
27
28
29
30
30
31
32
33
34
DAFTAR LAMPIRAN
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
28.
Uji stasioneritas defisit anggaran Indonesia di Level
Uji stasioneritas defisit anggaran Indonesia di first difference
Uji stasioneritas defisit current account Indonesia di Level
Uji stasioneritas defisit current account Indoneisa di first difference
Uji stasioneritas nilai tukar Indonesia di level
Uji stasioneritas nilai tukar Indonesia di first difference
Uji stasioneritas ULN pemerintah Indonesia di Level
Uji stasioneritas ULN pemerintah Indonesia di first difference
Uji lag optimum Indonesia
Uji stabilitas Indonesia
Uji kointegrasi Indonesia
Uji VECM Indonesia
Impulse response function Indonesia
Variance decomposition Indonesia
Uji stasioneritas defisit anggaran Thailand di Level
Uji stasioneritas defisit anggaran Thailand di first difference
Uji stasioneritas defisit current account Thailand di Level
Uji stasioneritas defisit current account Thailand di first difference
Uji stasioneritas nilai tukar Thailand di level
Uji stasioneritas nilai tukar Thailand di first difference
Uji stasioneritas ULN pemerintah Thailand di level
Uji stasioneritas ULN pemerintah Thailand di first difference
Uji lag optimum Thailand
Uji stabilitas Thailand
Uji kointegrasi Thailand
Uji VECM Thailand
Impulse response function Thailand
Variance decomposition Thailand
44
44
45
46
46
47
48
48
49
49
50
52
53
54
55
56
56
57
58
58
59
60
60
61
61
63
65
66
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Dalam suatu pemerintahan dan suatu negara, memburuknya kondisi
anggaran dan transaksi berjalan dapat terjadi di setiap waktu. Ketika pemerintah
meningkatkan pengeluaran pendapatannya dengan tujuan perbaikan pelayanan
publik dan peningkatan ekonomi serta menurunkan tingkat pajak maka kondisi
anggaran pemerintah memburuk hingga defisit. Fenomena dimana pengeluaran
impor yang melebihi pemasukan ekspornya hingga defisit pada neraca
perdagangan dapat ditemukan di banyak negara. Defisit ini terjadi ketika
menurunnya daya saing produk dalam negeri dan ketika nilai tukar mengalami
apresiasi sehingga produk dalam negeri menjadi kurang bersaing dipasar
internasional.
Salah satu masalah mendasar negara-negara berkembang adalah kurang
memadainya sumber daya dalam negeri untuk membiayai pembangunan ekonomi.
Hameed, Ashraf, dan Choudhary (2008) menyatakan bahwa pinjaman luar negeri
dapat menjadi sarana mempercepat pertumbuhan ekonomi terutama ketika sumber
daya keuangan dalam negeri sudah tidak memadai dan perlu ditambah dengan
dana yang berasal dari luar negeri. Dengan demikian, kebutuhan negara
berkembang akan pembiayaan tambahan dari luar negeri menjadi meningkat
secara bertahap dari waktu ke waktu.
Negara-negara berkembang seperti Indonesia dan Thailand memiliki
tingkat akumulasi modal yang rendah sehingga mendorong pemerintah negara
bersangkutan mencari pinjaman baik dari dalam negeri ataupun dari luar negeri.
Indonesia dan Thailand merupakan dua dari beberapa negara di Asia yang paling
terkena dampak dari terjadinya krisis finansial tahun 1997/1998 dimana
penurunan kondisi ekonomi juga diperparah oleh tingkat akumulasi utang luar
negeri yang sangat besar.
300.00
Miliar USD
250.00
200.00
150.00
100.00
50.00
0.00
Indonesia
Thailand
Sumber: World Bank, 2014
Gambar 1 Total utang luar negeri Indonesia dan Thailand periode 1980-2012
Gambar 1 menunjukan perkembangan ULN di Indonesia dan Thailand
periode 1980 hingga 2012. Berdasarkan gambar ULN cenderung berfluktiatif pada
2
periode tersebut di dua Negara yang bersangkutan. Secara garis besar, trend
pinjaman luar negeri positif. Pada akhir tahun jumlah utang luar negeri Indonesia
secara absolut lebih besar dari Thailand dengan total pinjaman sebesar 259 miliar
USD.
Dalam melihat perkembangan utang luar negeri tidak saja hanya dilihat
dari jumlah besaran utang secara absolut saja, namun dapat dipahami melalui
rasio utang tersebut terhadap pendapatan negara. Semakin kecil rasio
menunjukkan bahwa negara memiliki kemampuan untuk membayar utang lebih
besar karena ditopang oleh pendapatan yang dimiliki oleh negara tersebut.
Gambar 2 menunjukan perkembangan external debt to GNI (Gross
National Income) di negara Indonesia dan Thailand periode 2001 hingga 2013.
Perkembangan rasio ULN terhadap GNI Indonesia berbeda dengan Thailand.
Sejak tahun 2001 hingga 2013 trend perkembangan yang terjadi di Indonesia
cenderung menurun, namun tidak dengan Thailand yang mengalami fluktuasi.
Sama seperti Indonesia, paska terjadinya krisis ekonomi 1997 rasio utang terhadap
pendapatannya tinggi dibandingkan tahun sebelumnya seperti pada tahun 2001
namun kemudian mengalami penurunan di negara Thailand.
Meskipun dari tahun ke tahun rasio pinjaman luar negeri terhadap
pendapatan negara Thailand berada di bawah Indonesia, namun terjadi perubahan
posisi pada tahun 2009 dimana proporsi ULN Thailand lebih besar dibandingkan
dengan Indonesia. Hal ini disebabkan meskipun sejak awal GNI Indonesia lebih
besar dari Thailand, namun semenjak tahun 2009 perbedaan GNI diantara kedua
negara tersebut makin besar akibat kenaikan GNI Indonesia yang secara cepat.
Sehingga meskipun secara absolut utang Indonesia lebih besar dari Thailand
namun Indonesia memiliki kemampuan membayar kembali utang luar negerinya
lebih besar dari Thailand.
