Pengaruh Pertumbuhan Penduduk Terhadap Perubahan Lanskap Di Kawasan Hulu Das Ciliwung

(1)

DI K

DEPA

IN

KAWASA

DI

ARTEMEN

FAKU

NSTITUT

AN HULU

ICKY HAR

N ARSIT

ULTAS PE

T PERTA

2011

U DAS CIL

RTANTO

TEKTUR

ERTANIA

ANIAN BO

1

LIWUNG

LANSKA

AN

OGOR

G


(2)

dan SETIA HADI.

Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan satu kesatuan ekosistem yang unsur-unsur utamanya terdiri atas sumberdaya alam tanah, air dan vegetasi serta sumberdaya manusia sebagai pelaku pemanfaat terhadap sumberdaya alam tersebut. Manusia sebagai penduduk dalam wilayah DAS memiliki kecenderungan untuk bertambah jumlahnya. Kebutuhan penduduk yang paling mendasar adalah lahan pemukiman dan lahan pekerjaan. Hal ini menyebabkan terjadinya alih guna lahan yang pada awalnya merupakan ruang terbuka hijau menjadi ruang terbangun yang kemudian berpengaruh terhadap fungsi hidrologi dalam kesatuan wilayah DAS.

DAS Ciliwung merupakan DAS prioritas yang memiliki nilai hidrologis, ekonomis dan sosial yang sangat penting bagi kelangsungan kehidupan masyarakat di wilayah Bogor, Depok dan DKI Jakarta. Perencanaan lanskap kawasan hulu DAS Ciliwung sudah tertulis pada Keputusan Presiden No. 114 Tahun 1999 mengenai Penataan Ruang Kawasan Bogor-Puncak-Cianjur (Bopunjur). Di dalam peraturan tersebut disebutkan bahwa kawasan Bopunjur juga diperuntukkan sebagai hutan lindung. Hal ini bertujuan sebagai kawasan konservasi air sebagai wilayah penyangga Ibukota DKI Jakarta.

Namun, seiring dengan perkembangannya, kawasan hulu DAS Ciliwung semakin mengalami peningkatan jumlah penduduk yang berimbas kepada perubahan lanskap dengan bergesernya pemanfaatan ruang di dalamnya. Oleh karena itu, studi pada lanskap kawasan hulu DAS Ciliwung perlu dilakukan untuk mengetahui pengaruh pertumbuhan pertumbuhan penduduk terhadap perubahan pemanfaatan ruang dan koefisien aliran permukaan serta kemungkinan proyeksinya pada masa yang akan datang sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan kebijakan pengembangan kawasan.

Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode dangan pendekatan sistem dinamik. Tahapan metode meliputi persiapan, pengumpulan data, analisis data dan pemodelan. Analisis dilakukan pada data kependudukan, data penutupan lahan, dan data hidrologi. Selanjutnya dilakukan pemodelan untuk mengetahui pengaruh hubungan antara pertumbuhan penduduk terhadap perubahan penggunaan ruang dan koefisien aliran permukaan menggunakan sistem dinamik. Tahapan pemodelan meliputi analisis kebutuhan, formulasi masalah, identifikasi sistem, dan pemodelan sistem. Hasil simulasi model dianalisis secara deskriptif. Rencana alternatif kebijakan dibuat berdasarkan skenario terbaik untuk meringankan masalah yang terkait dengan jumlah penduduk, luas RTH serta aliran permukaan.

Berdasarkan hasil analisis, diketahui bahwa jumlah penduduk di kawasan hulu DAS Ciliwung semakin bertambah setiap tahunnya dengan laju kenaikan penduduk sebesar 2,91%. Luas jenis tutupan lahan ruang terbangun mengalami kenaikan, sementara luas tiap jenis RTH cenderung mengalami penurunan. Nilai koefisien aliran permukaan mengalami tren kenaikan dari tahun ke tahun.

Hubungan korelasi linear antara pertumbuhan penduduk terhadap luas tiap jenis RTH dan luas RTH secara keseluruhan adalah negatif. Artinya, semakin


(3)

koefisien aliran permukaan di wilayah DAS Hulu Ciliwung semakin meningkat. Selanjutnya dibuat struktur model yang memperlihatkan hubungan antara pertumbuhan penduduk terhadap luas jenis tiap RTH dan RTH secara keseluruhan, dan luas RTH terhadap nilai koefisien aliran permukaan. Struktur model tersebut selanjutnya disimulasikan dengan enam skenario yang berbeda. Skenario 1 merupakan skenario agresif, skenario 2 adalah skenario semi agresif, skenario 3 merupakan skenario konservasi, sedangkan skenario 4, 5, dan 6 merupakan skenario pengandalian. Selanjutnya dilakukan simulasi model untuk kondisi 25 tahun ke depan. Simulasi model dilakukan dengan bantuan perangkat lunak STELLA 9.0.2.

Dari semua skenario yang dibuat, skenario yang paling baik adalah skenario 4. Pada skenario ini, luas RTH dan nilai koefisien aliran permukaan setelah disimulasikan untuk kondisi 25 ahun mendatang adalah 7.063,14 Ha dan 0,26. Luas RTH pada skenario ini merupakan yang terbaik dibanding dengan hasil skenario lainnya dan nilai koefisien aliran permukaan pada skenario ini merupakan yang terkecil dibanding dengan skenario lain sehingga memiliki fungsi hidrologis yang lebih baik pula. Oleh karena itu, untuk mewujudkannya diperlukan penerapan kebijakan yang tegas dan konsisten dari pihak terkait (terutama dalam hal ini adalah pemerintah).

Rekomendasi kebijakan yang dapat diberikan terkait dengan penurunan laju pertumbuhan penduduk antara lain adalah dengan pengendalian tingkat kelahiran yaitu dengan menggalakkan program Keluarga Berencana (KB). Selain itu, diperlukan pembatasan jumlah migrasi penduduk ke dalam kawasan hulu DAS Ciliwung ini. Kebijakan lain yang dapat diterapkan adalah pembangunan secara vertikal, sehingga ruang terbangun tidak terlalu memerlukan lahan yang luas. Namun kebijakan ini perlu mendapat perhatian khusus dalam penentuan lokasi, jumlah dan tinggi bangunannya agar tidak melebihi daya dukung lahan setempat atau dapat mempengaruhi fungsi hidrologis di lokasi tersebut.

Selanjutnya, kebijakan yang dapat dibuat dengan mempertimbangkan luas lahan pertanian dan perkebunan yang semakin berkurang adalah dengan memberikan pelatihan ketenagakerjaan kepada penduduk di kawasan hulu DAS Ciliwung yang memiliki keahlian terbatas (pertanian) sehingga dapat mendapatkan pekerjaan pada bidang keahlian yang lain. Kebijakan ini diperlukan untuk mengantisipasi besarnya tingkat pengangguran dan kemiskinan pada wilayah ini.


(4)

Dengan ini, saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Pengaruh Pertumbuhan Penduduk Terhadap Perubahan Lanskap di Kawasan Hulu DAS Ciliwung”,adalah benar merupakan hasil karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Semua sumber data dan informasi baik yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun yang tidak diterbitkan dari penulis lain, telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan pada Daftar Pustaka skripsi ini.

Bogor, Maret 2011

Dicky Hartanto


(5)

DI KAWASAN HULU DAS CILIWUNG

DICKY HARTANTO

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada

Departemen Arsitektur Lanskap

DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2011


(6)

© Hak cipta milik IPB, tahun 2011

Hak Cipta dilindungi undang-undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah, dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB.

Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB.


(7)

NRP : A44062064 Mayor : Arsitektur Lanskap

Disetujui

Diketahui

Ketua Departemen Arsitektur Lanskap

Dr. Ir. Siti Nurisjah, MSLA NIP. 19480912 197412 2 001 

Tanggal Lulus :

Dosen Pembimbing I

Dr. Ir. Tati Budiarti, MS NIP. 19610720 198403 2 002

Dosen Pembimbing II

Dr. Ir. Setia Hadi, MS NIP. 19600424 198601 1 001


(8)

Segala puji hanya kepunyaan Allah Swt., salawat serta salam semoga tercurah kepada Nabi Muhammad Saw. Atas rahmat dan hidayah Allah Swt., akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul Pengaruh Pertumbuhan Penduduk Terhadap Perubahan Lanskap di Kawasan Hulu DAS

Ciliwung. Skripsi ini merupakan syarat kelulusan untuk memperoleh gelar Sarjana

Pertanian pada Departemen Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Penulis mengucapkan penghargaan dan terima kasih kepada Ibu Dr. Ir. Tati Budiarti, MS dan Bapak Dr. Ir. Setia Hadi, MS atas bimbingan, masukan dan motivasi dalam penyusunan skripsi ini. Kepada Bapak Dr. Ir. Aris Munandar, MS atas arahan dan masukan beliau. Ucapan terima kasih juga ditujukan kepada Ibu Vera Dian Damayanti, SP, MLA atas segala nasehat dan motivasi kepada penulis selama menjalani proses akademik di Departemen Arsitektur Lanskap. Selanjutnya, penulis mengucapkan terima kasih kepada keluarga (Bapak, Mama, Mba Wien, Mas Ipung, Mas Aris dan Mas Ray) yang tidak habis-habisnya memberikan dukungan, semangat dan doa. Terima kasih penulis ucapkan juga kepada Trista Prasidya atas diskusi, motivasi dan semangat yang selalu diberikan; kepada Balqis Nailufar dan Ivong Verawaty yang membantu proses pengolahan dengan ArcView; kepada sahabat-sahabat tercinta, keluarga ARL 43 atas persahabatan dan kebersamaannya; teman-teman ARL 40, 41, 42, 44 dan 45; seluruh dosen, staff dan karyawan Departemen Arsitektur Lanskap; dan pihak-pihak yang telah membantu penulis yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu, saran dan kritik yang bersifat membangun sangat diperlukan oleh penulis. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi yang memerlukannya.

Bogor, Juni 2011


(9)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Cirebon pada tanggal 24 Juli 1988. Penulis merupakan anak keempat dari empat bersaudara dari pasangan Agus Ismadji dan Maeni.

Pendidikan penulis diawali pada tahun 1994 di SDN Bakti Handayani II, Bekasi. Kemudian pada tahun 2000 sampai dengan tahun 2003 penulis melanjutkan pendidikan di SMPN 1 Bekasi. Selanjutnya, pada tahun 2003 penulis melanjutkan pendidikan di SMAN 1 Bekasi dan lulus pada tahun 2006.

Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor (IPB) pada tahun 2006 melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) sebagai mahasiswa Tingkat Persiapan Bersama (TPB). Setahun setelah itu, yaitu tahun 2007, penulis diterima sebagai mahasiswa Departemen Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Selama menjalankan studi di IPB, penulis juga mengikuti kegiatan di luar akademik, seperti menjadi anggota dan pengurus Himpunan Mahasiswa Arsitektur Lanskap (HIMASKAP). Penulis juga aktif mengikuti beberapa sayembara seperti, Sayembara Kebon Pisang Penjaringan tahun 2010, Sayembara Taman Topi tahun 2010 dan Sayembara Taman Terasering Pondok Indah tahun 2011. Selain itu, penulis juga pernah menjadi asisten Mata Kuliah Teknik Penulisan Ilmiah.


(10)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

I PENDAHULUAN ... 1

1.1  Latar Belakang ... 1 

1.2  Tujuan ... 2 

1.3  Manfaat ... 2 

1.4  Kerangka Pikir Penelitian ... 2 

II TINJAUAN PUSTAKA ... 4

2.1  Daerah Aliran Sungai ... 4 

2.2  Siklus Hidrologi DAS ... 5 

2.2.1  Curah Hujan ... 7 

2.2.2  Aliran Permukaan ... 8 

2.2.3  Koefisien Aliran Permukaan ... 11 

2.3  Perubahan Penggunaan dan Penutupan Lahan ... 11 

2.4  Ruang Terbuka Hijau ... 12 

2.5  Model ... 13 

2.6  Sistem Dinamik ... 14 

2.7  Sistem Informasi Geografis ... 15 

III METODOLOGI ... 18

3.1  Lokasi dan Waktu ... 18 

3.2  Bahan dan Alat ... 18 

3.3  Tahapan Penelitian ... 19 

3.3.1  Persiapan ... 19 

3.3.2  Pengumpulan Data ... 19 

3.3.3  Analisis Data ... 20 

3.3.4  Pemodelan ... 22 

3.3.5  Penyusunan Rekomendasi ... 26 

3.4  Batasan Studi ... 26 

IV KONDISI UMUM ... 27

4.1  Aspek Fisik ... 27 

4.1.1  Wilayah Administrasi ... 27 

4.1.2  Morfometri ... 28 

4.1.3  Topografi ... 29 

4.1.4  Iklim ... 32 


(11)

4.1.6  Tanah ... 33 

4.2  Aspek Sosial ... 34 

4.3  Penutupan Lahan ... 35 

V PEMBAHASAN ... 37

5.1  Data dan Analisis ... 37 

5.1.1  Penghitungan Komponen Penduduk ... 37 

5.1.2  Interpretasi Penutupan Lahan Dari Citra Landsat ETM+ 2005 dan Foto Udara 2010 ... 40 

5.1.3  Pola Penutupan Lahan ... 41 

5.1.4  Perubahan Penutupan Lahan ... 47 

5.1.5  Pengaruh Tipe Penutupan Lahan Terhadap Fungsi Hidrologi .. 49 

5.1.6  Penghitungan Komponen Hidrologi ... 54 

5.2  Model Dinamik ... 56 

VI SIMPULAN DAN SARAN ... 77

6.1  Simpulan ... 77 

6.2  Saran ... 77 


(12)

