Pengaruh Tinggi Penggenangan Air terhadap Pertumbuhan dan Produksi Padi Sawah (Oryza sativa L.)
PENGARUH TINGGI PENGGENANGAN AIR TERHADAP
PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI SAWAH
(Oryza sativa L.)
TITI HAYATI
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengaruh Tinggi
Penggenangan Air terhadap Pertumbuhan dan Produksi Padi Sawah (Oryza sativa
L.) adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum
diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Mei 2013
Titi Hayati
NIM A24090037
ABSTRAK
TITI HAYATI. Pengaruh Tinggi Penggenangan Air terhadap Pertumbuhan dan
Produksi Padi Sawah (Oryza sativa L.). Dibimbing oleh EKO SULISTYONO.
Penelitian ini dilaksanakan di lahan petani di Jabong (Kabupaten Subang), dari
bulan November 2012 sampai Februari 2013. Penelitian ini bertujuan untuk
mempelajari pengaruh tinggi penggenangan air terhadap pertumbuhan dan produksi
padi sawah. Penelitian dilaksanakan mengikuti rancangan kelompok lengkap teracak
faktor tunggal dengan tiga ulangan. Perlakuannya adalah tinggi penggenangan, yaitu (a)
penggenangan pada ketinggian air 0 cm; (b) penggenangan pada ketinggian air 2.5 cm
di atas permukaan tanah; (c) penggenangan pada ketinggian air -2.5 cm di atas
permukaan tanah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggenangan dengan
ketinggian air 0, 2.5, dan -2.5 cm tidak menurunkan tinggi tanaman, jumlah anakan,
hasil gabah, maupun seluruh komponen hasil. Penggenangan air -2.5 cm dapat
diterapkan dalam budi daya padi sawah.
Kata kunci: budi daya padi, irigasi, produksi, tinggi penggenangan air
ABSTRACT
TITI HAYATI. Effects of High Water Lodging on Growth and Yield of Lowland Rice
(Oryza sativa L.). Supervised by EKO SULISTYONO
The experiment was conducted at farmer’s rice field in Jabong (the district of
Subang), from November 2012 to February 2013. The objective of this research was to
study effects of high water lodging on growth and yield of lowland rice. The experiment
was arranged in completely randomized block design single factor with three
replications. The treatments was high water lodging, consist of : (a) high water lodging
0 cm; (b) high water lodging 2.5 cm above soil surface; (c) high water lodging -2.5 cm
above soil surface. Results showed that high water lodging 0, 2.5, -2.5 cm did not
decrease the plant height, number of tiller per hill, as well as grain yield and overall
yield components. Therefore, high water lodging -2.5 cm could be executed at the
lowland rice cultivation.
Keywords: irigation, rice cultivation, water lodging, yield
PENGARUH TINGGI PENGGENANGAN AIR TERHADAP
PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI SAWAH
(Oryza sativa L.)
TITI HAYATI
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian
pada
Departemen Agronomi dan Hortikultura
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013
Judul Skripsi: Pengaruh Tinggi Penggenangan Air terhadap Pertumbuhan dan Produksi
Padi Sawah (Oryza sativa L.)
Nama
: Titi Hayati
NIM
: A24090037
Disetujui oleh
Dr Ir Eko Sulistyono, MSi
Pembimbing
Diketahui oleh
Dr Ir Agus Purwito, MScAgr
Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala
karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam
penelitian yang dilaksanakan sejak bulan November 2012 ini ialah penggenangan air,
dengan judul Pengaruh Tinggi Penggenangan Air terhadap Pertumbuhan dan Produksi
Padi Sawah (Oryza sativa L.).
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Ir Eko Sulistyono selaku
pembimbing, serta Bapak Agus selaku staf laboratorium pasca panen yang telah
memberikan saran. Di samping itu, penghargaan serta ungkapan terima kasih juga
disampaikan kepada ayah, ibu, serta seluruh keluarga atas segala doa, dukungan dan
kasih sayangnya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Mei 2013
Titi Hayati
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tujuan
Hipotesis
Manfaat Penelitian
METODE
Tempat dan Waktu
Bahan dan Alat
Prosedur Penelitian
Analisis Data
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Umum
Pertumbuhan Tanaman
Pengaruh Genangan terhadap Tinggi Tanaman
Pengaruh Genangan terhadap Jumlah Anakan
Pengaruh Genangan terhadap Bagan Warna Daun (BWD)
Hasil dan Komponen Hasil
Pengaruh Genangan terhadap Komponen Hasil
Pengaruh Genangan terhadap Bobot per Ubinan
Pengaruh Genangan terhadap Karakter Malai
Kadar Air Tanah Sebelum Irigasi
Pengaruh Genangan terhadap Kadar Air Tanah Sebelum Irigasi
SIMPULAN DAN SARAN
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
vii
vii
vii
1
1
1
1
2
2
2
2
2
3
4
4
4
4
5
6
6
6
7
7
8
8
8
9
11
DAFTAR TABEL
1
2
4
5
6
7
8
Pengaruh Genangan terhadap Tinggi Tanaman
Pengaruh Genangan terhadap Jumlah Anakan
Pengaruh Genangan terhadap Kecukupan Unsur N
Pengaruh Genangan terhadap Komponen Hasil
Pengaruh Genangan terhadap Bobot per Ubinan dan Dugaan Hasil
Pengaruh Genangan terhadap Karakter Malai
Pengaruh Genangan terhadap Kadar Air Tanah Sebelum Irigasi
5
5
6
7
7
8
8
DAFTAR GAMBAR
1
2
Denah petak penelitian
Kondisi lahan sawah setelah irigasi
11
11
DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
Denah Petak Penelitian
Kondisi Lahan Sawah Setelah Irigasi
Sidik Ragam Tinggi Tanaman
Sidik Ragam Jumlah Anakan
Sidik Ragam Nilai Bagan Warna Daun (BWD)
Sidik Ragam Bobot 1000 Butir
Sidik Ragam Komponen Hasil
Sidik Ragam Bobot per Ubinan dan Dugaan Hasil
Sidik Ragam Karakter Malai
Sidik Ragam Kadar Air Tanah Sebelum Irigasi
Riwayat Hidup
11
11
11
12
12
12
12
13
13
13
14
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Air dalam pertanian merupakan kebutuhan pokok terutama dalam budi daya
padi sawah. Air dalam budi daya padi sawah digunakan untuk pengolahan tanah
dan pertumbuhan tanaman. Petani pada umumnya menggunakan air berlebihan
pada saat pengolahan tanah. Hal tersebut disebabkan oleh pemberian air dalam
jumlah besar dapat mempermudah proses pelumpuran tanah sawah. Petani juga
sering melakukan pemberian air berlebihan dengan tinggi penggenangan air lebih
dari 5 cm pada saat tanaman padi dipindahtanamkan dari persemaian dan
pertumbuhan vegetatif. Pemberian air yang berlebihan tersebut disebabkan oleh
penyiangan gulma lebih mudah dilakukan pada saat kondisi tergenang. De Datta
(1993) melaporkan bahwa alasan utama penggenangan pada budi daya padi sawah
yaitu karena sebagian besar varietas padi sawah tumbuh lebih baik dan
menghasilkan produksi yang lebih tinggi ketika tumbuh pada kondisi tergenang.
Air mempengaruhi sifat tanaman, unsur hara, dan pertumbuhan gulma yang lebih
sedikit pada kondisi tergenang.
Kebutuhan air untuk proses pertumbuhan tanaman padi masih belum
diketahui secara pasti jumlahnya. Hal tersebut menyebabkan petani melakukan
pemberian air yang berlebihan pada lahan sawah. Pemberian air yang berlebihan
dapat menimbulkan pemborosan penggunaan air. Cara untuk menjaga
ketersediaan air tanpa menimbulkan pemborosan yaitu dengan mengatur tinggi
penggenangan air. Arwitas (1988) melaporkan bahwa penggenangan air dalam
budi daya padi sawah sebaiknya dilakukan setinggi 2.5-5.0 cm. De Datta (1993)
juga melaporkan bahwa penggenangan air terus-menerus dengan tinggi
penggenangan 2.5–7.5 cm memberikan produksi padi yang optimum. Hal
sebaliknya dilaporkan oleh Uphoff dan Randriamiharisoa (2002) bahwa
berdasarkan metode system of rice intensification (SRI) yang menerapkan tinggi
penggenangan minimum yaitu 1-2 cm dapat menghemat penggunaan air tanpa
menurunkan produksi padi.
Tujuan Penelitian
Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mempelajari pengaruh
tinggi penggenangan terhadap pertumbuhan dan produksi padi sawah, dan
mendapatkan tinggi penggenangan yang minimum tanpa mengurangi produksi.
Hipotesis
1. Tingkat penggenangan yang digunakan berpengaruh terhadap pertumbuhan
dan produksi padi sawah.
2. Terdapat tingkat penggenangan yang optimum.
2
Manfaat Penelitian
Penelitian ini bermanfaat untuk mendapatkan tinggi penggenangan yang
lebih efisien dibandingkan dengan yang biasa petani lakukan. Tinggi
penggenangan minimum dapat menghemat penggunaan air untuk lahan sawah
tanpa menurunkan produksi padi.
METODE
Tempat dan Waktu
Penelitian dilaksanakan di lahan petani di Desa Jabong, Kecamatan Pagaden,
Kabupaten Subang. Wilayah ini terletak di antara 1070 31' BT sampai 1070 54' BT
dan 60 11' LS sampai 60 49' LS. Penelitian dilaksanakan pada bulan November
2012 hingga Februari 2013.
