Daya Tahan Lapisan Finishing Interior Pelarut Air pada Kayu Jati, Kamper, dan Pinus.

DAYA TAHAN LAPISAN FINISHING INTERIOR PELARUT
AIR PADA KAYU JATI, KAMPER, DAN PINUS

ACHMAD ZAKKY

DEPARTEMEN HASIL HUTAN
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Daya Tahan Lapisan
Finishing Interior Pelarut Air pada Kayu Jati, Kamper, dan Pinus adalah benar
karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam
bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang
berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari
penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di
bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.
Bogor, Januari 2015
Achmad Zakky
NIM E24100089

ABSTRAK
ACHMAD ZAKKY. Daya Tahan Lapisan Finishing Interior Pelarut Air pada
Kayu Jati, Kamper, dan Pinus. Dibimbing oleh WAYAN DARMAWAN.
Terbatasnya pasokan kayu dari hutan alam membuat minat pasar terhadap
kayu hutan tanaman meningkat. Namun kayu yang berasal dari hutan tanaman
pada umumnya tergolong memiliki kualitas yang rendah, termasuk
keawetannya. Finishing merupakan salah satu solusi untuk mengatasi masalah
tersebut. Dalam kaitan ini telah banyak dikembangkan bahan finishing
berpelarut air (waterbased finishes) yang aman bagi lingkungan dan tidak
mengandung bahan kimia berbahaya yang dapat mengancam kesehatan
manusia. Penelitian telah dilakukan untuk mengetahui daya tahan lapisan
finishing berpelarut air (Impra Aqua dan Sayerlack Waterborne) pada kayu
Jati (Tectona grandis), Kamper (Dryobalanops aromatica), dan Pinus (Pinus
merkusii).
Pengujian daya tahan lapisan finishing yang dilakukan meliputi hot and

cold test, ketahanan terhadap bahan kimia rumah tangga, dan cross cut test.
Hasil pengujian menunjukkan bahwa lapisan finishing tahan terhadap hot and
cold test, sehingga diklasifikasikan ke dalam kelas 10 (dengan permukaan sama
sekali tidak bercacat). Lapisan yang terbentuk oleh bahan finishing Impra
Aqua juga tahan terhadap seluruh bahan kimia rumah tangga yang diujikan,
sehingga diklasifikasikan ke dalam kelas 10. Sementara itu ketahanan lapisan
finishing Sayerlack Waterborne terhadap tinta pulpen cenderung kurang kuat,
sehingga diklasifikasikan ke dalam kelas 9, namun bahan finishing tersebut
tahan terhadap bahan kimia seperti betadine dan rivanol. Pada hasil pengujian
daya lekat cat (cross cut test), kayu Jati pada kondisi basah yang dilapisi kedua
jenis bahan finishing tersebut memiliki nilai kekuatan daya lekat yang paling
lemah, sehingga digolongkan ke dalam kelas 3B. Sementara itu, seluruh sampel
kayu pada kondisi kering memiliki kualitas daya lekat bahan finishing yang
sangat kuat, sehingga digolongkan pada kelas 5B.
Kata kunci: Pelarut air, Finishing, Uji cross cut, Uji panas dingin, Impra Aqua,
Sayerlack Waterborne

ABSTRACT
ACHMAD ZAKKY. Durability of Water Based Interior Finishes Coating on
Teak, Champhor, and Pine. Supervised by WAYAN DARMAWAN

The limited supply of wood from natural forests makes markets interest to
wood from plantation forest increase. However, the wood comes from plantation
forests considered to be low in quality, including durability. Finishing is one of
the solutions to overcome these problems. In this present day there has been
developing water based finishing materials (waterbased finishes) that is safe for
the environment and does not contain harmful chemicals that can threaten human
health. A study has been conducted to determine the durability of the water based
finishing layer (Impra Aqua and Sayerlack Waterborne) on Teak (Tectona
grandis), Camphor (Dryobalanops aromatica), and Pine (Pinus merkusii).
The type of testing conducted covers on the hot and cold test, resistance to
household chemical materials, and cross-cut test. The test results showed that the
finishing layer is resistant to the hot and cold test, thus can be classified into class
10 (with a completely unblemished surface). The Layer formed by Impra Aqua
finishing material is also resistant to all household chemicals tested, so it is
classified into class 10. Meanwhile the layer resistance of Sayerlack Waterborne
finishing against ballpoint ink tend to be less powerful, so it is classified into class
9, but the finishing materials is resistant to chemicals such as Povidone-iodine. In
the test results of paint adhesion (cross cut test), teak wood in wet conditions
coated with both types of finishing materials has the weakest adhesion strength, so
it is classified into class 3B. Meanwhile, finishing layer for all the wood samples

under dry conditions have very strong adhesion, so it is classified in class 5B.
Keywords: Waterbased, Finishing, Cross cut test, Hot and cold test, Impra Aqua,
Sayerlack Waterborne

DAYA TAHAN LAPISAN FINISHING INTERIOR PELARUT
AIR PADA KAYU JATI, KAMPER, DAN PINUS

ACHMAD ZAKKY

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kehutanan
pada
Departemen Hasil Hutan

DEPARTEMEN HASIL HUTAN
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015


Judul Skripsi : Daya Tahan Lapisan Finishing Interior Pelarut Air pada Kayu Jati,
Kamper, dan Pinus.
Nama
: Achmad Zakky
NIM
: E24100089

Disetujui oleh

Prof. Dr. Ir. Wayan Darmawan, MSc
Pembimbing

Diketahui oleh

Prof. Dr. Ir Fauzi Febrianto, MS
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:


PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga penulisan skripsi ini dapat diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Juni 2014 ini ialah Daya
Tahan Lapisan Finishing Interior Pelarut Air pada Kayu Jati, Kamper, dan Pinus.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Prof. Dr. Ir. Wayan
Darmawan, MSc selaku pembimbing yang telah banyak memberi saran dan
nasihat. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Pak Suhada, Pak
Kadiman, dan Pak Mahdi selaku Laboran di Departemen Hasil Hutan Fakultas
Kehutanan IPB yang sangat sabar dalam membantu penulis melakukan penelitian.
Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada kedua orang tua, kakak, serta
adik yang telah banyak memberikan bantuan berupa dukungan moril dan doa yang
tiada henti sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini. Kepada temanteman Kehutanan IPB Helga, Fauzan, Rumondang, Faiz Zaini, Kak Irsan,
Qisthya, Syahrul, Adi, Alam serta seluruh keluarga Teknologi Hasil Hutan
angkatan 47 atas dorongan dan apresiasinya.
Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat dalam pengembangan ilmu
finishing kayu.

Bogor, Januari 2015
Achmad Zakky


DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

ix

DAFTAR GAMBAR

ix

DAFTAR LAMPIRAN

x

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang
Tujuan Penelitian

Manfaat Penelitian
METODE
Lokasi dan Waktu Penelitian
Bahan
Alat
Pembuatan Contoh Uji
Aplikasi Bahan Finishing pada Contoh Uji
Pengujian Daya Tahan Lapisan Cat
Pengujian Daya Tahan Lapisan terhadap Bahan Kimia Rumah Tangga
Pengujian Daya Lekat Lapisan Cat
Pengujian Daya Tahan terhadap Panas dan Dingin
HASIL DAN PEMBAHASAN
Bahan Finishing yang Digunakan
Berat Labur Bahan Finishing yang Dihasilkan
Penampilan Kayu Setelah Dilakukan Finishing dengan Impra Aqua dan
Sayerack Waterborne
Bentuk Cacat yang Terjadi pada Lapisan Finishing Sebelum Pengujian
Sagging
Blotching
Pengujian Daya Tahan Lapisan Finishing

Uji Daya Lekat Lapisan Cat
Uji Ketahanan Terhadap Panas dan Dingin
Uji Ketahanan Terhadap Bahan Kimia Rumah Tangga
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran

1
2
2
2
2
2
2
3
3
4
5
5
6

6
6
7
10
13
13
13
14
14
15
16
18
18
18

DAFTAR PUSTAKA

18

LAMPIRAN

RIWAYAT HIDUP

20
33

ix

DAFTAR TABEL
1 Klasifikasi nilai kondisi cacat permukaan
2 Klasifikasi nilai daya lekat lapisan finishing pada permukaan kayu
3 Hasil pengujian daya lekat lapisan finishing pada sampel basah
4 Hasil pengujian daya lekat lapisan finishing pada sampel kering
5 Rerata kelas daya tahan lapisan finishing teradap bahan kimia rumah
tangga (kondisi basah dan kering) setelah pengujian selama 1 jam
6 Rerata kelas daya tahan lapisan finishing teradap bahan kimia rumah
tangga (kondisi basah dan kering) setelah pengujian selama 24 jam

5
6
15
15
17
17

DAFTAR GAMBAR
7 Tahapan aplikasi Impra Aqua
8 Tahapan aplikasi Sayerlack Waterborne
9 Tampilan contoh uji berukuran 2 cm x 10 cm x 20 cm untuk tiga
jenis pengujian
10 Histogram rerata berat labur filler Propan (g/cm2) untuk sampel basah
(a) dan sampel kering (b)
11 Histogram rerata berat labur wood stain Propan (g/cm2) untuk sampel
basah (a) dan sampel kering (b)
12 Histogram rerata berat labur wood stain Sayerlack (g/cm2) untuk
sampel basah (a) dan sampel kering (b)
13 Histogram rerata berat labur sealer Propan (g/cm2) untuk sampel basah
(a) dan sampel kering (b)
14 Histogram rerata berat labur top coat Propan (g/cm2) untuk sampel
basah (a) dan sampel kering (b)
15 Histogram rerata berat labur top coat Sayerlack (g/cm2) untuk sampel
basah (a) dan sampel kering (b)
16 Penampilan Kayu Jati yang difinishing dengan Impra Aqua
17 Penampilan Kayu Jati yang difinishing dengan Sayerlack Waterborne
18 Penampilan Kayu Kamper yang difinishing dengan Impra Aqua
19 Penampilan Kayu Kamper yang difinishing dengan Sayerlack
Waterborne
20 Penampilan Kayu Pinus yang difinishing dengan Impra Aqua
21 Penampilan Kayu Pinus yang difinishing dengan Sayerlack Waterborne
22 Cacat finishing berupa sags and runs
23 Blotching yang terjadi pada kayu Pinus
24 Permukaan contoh uji pada cross cut test (a) sebelum ditempelkan tape
(b) sesudah ditempelkan tape
25 Pengujian terhadap panas dan dingin
26 Pengujian lapisan bahan finishing terhadap bahan kimia rumah tangga
27 Penampilan kayu yang difinishing dengan Sayerlack Waterborne
sebelum dan sesudah pengujian dengan tinta pulpen

3
4
4
7
8
8
9
10
10
11
11
11
12
12
12
13
13
14
15
16
17

x

DAFTAR LAMPIRAN
1 Berat labur filler dan wood stain contoh uji
2 Berat labur sealer dan top coat contoh uji
3 Potongan bagian permukaan contoh uji yang mengalami perlakuan pada
cross cut test

20
25
30

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Seiring pertambahan populasi dan perkembangan ekonomi Indonesia,
permintaan akan barang dan jasa yang berasal dari hutan alam akan meningkat,
sementara areal hutan alam di Indonesia cenderung menurun. Semakin
berkurangnya luas areal hutan alam yang ada pada saat ini berpengaruh terhadap
berkurangnya produksi kayu yang dihasilkan. Penurunan produksi kayu tidak
diimbangi dengan jumlah permintaan yang terus meningkat dari tahun ke tahun
(Martawijaya et al. 1981). Departemen Kehutanan (2009) menyebutkan bahwa
produksi kayu bulat tahun 2008 sebesar 31,98 juta m3 sedangkan kebutuhan
kayunya mencapai 46,32 juta m3. Hal tersebut mendorong peningkatan peran
Hutan tanaman sebagai penyedia bahan baku alternatif untuk menggantikan peran
hutan alam. Pemenuhan bahan baku dari hutan tanaman memperlihatkan
kecenderungan peningkatan yang cukup signifikan, yakni sebesar 10,3 juta m3
pada tahun 2004 menjadi sebesar 24,5 juta m3 pada tahun 2008. Hutan tanaman ke
depan akan menjadi basis dan tulang punggung industri perkayuan nasional
(Badan Litbang Kehutanan 2010). Namun sayangnya, kualitas kayu-kayu yang
berasal dari hutan tanaman umumnya lebih rendah jika dibandingkan dengan
kayu-kayu yang berasal dari hutan alam. Hal ini dikarenakan, jenis kayu hutan
tanaman umumnya merupakan jenis cepat tumbuh, sehingga memiliki kualitas
penampilan dan keawetan yang rendah. Salah satu cara untuk menanggulangi hal
tersebut adalah dengan melakukan finishing terhadap kayu-kayu yang akan
dijadikan bahan baku furniture.
Finishing kayu adalah kegiatan melapisi permukaan suatu kayu dengan
bahan pelapis tertentu untuk tujuan perlindungan (protektif) dan peningkatan nilai
keindahan kayu (dekoratif) (Adidarma 1998). Sifat-sifat finishing pada prinsipnya
dapat dipengaruhi oleh tiga macam faktor diantaranya faktor bahan baku kayu,
faktor bahan pelapis yang digunakan, dan faktor aplikasi bahan finishing yang
digunakan (USFPL 1974). Sebagian besar cat yang beredar di pasaran dan
diaplikasikan di Indonesia berasal dari bahan finishing larut minyak yang dalam
pemakaianya menghasilkan bahan-bahan kimia yang berbahaya bagi kesehatan.
Oleh karena itu diperlukan cat yang ramah lingkungan, tidak mengandung racun,
dan ekonomis. Bahan finishing berpelarut air (waterbased finishes) merupakan cat
yang ramah lingkungan dimana hanya mengeluarkan sedikit emisi gas pada saat
proses pengeringannya sehingga tidak mencemari lingkungan. Perbedaan bahan
finishing akan menghasilkan kualitas hasil finishing yang bervariasi. Namun,
bahan finishing yang mempunyai kualitas bagus pun belum tentu cocok dengan
struktur permukaan kayu tertentu. Struktur anatomi kayu sangat mempengaruhi
aliran cairan dan gas di dalamnya. Hubungan antara struktur anatomi kayu dengan
kemampuan mengalirkan cairan telah dipelajari oleh beberapa peneliti, baik pada
kayu daun lebar maupun kayu daun jarum (Bamber dan Burley 1983). Oleh
karena itu penelitian ini ingin mengetahui bagaimana perbedaan jenis kayu
(hardwood dan softwood) akan mempengaruhi aplikasi dan performa bahan
finishing berpelarut air, sehingga dapat memberikan hasil finishing yang optimal.

2

Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk:
1. Menentukan ketahanan lapisan finishing terhadap panas, dingin, dan bahan
kimia rumah tangga dari dua tipe bahan finishing berpelarut air yang
berbeda
2. Menentukan perbedaan kualitas lapisan finishing yang dibentuk dari dua tipe
bahan finishing berpelarut air yang berbeda pada tiga jenis kayu.

Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai
penggunaan bahan finishing berpelarut air (waterbased finishes) pada kayu Jati,
Kamper, dan Pinus dalam kondisi kering dan basah sehingga menghasilkan
produk-produk yang berkualitas tinggi untuk diaplikasikan dalam industri
pengerjaan kayu Indonesia.