2 Parameter Morfometri DAS Ciliwung Hulu. ... 29 3 Klasifikasi Luas Kawasan Hulu DAS Ciliwung Berdasarkan Kelas

Kelerengan Lahan. ... 29 4 Curah Hujan Rata-rata Bulanan (dalam mm) Hulu DAS Ciliwung

Tahun 1999-2000 ... 32 5 Formasi Geologi di Kawasan Hulu DAS Ciliwung ... 33 6 Data Kependudukan Kawasan Hulu DAS Ciliwung ... 35 7 Jumlah Penduduk di Kawasan Hulu DAS Ciliwung Menurut Desa

Tahun 1993, 2000 dan 2008 ... 38

8 Kepadatan Penduduk di Kawasan Hulu DAS Ciliwung Tahun 1993, 2000 dan 2008 ... 39

9 Luas Penutupan Lahan di Kawasan Hulu DAS Ciliwung Tahun 1994, 2001, 2005 dan 2010 ... 46

10 Prakiraan Angka Koefisien Aliran permukaan (C) DAS Ciliwung Hulu.... 55 11 Jumlah Penduduk, Nilai C dan Perubahan RTH Kawasan hulu DAS

Ciliwung tahun 1994, 2001, 2005 dan 2010 ... 56

12 Nilai Koefisien Korelasi dan Persamaan Fungsi dari Hubungan Linear Variabel X dan Y ... 59

13 Koefisien Laju Desakan Tiap Jenis RTH dan Laju Pertumbuhan Penduduk Per Tahun Pada Tiap Skenario ... 61


(13)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1 Kerangka Pikir Penelitian ... 3 

2 Siklus Hidrologi ... 5 

3 Beberapa Macam Aliran Air ... 9 

4 Pengaruh Morfometri DAS Pada Hidrograf Aliran ... 10 

5 Lokasi Penelitian (Kawasan Hulu DAS Ciliwung) ... 18 

6 Alur Tahapan Penelitian ... 19 

7 Struktur Model Causal Loop ... 23 

8 (a) dan (b) Anak Sungai Ciliwung; (c) Sungai Ciliwung; (d) Bendung Katulampa (Outlet Kawasan hulu DAS Ciliwung) ... 28 

9 Peta Administrasi Kawasan Hulu DAS Ciliwung ... 30 

10 Peta Kemiringan Lahan Kawasan Hulu DAS Ciliwung ... 31 

11 Contoh Penggunaan Lahan di Kawasan Hulu DAS Ciliwung ... 36 

12 Peta Penutupan Lahan Kawasan Hulu DAS Ciliwung Tahun 1994 (Janudianto, 2004) ... 42 

13 Peta Penutupan Lahan Kawasan Hulu DAS Ciliwung Tahun 2001 (Janudianto, 2004) ... 43 

14 Peta Penutupan Lahan Kawasan Hulu DAS Ciliwung Tahun 2005 ... 44 

15 Peta Penutupan Lahan Kawasan Hulu DAS Ciliwung Tahun 2010 ... 45 

16 Perubahan Luas Penutupan Lahan (Ha) di Kawasan Hulu DAS Ciliwung pada Periode Tahun 1994-2001, 2001-2005 dan 2005-2010. ... 48 

17 Tipe Penutupan Lahan Kebun Campuran ... 50 

18 Kondisi Lahan Sawah yang Jenuh Air ... 51 

19 Lahan Sawah yang Berteras-teras ... 51 

20 Lahan Kebun Teh dengan Perakaran Homogen ... 52 

21 Lahan Kebun Teh dengan Perakaran Homogen ... 52 

22 Tipe penutupan Lahan Hutan ... 53 

23 Tipe Penutupan Lahan Terbuka ... 53 

24 Pemukiman pada Bantaran Sungai ... 54 

25 Grafik Perbandingan Nilai C Rata-rata DAS Ciliwung Hulu ... 55 

26   Diagram Pencar Hubungan Linear Jumlah Penduduk (X) dan Luas Hutan (Y) ... 56 

27  Diagram Pencar Hubungan Linear Jumlah Penduduk (X) dan Luas Kebun Campuran (Y) ... 57 

28  Diagram Pencar Hubungan Linear Jumlah Penduduk (X) dan Luas Kebun Teh (Y) ... 57 

29  Diagram Pencar Hubungan Linear Jumlah Penduduk (X) dan Luas Lahan Terbuka (Y) ... 57 

30  Diagram Pencar Hubungan Linear Jumlah Penduduk (X) dan Luas Sawah/Tegalan (Y) ... 58 


(14)

31  Diagram Pencar Hubungan Linear Jumlah Penduduk (X) dan Luas RTH (Y) ... 58 

32  Diagram Pencar Hubungan Linear Luas RTH (X) dan Koefisien Aliran permukaan (Y) ... 58 

33 Struktur Model Simulasi ... 60 

34  Grafik Hubungan Jumlah Penduduk, Luas RTH, dan Nilai Koefisien Aliran Permukaan Pada Laju Pertumbuhan Penduduk 2,91% ... 62 

35  Grafik Hubungan Jumlah Penduduk, Luas RTH, dan Nilai Koefisien Aliran Permukaan Pada Laju Pertumbuhan Penduduk 2,5% ... 63 

36 Skenario 1 Penutupan Lahan Kawasan Hulu DAS Ciliwung ... 64 

37 Skenario 2 Penutupan Lahan Kawasan Hulu DAS Ciliwung ... 65 

38  Grafik Hubungan Jumlah Penduduk, Luas RTH, dan Nilai Koefisien Aliran Permukaan Pada Laju Pertumbuhan Penduduk 1% ... 66 

39 Skenario 3 Penutupan Lahan Kawasan Hulu DAS Ciliwung ... 67 

40  Grafik Hubungan Jumlah Penduduk, Luas RTH, dan Nilai Koefisien Aliran Permukaan Pada Laju Pertumbuhan Penduduk 2% ... 68 

41 Skenario 4 Penutupan Lahan Kawasan Hulu DAS Ciliwung ... 69 

42  Grafik Hubungan Jumlah Penduduk, Luas RTH, dan Nilai Koefisien Aliran Permukaan Pada Laju Pertumbuhan Penduduk 2% ... 70 

43 Skenario 5 Penutupan Lahan Kawasan Hulu DAS Ciliwung ... 71 

44  Grafik Hubungan Jumlah Penduduk, Luas RTH, dan Nilai Koefisien Aliran Permukaan Pada Laju Pertumbuhan Penduduk 1,5% ... 72 


(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1 Tabel Hasil Simulasi Model Skenario 1 ... 78

2 Tabel Hasil Simulasi Model Skenario 2 ... 79

3 Tabel Hasil Simulasi Model Skenario 3 ... 80

4 Tabel Hasil Simulasi Model Skenario 4 ... 81

5 Tabel Hasil Simulasi Model Skenario 5 ... 82

6 Tabel Hasil Simulasi Model Skenario 6 ... 83

                                 


(16)

I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan satu kesatuan ekosistem yang unsur-unsur utamanya terdiri atas sumberdaya alam tanah, air dan vegetasi serta sumberdaya manusia sebagai pelaku pemanfaat terhadap sumberdaya alam tersebut. Manusia sebagai penduduk dalam wilayah DAS memiliki kecenderungan untuk bertambah jumlahnya, sehingga dalam proses pemanfaatan ruang dan sumberdaya di dalamnya, terjadi intervensi tata guna lahan yang kemudian berpengaruh terhadap fungsi hidrologi dalam kesatuan wilayah DAS.

Kebutuhan penduduk yang paling mendasar adalah lahan pemukiman dan lahan pekerjaan. Hal ini menyebabkan terjadinya alih guna lahan yang pada awalnya merupakan ruang terbuka hijau menjadi ruang terbangun. Ruang terbuka hijau selalu menjadi korban karena adanya anggapan bahwa lahan hijau tidak termasuk dalam mekanisme ekonomi pasar dan mempunyai nilai pasar yang kalah oleh harga tanah (Irwan, 2008).

Sungai Ciliwung merupakan salah satu sungai besar di Jawa Barat, sedangkan DAS Ciliwung merupakan DAS prioritas yang memiliki nilai hidrologis, ekonomis dan sosial yang sangat penting bagi kelangsungan kehidupan masyarakat di wilayah Bogor, Depok dan DKI Jakarta. Pada wilayah hilir DAS Ciliwung mencakup wilayah DKI Jakarta sebagai ibukota negara serta pusat kegiatan ekonomi nasional dan internasional. Kawasan hulu merupakan kawasan pemukiman dan pertanian terbatas yang terus berkembang menjadi daerah tujuan wisata yang menarik masyarakat dan para pengembang untuk menanam investasinya. Kawasan hulu dan hilir pada DAS Ciliwung tersebut saling memiliki keterkaitan dan ketergantungan satu sama lain.

Perencanaan lanskap kawasan hulu DAS Ciliwung sudah tertulis pada Keputusan Presiden No. 114 Tahun 1999 mengenai Penataan Ruang Kawasan Bogor-Puncak-Cianjur (Bopunjur). Di dalam peraturan tersebut disebutkan bahwa kawasan Bopunjur juga diperuntukkan sebagai hutan lindung. Hal ini bertujuan sebagai kawasan konservasi air sebagai wilayah penyangga Ibukota DKI Jakarta.


(17)

Namun, seiring dengan perkembangannya, kawasan hulu DAS Ciliwung semakin mengalami peningkatan jumlah penduduk yang berimbas kepada perubahan lanskap dengan bergesernya pemanfaatan ruang di dalamnya. Jumlah penduduk di kawasan hulu DAS Ciliwung menurut Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Bogor dan Kota Bogor pada tahun 2008 adalah 240.685 jiwa dengan laju pertumbuhan penduduk sebesar 2,91% per tahun. Jumlah penduduk yang terus bertambah sedangkan luas lahan tetap menyebabkan penduduk terpaksa melakukan alih guna lahan. Beberapa kawasan yang seharusnya menjadi daerah resapan air telah beralih fungsi menjadi ruang terbangun sehingga fungsi hidrologi wilayah ini semakin menurun yang dicerminkan dalam kemampuan lahan dalam meresapkan curah hujan cenderung semakin menurun. Oleh karena itu, studi pada lanskap kawasan hulu DAS Ciliwung perlu dilakukan untuk mengetahui pengaruh pertumbuhan penduduk terhadap perubahan pemanfaatan ruang dan koefisien aliran permukaan serta kemungkinan proyeksinya pada masa yang akan datang sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan kebijakan pengembangan kawasan.

1.2 Tujuan

Tujuan dari penelitian ini adalah

a. menganalisis pengaruh petumbuhan penduduk terhadap perubahan lanskap di kawasan hulu DAS Ciliwung, dan

b. membuat model simulasi untuk kondisi 25 tahun ke depan sebagai dasar dalam menyusun rekomendasi kebijakan.

1.3 Manfaat

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi pertimbangan bagi pemerintah daerah setempat dan pihak-pihak terkait dalam mengembangkan kawasan hulu DAS Ciliwung.

1.4 Kerangka Pikir Penelitian

Kawasan hulu DAS Ciiliwung merupakan daerah resapan air. Sebagai suatu ekosistem, kawasan ini terdiri dari aspek fisik berupa lahan dan aspek sosial berupa penduduk. Peningkatan jumlah penduduk menyebabkan kebutuhan lahan


(18)

untuk dijadikan ruang terbangun semakin meningkat, sementara luas lahan terbatas. Sehingga terjadi konversi lahan RTH menjadi ruang terbangun. Penurunan luas RTH kemudian mempengaruhi jumlah aliran permukaan di kawasan ini. Oleh karena itu dilakukan analisis hubungan antara jumlah penduduk, penutupan lahan dan aliran permukaan dengan pendekatan sistem dinamik dan selanjutnya dilakukan simulasi pemodelan. Hasil simulasi pemodelan digunakan sebagai dasar dalam menyusun rekomendasi alternatif kebijakan. Kerangka pikir penelitian dapat dilihat pada Gambar 1.

Kawasan hulu DAS Ciliwung

Penetapan hulu DAS Ciliwung sebagai daerah resapan air

Aspek fisik

Terjadi perubahan penggunaan ruang

Aliran permukaan meningkat

Analisis hubungan dan pemodelan

Rekomendasi kebijakan

Gambar 1 Kerangka Pikir Penelitian

Lahan

Keterbatasan Lahan

Aspek Sosial

Penduduk

Peningkatan Jumlah Penduduk Kebutuhan lahan


(19)

II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Daerah Aliran Sungai

Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah suatu daerah tertentu yang bentuk dan sifat alamnya sedemikian rupa, sehingga merupakan kesatuan dengan sungai dan anak sungai yang melaluinya dengan fungsi untuk menampung air yang berasal dari curah hujan dan sumber air lainnya. Penyimpanan serta pengalirannya dihimpun dan ditata berdasarkan hukum alam sekelilingnya dengan keseimbangan daerah tersebut (PP Nomor 33/1970 dalam Departemen Kehutanan, 1997). Sementara menurut Seyhan (1990), DAS adalah suatu wilayah daratan yang dibatasi oleh batas alam berupa topografi yang berfungsi untuk menampung, menyimpan dan mengalirkan air yang diterima ke sistem sungai terdekat dan selanjutnya bermuara di waduk, danau atau laut. Suatu DAS yang sangat luas umumnya terdiri dari beberapa Sub DAS, dan Sub DAS dapat terdiri dari beberapa Sub-sub DAS. Sub DAS adalah bagian DAS yang menerima air hujan dan mengalirkannya melalui anak sungai utama.