100
Persen
80
60
40
20
0
2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
Indonesia
Thailand
Sumber: Word Bank, 2014
Gambar 2 Rasio debt to GNI Indonesia dan Thailand periode 2001-2013
Eichengreen (1991) menyebutkan bahwa terlalu tingginya utang luar negeri
suatu negara terhadap negara dan pihak lainnya dapat memperburuk kondisi
perekonomian. Disamping itu jika tidak dikelola dengan baik ULN tersebut justru
dapat menghambat proses pembangunan. Kondisi ini juga dapat terjadi apabila
utang yang diterima suatu negara memiliki syarat-syarat yang memberatkan
negara debitur. Sebagai contoh, selama dekade 80-an dan 90-an, utang tersebut
3
telah memperparah kondisi ekonomi negara yang terkena krisis ekonomi. Seperti
halnya yang terjadi di wilayah Asia Tenggara ketika krisis ekonomi 1997 (Bank
Indonesia 1997/1998).
Sugema (2001) menjelaskan bahwa pada mulanya ketika krisis terjadi
kondisi neraca pembayaran defisit secara tajam sehingga terhentinya aliran masuk
modal asing (sudden stop of capital flow) hingga adanya pelarian model (capital
flight). Upaya yang dilakukan pada masa itu untuk memperbaiki kondisi neraca
transaksi berjalan adalah devaluasi nilai tukar untuk menstimulasi ekspor dan
menurunkan impor. Kondisi ini terlihat di Thailand pada tahun 1997 ketika mata
uang Thailand Baht mengalami devaluasi besar-besaran. Hal ini terjadi karena
Pemerintah Thailand memutuskan untuk mengganti kebijakan perekonomian
terkait sistem kurs yang digunakan.
Jatuhnya mata uang Baht kemudian disusul dengan terdepresiasinya nilai
tukar negara-negara ASEAN. Devaluasi yang terjadi dengan sendirinya akan
meningkatkan rasio utang terhadap pendapatannya, hal ini terealisasi pada tahun
yang sama dimana Thailand mengkonfirmasikan bahwa pemerintah tidak dapat
membayar hutang negerinya. Kejadian ini membuat hilangnya kepercayaan
investor pada negara Asia khususnya Asia Tenggara karena kegagalannya dalam
memenuhi kewajiban utang yang jatuh tempo. Kemudian disusul dengan
terdepresiasinya nilai tukar negara-negara ASEAN, bahkan yang terparah adalah
Indonesia dimana nilai tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat terdepresiasi
besar-besaran.
Perumusan Masalah
Terguncangnya perekonomian Indonesia dan Thailand setelah krisis
ekonomi tahun 1997 ditanggapi secara berbeda pada masing-masing negara.
Seperti halnya di Indonesia semenjak terjadinya krisis, anggaran pemerintah terus
berada pada kondisi yang pelemahan hingga defisit. Perubahan hanya berupa
seberapa besar defisit yang dijalani pemerintah tiap tahunnya terhadap pendapatan
negaranya. Sementara kondisi transaksi berjalan terhadap GDP Indonesia
mengalami fluktuasi pada beberapa titik, negatif pada tahun 2004, 2008, 2012
hingga 2013. Kondisi fluktuasi juga terjadi pada mata uang Rupiah terhadap
Dollar Amerika. Gambar 3 menyajikan pergerakan ketiga variabel tersebut
dengan defisit anggaran dan transaksi berjakan dalam bentuk persentasenya dan
nilai tukar dalam nilai nominalnya.
4
5
14000
4
12000
3
Persen
1
8000
0
6000
-1
RP/USD
10000
2
4000
-2
BD
CA
2013
2012
2011
2010
2009
2008
2007
2006
2005
2004
0
2003
-4
2002
2000
2001
-3
ER
Sumber: CEIC, Trading Economics, Fx Sauders, 2015
Gambar 3 Current account, anggaran pemerintah, dan nilai tukar Indonesia,
2001-2013
CA
2013
2012
2011
2010
2009
2008
2007
2006
2005
2004
2003
2002
BD
THB/USD
50
45
40
35
30
25
20
15
10
5
0
10
8
6
4
2
0
-2
-4
-6
-8
2001
Persen
Sementara untuk kondisi ekonomi Thailand yang terlihat pada Gambar 4
sendiri pada mulanya persentase anggaran pemerintah terhadap pendapatannya
mengalami defisit pada tahun pertama namun kembali surplus ketika mulai
memasuki tahun 2003. Kondisi defisit kembali terjadi di tahun 2009 hingga 2013.
Transaksi berjalan memiliki alur yang berbeda dengan anggaran pemerintah.
Tahun 2001 transaksi berjalan berada pada kondisi yang surplus namun
mengalami penurunan hingga defisi pada tahun 2005 dan beberapa titik tahun
sesudahnya sepertu tahun 208, 2012, dan 2013. Disamping itu apabila dilihat dari
sisi nilai tukar, kondisi nilai tukar Bath mengalami trend apresiasi dengan
beberapa fluktuasi di berbagai titik.
ER
Sumber: CEIC, Trading Economics, Fx Sauders, 2015
Gambar 4 Current account, anggaran pemerintah, dan nilai tukar Thailand, 20012013
5
Berdasarkan ilustrasi pada Gambar 3 dan Gambar 4, fenomena hubungan
antara anggaran pemerintah, current account, dan nilai tukar, terhadap utang luar
negeri pemerintah menjadi salah satu subjek yang menarik untuk diamati dan
dianalisis. Tanzi dan Blejer (1988) menyebutkan bahwa memburuknya kondisi
fiskal dan anggaran pemerintah merupakan prasyarat dalam terjadinya akumulasi
utang karena terdapat kebutuhan bagi pemerintah untuk membiayai kesenjangan
antara pendapatan dan total pengeluaran.