METODE
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di Laboratorium Teknologi Peningkatan Mutu Kayu
Departemen Hasil Hutan Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor, sejak
bulan Juni sampai Oktober 2014.
Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian kali ini adalah kayu Jati
(Tectona grandis), kayu Kamper (Dryobalanops aromatica), dan kayu Pinus
(Pinus merkusii). Kayu Jati dan Pinus berasal dari Perum Perhutani, sehingga
dapat diketahui umur tebang dari masing-masing pohon tersebut. Kayu Jati berada
pada KU (kelas umur) VI sedangkan kayu Pinus berada pada KU IV. Bahan
finishing yang digunakan adalah bahan finishing berpelarut air Impra Aqua Wood
Filler (AWF-911), Impra Aqua Wood Stain (Brown) (AWS-921), Impra Aqua
Sanding Sealer (ASS-941), Impra Aqua Lacquer (Clear Gloss) (AL-961),
Sayerlack Hydroplus Waterborne Protective Wood Stain (Dark Brown) (AM0549), Sayerlack Hydroplus Waterborne Self Sealer (AF-7440/00), serta air
destilata sebagai pengencer.
Alat
Persiapan contoh uji dilakukan dengan menggunakan bantuan alat
pemotong / pembelah kayu yaitu circular saw. Alat yang digunakan untuk
mengurangi tebal papan yaitu mesin thicknesser. Alat yang digunakan dalam
proses finishing adalah kertas amplas No.180, No.240, No.400, kape, kain bal,

3
dan kuas. Dalam melakukan pengujian alat-alat yang digunakan adalah lup,
kaliper, cutter, pressure sensitive tape, moisture meter, pipet, gelas ukur, sendok
plastik, kalkulator, kamera digital, dan timbangan digital kern. Pengolahan data
menggunakan komputer yang dilengkapi program aplikasi Microsoft Office Excel
2007.
Pembuatan Contoh Uji
Contoh uji yang dibuat berukuran 20 cm x 10 cm x 2 cm dari 3 jenis kayu
yang berbeda, yaitu Jati, Kamper, dan Pinus. Masing-masing contoh uji dibagi
dalam dua bidang yaitu papan tangensial (flat sawn board) dan papan radial
(quarter sawn board) serta kadar air basah (± 20-40%) dan kadar air kering udara
(± 12-15%). Masing-masing kayu tersebut diberi perlakuan finishing dan
dilanjutkan dengan pengujian daya tahan lapisan finishingnya. Pengujian lapisan
finishing tersebut diulang sebanyak tiga kali menggunakan contoh uji yang
berbeda.
Aplikasi Bahan Finishing pada Contoh Uji
Berat labur bahan finishing yang digunakan pada penelitian ini adalah 80
g/m2. Berat labur tersebut bertujuan agar setiap contoh uji menerima pelaburan /
berat bahan finishing (gram) yang sama, sehingga diperoleh data yang lebih
akurat. Tahapan aplikasi Impra Aqua dan Sayerlack Waterborne dapat dilihat
pada diagram alir yang masing-masing tersaji pada Gambar 1 dan Gambar 2.
Aplikasikan Impra
Aqua Wood Filler
(AWF-911) dan 10 %
air dengan
menggunakan kuas
dan tunggu 60 menit
sampai kering

Kayu diamplas
dengan kertas
amplas no. 180

Aplikasikan 2 kali
Impra Aqua Sanding
Sealer ( ASS-941)
dan 10 % air dengan
menggunakan kuas
yang dilapisi kain bal
dan diamkan selama
60 menit

Amplas dengan
kertas amplas
no. 400

Amplas dengan
kertas amplas
no. 400

Amplas dengan
kertas amplas no.
240 hingga
permukaan kayu
terlihat kembali

Aplikasikan Impra
Aqua Wood Stain
(AWS-921) dan 10 %
air dengan
menggunakan kuas
yang dilapisi kain bal
dan diamkan selama 60
menit

Aplikasikan 2 kali Impra Aqua
Lacquer Clear Gloss (AL-961) dan
10 % air dengan menggunakan
kuas yang dilapisi kain bal dan
dibiarkan selama 120 menit

Gambar 1 Tahapan aplikasi Impra Aqua

4

Kayu diamplas dengan
kertas amplas no. 180

Aplikasikan 2 kali
Sayerlack Hydro
Waterborne Self
Sealer (AF-7440/00)
dan 10 % air dengan
menggunakan kuas
yang dilapisi kain bal
dan diamkan selama
60 menit

Aplikasikan Impra
Aqua Wood Filler
(AWF-911) dan 10 %
air dengan
menggunakan kuas
dan tunggu 60 menit
sampai kering

Amplas dengan kertas
amplas no. 240 hingga
permukaan kayu
terlihat kembali

Amplas dengan kertas
amplas no. 400

Aplikasikan
Sayerlack Hydroplus
Waterborne Wood
Stain (AM-0549) dan
10 % air dengan
menggunakan kuas
yang dilapisi kain bal
dan diamkan selama
60 menit

Gambar 2 Tahapan aplikasi Sayerlack Waterborne
Pengujian Daya Tahan Lapisan Cat
Terdapat tiga pengujian daya tahan lapisan cat yaitu uji terhadap bahan
kimia rumah tangga untuk mengetahui ketahanan lapisan cat terhadap bahanbahan kimia rumah tangga, uji cross-cut test untuk mengetahui daya lekat bahan
finishing terhadap substrat (kayu) dibawahnya, kemudian uji panas dan dingin
(hot and cold test) untuk mengetahui ketahanan lapisan cat terhadap suhu yang
ekstrem.
Sebelumnya contoh uji dibagi menjadi enam bagian seperti yang terlihat
pada Gambar 3 dengan menggunakan spidol permanen. Tiga bagian untuk
pengujian bahan kimia rumah tangga, dua bagian untuk pengujian air panas dan
air dingin, dan satu bagian untuk cross cut test.
Rivanol
Air Dingin
Cross Cut Test

Betadine
Air Panas

Tinta Pulpen

Gambar 3 Tampilan contoh uji berukuran 2 cm x 10 cm x 20 cm untuk tiga
jenis pengujian

5
Pengujian Daya Tahan Lapisan terhadap Bahan Kimia Rumah Tangga
Pengujian dilakukan dengan menggunakan bahan kimia rumah tangga
seperti betadine, rivanol, dan tinta pulpen. Sebelum dilakukan pengujian, contoh
uji dikeringudarakan terlebih dahulu selama 1 minggu. Waktu pengeringan yang
cukup lama bertujuan untuk menghindari terjadinya penguapan dari bahan cat
yang memungkinkan kecerahan dan kekerasan menjadi berubah. Setiap bagian
ditetesi dengan bahan kimia rumah tangga dengan menggunakan pipet sebanyak
dua tetes lalu didiamkan selama 10 menit. Contoh uji dibersihkan dengan
menggunakan kain lap yang bersih, kemudian diamati perubahan fisik cat yang
terjadi dengan interval 1 jam dan 24 jam. Perubahan fisik cacat yang terjadi pada
permukaan kayu dapat diklasifikasikan berdasarkan Tabel 1.
Tabel 1

Klasifikasi nilai kondisi cacat permukaan
Presentase Permukaan
Bercacat (%)

Tidak bercacat
0–1
2–3
4–7
7 – 10
11 – 20
21 – 30
31 – 40
41 – 55
56 – 75
>75
Sumber : ASTM D 1654-92 (2000)