Soerjono (1978 dalam Wulandari, 2008) menjelaskan bahwa DAS merupakan ekosistem yang di dalamnya terjadi interaksi antara faktor-faktor fisik (tanah dan iklim) dan faktor biotik (vegetasi). Interaksi ini dinyatakan dalam bentuk keseimbangan input dan output air serta hasil sedimen yang dikeluarkannya yang mencirikan keadaan hidrologi ekosistem tersebut. Dalam mempelajari ekosistemnya, suatu DAS biasanya dibagi menjadi daerah hulu, tengah dan hilir (Asdak, 2007). Secara biogeofisik, daerah hulu DAS dicirikan oleh hal-hal berikut: merupakan daerah konservasi, mempunyai kerapatan drainase lebih tinggi, merupakan daerah dengan kemiringan lereng besar (lebih dari 15%), bukan merupakan daerah banjir, pengaturan pemakaian air ditentukan oleh pola drainase dan jenis vegetasi umumnya tegakan hutan. Sementara daerah hilir DAS dicirikan oleh hal-hal berikut: merupakan daerah pemanfaatan, kerapatan drainase lebih kecil, merupakan daerah dengan kemiringan lereng kecil sampai dengan sangat kecil (kurang dari 8%), pada beberapa tempat merupakan daerah banjir (genangan), pengaturan pemakaian air ditentukan oleh bangunan irigasi dan jenis vegetasi didominasi tanaman pertanian kecuali daerah estuaria


(20)

yang didominasi hutan bakau/gambut. Ekosistem DAS hulu merupakan bagian yang penting karena mempunyai fungsi perlindungan tata air terhadap seluruh bagian DAS.

Suatu DAS memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Karakteristik DAS meliputi beberapa variabel yang dapat diperoleh melalui pengukuran langsung, data sekunder, peta, dan data penginderaan jauh (remote sensing). Seyhan (1990) menyatakan bahwa karakteristik DAS dikelompokkan menjadi dua kategori, yaitu (1) faktor lahan, yeng meliputi topografi, tanah, geologi, dan geomorfologi, serta (2) faktor vegetasi dan penggunaan lahan.

2.2 Siklus Hidrologi DAS

Hidrologi adalah ilmu yang mempelajari air dalam segala bentuknya (cairan, gas atau padat) pada, dalam dan di atas permukaan tanah. Termasuk di dalamnya adalah penyebaran daur dan perilakunya, sifat-sifat fisika dan kimianya serta hubungannya dengan unsur-unsur hidup dalam air itu sendiri (Asdak, 2007). Siklus hidrologi secara sederhana adalah pergerakan permanen dari kelembaban bumi yang membentuk urutan berputar dari lautan, melewati proses penguapan

(evaporasi), kemudian menjadi hujan (presipitasi) dan akhirnya melalui sungai

mengalir sebagai debit (runoff) menuju kembali ke laut (Mulyanto, 2007). Siklus hidrologi memungkinkan tersedianya air di permukaan bumi yang jatuh dari lautan secara terus-menerus (Gambar 2).


(21)

Selanjutnya Asdak (2007) menjelaskan, dalam siklus hidrologi, energi panas matahari dan faktor-faktor iklim lainnya menyebabkan terjadinya proses evaporasi pada permukaan vegetasi dan tanah, laut dan badan-badan air lainnya. Uap air hasil evaporasi akan terbawa oleh angin melintasi daratan yang bergunung maupun datar, apabila keadaan atmosfer memungkinkan maka sebagian uap air tersebut akan terkondensasi dan turun sebagai hujan.

Sebelum mencapai permukaan tanah, air hujan tersebut akan tertahan oleh tajuk vegetasi. Sebagian dari air hujan tersebut akan tersimpan di permukaan tajuk selama proses pembasahan tajuk, kemudian sebagian lainnya akan jatuh ke atas permukaan tanah melalui sela-sela daun (throughfall) atau mengalir ke bawah permukaan melalui permukaan batang pohon (stemflow). Sebagian air hujan yang jatuh ke tajuk dan batang tidak akan pernah sampai di permukaan tanah, melainkan terevaporasi kembali ke atmosfer selama dan setelah berlangsungnya hujan (intersepsi).

Air hujan yang dapat mencapai permukaan tanah, sebagian akan terserap ke dalam tanah (infiltrasi). Sedangkan air hujan yang tidak terserap ke dalam tanah akan tertampung sementara dalam cekungan-cekungan permukaan tanah (surface

detention) untuk kemudian mengalir di atas permukaan ke tempat yang lebih

rendah (runoff), selanjutnya masuk ke dalam sungai.

Air infiltrasi akan tertahan di dalam tanah oleh gaya kapiler yang selanjutnya akan membentuk kelembaban tanah. Apabila tingkat kelembaban air tanah telah cukup jenuh maka air hujan yang baru masuk ke dalam tanah akan bergerak secara lateral (horizontal) untuk selanjutnya pada tempat tertentu akan keluar lagi ke permukaan tanah (subsurface flow) dan akhirnya mengalir ke sungai. Alternatif lainnya, air hujan yang masuk ke dalam tanah tersebut akan bergerak vertikal ke tanah yang lebih dalam dan menjadi bagian dari air tanah

(groundwater). Air tanah tersebut, terutama pada musim kemarau, akan mengalir

pelan-pelan ke sungai, danau atau tempat penampungan air alamiah lainnya, Tidak semua air infiltrasi mengalir ke sungai atau tampungan air lainnya, melainkan ada sebagian air infiltrasi yang tetap tinggal dalam lapisan tanah bagian atas (top soil) untuk kemudian diuapkan kembali ke atmosfer melalui permukaan tanah (evaporasi) dan melalui permukaan tajuk vegetasi (transpirasi). Perbedaan


(22)

intersepsi dan transpirasi dapat dilihat dari asal air yang diuapkan ke atmosfer. Apabila air yang diuapkan berasal dari hujan yang jatuh di atas tajuk tersebut, maka proses penguapannya disebut intersepsi sedangkan jika air yang diuapkan berasal dari dalam tanah melalui aktivitas fisiologi tanaman, maka proses penguapannya disebut transpirasi. Dengan kata lain, intersepsi terjadi selama dan segera setelah berlangsungnya hujan sementara proses transpirasi berlangsung ketika tidak ada hujan. Gabungan proses evaporasi dan transpirasi disebut evapotranspirasi.

2.2.1 Curah Hujan

Presipitasi adalah curahan atau jatuhnya air dari atmosfer ke permukaan bumi dan laut dalam bentuk yang berbeda, yaitu curah hujan di daerah tropis dan curah hujan serta salju di daerah beriklim sedang (Asdak, 2007). Mengingat bahwa di daerah beriklim tropis presipitasi hanya ditemui dalam bentuk curah hujan, maka presipitasi dalam konteks daerah tropis adalah sama dengan curah hujan. Presipitasi adalah faktor utama yang mengendalikan proses siklus hidrologi di suatu DAS.

Secara ringkas dan sederhana, terjadinya hujan terutama karena adanya perpindahan massa air basah ke tempat yang lebih tinggi sebagai respon adanya beda tekanan udara antara dua tempat yang berbeda ketinggiannya. Di tempat tersebut, karena adanya akumulasi uap air pada suhu yang rendah maka terjadilah proses kondensasi, dan pada gilirannya massa air basah tersebut jatuh sebagai air hujan.

Besarnya curah hujan adalah volume air yang jatuh pada suatu areal tertentu, diukur dengan menggunakan alat penakar curah hujan yang umumnya terdiri atas dua jenis yaitu alat penakar curah hujan otomatis dan alat penakar hujan tidak otomatis. Besaran curah hujan dapat dinyatakan dalam meter kubik (m3) per satuan luas atau secara lebih umum dinyatakan dalam tinggi air (mm). Besarnya curah hujan dapat dimaksudkan untuk satu kali hujan atau untuk masa tertentu seperti per hari, per bulan, per musim atau per tahun (Arsyad, 2000).

Sistem jaringan kerja alat penakar hujan harus direncanakan sesuai dengan keperluan pemanfaatan data curah hujan yang akan dikumpulkan. Lokasi penempatan alat ukur harus mampu mewakili informasi daerah cakupannya.


(23)

Sebagai aturan umum, disarankan bahwa satu alat penakar hujan untuk daerah kepulauan kecil seluas lebih kurang 25 km² dengan pola curah hujan tidak teratur dianggap cukup memadai. Sementara untuk daerah bergunung-gunung, satu alat penakar curah hujan untuk wilayah seluas 100-250 km². Apabila daerah kajian merupakan daerah dengan topografi relatif datar, maka satu alat penakar curah hujan dapat mewakili daerah seluas 600-900 km² (WMO, 1981 dalam Asdak, 2007).

2.2.2 Aliran Permukaan

Aliran permukaan (runoff) adalah bagian dari curah hujan yang mengalir di atas permukaan tanah menuju ke sungai, danau dan lautan. Aliran permukaan berlangsung ketika jumlah curah hujan melampaui laju infiltrasi air ke dalam tanah. Setelah laju infiltrasi terpenuhi, air mulai mengisi cekungan-cekungan pada permukaan tanah. Setelah pengisian air pada cekungan itu selesai, air dapat mengalir di atas permukaan tanah dengan bebas. Ada bagian air yang berlangsung cepat untuk selanjutnya membentuk aliran debit. Bagian aliran permukaan lain, karena melewati cekungan-cekungan permukaan tanah sehingga memerlukan waktu beberapa hari bahkan beberapa minggu sebelum akhirnya menjadi aliran debit (Asdak, 2007).

Debit atau laju aliran sungai adalah jumlah atau volume air yang mengalir pada suatu titik per detik atau per jam, dinyatakan dalam m³ per detik atau m³ per jam (Arsyad, 2000). Besarnya debit ditentukan oleh luas penampang air dan kecepatan alirannya, diformulasikan sebagai:

Q = A x V Dengan

Q = debit air (m³/detik atau m³/jam); A = luas penampang aliran (m²); V = kecepatan aliran (m/detik).

Debit tahunan, yaitu aliran sungai sepanjang tahun merupakan gabungan dari beberapa komponen aliran, yaitu intersepsi saluran (channel interception), aliran permukaan (surface runoff), aliran air bawah permukaan (interflow/delayed


(24)

suatu wilayah DAS akan terdistribusi menjadi keempat komponen tersebut sebelum akhirnya menjadi aliran sungai (Gambar 3).

Gambar 3 Beberapa Macam Aliran Air Catatan : A = intersepsi saluran

B = aliran permukaan

C = aliran air bawah permukaan D = aliran air tanah

Faktor-faktor yang mempengaruhi aliran permukaan secara umum dapat dibagi dua yaitu karakteristik hujan dan karakteristik DAS. Karakteristik hujan mencakup lama waktu hujan, intensitas dan penyebaran hujan. Pengaruh karakteristik DAS terhadap aliran permukaan adalah melalui bentuk dan ukuran (morfometri) DAS, topografi, geologi dan tataguna lahan (jenis dan kerapatan vegetasi) (Asdak, 2007).

Intensitas hujan akan mempengaruhi laju dan volume aliran permukaan. Pada hujan dengan intensitas tinggi, kapasitas infiltrasi akan terlampaui dengan beda cukup besar dibandingkan dengan hujan yang kurang intensif. Dengan demikian, total volume aliran permukaan akan lebih besar pada hujan intensif dibandingkan dengan hujan kurang intensif meskipun curah hujan total kedua hujan tersebut sama besarnya. Laju dan volume aliran permukaan suatu DAS dipengaruhi oleh penyebaran dan intensitas curah hujan di DAS yang bersangkutan. Umumnya, laju aliran permukaan dan volume terbesar terjadi ketika seluruh DAS tersebut ikut berperan. Dengan kata lain, hujan turun merata di seluruh wilayah DAS yang bersangkutan.

Pengaruh morfometri DAS terhadap besaran dan waktu dari hidrograf aliran yang dihasilkannya dalam hal ini terdiri atas luas, kemiringan lereng, bentuk dan kerapatan drainase DAS. Luas DAS merupakan salah satu faktor penting dalam


(25)

pembentukan hidrograf aliran. Semakin besar luas DAS, ada kecenderungan semakin besar jumlah curah hujan yang diterima. Tetapi, beda waktu (time lag) antara puncak curah hujan dan puncak hidrograf aliran menjadi lebih lama. Demikian juga waktu yang diperlukan untuk mencapai puncak hidrograf dan lama waktu untuk keseluruhan hidrograf aliran juga menjadi lebih panjang.

Kemiringan lereng DAS mempengaruhi perilaku hidrograf dalam hal waktu. Semakin besar kemiringan lereng suatu DAS, semakin cepat laju aliran permukaan sehingga mempercepat respons DAS tersebut oleh adanya curah hujan. Bentuk topografi seperti kemiringan lereng, keadaan parit dan bentuk-bentuk cekungan permukaan tanah lainnya akan mempengaruhi laju dan volume aliran permukaan. DAS dengan sebagian besar bentang lahan datar atau pada daerah dengan cekungan-cekungan tanah tanpa saluran pembuangan (outlet) akan menghasilkan aliran permukaan yang lebih kecil dibandingkan dengan DAS dengan kemiringan lereng lebih besar serta pola pengairan yang dirancang dengan baik. Dengan kata lain, sebagian aliran air ditahan dan diperlambat kecepatannya sebelum mencapai lokasi pengamatan. Hal ini dapat diketahui dari bentuk hidrograf yag lebih datar.