Bahan dan Alat
Bahan tanaman yang digunakan yaitu padi varietas Ciherang. Pupuk yang
digunakan yaitu Urea, SP-36, dan KCl. Insektisida yang digunakan berbahan aktif
Klorpirifos dan Sipermetrin. Alat yang digunakan, antara lain : alat-alat pertanian,
bagan warna daun (BWD), alat ukur (meteran dan penggaris), timbangan, dan
gelas ukur.
Prosedur Penelitian
Penelitian dimulai dengan pengolahan tanah sawah dilakukan 2 minggu
sebelum tanam. Penanaman dilakukan pada saat bibit berumur 20 hari. Bibit
ditanam 3-5 bibit per lubang dengan jarak tanam 25 cm x 25 cm pada petakan
yang memiliki panjang 9.25 m dan lebar 4 m. Penyulaman dilakukan pada 1-3
minggu setelah tanam (MST) dengan bibit yang umurnya sama. Pengairan
dilakukan sesuai dengan perlakuan yaitu penggenangan air dengan tinggi 0 cm,
2.5 cm, dan -2.5 cm.
Pemberian pupuk urea dilakukan sebanyak 3 kali yaitu pada saat tanam, 4
MST, dan 6 MST dengan dosis 200 kg ha -1 dengan proporsi masing-masing 30%,
40%, dan 30%. Pupuk SP-36 dan KCl hanya diberikan satu kali yaitu pada saat
tanam dengan dosis 200 kg ha -1 SP-36 dan 100 kg ha -1 KCl.
Pengaturan tinggi penggenangan dimulai pada saat tanaman padi berumur 3
MST. Pengaturan tinggi penggenangan dilakukan dengan cara memasang outlet
atau tempat keluarnya air setinggi 2.5 cm di atas permukaan tanah untuk
pengaturan tinggi penggenangan 2.5 cm, memasang outlet tepat pada permukaan
tanah untuk pengaturan tinggi penggenangan 0 cm, dan memasang outlet 2.5 cm
di bawah permukaan tanah untuk pengaturan tinggi penggenangan -2.5 cm.
3
Pengamatan dilakukan terhadap pertumbuhan vegetatif dan komponen hasil
serta hasil panen, dan kadar air tanah sebelum irigasi. Peubah pertumbuhan
vegetatif yang diamati diantaranya:
1. Tinggi tanaman diukur dari permukaan tanam (pangkal batang) hingga ujung
daun tertinggi pada setiap minggu mulai 3 MST hingga 8 MST.
2. Jumlah anakan pada 3-8 MST.
3. Warna daun diukur dengan bagan warna daun teratas yang telah membuka
pada 3-8 MST.
Peubah komponen hasil dan hasil tanaman yang diamati diantaranya:
1. Komponen hasil, yaitu jumlah anakan produktif (jumlah malai per rumpun),
jumlah gabah per malai, panjang malai, dan bobot 1000 butir tanaman contoh.
2. Karakter malai: bobot gabah isi dan gabah hampa (% bobot)
3. Hasil tanaman, yaitu bobot gabah basah dan kering setiap ubinan berukuran
2.5 m x 2.5 m, serta dugaan hasil gabah kering panen per hektar.
Peubah kadar air tanah sebelum irigasi diamati dengan cara :
1. Contoh tanah dalam setiap satuan percobaan diambil kemudian ditimbang
bobotnya sehingga didapat bobot basah tanah (BB).
2. Tanah yang telah diambil dioven sehingga didapat bobot kering tanah (BK).
BB BK
3. Kadar air (KA) diperoleh dengan rumus KA
X
%
BK
Analisis Data
Penelitian dilaksanakan dengan menggunakan metode rancangan
kelompok lengkap teracak (RKLT) faktor tunggal dengan tiga kali ulangan.
Perlakuan adalah:
P1 : Tinggi penggenangan 0 cm
P2 : Tinggi penggenangan 2.5 cm
P3 : Tinggi penggenangan -2.5 cm
sehingga terdapat 9 satuan percobaan. Model linear yang digunakan yaitu :
Yij = µ + τi + βj + εij
dengan keterangan :
µ = nilai tengah umum
τi = pengaruh perlakuan ke-i
βj = pengaruh kelompok ke-j
εij = pengaruh galat percobaan perlakuan ke-i, kelompok ke-j
untuk mengetahui pengaruh masing-masing perlakuan dilakukan uji sidik
ragam (uji F). Apabila menunjukkan perbedaan yang nyata maka dilakukan uji
lanjut dengan menggunakan uji BNT pada taraf 5%. Data diolah dengan
menggunakan SAS.
4
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Umum
Penelitian dilaksanakan di lahan petani di Desa Jabong, Kabupaten Subang.
Kabupaten Subang merupakan salah satu kabupaten di kawasan utara di provinsi
Jawa Barat. Wilayah ini terletak di antara 1070 31' BT sampai 1070 54' BT dan 60
11' LS sampai 60 49' LS. Rata-rata curah hujan bulanan pada bulan November
2012 berkisar 201-300 mm, 301-400 mm pada bulan Desember 2012 dan Januari
2013 (BMKG 2012).
Hama yang menyerang tanaman pada fase vegetatif yaitu keong mas
(Pomocea canaliculata) dan tikus sawah (Rattus argentiventer). Keong mas
menyerang tanaman pada 1 MST hingga 4 MST, sedangkan tikus sawah
menyerang tanaman pada 7 MST. Pengendalian hama keong mas dilakukan secara
manual dengan mengambil keong mas dan telurnya yang menempel pada tanaman
padi serta lahan sawah tidak digenangi terus-menerus dari umur 3-4 MST.
Hama yang menyerang tanaman pada fase generatif yaitu walang sangit
(Leptocorisa spp.) dan burung. Walang sangit menyerang tanaman pada saat
tanaman padi masak susu, sedangkan burung menyerang tanaman pada saat
tanaman padi masak susu hingga menguning. Menurut Suharto dan Siwi (1991)
serangan walang sangit pada tanaman periode masak susu menyebabkan gabah
hampa, sedangkan pada padi yang telah berisi menjelang masak menyebabkan
gabah berwarna coklat kekuningan sehingga kualitasnya menurun. Hama burung
dikendalikan secara mekanis dengan memasang kaleng-kaleng dan plastik
disekitar petakan sawah.
Gulma yang paling banyak tumbuh di lahan penelitian yaitu Monochoria
vaginalis dan Marsilea crenata. Pengendalian gulma dilakukan secara manual.
Gulma paling banyak tumbuh pada P3U3 dan P1U2 yang pada umumnya
memiliki kondisi tidak tergenang. Menurut De Datta (1993) penggenangan akan
menghambat pertumbuhan gulma.
Pertumbuhan Tanaman
Pengaruh Genangan terhadap Tinggi Tanaman
Genangan tidak memberikan perbedaan yang nyata terhadap pertumbuhan
tinggi tanaman pada 3 MST hingga 8 MST (Tabel 1). Rata-rata tinggi tanaman
hingga 8 MST pada setiap perlakuan berkisar 97.1 cm hingga 98.9 cm.
Pertumbuhan tinggi tanaman mengikuti pola meningkat sejak pengamatan
pertama (3 MST) hingga pengamatan terakhir (8 MST).
Tinggi tanaman yang tidak berbeda nyata pada setiap perlakuan
mengindikasikan bahwa air tersedia untuk pertumbuhan tanaman. Hal ini
ditunjukkan dengan tinggi tanaman pada penggenangan -2.5 cm yang memiliki
kondisi lembab tidak berbeda nyata dengan tinggi tanaman pada penggenangan 0
dan 2.5 cm yang memiliki kondisi tergenang. Menurut Uphoff dan
5
Randriamiharisoa (2002) kondisi tanah sawah yang lembab dan tidak digenangi
terus-menerus dapat mendukung pertumbuhan tanaman.
Tinggi tanaman juga dipengaruhi oleh karakteristik varietas yang digunakan.
Menurut Syam dan Wuryandari (2008) ketersediaan air irigasi, varietas unggul,
dan pemupukan terutama pupuk yang mengandung unsur N memberikan
kontribusi yang besar untuk pertumbuhan tanaman. Menurut Abdullah (2009)
varietas Ciherang memiliki rata-rata tinggi tanaman 97 cm.
Tabel 1 Pengaruh genangan terhadap tinggi tanaman
Tinggi tanaman (cm)
Genangan
(cm)
3 MST
4 MST
5 MST
6 MST
7 MST
8 MST
-2.5
0
2.5
42.2a
43.6a
42.8a
53.9a
55.0a
54.1a
72.1a
72.5a
70.1a
79.4a
77.4a
78.3a
87.7a
88.7a
89.4a
98.9a
97.1a
98.7a
a
Angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada
taraf 5% (uji BNT)
Pengaruh Genangan terhadap Jumlah Anakan
Tabel 2 menunjukkan bahwa penggenangan 0, 2.5, dan -2.5 cm tidak
memberikan perbedaan yang nyata terhadap jumlah anakan per rumpun pada
umur 3 MST hingga 8 MST. Jumlah anakan mengalami pertumbuhan yang
meningkat pada 3 MST hingga 7 MST dan menurun pada 8 MST. Penurunan
jumlah anakan dapat disebabkan oleh matinya sejumlah anakan tidak produktif
akibat tidak mendapat pasokan hara, kekurangan air, atau tanaman telah
memasuki fase generatif sehingga jumlah anakannya menurun. Menurut Chairani
(2006) ketersediaan air dan kecukupan hara bagi tanaman akan berpengaruh
terhadap pertumbuhan, dalam hal ini jumlah anakan. Munarso (2011) melaporkan
bahwa penurunan jumlah anakan sejak umur 8 MST disebabkan oleh metabolisme
tanaman telah mengarah pada proses generatif dan tidak mampu mengembangkan
anakan non produktif.