Kelas
10
9
8
7
6
5
4
3
2
1
0

Pengujian Daya Lekat Lapisan Cat
Peralatan yang digunakan untuk pengujian ini adalah pisau pemotong
(cutter) yang tajam dan pressure sensitive tape. Lapisan film waterbased paint
disiapkan pada panel uji kemudian digores dengan pisau sebanyak 11 baris
dengan jarak antar garis sebesar 2 mm. Goresan yang sama juga dibuat secara
tegak lurus dengan goresan yang pertama sehingga terbentuk pola bujur sangkar
dengan bujur sangkar kecil sebanyak 100 buah. Goresan yang dibuat tidak boleh
terlalu dalam sampai melukai permukaan kayu, tetapi cukup mencapai lapisan
permukaan cat. Tape ditempelkan secara merata di atas goresan yang dibuat,
kemudian ujung tape ditarik secara cepat dengan arah 45o terhadap permukaan
panel. Tingkat kerusakan film menunjukkan kualitas daya lekatnya. Tingkat
kerusakan dapat terlihat dari berapa kotak kecil yang tercabut dari lapisan film cat.
Kualitas daya lekat yang kurang baik ditunjukkan dengan tingkat kerusakan
sebesar 35% - 65% (kelas 1B) dan 65% - 100% (kelas 0B). Kualitas daya lekat
yang paling baik ditunjukkan dengan garis potongan yang rata tanpa ada lapisan
cat yang terkelupas pada kotak-kotak kecil (kelas 5B) dan jika tingkat kerusakan
lapisan cat yang terjadi kurang dari 5% termasuk dalam kelas 4B. Nilai hasil cross
cut test diklasifikasikan berdasarkan Tabel 2 yang mengacu pada standar ASTM
D 3359.

6
Tabel 2

Klasifikasi nilai daya lekat lapisan finishing pada permukaan kayu

Sumber : Pelatihan Training Finishing ACIAR, Jepara

Pengujian Daya Tahan terhadap Panas dan Dingin
Dalam penggunaan sehari-hari seringkali perabot rumah tangga mendapat
kontak dengan bahan panas atau dingin. Panas dan dingin ini dapat merambat
melalui lapisan bahan finishing sehingga dapat mempengaruhi ikatan antar
material finishing dan kayu (mengembang atau menyusut). Oleh karena itu perlu
dilakukan pengujian ini. Pengujian panas dilakukan dengan cara meletakkan gelas
kecil berisi air panas (mendidih) yang didiamkan sampai air dalam gelas menjadi
dingin. Pengujian dingin dilakukan dengan meletakkan batu es dalam gelas di atas
permukaan uji, kemudian ditunggu sampai seluruh es mencair. Setelah itu
dilakukan pengamatan terhadap permukaan contoh uji dan diklasifikasikan dalam
10 kelas seperti yang ditampilkan pada Tabel 1.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Bahan Finishing yang Digunakan
Bahan finishing yang digunakan dalam penelitian ini adalah dua jenis
bahan finishing berpelarut air yang berbeda, yaitu Impra Aqua dan Sayerlack
Waterborne. Kedua jenis bahan finishing tersebut memiliki cara pengaplikasian
yang hampir sama, namun karena Sayerlack tidak memproduksi filler maka untuk
aplikasi filler menggunakan Impra Aqua Wood Filler produksi CV. Propan Raya.
Jenis top coat produksi Sayerlack yang digunakan pada penelitian ini
menggunakan sistem Self Sealers, dimana sealer tersebut terkandung dalam top
coat. Meskipun kedua bahan finishing tersebut sama-sama berpelarut air, terdapat

7
perbedaan terutama dari sisi ekonomi, yaitu harga dari Impra Aqua (produksi
dalam negeri) jauh lebih murah jika dibandingkan dengan Sayerlack Waterborne
(produksi Italia).
Berat Labur Bahan Finishing yang Dihasilkan

Rata-Rata BLF

Pemberian filler bertujuan untuk mendapatkan permukaan bidang kayu
yang halus dan seragam. Sebelum pengaplikasian filler, contoh uji diamplas
dengan menggunakan kertas amplas No. 180 agar permukaannya halus serta
membersihkan kayu dari segala kotoran yang menempel seperti debu.
Berdasarkan pengukuran, berat labur filler pada kondisi basah sedikit lebih
rendah dibandingan dengan berat labur filler pada kondisi kering, yaitu berkisar
antara 0,000687 g/cm2- 0,00587 g/cm2 pada kayu basah dan 0,00291 g/cm2 0,00552 g/cm2 pada kayu kering. Berat labur pada kedua bidang orientasi
(radial dan tangensial) ternyata menunjukan perbedaan yang tidak mencolok.
Permukaan kayu sebelum diaplikasikan filler umumnya berbeda-beda seperti
kayu dengan serat terbuka, kayu yang memiliki cacat tergores, dan ada kayu
yang permukaannya sudah seragam. Dengan demikian besarnya berat labur
filler yang didapat akan bervariasi. Pengamplasan paling sulit dilakukan pada
permukaan kayu dengan kadar air tinggi karena kondisi basah akan
menyebabkan serat-serat kayu terangkat ke permukaan, sehingga permukaan
menjadi berserabut dan kasar. Rata- rata berat labur filler pada masing-masing
contoh uji tersaji pada Gambar 4.
0.007
0.006
0.005
0.004
0.003
0.002
0.001
0
Radial

Tangensial

Radial

Tangensial

Jati

0.000687

0.00125

0.00291

0.00386

Kamper

0.00587

0.00364

0.00552

0.00402

Pinus

0.00112

0.0015

0.00435

0.00445

(a)
(b)
Gambar 4 Histogram rerata berat labur filler (BLF) Propan (g/cm2) untuk sampel
basah (a) dan sampel kering (b)
Wood stain digunakan untuk mencerahkan atau mengubah warna alami
dari kayu, tetapi tidak mengubah penampilan alami dari kayu tersebut. Wood stain
Sayerlack (AM-0549) cenderung lebih cepat mengering dibandingkan dengan
wood stain Propan (AWS-921). Dilihat dari kadar airnya, berat labur wood stain
pada kondisi basah lebih rendah dibandingkan dengan berat labur wood stain pada
kondisi kering, yaitu berkisar antara 0,000565 g/cm2 - 0,00384 g/cm2 pada kayu
basah dan 0,00179 g/cm2 - 0,00667 g/cm2 pada kayu kering. Hal ini diduga

8

Rata-Rata BLWS

karena kadar air yang terlalu tinggi mengakibatkan penetrasi dan penyerapan
cairan ke dalam kayu menjadi berkurang. Dilihat dari jenis kayunya, berat labur
terkecil dan terbesar secara berurutan yaitu, Jati sebesar 0,000565 g/cm2 dan
Pinus sebesar 0,00667 g/cm2. Struktur anatomi kayu daun jarum (softwood) lebih
homogen dan diduga lebih permeabel dibandingkan dengan kayu daun lebar
(hardwood) (Tsoumis 1991). Hal ini menyebabkan kayu Pinus (softwood) mampu
menyerap wood stain lebih banyak dibandingkan kayu Jati dan Kamper
(hardwood). Rata-rata berat labur wood stain Propan dan wood stain Sayerlack
dapat dilihat masing-masing pada Gambar 5 dan Gambar 6.
0.007
0.006
0.005
0.004
0.003
0.002
0.001
0
Radial

Tangensial

Radial

Tangensial

Jati

0.000565

0.00105

0.00189

0.002

Kamper

0.00125

0.000866

0.00232

0.00218

Pinus

0.00256

0.00342

0.00667

0.00658

Rata-Rata BLWS

(a)
(b)
Gambar 5 Histogram rerata berat labur wood stain (BLWS) Propan (g/cm2)
untuk sampel basah (a) dan sampel kering (b)
0.007
0.006
0.005
0.004
0.003
0.002
0.001
0
Radial