Disamping defisit anggaran pemerintah, Tambunan (2008) menyatakan
bahwa tingginya utang luar negeri pemerintah juga disebabkan oleh defisit
transaksi berjalan, yaitu suatu kondisi dimana penerimaan ekspor lebih kecil dari
pembayaran impor sehingga keadaan current account memburuk. Sementara itu
salah satu masalah di negera berkembang adalah kemungkinan adanya hubungan
tidak stabil antara nilai tukar suatu negara dengan pinjaman luar negerinya
(Basdevant dan Wet 2000)
Berdasarkan uraian diatas, maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan
sebagai berikut:
1. Bagaimana perkembangan ULN pemerintah dan variabel makroekonomi
yang terkait dengan utang luar negeri pemerintah di Indonesia dan
Thailand?
2. Bagaimana pengaruh defisit anggaran, current account dan nilai tukar
terhadap ULN pemertintah negara Indonesia dan Thailand dan bagaimana
respon atas guncangan?
3. Bagaimanakahkah analisis kebijakan pemerintah yang terkait dengan ULN
di negara Indonesia dan Thailand?
Tujuan Penelitian
Berdasarkan pemaparan rumusan masalah diatas maka dapat disimpulkan
tujuan dari penelitian ini antara lain
1. Mengidentifikasi perkembangan ULN pemerintah dan variabel
makroekonomi yang terkait dengan perkembangan utang luar negeri
pemerintah Indonesia dan Thailand.
2. Menganalisis pengaruh dan guncangan defisit anggaran, current account,
dan nilai tukar terhadap ULN pemerintah Indonesia dan Thailand.
3. Menganalisis kebijakan pemerintah yang terkait dengan ULN di Indonesia
dan Thailand.
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran dan informasi lebih
atas pengaruh memburuknya variabel anggaran pemerintah dan current account
tersebut terhadap utang luar negeri dan juga penaruh nilai tukar di negara
Indonesia dan Thailand terhadap ULN pemerintahnya. Lebih lanjut, penelitian ini
juga dapat menjadi masukan bagi pemerintahan dari negara terkait untuk
menentukan kebijakan yang tepat mengenai penarikan utang luar negeri
pemerintah. Hal tersebut dilakukan untuk menghindarkan diri dari kemungkinan
terjadinya krisis utang.
6
Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini terbatas pada analisis pengaruh anggaran
pemerintah, transaksi berjalan,dan nilai tukar terhadap utang luar negeri
pemerintah di negara Indonesia dan Thailand, serta analisis kebijakan yang
dijalankan masing masing negara terkait pinjaman luar negerinya. Pengaruh
terhadap utang dalam negeri tidak menjadi konsenterasi pada penelitian ini dan
diluar konteks penelitian. Analisis ini juga dibatasi hanya pada dua negara yaitu
negara Indonesia dan Thailand. Pemilihan negara didasarkan pada kemiripan
karakteristik negara sebagai negara middle income countries yang terkena
dampak besar akibat peningkatan utang luar negeri besar besaran pada krisis
finansial tahun 1997 di Asia Tenggara. Data yang digunakan berupa data
kuartalan periode 2003 kuartal 1 hingga 2013 kuartal 4.
Penelitian ini juga tidak dipecah pada pengaruh variabel terhadap utang
sebelum krisis global 2008 maupun setelah krisis tersebut. Hal ini disebabkan
bahwa pada saat itu baik Indonesia dan Thailand tidak menggunakan kembali
pinjaman luar negeri dari IMF seperti yang dilakukan ketika mengalami krisis
1997/1998.
TINJAUAN PUSTAKA
Teori Utang Luar Negeri
Pengertian mengenai Utang Luar Negeri dan Pinjaman Luar Negeri pada
dasarnya memiliki pengerian yang sama yaitu berupa bantuan dari luar negeri baik
berupa uang maupun non uang yang masuk sebagai modal untuk suatu negara.
Menurut Triboto (2001) utang luar negeri dapat dilihat dari sudut pandang yang
berbeda menjadi aspek materiil, aspek formal, dan aspek fungsinya. Aspek
materiil menunjukkan adanya pinjaman luar negeri dapat menambah pemasukan
dan modal untuk suatu negara. Aspek formal sendiri memiliki maksud bahwa
pinjaman luar negeri merupakan penerimaan maupun pemberian yang dapat
meningkatkan investasi. Sedangkan untuk aspek fungsinya utang luar negeri
merupakan pilihan lain atau alternatif sumber dana yang digunakan untuk
membiayai pembangunan. Utang luar negeri secara umum menimbulkan
kewajiban untuk membayar kembali pinjaman ke pihak luar negeri dapat berupa
valura asing maupun rupiah.
Terdapat tiga klasifikasi utang menurut Bank Indonesia (2013), klasifikasi
pertama adalah utang luar negeri pemerintah seperti utang bilateral, multilateral,
surat berharga negara, komersial, leasing, dan fasilitas kredit ekspor. Kategori
yang kedua adalah utang luar negeri milik Bank Sentral untuk stabilitas neraca
pembayaran dan mendukung cadangan devisa negara. Sedangkan untuk kategori
yang ketiga adalah utang luar negeri swasta, dimana utang tersebut ditujukan
untuk bukan penduduk yang dimiliki oleh penduduk dengan dengan
menggunakan valuta asing maupun mata uang domestik dengan sisitem yang
sesuai dengan perjanjian yang dibuat. Pembiayaan defisit dengan utang
merupakan cara yang paling banyak digunakan oleh negara-negara dalam upaya
mempertahankan kelangsungan anggarannya.
7
Untuk utang pemerintah terdapat dua kategori yaitu utang domestik dan
utang luar negeri. Mankiw (2006) menjelaskan utang pemerintah kedepannya
dapat menyebabkan inflasi tinggi dan ekspansi moneter yang besar. Disamping itu
utang luar negeri pemerintah rentan akan guncangan karena rezim nilai tukar yang
dapat membebankan pembayaran utang dikemudian harinya dan juga
membebankan pengeluaran pemerintah. Neaime (2009) menjelaskan utang luar
negeri pemerintah memiliki ancaman yang lebih serius bagi perekonomian
dibandingkan utang domestik pemerintah. Pembayaran cicilan utang luar negeri
pemerintah dipengaruhi oleh nilai tukar dan dibatasi oleh cadangan devisa negara.