Tabel 2 Pengaruh genangan terhadap jumlah anakan
Jumlah anakan (rumpun)
Genangan (cm)
-2.5
0
2.5
3 MST
15a
14a
15a
4 MST
26a
29a
27a
5 MST
32a
33a
33a
6 MST
35a
36a
36a
7 MST
39a
39a
41a
8 MST
38a
38a
38a
a
Angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada
taraf 5% (uji BNT)
6
Pengaruh Genangan terhadap Bagan Warna Daun (BWD)
Bagan warna daun merupakan indikator kecukupan unsur N. Nilai BWD 4
menunjukkan titik kritis tercukupinya unsur N. Berdasarkan uji BNT
penggenangan 0, 2.5, dan -2.5 cm tidak ada perbedaan nilai kecukupan unsur N
(Tabel 3). Nilai BWD pada 3 MST hingga 5 MST memiliki nilai kecukupan unsur
N yang sama yaitu 3 dan nilai kecukupan unsur N meningkat pada 6 MST hingga
8 MST. Nilai kecukupan N hingga akhir pengamatan berkisar 3.7 hingga 3.9.
Nilai kecukupan N kurang dari 4, hal ini menunjukkan kecukupan unsur N belum
terpenuhi. Makarim et al. (1995) melaporkan bahwa tanggap tanaman padi
terhadap unsur N dipengaruhi oleh bahan organik, kadar liat, KTK tanah, dan N
total tanah .
Tabel 3 Pengaruh genangan terhadap kecukupan unsur N
Nilai BWD
Genangan (cm)
-2.5
0
2.5
3 MST
3.0a
3.0a
3.0a
4 MST
3.0a
3.0a
3.0a
5 MST
3.0a
3.0a
3.0a
6 MST
3.0a
3.1 a
3.0a
7 MST
3.5a
3.8a
3.7a
8 MST
3.7a
3.9a
3.7a
a
Angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata
pada taraf 5% (uji BNT)
Hasil dan Komponen Hasil
Pengaruh Genangan terhadap Komponen Hasil
Komponen hasil tanaman padi meliputi bobot 1000 butir, jumlah malai per
rumpun, panjang malai, dan jumlah gabah per malai. Penggenangan tidak
memberikan perbedaan yang nyata terhadap bobot 1000 butir dan komponen hasil
lainnya (Tabel 4). Bobot kering (BK) diukur dari bobot gabah setelah dijemur di
bawah cahaya matahari, sedangkan bobot basah (BB) diukur pada saat panen.
Bobot kering 1000 butir pada setiap perlakuan penggenangan berkisar 26.36 gram
hingga 27.33 gram. Menurut Abdullah (2009) bobot 1000 butir padi varietas
Ciherang sebesar 24 gram, sedangkan dalam penelitian Astuti (2010) bobot 1000
butir varietas Ciherang sebesar 28.99 gram.
Jumlah malai per rumpun (anakan produktif) berkisar 22 hingga 23 malai,
panjang malai mencapai 21 cm, dan jumlah gabah per malai berkisar 74 hingga 78
butir gabah pada setiap perlakuan. Menurut Taslim et al. (1993) melaporkan
bahwa hasil padi dipengaruhi oleh faktor genetik seperti berat 1000 butir, panjang
malai, jumlah anakan, dan faktor lingkungan. Munarso (2011) juga melaporkan
bahwa jumlah malai per rumpun, panjang malai, dan komponen hasil lainnya
dipengaruhi oleh sifat genotipe varietas yang digunakan.
7
Tabel 4 Pengaruh genangan terhadap komponen hasil
Genangan
(cm)
BB 1000 BK 1000 Jumlah malai Panjang
butir (g)
butir (g)
per rumpun
malai (cm)
Jumlah gabah
total per malai
-2.5
0
2.5
27.75a
28.90a
27.19a
78a
74a
77a
26.36a
27.33a
26.73a
23a
22a
23a
21a
21a
21a
a
Angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada
taraf 5% (uji BNT)
Pengaruh Genangan terhadap Bobot per Ubinan
Penggenangan tidak memberikan perbedaan nyata terhadap bobot per
ubinan dan dugaan hasil per hektar (Tabel 5). Bobot kering gabah per ubinan
berkisar 4.1 kg hingga 4.3 kg pada setiap perlakuan. Dugaan hasil pada setiap
perlakuan berkisar 6.6 ton ha-1 hingga 6.9 ton ha-1. Hal ini menunjukkan tanaman
padi dapat berproduksi dengan baik pada setiap perlakuan penggenangan.
Ketersediaan air untuk pertumbuhan, pemupukan, dan varietas yang digunakan
akan mendukung terhadap peningkatan produksi padi. Munarso (2011)
melaporkan bahwa peningkatan hasil gabah dapat dipengaruhi oleh komponen
hasilnya yaitu jumlah anakan produktif, jumlah malai per rumpun, serta laju
pengisian gabah yang lebih efisien sehingga mempunyai presentasi gabah isi dan
bobot 1000 butir yang lebih tinggi.
Tabel 5 Pengaruh genangan terhadap bobot per ubinan dan dugaan hasil
Genangan (cm)
BB (kg)
BK (kg)
Dugaan hasil per ha (ton)
-2.5
0
2.5
5.3a
5.2a
5.5a
4.1a
4.3a
4.2a
6.6a
6.9a
6.7a
a
Angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada
taraf 5% (uji BNT)
Pengaruh Genangan terhadap Karakter Malai
Tabel 6 menunjukkan penggenangan tidak memberikan perbedaan nyata
terhadap karakter malai. Rata-rata % bobot gabah isi dan hampa berkisar 64.974.7 % dan 25.3-35.1%. Karakter malai selain dipengaruhi oleh lingkungan, juga
dipengaruhi oleh potensi genetik dari varietas yang digunakan. Pada saat
penelitian terdapat serangan hama burung pada saat tanaman padi masak susu
hingga menguning sehingga mempengaruhi jumlah gabah isi dan hampa. Taslim
et al. (1993) melaporkan bahwa serangan hama, tanaman rebah, atau kurangnya
air pada saat berbunga akan mempengaruhi pengisian gabah.
8
Tabel 6 Pengaruh genangan terhadap karakter malai
Genangan
(cm)
%bobot
gabah isi
%bobot
gabah hampa
%jumlah
gabah isi
%jumlah
gabah hampa
-2.5
0
2.5
74.4a
64.9a
74.7a
25.6a
35.1a
25.3a
58.6a
44.5a
51.3a
41.4a
55.5a
48.7a
a
Angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata
pada taraf 5% (uji BNT)
Kadar Air Tanah Sebelum Irigasi
Pengaruh Genangan terhadap Kadar Air Tanah Sebelum Irigasi
Penggenangan tidak memberikan perbedaan nyata terhadap kadar air
sebelum irigasi pada 3 MST hingga 7 MST (Tabel 7). Kadar air sebelum irigasi
pada awal pertumbuhan yaitu 3 MST dan 4 MST lebih tinggi dibandingkan
dengan pada periode pertengahan tumbuh yaitu pada 5 MST hingga 7 MST.
Kadar air tanah menunjukkan kapan harus dilakukan irigasi. Untuk menghasilkan
produksi yang maksimum irigasi dilakukan jika kadar air tanah tinggal 36% pada
awal dan akhir pertumbuhan atau 32% pada saat pertumbuhan cepat (Sulistyono et
al. 2005).
Tabel 7 Pengaruh genangan terhadap kadar air tanah sebelum irigasi
Kadar air (%)
Genangan (cm)
3 MST
4 MST 5 MST
6 MST
7 MST
-2.5
0
2.5
55.8a
56.9a
52.1a
67.5a
72.0a
76.9a
43.2a
48.9a
50.2a
50.4a
54.7a
55.7a
42.1a
46.3a
44.3a
a
Angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata
pada taraf 5% (uji BNT)
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Penggenangan 0, 2.5, dan -2.5 cm tidak mempengaruhi pertumbuhan tinggi
tanaman, jumlah anakan, hasil gabah serta komponen hasil. Rata-rata
produktivitas padi varietas Ciherang pada setiap perlakuan penggenangan berkisar
6.6 ton ha-1 hingga 6.9 ton ha-1. Ketersediaan air tanah untuk pertumbuhan
tanaman terpenuhi yang ditunjukkan oleh kadar air tanah sebelum irigasi yang
tidak berbeda nyata untuk semua perlakuan penggenangan. Penggenangan -2.5
dapat diterapkan dalam budi daya padi sawah.
9
Saran
Disarankan dilakukan penelitian dengan penggenangan yang lebih rendah
dari -2.5 cm dan varietas yang digunakan lebih dari satu.
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah B. 2009. Progress of rice improvement through reccurent selection. J.
Agron. Indonesia. 37(3): 188-193
Arwitas. 1988.Kebutuhan Air Padi Sawah. Hakim M, editor. Padang (ID): Pusat
Penelitian Universitas Andalas.
Astuti DN, 2010. Pengaruh sistem pengairan terhadap pertumbuhan dan
produktivits beberapa varietas padi sawah (Oryza sativa L.) [skripsi]. Bogor
(ID): Institut Pertanian Bogor.
[BMKG] Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika. 2012. Prakiraan hujan
bulanan. [diunduh 9 Desember 2012]. Tersedia pada www.bmkg.go.id.
