Daya Tahan Lapisan Finishing Interior Pada Lima Jenis Kayu Bahan Baku Alat Permainan Edukatif

DAYA TAHAN LAPISAN FINISHING INTERIOR PADA LIMA
JENIS KAYU BAHAN BAKU ALAT PERMAINAN EDUKATIF

GINA APRILLIANA PUTRI

DEPARTEMEN HASIL HUTAN
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Daya Tahan Lapisan
Finishing Interior Pada Lima Jenis Kayu Bahan Baku Alat Permainan Edukatif adalah
benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam
bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau
dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah
disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi
ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.


Bogor, Desember 2013

Gina Aprilliana Putri
E24080056

ABSTRAK
GINA APRILLIANA PUTRI. Daya Tahan Lapisan Finishing Interior Pada Lima Jenis
Kayu Bahan Baku Alat Permainan Edukatif. Dibimbing oleh I WAYAN DARMAWAN.
Minat pasar terhadap kayu hutan rakyat, khususnya produsen mainan berbahan
baku kayu terus meningkat, sejalan dengan makin terbatasnya pasokan kayu dari hutan
alam. Namun kayu-kayu yang berasal dari hutan rakyat tergolong memiliki kualitas
penampilan yang rendah dan tidak awet. Finishing merupakan salah satu solusi untuk
mengatasi masalah tersebut. Kini telah dikembangkan bahan finishing berpelarut air
(waterbased finishes) yang aman bagi lingkungan dan tidak mengandung bahan kimia
berbahaya yang dapat mengancam kesehatan manusia. Suatu penelitian telah dilakukan
untuk mengetahui daya tahan lapisan finishing berpelarut air (waterbased lacquer
Propan dan acrylic wood paint Treinoc) pada 5 jenis kayu, bahan baku alat permainan
edukatif (APE) dari hutan rakyat.
Jenis kayu rakyat yang diteliti adalah kayu Jati, Trembesi, Mahoni, dan Nangka,

sebagai pembanding diuji juga jenis kayu yang secara internasional sangat populer
sebagai bahan baku APE yaitu Spruce (Picea sitchensis). Jenis pengujian meliputi
ketahanan terhadap bahan kimia rumah tangga, hot and cold test, dan cross cut test.
Hasil pengujian menunjukkan bahwa lapisan finishing tahan terhadap hot and cold test,
sehingga diklasifikasikan ke dalam kelas 10 (dengan permukaan sama sekali tidak
bercacat). Lapisan yang terbentuk juga tahan terhadap bahan kimia rumah tangga yang
diujikan, berupa susu kental manis, dan selai strawberry sehingga diklasifikasikan ke
dalam kelas 10, sementara itu ketahanan lapisan finishing terhadap margarin pada kayu
Nangka pada kondisi basah dan kering menggunakan waterbased lacquer, serta pada
kondisi basah menggunakan acrylic wood paint tergolong lemah. Pada hasil pengujian
daya lekat cat (cross cut test), nilai kekuatan bervariasi dari kelas 0B, sampai dengan 5B.
Kayu Nangka dan Jati dalam kondisi basah yang dilapisi waterbased lacquer dan
acrylic wood paint memiliki nilai kekuatan daya lekat yang paling lemah sehingga
digolongkan ke dalam kelas 0B. Kekuatan daya lekat yang terbesar terdapat pada kayu
Spruce dan Trembesi (finishing dengan cat Propan dan Treinoc), Jati (finishing dengan
cat Propan), serta Mahoni (finishing dengan cat Treinoc) , sehingga digolongkan pada
kelas 5B.
Kata kunci: Kayu Rakyat, Waterbased, Finishing, Uji Cross Cut, Spruce

ABSTRACT

GINA APRILLIANA PUTRI. Durability of Water Based Interior Finishes Coating on
Five Species Wood for Educational Wooden Toys Materials. Supervised by I WAYAN
DARMAWAN.
The market interest on the community forest wood were increasing, especially
wooden toys manufacturers, driven by the limitation of wood supply from natural forest.
But the wood which came from community forest generally have a low quality in their
finishing appearance and undurable. Wood finishing was one of the solution to
overcome that problem. Now, environment friendly water based finishes have been
developed, they do not contain any harmful chemical materials which can threaten
humans health. Therefore, this research aims to determine the durability of water based
finishes coating (Propan water based lacquer and Treinoc acrylic wood coating) against
hot and cold test, household chemical properties, and cross cut test on five species of
community woods in wet and dry condition, with water addition variation as the
solvent.
The kinds of community wood which have been researched are Teak, Monkeypod,
Mahogany, and Jackfruit. One of woods is Sitka Spruce, a popular wood came from
North America, California, and Alaska, include into one of the material that have been
tested. The result from three types of test showed that the finishing layer is resistant to
hot and cold test, then classified into the tenth class (with no defect on their surfaces).
The formed film layer also resistant to household chemical properties in the test, such as

condensed milk, and strawberry jam so that they’re being classified into the tenth class,
in the other hand, some wood are being classified into the ninth class in test since they
have a lower resistance to margarine. Those wood are Jackfruit in wet condition, coated
with water based lacquer, and dry condition coated with acrylic wood coating. The cross
cut test results showed a variation of strength value from grade 0B to 5B. Wet Jackfruit
and Teak coated with water based lacquer and acrylic wood coatings have a low
adhesion strength values so that they were being classified into grade 0B. Spruce and
monkeypod coated with water based lacquer and acrylic wood coating, Teak coated with
water based lacquer, Mahogany coated with acrylic wood coating are being classified
into grade 5B because they have the highest adhesion strength values.
Kata kunci: Community forest, Waterbased, Finishing, Cross Cut Test, Spruce

DAYA TAHAN LAPISAN FINISHING INTERIOR PADA LIMA
JENIS KAYU BAHAN BAKU ALAT PERMAINAN EDUKATIF

GINA APRILLIANA PUTRI
E24080056
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kehutanan pada Fakultas Kehutanan

Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN HASIL HUTAN
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

Judul Skripsi : Daya Tahan Lapisan Finishing Interior Pada Lima Jenis Kayu Bahan
Baku Alat Permainan Edukatif
Nama
: Gina Aprilliana Putri
NIM
: E24080056

Disetujui oleh

Prof Dr Ir I Wayan Darmawan MSc
Dosen Pembimbing


Diketahui oleh

Prof Dr Ir I Wayan Darmawan MSc
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

PRAKATA

Puji dan syukur penulisa panjatkan ke hadirat Allah SWT. Berkat rahmat dan
hidayah-Nya lah karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Karya ilmiah ini berjudul Daya
Tahan Lapisan Finishing Interior Pada Lima Jenis Kayu Bahan Baku Alat Permainan
Edukatif. Penelitian ini dilakukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kehutanan pada Departemen Hasil Hutan, Fakultas Kehutanan, Institut
Pertanian Bogor.
Penulis juga menyadari bahwa hasil penelitian ini masih jauh dari sempurna.
Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun
sehingga tulisan ini menjadi lebih baik. Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi
penulis dan pihak-pihak yang membutuhkan.


Bogor, Desember 2013

Gina Aprilliana Putri

UCAPAN TERIMA KASIH
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-Nya
sehingga karya ilmiah ini dapat diselesaikan. Shalawat serta salam senantiasa
tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW. Penulis menyadari karya ilmiah ini dapat
terselesaikan dengan baik karena bantuan dan dorongan dari berbagai pihak.