Tangensial

Radial

Tangensial

Jati

0.000976

0.00135

0.00213

0.00179

Kamper

0.00169

0.00167

0.00242

0.0027

Pinus

0.00247

0.00384

0.00658

0.00637

(a)
(b)
Gambar 6 Histogram rerata berat labur wood stain (BLWS) Sayerlack (g/cm2)
untuk sampel basah (a) dan sampel kering (b)
Bahan penyekat (sealer) diberikan dengan tujuan sebagai pemisah antara
pewarna dasar (stain) dengan cat akhir (top coat), untuk mencegah migrasi bahan
lapisan cat akhir (top coat) ke dalam substrat (kayu) atau dari substrat ke
lapisan cat akhir (Darmawan et al. 2011). Pengaplikasian sealer dilakukan
sebanyak 2 kali pada masing-masing permukaan contoh uji dengan menggunakan
kuas yang dilapisi bal. Dilihat dari kadar airnya, berat labur sealer pada kondisi

9

Rata-Rata BLS

basah lebih rendah dibandingan dengan berat labur sealer pada kondisi kering,
yaitu berkisar antara 0,000785 g/cm2- 0,006 g/cm2 pada kayu basah dan 0,0036
g/cm2 - 0,00934 g/cm2 pada kayu kering. Dilihat dari jenis kayunya, berat labur
terkecil dan terbesar secara berurutan yaitu, Jati sebesar 0,000785 g/cm2 dan
Pinus sebesar 0,00934 g/cm2. Rata- rata berat labur sealer Propan pada masingmasing contoh uji tersaji pada Gambar 7.
0.01
0.009
0.008
0.007
0.006
0.005
0.004
0.003
0.002
0.001
0
Jati
Kamper
Pinus

Radial

Tangensial

Radial

Tangensial

0.000785

0.00189

0.0036

0.00531

0.006

0.00544

0.00652

0.00647

0.00293

0.00416

0.00932

0.00934

(a)
(b)
Gambar 7 Histogram rerata berat labur sealer (BLS) Propan (g/cm2) untuk
sampel basah (a) dan sampel kering (b)
Top coat merupakan tahap pelapisan akhir yang dilakukan dalam proses
finishing yang membentuk lapisan tipis untuk melindungi dan memberikan kesan
keindahan terhadap permukaan yang dilapisi. Pengaplikasian top coat dilakukan
sebanyak dua kali dengan menggunakan kuas yang dilapisi bal. Top coat Propan
bersifat clear gloss sehingga mampu menghasilkan permukaan yang licin dan
mengkilap, sedangkan top coat Sayerlack menggunakan sistem self-sealer
dimana sealer itu terkandung dalam top coat, sehingga permukaan yang
dihasilkan kurang mengkilap. Top coat Sayerlack (AF-7440/00) cenderung lebih
cepat mengering dibandingkan dengan Top coat Propan (AL-961). Dilihat dari
kadar airnya, berat labur top coat pada kondisi basah lebih rendah dibandingan
dengan berat labur top coat pada kondisi kering, yaitu berkisar antara 0,000872
g/cm2 - 0,00226 g/cm2 pada kayu basah dan 0,00233 g/cm2 - 0,00735 g/cm2
pada kayu kering. Dilihat dari jenis kayunya, berat labur terkecil dan terbesar
secara berurutan yaitu, Jati sebesar 0,000872 g/cm2 dan Pinus sebesar 0,00735
g/cm2. Rata-rata berat labur top coat Propan dan topcoat Sayerlack dapat dilihat
masing-masing pada Gambar 8 dan Gambar 9. Data rekapitulasi berat labur
seluruh contoh uji dari proses pengaplikasian filler sampai dengan top coat secara
lebih jelas disajikan pada Lampiran 1 dan Lampiran 2.

Rata-Rata BLTC

10
0.008
0.007
0.006
0.005
0.004
0.003
0.002
0.001
0
Radial

Tangensial

Radial

Tangensial

Jati

0.000872

0.00135

0.0052

0.0059

Kamper

0.00212

0.00226

0.00445

0.00454

Pinus

0.00141

0.0015

0.00646

0.00735

Rata-Rata BLTC

(a)
(b)
Gambar 8 Histogram rerata berat labur top coat (BLTC) Propan (g/cm2) untuk
sampel basah (a) dan sampel kering (b)
0.008
0.007
0.006
0.005
0.004
0.003
0.002
0.001
0
Radial

Tangensial

Radial

Tangensial

Jati

0.00122

0.00145

0.00233

0.00428

Kamper

0.00121

0.00164

0.00355

0.00307

Pinus

0.00114

0.00184

0.00509

0.00609

(a)
(b)
Gambar 9 Histogram rerata berat labur top coat (BLTC) Sayerlack (g/cm2) untuk
sampel basah (a) dan sampel kering (b)
Penampilan Kayu Setelah Dilakukan Finishing dengan Impra Aqua dan
Sayerlack Waterborne
Penampilan masing-masing kayu setelah dilapisi dengan Impra Aqua dan
Sayerlack Waterborne dapat dilihat pada Gambar 10 sampai dengan Gambar 15.
Permukaan kayu menjadi berwarna cokelat muda setelah distain dengan Impra
Aqua dan berwarna cokelat tua setelah distain dengan Sayerlack Waterborne. Top
coat dengan tipe clear gloss pada Propan menghasilkan permukaan kayu yang
lebih licin serta mengkilap dibandingkan dengan top coat tipe self-sealer pada
Sayerlack. Arah pantulan cahaya tipe clear gloss pada Propan juga lebih fokus
dibandingkan arah pantulan cahaya tipe self-sealer pada Sayerlack yang
cenderung menyebar. Hal ini dikarenakan, tipe clear gloss pada Propan
memiliki lapisan film yang lebih rapat, datar, dan pori-porinya tertutup. Dengan
demikian sudut yang dipantulkan lebih searah dan fokus. Pada tipe self-sealer,
lapisan film cenderung mengikuti pori-pori kayu serta permukaannya tidak rata,
sehingga sudut yang dipantulkan lebih menyebar.

11

Normal

Gambar 10

Normal

Gambar 11

Normal

Gambar 12

Filler

Stain

Sealer

Top Coat

Penampilan Kayu Jati yang difinishing dengan Impra Aqua

Filler

Stain

Top Coat

Penampilan Kayu Jati yang difinishing dengan Sayerlack
Waterborne

Filler

Stain

Sealer

Top Coat

Penampilan Kayu Kamper yang difinishing dengan Impra Aqua

12

Normal

Gambar 13

Normal

Gambar 14

Normal

Gambar 15

Filler

Stain

Top Coat

Penampilan Kayu Kamper yang difinishing dengan Sayerlack
Waterborne

Filler

Stain

Sealer

Top Coat

Penampilan Kayu Pinus yang difinishing dengan Impra Aqua

Filler

Stain

Top Coat

Penampilan Kayu Pinus yang difinishing dengan Sayerlack
Waterborne

13
Bentuk Cacat yang Terjadi pada Lapisan Finishing Sebelum Pengujian
Sagging
Cacat ini diakibatkan oleh pengaplikasian bahan finishing yang terlalu
tebal. Cara mengatasinya adalah dengan cara mengikisnya dan diampelas hingga
halus, kemudian aplikasikan kembali bahan finishing pada area tersebut. Cacat
sagging pada finishing kayu dapat dilihat pada Gambar 16.
Sagging

Gambar 16

Cacat finishing berupa sagging

Blotching
Blotching ialah penyerapan stain yang tidak merata pada seluruh
permukaan kayu sehingga menyebabkan perbedaan warna yang dihasilkan.
Cacat ini terjadi pada sampel Pinus baik pada kondisi basah maupun kering.
Salah satu penyebab blotching ialah jamur blue stain, jamur ini menyerang kayu
gergajian yang baru dipotong. Daerah yang terinfeksi oleh blue stain cenderung
mampu menyerap stain lebih cepat, hal ini menyebabkan penyerapan stain
menjadi tidak merata. Cacat ini tidak bisa dicegah ketika stain telah
diaplikasikan (Williams dan Feist 2004). Penyebab blotching lainnya ialah
kandungan resin dan minyak yang terdapat pada kayu Pinus. Menurut Charles
dan Vick (1999), kandungan ekstraktif (minyak dan resin) cenderung memiliki
senyawa non polar atau bersifat hidrofobik, sehingga dapat menyulitkan proses
penetrasi bahan berpelarut air. Penyerapan bahan finishing pelarut air pada
daerah yang mengandung minyak dan resin relatif lebih rendah dibandingkan
daerah yang lain, dalam hal ini penyerapan stain tersebut menjadi tidak merata
pada seluruh permukaan Pinus. Cara pencegahan blotching ini adalah dengan
cara mengeringkan kayu terutama kayu gergajian, sesudah dibelah harus secepat
mungkin dikeringkan untuk mencegah timbulnya blue stain. Setelah itu
aplikasikan dengan bahan finishing yang transparan, sehingga blotching tersebut
tidak terlihat. Cacat blotching pada finishing kayu dapat dilihat pada Gambar 17.