Kurva Laffer Utang
Kurva Laffer Utang (Debt Laffer Curve) merupakan kurva yang
mengilustrasikan hubungan antara kesanggupan negara kreditur dalam membayar
utang luar negerinya ke negara debitur. Peningkatan jumlah utang menimbulkan
penurunan kemampuan suatu negara untuk membayar pinjamannya (ability to
pay) bahkan hingga tidak mampu membayar kewajiban utangnya.
Teori ini menjelaskan bahwa utang merupakan kejadian yang wajar dalam
suatu negara dan dibutuhkan dalam tingkat yang wajar. Teori ini dideskripsikan
dengan Gambar 5 yang merepresantisakan titik OA sebagai gambaran atas
meningkatnya jumlah pinjaman dapat berdampak positif hingga pada batasan
tertentu yaitu batas debt overhang. Utang yang terlampau tinggi dan telah
melawati batas normal dapat memperburuk perekonomian suatu negara karena
akumulasi utang yang besar akan menimbulkan kewajiban pembayaran yang besar
pula (Batiz 1994).
Expected Debt Repayment
Debt Overhang
A
O
Sumber: Batiz, 1994
Gambar 5 Kurva laffer utang
B
Debt Stock
Bagian kiri dari Kurva Laffer mendeskripsikan”good side” dari kurva
maksudnya adalah peningkatan nilai pembayaran utang luar negeri. Sementara
jika terjadi debt overhang yaitu suatu kondisi dimana negara tidak memiliki
kemampuan untuk membayar utang secara penuh dan pembayaran aktual
8
tergantung dari pelaksanaan kebijakan ekonomi. Hal ini menunjukkan bagian
”wrong side” dari kurva Laffer.
Teori Three Gap Model
Bank Indonesia (2008) transaksi berjalan atau yang biasa disebut dengan
current account mengukur penerimaan dan pengeluaran yang berasal dari
transaksi barangdan jasa (goods and services), pendapatan (income), dan transfer
berjalan (current transfer) dengan bukan penduduk. Sehingga komponen utama
dari transaksi berjalan adalah neraca perdagangan, jasa, pendapatan, dan transfer
berjalan. Mankiw (2006) menyebutkan bahwa analisis current account lebih
menekankan pada aktivitas ekspor dan impor. Sementara itu anggaran pemerintah
merupakan daftar kegiatan yang mencangkup penerimaan dan pengeluar
pemerintah. Anggaran pemerintah merupakan bagian dari suatu kebijakan fiskal.
Pinjaman berdasarkan teori Three Gap Model digunakan untuk membiayai
defisit di tiga defisit, yaitu defisit tabungan investasi, defisit anggaran pemerintah,
dan defisit transaksi berjalan. Hubungan antara ketiga defisit ini dijelaskan dengan
menggunakan kerangka teori ini diperoleh dari persamaan identitas pendapatan
nasional (Basri 1997), yaitu:
Sisi Pengeluaran
Y = C + I + G + (X – M) ………………………………………………. (1.1)
Dimana:
Y
= produk domestik bruto
C
= konsumsi masyarakat
I
= investasi swasta
G
= pengeluaran pemerintah
X
= ekspor barang dan jasa
M
= impor barang dan jasa
Sisi Pendapatan
Y = C + S + T ………………………………………………………….. (1.2)
Dimana:
S = tabungan domestik
T= penerimaan pajak pemerintah
Jika kedua identitas pendapatan nasional tersebut digabung, maka akan
diperoleh persamaan sebagai berikut:
(M – X) = (I – S) + (G – T) ……………………………………………. (1.3)
dimana:
M – X = defisit transaksi berjalan
G – T = defisit anggaran pemerintah
I–S
= defisit tabungan investasi
Jika nilai ekspor melebihi nilai impor maka current account dinyatakan
mengalami surplus. Pada posisi ini negara sebagai negara pendonor di pasar uang
internasional. Sebaliknya jika nilai impor melebihi nilai ekspor maka current
account dinyatakan mengalami defisit. Biaya impor ditutupi dengan menggunakan
9
pendapatan ekspor. Ketika ekspor sudah tidak lagi mencukupi pembiayaan impor
maka bantuan luar negeri dibutuhkan (Hjertolm et al. 1998). Pada saat ini negara
menjadi negara penghutang di pasar uang dunia. Ketika nilai ekspor suatu negara
lebih besar daripada nilai impor akan meningkatkan penerimaaan devisa negara.
Hal ini akan berdampak pada meningkatnya pendapatan nasional yang akan
meningkatkan pertumbuhan ekonomi negara terkait.
Sementara itu selisih dari penerimaan pemerintah dengan pengeluaran
pemerintah disebut sebagai anggaran pemerintah atau government budget. Pada
dasarnya terjadinya defisit ini terjadi karena pemerintah menekankan aspek
pemenuhan kapasitas. Ketika terjadi peningkatan pemenuhan kapasitas maka
pemerintah butuh dana lebih besar untuk pengeluaran pembangunan seperti
infrastruktur, edukasi, kesehatan, subsidi dan sebagainya. Kondisi ketika
pengeluaran ini sudah tidak dapat ditutupi lagi oleh pemasukan maka pemerintah
mencari dana tambahan berupa utang domestik dan utang dalam negeri (Gallagher
1994). Disisi lain dimana hasil selisih menunjukkan hasil yang positif saat
pendapatan lebih besar dari pengeluaran maka pemerintah mengalami surplus
anggaran.
Hubungan antara pinjaman luar negeri dan ketiga defisit tersebut dapat
dilihat dengan menggunakan persamaan identitas neraca pembayaran, yaitu:
Dt = (M –X)t + Dst – NFLt + Rt + NOLt ……………………………… (1.4)
dimana:
Dt
= pinjaman pada tahun t
(M –X)t
= defisit transaksi berjalan pada tahun t
Dst
= pembayaran beban pinjaman
NFLt
= arus masuk bersih modal swasta pada tahun t
Rt
= cadangan otoritas moneter tahun t
NOLt
= arus keluar modal bersih jangka pendek seperti capital flight
dan lain lain pada tahun t
Persamaan diatas mengilustrasikan bahwa pinjaman luar negeri digunakan
untuk membiayai defisit transaksi berjalan, pembayaran pinjaman, cadangan
otoritas moneter, dan kebutuhan modal serta pergerakan arus modal keluar jangka
pendek seperti capital flight.