1.
2.
3.
4.
5.
6.

7.
8.


Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:
Ibunda tercinta dan seluruh keluarga yang telah memberikan doa, perhatian dan
kasih sayang yang tiada henti-hentinya.
Bapak Prof. Dr. Ir. I Wayan Darmawan, M.Sc selaku dosen pembimbing yang
telah memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis.
Bapak Ir. Edje Djamhuri selaku dosen penguji dan Bapak Prof. Dr. Ir. Dodi
Nandika, M.S selaku ketua sidang.
Bapak Kadiman dan Bapak Syuhada selaku laboran di Laboratorium Teknologi
Peningkatan Mutu Kayu Departemen Hasil Hutan Institut Pertanian Bogor.
Ibu dan Bapak Yoyok, serta Bapak Luki yang telah membimbing dan
mengarahkan selama penelitian berlangsung di CV. Omocha Toys.
Ade Rahma Hidayati, S.Hut, Dannis Lakhsita Diastiara, S.Hut, dan Silvya Sherly
Lalamentik, S.Hut yang telah membantu dan memberikan dukungan selama
penelitian hingga penulisan skripsi ini selesai.
Seluruh dosen, staf pegawai, laboran, dan bibi di Departemen Hasil Hutan
Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor.
Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu dan
mendoakan dalam menyelesaikan skripsi ini.

Demikian ucapan terima kasih yang dapat disampaikan ke beberapa pihak terkait

yang telah membantu penulis dalam penyelesaian karya ilmiah ini.

i

DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI

i

DAFTAR TABEL

iii

DAFTAR GAMBAR

iii

DAFTAR LAMPIRAN


iv

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1

Tujuan Penelitian

2

Manfaat Penelitian

2

TINJAUAN PUSTAKA


2

Deskripsi Umum Jenis Kayu

2

Kayu Jati (Tectona grandis)

2

Kayu Nangka (Artocarpus heterophylla Lamk.)

2

Kayu Mahoni (Swietenia macrophylla King.)

3

Kayu Trembesi (Samanea saman (Jacq.) Merr.)

3

Kayu Sitka Spruce (Picea sitchensis)

3

Finishing Kayu

4

Waterbased Acrylic Paints

7

Deskripsi Mainan Edukatif dari Kayu

8

METODE

8

Waktu dan Tempat

8

Bahan

8

Alat

9

Pembuatan Contoh Uji

9

Aplikasi Acrylic Wood Coating Treinoc

10

Aplikasi Impra Aqua Wood Finish Propan

11

Pengujian Daya Tahan Lapisan Cat

11

Pengujian Daya Tahan Lapisan Terhadap Bahan Kimia Rumah Tangga

11

Pengujian Daya Lekat Lapisan Cat

13

Uji Ketahan Terhadap Panas dan Dingin

13

HASIL DAN PEMBAHASAN

14

Bahan Finishing yang digunakan

14

Berat Labur Bahan Finishing yang digunakan

15

ii

Penampilan Kayu Setelah Dilakukan Finishing dengan waterbased lacquer dan
acrylic wood coating

17

Bentuk Cacat yang terjadi Pada Lapisan Finishing Sebelum Pengujian

22

Sags and Runs

22

Mold

22

Uji Daya Lekat Lapisan Cat

22

Pengujian Ketahanan Terhadap Panas dan Dingin

24

Pengujian Ketahanan Terhadap Bahan Kimia Rumah Tangga

25

SIMPULAN DAN SARAN

30

Simpulan

30

Saran

30

DAFTAR PUSTAKA

30

LAMPIRAN

34

RIWAYAT HIDUP

72

iii

DAFTAR TABEL
No.

Halaman

Kemampuan pengaplikasian finishing pada kayu Spruce
Kekurangan dan kelebihan dari waterbased finish
Klasifikasi Nilai Kondisi Cacat Permukaan
Klasifikasi nilai daya lekat lapisan finishing pada permukaan kayu
Perbedaan bahan finishing waterbased lacquer dan acrylic wood coating
secara visual
6 Rerata berat labur filler untuk setiap contoh uji
7 Rerata berat labur wood stain untuk setiap contoh uji
8 Rerata berat labur sanding sealer untuk setiap contoh uji
9 Rerata berat labur top coat untuk setiap contoh uji
10 Hasil pengujian daya lekat lapisan cat dengan metode cross cut
1
2
3
4
5

4
7
12
13
14
15
16
17
17
24

DAFTAR GAMBAR
No.

Halaman

1 Tampilan contoh uji berukuran 2,5 cm x 10 cm x 20 cm untuk tiga jenis
pengujian
2 Penampilan Kayu Spruce yang difinishing dengan acrylic wood coating
3 Penampilan Kayu Spruce yang difinishing dengan waterbased lacquer
4 Penampilan Kayu Nangka yang difinishing dengan acrylic wood coating
5 Penampilan Kayu Nangka yang difinishing dengan waterbased lacquer
6 Penampilan Kayu Trembesi yang difinishing dengan acrylic wood coating
7 Penampilan Kayu Trembesi yang difinishing dengan waterbased lacquer
8 Penampilan Kayu Jati yang difinishing dengan acrylic wood coating
9 Penampilan Kayu Jati yang difinishing dengan waterbased lacquer
10 Penampilan Kayu Mahoni yang difinishing dengan acrylic wood coating
11 Penampilan Kayu Mahoni yang difinishing dengan waterbased lacquer
12 Cacat finishing berupa sags and runs
13 Timbulnya mold pada contoh uji yang telah difinishing dalam keadaan basah
14 Permukaan contoh uji pada cross cut test (a)sebelum ditempelkan
tape(b)sesudah ditempelkan tape
15 (a) Uji dingin dan (b) uji panas
16 Pengujian Terhadap Bahan Kimia Rumah Tangga
17 Penampilan kayu nangka dalam kondisi basah yang difinishing dengan cat
Treinoc dan Propan sebelum dan setelah pengujian dengan margarin
18 Penampilan kayu nangka dalam kondisi kering yang difinishing dengan cat
Propan sebelum dan setelah pengujian dengan margarin
19 Kelas daya tahan lapisan finishing terhadap bahan kimia rumah tangga setelah
dilakukan pengujian selama 1 jam
20 Kelas daya tahan lapisan finishing terhadap bahan kimia rumah tangga setelah
dilakukan pengujian selama 24 jam

12
18
19
19
19
20
20
20
21
21
21
22
22
23
25
25
26
27
28
29

iv

DAFTAR LAMPIRAN
No.
1
2
3
4
5

Halaman
Berat labur filler dan wood stain contoh uji
Berat labur sanding sealer dan top coat contoh uji
Kelas daya tahan Finishing terhadap Bahan Kimia Rumah Tangga
Kelas daya tahan lapisan finishing terhadap hot and cold test
Potongan bagian permukaan contoh uji yang mengalami perlakuan pada cross
cut test