Gambar 4 Pengaruh Morfometri DAS Pada Hidrograf Aliran


(26)

Bentuk DAS yang memanjang dan sempit cenderung menurunkan laju aliran permukaan daripada DAS berbentuk melebar walaupun luas keseluruhan dari dua DAS tersebut sama. Kerapatan daerah aliran (drainase) juga merupakan faktor penting dalam menetukan kecepatan aliran permukaan. Semakin tinggi kerapatan daerah aliran, semakin besar kecepatan aliran permukaan untuk curah hujan yang sama.

Pegaruh vegetasi terhadap aliran permukaan dapat diterangkan bahwa vegetasi dapat memperlambat jalannya aliran permukaan dan memperbesar jumlah air yang tertahan di dalam permukaan tanah, dan dengan demikian, menurunkan laju aliran permukaan.

2.2.3 Koefisien Aliran Permukaan

Koefisien aliran permukaan (C) adalah bilangan yang menunjukkan perbandingan antara besarnya aliran permukaan terhadap besarnya curah hujan. Misalnya C untuk hutan adalah 0,10, artinya 10 persen dari total curah hujan akan menjadi aliran permukaan. Secara matematis, koefisien aliran permukaan dapat dijabarkan sebagai berikut

C = aliran permukaan (mm)/curah hujan(mm)

Angka koefisien aliran permukaan ini merupakan salah satu indikator untuk menentukan apakah suatu DAS telah mengalami gangguan. Nilai C yang besar menunjukkan bahwa lebih banyak air hujan yang menjadi aliran permukaan. Hal ini kurang menguntungkan dari segi konservasi sumberdaya air karena besarnya air yang akan menjadi air tanah berkurang. Kerugian lainnya adalah ancaman terjadinya erosi dan banjir menjadi lebih besar. Angka C berkisar antara 0 hingga 1. Angka 0 menunjukkan bahwa semua air hujan terdistribusi menjadi air infiltrasi. Sedangkan angka 1 menunjukkan bahwa semua air hujan mengalir sebagai aliran permukaan. Di lapangan, angka koefisien aliran permukaan biasanya lebih besar dair 0 dan lebih kecil dari 1 (Asdak, 2007).

2.3 Perubahan Penggunaan dan Penutupan Lahan

Istilah penggunaan lahan dan penutupan lahan dapat memiliki pengertian yang sama untuk hal-hal tertentu, namun sebenarnya mengandung penekanan yang berbeda. Penutupan lahan berkaitan dengan jenis kenampakan yang ada di


(27)

permukaan bumi. Sedangkan penggunaan lahan berkaitan dengan kegiatan manusia pada bidang lahan tertentu (Lillesand dan Kiefer, 1997 dalam Janudianto, 2004). Penggunaan lahan juga diartikan sebagai bentuk intervensi manusia terhadap lahan dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya baik materil maupun spiritual (Arsyad, 2000). Penggunaan lahan dikelompokkan ka dalam dua golongan besar yaitu penggunaan lahan pertanian (tegalan, sawah, kebun, hutan lindung dan sebagainya) dan penggunaan lahan bukan pertanian (permukiman, industri, rekreasi, pertambangan dan sebagainya).

Menurut Vink (1975 dalam Sudadi et al, 1991), perubahan atau perkembangan penggunaan dan penutupan lahan dipengaruhi oleh dua faktor utama, yaitu faktor alami seperti iklim, topografi, tanah atau bencana alam dan faktor manusia berupa aktivitas manusia pada sebidang lahan. Faktor manusia dirasakan berpengaruh lebih dominan dibandingkan dengan faktor alam karena sebagian besar perubahan penggunaan lahan disebabkan oleh aktivitas manusia dalam memenuhi kebutuhannya pada sebidang lahan yang spesifik.

Leopold dan Dunne (1978 dalam Sudadi et al, 1991) menyatakan bahwa secara umum, perubahan penggunaan lahan pada DAS akan merubah: (1) karakteristik aliran sungai, (2) total aliran permukaan, (3) kualitas air dan (4) sifat hidrologi DAS.

Menurut Viessman et al (1977, dalam Sudadi et al, 1991), Perubahan penutupan lahan memberikan pengaruh yang bervariasi terhadap aliran sungai dan karakteristik aliran permukaan suatu DAS. Perubahan penutupan lahan akan mempengaruhi kapasitas infiltrasi tanah dan perubahan penggunaan lahan yang merubah sifat atau ciri vegetasi dapat memberikan dampak penting terhadap waktu dan volume aliran. Lebih lanjut dinyatakan bahwa perubahan penggunaan lahan dapat meningkatkan atau menurunkan volume aliran permukaan serta laju maksimum dan waktu aliran suatu DAS.

2.4 Ruang Terbuka Hijau

Ruang merupakan sesuatu yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Menurut Tarigan (2006), ruang adalah tempat untuk suatu benda/kegiatan atau apabila kosong dapat diisi dengan suatu benda/kegiatan.


(28)

Sedangkan menurut Hakim dan Utomo (2003, dalam Permata, 2010), ruang dibentuk oleh tiga komponen yaitu lantai, dinding dan atap. Ruang disini dapat berupa ruang dalam atau ruang luar, yang mana ruang dalam dibatasi oleh suatu alas, dinding atau tembok dan atap. Sedangkan ruang luar dibatasi oleh alas berupa hamparan tanah, dinding dapat berupa tegakan pohon atau dinding maya dan atapnya dapat berupa kanopi pohon atau langit.

Ruang Terbuka Hijau (RTH) suatu kota adalah ruang-ruang terbuka (open

spaces) di berbagai tempat di suatu wilayah perkotaan yang secara optimal

digunakan sebagai daerah penghijauan dan berfungsi, baik secara langsung maupun tidak langsung, untuk kehidupan dan kesejahteraan manusia (Nurisjah, 1997). Menurut Danoedjo (1990), RTH dapat berupa lahan dengan kepadatan bangunan sangat rendah. Ruang terbuka ini dapat berupa lahan kosong tanpa perkerasan, lahan dengan tanaman dan sebagainya. Pengadaan RTH dalam bentuk-bentuk di atas dimaksudkan agar air hujan dapat meresap ke dalam tanah (mengalami infiltrasi).

2.5 Model

Suatu sistem terdiri atas elemen-elemen yang saling tergantung satu sama lain dan bekerja sama untuk mencapai tujuan tertentu. Proses bekerjanya sangat kompleks sehingga untuk melihat bekerjanya hubungan ini dalam keadaan yang sebenarnya adalah mustahil. Oleh karena itu, hubungan tersebut perlu disederhanakan dengan jalan merangkum ke dalam suatu bentuk tertentu yang disebut model (Gaspersz, 1990).

Model bisa diartikan sebagai penggambaran sesuatu sehingga kita menjadi lebih jelas memahaminya. Model dapat digambarkan dengan diagram dua dimensi, misalnya diagram rantai makanan atau siklus air atau miniatur tiga dimensi seperti maket ataupun model matematika (Teknik Lingkungan ITB, 2007

dalam Permata, 2010). Selanjutnya menurut Hartisari (2007), model disusun dan

digunakan untuk memudahkan dalam pengkajian sistem karena sulit dan hampir tidak mungkin untuk bekerja dalam keadaan sebenarnya. Oleh sebab itu, model hanya memperhitugkan beberapa faktor dalam sistem, dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.


(29)

Menurut Suwarto (2006, dalam Permata, 2010), model didefinisikan sebagai suatu perwakilan atau abstraksi dari sebuah objek atau situasi aktual. Model memperlihatkan hubungan-hubungan langsung maupun tidak langsung serta kaitan timbal balik dalam istilah sebab-akibat. Jadi, model adalah suatu penyederhanaan dari suatu realitas yang kompleks. Model dikatakan lengkap apabila dapat mewakili berbagai aspek dari realitas yang sedang dikaji. Menurut Hartisari (2007), model disusun untuk beberapa tujuan yaitu pemahaman proses yang terjadi dalam sistem, prediksi, serta menunjang pengambilan keputusan.

Berdasarkan acuan waktu, model dapat digolongkan menjadi model statik dan model dinamik. Model statik adalah model yang mengabaikan pengaruh waktu. Biasanya model ini menggambarkan sistem dalam bentuk persamaan matematika. Untuk memperoleh hasil, perhitungan dilakukan cukup satu kali saja dan variabel yang digunakan dalam persamaan merupakan nilai rata-rata. Model dinamik menempatkan waktu sebagai variabel bebas, sehingga model jenis ini menggambarkan dinamika suatu sistem sebagai fungsi dari waktu. Untuk memperoleh hasil, perhitungan dilakukan secara berulang-ulang (iterasi) hingga tercapai nilai kesalahan (error) yang minimal (Teknik Lingkungan ITB, 2007

dalam Permata, 2010). Menurut Suwarto (2006, dalam Pemata, 2010), model

dinamika lebih sulit dan mahal pembuatannya, namun memberikan kekuatan yang lebih tinggi pada analisis dunia nyata.

2.6 Sistem Dinamik

Sistem merupakan gugus atau kumpulan dari kompoen yang saling terkait dan terorganisani dalam rangka mencapai suatu tujuan atau gugus tujuan tertentu. Kajian sistem akan berhadapan dengan permasalahan yang bersifat statik atau dinamik. Permasalahan yang bersifat statik bersifat konstan, sedangkan yang bersifat dinamik selalu berubah menurut waktu. Sistem dinamik merupakan metode yang dapat menggambarkan proses, perilaku, dan kompleksitas dalam sistem (Hartrisari, 2007)

Sistem dinamik adalah suatu model untuk mempelajari dan mengatur sistem-sistem umpan-balik yang kompleks, seperti yang dapat ditemukan pada bisnis dan sistem-sistem sosial lain. Faktanya, sistem dinamik telah digunakan


(30)

untuk memanggil secara praktis setiap jenis dari sistem umpan-balik. Ketika sistem perintah telah diaplikasikan pada tiap jenis situasi, umpan-balik adalah sebagai pendeskripsi yang membedakan. Umpan balik mengacu pada situasi dari X yang mempengaruhi Y dan Y pada gilirannya mempengaruhi X, bisa jadi melewati suatu rantai dari sebab dan akibat (System Dynamics Society, 2007

dalam Permata, 2010).

Metodologi sistem dinamik telah dan sedang berkembang sejak diperkenalkan pertama kali oleh Jay W. Forrester pada dekade lima puluhan, dan berpusat di MIT Amerika Serikat. Sesuai degan namanya, metode ini erat berhubungan dengan pertanyaan-pertanyaan tentang tendensi-tendensi dinamika sistem-sistem yang kompleks, yaitu pola-pola tingkah laku yang dibangkitkan oleh sistem itu dengan bertambahnya waktu. Persoalan yang dapat dengan tepat dimodelkan memggunakan sistem dinamik adalah masalah yang mempunyai sifat dinamis (berubah terhadap waktu) serta struktur fenomenanya mengandung paling sedikit satu struktur umpan balik (Tasrif, 2006 dalam Permata, 2010).

2.7 Sistem Informasi Geografis

Pada dasarnya, istilah Sistem Informasi Geografis (SIG) merupakan gabungan dari tiga unsur pokok: sistem, informasi dan geografis. Dengan melihat unsur-usur pokoknya, maka jelas SIG merupakan salah satu sistem informasi, dengan tambahan unsur ‘geografis’. Atau, SIG merupakan suatu sistem yang menekankan pada unsur ‘informasi geografis’ (Prahasta, 2002).

Pengertian SIG menurut Aronorf (1989, dalam Prahasta, 2002) adalah sistem yang berbasiskan komputer yang digunakan untuk menyimpan dan memanipulasi informasi-informasi geografi. SIG dirancang untuk mengumpulkan, menyimpan dan menganalisis objek-objek dan fenomena dimana lokasi geografi merupakan karakteristik penting atau kritis untuk dianalisis. Dengan demikian, SIG merupakan sistem komputer yang memiliki empat kemampuan berikut dalam menangani data yang bereferensi geografi: (a) masukan, (b) manajemen data (penyimpanan dan pemanggilan data), (c) analisis dan manipulasi data dan (d) keluaran.


(31)

Teknologi SIG mengitegrasikan pengoperasian database seperti pertanyaan dan analisis statistika dengan cara menampilkan secara khas dan menganalisis secara geografis dari suatu peta. Kemampuan ini membedakan SIG dengan sistem informasi lainnya dan menjadikannya lebih bernilai dalam penggunaannya oleh umum ataupun bisnis pribadi yang bertujuan untuk menjelaskan peristiwa yang dianggap penting, memprediksi hasil serta merencanakan strategi (ESRI, 1999

dalam Prahasta, 2002). SIG dapat menyimpan dan menampilkan kembali

infomasi yang diperlukan mengenai sebuah lokasi geografis dengan modifikasi warna, bentuk, ukuran simbol yang dapat memberi pemahaman yang lebih baik mengenai kondisi geografi suatu wilayah.

Secara umum pengertian SIG dapat diartikan sebagai sistem yang mampu mengumpulkan data kebumian yang diperoleh dari berbagai sumber dan menyimpannya dalam suatu database, sehingga dengan mudah data tersebut diperoleh kembali untuk dilakukan analisa maupun manipulasi.