Blotching

Gambar 17

Blotching yang terjadi pada kayu Pinus (Pinus merkusii)

14
Pengujian Daya Tahan Lapisan Finishing
Uji Daya Lekat Lapisan Cat
Cross cut test adalah metode yang sederhana dan praktis untuk
mengetahui daya lekat dari suatu lapisan finishing terhadap substrat (kayu, besi,
dan lain-lain). Tampilan contoh uji pada metode cross cut dapat dilihat pada
Gambar 18.

Gambar 18

(a)
(b)
Permukaan contoh uji pada cross cut test (a) sebelum ditempelkan
tape (b) sesudah ditempelkan tape

Secara keseluruhan, perbedaan orientasi serat kayu (papan radial dan
tangensial) memiliki daya lekat lapisan finishing yang tidak jauh berbeda.
Dilihat dari jenis bahan finishingnya, daya lekat lapisan finishing yang
menggunakan Impra Aqua sedikit lebih besar dibandingkan dengan bahan
finishing yang menggunakan Sayerlack Waterborne. Perbedaan kadar air juga
mempengaruhi kualitas daya lekatnya tersebut. Pada umumnya kayu yang
memiliki kondisi kadar air tinggi (basah) memiliki kekuatan daya lekat yang
lebih rendah jika dibandingkan dengan kayu yang memiliki kadar air rendah
(kering). Hal ini dikarenakan, seluruh berat labur bahan finishing yang didapat
pada kondisi basah cenderung lebih rendah jika dibandingkan dengan berat
labur bahan finishing yang didapat pada kondisi kering.
Variasi kualitas daya lekat dari bahan finishing pada setiap ulangan
contoh uji ditunjukan dalam Tabel 3 dan Tabel 4. Kayu Jati pada kondisi basah
yang dilapisi kedua jenis bahan finishing tersebut memiliki nilai kekuatan daya
lekat yang paling lemah sehingga digolongkan ke dalam kelas 3B, dengan
presentase kerusakan sebesar 5% - 15%. Seluruh sampel kayu pada kondisi
kering memiliki kualitas daya lekat bahan finishing yang sangat kuat sehingga
digolongkan ke dalam kelas 5B, dengan presentase kerusakan sebesar 0%.
Menurut Somnez dan Budakci (2004), kadar air kayu yang terlalu tinggi
dapat menurunkan kekuatan ikatan kimia antara bahan finishing dengan
permukaan kayu. Air di dalam dinding sel dapat menghalangi masuknya bahan
finishing ke dalam kayu, sehingga bahan finishing tersebut hanya mengisi celahcelah kosong yang terdapat pada permukaan kayu. Dengan demikian ikatan
adhesi antara bahan finishing dengan permukaan kayu menjadi lemah (Somnez
et al. 2009). Selama proses penyerapan cairan ke dalam kayu, molekul air
tersebut diikat oleh gugus hidroksil (OH) yang terdapat pada rantai polimer
selulosa hingga titik jenuh (Kollman dan Cote 1984).

15
Tabel 3

Hasil pengujian daya lekat lapisan finishing pada sampel basah

Impra Aqua

Jati tangensial
Jati radial
Kamper tangensial
Kamper radial
Pinus tangensial
Pinus radial

Tabel 4

Kelas Contoh Uji
(ASTM D 335902 Ulangan ke-i )
1
3B
3B
4B
5B
5B
5B

2
4B
4B
4B
5B
4B
4B

3
4B
4B
4B
4B
5B
4B

Sayerlack
Waterborne
Jati tangensial
Jati radial
Kamper tangensial
Kamper radial
Pinus tangensial
Pinus radial

Kelas Contoh Uji
(ASTM D 335902 Ulangan ke-i)
1
4B
2B
4B
4B
5B
4B

2
3B
3B
5B
5B
5B
3B

3
4B
4B
4B
4B
4B
4B

Hasil pengujian daya lekat lapisan finishing pada sampel kering

Impra Aqua

Jati tangensial
Jati radial
Kamper tangensial
Kamper radial
Pinus tangensial
Pinus radial

Kelas Contoh Uji
(ASTM D 335902 Ulangan ke-i )
1
5B
4B
5B
5B
5B
5B

2
5B
5B
5B
5B
5B
5B

3
5B
4B
5B
5B
5B
5B

Sayerlack
Waterborne
Jati tangensial
Jati radial
Kamper tangensial
Kamper radial
Pinus tangensial
Pinus radial

Kelas Contoh Uji
(ASTM D 335902 Ulangan ke-i)
1
5B
5B
5B
5B
5B
5B

2
4B
5B
5B
4B
5B
4B

3
5B
4B
4B
5B
4B
5B

Uji Ketahanan Terhadap Panas dan Dingin
Pengujian panas dan dingin ini dilakukan dengan meletakkan gelas berisi
air mendidih dan es batu di atas permukaan contoh uji dan dibiarkan hingga
suhunya menjadi normal kembali seperti yang terlihat pada Gambar 19.
Pengujian ini dilakukan selama ± 2 jam. Berdasarkan data hasil pengamatan
secara visual, pada semua contoh uji tidak terdapat perubahan maupun terjadi
kerusakan pada permukaan lapisan finishing. Hal tersebut menunjukkan bahwa
kedua jenis waterbased finish yang dibedakan berdasarkan kadar air (basah dan
kering) dan arah orientasi serat (radial dan tangensial) tidak terpengaruh oleh
kondisi air panas dan dingin, sehingga seluruh contoh uji tersebut masuk ke
dalam kelas 10.

Gambar 19

Pengujian terhadap panas dan dingin

16
Uji Ketahanan Terhadap Bahan Kimia Rumah Tangga
Bahan kimia rumah tangga yang digunakan dalam pengujian ini adalah
tinta pulpen, betadine, dan rivanol. Masing-masing bahan kimia tersebut ditetesi
dengan menggunakan pipet sebanyak dua tetes, seperti yang tersaji pada
Gambar 20. Bahan-bahan tersebut dipilih dalam pengujian ini karena pada
umumnya selalu tersedia pada setiap rumah dan seringkali dipergunakan. Selain
itu, bahan kimia rumah tangga seperti saos, kecap, cuka, deterjen, susu,
margarin, selai, dan lain-lainnya telah banyak digunakan untuk pengujian
serupa pada penelitian-penelitian terdahulu. Oleh karena itu, perlu dicoba bahan
kimia lain yang sekiranya banyak dipergunakan oleh setiap orang, sehingga
dapat menambah pengetahuan akan dampak dari bahan-bahan kimia ini.