34
46
53
59
62

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Industri mainan kayu merupakan salah satu industri mainan lokal yang masih
mampu bertahan di tengah-tengah derasnya serangan produk mainan impor. Produsen
mainan edukatif dan tradisional semakin banyak di Indonesia, dengan tingkat
produktifitas dan penyerapan tenaga kerja yang semakin meningkat. Penjualan mainan
edukatif dan tradisional nasional selama satu semester pada tahun 2012 diperkirakan
mencapai Rp 60 miliar. Nilai tersebut mengalami peningkatan sebesar 10-15 %
dibandingkan penjualan pada tahun 2011 (Karina 2012). Salah satu kendala yang sering
dikemukakan oleh produsen dari industri mainan kayu adalah sulitnya untuk
memperoleh bahan baku terutama untuk kayu olahan dan harganya yang semakin mahal
(Sutianto 2012). Terbatasnya pasokan kayu dari hutan alam dan permasalahan
distribusinya merupakan penyebab dari meningkatnya harga. Hal tersebut mendorong
peningkatan peran hutan rakyat sebagai penyedia bahan baku alternatif untuk
menggantikan peran hutan alam. Minat pasar terhadap produk kayu hutan rakyat
semakin besar, sama halnya dengan produsen industri mainan kayu. Jenis kayu seperti
Mahoni, Karet, dan Pinus kerap digunakan sebagai bahan baku untuk membuat mainan
kayu. Namun, kualitas kayu yang dimiliki hutan rakyat umumnya lebih rendah jika
dibandingkan dengan kayu yang berasal dari hutan alam. Jenis kayu hutan rakyat
umumnya merupakan jenis cepat tumbuh dan tidak dirawat seperti dalam hutan tanaman.
Selain itu, memiliki umur masak tebang yang bervariasi bergantung pada kebutuhan
masyarakat pemilik hutan rakyat. Kayu-kayu tersebut umumnya tidak awet dan
memiliki kualitas penampilan yang rendah. Penerapan finishing yang tepat akan
meningkatkan keindahan alami yang dimiliki oleh produk kayu hutan rakyat.
Finishing dapat meningkatkan ketahanan dan kualitas penampilan kayu sehingga
nilai estetika kayu meningkat dan tahan dipakai dalam jangka waktu yang lama. Bahan
finishing yang berbeda memberikan tingkat proteksi, ketahanan, kemudahan dalam
pengaplikasian, dan kemampuan restorasi yang bervariasi (Jewitt 2006). Dalam memilih
bahan finishing, terdapat beberapa hal yang harus dipertimbangkan seperti penampilan,
perlindungan, dan bagaimana sifat dari permukaan kayu tersebut akan mempengaruhi
aplikasi dan performa bahan finishing (Williams 2010). Berkaitan dengan masalah
keamanan produk dan isu global warming, telah banyak produsen dalam industri
furniture, khususnya industri mainan kayu yang menggunakan bahan pelapis berpelarut
air (waterbased finishes). Waterbased finishies hanya mengeluarkan sedikit emisi gas
pada saat proses pengeringannya sehingga tidak akan mengotori udara lingkungan.
Bahan finishing berpelarut air diformulasikan dengan bahan-bahan yang tidak
mengandung logam berat, seperti timah, air raksa dan bahan kimia lainnya yang dapat
mengganggu kesehatan manusia. Limbah yang dihasilkan dari penggunaan waterbased
finishes tidak mengandung solvent dan zat kimia beracun yang dapat mencemari air dan
lingkungan sekitar. Perlu diketahui lebih jauh mengenai bagaimana sifat dari permukaan
kayu akan mempengaruhi aplikasi dan performa bahan finishing berpelarut air, sehingga
dapat memberikan hasil finishing yang optimal. Proses tersebut dapat dipelajari melalui
tahapan-tahapan proses finishing.

2

Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk:
1. Menentukan ketahanan lapisan finishing terhadap panas dingin, dan ketahanan
lapisan finishing terhadap bahan kimia rumah tangga dari dua tipe bahan finishing
berpelarut air yang berbeda.
2. Menentukan perbedaan kualitas lapisan finishing yang dibentuk dua tipe bahan
finishing berpelarut air yang berbeda pada lima jenis kayu.

Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai penggunaan
bahan finishing berpelarut air (waterbased finishes) pada kayu Jati, Spruce, Nangka,
Trembesi, dan Mahoni dalam kondisi kering dan basah dengan kekentalan bahan
finishing yang berbeda untuk diaplikasikan dalam industri pengerjaan kayu Indonesia,
khususnya industri mainan kayu edukatif.

TINJAUAN PUSTAKA
Deskripsi Umum Jenis Kayu
Kayu Jati (Tectona Grandis L.f.)
Kayu Jati (Tectona Grandis) termasuk salah satu kayu yang berasal dari pohon
hutan tropis yang terkenal di dunia internasional karena sifat-sifat teknis dan
dekoratifnya. Jati merupakan salah satu anggota famili Verbenaceae. Pohon jati
merupakan tanaman asli daerah-daerah Asia Selatan dan Tenggara, yang secara alami
terdapat di India, Myanmar, Thailand dan Laos meliputi kisaran 9- 25o30’ LU dan
antara 73o- 104o30’ BT. Terdapat 4 spesies yang tergolong dalam genus Tectona yaitu
Tectona grandis L.f, Tectona hamiltoniana Wall, Tectona philippinensis Benth, dan
Tectona abdulens (Hedegart 1976). Kayu jati berwana kuning emas kecoklatan sampai
coklat kemerahan pada bagian kayu terasnya, mudah dibedakan dengan gubalnya yang
berwana putih agak keabu-abuan. Tekstur kayu ini agak kasar sampai kasar dan tidak
rata dengan arah serat lurus. Pori-pori pada kayu jati tersusun dalam pola tata lingkar,
berisi tylosis dan deposit berwarna putih. Kayu Jati termasuk ke dalam kelas kuat II dan
kelas awet I-II, dengan rata-rata berat jenis 0,67 (0,62-0,75).
Kayu Nangka (Artocarpus heterophylla Lamk.)
Nangka (Artocarpus heterophylla Lamk.) merupakan tumbuhan lokal yang
terdapat di berbagai daerah di Indonesia, termasuk kedalam suku Moraceae . Kayu
nangka mempunyai serat halus sampai agak kasar. Seluruh bagian tumbuhan akan
mengeluarkan getah putih pekat jika dilukai. Kayu nangka berwarna kuning di bagian
teras, berkualitas baik, dan mudah dikerjakan. Kayu ini cukup awet, kuat dan tahan
terhadap serangan rayap atau jamur serta memiliki pola yang menarik. Kayu tergolong