Saat persamaan (1.3) disubstitusikan ke persamaan (1.4), maka akan
diperoleh persamaan baru sebagai berikut:
Dt = (I – S)t + (G – T)t + Dst – NFLt + Rt + NOLTt ……………………. (1.5)
Persamaan (1.5) menunjukan bahwa pinjaman luar negeri digunakan untuk
membiayai defisit tabungan investasi dan defisit anggaran pemerintah. Sehingga
dari persamaan (1.4) dan persamaan (1.5) menunjukkan bahwa pinjaman luar
negeri digunakan untuk membiayai defisit transaksi berjalan, defisit anggaran
pemerintah, dan defisit tabungan investasi.
Definisi Nilai Tukar
Nilai tukar adalah harga relatif dari satu mata uang dalam perdagangan
(Hossain dan Chowdhury 1998). Nilai tukar dapat dibedakan menjadi dua, yaitu
nilai tukar nominal dan nilai tukar riil. Nilai tukar nominal (nominal exchange
rate) adalah harga relatif dari mata uang dua negara. Sementara nilai tukar riil
10
(real exchange rate) adalah harga relatif dari barang-barang di antara dua negara
yang telah memperhitungkan inflasi.
Dalam rezim nilai tukar tetap, suatu negara mengumumkan suatu nilai
tukar tertentu atas mata uangnya. Contohnya adalah sistem standar emas dan
sistem Bretton Woods. Bank sentral melakukan intervensi pada bursa valuta asing
dengan tujuan menghindari penyimpangan nilai tukar dari nilai nominal yang
sudah ditentukan sebelumnya (Lipsey 1995). Nilai tukar biasanya tetap atau
diperbolehkan berfluktuasi dalam batas yang sempit. Nilai tukar tetap pada
dasarnya dibutuhkan untuk menjaga pembayaran utang dan bunganya tetap dalam
kendali pemerintah. Untuk mempertahankan nilai tukarnya, pemerintah melalui
bank sentral melakukan jual beli valuta asing. Pada sistem ini, otoritas moneter
tidak memiliki keleluasaan dalam mengendalikan kondisi moneter domestik dan
bank sentral kehilangan kendalinya untuk melakukan penyesuaian nilai tukar.
Disamping nilai sistem nilai tukar tetap, dalam sistem nilai tukar
mengambang bebas nilai tukar yang berlaku dalam suatu negara ditentukan oleh
mekanisme pasar baik dengan atau tanpa upaya stabilitas oleh otoritas moneter.
Pemerintah atau otoritas moneter tidak berhak melakukan intervensi pasar,kecuali
pada keadaan tertentu. Negara yang menganut sistem nilai tukar ini akan
mengalami fluktuasi nilai mata uang yang jauh lebih besar dan akan memengaruhi
kondisi makroekonomi negara tersebut.
Sementara dalam sistem nilai tukar mengambang terkendali, otoritas
moneter berperan aktif dalam menstabilkan nilai tukar pada tingkat tertentu.
Cadangan devisa dibutuhkan karena otoritas moneter perlu membeli atau menjual
valuta asing dipasar untuk mempengaruhi pergerakan nilai tukar. Seberapa besar
fluktuasi nilai tukar dalam sistem ini tergantung pada kemauan otoritas moneter
untuk melakukan intervensi di pasar valuta asing, serta tersedianya cadangan
devisa yang dimiliki negara tersebut lebih banyak persediaan cadangan devisa,
maka lebih besar kemungkinan nilai tukar dapat distabilkan (Hamdy 2004).
Hubungan Nilai Tukar dengan ULN
Fluktuasi exchange rate berpengaruh terhadap nilai mata uang dalam
negeri terhadap masuknya mata uang dari luar negeri dan sebagai alat pembayaran
dalam kegiatan perdagangan international dan pembayaran hutang luar negeri.
Chowdury dan Hussein (1998) menyebutkan bahwa pergerakan nilai tukar dapat
berpegaruh terhadap debt servicing. Jika nilai mata uang domestik menurun maka
biaya utang yang akan dikeluarkan oleh negara tersebut akan menjadi lebih besar
meskipun jumlah utang dalam mata uang asing yang dipinjam oleh negara
tersebut tetap.
Disamping itu Basdevant dan Wet (2000) menyebutkan salah satu masalah
di negera berkembang adalah terdapat kemungkinan adanya hubungan tidak stabil
antara rezim nilai tukar dengan ULN. Suatu perekonomian dapat memiliki tingkat
nilai tukar yang berubah-berubah setiap waktu tergantung dari rezim nilai tukar
apakah yang ditetapkan. Rezim nilai tukar yang buruk dapat memperburuk
keberlanjutan dari ULN suatu negara dan nilai tukar negara tersebut itu sendiri.
11
Penelitian Terdahulu
Alam dan Taib (2013) meneliti tentang keberadaan hubungan antara ULN
publik dengan defisit anggaran, defisit transaksi berjalan dan depresiasi nilai tukar
pada negara DTC (Debt Trap Countries) dan NDTC (Non Debt Trap Countries).
Penelitian ini menggunakan analisis data panel. Hasil penelitian ini menunjukan
secara signifikan terdapat hubungan positif antara ULN pemerintah, dengan
defisit anggaran, defisit transaksi berjalan dan depresiasi nilai tukar. Namun hasil
tersebut bervariasi pada DTC dan NDTC. Hubungan yang lebih kuat antar
keempat variabel tersebut terdapat pada negara DTC.