Gambar 20

Pengujian lapisan bahan finishing terhadap bahan kimia rumah
tangga

Rata-rata hasil pengamatan visual selama 1 jam dan 24 jam untuk
seluruh sampel kayu pada kondisi basah maupun kering dalam pengujian
dengan ketiga jenis bahan kimia rumah tangga ini (tinta pulpen, betadine, dan
rivanol) tersaji pada Tabel 5 dan Tabel 6. Data menunjukan bahwa dari ketiga
bahan kimia rumah tangga yang diujikan, seluruh kayu yang difinishing dengan
Impra Aqua tidak mengalami perubahan warna ataupun kerusakan pada lapisan
finishing, sehingga seluruhnya digolongkan ke dalam kelas 10. Bahan kimia
seperti betadine dan rivanol ternyata juga tidak berpengaruh terhadap seluruh
lapisan kayu yang difinishing dengan Sayerlack Waterborne, sehingga
digolongkan ke dalam kelas 10. Namun, bahan kimia berupa tinta pulpen
ternyata mampu menyebabkan perubahan warna pada seluruh kayu yang
difinishing dengan Sayerlack Waterborne, baik kayu Jati, Kamper, ataupun
Pinus (dalam kondisi basah maupun kering). Perubahan warna ini terjadi pada
area yang ditetesi oleh tinta pulpen, warna cenderung menjadi gelap pada area
tersebut, sehingga daya tahannya termasuk ke dalam kelas 9. Hal ini diduga
karena terjadinya penetrasi tinta, dan terjadi reaksi kimia antara tinta pulpen
dan lapisan cat, sehingga menyebabkan perubahan warna pada lapisan finishing
yang menggunakan Sayerlack Waterborne tersebut. Perubahan warna setelah
pengujian dengan tinta pulpen pada kayu Jati, Kamper, dan Pinus yang
difinishing dengan cat Sayerlack dapat dilihat pada Gambar 21.

17
Tabel 5 Rerata kelas daya tahan lapisan finishing terhadap bahan kimia rumah
tangga (kondisi basah dan kering) setelah dilakukan pengujian selama 1 jam

Impra Aqua

Rata-Rata Kelas
(ASTM D 1654-92
(2000))
Tinta

Jati tangensial
Jati radial
Kamper tangensial
Kamper radial
Pinus tangensial
Pinus radial

10
10
10
10
10
10

Beta
dine
10
10
10
10
10
10

Riv
anol
10
10
10
10
10
10

Sayerlack
Waterborne

Rata-Rata Kelas
(ASTM D 1654-92
(2000))
Tinta

Jati tangensial
Jati radial
Kamper tangensial
Kamper radial
Pinus tangensial
Pinus radial

9
9
9
9
9
9

Beta
dine
10
10
10
10
10
10

Riv
anol
10
10
10
10
10
10

Tabel 6 Rerata kelas daya tahan lapisan finishing terhadap bahan kimia rumah
tangga (kondisi basah dan kering) setelah dilakukan pengujian selama 24 jam

Impra Aqua

Rata-Rata Kelas
(ASTM D 1654-92
(2000))
Tinta

Beta
dine
10
10
10
10
10
10

Riv
anol
10
10
10
10
10
10

Jati tangensial
Jati radial
Kamper tangensial
Kamper radial
Pinus tangensial
Pinus radial

10
10
10
10
10
10

Jenis kayu

Sebelum pengujian

Sayerlack
Waterborne

Rata-Rata Kelas
(ASTM D 1654-92
(2000))
Tinta

Jati tangensial
Jati radial
Kamper tangensial
Kamper radial
Pinus tangensial
Pinus radial

9
9
9
9
9
9

Beta
dine
10
10
10
10
10
10

Riv
anol
10
10
10
10
10
10

Setelah pengujian

Jati

Kamper

Pinus

Gambar 21 Penampilan kayu yang difinishing dengan Sayerlack Waterborne
sebelum dan sesudah pengujian dengan tinta pulpen

18

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Berdasarkan data hasil pengamatan dan pengujian yang dilakukan dalam
penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa :
1. Finishing kayu dengan menggunakan Impra Aqua menghasilkan lapisan
finishing yang memiliki daya lekat lebih kuat jika dibandingan dengan
finishing menggunakan Sayerlack Waterborne.
2. Besarnya kadar air dan jenis kayu memiliki pengaruh terhadap daya lekat
lapisan finishing. Untuk mendapatkan daya lekat yang baik, kadar air
pada kayu tidak boleh melebihi 20%.
3. Perbedaan arah orientasi serat (papan tangensial dan radial) tidak
memberikan pengaruh terhadap daya tahan lapisan finishing.
4. Kayu Jati, Kamper dan Pinus yang difinishing dengan Sayerlack Waterborne
dalam kondisi basah maupun kering kurang tahan terhadap bahan kimia
rumah tangga berupa tinta pulpen.
5. Impra Aqua dan Sayerlack Waterborne tahan terhadap uji panas dan dingin
yang dilakukan selama 2 jam.
Saran
1. Sebaiknya bahan finishing diaplikasikan pada kayu yang kondisinya kering,
yaitu pada kadar air kayu dibawah 20% untuk mendapatkan daya lekat
lapisan yang baik.
2. Kayu Pinus yang sudah dibelah sebaiknya secepat mungkin langsung
dikeringkan untuk mencegah timbulnya jamur blue stain.
3. Sebaiknya kayu Pinus diaplikasikan dengan bahan finishing yang
transparan agar cacat berupa blotching tidak terlihat.
4. Kayu yang digunakan untuk penelitian finishing sebaiknya berasal dari log
yang sama serta memiliki kadar air kayu dibawah 20% (stabilitas dimensi
tinggi), sehingga kita dapat membandingkan kualitas bahan finishing
berdasarkan perbedaan arah orientasi serat (papan tangensial dan radial).
5. Kayu Jati, Kamper, dan Pinus yang menggunakan bahan finishing
Sayerlack Waterborne sebaiknya dijauhkan dari bahan kimia rumah tangga
berupa tinta pulpen.

DAFTAR PUSTAKA
Adidarma H. 1998. Pengetahuan Dasar Wood Finishing. PT. Propan
Raya. Jakarta.
American Society for Testing and Materials. 2000. Standart Test Method for
Evaluation of Painted or Coated Speciment Subject to Corrosive
Environments. ASTM D 1654-92.

19
American Society for Testing and Materials. 2000. Standart Test Method for
Measuring Adhesion by Tape Test. ASTM D 3359-02.
Badan Litbang Kehutanan. 2010. Seminar Nasional: Inovasi Teknologi
Pemanfaatan Kayu Jati Cepat Tumbuh dan Jenis Kayu Pertukangan
Lainnya. Bogor (ID): Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan
Departemen Kehutanan.
Bamber RK and Burley J. 1983. The Wood Properties of Radiate Pine. Oxford,
CAB, 84p.
Charles and Vick CB. 1999. Adhesive Bonding of Wood Materials. Wook
Handbook: Wood as an Engineering Material. 199-207.
Darmawan W, Rahayu IS, Padlinurjaji IM, Pandit KN. 2011. Pengerjaan Kayu:
Ilmu-Ilmu Penunjang dan Teknologi Proses. Bogor (ID): IPB Press.
Departemen Kehutanan. 2009. Statistik Kehutanan Indonesia 2008. Jakarta:
Departemen Kehutanan Republik Indonesia.
Kollmann FP and Cote WF. 1984. Solid Wood, Principles of Wood Science and
Technology. Reprint Springer-Verlag. Tokyo, 1: 180.
Martawijaya A, Kartasujana I, Kadir K, Prawira SA. 1981. Atlas kayu Indonesia
jilid I. Bogor (ID): Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan
Departemen Kehutanan.
Sonmez A, Budakci M, Bayram M. 2009. Effect of wood moisture content on
adhesion of varnish coatings in 2009: Scientific Research and Essay
[Internet]. [diunduh 2014 Sep 10]; Vol. 4 (12) pp. 1432-1437. Tersedia
pada:http://www.academicjournals.org/sre/pdf/pdf2009/Dec/Sonmez%20e
t%20al.pdf.
Somnez A and Budakci M. 2004. Protective and Paint/Varnih Systems. Finishing
on Woodworking II. Gazi University Technical Education Faculty. Ankara.
Tsoumis G. 1991. Science and Technology of Wood: Structure, Properties, and
Utilization. Van Nostrand Reinhold, New York, pp361-398.
U.S. Forest Product Laboratory. 1974. Wood Handbook : Wood As an
Engeneering Material. USDA Agr. Hand. 72, rev. Chapter 16-2. Wisconsin
(USA): Department of Agriculture.
Williams RS and Feist WC. 2004. The Service Life of Semitransparent Stain,
Solid Color Stain, and Latex Paint on Yellow-Poplar and Sweetgum
Plywood and the Effect of these Finishes on Wood Durability. Forest
Products Journal. 54(7/8): 96-101.