3

mudah mengkilap apabila diserut dengan halus dan digosok dengan minyak.
Mempunyai berat jenis rata-rata sebesar 0,61 dengan kelas awet II-III dan kelas kuat
II-III (Seng 1990). Kayu nangka termasuk jenis kayu yang baik untuk dijadikan bahan
baku perabot kayu dan dianggap lebih unggul daripada jati untuk pembuatan meubel,
konstruksi bangunan pembubutan, tiang kapal, tiang kuda dan kandang sapi, dayung,
perkakas, dan alat musik (Prihatman 2000 ).
Kayu Mahoni (Swietenia macrophylla King.)
Mahoni (Swietenia macrophylla King.) termasuk ke dalam famili Meliaceae.
Mahoni termasuk pohon besar dengan tinggi pohon mencapai 35-40 m dan diameter
mencapai 125 cm. Batang lurus berbentuk silindris dan tidak berbanir. Kulit luar
berwarna coklat kehitaman, beralur dangkal seperti sisik. Kulit batang berwarna abu-abu
dan halus ketika masih muda, berubah menjadi coklat tua, beralur dan mengelupas
setelah tua (Joker 2002).
Kayu mahoni termasuk kedalam kelas kuat II – III, sedangkan untuk kelas
awetnya mahoni termasuk kedalam kelas III. Kayu mahoni ini juga memiliki tekstur
agak halus, susunan pori soliter dan bergabung 2-3 arah radial, diameter pori 100-200
µm, jumlah pori 30-65/mm², sedangkan jumlah jari-jari 5-10/mm dengan susunan
multiseriat/heteroselular (Martawijaya et al. 1981). Kayu Mahoni memiliki berat jenis
maksimum sebesar 0,76, minimum 0,56, dan rata-rata 0,64 pada kondisi kadar air
kering udara. Kerapatannya bervariasi dari 480 sampai dengan 833 kg/m3 dalam kondisi
kayu kering udara. Kayu Mahoni ini termasuk bahan mebel bernilai tinggi karena
dekoratif dan mudah dikerjakan. Ditanam secara luas di daerah tropis dalam program
reboisasi dan penghijauan. Dalam sistem agroforestry digunakan sebagai tanaman
naungan dan kayu bakar (Wiemann 2010).
Kayu Trembesi (Samanea saman (Jacq.) Merr.)
Trembesi ( Samanea saman (Jacq.) Merr.) termasuk ke dalam famili
Fabaceae. Namanya berasal dari air yang sering menetes dari tajuknya karena
kemampuannya menyerap air tanah yang kuat. Trembesi berbentuk melebar seperti
payung (canopy) dan umumnya ditanam sebagai tumbuhan pembawa keteduhan. Pohon
Trembesi dapat mencapai tinggi 30-38 meter dan diameter 1-1,2 meter. Kayu teras
trembesi berwarna coklat tua keemasan dengan garis yang lebih gelap, sedangkan kayu
gubalnya tipis berwarna putih kekuning-kuningan terpisah dengan jelas dari kayu teras.
Serat kayu lurus, meski terkadang juga bergelombang atau terdapat interlocked grain.
Memiliki tekstur sedang sampai kasar dengan pori-pori besar terbuka. Pada umumnya
kayu trembesi mudah untuk dikerjakan baik dengan menggunakan tangan maupun
mesin, meski adanya interlocked grain dapat menghasilkan serat yang hancur atau
berbulu. Dalam kondisi kering udara, kayu trembesi memiliki berat jenis berkisar antara
0,48 sampai dengan 0,57 dan memiliki nilai penyusutan sebesar 2,0 % (radial), 3,4 %
(tangensial), dan 6,0% (volumetrik). Kayu trembesi sering dunakan sebagai bahan baku
veneer, plywood, furniture, dan alat musik seperti gitar dan ukulele (Meier 2013).
Kayu Sitka Spruce (Picea sitchensis)
Sitka spruce (Picea sitchensis) merupakan pohon besar yang tumbuh di
sepanjang barat laut pantai Amerika Utara dari California sampai Alaska, termasuk

4

kedalam famili Pinaceae. Tumbuhan ini juga dikenal dengan nama yellow tideland,
western, silver, dan west coast spruce. Bagian kayu teras pada kayu sitka spruce
berwarna coklat kemerahmudaan, sedangkan bagian kayu gubalnya berwarna putih
krem. Kayu ini memiliki tekstur yang seragam, serat kayu yang lurus, tidak berbau, dan
tidak memiliki kandungan resin. Sitka spruce sudah sangat dikenal sebagai kayu yang
secara relatif mudah untuk dikerjakan. Kayu ini mudah untuk dibentuk dan dapat
menghasilkan permukaan yang sangat halus jika diamplas. Selain itu cepat kering dan
memiliki nilai penyusutan yang kecil (Wiemann 2010). Dalam kondisi basah memiliki
standar kerapatan sedang yaitu sebesar 347 kg/m3, sedangkan dalam kondisi kering
udara sebesar 387 kg/m3. Berat jenisnya dalam kondisi kadar air 12% adalah sekitar
0,35- 0,46. Kayu spruce biasa digunakan sebagai bahan baku lumber, kotak / peti,
furniture, millwork, komponen pesawat, soundboard alat musik, pembuatan kapal (tiang
dan spar), dan kegunaan khusus lainnya adalah sebagai ladder rails. FPInnovations
(2007) secara lebih jelas menerangkan mengenai performa pengaplikasian bahan
finishing pada kayu spruce dalam Tabel 1.
Tabel 1 Kemampuan pengaplikasian finishing pada kayu Spruce
Finishing
Proses
Staining

Painting

Lacquering
Waxing

Performa pengaplikasian
Mudah sampai sedang

Keterangan
Hasil finishing yang baik bisa didapatkan.
Stains berwarna cerah bekerja dengan baik
namun stains yang lebih gelap akan
memperjelas warna yang tidak biasa
dihasilkan. Penggunaan wash coat akan
lebih memperjelas warna.

Rata-rata sampai memiliki
kemampuan mengikat cat
yang baik
Baik
Baik
Hasil
terbaik
didapatkan
dengan
menggunakan wax dengan warna yang lebih
cerah (contoh: Mellow Pine)

Sumber : FPInnovations (2007)

Finishing Kayu
Finishing kayu merupakan suatu kegiatan melapisi permukaan kayu dengan
tujuan memproteksi dan memperindah penampilan kayu. Dalam melakukan finishing
terhadap kayu, hal-hal yang harus dipertimbangkan adalah penampilan, proteksi, dan
kebersihan serta bagaimana sifat-sifat dari kayu tersebut dapat mempengaruhi aplikasi
dan performa finishing yang dilakukan (Williams 2010).
Untuk mendapatkan hasil finishing yang berkualitas, terlebih dahulu harus
memahami sifat-sifat anatomi dari kayu itu sendiri, sifat bahan-bahan finishing, serta
cara pengaplikasian bahan-bahan finishing tersebut. Menurut Yuswanto (1999), selain