Awan, Asghar, dan Rachman (2011) meneliti keberadaan hubungan nilai
tukar, defisit fiskal, terms of trade, dan utang luar negeri di Pakistan. Penelitian
ini menggunakan uji kointegrasi, VECM, dan uji kausalitas. Hasil penelitan
menunjukkan dalam jangka pendek semua variabel gagal membangun hubungan
dengan utang luar negeri. Namun dalam jangka panjang terdapat kausalitas
diantara variabel-variabel tersebut.
Bader (2006) melakukan penelitian terkait defisit kembar terhadap utang
luar negeri di Jordan, Penelitian menggunakan alat analisis uji kointegrasi dan VD.
Variabel lainnya yang menjadi variabel independen adalah formasi modal di
Jordania. Hasil yang didapatkan yaitu dampak dari defisit anggaran lebih besar
dari pengaruh lainnya.
Mehta (2013) meneliti dampak yang ditimbulkan oleh dampak defisit neraca
berjalan terhadap utang luar negeri dan nilai tukar di India. Data yang digunakan
merupakan data keluaran tahun 1991 hingga tahun 2013. Utang yang dimaksud
merupakan utang luar negeri India meliputi utang jangka panjang dan jangka
pendek. Sementara valas yang digunakan dalam penelitian yaitu berupa Dolar
Amerika, Yen, Euro, dan Poundsterling. Data yang digunakan merupakan data
sekunder yang kemudian dianalisis melalui grafik, presentase, CAGR, dan
korelasinya. Hasil penelitian menunjukkan dahwa terdapat korelasi positif yang
kuat antara defisit neraca berjalan dan utang luar negeri di India, baik utang
jangka pendeknya maupun utang berjangka panjangnya. Sementara untuk
hubungan neraca berjalan yang dibandingkan dengan US Dolar dan Poundsterling
memiliki hubugan yang negatif dengan nilai tukar lainnya seperti Yen dan Euro.
Novrianti (2012) meneliti hubungan pinjaman luar negeri dengan
kebijakan fiskal di Indonesia. Analisis mengguakan metode VECM, IRF, dan
FEVD. Dalam jangka panjang pengeluaran pemerintah, penerimaan pajak, dan
suku bunga internasional berpengaruh secara nyata dengan arah pengaruh yang
negatif, sementara PDB mempengaruhi pinjaman dengan arah yang positif.
Perbedaan yang dilakukan oleh penelitian ini dengan penelitian sebelumnya
yaitu pada penggunaan variabel dan data yang digunakan. Penggunaan negara
juga disesuaikan dengan kesamaan karakteristik dan kesamaan kondisi utang luar
negeri juga pengalaman atas krisis utang yang telah terjadi sebelumnya. Penelitian
ini menggunakan variabel utang luar negeri milik pemerintah, mengingat dampak
yang diberikan terhadap ekonomi dan masyarakat yang lebih besar dibandingkan
dengan utang pemerintah atau utang luar negeri saja. Data time series kuartalan
digunakan dalam penelitian ini.
12
Kerangka Pemikiran
Analisis pengaruh penurunan kondisi defisit anggaran, memburuknya
transaksi berjalan dan nilai tukar terhadap pinjaman luar negeri pemerintah
menjadi penting untuk diperhatikan sehingga dapat dipelajari kondisi makro yang
dapat mengontrol kondisi ULN pemerintah agar lebih stabil. Saluran hubungan
dapat terlihat jelas melalui kerangka pikiran penelitian ini.
Gambar diatas merupakan alur pemikiran yang digunakan untuk melihat
analisis hubungan keiga variabel terhadap pinjaman luar negeri pemerintah Indonesia
dan Thailand. Bagan dimulai dari kepemilikan kewenangan otoritas keuangan baik
fiskal, moneter, maupun bank sentral disuatu negara dalam hal mengatur anggaran
pembangunan, perdagangan internasional yang dilambangkan dengan current account,
dan nilai tukarnya. Bagan diakhiri dengan analisis pengaruh masing-masing variabel
dan analisis kebijakan apakah yang sudah diterapkan oleh kedua negara sehingga
dapat dihasilkan implikasi kebijakan yang diharapkan mampu menjadi masukan
untuk pemerintah negara setempat di kemudian hari.
Otoritas Fiskal
Bank Sentral
Otoritas Moneter
Utang Luar Negeri
Pemerintah
Analisis VECM
Analisis IRF
Defisit Anggaran
Defisit CA
Nilai Tukar
Analisis VD
Analisis
Pengaruh
Analisis
Kebijakan
Implikasi
Kebijakan
Gambar 6 Kerangka pemikiran
Hipotesis Penelitian
1. Defisit anggaran berpengaruh positif terhadap utang luar negeri pemerintah.
Semakin defisit kondisi anggaran suatu negara maka utang luar negeri
semakin besar
2. Defisit current account memiliki hubungan yang positif terhadap pinjaman
luar negeri pemerintah dan berpengaruh secara nyata.
3. Nilai tukar memiliki hubungan yang positif dengan utang luar negeri dan
berpengaruh secara signifikan.
13
METODE PENELITIAN
Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder
berupa data time series kuartalan dari tahun 2003 hingga 2013. Sementara
variabel yang digunakan dalam penelitian ini berupa utang luar negeri (ULN)
pemerintah, nilai tukar, anggaran pemerintah, dan current account dari masingmasing negara. Pemilihan negara tersebut didasarkan pada kesamaan karakteristik
negara dan ketersediaan data. Data tersebut diperoleh dari CEIC Macroeconomic
Industry and Financial Time Series Database for Global Emerging and Developed
Market, International Monetary Fund (IMF), International Financial Statistics
(IFS), Worldbank’s Development Indicators dan beberapa Bank Sentral negara
ASEAN, yaitu Bank Indonesia (BI) dan Bank Negara Malaysia (BNM). Penelitian
ini dilakukan dengan bantuan software Microsoft Excel 2010 dan Eviews 7.0.