Terdapat empat komponen penting yang saling berkaitan bila bekerja dengan menggunakan SIG, yaitu

1. hardware atau perangkat keras, merupakan wadah berupa komputer untuk

mengoperasikan SIG;

2. software atau perangkat lunak yang berfungsi untuk menganalisis informasi

geografi;

3. data dan metadata. Data geografi dan data tabular dapat diperoleh melalui pengukuran langsung di lapang maupun pembelian melalui agen tertentu SIG akan mengintegrasikan data spasial dengan sumber data lainnya dan kemudian dapat mengatur dan menyimpan data dalam bentuk data spasial maupun non sapasial; dan

4. manusia. Teknologi SIG sangat tidak bernilai jika tidak ada manusia yang dapat mengatur sistem dan membangun rencana untuk mengaplikasikan masalah-masalah yang ada (Prahasta, 2002).

Salah satu aktivitas penting dalam kegiatan SIG adalah pengisian basis data berupa digitasi dan memasukkan angka, kemudian analisa dapat dilakukan setelah basis data tersedia. Pemasukan data ke dalam sistem adalah data input dirubah menjadi format data digital agar dapat disimpan dan dimanipulasi. Data yang akan


(32)

dimasukkan dengan cara digitasi tersebut diperlukan peta dasar yang baku dan dapat dipercaya serta beragam. Secara sederhana SIG dapat digambarkan sebagai penampakan berbagai informasi untuk memenuhi suatu fungsi kriteria tertentu.

Data SIG berupa data digital yang berformat raster dan vektor. Sumber data digital yang berupa citra satelit atau data foto udara serta foto udara yang terdigitasi atau berupa peta dasar terdigitasi. Foto udara digital dan citra satelit digunakan secara saling melengkapi. Citra Landsat EMT+ merupakan contoh data citra digital yang berformat raster.


(33)

III METODOLOGI

3.1 Lokasi dan Waktu

Penelitian dilakukan pada Daerah Aliran Sungai (DAS) Ciliwung bagian hulu yang meliputi wilayah administrasi Kabupaten Bogor dan Kota Bogor (Gambar 5). Penelitian akan dilaksanakan selama enam bulan efektif dimulai dari bulan Juni 2010 sampai dengan Desember 2010.

3.2 Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan pada penelitian ini yaitu berupa data sekunder yang berasal dari instansi-instansi terkait. Jenis data fisik yang diambil berupa data wilayah administrasi, hidrologi, topografi dan data penutupan lahan. Sedangkan data sosial yang digunakan berupa data kependudukan.

Alat yang digunakan berupa kamera digital dan Global Positioning System

(GPS) sebagai alat ukur untuk meninjau ulang data sekunder dengan keadaan


(34)

eksisting di lapang, kalkulator scientific untuk mengolah data serta seperangkat komputer dengan perangkat lunak Microsoft Office 2007, ArcView 3.2, ERDAS

IMAGE 9.1, dan STELLA 9.0.2 untuk mengolah data.

3.3 Tahapan Penelitian

Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode dangan pendekatan sistem dinamik (Listyanti, 2009). Tahapan penelitian dapat dilihat pada gambar 6.

3.3.1 Persiapan

Tahap persiapan merupakan tahapan awal dari penelitian, meliputi penetapan latar belakang, tujuan dan kegunaan penelitian, rencana kerja, persiapan alat dan bahan, perijinan pengambilan data serta menentukan konsep model dalam penelitian ini, yaitu hubungan antara pertumbuhan penduduk terhadap perubahan pemanfaatan ruang dan jumlah aliran permukaan di kawasan hulu DAS Ciliwung.

3.3.2 Pengumpulan Data

Pada tahap ini kegiatan meliputi pengumpulan data dan informasi pembentuk tapak, serta data dan informasi lain yang mempengaruhi tapak. Pengumpulan data dan informasi dilakukan secara langsung melalui survey lapang

(ground check) penutupan lahan di kawasan hulu DAS Ciliwung (data primer) dan

pengumpulan data dan informasi dari instansi-instansi tekait (data sekunder) berupa data fisik dan sosial. Data sekunder yang digunakan adalah data jumlah penduduk, data hidrologi berupa curah hujan dan debit air, peta administrasi wilayah studi, peta penutupan lahan, dan peta topografi. Tabel 1 menunjukkan jenis data yang dikumpulkan termasuk cara pengumpulan dan sumber data.

Gambar 6 Alur Tahapan Penelitian Pengumpulan

Data

Persiapan Analisis


(35)

Tabel 1 Jenis, Cara Pengumpulan, dan Sumber Data.

Jenis Data Pengumpulan

data Sumber Data

Data wilayah administrasi Studi pustaka Bappeda Kabupaten Bogor dan literatur

Data hidrologi (curah hujan dan debit air)

Studi pustaka BPSDA Ciliwung-Cisadane Data penutupan lahan Studi pustaka dan

survei lapang

BPDAS Citarum-Ciliwung, BIOTROP dan literatur Data topografi Studi pustaka dan

survei lapang

Literatur

Data kependudukan Studi pustaka BPS Kabupatan Bogor dan BPS Kota Bogor

3.3.3 Analisis Data

Data yang diperoleh kemudian dianalisis sesuai tujuan yang diinginkan. Analisis dilakukan pada data kependudukan, data penutupan lahan, dan data hidrologi.

1. Jumlah penduduk

Data kependudukan dianalisis dengan metode ekstrapolasi. Metode ekstrapolasi adalah melihat kecenderungan pertumbuhan penduduk di masa lalu dan melanjutkan kecenderungan tersebut untuk masa yang akan datang sebagai proyeksi. Metode ekstrapolasi mengansumsikan laju pertumbuhan penduduk di masa lalu akan berlanjut di masa yang akan datang (Tarigan, 2006). Metode ini dapat dibagi dua, yaitu teknik grafis dan metode trend. Pada penelitian ini metode ekstrapolasi yang digunakan adalah metode trend. Rumus dari metode trend adalah

Log Pt = Log α + T.Log β dengan : Pt = jumlah penduduk pada tahun proyeksi t

α = intercept (penduduk pada tahun dasar)

β = koefisien laju pertumbuhan penduduk T = periode waktu proyeksi

Hasil analisis data kependudukan ditabulasi untuk memperlihatkan laju pertumbuhan penduduk di wilayah Sub DAS Hulu Ciliwung.


(36)

2. Penutupan lahan

Data penutupan lahan ditabulasi berdasarkan klasifikasi penutupan lahan agar dapat diketahui perubahan penutupan lahannya. Data penutupan lahan yang dianalisis adalah data penutupan lahan dari tahun 1994 - 2010, hasil analisis ditabulasi untuk melihat perubahannya dari tahun ke tahun. Data penutupan lahan didapat dengan cara mengolah citra Landsat kawasan hulu DAS Ciliwung

(Landsat 7 EMT+, Patch/Row : 122/065) tahun 2005, foto udara tahun 2010

yang diunduh dari http:\\www.wikimapia.org dan peta penutupan lahan kawasan hulu DAS Ciliwung tahun 1994 dan 2001 hasil penelitian Janudianto (2004).

Citra Landsat merupakan data digital dengan format raster dengan ketelitian satu piksel mewakili 30m² pada luas sebenarnya. Proses pengolahan citra Landsat dimulai dengan menyatukan saluran warna (band) dan selanjutnya dilakukan koreksi geometri. Tahap tersebut dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak ERDAS IMAGINE 9.1. Selanjutnya dilakukan interpretasi dan digitasi tiap jenis penutupan lahan dengan menggunakan perangkat lunak

ArcView 3.2. proses digitasi dilakukan secara onscreen.

Pengolahan foto udara tahun 2010 juga dilakukan dengan cara koreksi geometri, interpretasi dan digitasi. Seluruh tahap tersebut dilakukan dengan bantuan perangkat lunak ArcView 3.2.

3. Komponen hidrologi

Data curah hujan dan debit sungai Ciliwung diperoleh dari Balai Pendayagunaan Sumber Daya Air (BPSDA) wilayah sungai Ciliwung-Cisadane. Komponen hidrologi berupa data curah hujan dan debit aliran digunakan untuk menentukan nilai koefisien aliran permukaan (C). Koefisien aliran permukaan menunjukkan kemampuan lahan dalam menginfiltrasi curah hujan yang jatuh untuk mempertahankan kualitas lingkungannya. Selanjutnya data tersebut ditabulasi dan dibuat grafik untuk melihat perubahannya dari tahun ke tahun.


(37)

3.3.4 Pemodelan

Pemodelan dilakukan untuk mengetahui pengaruh hubungan antara perubahan penggunaan ruang terhadap koefisien aliran permukaan menggunakan sistem dinamik. Menurut Hartrisari (2007), metodologi dalam sistem dinamik yaitu:

1. Analisis kebutuhan

Kebutuhan dari penduduk adalah ruang kehidupan, seperti tempat tinggal, sarana sosial, ekonomi dan lain-lain. Sedangkan pemerintah harus menjaga ketersediaan ruang terbuka hijau sebagai daerah resapan air di kawasan hulu DAS Ciliwung.

2. Formulasi masalah

Pengalihfungsian RTH berhubungan dengan pertambahan penduduk dari tahun ke tahun. Perubahan luas RTH akan mempengaruhi kemampuan infiltrasi di kawasan hulu DAS Ciliwung. Kemampuan infiltrasi lahan dapat dilihat dari koefisien aliran permukaan yang merupakan perbandingan debit aliran terhadap curah hujan

3. Identifikasi sistem

Berdasarkan mekanisme sistem yang diketahui, maka ruang lingkup model hanya dibatasi terkait dengan hubungan antara jumlah penduduk, luas RTH dan nilai koefisien aliran permukaan. Pendekatan yang digunakan adalah dengan menyusun diagram lingkar sebab-akibat (causal loop diagram). Gambar 7 merupakan gambar struktur model causal loop berdasar hubungan antara jumlah penduduk, luas RTH dan nilai koefisien aliran permukaan.

4. Pemodelan sistem

Berdasarkan causal loop tersebut, diketahui bahwa jumlah penduduk mempengaruhi tiap jenis RTH. Sementara luas RTH mempengaruhi nilai koefisien aliran permukaan. Dari hubungan tersebut akan dibuat suatu persamaan fungsi. Persamaan matematik yang memungkinkan kita meramal nilai-nilai satu atau variabel tak bebas dari nilai-nilai satu atau lebih variabel bebas disebut persamaan regresi (Walpole, 1995).


(38)

Gambar 7 Struktur Model Causal Loop

Sebelum membuat persamaan, perlu dibuat diagram pencar untuk melihat derajat korelasi antara variabel bebas (X) dan variabel terkait (Y). Berdasarkan Walpole (1995), analisis korelasi mecoba mengukur kekuatan hubungan antara dua variabel melalui sebuah bilangan yang disebut koefisien korelasi. Koefisien korelasi linear merupakan ukuran hubungan linear antara dua variabel acak X dan Y, dan dilambangkan dengan r. Jadi, r mengukur sejauh mana titik-titik menggerombol sekitar sebuah garis lurus.

Selanjutnya menurut Walpole, jika titik-titik memggerombol mengikuti sebuah garis lurus dengan kemiringan positif, maka ada korelasi positif yang tinggi antara kedua variabel. Namun, jika titik-titik menggerombol megikuti sebuah garis dengan kemiringan negatif, maka antara kedua variabel itu terdapat korelasi negatif yang tinggi. Korelasi antara variabel semakin menurun secara numerik dengan semakin memencarnya dan menjauhnya titik-titik dari suatu garis lurus. Hubungan linear sempuna antara nilai X dan Y dalam contoh, apabila r = +1 atau r = -1. Rumus koefisien korelasi linear (r) yaitu

Jumlah

Penduduk RTH

Hutan Kebun Campuran Kebun Teh Sawah/ Tegalan Lahan Terbuka (-) (-) (-) (-) (+) (-) (+) (-) Laju Pertumbuhan Penduduk Koefisien Aliran Permukaan


(39)

r =

( )( )

− y)² ( -² ²][ ) ( ²

[n x x n y

y x xy

n

Kemudian berdasarkan Walpole, hubungan X dan Y tersebut dinyatakan secara matematik dengan sebuah persamaan garis lurus yang disebut garis regresi linear. Persamaan garis lurus tersebut adalah

ŷ = a + bx

pada rumus di atas, a dan b dapat dihitung sebagai berikut

a = y – bx

dan

b =

( )( )

( )

² x -² x n y x xy n

berdasarkan causal loop tersebut, diketahui bahwa hubungan antar jumlah penduduk dengan tiap jenis RTH, jumlah penduduk dengan luas RTH secara keseluruhan serta luas RTH dengan koefisien aliran permukaan. Dari hubungan tersebut akan dibuat suatu persamaan fungsi.

5. Validasi dan uji model

Berdasarkan data jumlah penduduk dan luas tiap jenis RTH tahun 1994 hingga tahun 2010 diperoleh laju pertumbuhan penduduk per tahun dan koefisien laju desakan luas tiap jenis RTH akibat penambahan jumlah penduduk. Nilai-nilai laju tersebut digunakan dalam simulasi model. Selanjutnya, nilai-nilai laju tersebut serta persamaan regresi linear luas RTH dengan nilai koefisien aliran permukaan diaplikasikan ke dalam model simulasi dengan bantuan

STELLA 9.0.2. tahapan simulasi model yang dilakukan yaitu

a. membuat model simulasi;

b. memasukkan nilai koefisien dari fungsi persamaan pada model simulasi tersebut dengan lima skenario;

c. membuat simulasi model untuk 25 tahun ke depan; d. memilih skenario terbaik atau paling ideal.