5

finishing berfungsi untuk melindungi permukaan kayu atau perabot rumah tangga,
finishing juga berfungsi untuk melindungi kayu agar terhindar dari:
1. Korosi atau pengaruh bahan-bahan kimia yang merusak permukaan kayu.
2. Rusaknya permukaan karena terkelupas atau tergores.
3. Pengaruh cuaca seperti kelembaban, sinar matahari, dan perubahan bentuk.
4. Jamur-jamur pewarna dan pelapuk kayu.
5. Serangga yang sering melubangi dan memakan zat organik pada kayu.
Bahan finishing kayu atau cat merupakan bahan yang terbuat dari bahan
pembentuk film (binder) yang dikenal dengan sebutan resin atau polimer, dilarutkan
dalam pelarut organik (solvent) ditambahkan dengan bahan pembantu atau additive,
pigment dan bahan pengisi (filler). Jenis bahan finishing kayu yang umumnya
digunakan sebagai top coat yaitu cat, varnish dan lacquer. Cat dapat digunakan pada
semua tipe substrat namun kecocokannya terhadap kayu harus diperhitungkan
berdasarkan penggunaan akhir yang berkaitan dengan masalah fleksibilitas, adhesi, dan
permeabilitas.
Agar produk dapat bertahan lama, jenis kayu dan aplikasi finishing yang dipilih
haruslah sesuai dengan kondisi lingkungan dimana produk tersebut akan digunakan. Hal
inilah yang membedakan antara aplikasi finishing pada kayu untuk keperluan eksterior
dan aplikasi kayu untuk keperluan interior. Menurut Williams (2010), terdapat 6 tipe
produk kayu yang umunya digunakan pada bagian eksterior, yaitu kayu solid, plywood,
fingerjoint wood, hardboard atau OSB, produk kayu-plastik komposit, dan produk kayu
yang telah diberi perlakuan sehingga tahan api. Finishing eksterior meliputi bahan
water repellent (penolak air), transparan dan semi transparan stain serta cat solid
(opaque) yang keseluruhannya dibagi dalam dua grup, yaitu bahan yang berpenetrasi
dalam kayu dan bahan yang membentuk lapisan pada permukaan kayu. Finishing
interior lebih menonjolkan kenampakan dan kemudahan dibersihkan (cleanability)
dibandingkan tujuan perlindungan. Berbeda dengan finishing pada eksterior kayu,
finishing pada produk interior kayu hanya membutuhkan perlindungan terhadap air dan
sinar UV yang lebih sedikit dibandingkan dengan produk kayu eksterior. Sifat-sifat
finishing pada prinsipnya dapat dipengaruhi oleh tiga macam faktor diantaranya faktor
bahan baku kayu, faktor bahan pelapis yang digunakan, dan faktor aplikasi bahan
finishing yang digunakan (USFPL 1974). Aplikasi bahan finishing sangat penting untuk
diperhatikan karena akan mempengaruhi hasil akhir suatu finishing kayu. Tahapan
pelapisan bahan finishing menurut Darmawan et al. (2011) adalah sebagai berikut:
1. Persiapan Permukaan atau Pengamplasan
Pengamplasan bertujuan untuk meratakan permukaan kayu dan mendapatkan
permukaan yang halus, sehingga kayu siap menerima pelapisan berikutnya. Pada
tahap pengamplasan dilakukan pembersihan cacat serat berbulu, debu, resin atau
getah kayu, goresan pensil dan cacat rakit.
2. Persiapan Kuas
Ada berbagai jenis, ukuran, dan kualitas kuas. Kuas yang bermutu baik dibentuk
dari bulu-bulu kasar panjang yang meruncing dari pangkal ke ujung. Bagian dalam
kuas dilengkapi dengan ganjal yang terbuat dari kayu, besi, atau plastik yang
berfungsi menahan cat agar tetap diujung kuas. Besarnya ganjal disesuaikan dengan
ukuran kuas dan tebalnya bulu-bulu kuas. Bila menggunakan kuas, celupkan kuas
kedalam bahan cat hanya 1/3 sampai1/2 dari panjang bulu-bulu kuas, kemudian
tarik cepat keleher kaleng dan digerakan untuk mengurangi kelebihan cat pada

6

3.

4.

5.

6.

bagian kuas. Pemilihan ukuran dan jenis kuas disesuaikan dengan jenis pekerjaan
yang dilakukan.
Pengisian Permukaan atau Pendempulan (Filling)
Pendempulan bertujuan untuk mendapatkan permukaan bidang kayu yang halus
dan seragam, dan khususnya diaplikasikan pada kayu dengan serat terbuka, kayu
yang memiliki cacat tergores, serta celah-celah sambungan. Tanpa penambahan
filler bahan-bahan seperti vernish dan cat akan meresap kedalam kayu, sehingga
mengakibatkan pemborosan vernish dan cat. Pelaburan bahan pengisi dapat
dilakukan dengan menggunakan kuas dengan bulu-bulu ujung yang kaku.
Pelaburan dilakukan satu arah dengan mengikuti arah serat kayu.
Pewarnaan Dasar (Staining)
Pewarnaan dasar digunakan untuk mencerahkan atau mengubah warna alami dari
substrat (kayu atau rotan), namun tidak mengubah penampilan alami dari substrat.
Dapat diencerkan atau saling dicampurkan untuk memperoleh warna yang
dikehendaki. Bahan pewarna dapat diklasifikasikan ke dalam tiga kelompok, yaitu
larut air, minyak dan aseton. Pewarna pelarut aseton akan lebih cepat mengering
setelah diaplikasikan. Bahan pewarna ini tidak mengembangkan serat-serat kayu.
Bahan pewarna minyak menggunakan pelarut dari jenis benzolene, naphtha,
turpentine. Pewarna jenis ini memiliki penetrasi yang baik, mudah dipergunakan,
dan tidak mengembangkan serat-serat kayu. Bahan pewarna larut air tersedia dalam
berbagai pilihan warna dan dibuat dengan mencampur bubuk-bubuk kering dengan
air. Bahan ini dapat mengembangkan atau mengangkat serat kayu, dan butuh waktu
kurang lebih 12 jam untuk mengering. Pewarnaan tidak selalu diperlukan atau
dibutuhkan dalam finishing kayu. Banyak kayu yang menunjukkan penampilan
alami yang menarik justru bila difinishing dengan bahan finishing transparan.
Penutupan Permukaan (Sealing)
Bahan penyekat (sealer) diberikan dengan tujuan sebagai pemisah antara pewarna
dasar (stain) dengan cat akhir (top coat), untuk mencegah migrasi bahan lapisan cat
akhir (top coat) kedalam substrat (kayu) atau dari substrat kelapisan cat akhir.
Selain itu sealer juga dapat membantu memudahkan pengamplasan, mempercepat
pengeringan, dan menjaga kestabilan kayu (menurunkan higroskopis kayu). Sealer
yang baik adalah yang mempunyai daya tutup permukaan yang baik dan agak
lambat kering. Sealer yang mengandung filler disebut sebagai sanding sealer.
Pengecatan Akhir (Top coating)
Merupakan tahap pelapisan akhir yang dilakukan dalam proses finishing yang
membentuk lapisan tipis yang melindungi dan memberikan kesan keindahan
terhadap permukaan yang dilapisi. Bahan-bahan untuk top coat bisa berupa varnish,
lacquer atau cat. Varnish merupakan kelompok cat akhir yang memberikan lapisan
transparan yang bersih. Bahan penyusunnya terdiri dari kopal, getah dan pelarut
minyak dicampur terpentin. Jenis-jenisnya antara lain oil Varnish, Spirit Varnish
dan Japan Varnish. Lacquer dapat berfungsi sebagai sealer dan top coat. Lacquer
sebagai top coat diformulasi untuk aspek penampilan, ketahanan, dan kehalusan
permukaan. Jenis laquer adalah acidcatalysed, polyurethanes, polyester. Lima
bahan penting penyusun cat, yaitu binder/resin, pigmen, ekstender, pelarut (solvent),
dan aditif.