Secara rinci, sumber dan jenis data adalah sebagai berikut:
Tabel 1 Variabel, proksi, dan sumber data
No
1
Variabel
Utang Luar Negeri
Pemerintah
2
Anggaran Pemerintah
3
Nilai Tukar Nominal
4
Current Account
Proksi
Sumber Data
Foreign Government Debt
CEIC, BI
Surplus/Defisit
CEIC, World
Economic Outlook
LCU per USD, end of
period
Current Account, Goods
& Services, Net
Fx Sauders
CEIC, Trading
Economics, IFS
Metode Analisis dan Pengolahan Data
Dalam penelitian ini metode analisis menggunakan metode ekonometrika
VCEM juga innovative accounting IRF dan VD. Analisis kualitatif dan kuantitatif
digunakan untuk menjelaskan dampak keseluruhan variabel terhadap pinjaman
luar negeri pemerintah.
Analisis Deskriptif
Analisis deskriptif merupakan bentuk analisis sederhana yang bertujuan
mendeskripsikan dan mempermudah penafsiran yang dilakukan dengan bantuan
tabel dan grafik terhadap suatu obsersvasi. Analisis deskriptif dalam penelitian ini
digunakaan untuk mencapai tujuan pertama penelitian ini yaitu melihat
perkembangan variabel makroekonomi yang terkait dengan ULN Pemerintah.
Selain itu analisis desktiptif memberikan gambaran mengenai perkembangan
utang luar negeri pemerintah selama periode 2003 hingga 2013 dan analisis
efektifitas kebijakan pemerintah yang terkait dengan pengelolaan ULN
pemerintah.
14
Analisis Kuantitatif
Analisis kuantitatif digunakan untuk menganalisis dampak dan keterkaitan
depresiasi nilai tukar, current account, dan anggaran pemerintah terhadap ULN
pemerintah. Selain itu analisis ini juga dipakai ketika menganalisis efektifitas
kebijakan pemerintah yang terkait dengan pengelolaan ULN pemerintah.
Analisis yang digunakan antara lain uji akar unit menggunakan
Augmented Dickey Fuller Test (ADF), uji kointegrasi data menggunakan
Johansen Cointegration Test, dan VECM.
Uji Stasioneritas
Menurut Gujarati (2003), data yang stasioner akan mempunyai
kecenderungan untuk mendekati nilai rata-rata dan berfluktuasi disekitar nilai
rata-ratanya. Estimasi model ekonometrik time series akan menghasilkan
kesimpulan yang tidak berarti, ketika data yang digunakan mengandung akar unit
(tidak stasioner). Nilai yang mengandung unit root atau tidak stasioner, apabila
dimasukan dalam perhitungan statistik pada model regresi sederhana, maka
kemungkinan besar estimasi akan gagal mencapai nilai yang sebenarnya atau
disebut sebagai spourious estimation. Untuk menguji ada atau tidaknya akar unit
pada data yang di gunakan, dalam penelitian ini digunakan uji Augmented
Dickey-Fuller (ADF).
Augmented dickey-fuller test (ADF test) merupakan prosedur standar,
untuk menyelidiki adanya akar unit pada data time series yang menyebabkan data
menjadi tidak stasioner. Pemahaman mengenai uji ADF dimulai melalui formulasi
berikut:
Dalam persamaan seperti ini hipotesis yang digunakan adalah:
H0 : β = 0 (mengandung akar unit-series tidak stasioner)
H1 : β < 0 (tidak mengandung akar unit-series stasioner)
Jika nilai statistik ADF secara absolut lebih kecil dibandingkan nilai kritis
MacKinnon, maka Ho diterima. Dengan kata lain, Yt mengandung satu akar unit
atau data tidak stasioner. Data time series yang belum stasioner pada tingkat level
dapat dijadikan stasioner, melalui proses diferensiasi agar data menjadi stasioner.
Uji Stabilitas VAR
Uji stabilitas VAR dilakukan dengan menghitung akar-akar dari fungsi
polinomial atau dikenal dengan roots of characteristic polinomial. Jika semua
akar dari fungsi polinomial tersebut berada di dalam unit circle atau jika nilai
absolutnya < 1 maka model VAR tersebut dianggap stabil sehingga Impuls
Response Function (IRF) dan Variance Decomposition (FEVD) yang dihasilkan
dianggap valid.
Uji Lag Optimal
Sebelum ditentukannya lag optimal, pertu dicari terlebih dahulu lag
maksimumnya. Dalam menentukan panjang lag optimal dapat digunakan beberapa
kriteria seperti berikut yaitu dengan menggunakan Akaike Information Criterion
(AIC), Schwarz Criterion (SC), Final Prediction Error (FPE), dan Hannan-Quinn
Information Criterion (HQ). Pengujian panjang lag optimal berguna untuk
15
menghilangkan masalah autokorelasi dalam sistem VAR maupun VECM. Dalam
penelitian ini digunakan kriteria AIC dalam penentuan panjang lagnya.
Penggunaan kriteria AIC disebakan oleh AIC yang mencakup seluruh
variabel sehingga terhindar dari adanya ommited variables maksudnya yaitu peubah
yang seharusnya dimasukan ke dalam model, namun dikeluarkan karena alasan
tertentu (Juanda 2009). Selain itu AIC merupakan metode yang didasarkan pada
Principle of Information. Model diestimasi dengan lag yang berbeda-beda lalu
dibandingkan nilai kriterianya. Lag optimum yang dipilih berdasarkan nilai
kriteria yang terkecil.
Uji Kointegrasi (Johannsen Cointegration Test)
Uji kointegrasi bertujuan untuk menetukan apakah variabel-variabel yang
tidak stasioner mengalami hubungan kointegrasi atau tidak. Tes kointegrasi dapat
dilakukan melalui Johanson Cointegration Test. Sebelum menggunakan
pendekatan ini perlu untuk memutuskan panjang lag optimalnya. Pendekatan Uji
Kointegrasi Johanson merupakan pendekatan yang didasari oleh model VAR yang
dapat ditulis seperti berikut
∑
merupakan vektor dari keempat variabel yang digunakan pada penelitian
ini dan terintegrasi pada orde pertama, merupakan konstanta, k merupakan
panjang lag, dan merupakan eror white noise Persamaan VAR ini bisa ditulis
kembali kedalam kondisi first different:
∑
Simbol dikenal sebagai dampak matriks. Dampak matriks memberikan
informasi yang berkaitan dengan hubungan jangka panjang. Johansen
Cointegrastion Test memiliki dua likelihood ratio test of significance untuk
melihat hubungan kointegrasi, yaitu the trace test dan maximum eigenvalue test.