Terdapat enam skenario untuk memprediksi keadaan pada 25 tahun mendatang. Dari keenam skenario tersebut akan dianalisis secara deskriptif untuk menentukan skenario terbaik sebagai dasar pertimbangan rekomendasi kebijakan. Keenam skenario tersebut adalah


(40)

a. Skenario 1, merupakan skenario agresif. Pada skenario 1, diasumsikan bahwa penambahan jumlah penduduk di kawasan hulu DAS Ciliwung dengan laju pertumbuhan penduduk 2,91 %, akan mendesak semua jenis RTH. Jadi, setiap jenis RTH akan mengalami konversi penutupan lahan akibat desakan dari penambahan ruang terbangun.

b. Skenario 2, merupakan skenario semi-agresif. Pada Skenario 2, laju pertumbuhan penduduk di kawasan hulu DAS Ciliwung diasumsikan diturunkan menjadi 2,5% dan luas hutan diproteksi sesuai dengan RTRW Kabupaten Bogor 2005-2025, sehingga luas hutan tetap dari tahun ke tahun sebesar 3.042,17 Ha. Penambahan ruang terbangun hanya akan mendesak kebun campuran, kebun teh, lahan terbuka dan sawah/tegalan.

c. Skenario 3, merupakan bentuk skenario dengan konsep konservasi. Pada skenario 3, diasumsikan bahwa laju pertumbuhan penduduk diturunkan secara drastis hingga hanya 1% dan luas RTH jenis hutan, kebun campuran, kebun teh dan sawah/tegalan diproteksi, sehingga penambahan luas ruang terbangun hanya akan mendesak lahan terbuka atau dengan kata lain, pengurangan luas RTH seluruhnya dibebankan pada lahan terbuka.

d. Skenario 4, merupakan pengembangan dari skenario 2. Pada skenario ini diasumsikan laju pertumbuhan penduduk diturunkan lagi menjadi 2%. Luas hutan tetap diproteksi sesuai dengan RTRW Kabupaten Bogor 2005-2025, sehingga penambahan ruang terbangun hanya akan mendesak kebun campuran, kebun teh, lahan terbuka dan sawah/tegalan.

e. Skenario 5, merupakan bentuk pengembangan dari skenario 4. Pada skenario ini diasumsikan laju pertumbuhan penduduk sama dengan skenario 4 yaitu sebesar 2%. Selain hutan, luas kebun teh dan sawah/tegalan juga diproteksi dengan pertimbangan pertanian merupakan salah satu mata pencaharian utama bagi penduduk di kawasan hulu DAS Ciliwung ini. Sehingga, luas hutan, kebun teh dan sawah/tegalan tetap dari tahun ke tahun dan penambahan luas ruang terbangun hanya akan mendesak luas kebun campuran dan lahan terbuka.

f. Skenario 6, merupakan bentuk pengembangan dari skenario 5. Pada skenario ini diasumsikan hutan, kebun teh dan sawah/tegalan tetap


(41)

diproteksi. Laju pertumbuhan penduduk diturunkan lagi menjadi 1,5% dengan harapan penambahan luas ruang terbangun tidak terlalu besar sehingga luas kebun campuran dan lahan terbuka dapat dipertahankan hingga tahun akhir skenario.

6. Rencana alternatif kebijakan

Berdasarkan hasil pada tahapan sebelumnya, rencana alternatif kebijakan dibuat berdasarkan skenario terbaik, guna meringankan masalah yang terkait dengan jumlah penduduk, luas RTH serta kualitas lingkungan sebagai daerah konservasi air.

3.3.5 Penyusunan Rekomendasi

Berdasarkan hasil pada tahapan sebelumnya, rencana alternatif kebijakan dibuat berdasarkan skenario terbaik guna meringankan masalah yang terkait dengan jumlah penduduk, luas RTH serta kualitas lingkungan.

3.4 Batasan Studi

Penelitian ini difokuskan pada kawasan hulu DAS Ciliwung. Penekanan pengkajian permasalahan penelitian pada aspek kependudukan, aspek penutupan lahan dan aspek kualitas hidrologi dengan asumsi adanya variabel waktu sehingga dipergunakan sistem dinamik. Aspek kualitas hidrologi yang digunakan adalah nilai koefisien aliran permukaan yaitu perbandingan debit aliran yang dihasilkan dan curah hujan yang diterima sebagai parameter kemampuan lahan dalam meresapkan air.

Pada dasarnya, masing-masing tipe penutupan lahan memiliki kemampuan meresapkan air yang berbeda-beda. Namun pada penelitian ini, perubahan nilai koefisien aliran permukaan hanya dihitung berdasarkan perubahan luas ruang terbuka hijau secara keseluruhan.


(42)

IV KONDISI UMUM

4.1 Aspek Fisik

4.1.1 Wilayah Administrasi

Daerah Aliran Sungai (DAS) Ciliwung secara geografis terletak pada 6º 05’ 51” - 6º 46’ 12” Lintang Selatan (LS) dan 106º 47’ 09” - 107º 0’ 0” Bujur Timur (BT). Wilayah DAS Ciliwung di sebelah Barat dibatasi oleh DAS Cisadane dan di sebelah Timur dibatasi DAS Citarum dengan bagian hulu di sebelah Selatan yaitu berada di Gunung Gede-Pangrango dan bermuara di Teluk Jakarta. Luas wilayah DAS Ciliwung berdasarkan peta Batas DAS Ciliwung adalah seluas 49.033 Ha. Wilayah DAS Ciliwung secara administratif berada pada delapan Kabupaten/Kota, yaitu Kabupaten Bogor, Kota bogor, Kota Depok, Kota Jakarta Selatan, Kota Jakarta Barat, Kota Jakarta Pusat, Kota Jakarta Timur dan Kota Jakarta Utara.

Sungai Ciliwung mengalir dari arah Selatan menuju Utara, melintasi Wilayah Provinsi Jawa Barat (Kabupaten Bogor, Kota Bogor dan Kota Depok) dan Provinsi DKI Jakarta dengan delineasi sebagai berikut

a. bagian hulu DAS Ciliwung mulai dari hulu sampai Stasiun Pengamat Arus Sungai (SPAS) Katulampa di Kecamatan Bogor Timur;

b. bagian tengah DAS Ciliwung mulai dari SPAS Katulampa hingga SPAS Ratujaya meliputi wilayah Kota bogor dan Kota Depok;

c. bagian hilir sampai dengan Pintu Air Manggarai, termasuk dalam wilayah administrasi pemerintahan Kota Jakarta Selatan dan Jakarta Pusat. Lebih ke hilir dari Pintu Air Manggarai, termasuk saluran buatan Kanal Banjir Barat dan Kanal Banjir Timur. Sungai Ciliwung ini melintasi wilayah Kota Jakarta Pusat, Jakarta Barat, Jakarta Timur dan Jakarta utara.

Penelitian dilakukan di kawasan hulu DAS Ciliwung yang terletak pada koordinat geografis 6º 37’ 48” - 6º 46’ 12” LS dan 106º 49’ 48” - 107º 0’ 0” BT. luas daerah penelitian adalah 15.191 Ha, yang meliputi wilayah Kabupaten Bogor dan Kota Bogor. Pada kabupaten Bogor mencakup beberapa kecamatan yaitu Kecamatan Ciawi, Kecamatan Cisarua, Kecamatan Megamendung, Kecamatan


(43)

Sukaraja, Kecamatan Babakan Madang dan kecamatan Sukamakmur. Sedangkan pada Kota Bogor hanya mencakup Kecamatan Bogor Timur.

4.1.2 Morfometri

Bentuk DAS Hulu Ciliwung secara keseluruhan adalah menyerupai kipas dengan bentuk topografi umumnya bergelombang dan bentuk lereng yang agak terjal, dengan aliran air turbulen dan mengalir sepanjang tahun. Anak-anak sungai yang mengalir ke sungai utama dari bagian kiri dan kanan terkonsentrasi ke suatu titik di sekitar Katulampa, dengan bentuk outlet menyerupai leher botol.

Gambar 8 (a) dan (b) Anak Sungai Ciliwung; (c) Sungai Ciliwung; (d) Bendung Katulampa (Outlet Kawasan hulu DAS Ciliwung)

Sub DAS yang terdapat di DAS Ciliwung Hulu adalah (1) Sub DAS Tugu, dengan anak sungai diantaranya Cilember, Cimandala, Cimegamendung, Cikoneng, Cicambana, Cicameang dan Cisampai; (2) Sub DAS Cisarua, dengan anak sungai, Citeko, Cisarua dan Cijulung; (3) Sub DAS Cibogo; (4) Sub DAS Cisukabirus; (5) Sub DAS Ciesek, dengan anak sungai pada ketiga Sub DAS tersebut adalah Cinangka, Cirangrang, Ciguntur, Ciesek dan Cipasepaban; (6) Sub

(a) (b)


(44)

DAS Ciseuseupan, dengan anak sungai antara lain, Cigadog, Cijambe dan Ciseureupan; dan (7) Sub DAS Katulampa.

Tabel 2 Parameter Morfometri DAS Ciliwung Hulu.

No. Nama Sub DAS Luas (Ha) Panjang Sungai (m) Kemiringan Sungai (%) Kemiringan DAS (%)

1. Tugu 5.028 10.450 16 36

2. Cisarua 1.522 11.500 15 32

3. Cibogo 1.843 10.500 14 34

4. Cisukabirus 2.429 12.330 15 34

5. Ciesek 2.453 10.200 13 36

6. Ciseuseupan 1.120 9.500 13 31

7. Katulampa 401 5.000 13 25

Sumber: BPDAS Citarum-Ciliwung

4.1.3 Topografi

Berdasarkan bentuk topografinya, wilayah DAS Ciliwung bagian Hulu bervariasi antara bentuk datar, landai, agak curam sampai dengan sangat curam. Pembagian wilayah DAS Ciliwung Hulu berdasarkan topografi dan bentuk wilayah diklasifikasikan ke dalam bentuk kelas lereng seperti dapat dilihat pada tabel 3. Wilayah dengan kelerengan 0-15% menyebar di bagian tengah dan barat Wilayah DAS sedangkan kelerengan lebih dari 15% menyebar di bagian Utara, Timur dan Selatan DAS. Ketinggian lokasi mulai dari 400 m dpl sampai dengan 2.640 m dpl.

Tabel 3 Klasifikasi Luas Kawasan Hulu DAS Ciliwung Berdasarkan Kelas Kelerengan Lahan.

No Kelas kelerengan

(%) Keterangan

Luas (%)

1 0 – 8 Datar 35,34

2 8 – 15 Landai 21,26

3 15 – 25 Agak Curam 17,95

4 25 – 40 Curam 12,77

5 > 40 Sangat Curam 12,68


(45)

30

 


(46)

31

 


(1)

Lampiran 1. Tabel Hasil Simulasi Model Skenario 1

Tahun ke-

Penduduk Hutan Kebun Campuran Kebun Teh Lahan Terbuka Sawah/Tegalan RTH

C

jumlah penambahan laju Luas Pengurangan Luas Pengurangan Luas Pengurangan Luas Pengurangan Luas Pengurangan Luas Pengurangan

0 254.892,00 7.417,36 0,03 3.042,17 60,527 1.592,83 5,467 3.001,26 67,807 1,93 1,93 2.895,74 21,927 10.533,93 157,66 0,12

1 262.309,36 7.633,20 0,03 2.981,64 62,783 1.587,36 6,125 2.933,45 70,279 0 0 2.873,81 23,064 10.376,27 162,25 0,13

2 269.942,56 7.855,33 0,03 2.918,86 64,609 1.581,24 6,303 2.863,17 72,323 0 0 2.850,75 23,735 10.214,02 166,97 0,14

3 277.797,89 8.083,92 0,03 2.854,25 66,490 1.574,93 6,487 2.790,85 74,428 0 0 2.827,01 24,426 10.047,04 171,83 0,14

4 285.881,81 8.319,16 0,03 2.787,76 68,424 1.568,45 6,675 2.716,42 76,594 0 0 2.802,59 25,136 9.875,21 176,83 0,15

5 294.200,97 8.561,25 0,03 2.719,34 70,417 1.561,77 6,870 2.639,83 78,824 0 0 2.777,45 25,868 9.698,38 181,98 0,16

6 302.762,22 8.810,38 0,03 2.648,92 72,464 1.554,90 7,069 2.561,00 81,116 0 0 2.751,58 26,620 9.516,40 187,27 0,17

7 311.572,60 9.066,76 0,03 2.576,46 74,573 1.547,83 7,275 2.479,89 83,477 0 0 2.724,96 27,395 9.329,13 192,72 0,18

8 320.639,36 9.330,61 0,03 2.501,88 76,744 1.540,56 7,487 2.396,41 85,907 0 0 2.697,57 28,193 9.136,40 198,33 0,19

9 329.969,96 9.602,13 0,03 2.425,14 78,976 1.533,07 7,705 2.310,51 88,406 0 0 2.669,38 29,013 8.938,07 204,10 0,20

10 339.572,09 9.881,55 0,03 2.346,16 81,275 1.525,37 7,929 2.222,10 90,979 0 0 2.640,36 29,857 8.733,97 210,04 0,20

11 349.453,64 10.169,10 0,03 2.264,89 83,639 1.517,44 8,160 2.131,12 93,625 0 0 2.610,51 30,726 8.523,93 216,15 0,21