Chairani. 2006. Pengaruh fosfor dan pupuk kandang kotoran sapi terhadap sifat
kimia tanah dan pertumbuhan padi (Oryza sativa) pada lahan sawah tadah
hujan di Kabupaten Langkat, Sumatera Utara. Jurnal Penelitian Pertanian.
25(1): 8-17
De Datta SK. 1993. Principles and Practices of Rice Production. Canada (US):
John Wiley & Sons, Inc.
Makarim AK, Ponimin, Sismiyati, Suroto, Otjim, Hidayat A. 1995. Peningkatan
efisiensi dan efektivitas pemupukan N pada padi sawah berdasarkan analisis
sistem. Di dalam: Syam M, Hermanto, Musaddad A, Sunihardi, editor.
Kinerja Penelitian Tanaman Pangan. Simposium Penelitian Tanaman
Pangan III; 1993 Agu 23-25; Bogor; Indonesia. Bogor (ID): Pusat
Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian. hlm 675-681.
Munarso YP. 2011. Keragaan hasil beberapa varietas padi hibrida pada beberapa
teknik pengairan. J. Agron. Indonesia. 39(3): 147-152.
Suharto H, Siwi SS. 1991. Walang Sangit, Kepinding Tanah, Hama Putih, Hama
Putih Palsu, Ulat Grayak, Lalat Hidrelia. Soenarjo E, Damardjati D, Syam
M, editor. Bogor (ID): Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian,
Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan.
Sulistyono E, Suwarto, Ramdiani Y. 2005. Defisit evapotranspirasi sebagai
indikator kekurangan air pada padi gogo (Oryza sativa L.). Bul. Agron.
33(1): 6-11.
Syam M, Wuryandari D. 2008. Kerja sama Indonesia-IRRI: dampak dan
antisipasi ke depan. Di dalam: Makarim AK, Suprihatno B, Zaini Z,
Widjono A, Widiarta IN, Hermanto, Kasim H, editor. Inovasi Teknologi
Tanaman Pangan. Simposium V Penelitian Tanaman Pangan; 2007 Agu
28-29; Bogor; Indonesia. Bogor (ID): Pusat Penelitian dan Pengembangan
Tanaman Pangan, Badan Penelitan dan Pengembangan Pertanian. hlm 71-92.
10
Taslim H, Partohardjono S, Djunainah. 1993. Bercocok Tanam Padi Swah.
Ismunadji M, Partohadjono S, Syam M, Widjono A, editor. Bogor (ID):
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Pusat Penelitian dan
Pengembangan Tanaman Pangan.
Uphoff N, Randriamiharisoa R. 2002. Water-Wise Rice Production.Bouman
BAM, Hengsdijk H, Hardy B, Bindraban PS, Tuong TP, Ladha JK, editor.
Los Banos (PH): International Rice Research Institute, Plant Research
International.
11
Lampiran 1 Denah petak penelitian
P1U1
P3U1
P2U1
P3U2
P2U2
P1U2
P2U3
P1U3
P3U3
T
Gambar 1 Denah petak penelitian. P1: tinggi penggenangan 0 cm, P2: tinggi
penggenangan 2.5 cm, P3: tinggi penggenangan -2.5 cm, U1: Ulangan 1, U2: ulangan 2,
U3: ulangan 3.
Lampiran 2 Kondisi lahan sawah setelah irigasi
(a)
(b)
(c)
Gambar 2 Kondisi lahan sawah setelah dilakukan irigasi. (a): kondisi lahan sawah
dengan perlakuan tinggi penggenangan 0 cm, (b): kondisi lahan sawah dengan perlakuan
tinggi penggenangan 2.5 cm, (c): kondisi lahan sawah dengan perlakuan -2.5 cm.
Lampiran 3 Sidik ragam tinggi tanaman
Peubah
3 MST
4 MST
5 MST
6 MST
7 MST
8 MST
Koefisien
keragaman
1.561
3.115
2.397
2.515
2.354
1.622
Kuadrat
tengah
0.669
1.693
1.707
1.971
2.086
1.593
F hitung
Genangan
3.00
0.34
1.05
0.84
0.45
1.12
Kelompok
13.97
0.14
0.04
1.69
0.34
1.95
**: nyata pada taraf 1%, *: nyata pada taraf 5%, tn: tidak nyata
Pr > F
Genangan
0.16 tn
0.732 tn
0.429 tn
0.497 tn
0.667 tn
0.411 tn
Kelompok
0.016*
0.873 tn
0.96 tn
0.294 tn
0.733 tn
0.257 tn
12
Lampiran 4 Sidik ragam jumlah anakan
Peubah
Koefisien Kuadrat
keragaman tengah
3 MST
4 MST
5 MST
6 MST
7 MST
8 MST
7.049
6.361
4.061
6.381
6.573
5.396
1.048
1.756
1.329
2.275
2.593
2.053
F hitung
Genangan
0.33
1.86
0.15
0.03
0.49
0.16
Pr > F
Kelompok
12.24
3.64
4.49
2.17
1.62
1.05
Genangan
0.736 tn
0.269 tn
0.862 tn
0.972 tn
0.647 tn
0.859 tn
Kelompok
0.019*
0.126 tn
0.095 tn
0.229 tn
0.305 tn
0.431 tn
**: nyata pada taraf 1%, *: nyata pada taraf 5%, tn: tidak nyata
Lampiran 5 Sidik ragam nilai bagan warna daun (BWD)
Peubah
Koefsien
Kuadrat
keragaman tengah
3 MST
4 MST
5 MST
6 MST
7 MST
8 MST
0
0
0
1.903
5.687
2.274
0
0
0
0.058
0.209
0.086
F hitung
Genangan
.
.
.
1.00
1.32
3.89
Kelompok
.
.
.
0.00
0.01
5.02
Genangan
.
.
.
0.444 tn
0.362 tn
0.115 tn
Pr > F
Kelompok
.
.
.
1 tn
0.994 tn
0.081tn
**: nyata pada taraf 1%, *: nyata pada taraf 5%, tn: tidak nyata
Lampiran 6 Sidik ragam bobot 1000 butir
Peubah
BB (g)
BK (g)
Koefisien
keragaman
4.874
2.571
F hitung
Pr > F
kuadrat
tengah Genangan Kelompok Genangan Kelompok
1.362
1.24
4.80
0.382 tn
0.087 tn
0.689
1.53
3.90
0.322 tn
0.115 tn
**: nyata pada taraf 1%, *: nyata pada taraf 5%, tn: tidak nyata
Lampiran 7 Sidik ragam komponen hasil
Peubah
Koefisien
Keragaman
Kuadrat
tengah
F hitung
Genangan Kelompok
Jumlah malai
per rumpun
4.376
0.987
0.63
1.83
Panjang malai
(cm)
1.337
0.282
0.32
1.35
Jumlah gabah
per malai
5.912
4.525
0.56
17.73
**: nyata pada taraf 1%, *: nyata pada taraf 5%, tn: tidak nyata
Pr > F
Genangan
Kelompok
0.578 tn
0.272 tn
0.742 tn
0.357 tn
0.609 tn
0.01*
13
Lampiran 8 Sidik ragam bobot per ubinan dan dugaan hasil
Peubah
Koefisien
keragaman
BB
(gram)
3.827
BK
(gram)
7.035
Dugaan
hasil per
ha (ton)
7.035
F Hitung
Pr > F
Kelompok
Kuadrat
tengah
Genangan
Kelompok
Genangan
0.204
2.00
2.00
0.25 tn
0.25 tn
0.296
0.39
0.05
0.699 tn
0.951 tn
0.474
0.39
0.05
0.699 tn
0.951 tn
**: nyata pada taraf 1%, *: nyata pada taraf 5%, tn: tidak nyata
Lampiran 9 Sidik ragam karakter malai
F Hitung
Pr > F
Koefisien
Kuadrat
Keragaman tengah
Genangan Kelompok Genangan Kelompok
Peubah
%bobot
gabah isi
%bobot
gabah hampa
%jumlah
gabah isi
%jumlah
gabah hampa
11.039
7.874
1.50
3.60
0.326 tn
0.128 tn
27.467
7.874
1.50
3.60
0.326 tn
0.128 tn
16.171
8.322
2.17
5.44
0.23 tn
0.072 tn
17.146
8.322
2.17
5.44
0.23 tn
0.072 tn
**: nyata pada taraf 1%, *: nyata pada taraf 5%, tn: tidak nyata
Lampiran 10 Sidik ragam kadar air tanah sebelum irigasi
Peubah
Koefisien
Kuadrat
Keragaman tengah
F Hitung
Pr > F
Genangan Kelompok Genangan Kelompok
3 MST
4 MST
5 MST
6 MST
7 MST
5.473
7.224
7.088
15.825
8.254
2.16
2.44
3.64
0.32
1.02
3.006
5.215
3.362
8.484
3.625
1.67
8.26
0.15
0.19
0.72
**: nyata pada taraf 1%, *: nyata pada taraf 5%, tn: tidak nyata
0.231 tn
0.203 tn
0.126 tn
0.74 tn
0.439 tn
0.297 tn
0.038*
0.863 tn
0.832 tn
0.54 tn
14
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Subang pada tanggal 10 Oktober 1990 dari ayah
Kosmin dan ibu Rokimah. Penulis adalah anak tunggal. Tahun 2009 penulis lulus
dari SMA Negeri 1 Subang dan pada tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk
Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB dan
diterima di Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian.
Penulis pernah menjadi tim jurnalistik SMA Negeri 1 Subang pada tahun
ajaran 2007/2008. Selama mengikuti perkuliahan, penulis menjadi asisten
praktikum Manajemen Air dan Hara pada tahun ajaran 2012/2013. Penulis juga
pernah aktif sebagai anggota mitra desa BEM A, organisasi daerah Subang,
penulis juga pernah mengikuti praktik kuliah lapang di Indramayu.
PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI SAWAH
(Oryza sativa L.)
TITI HAYATI
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengaruh Tinggi
Penggenangan Air terhadap Pertumbuhan dan Produksi Padi Sawah (Oryza sativa
L.) adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum
diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Mei 2013
Titi Hayati
NIM A24090037
ABSTRAK
TITI HAYATI. Pengaruh Tinggi Penggenangan Air terhadap Pertumbuhan dan
Produksi Padi Sawah (Oryza sativa L.). Dibimbing oleh EKO SULISTYONO.
Penelitian ini dilaksanakan di lahan petani di Jabong (Kabupaten Subang), dari
bulan November 2012 sampai Februari 2013. Penelitian ini bertujuan untuk
mempelajari pengaruh tinggi penggenangan air terhadap pertumbuhan dan produksi
padi sawah. Penelitian dilaksanakan mengikuti rancangan kelompok lengkap teracak
faktor tunggal dengan tiga ulangan. Perlakuannya adalah tinggi penggenangan, yaitu (a)
penggenangan pada ketinggian air 0 cm; (b) penggenangan pada ketinggian air 2.5 cm
di atas permukaan tanah; (c) penggenangan pada ketinggian air -2.5 cm di atas
permukaan tanah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggenangan dengan
ketinggian air 0, 2.5, dan -2.5 cm tidak menurunkan tinggi tanaman, jumlah anakan,
hasil gabah, maupun seluruh komponen hasil. Penggenangan air -2.5 cm dapat
diterapkan dalam budi daya padi sawah.
Kata kunci: budi daya padi, irigasi, produksi, tinggi penggenangan air
ABSTRACT
TITI HAYATI. Effects of High Water Lodging on Growth and Yield of Lowland Rice
(Oryza sativa L.). Supervised by EKO SULISTYONO
The experiment was conducted at farmer’s rice field in Jabong (the district of
Subang), from November 2012 to February 2013. The objective of this research was to
study effects of high water lodging on growth and yield of lowland rice. The experiment
was arranged in completely randomized block design single factor with three
replications. The treatments was high water lodging, consist of : (a) high water lodging
0 cm; (b) high water lodging 2.5 cm above soil surface; (c) high water lodging -2.5 cm
above soil surface. Results showed that high water lodging 0, 2.5, -2.5 cm did not
decrease the plant height, number of tiller per hill, as well as grain yield and overall
yield components. Therefore, high water lodging -2.5 cm could be executed at the
lowland rice cultivation.
Keywords: irigation, rice cultivation, water lodging, yield
PENGARUH TINGGI PENGGENANGAN AIR TERHADAP
PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI SAWAH
(Oryza sativa L.)
TITI HAYATI
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian
pada
Departemen Agronomi dan Hortikultura
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013
Judul Skripsi: Pengaruh Tinggi Penggenangan Air terhadap Pertumbuhan dan Produksi
Padi Sawah (Oryza sativa L.)
Nama
: Titi Hayati
NIM
: A24090037
Disetujui oleh
Dr Ir Eko Sulistyono, MSi
Pembimbing
Diketahui oleh
Dr Ir Agus Purwito, MScAgr
Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala
karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam
penelitian yang dilaksanakan sejak bulan November 2012 ini ialah penggenangan air,
dengan judul Pengaruh Tinggi Penggenangan Air terhadap Pertumbuhan dan Produksi
Padi Sawah (Oryza sativa L.).
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Ir Eko Sulistyono selaku
pembimbing, serta Bapak Agus selaku staf laboratorium pasca panen yang telah
memberikan saran. Di samping itu, penghargaan serta ungkapan terima kasih juga
disampaikan kepada ayah, ibu, serta seluruh keluarga atas segala doa, dukungan dan
kasih sayangnya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Mei 2013
Titi Hayati
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tujuan
Hipotesis
Manfaat Penelitian
METODE
Tempat dan Waktu
Bahan dan Alat
Prosedur Penelitian
Analisis Data
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Umum
Pertumbuhan Tanaman
Pengaruh Genangan terhadap Tinggi Tanaman
Pengaruh Genangan terhadap Jumlah Anakan
Pengaruh Genangan terhadap Bagan Warna Daun (BWD)
Hasil dan Komponen Hasil
Pengaruh Genangan terhadap Komponen Hasil
Pengaruh Genangan terhadap Bobot per Ubinan
Pengaruh Genangan terhadap Karakter Malai
Kadar Air Tanah Sebelum Irigasi
Pengaruh Genangan terhadap Kadar Air Tanah Sebelum Irigasi
SIMPULAN DAN SARAN
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
vii
vii
vii
1
1
1
1
2
2
2
2
2
3
4
4
4
4
5
6
6
6
7
7
8
8
8
9
11
DAFTAR TABEL
1
2
4
5
6
7
8
Pengaruh Genangan terhadap Tinggi Tanaman
Pengaruh Genangan terhadap Jumlah Anakan
Pengaruh Genangan terhadap Kecukupan Unsur N
Pengaruh Genangan terhadap Komponen Hasil
Pengaruh Genangan terhadap Bobot per Ubinan dan Dugaan Hasil
Pengaruh Genangan terhadap Karakter Malai
Pengaruh Genangan terhadap Kadar Air Tanah Sebelum Irigasi
5
5
6
7
7
8
8
DAFTAR GAMBAR
1
2
Denah petak penelitian
Kondisi lahan sawah setelah irigasi
11
11
DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
Denah Petak Penelitian
Kondisi Lahan Sawah Setelah Irigasi
Sidik Ragam Tinggi Tanaman
Sidik Ragam Jumlah Anakan
Sidik Ragam Nilai Bagan Warna Daun (BWD)
Sidik Ragam Bobot 1000 Butir
Sidik Ragam Komponen Hasil
Sidik Ragam Bobot per Ubinan dan Dugaan Hasil
Sidik Ragam Karakter Malai
Sidik Ragam Kadar Air Tanah Sebelum Irigasi
Riwayat Hidup
11
11
11
12
12
12
12
13
13
13
14
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Air dalam pertanian merupakan kebutuhan pokok terutama dalam budi daya
padi sawah. Air dalam budi daya padi sawah digunakan untuk pengolahan tanah
dan pertumbuhan tanaman. Petani pada umumnya menggunakan air berlebihan
pada saat pengolahan tanah. Hal tersebut disebabkan oleh pemberian air dalam
jumlah besar dapat mempermudah proses pelumpuran tanah sawah. Petani juga
sering melakukan pemberian air berlebihan dengan tinggi penggenangan air lebih
dari 5 cm pada saat tanaman padi dipindahtanamkan dari persemaian dan
pertumbuhan vegetatif. Pemberian air yang berlebihan tersebut disebabkan oleh
penyiangan gulma lebih mudah dilakukan pada saat kondisi tergenang. De Datta
(1993) melaporkan bahwa alasan utama penggenangan pada budi daya padi sawah
yaitu karena sebagian besar varietas padi sawah tumbuh lebih baik dan
menghasilkan produksi yang lebih tinggi ketika tumbuh pada kondisi tergenang.
Air mempengaruhi sifat tanaman, unsur hara, dan pertumbuhan gulma yang lebih
sedikit pada kondisi tergenang.
Kebutuhan air untuk proses pertumbuhan tanaman padi masih belum
diketahui secara pasti jumlahnya. Hal tersebut menyebabkan petani melakukan
pemberian air yang berlebihan pada lahan sawah. Pemberian air yang berlebihan
dapat menimbulkan pemborosan penggunaan air. Cara untuk menjaga
ketersediaan air tanpa menimbulkan pemborosan yaitu dengan mengatur tinggi
penggenangan air. Arwitas (1988) melaporkan bahwa penggenangan air dalam
budi daya padi sawah sebaiknya dilakukan setinggi 2.5-5.0 cm. De Datta (1993)
juga melaporkan bahwa penggenangan air terus-menerus dengan tinggi
penggenangan 2.5–7.5 cm memberikan produksi padi yang optimum. Hal
sebaliknya dilaporkan oleh Uphoff dan Randriamiharisoa (2002) bahwa
berdasarkan metode system of rice intensification (SRI) yang menerapkan tinggi
penggenangan minimum yaitu 1-2 cm dapat menghemat penggunaan air tanpa
menurunkan produksi padi.
Tujuan Penelitian
Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mempelajari pengaruh
tinggi penggenangan terhadap pertumbuhan dan produksi padi sawah, dan
mendapatkan tinggi penggenangan yang minimum tanpa mengurangi produksi.
Hipotesis
1. Tingkat penggenangan yang digunakan berpengaruh terhadap pertumbuhan
dan produksi padi sawah.
2. Terdapat tingkat penggenangan yang optimum.
2
Manfaat Penelitian
Penelitian ini bermanfaat untuk mendapatkan tinggi penggenangan yang
lebih efisien dibandingkan dengan yang biasa petani lakukan. Tinggi
penggenangan minimum dapat menghemat penggunaan air untuk lahan sawah
tanpa menurunkan produksi padi.
METODE
Tempat dan Waktu
Penelitian dilaksanakan di lahan petani di Desa Jabong, Kecamatan Pagaden,
Kabupaten Subang. Wilayah ini terletak di antara 1070 31' BT sampai 1070 54' BT
dan 60 11' LS sampai 60 49' LS. Penelitian dilaksanakan pada bulan November
2012 hingga Februari 2013.