7

Adanya isu yang sangat kuat mengenai keselamatan lingkungan dan harga
solvent yang semakin mahal, telah membuat produk-produk yang berbasiskan air
menjadi pilihan yang sangat menarik. Tingginya dorongan untuk mengunakan
waterbased material ini juga telah mendorong industri finishing material untuk
mengembangkan produk ini sehingga produk yang dihasilkan menjadi semakin baik.
Resin, bahan-bahan dan additif yang dibutuhkan sudah semakin banyak tersedia dan
dan penelitian-penelitian telah semakin banyak dilakukan sehingga produk-produk
waterbased menjadi semakin sempurna.
Waterbased finishing material adalah bahan finishing yang menggunakan air
sebagai pelarut utama. Berbeda dengan solvent base finishing material, waterbased
finishing ini hanya sedikit mengeluarkan emisi gas pada saat proses pengeringannya
sehingga tidak akan mengotori udara lingkungan. Teknologi waterbased coating ini
sebenarnya sudah lama dikenalkan pada industri finishing, mulai dari sekitar tahun 1970
an. Dewasa ini pengembangan-pengembangan baru telah dibuat untuk mengatasi
masalah-masalah dari waterbased coating yang dulu merupakan penghambat
penggunaan bahan ini. Karena itu maka produk-produk waterbased saat ini mempunyai
performa yang lebih baik (Wisno 2012).
Menurut Allen (2006) waterbased finish mengandung beberapa komposisi yang
sama seperti varnish dan lacquer, komposisi tersebut terutama urethane, alkyd, dan
acrylic, namun komposisi yang mengandung bahan yang mudah terbakar serta pollutant
telah diganti dengan air. Biasanya dibuat dari resin acrylic (dijual sebagai waterbased
lacquer) atau campuran dari acrylic urethane (dijual sebagai waterbased polyurethane).
Kelebihan dan kekurangan yang dimiliki oleh waterbased finish disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2

Kekurangan dan kelebihan dari waterbased finish

Kelebihan
Tidak berbahaya bagi lingkungan
Tidak menimbulkan bahaya kebakaran

Kekurangan
Relatif mahal
Sulit untuk diaplikasikan, mudah terjadi
cacat berupa sags and runs
Sensitif terhadap dingin dan mudah
terkontaminasi dengan bahan finishing lain
Tidak dapat digunakan dengan grain filler

Sumber : Allen (2006)

Waterbased Acrylic Paints
Alternatif yang baik untuk melakukan finishing pada furniture selain dengan
menggunakan latex paint adalah dengan menggunakan waterbased acrylics. Sistem
finishing ini menggunakan resin dan formulasi yang terbaru dibandingkan dengan latex
paint dan lebih mendekati lacquer dibandingkan paint dari segi penampilan dan
performa. Acrylic tampil lebih cerah dan berkilau dibandingkan latex, lebih sulit kering,
dan lebih tahan lama. Waterbased acrylics adalah pilihan yang baik ketika digunakan
untuk melakukan finishing terhadap objek yang penuh warna, seperti furniture dan
mainan untuk anak-anak (Charron 1998).

8

Deskripsi Mainan Edukatif dari Kayu
Mainan edukatif adalah jenis mainan yang besifat mendidik atau dapat memenuhi
syarat sebagai perangsang bagi anak untuk terjadinya proses belajar anak (Andang
2006). Mainan kayu biasanya memiliki nilai edukatif karena mainan kayu merupakan
permainan yang sederhana yang bisa mendorong anak-anak untuk menggunakan
imaginasi mereka, puzzle kayu mendorong perkembangan kognitif dan juga
mengembangkan kemampuan motorik mereka. Kualitas dari mainan kayu edukatif
harus sangat diperhatikan karena kualitas yang dimiliki mainan edukatif tidak semua
sama di setiap produsen mainan, kualitas yang harus diperhatikan adalah kualitas bahan
(kayu), cat (cat non toxic) dan juga kualitas permainan (nilai edukatif) dari mainan kayu
tersebut.
Sehubungan dengan aspek keamanan dan keselamatan dari mainan kayu,
dikembangkan standar mutu produk mainan kayu oleh Badan Standarisasi Nasional
Pendidikan yang bertanggungjawab kepada Menteri Pendidikan Nasional. SNI yang
dibuat meliputi Spesifikasi sifat fisis dan mekanis SNI 12.6527.1-2001, Spesifikasi sifat
mudah terbakar SNI 12.6527.2-2001 Spesifikasi untuk perpindahan elemen-elemen
tertentu SNI 12-6527.3-2001 (Badan Standarisasi Nasional 2009). Pemilihan dan
pembuatan dari mainan edukatif dari kayu didasarkan dengan kesesuaian terhadap umur
anak, kesesuaian dengan minat anak, dan kualitas dari mainan kayu tersebut.
METODOLOGI PENELITIAN
Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan selama 6 bulan, yaitu dari bulan Januari- Juni 2013
di workshop CV Omocha Toys dan laboratorium bagian Teknologi Peningkatan Mutu
Kayu Departemen Hasil Hutan, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.

Alat dan Bahan Penelitian
Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kayu Nangka
(Artocarpus heterophylla Lamk.), kayu Mahoni (Swietenia macrophylla King), kayu
Jati (Tectona Grandis), kayu Spruce (Picea sitchanensis), dan kayu Trembesi
(Samanea saman). Serta bahan kimia rumah tangga berupa margarine, selai, susu kental
manis. Bahan finishing yang digunakan adalah bahan finishing berpelarut air Impra
Aqua Wood Filler (AWF-911), Impra Aqua Wood stain (Brown) (AWS-921), Impra
Aqua Sanding sealer (ASS-941), Impra Aqua Lacquer (Clear Gloss) (AL-961), Treinoc
Acrylic Wood Filler (TRWF212), Treinoc Acrylic Wood stain (Brown) (TRWS221),
Treinoc Acrylic Sanding sealer (TRSS231), Treinoc Acrylic Clear Gloss (TRC301),
serta air destilata sebagai pengencer.
Alat
Pemotongan sample uji dilakukan dengan menggunakan alat pemotong kayu,

9

yaitu circular saw. Alat yang digunakan dalam proses finishing adalah kertas amplas
No.80, No.180, No.240, No.400, No.1000, thinner, kape, kain bal, kuas (brittle brush).
Dalam melakukan pengujian alat-alat yang digunakan adalah lup, kaliper, cutter,
pressure sensitive tape, moisture meter Krisbow untuk mengukur kadar air contoh uji,
gelas ukur, dan sendok plastik. Pengolahan dan pengambilan data menggunakan
komputer yang dilengkapi dengan program aplikasi Microsoft Office Excel 2007,
penyerut, kalkulator, alat tulis, kamera digital Canon EOS 1100D untuk melakukan
pengambilan gambar hasil pengujian, dan timbangan digital Kern.
Pembuatan Contoh Uji
Contoh uji dibuat dengan ukuran 2,5 cm x 10 cm x 20 cm dari 5 jenis Kayu yang
berbeda, yaitu kayu Jati, Mahoni, Spruce, Nangka, dan Trembesi, masing-masing
dengan kadar air sebesar 9- 15% (kering udara) dan kadar air 20- 50% (basah) pada
setiap jenis kayu, setelah itu diberi perlakuan finishing. Setiap contoh uji yang telah
diberi perlakuan finishing diberikan kode:
Sp
: Kayu Spruce
Na : Kayu Nangka
Jt
: Kayu Jati
Ma : Kayu Mahoni
Tr
: Kayu Trembesi
Tk1 : Perlakuan finishing dengan cat Treinoc dengan penambahan volume air
sebanyak 5 % pada sanding sealer dan 5 % penambahan volume air
pada Top coat dalam kondisi kadar air kering udara.
Tk2 : Perlakuan finishing dengan cat Treinoc dengan penambahan volume air
sebanyak 10 % pada sanding sealer dan 10 % penambahan volume air
pada Top coat dalam kondisi kadar air kering udara.
Tk3 : Perlakuan finishing dengan cat Treinoc dengan penambahan volume air
sebanyak 15 % pada sanding sealer dan 15 % penambahan volume air
pada Top coat dalam kondisi kadar air kering udara.
Pk1 : Perlakuan finishing dengan cat Propan dengan penambahan volume air
sebanyak 5 % pada sanding sealer dan 25 % penambahan volume air
pada Top coat dalam kondisi kadar air kering udara.
Pk2 : Perlakuan finishing dengan cat Propan dengan penambahan volume air
sebanyak 10 % pada sanding sealer dan 30 % penambahan volume air
pada Top coat dalam kondisi kadar air kering udara.
Pk3 : Perlakuan finishing dengan cat Propan dengan penambahan volume air
sebanyak 15 % pada sanding sealer dan 35 % penambahan volume air
pada Top coat dalam kondisi kadar air kering udara.
Tb1 : Perlakuan finishing dengan cat Treinoc dengan penambahan volume air
sebanyak 5 % pada sanding sealer dan 5 % penambahan volume air
pada Top coat dalam kondisi kadar air basah.
Tb2 : Perlakuan finishing dengan cat Treinoc dengan penambahan volume air
sebanyak 10 % pada sanding sealer dan 10 % penambahan volume air
pada Top coat dalam kondisi kadar air basah.
Tb3 : Perlakuan finishing dengan cat Treinoc dengan penambahan volume air
sebanyak 15 % pada sanding sealer dan 15 % penambahan volume air
pada Top coat dalam kondisi kadar air basah.