12 359.622,74 10.465,02 0,03 2.181,25 86,073 1.509,28 8,397 2.037,50 96,350 0 0 2.579,78 31,620 8.307,77 222,44 0,22

13 370.087,76 10.769,55 0,03 2.095,18 88,580 1.500,88 8,642 1.941,15 99,157 0 0 2.548,16 32,541 8.085,33 228,92 0,23

14 380.857,31 11.082,95 0,03 2.006,59 91,158 1.492,24 8,893 1.841,99 102,041 0 0 2.515,62 33,487 7.856,41 235,58 0,25

15 391.940,26 11.405,46 0,03 1.915,44 93,808 1.483,35 9,152 1.739,95 105,009 0 0 2.482,13 34,461 7.620,83 242,43 0,26

16 403.345,72 11.737,36 0,03 1.821,63 96,540 1.474,19 9,418 1.634,94 108,067 0 0 2.447,67 35,465 7.378,40 249,49 0,27

17 415.083,08 12.078,92 0,03 1.725,09 99,349 1.464,78 9,692 1.526,87 111,211 0 0 2.412,20 36,497 7.128,91 256,75 0,28

18 427.162,00 12.430,41 0,03 1.625,74 102,240 1.455,08 9,974 1.415,66 114,447 0 0 2.375,71 37,559 6.872,16 264,22 0,29

19 439.592,42 12.792,14 0,03 1.523,50 105,216 1.445,11 10,265 1.301,21 117,778 0 0 2.338,15 38,652 6.607,94 271,91 0,30

20 452.384,55 13.164,39 0,03 1.418,28 108,276 1.434,84 10,563 1.183,44 121,204 0 0 2.299,50 39,776 6.336,03 279,82 0,32

21 465.548,95 13.547,47 0,03 1.310,01 111,430 1.424,28 10,871 1.062,23 124,734 0 0 2.259,72 40,935 6.056,21 287,97 0,33

22 479.096,42 13.941,71 0,03 1.198,58 114,669 1.413,41 11,187 937,50 128,360 0 0 2.218,79 42,125 5.768,24 296,34 0,34

23 493.038,13 14.347,41 0,03 1.083,91 118,008 1.402,22 11,513 809,14 132,098 0 0 2.176,66 43,351 5.471,90 304,97 0,36

24 507.385,53 14.764,92 0,03 965,90 121,440 1.390,71 11,847 677,04 135,940 0 0 2.133,31 44,612 5.166,93 313,84 0,37

Final 522.150,45 0,03 844,46 1.378,86 541,10 0 2.088,70 4.853,08 0,38

Keterangan: Warna Tebal Menunjukkan Umur Pencapaian Simulasi Optimal


(2)

Lampiran 2. Tabel Hasil Simulasi Model Skenario 2

Tahun ke-

Penduduk Hutan Kebun Campuran Kebun Teh Lahan Terbuka Sawah/Tegalan RTH

C

jumlah penambahan laju Luas Penguranga

n Luas Pengurangan Luas Pengurangan Lua

s Pengurangan Luas Pengurangan Luas Pengurangan

0 254.892,00 6.372,30 0,025 3.042,17 0 1.592,83 21,946 3.001,26 75,496 1,93 1,93 2.895,74 36,086 10.533,93 135,45 0,12

1 261.264,30 6.531,61 0,025 3.042,17 0 1.570,88 23,149 2.925,76 78,046 0 0 2.859,65 37,644 10.398,48 138,84 0,13

2 267.795,91 6.694,90 0,025 3.042,17 0 1.547,74 23,727 2.847,72 79,997 0 0 2.822,01 38,584 10.259,64 142,31 0,13

3 274.490,81 6.862,27 0,025 3.042,17 0 1.524,01 24,319 2.767,72 81,992 0 0 2.783,43 39,547 10.117,34 145,86 0,14

4 281.353,08 7.033,83 0,025 3.042,17 0 1.499,69 24,928 2.685,73 84,044 0 0 2.743,88 40,537 9.971,47 149,51 0,15

5 288.386,90 7.209,67 0,025 3.042,17 0 1.474,76 25,551 2.601,69 86,146 0 0 2.703,34 41,551 9.821,96 153,25 0,15

6 295.596,57 7.389,91 0,025 3.042,17 0 1.449,21 26,190 2.515,54 88,299 0 0 2.661,79 42,589 9.668,71 157,08 0,16

7 302.986,49 7.574,66 0,025 3.042,17 0 1.423,02 26,845 2.427,24 90,508 0 0 2.619,20 43,655 9.511,63 161,01 0,17

8 310.561,15 7.764,03 0,025 3.042,17 0 1.396,17 27,515 2.336,73 92,768 0 0 2.575,55 44,744 9.350,63 165,03 0,18

9 318.325,18 7.958,13 0,025 3.042,17 0 1.368,66 28,204 2.243,96 95,090 0 0 2.530,80 45,864 9.185,59 169,16 0,18

10 326.283,31 8.157,08 0,025 3.042,17 0 1.340,46 28,909 2.148,87 97,468 0 0 2.484,94 47,011 9.016,44 173,39 0,19

11 334.440,39 8.361,01 0,025 3.042,17 0 1.311,55 29,631 2.051,40 99,901 0 0 2.437,93 48,185 8.843,05 177,72 0,20

12 342.801,40 8.570,04 0,025 3.042,17 0 1.281,91 30,371 1.951,50 102,398 0 0 2.389,74 49,389 8.665,33 182,16 0,21

13 351.371,44 8.784,29 0,025 3.042,17 0 1.251,54 31,132 1.849,11 104,961 0 0 2.340,35 50,625 8.483,16 186,72 0,22

14 360.155,72 9.003,89 0,025 3.042,17 0 1.220,41 31,910 1.744,14 107,586 0 0 2.289,73 51,891 8.296,44 191,39 0,22

15 369.159,62 9.228,99 0,025 3.042,17 0 1.188,50 32,707 1.636,56 110,273 0 0 2.237,84 53,187 8.105,06 196,17 0,23

16 378.388,61 9.459,72 0,025 3.042,17 0 1.155,79 33,526 1.526,29 113,033 0 0 2.184,65 54,519 7.908,89 201,08 0,24

17 387.848,32 9.696,21 0,025 3.042,17 0 1.122,27 34,363 1.413,25 115,855 0 0 2.130,13 55,880 7.707,81 206,10 0,25

18 397.544,53 9.938,61 0,025 3.042,17 0 1.087,90 35,223 1.297,40 118,756 0 0 2.074,25 57,279 7.501,71 211,26 0,26

19 407.483,14 10.187,08 0,025 3.042,17 0 1.052,68 36,104 1.178,64 121,724 0 0 2.016,97 58,710 7.290,45 216,54 0,27

20 417.670,22 10.441,76 0,025 3.042,17 0 1.016,58 37,006 1.056,92 124,765 0 0 1.958,26 60,177 7.073,92 221,95 0,28

21 428.111,98 10.702,80 0,025 3.042,17 0 979,57 37,931 932,15 127,885 0 0 1.898,08 61,682 6.851,97 227,5 0,29

22 438.814,78 10.970,37 0,025 3.042,17 0 941,64 38,880 804,27 131,083 0 0 1.836,40 63,224 6.624,47 233,19 0,30

23 449.785,15 11.244,63 0,025 3.042,17 0 902,76 39,852 673,19 134,360 0 0 1.773,18 64,805 6.391,28 239,02 0,31

24 461.029,77 11.525,74 0,025 3.042,17 0 862,91 40,847 538,83 137,716 0 0 1.708,37 66,424 6.152,27 244,99 0,32

Final 472.555,52 0,025 3.042,17 822,06 401,11 0 1.641,95 5.907,27 0,34

Keterangan: Warna Tebal Menunjukkan Umur Pencapaian Simulasi Optimal


(3)

Lampiran 3. Tabel Hasil Simulasi Model Skenario 3

Tahun ke-

Penduduk Hutan Kebun Campuran Kebun Teh Lahan Terbuka Sawah/Tegalan RTH

C

jumlah penambahan laju Luas Pengurangan Luas Pengurangan Luas Pengurangan Luas Pengurangan Luas Pengurangan Luas Pengurangan

0 254.892,00 2.548,92 0.01 3.042,17 0 1.592,83 0 3.001,26 0  1,93 1,93 2.895,74 0 10.533,93 54,18 0,12

1 257.440,92 2.574,41 0,01  3.042,17 0 1.592,83 0 3.001,26 0  0 0 2.895,74 0 10.479,75 54,72 0,12

2 260.015,33 2.600,15 0,01  3.042,17 0 1.592,83 0 3.001,26 0  0 0 2.895,74 0 10.425,03 55,27 0,13

3 262.615,48 2.626,15 0,01  3.042,17 0 1.592,83 0 3.001,26 0  0 0 2.895,74 0 10.369,76 55,82 0,13

4 265.241,64 2.652,42 0,01  3.042,17 0 1.592,83 0 3.001,26 0  0 0 2.895,74 0 10.313,94 56,38 0,13

5 267.894,05 2.678,94 0,01  3.042,17 0 1.592,83 0 3.001,26 0  0 0 2.895,74 0 10.257,56 56,94 0,13

6 270.572,99 2.705,73 0,01  3.042,17 0 1.592,83 0 3.001,26 0  0 0 2.895,74 0 10.200,61 57,51 0,14

7 273.278,72 2.732,79 0,01  3.042,17 0 1.592,83 0 3.001,26 0  0 0 2.895,74 0 10.143,10 58,09 0,14

8 276.011,51 2.760,12 0,01  3.042,17 0 1.592,83 0 3.001,26 0  0 0 2.895,74 0 10.085,01 58,67 0,14

9 278.771,63 2.787,72 0,01  3.042,17 0 1.592,83 0 3.001,26 0  0 0 2.895,74 0 10.026,34 59,26 0,14

10 281.559,34 2.815,59 0,01  3.042,17 0 1.592,83 0 3.001,26 0  0 0 2.895,74 0 9.967,09 59,85 0,15

11 284.374,94 2.843,75 0,01  3.042,17 0 1.592,83 0 3.001,26 0  0 0 2.895,74 0 9.907,24 60,45 0,15

12 287.218.69 2.872,19 0,01  3.042,17 0 1.592,83 0 3.001,26 0  0 0 2.895,74 0 9.846,79 61,05 0,15

13 290.090,87 2.900,91 0,01  3.042,17 0 1.592,83 0 3.001,26 0  0 0 2.895,74 0 9.785,74 61,66 0,16

14 292.991,78 2.929,92 0,01  3.042,17 0 1.592,83 0 3.001,26 0  0 0 2.895,74 0 9.724,08 62,28 0,16

15 295.921,70 2.959,22 0,01  3.042,17 0 1.592,83 0 3.001,26 0  0 0 2.895,74 0 9.661,80 62,90 0,16

16 298.880,92 2.988,81 0,01  3.042,17 0 1.592,83 0 3.001,26 0  0 0 2.895,74 0 9.598,90 63,53 0,16

17 301.869,73 3.018,70 0,01  3.042,17 0 1.592,83 0 3.001,26 0  0 0 2.895,74 0 9.535,37 64,17 0,17

18 304.888,42 3.048,88 0,01  3.042,17 0 1.592,83 0 3.001,26 0  0 0 2.895,74 0 9.471,21 64,81 0,17

19 307.937,31 3.079,37 0,01  3.042,17 0 1.592,83 0 3.001,26 0  0 0 2.895,74 0 9.406,40 65,46 0,17

20 311.016,68 3.110,17 0,01  3.042,17 0 1.592,83 0 3.001,26 0  0 0 2.895,74 0 9.340,94 66,11 0,18

21 314.126,85 3.141,27 0,01  3.042,17 0 1.592,83 0 3.001,26 0  0 0 2.895,74 0 9.274,83 66,77 0,18

22 317.268,11 3.172,68 0,01  3.042,17 0 1.592,83 0 3.001,26 0  0 0 2.895,74 0 9.208,06 67,44 0,18

23 320.440,80 3.204,41 0,01  3.042,17 0 1.592,83 0 3.001,26 0  0 0 2.895,74 0 9.140,62 68,11 0,19

24 323.645,20 3.236,45 0,01 3.042,17 0 1.592,83 0 3.001,26 0  0 0 2.895,74 0 9.072,51 68,79 0,19

Final 326.881,66 0,01 3.042,17 1.592,83 3.001,26 0 2.895,74 9.003,72 0,19

Keterangan: Warna Tebal Menunjukkan Umur Pencapaian Simulasi Optimal


(4)

Lampiran 4. Tabel Hasil Simulasi Model Skenario 4

Tahun ke-

Penduduk Hutan Kebun Campuran Kebun Teh Lahan Terbuka Sawah/Tegalan RTH

C

jumlah penambahan laju Luas Pengurangan Luas Pengurangan Luas Pengurangan Luas Pengurangan Luas Pengurangan Luas Pengurangan

0 254.892,00 5.097,84 0,02 3.042,17 0 1.592,83 17,423 3.001,26 60,273 1,93 1,93 2.895,74 28,733 10.533,93 108,36 0,12

1 259.989,84 5.199,80 0,02 3.042,17 0 1.575,41 18,429 2.940,99 62,132 0 0 2.867,01 29,968 10.425,57 110,53 0,13

2 265.189,64 5.303,79 0,02 3.042,17 0 1.556,98 18,797 2.878,85 63,374 0 0 2.837,04 30,567 10.315,04 112,74 0,13

3 270.493,43 5.409,87 0,02 3.042,17 0 1.538,18 19,172 2.815,48 64,639 0 0 2.806,47 31,177 10.202,31 114,99 0,14