Bahan dan Alat
Bahan tanaman yang digunakan yaitu padi varietas Ciherang. Pupuk yang
digunakan yaitu Urea, SP-36, dan KCl. Insektisida yang digunakan berbahan aktif
Klorpirifos dan Sipermetrin. Alat yang digunakan, antara lain : alat-alat pertanian,
bagan warna daun (BWD), alat ukur (meteran dan penggaris), timbangan, dan
gelas ukur.
Prosedur Penelitian
Penelitian dimulai dengan pengolahan tanah sawah dilakukan 2 minggu
sebelum tanam. Penanaman dilakukan pada saat bibit berumur 20 hari. Bibit
ditanam 3-5 bibit per lubang dengan jarak tanam 25 cm x 25 cm pada petakan
yang memiliki panjang 9.25 m dan lebar 4 m. Penyulaman dilakukan pada 1-3
minggu setelah tanam (MST) dengan bibit yang umurnya sama. Pengairan
dilakukan sesuai dengan perlakuan yaitu penggenangan air dengan tinggi 0 cm,
2.5 cm, dan -2.5 cm.
Pemberian pupuk urea dilakukan sebanyak 3 kali yaitu pada saat tanam, 4
MST, dan 6 MST dengan dosis 200 kg ha -1 dengan proporsi masing-masing 30%,
40%, dan 30%. Pupuk SP-36 dan KCl hanya diberikan satu kali yaitu pada saat
tanam dengan dosis 200 kg ha -1 SP-36 dan 100 kg ha -1 KCl.
Pengaturan tinggi penggenangan dimulai pada saat tanaman padi berumur 3
MST. Pengaturan tinggi penggenangan dilakukan dengan cara memasang outlet
atau tempat keluarnya air setinggi 2.5 cm di atas permukaan tanah untuk
pengaturan tinggi penggenangan 2.5 cm, memasang outlet tepat pada permukaan
tanah untuk pengaturan tinggi penggenangan 0 cm, dan memasang outlet 2.5 cm
di bawah permukaan tanah untuk pengaturan tinggi penggenangan -2.5 cm.
3
Pengamatan dilakukan terhadap pertumbuhan vegetatif dan komponen hasil
serta hasil panen, dan kadar air tanah sebelum irigasi. Peubah pertumbuhan
vegetatif yang diamati diantaranya:
1. Tinggi tanaman diukur dari permukaan tanam (pangkal batang) hingga ujung
daun tertinggi pada setiap minggu mulai 3 MST hingga 8 MST.
2. Jumlah anakan pada 3-8 MST.
3. Warna daun diukur dengan bagan warna daun teratas yang telah membuka
pada 3-8 MST.
Peubah komponen hasil dan hasil tanaman yang diamati diantaranya:
1. Komponen hasil, yaitu jumlah anakan produktif (jumlah malai per rumpun),
jumlah gabah per malai, panjang malai, dan bobot 1000 butir tanaman contoh.
2. Karakter malai: bobot gabah isi dan gabah hampa (% bobot)
3. Hasil tanaman, yaitu bobot gabah basah dan kering setiap ubinan berukuran
2.5 m x 2.5 m, serta dugaan hasil gabah kering panen per hektar.
Peubah kadar air tanah sebelum irigasi diamati dengan cara :
1. Contoh tanah dalam setiap satuan percobaan diambil kemudian ditimbang
bobotnya sehingga didapat bobot basah tanah (BB).
2. Tanah yang telah diambil dioven sehingga didapat bobot kering tanah (BK).
BB BK
3. Kadar air (KA) diperoleh dengan rumus KA
X
%
BK
Analisis Data
Penelitian dilaksanakan dengan menggunakan metode rancangan
kelompok lengkap teracak (RKLT) faktor tunggal dengan tiga kali ulangan.
Perlakuan adalah:
P1 : Tinggi penggenangan 0 cm
P2 : Tinggi penggenangan 2.5 cm
P3 : Tinggi penggenangan -2.5 cm
sehingga terdapat 9 satuan percobaan. Model linear yang digunakan yaitu :
Yij = µ + τi + βj + εij
dengan keterangan :
µ = nilai tengah umum
τi = pengaruh perlakuan ke-i
βj = pengaruh kelompok ke-j
εij = pengaruh galat percobaan perlakuan ke-i, kelompok ke-j
untuk mengetahui pengaruh masing-masing perlakuan dilakukan uji sidik
ragam (uji F). Apabila menunjukkan perbedaan yang nyata maka dilakukan uji
lanjut dengan menggunakan uji BNT pada taraf 5%. Data diolah dengan
menggunakan SAS.
4
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Umum
Penelitian dilaksanakan di lahan petani di Desa Jabong, Kabupaten Subang.
Kabupaten Subang merupakan salah satu kabupaten di kawasan utara di provinsi
Jawa Barat. Wilayah ini terletak di antara 1070 31' BT sampai 1070 54' BT dan 60
11' LS sampai 60 49' LS. Rata-rata curah hujan bulanan pada bulan November
2012 berkisar 201-300 mm, 301-400 mm pada bulan Desember 2012 dan Januari
2013 (BMKG 2012).
Hama yang menyerang tanaman pada fase vegetatif yaitu keong mas
(Pomocea canaliculata) dan tikus sawah (Rattus argentiventer). Keong mas
menyerang tanaman pada 1 MST hingga 4 MST, sedangkan tikus sawah
menyerang tanaman pada 7 MST. Pengendalian hama keong mas dilakukan secara
manual dengan mengambil keong mas dan telurnya yang menempel pada tanaman
padi serta lahan sawah tidak digenangi terus-menerus dari umur 3-4 MST.
Hama yang menyerang tanaman pada fase generatif yaitu walang sangit
(Leptocorisa spp.) dan burung. Walang sangit menyerang tanaman pada saat
tanaman padi masak susu, sedangkan burung menyerang tanaman pada saat
tanaman padi masak susu hingga menguning. Menurut Suharto dan Siwi (1991)
serangan walang sangit pada tanaman periode masak susu menyebabkan gabah
hampa, sedangkan pada padi yang telah berisi menjelang masak menyebabkan
gabah berwarna coklat kekuningan sehingga kualitasnya menurun. Hama burung
dikendalikan secara mekanis dengan memasang kaleng-kaleng dan plastik
disekitar petakan sawah.
Gulma yang paling banyak tumbuh di lahan penelitian yaitu Monochoria
vaginalis dan Marsilea crenata. Pengendalian gulma dilakukan secara manual.
Gulma paling banyak tumbuh pada P3U3 dan P1U2 yang pada umumnya
memiliki kondisi tidak tergenang. Menurut De Datta (1993) penggenangan akan
menghambat pertumbuhan gulma.
Pertumbuhan Tanaman
Pengaruh Genangan terhadap Tinggi Tanaman
Genangan tidak memberikan perbedaan yang nyata terhadap pertumbuhan
tinggi tanaman pada 3 MST hingga 8 MST (Tabel 1). Rata-rata tinggi tanaman
hingga 8 MST pada setiap perlakuan berkisar 97.1 cm hingga 98.9 cm.
Pertumbuhan tinggi tanaman mengikuti pola meningkat sejak pengamatan
pertama (3 MST) hingga pengamatan terakhir (8 MST).
Tinggi tanaman yang tidak berbeda nyata pada setiap perlakuan
mengindikasikan bahwa air tersedia untuk pertumbuhan tanaman. Hal ini
ditunjukkan dengan tinggi tanaman pada penggenangan -2.5 cm yang memiliki
kondisi lembab tidak berbeda nyata dengan tinggi tanaman pada penggenangan 0
dan 2.5 cm yang memiliki kondisi tergenang. Menurut Uphoff dan
5
Randriamiharisoa (2002) kondisi tanah sawah yang lembab dan tidak digenangi
terus-menerus dapat mendukung pertumbuhan tanaman.
Tinggi tanaman juga dipengaruhi oleh karakteristik varietas yang digunakan.
Menurut Syam dan Wuryandari (2008) ketersediaan air irigasi, varietas unggul,
dan pemupukan terutama pupuk yang mengandung unsur N memberikan
kontribusi yang besar untuk pertumbuhan tanaman. Menurut Abdullah (2009)
varietas Ciherang memiliki rata-rata tinggi tanaman 97 cm.
Tabel 1 Pengaruh genangan terhadap tinggi tanaman
Tinggi tanaman (cm)
Genangan
(cm)
3 MST
4 MST
5 MST
6 MST
7 MST
8 MST
-2.5
0
2.5
42.2a
43.6a
42.8a
53.9a
55.0a
54.1a
72.1a
72.5a
70.1a
79.4a
77.4a
78.3a
87.7a
88.7a
89.4a
98.9a
97.1a
98.7a
a
Angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada
taraf 5% (uji BNT)
Pengaruh Genangan terhadap Jumlah Anakan
Tabel 2 menunjukkan bahwa penggenangan 0, 2.5, dan -2.5 cm tidak
memberikan perbedaan yang nyata terhadap jumlah anakan per rumpun pada
umur 3 MST hingga 8 MST. Jumlah anakan mengalami pertumbuhan yang
meningkat pada 3 MST hingga 7 MST dan menurun pada 8 MST. Penurunan
jumlah anakan dapat disebabkan oleh matinya sejumlah anakan tidak produktif
akibat tidak mendapat pasokan hara, kekurangan air, atau tanaman telah
memasuki fase generatif sehingga jumlah anakannya menurun. Menurut Chairani
(2006) ketersediaan air dan kecukupan hara bagi tanaman akan berpengaruh
terhadap pertumbuhan, dalam hal ini jumlah anakan. Munarso (2011) melaporkan
bahwa penurunan jumlah anakan sejak umur 8 MST disebabkan oleh metabolisme
tanaman telah mengarah pada proses generatif dan tidak mampu mengembangkan
anakan non produktif.