10

Pb1

Pb2

Pb3

: Perlakuan finishing dengan cat Propan dengan penambahan volume air
sebanyak 5 % pada sanding sealer dan 25 % penambahan volume air
pada Top coat dalam kondisi kadar air basah.
: Perlakuan finishing dengan cat Propan dengan penambahan volume air
sebanyak 10 % pada sanding sealer dan 30 % penambahan volume air
pada Top coat dalam kondisi kadar air basah.
: Perlakuan finishing dengan cat Propan dengan penambahan volume air
sebanyak 15 % pada sanding sealer dan 35 % penambahan volume air
pada Top coat dalam kondisi kadar air basah.

Aplikasi Bahan Finishing pada Contoh Uji
Aplikasi Acrylic Wood Coating Treinoc
1.

2.

3.

4.

5.

Persiapan Permukaan Kayu
Permukaan kayu dibersihkan dari kotoran dengan menggunakan kertas amplas No.
180 searah dengan arah serat kayu. Pengampelasan bertujuan meratakan serta
menghaluskan permukaan contoh uji dan membersihkan permukaan kayu dari
segala kotoran yang menempel seperti debu.
Pemberian Filler atau Pengisian Pori- Pori
Treinoc Acrylic Wood Filler (TRWF212) diaplikasikan dengan menggunakan kape
secara merata pada permukaan kayu. Bahan filler dipastikan telah mengisi dan
menutup seluruh permukaan kayu yang efektif dan dibiarkan dibiarkan selama 60
menit sehingga kering. Lapisan finishing pertama yang terbentuk dan telah kering
diamplas dengan amplas No.240 hingga permukaan kayu terlihat kembali.
Pewarnaan (Staining)
Treinoc Acrylic Wood stain (Brown) (TRWS221) diaplikasikan dengan
menggunakan kuas cat kemudian dibal agar warna masuk ke dalam pori-pori kayu.
Dibiarkan hingga mengering selama 60 menit.
Pemberian Sealer
Sealer diberikan dengan tujuan untuk membatasi antara stain dengan bahan pelapis
akhir (top coat) sehingga dapat mencegah perpindahan bahan lapisan akhir ke
dalam kayu atau sebaliknya. Treinoc Acrylic Sanding sealer (TRSS231)
diaplikasikan dengan menggunakan kuas dengan 3 variasi penambahan campuran
air yaitu 5%, 10%, dan 15%. Standar penambahan air yang disarankan adalah 10%
volume air bersih (untuk pengaplikasian dengan menggunakan spray gun).
Dibiarkan sampai kering dalam waktu 120 menit setelah itu diamplas dengan
kertas amplas No.400.
Pengecatan Akhir (Top coating)
Top coating dilakukan dengan menggunakan Treinoc Acrylic Clear Gloss
(TRC301) yang ditambahkan dengan variasi penambahan air yaitu 5%, 10%, dan
15% volume air bersih dengan spray gun. Standar penambahan air yang
disarankan adalah 10%. Dibiarkan selama 120 menit, setelah itu permukaan kayu
diamplas lagi dengan menggunakan amplas No.1000 dan dilapisi lagi dengan
menggunakan Treinoc Acrylic Clear Gloss (TRC301).

11

Aplikasi Impra Aqua Wood Finish Propan
1. Persiapan Permukaan Kayu
Permukaan kayu dibersihkan dari kotoran dengan menggunakan kertas amplas No.
180 searah dengan arah serat kayu. Pengampelasan bertujuan meratakan serta
menghaluskan permukaan contoh uji dan membersihkan permukaan kayu dari
segala kotoran yang menempel seperti debu.
2. Pemberian Filler atau Pengisian Pori- Pori
Impra Aqua Wood Filler (AWF-911) diaplikasikan dengan menggunakan kape secara
merata pada permukaan kayu. Bahan filler dipastikan telah mengisi dan menutup
seluruh permukaan kayu yang efektif dan dibiarkan dibiarkan selama 60 menit
sehingga kering. Lapisan finishing pertama yang terbentuk dan telah kering
diamplas dengan amplas No.240 hingga permukaan kayu terlihat lagi.
3. Pewarnaan (Staining)
Impra Aqua Wood stain (AWS-921) diaplikasikan dengan menggunakan kuas cat
dan dibiarkan selama 2-3 menit. Setelah itu permukaan kayu dilap dengan
menggunakan kain lap yang halus.
4. Pemberian Sealer
Sealer diberikan dengan tujuan untuk membatasi antara stain dengan bahan pelapis
akhir (top coat) sehingga dapat mencegah perpindahan bahan lapisan akhir ke dalam
kayu atau sebaliknya. Impra Aqua Sanding sealer (ASS-941) diaplikasikan dengan
menggunakan kuas dengan 3 variasi penambahan campuran air yaitu 5%, 10%, dan
15%. Standar penambahan air yang disarankan adalah 10% volume air bersih (untuk
pengaplikasian dengan menggunakan spray gun). Dibiarkan sampai kering dalam
waktu 120 menit setelah itu diamplas dengan kertas amplas No.400.
5. Pengecatan Akhir (Top coating)
Top coating dilakukan dengan menggunakan Impra Aqua Lacquer Clear Gloss
(AL-961) yang ditambahkan dengan variasi penambahan air yaitu 25%, 30%, dan
35% volume air bersih dengan spray gun. Standar penambahan air yang
disarankan adalah 30%. Dibiarkan selama 120 menit, setelah itu permukaan kayu
diamplas lagi dengan menggunakan amplas No.400 dan dilapisi lagi dengan
menggunakan Impra Aqua Lacquer Clear Gloss (AL-961).
Pengujian Daya Tahan Lapisan Cat
Uji kelekatan yang dipilih adalah cross-cut test untuk mengetahui daya lekat
bahan finishing terhadap substrat (kayu) dibawahnya, uji efek pemberian bahan kimia
rumah tangga pada lapisan cat untuk mengetahui ketahanan lapisan finishing terhadap
pemberian bahan-bahan kimia rumah tangga, kemudian uji panas dan dingin (hot and
cold test) untuk mengetahui ketahanan terhadap panas dan dingin.
Pengujian Daya Tahan Lapisan Terhadap Bahan Kimia Rumah Tangga
Pengujian dilakukan dengan menggunakan bahan kimia rumah tangga seperti
margarin, susu kental manis, dan selai strawberry. Sebelum dilakukan pengujian, contoh
uji dikeringudarakan terlebih dahulu selama 1 minggu. Waktu pengeringan yang cukup
lama bertujuan untuk menghindari terjadinya penguapan dari bahan cat yang
memungkinkan kecerahan dan kekerasan menjadi berubah. Tahapan pengujian yang

12

dilakukan yaitu:
1. Pembagian contoh uji menjadi 6 bagian seperti yang terlihat pada Gambar 1 dengan
menggunakan spidol permanen. Tiga bagian untuk pengujian bahan kimia rumah
tangga, dua bagian untuk pengujian air panas dan air dingin, dan satu bagian untuk
cross cut test.