Lampiran 1 Berat labur filler dan wood stain contoh uji
Bf
374.96
387.44
351.55
371.3167
344.68
379.29
385.96
369.9767
364.08
357.17
359.85
360.3667
326.23
359.34
330.42
338.6633
253.12
232.23
246.06
243.8033

Blf
0.002201
0.001228
0.000379
0.001269
0.002571
0.000933
0.000208
0.001237
0.000721
0.000413
0.000358
0.000497
0.001609
0.000264
0.000756
0.000876
0.003869
0.003404
0.003152
0.003475

B'f
371.41
384.98
348.5
368.2967
340.53
376.36
382.56
366.4833
358.32
352.24
354.56
355.04
322.42
353.16
325
333.5267
251.73
231.24
245.15
242.7067

BWs
371.92
385.44
349.33
368.8967
341.08
377.05
383.36
367.1633
358.81
352.63
355.01
355.4833
322.83
353.8
325.5
334.0433
252.44
232.49
246.3
243.7433

BlWs
0.000968
0.000869
0.001573
0.001136
0.001047
0.001314
0.001511
0.001291
0.000930
0.000732
0.000847
0.000836
0.000776
0.001206
0.000945
0.000976
0.00136
0.002404
0.002224
0.001996

20

Luas
Kayu
KA (%)
P (cm)
L (cm)
T (cm)
(cm2)
Bo
JTPB1
34.7
20.35
9.97
2
527.059
373.8
JTPB2
36
20.4
9.97
2.02
529.4708 386.79
JTPB3
33.4
20.4
9.97
1.99
527.6486 351.35
Rata-rata
34.7
20.38333
9.97
2.003333 528.0595 370.6467
JTSB1
33.1
20.27
9.95
2.015
525.1596 343.33
JTSB2
35
20.23
9.925
2.05
525.201
378.8
JTSB3
35.4
20.37
10
2.01
529.4874 385.85
Rata-rata
34.5
20.29
9.958333
2.025
526.616 369.3267
JRPB1
34
20.3
9.97
2.015
526.7701
363.7
JRPB2
33.4
20.44
10.02
2.025
532.9806 356.95
JRPB3
33.5
20.41
9.98
2.04
531.3748 359.66
Rata-rata 33.63333 20.38333
9.99
2.026667 530.3752 360.1033
JRSB1
31.4
20.37
9.935
2.04
528.3963 325.38
JRSB2
33.4
20.35
10
2.04
530.828
359.2
JRSB3
32.5
20.32
10
2.02
528.8928 330.02
Rata-rata 32.43333 20.34667 9.978333 2.033333 529.3724
338.2
JTPK1
12.43
20.37
9.9
1.9625 522.1358
251.1
JTPK2
12.3
20.2
9.89
2
519.916
230.46
JTPK3
13.13
20.37
9.79
1.96
517.0718 244.43
Rata-rata
12.62
20.31333
9.86
1.974167 519.7079 241.9967

Lampiran 1 Berat labur filler dan wood stain contoh uji

21

Luas
Kayu
KA (%)
P (cm)
L (cm)
T (cm)
(cm2)
Bo
Bf
Blf
B'f
BWs
BlWs
JTSK1
15.13
20.325
9.855
1.945
518.006
255.32
257.37 0.003957 255.72
256.51 0.001525
JTSK2
13.067
20.335
9.82
1.93
515.7777
232.6
234.83 0.004324 233.03
234.09 0.002055
JTSK3
14
20.335
9.83
1.93
516.223
232.7
234.85 0.004165 233.05
234.11 0.002053
Rata-rata 14.06567 20.33167
9.835
1.935
516.6689 240.2067 242.35 0.004149 240.6000 241.5700 0.001878
JRPK1
14.1
20.26
9.92
1.975
521.1694 233.11
235.15 0.003914 233.87
234.69 0.001573
JRPK2
14.1
20.35
9.93
2
525.271
244.42
245.66 0.002361 244.84
245.71 0.001656
JRPK3
14.36
20.33
9.9
1.975
521.9425 250.27
251.23 0.001839 250.51
251.78 0.002433
Rata-rata 14.18667 20.31333 9.916667 1.983333 522.7943
242.6
244.0133 0.002705 243.0733 244.0600 0.001888
JRSK1
14.43
20.35
9.905
2.015
525.0612 250.62
252.18 0.002971 251.31
252.26 0.001809
JRSK2
13.6
20.44
9.915
1.935
522.7991 251.03
252.7
0.003194 251.58
252.74 0.002219
JRSK3
13.36
20.45
9.89
1.99
525.2542 257.32
258.98
0.00316
258.03
259.27 0.002361
Rata-rata 13.79667 20.41333 9.903333
1.98
524.3715 252.99
254.62 0.003109 253.6400 254.7567 0.002130
KmTPB1 23.167
20.03
9.82
1.96
510.4012 290.04
291.26
0.00239
286.47
286.89 0.000823
KmTPB2
21.7
20.01
9.8
1.98
510.2436 292.34
294.08
0.00341
288.71
289.18 0.000921
KmTPB3
20.86
19.985
9.91
1.985
514.7859 292.21
294.05 0.003574 288.74
289.18 0.000855
Rata-rata
21.909 20.00833 9.843333
1.975
511.8102 291.53
293.13 0.003125 287.9733 288.4167 0.000866
KmTSB1
20.4
20.015
9.83
1.97
511.0842 297.18
298.99 0.003541 293.83
294.54 0.001389
KmTSB2
20.5
19.97
9.86
2.045
515.8131 295.86
298.26 0.004653 292.81
293.68 0.001687
KmTSB3
20
20
9.88
1.99
514.1224 293.08
295.27
0.00426
291.58
292.57 0.001926
Rata-rata
20.3
19.995 9.856667 2.00167 513.6732 295.3733 297.5067 0.004151 292.7400 293.5967 0.001667

Lampiran 1 Berat labur filler dan wood stain contoh uji
Blf
0.004431
0.006969
0.007384
0.006261
0.004516
0.005618
0.006325
0.005487
0.002971
0.003876
0.003717
0.003522
0.003534
0.004772
0.005225
0.004510
0.004687
0.006842
0.007979
0.006502

B'f
309.97
307.97
329.17
315.7033
320.05
324.23
314.89
319.7233
295.56
262.92
292.33
283.6033
327.5
321
261
303.1667
307.6
299.47
294.28
300.4500

BWs
310.45
308.61
329.94
316.3333
320.75
325.12
315.86
320.5767
296.8
264.05
293.32
284.7233
328.72
322.45
262.46
304.5433
308.73
300.72
295.45
301.6333

BlWs
0.000954
0.001274
0.001508
0.001245
0.001387
0.001754
0.001942
0.001694
0.002424
0.002212
0.001917
0.002184
0.002369
0.002871
0.002868
0.002703
0.002235
0.002472
0.002266
0.002324

22

Luas
Kayu
KA (%)
P (cm)
L (cm)
T (cm)
(cm2)
Bo
Bf
KmRPB1
25.567
19.97
9.635
2
503.2419 313.78
316.01
KmRPB2
22.3
20.03
9.58
2
502.2148
308.6
312.1
KmRPB3
26.467
20.03
9.77
2
510.5862 334.19
337.96
24.7