Tabel 2 Pengaruh genangan terhadap jumlah anakan
Jumlah anakan (rumpun)
Genangan (cm)
-2.5
0
2.5
3 MST
15a
14a
15a
4 MST
26a
29a
27a
5 MST
32a
33a
33a
6 MST
35a
36a
36a
7 MST
39a
39a
41a
8 MST
38a
38a
38a
a
Angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada
taraf 5% (uji BNT)
6
Pengaruh Genangan terhadap Bagan Warna Daun (BWD)
Bagan warna daun merupakan indikator kecukupan unsur N. Nilai BWD 4
menunjukkan titik kritis tercukupinya unsur N. Berdasarkan uji BNT
penggenangan 0, 2.5, dan -2.5 cm tidak ada perbedaan nilai kecukupan unsur N
(Tabel 3). Nilai BWD pada 3 MST hingga 5 MST memiliki nilai kecukupan unsur
N yang sama yaitu 3 dan nilai kecukupan unsur N meningkat pada 6 MST hingga
8 MST. Nilai kecukupan N hingga akhir pengamatan berkisar 3.7 hingga 3.9.
Nilai kecukupan N kurang dari 4, hal ini menunjukkan kecukupan unsur N belum
terpenuhi. Makarim et al. (1995) melaporkan bahwa tanggap tanaman padi
terhadap unsur N dipengaruhi oleh bahan organik, kadar liat, KTK tanah, dan N
total tanah .
Tabel 3 Pengaruh genangan terhadap kecukupan unsur N
Nilai BWD
Genangan (cm)
-2.5
0
2.5
3 MST
3.0a
3.0a
3.0a
4 MST
3.0a
3.0a
3.0a
5 MST
3.0a
3.0a
3.0a
6 MST
3.0a
3.1 a
3.0a
7 MST
3.5a
3.8a
3.7a
8 MST
3.7a
3.9a
3.7a
a
Angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata
pada taraf 5% (uji BNT)
Hasil dan Komponen Hasil
Pengaruh Genangan terhadap Komponen Hasil
Komponen hasil tanaman padi meliputi bobot 1000 butir, jumlah malai per
rumpun, panjang malai, dan jumlah gabah per malai. Penggenangan tidak
memberikan perbedaan yang nyata terhadap bobot 1000 butir dan komponen hasil
lainnya (Tabel 4). Bobot kering (BK) diukur dari bobot gabah setelah dijemur di
bawah cahaya matahari, sedangkan bobot basah (BB) diukur pada saat panen.
Bobot kering 1000 butir pada setiap perlakuan penggenangan berkisar 26.36 gram
hingga 27.33 gram. Menurut Abdullah (2009) bobot 1000 butir padi varietas
Ciherang sebesar 24 gram, sedangkan dalam penelitian Astuti (2010) bobot 1000
butir varietas Ciherang sebesar 28.99 gram.
Jumlah malai per rumpun (anakan produktif) berkisar 22 hingga 23 malai,
panjang malai mencapai 21 cm, dan jumlah gabah per malai berkisar 74 hingga 78
butir gabah pada setiap perlakuan. Menurut Taslim et al. (1993) melaporkan
bahwa hasil padi dipengaruhi oleh faktor genetik seperti berat 1000 butir, panjang
malai, jumlah anakan, dan faktor lingkungan. Munarso (2011) juga melaporkan
bahwa jumlah malai per rumpun, panjang malai, dan komponen hasil lainnya
dipengaruhi oleh sifat genotipe varietas yang digunakan.
7
Tabel 4 Pengaruh genangan terhadap komponen hasil
Genangan
(cm)
BB 1000 BK 1000 Jumlah malai Panjang
butir (g)
butir (g)
per rumpun
malai (cm)
Jumlah gabah
total per malai
-2.5
0
2.5
27.75a
28.90a
27.19a
78a
74a
77a
26.36a
27.33a
26.73a
23a
22a
23a
21a
21a
21a
a
Angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada
taraf 5% (uji BNT)
Pengaruh Genangan terhadap Bobot per Ubinan
Penggenangan tidak memberikan perbedaan nyata terhadap bobot per
ubinan dan dugaan hasil per hektar (Tabel 5). Bobot kering gabah per ubinan
berkisar 4.1 kg hingga 4.3 kg pada setiap perlakuan. Dugaan hasil pada setiap
perlakuan berkisar 6.6 ton ha-1 hingga 6.9 ton ha-1. Hal ini menunjukkan tanaman
padi dapat berproduksi dengan baik pada setiap perlakuan penggenangan.
Ketersediaan air untuk pertumbuhan, pemupukan, dan varietas yang digunakan
akan mendukung terhadap peningkatan produksi padi. Munarso (2011)
melaporkan bahwa peningkatan hasil gabah dapat dipengaruhi oleh komponen
hasilnya yaitu jumlah anakan produktif, jumlah malai per rumpun, serta laju
pengisian gabah yang lebih efisien sehingga mempunyai presentasi gabah isi dan
bobot 1000 butir yang lebih tinggi.
Tabel 5 Pengaruh genangan terhadap bobot per ubinan dan dugaan hasil
Genangan (cm)
BB (kg)
BK (kg)
Dugaan hasil per ha (ton)
-2.5
0
2.5
5.3a
5.2a
5.5a
4.1a
4.3a
4.2a
6.6a
6.9a
6.7a
a
Angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada
taraf 5% (uji BNT)
Pengaruh Genangan terhadap Karakter Malai
Tabel 6 menunjukkan penggenangan tidak memberikan perbedaan nyata
terhadap karakter malai. Rata-rata % bobot gabah isi dan hampa berkisar 64.974.7 % dan 25.3-35.1%. Karakter malai selain dipengaruhi oleh lingkungan, juga
dipengaruhi oleh potensi genetik dari varietas yang digunakan. Pada saat
penelitian terdapat serangan hama burung pada saat tanaman padi masak susu
hingga menguning sehingga mempengaruhi jumlah gabah isi dan hampa. Taslim
et al. (1993) melaporkan bahwa serangan hama, tanaman rebah, atau kurangnya
air pada saat berbunga akan mempengaruhi pengisian gabah.
8
Tabel 6 Pengaruh genangan terhadap karakter malai
Genangan
(cm)
%bobot
gabah isi
%bobot
gabah hampa
%jumlah
gabah isi
%jumlah
gabah hampa
-2.5
0
2.5
74.4a
64.9a
74.7a
25.6a
35.1a
25.3a
58.6a
44.5a
51.3a
41.4a
55.5a
48.7a
a
Angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata
pada taraf 5% (uji BNT)
Kadar Air Tanah Sebelum Irigasi
Pengaruh Genangan terhadap Kadar Air Tanah Sebelum Irigasi
Penggenangan tidak memberikan perbedaan nyata terhadap kadar air
sebelum irigasi pada 3 MST hingga 7 MST (Tabel 7). Kadar air sebelum irigasi
pada awal pertumbuhan yaitu 3 MST dan 4 MST lebih tinggi dibandingkan
dengan pada periode pertengahan tumbuh yaitu pada 5 MST hingga 7 MST.
Kadar air tanah menunjukkan kapan harus dilakukan irigasi. Untuk menghasilkan
produksi yang maksimum irigasi dilakukan jika kadar air tanah tinggal 36% pada
awal dan akhir pertumbuhan atau 32% pada saat pertumbuhan cepat (Sulistyono et
al. 2005).
Tabel 7 Pengaruh genangan terhadap kadar air tanah sebelum irigasi
Kadar air (%)
Genangan (cm)
3 MST
4 MST 5 MST
6 MST
7 MST
-2.5
0
2.5
55.8a
56.9a
52.1a
67.5a
72.0a
76.9a
43.2a
48.9a
50.2a
50.4a
54.7a
55.7a
42.1a
46.3a
44.3a
a
Angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata
pada taraf 5% (uji BNT)
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Penggenangan 0, 2.5, dan -2.5 cm tidak mempengaruhi pertumbuhan tinggi
tanaman, jumlah anakan, hasil gabah serta komponen hasil. Rata-rata
produktivitas padi varietas Ciherang pada setiap perlakuan penggenangan berkisar
6.6 ton ha-1 hingga 6.9 ton ha-1. Ketersediaan air tanah untuk pertumbuhan
tanaman terpenuhi yang ditunjukkan oleh kadar air tanah sebelum irigasi yang
tidak berbeda nyata untuk semua perlakuan penggenangan. Penggenangan -2.5
dapat diterapkan dalam budi daya padi sawah.
9
Saran
Disarankan dilakukan penelitian dengan penggenangan yang lebih rendah
dari -2.5 cm dan varietas yang digunakan lebih dari satu.
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah B. 2009. Progress of rice improvement through reccurent selection. J.
Agron. Indonesia. 37(3): 188-193
Arwitas. 1988.Kebutuhan Air Padi Sawah. Hakim M, editor. Padang (ID): Pusat
Penelitian Universitas Andalas.
Astuti DN, 2010. Pengaruh sistem pengairan terhadap pertumbuhan dan
produktivits beberapa varietas padi sawah (Oryza sativa L.) [skripsi]. Bogor
(ID): Institut Pertanian Bogor.
[BMKG] Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika. 2012. Prakiraan hujan
bulanan. [diunduh 9 Desember 2012]. Tersedia pada www.bmkg.go.id.
Chairani. 2006. Pengaruh fosfor dan pupuk kandang kotoran sapi terhadap sifat
kimia tanah dan pertumbuhan padi (Oryza sativa) pada lahan sawah tadah
hujan di Kabupaten Langkat, Sumatera Utara. Jurnal Penelitian Pertanian.