Gambar 1 Tampilan contoh uji berukuran 2,5 cm x 10 cm x 20 cm untuk tiga jenis
pengujian
2. Setiap bagian dilebur dengan bahan kimia rumah tangga dengan cara dioleskan pada
permukaan contoh uji lalu didiamkan selama 5-10 menit.
3. Contoh uji dibersihkan dengan menggunakan kain lap yang bersih, kemudian diamati
perubahan fisik cat yang terjadi dengan interval 1 jam dan 24 jam.
4. Perubahan fisik cacat yang terjadi pada permukaan kayu dapat dikalsifikasikan
berdasarkan Tabel 3.
Tabel 3

Klasifikasi nilai kondisi cacat permukaan.

Persentase Permukaan
Bercacat (%)
Tidak bercacat
0–1
2–3
4–7
7 – 10
11 – 20
21 – 30
31 – 40
41 – 55
56 – 75
>75
Sumber : ASTM D 1654-92 (2000)

Kelas
10
9
8
7
6
5
4
3
2
1
0

13

Pengujian Daya Lekat Lapisan Cat
Peralatan yang digunakan untuk pengujian ini adalah pisau pemotong
(penggores, cutter) yang tajam dan pressure-sensitive tape. Lapisan film waterbased
paint disiapkan pada panel uji kemudian digores dengan pisau sebanyak 11 baris dengan
jarak 2 mm, dalam jarak seragam. Goresan yang sama juga dibuat secara tegak lurus
dengan goresan yang pertama sehingga terbentuk pola bujur sangkar dengan bujur
sangkar kecil sebanyak 100 buah. Goresan yang dibuat tidak boleh terlalu dalam
sampai melukai permukaan kayu, tetapi cukup mencapai permukaan lapisan cat. Tape
ditempelkan secara merata di atas goresan yang dibuat, kemudian ujung tape ditarik
secara cepat dengan arah 45o terhadap permukaan panel. Tingkat kerusakan film
menunjukkan kualitas daya lekatnya. Tingkat kerusakan dapat terlihat dari berapa kotak
kecil yang tercabut dari lapisan film cat. Kualitas daya lekat yang kurang baik
ditunjukkan dengan tingkat kerusakan sebesar 35- 65% (kelas 1B) dan 65%-100%
(kelas 0B). Kualitas daya lekat yang paling baik ditunjukkan dengan garis potongan
yang rata tanpa ada kotak-kotak kecil yang terkelupas maupun tercabut sama sekali
(kelas 5B) dan jika tingkat kerusakan yang terjadi kurang dari 5% (kelas 4B). Nilai hasil
cross cut test diklasifikasikan berdasarkan Tabel 4 mengacu pada standar ASTM D
3359.
Tabel 4 Klasifikasi nilai daya lekat lapisan finishing pada permukaan kayu

Sumber : Pelatihan Training Finishing ACIAR, Jepara

Uji Ketahanan terhadap Panas dan Dingin
Dalam penggunaan sehari-hari seringkali perabot rumah tangga mendapat kontak
dengan bahan panas atau dingin. Panas dan dingin ini dapat merambat melalui lapisan

14

bahan finishing sehingga dapat mempengaruhi ikatan antar material finishing dan kayu
(mengembang atau menyusut). Oleh karena itu perlu dilakukan pengujian ini. Pengujian
panas dilakukan dengan cara meletakkan gelas kecil berisi air panas (mendidih) yang
didiamkan sampai air dalam gelas menjadi dingin. Pengujian dingin dilakukan dengan
meletakkan batu es dalam gelas di atas permukaan uji, kemudian ditunggu sampai
seluruh es mencair. Setelah itu dilakukan pengamatan terhadap permukaan contoh uji
dan diklasifikasikan dalam 10 kelas seperti yang ditampilkan pada Tabel 3.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Bahan Finishing yang Digunakan
Bahan finishing yang digunakan dalam penelitian ini adalah dua jenis bahan
finishing berpelarut air yang berbeda, yaitu waterbased lacquer produksi CV. Propan
Raya (sistem Impra Aqua Wood Finish) dan acrylic wood coating Treinoc produksi CV.
Jaya Perkasa. Kedua jenis bahan finishing tersebut memiliki cara pengaplikasian yang
sama dan sama-sama pernah digunakan dalam finishing mainan kayu edukatif produksi
CV. Omocha Toys, bahan finishing utama yang saat ini digunakan dalam pembuatan
mainan kayu edukatif di CV. Omocha Toys adalah acrylic wood coating Treinoc.
Meskipun kedua bahan finishing tersebut sama-sama berpelarut air, terdapat perbedaan
terutama dari sisi ekonomi, yaitu harga dari acrylic wood coating jauh lebih murah jika
dibandingkan dengan waterbased lacquer. Perbedaan secara visual dari kedua bahan
finishing tersebut lebih jelas dipaparkan dalam Tabel 5.
Tabel 5 Perbedaan bahan finishing waterbased lacquer dan acrylic wood coating
secara visual
Bahan

Waterbased Lacquer (Propan)

Filler

Cepat
mengering
diaplikasikan

Acrylic Wood Coating (Treinoc)

ketika Lama untuk mengering ketika
diaplikasikan dan bersifat lebih
kental jika dibandingkan dengan
filler dari Propan
Stain
Bersifat encer
Sedikit kental dengan bau yang
agak menyengat
Sanding sealer
Bersifat encer dan berwarna krem, Bersifat sangat kental dan
cepat
mengering
ketika berwarna putih, berbau sangat
diaplikasikan, bau tidak terlalu menyengat
menyengat
Top Coat (Clear Bersifat encer dan berwarna krem, Bersifat sedikit lebih kental jika
Gloss)
cepat
mengering
ketika dibandingkan dengan top coat
diaplikasikan, bau tidak terlalu pada Propan, berwarna putih,
menyengat
berbau sangat menyengat

15

Berat Labur Bahan Finishing yang Digunakan
Berdasarkan pengukuran, berat labur filler pada contoh uji basah dan kering
untuk masing-masing kombinasi perlakuan ternyata menunjukkan perbedaan yang tidak
mencolok, yaitu berkisar antara 0,00168 g/cm2-0,00493 g/cm2 pada kayu kering dan
0,00236-0,00459 g/cm2 pada kayu basah. Proses pengamplasan paling mudah dilakukan
terhadap permukaan kayu Jati dan Spruce dalam kondisi kering udara. Pengamplasan
paling sulit dilakukan pada permukaan kayu trembesi dengan kadar air tinggi karena
kondisi basah akan menyebabkan serat-serat kayu te