Trace Statistics
Jika trace statistic > critical value, persamaan tersebut terkointegrasi.
Dengan demikian, hipotesis nol dari uji ini adalah variabel tidak terkointegrasi,
sedangkan hipotesis alternatifnya adalah variabel terkointegrasi Jika trace statistic
> critical value, tolak H0 atau terima H1 yang artinya terjadi kointegrasi. Setelah
jumlah persamaan yang terkointegrasi telah diketahui maka tahapan analisis
dilanjutkan dengan analisis Vector Error Correction Model (VECM)
Vector Error Correction Model
Vector Error Correction Model (VECM) adalah VAR terestriksi yang
digunakan untuk variabel yang tidak stasioner tetapi berpotensi untuk
terkointegrasi. VECM menyediakan informasi mengenai faktor kausal yang dapat
mempengaruhi variabel. Syarat dilakukannya VECM adalah semua variabel harus
16
diintegrasikan terlebih dahulu pada orde pertama dan paling tidak ada satu
hubungan yang terkointegrasi diantara variabel-variabel tersebut. Dalam VECM
terdapat speed of adjustment dari jangka pendek ke jangka panjang.
Menurut Firdaus (2011) model VECM secara umum adalah sebagai
berikut :
Dimana:
t
Tx
k-1
k
ε
= vektor yang berisi variabel yang dianalisis dalam penelitian
= vektor intercept
= vektor koefisien regresi
= time trend
= variabel in-level
= matriks koefisien regresi
= ordo VECM dari VAR
= lag
= error term
Impulse Respon Function
Untuk menentukan respon suatu variabel endogen terhadap guncangan
tertentu maka digunakan metode Impulse Respon Function (IRF). Hal ini
dikarenakan guncangan variabel misalnya ke-i tidak hanya berpengaruh terhadap
variabel ke-i itu saja tetapi diransmisikan kepada semua variabel endogen lainnya
melalui struktur dinamis atau struktur lag dalam VECM. Fungsi impulse response
menggambarkan tingkat laju dari guncangan variabel yang satu terhadap variabel
yang lainnya pada suatu rentang periode tertentu. Sehingga dapat dilihat lamanya
pengaruh dari guncangan suatu variabel terhadap variabel lain sampai
pengaruhnya hilang atau kembali ke titik keseimbangan.
Variance Decomposition
Metode yang dapat dilakukan untuk melihat bagaimana perubahan suatu
variabel yang ditunjukkan oleh perubahan error variance dipengaruhi oleh
variabel-variabel lainnya adalah VD. Metode ini mencirikan suatu struktur
dinamis dalam model VAR/VECM. Dalam metode ini dapat dilihat kekuatan dan
kelemahan masing-masing variabel mempengaruhi variabel lainnya dalam kurun
waktu yang panjang. VD merinci ragam dari peramalan galat menjadi komponenkomponen yang dapat dihubungkan dengan setiap variabel endogen dalam model.
Dengan menghitung persentase kuadrat prediksi galat k-tahap ke depan dari
sebuah varabel akibat inovasi dalam varabel-variabel lain maka akan dapat dilihat
seberapa besar perbedaan antara error variance sebelum dan sesudah terjadinya
shock yang berasal dari dirinya sendiri maupun dari variabel lain. Jadi melalui
FEVD dapat diketahui secara pasti faktor-faktor yang mempengaruhi fluktuasi
dari variabel tertentu.
17
Model Penelitian
Model penelitian yang digunakan dalam penelitian ini merujuk kepada
model penelitian Awan (2012) :
Dimana
= ULN Pemerintah
= Nilai Tukar Nominal
= Defisit Fiskal
= Terms of Trade
Merujuk dari model penelitian pada Awan (2012) dan berdasarkan three gap
model dimana utang luar negeri diduga disebabkan oleh memburuknya kondisi
anggaran pemerintah dan current account, maka terbentuklah model penelitian
yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu :
Dimana
= ULN Pemerintah
= Nilai Tukar Nominal
= Defisit Anggaran
= Defisit Current Account
Dalam penilitan ini variabel defisit anggaran pemerintah dan current
account menggantikan posisi variabel defisit fiskal dan terms of trade karena
mengacu dari teori three gap model, dimana disebutkan bahwa defisit pada
anggaran pemerintah dan current account diduga dapat secara langsung
mempengaruhi kondisi utang luar negeri di suatu negara. Dengan kata lain
variabel dependen yang digunakan dalam model VECM dalam penelitian ini
adalah
,
,
, dan
.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Perkembangan Variabel yang Terkait Utang Luar Negeri Pemerintah
Indonesia dan Thailand
Perkembangan variabel-variabel yang terkait dengan model penelitian
menjadi penting untuk diamati mengingat kondisi masing-masing variabel
berbeda dari tahun ke tahun dan sudah pasti berbeda di tiap negaranya. Terdapat
beberapa kondisi ketika variabel tersebut berada pada kondisi yang stabil dan
beberapa keadaan mengalami penurunan.
900
800
700
600
500
400
300
200
100
0
GNI IDN
GNI THAI
GDP IDN
GDP THAI
1995
1996
1997
1998
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
Billion USD
18
Sumber: IMF, 2015
Gambar 7 Perkembangan GNI dan GDP Indonesia dan Thailand, 1995-2013
Indonesia dan Thailand masuk kedalam kategori middle income countries di
ASEAN berdasarkan pengelompokan yang dilakukan oleh world bank. Meskipun
sama-sama masuk kedalam kategori pendapatan menengah, besaran pendapatan
baik dilihat dari sisi GNI maupun GDP, pendapatan Indonesia lebih besar
dibandingkan dengan pendapatan Thailand sehingga apabila dilihat perkembangan
utang absolutnya meski