25(1): 8-17
De Datta SK. 1993. Principles and Practices of Rice Production. Canada (US):
John Wiley & Sons, Inc.
Makarim AK, Ponimin, Sismiyati, Suroto, Otjim, Hidayat A. 1995. Peningkatan
efisiensi dan efektivitas pemupukan N pada padi sawah berdasarkan analisis
sistem. Di dalam: Syam M, Hermanto, Musaddad A, Sunihardi, editor.
Kinerja Penelitian Tanaman Pangan. Simposium Penelitian Tanaman
Pangan III; 1993 Agu 23-25; Bogor; Indonesia. Bogor (ID): Pusat
Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian. hlm 675-681.
Munarso YP. 2011. Keragaan hasil beberapa varietas padi hibrida pada beberapa
teknik pengairan. J. Agron. Indonesia. 39(3): 147-152.
Suharto H, Siwi SS. 1991. Walang Sangit, Kepinding Tanah, Hama Putih, Hama
Putih Palsu, Ulat Grayak, Lalat Hidrelia. Soenarjo E, Damardjati D, Syam
M, editor. Bogor (ID): Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian,
Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan.
Sulistyono E, Suwarto, Ramdiani Y. 2005. Defisit evapotranspirasi sebagai
indikator kekurangan air pada padi gogo (Oryza sativa L.). Bul. Agron.
33(1): 6-11.
Syam M, Wuryandari D. 2008. Kerja sama Indonesia-IRRI: dampak dan
antisipasi ke depan. Di dalam: Makarim AK, Suprihatno B, Zaini Z,
Widjono A, Widiarta IN, Hermanto, Kasim H, editor. Inovasi Teknologi
Tanaman Pangan. Simposium V Penelitian Tanaman Pangan; 2007 Agu
28-29; Bogor; Indonesia. Bogor (ID): Pusat Penelitian dan Pengembangan
Tanaman Pangan, Badan Penelitan dan Pengembangan Pertanian. hlm 71-92.
10
Taslim H, Partohardjono S, Djunainah. 1993. Bercocok Tanam Padi Swah.
Ismunadji M, Partohadjono S, Syam M, Widjono A, editor. Bogor (ID):
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Pusat Penelitian dan
Pengembangan Tanaman Pangan.
Uphoff N, Randriamiharisoa R. 2002. Water-Wise Rice Production.Bouman
BAM, Hengsdijk H, Hardy B, Bindraban PS, Tuong TP, Ladha JK, editor.
Los Banos (PH): International Rice Research Institute, Plant Research
International.
11
Lampiran 1 Denah petak penelitian
P1U1
P3U1
P2U1
P3U2
P2U2
P1U2
P2U3
P1U3
P3U3
T
Gambar 1 Denah petak penelitian. P1: tinggi penggenangan 0 cm, P2: tinggi
penggenangan 2.5 cm, P3: tinggi penggenangan -2.5 cm, U1: Ulangan 1, U2: ulangan 2,
U3: ulangan 3.
Lampiran 2 Kondisi lahan sawah setelah irigasi
(a)
(b)
(c)
Gambar 2 Kondisi lahan sawah setelah dilakukan irigasi. (a): kondisi lahan sawah
dengan perlakuan tinggi penggenangan 0 cm, (b): kondisi lahan sawah dengan perlakuan
tinggi penggenangan 2.5 cm, (c): kondisi lahan sawah dengan perlakuan -2.5 cm.
Lampiran 3 Sidik ragam tinggi tanaman
Peubah
3 MST
4 MST
5 MST
6 MST
7 MST
8 MST
Koefisien
keragaman
1.561
3.115
2.397
2.515
2.354
1.622
Kuadrat
tengah
0.669
1.693
1.707
1.971
2.086
1.593
F hitung
Genangan
3.00
0.34
1.05
0.84
0.45
1.12
Kelompok
13.97
0.14
0.04
1.69
0.34
1.95
**: nyata pada taraf 1%, *: nyata pada taraf 5%, tn: tidak nyata
Pr > F
Genangan
0.16 tn
0.732 tn
0.429 tn
0.497 tn
0.667 tn
0.411 tn
Kelompok
0.016*
0.873 tn
0.96 tn
0.294 tn
0.733 tn
0.257 tn
12
Lampiran 4 Sidik ragam jumlah anakan
Peubah
Koefisien Kuadrat
keragaman tengah
3 MST
4 MST
5 MST
6 MST
7 MST
8 MST
7.049
6.361
4.061
6.381
6.573
5.396
1.048
1.756
1.329
2.275
2.593
2.053
F hitung
Genangan
0.33
1.86
0.15
0.03
0.49
0.16
Pr > F
Kelompok
12.24
3.64
4.49
2.17
1.62
1.05
Genangan
0.736 tn
0.269 tn
0.862 tn
0.972 tn
0.647 tn
0.859 tn
Kelompok
0.019*
0.126 tn
0.095 tn
0.229 tn
0.305 tn
0.431 tn
**: nyata pada taraf 1%, *: nyata pada taraf 5%, tn: tidak nyata
Lampiran 5 Sidik ragam nilai bagan warna daun (BWD)
Peubah
Koefsien
Kuadrat
keragaman tengah
3 MST
4 MST
5 MST
6 MST
7 MST
8 MST
0
0
0
1.903
5.687
2.274
0
0
0
0.058
0.209
0.086
F hitung
Genangan
.
.
.
1.00
1.32
3.89
Kelompok
.
.
.
0.00
0.01
5.02
Genangan
.
.
.
0.444 tn
0.362 tn
0.115 tn
Pr > F
Kelompok
.
.
.
1 tn
0.994 tn
0.081tn
**: nyata pada taraf 1%, *: nyata pada taraf 5%, tn: tidak nyata
Lampiran 6 Sidik ragam bobot 1000 butir
Peubah
BB (g)
BK (g)
Koefisien
keragaman
4.874
2.571
F hitung
Pr > F
kuadrat
tengah Genangan Kelompok Genangan Kelompok
1.362
1.24
4.80
0.382 tn
0.087 tn
0.689
1.53
3.90
0.322 tn
0.115 tn
**: nyata pada taraf 1%, *: nyata pada taraf 5%, tn: tidak nyata
Lampiran 7 Sidik ragam komponen hasil
Peubah
Koefisien
Keragaman
Kuadrat
tengah
F hitung
Genangan Kelompok
Jumlah malai
per rumpun
4.376
0.987
0.63
1.83
Panjang malai
(cm)
1.337
0.282
0.32
1.35
Jumlah gabah
per malai
5.912
4.525
0.56
17.73
**: nyata pada taraf 1%, *: nyata pada taraf 5%, tn: tidak nyata
Pr > F
Genangan
Kelompok
0.578 tn
0.272 tn
0.742 tn
0.357 tn
0.609 tn
0.01*
13
Lampiran 8 Sidik ragam bobot per ubinan dan dugaan hasil
Peubah
Koefisien
keragaman
BB
(gram)
3.827
BK
(gram)
7.035
Dugaan
hasil per
ha (ton)
7.035
F Hitung
Pr > F
Kelompok
Kuadrat
tengah
Genangan
Kelompok
Genangan
0.204
2.00
2.00
0.25 tn
0.25 tn
0.296
0.39
0.05
0.699 tn
0.951 tn
0.474
0.39
0.05
0.699 tn
0.951 tn
**: nyata pada taraf 1%, *: nyata pada taraf 5%, tn: tidak nyata
Lampiran 9 Sidik ragam karakter malai
F Hitung
Pr > F
Koefisien
Kuadrat
Keragaman tengah
Genangan Kelompok Genangan Kelompok
Peubah
%bobot
gabah isi
%bobot
gabah hampa
%jumlah
gabah isi
%jumlah
gabah hampa
11.039
7.874
1.50
3.60
0.326 tn
0.128 tn
27.467
7.874
1.50
3.60
0.326 tn
0.128 tn
16.171
8.322
2.17
5.44
0.23 tn
0.072 tn
17.146
8.322
2.17
5.44
0.23 tn
0.072 tn
**: nyata pada taraf 1%, *: nyata pada taraf 5%, tn: tidak nyata
Lampiran 10 Sidik ragam kadar air tanah sebelum irigasi
Peubah
Koefisien
Kuadrat
Keragaman tengah
F Hitung
Pr > F
Genangan Kelompok Genangan Kelompok
3 MST
4 MST
5 MST
6 MST
7 MST
5.473
7.224
7.088
15.825
8.254
2.16
2.44
3.64
0.32
1.02
3.006
5.215
3.362
8.484
3.625
1.67
8.26
0.15
0.19
0.72
**: nyata pada taraf 1%, *: nyata pada taraf 5%, tn: tidak nyata
0.231 tn
0.203 tn
0.126 tn
0.74 tn
0.439 tn
0.297 tn
0.038*
0.863 tn
0.832 tn
0.54 tn
14
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Subang pada tanggal 10 Oktober 1990 dari ayah
Kosmin dan ibu Rokimah. Penulis adalah anak tunggal. Tahun 2009 penulis lulus
dari SMA Negeri 1 Subang dan pada tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk
Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB dan
diterima di Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian.
Penulis pernah menjadi tim jurnalistik SMA Negeri 1 Subang pada tahun
ajaran 2007/2008. Selama mengikuti perkuliahan, penulis menjadi asisten
praktikum Manajemen Air dan Hara pada tahun ajaran 2012/2013. Penulis juga
pernah aktif sebagai anggota mitra desa BEM A, organisasi daerah Subang,
penulis juga pernah mengikuti praktik kuliah lapang di Indramayu.