4 275.903,30 5.518,07 0,02 3.042,17 0 1.519,01 19,556 2.750,84 65,932 0 0 2.775,29 31,801 10.087,31 117,29 0,14

5 281.421,36 5.628,43 0,02 3.042,17 0 1.499,45 19,947 2.684,91 67,253 0 0 2.743,49 32,438 9.970,02 119,64 0,15

6 287.049,79 5.741,00 0,02 3.042,17 0 1.479,50 20,346 2.617,65 68,597 0 0 2.711,05 33,086 9.850,38 122,03 0,15

7 292.790,79 5.855,82 0,02 3.042,17 0 1.459,16 20,753 2.549,06 69,968 0 0 2.677,97 33,747 9.728,35 124,47 0,16

8 298.646,60 5.972,93 0,02 3.042,17 0 1.438,40 21,168 2.479,09 71,368 0 0 2.644,22 34,423 9.603,88 126,96 0,16

9 304.619,54 6.092,39 0,02 3.042,17 0 1.417,23 21,591 2.407,72 72,796 0 0 2.609,80 35,111 9.476,92 129,50 0,17

10 310.711,93 6.214,24 0,02 3.042,17 0 1.395,64 22,023 2.334,92 74,252 0 0 2.574,68 35,814 9.347,42 132,09 0,18

11 316.926,16 6.338,52 0,02 3.042,17 0 1.373,62 22,463 2.260,67 75,736 0 0 2.538,87 36,529 9.215,33 134,73 0,18

12 323.264,69 6.465,29 0,02 3.042,17 0 1.351,15 22,914 2.184,93 77,253 0 0 2.502,34 37,261 9.080,60 137,43 0,19

13 329.729,98 6.594,60 0,02 3.042,17 0 1.328,24 23,371 2.107,68 78,794 0 0 2.465,08 38,004 8.943,17 140,17 0,19

14 336.324,58 6.726,49 0,02 3.042,17 0 1.304,87 23,839 2.028,89 80,373 0 0 2.427,07 38,766 8.803,00 142,98 0,20

15 343.051,07 6.861,02 0,02 3.042,17 0 1.281,03 24,316 1.948,51 81,981 0 0 2.388,31 39,542 8.660,02 145,84 0,21

16 349.912,09 6.998,24 0,02 3.042,17 0 1.256,71 24,801 1.866,53 83,617 0 0 2.348,76 40,331 8.514,18 148,75 0,21

17 356.910,34 7.138,21 0,02 3.042,17 0 1.231,91 25,298 1.782,91 85,292 0 0 2.308,43 41,139 8.365,43 151,73 0,22

18 364.048,54 7.280.97 0,02 3.042,17 0 1.206,61 25,803 1.697,62 86,995 0 0 2.267,29 41,960 8.213,70 154,76 0,23

19 371.329,51 7.426,59 0,02 3.042,17 0 1.180,81 26,320 1.610,62 88,738 0 0 2.225,33 42,801 8.058,93 157,86 0,24

20 378.756,10 7.575,12 0,02 3.042,17 0 1.154,49 26,847 1.521,89 90,514 0 0 2.182,53 43,657 7.901,07 161,02 0,24

21 386.331,23 7.726,62 0,02 3.042,17 0 1.127,64 27,384 1.431,37 92,324 0 0 2.138,87 44,530 7.740,06 164,24 0,25

22 394.057,85 7.881,16 0,02 3.042,17 0 1.100,26 27,931 1.339,05 94,168 0 0 2.094,34 45,420 7.575,82 167,52 0,26

23 401.939,01 8.038,78 0,02 3.042,17 0 1.072,33 28,489 1.244,88 96,051 0 0 2.048,92 46,328 7.408,30 170,87 0,27

24 409.977,79 8.199,56 0,02 3.042,17 0 1.043,84 29,059 1.148,83 97,974 0 0 2.002,60 47,255 7.237,43 174,29 0,27

Final 418.177,34 0,02 3.042,17 1.014,78 1.050,85 0 1.955,34 7.063,14 0,28

Keterangan: Warna Tebal Menunjukkan Umur Pencapaian Simulasi Optimal


(5)

Lampiran 5. Tabel Hasil Simulasi Model Skenario 5

Tahun ke-

Penduduk Hutan Kebun Campuran Kebun Teh Lahan Terbuka Sawah/Tegalan RTH

C

jumlah penambahan laju Luas Pengurangan Luas Pengurangan Luas Pengurangan Luas Pengurangan Luas Pengurangan Luas Pengurangan

0 254.892,00 5.097,84 0,02 3.042,17 0 1.592,83 106,43 3.001,26 0 1,93 1,93 2.895,74 0 10.533,93 108,36 0,12

1 259.989,84 5.199,80 0,02 3.042,17 0 1.486,40 110,53 3.001,26 0 0 0 2.895,74 0 10.425,57 110,53 0,13

2 265.189,64 5.303,79 0,02 3.042,17 0 1.375,87 112,74 3.001,26 0 0 0 2.895,74 0 10.315,04 112,74 0,13

3 270.493,43 5.409,87 0,02 3.042,17 0 1.263,13 114,99 3.001,26 0 0 0 2.895,74 0 10.202,31 114,99 0,14

4 275.903,30 5.518,07 0,02 3.042,17 0 1.148,14 117,29 3.001,26 0 0 0 2.895,74 0 10.087,31 117,29 0,14

5 281.421,36 5.628,43 0,02 3.042,17 0 1.030,85 119,64 3.001,26 0 0 0 2.895,74 0 9.970,02 119,64 0,15

6 287.049,79 5.741,00 0,02 3.042,17 0 911,21 122,03 3.001,26 0 0 0 2.895,74 0 9.850,38 122,03 0,15

7 292.790,79 5.855,82 0,02 3.042,17 0 789,18 124,47 3.001,26 0 0 0 2.895,74 0 9.728,35 124,47 0,16

8 298.646,60 5.972,93 0,02 3.042,17 0 664,71 126,96 3.001,26 0 0 0 2.895,74 0 9.603,88 126,96 0,16

9 304.619,54 6.092,39 0,02 3.042,17 0 537,75 129,50 3.001,26 0 0 0 2.895,74 0 9.476,92 129,50 0,17

10 310.711,93 6.214,24 0,02 3.042,17 0 408,25 132,09 3.001,26 0 0 0 2.895,74 0 9.347,42 132,09 0,18

11 316.926,16 6.338,52 0,02 3.042,17 0 276,16 134,73 3.001,26 0 0 0 2.895,74 0 9.215,33 134,73 0,18

12 323.264,69 6.465,29 0,02 3.042,17 0 141,43 137,43 3.001,26 0 0 0 2.895,74 0 9.080,60 137,43 0,19

13 329.729,98 6.594,60 0,02 3.042,17 0 4.00 140,17 3.001,26 0 0 0 2.895,74 0 8.943,17 140,17 0,19

14 336.324,58 6.726,49 0,02 3.042,17 0 0 0 3.001,26 0 0 0 2.895,74 0 8.803,00 142,98 0,20

15 343.051,07 6.861,02 0,02 3.042,17 0 0 0 3.001,26 0 0 0 2.895,74 0 8.660,02 145,84 0,21

16 349.912,09 6.998,24 0,02 3.042,17 0 0 0 3.001,26 0 0 0 2.895,74 0 8.514,18 148,75 0,21

17 356.910,34 7.138,21 0,02 3.042,17 0 0 0 3.001,26 0 0 0 2.895,74 0 8.365,43 151,73 0,22

18 364.048,54 7.280,97 0,02 3.042,17 0 0 0 3.001,26 0 0 0 2.895,74 0 8.213,70 154,76 0,23

19 371.329,51 7.426,59 0,02 3.042,17 0 0 0 3.001,26 0 0 0 2.895,74 0 8.058,93 157,86 0,24

20 378.756,10 7.575,12 0,02 3.042,17 0 0 0 3.001,26 0 0 0 2.895,74 0 7.901,07 161,02 0,24

21 386.331,23 7.726,62 0,02 3.042,17 0 0 0 3.001,26 0 0 0 2.895,74 0 7.740,06 164,24 0,25

22 394.057,85 7.881,16 0,02 3.042,17 0 0 0 3.001,26 0 0 0 2.895,74 0 7.575,82 167,52 0,26

23 401.939,01 8.038,78 0,02 3.042,17 0 0 0 3.001,26 0 0 0 2.895,74 0 7.408,30 170,87 0,27

24 409.977,79 8.199,56 0,02 3.042,17 0 0 0 3.001,26 0 0 0 2.895,74 0 7.237,43 174,29 0,27

Final 418.177,34 0,02 3.042,17 0 3.001,26 0 2.895,74 7.063,14 0,28

Keterangan: Warna Tebal Menunjukkan Umur Pencapaian Simulasi Optimal


(6)

Lampiran 6. Tabel Hasil Simulasi Model Skenario 6

Tahun ke-

Penduduk Hutan Kebun Campuran Kebun Teh Lahan Terbuka Sawah/Tegalan RTH

C

jumlah penambahan laju Luas Pengurangan Luas Pengurangan Luas Pengurangan Luas Pengurangan Luas Pengurangan Luas Pengurangan

0 254.892,00 3.823,38 0,015 3.042,17 0 1.592,83 79,34 3.001,26 0 1,93 1,93 2.895,74 0 10.533,93 81,27 0,12

1 258.715,38 3.880,73 0,015 3.042,17 0 1.513,49 82,49 3.001,26 0 0 0 2.895,74 0 10.452,66 82,49 0,12

2 262.596,11 3.938,94 0,015 3.042,17 0 1.431,00 83,73 3.001,26 0 0 0 2.895,74 0 10.370,17 83,73 0,13

3 266.535,05 3.998,03 0,015 3.042,17 0 1.347,27 84,98 3.001,26 0 0 0 2.895,74 0 10.286,45 84,98 0,13

4 270.533,08 4.058,00 0,015 3.042,17 0 1.262,29 86,26 3.001,26 0 0 0 2.895,74 0 10.201,46 86,26 0,14

5 274.591,07 4.118,87 0,015 3.042,17 0 1.176,03 87,55 3.001,26 0 0 0 2.895,74 0 10.115,21 87,55 0,14

6 278.709,94 4.180,65 0,015 3.042,17 0 1.088,48 88,86 3.001,26 0 0 0 2.895,74 0 10.027,66 88,86 0,14

7 282.890,59 4.243,36 0,015 3.042,17 0 999,62 90,20 3.001,26 0 0 0 2.895,74 0 9.938,79 90,20 0,15

8 287.133,95 4.307,01 0,015 3.042,17 0 909,42 91,55 3.001,26 0 0 0 2.895,74 0 9.848,60 91,55 0,15

9 291.440,96 4.371,61 0,015 3.042,17 0 817,87 92,92 3.001,26 0 0 0 2.895,74 0 9.757,05 92,92 0,16

10 295.812,57 4.437,19 0,015 3.042,17 0 724,95 94,32 3.001,26 0 0 0 2.895,74 0 9.664,12 94,32 0,16

11 300.249,76 4.503,75 0,015 3.042,17 0 630,63 95,73 3.001,26 0 0 0 2.895,74 0 9.569,81 95,73 0,17

12 304.753,51 4.571,30 0,015 3.042,17 0 534,90 97,17 3.001,26 0 0 0 2.895,74 0 9.474,07 97,17 0,17

13 309.324,81 4.639,87 0,015 3.042,17 0 437,73 98,63 3.001,26 0 0 0 2.895,74 0 9.376,91 98,63 0,17

14 313.964,68 4.709,47 0,015 3.042,17 0 339,10 100,10 3.001,26 0 0 0 2.895,74 0 9.278,28 100,10 0,18

15 318.674,15 4.780,11 0,015 3.042,17 0 239,00 101,61 3.001,26 0 0 0 2.895,74 0 9.178,18 101,61 0,18

16 323.454,26 4.851,81 0,015 3.042,17 0 137,39 103,13 3.001,26 0 0 0 2.895,74 0 9.076,57 103,13 0,19

17 328.306,08 4.924,59 0,015 3.042,17 0 34,26 104,68 3.001,26 0 0 0 2.895,74 0 8.973,44 104,68 0,19

18 333.230,67 4.998,46 0,015 3.042,17 0 0 0 3.001,26 0 0 0 2.895,74 0 8.868,76 106,25 0,20

19 338.229,13 5.073,44 0,015 3.042,17 0 0 0 3.001,26 0 0 0 2.895,74 0 8.762,52 107,84 0,20

20 343.302,57 5.149,54 0,015 3.042,17 0 0 0 3.001,26 0 0 0 2.895,74 0 8.654,68 109,46 0,21

21 348.452,10 5.226,78 0,015 3.042,17 0 0 0 3.001,26 0 0 0 2.895,74 0 8.545,22 111,10 0,21

22 353.678,89 5.305,18 0,015 3.042,17 0 0 0 3.001,26 0 0 0 2.895,74 0 8.434,12 112,77 0,22

23 358.984,07 5.384,76 0,015 3.042,17 0 0 0 3.001,26 0 0 0 2.895,74 0 8.321,35 114,46 0,22

24 364.368,83 5.465,53 0,015 3.042,17 0 0 0 3.001,26 0 0 0 2.895,74 0 8.206,89 116,18 0,23

Final 369.834,36 3.042,17 0 3.001,26 0 2.895,74 8.090,72 0,23

Keterangan: Warna Tebal Menunjukkan Umur Pencapaian Simulasi Optimal