Keanekaragaman Morfologi Puring (Codiaeum Variegatum (L.) Blume) Di Kampus Institut Pertanian Bogor, Dramaga

KEANEKARAGAMAN MORFOLOGI PURING
(Codiaeum variegatum (L.) Blume) DI KAMPUS
INSTITUT PERTANIAN BOGOR, DRAMAGA

RISAFANI WIDYANINGSIH

DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Keanekaragaman
Morfologi Puring (Codiaeum variegatum (L.) Blume) di Kampus Institut
Pertanian Bogor, Dramaga adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.

Bogor, Februari 2015

Risafani Widyaningsih
NIM G34100096

ABSTRAK
RISAFANI WIDYANINGSIH. Keanekaragaman Morfologi Puring (Codiaeum
variegatum (L.) Blume) di Kampus Institut Pertanian Bogor, Dramaga. Dibimbing
oleh RITA MEGIA dan HILDA AKMAL.
Tanaman puring (Codiaeum variegatum (L.) Blume) merupakan tanaman
hias populer. Helaian daun puring memiliki variasi yang tinggi, khususnya variasi
bentuk, warna, dan ukuran daun. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis
keanekaragaman morfologi tanaman puring di Kampus Institut Pertanian Bogor
(IPB), Dramaga. Penelitian yang dilakukan bersifat eksploratif dengan
menjelajahi kawasan Kampus IPB, Dramaga. Dua belas karakter morfologi
helaian daun puring diubah dalam skor bilangan. Korelasi matriks (Pearson) di
antara peubah karakter morfologi helaian daun dianalisis menggunakan XLSTAT

Pro 2014 software. Pembuatan dendrogram dilakukan dengan metode UPGMA
pada NTSYS versi 2.2. Berdasarkan pengamatan karakter morfologi helaian daun
ditemukan 54 aksesi kultivar puring. Rasio helaian daun (p/l) memiliki variabilitas
yang tinggi dibandingkan dengan karakter kuantitatif lainnya. Nilai korelasi
tertinggi antara peubah karakter morfologi helaian daun (r= 0.522) terdapat pada
warna tangkai daun dengan warna pertulangan daun. Hasil analisis cluster
menunjukkan bahwa 54 aksesi kultivar puring mengelompok menjadi dua
kelompok besar pada koefisien kemiripan 0.66. Kelompok I terdiri atas 18 aksesi
kultivar puring dengan karakter morfologi helaian daun berukuran kecil,
memuntir, appendiculate atau dengan tepi helaian daun rata. Kelompok II terdiri
atas 36 aksesi kultivar puring dengan karakter morfologi helaian daun berukuran
besar, datar, bergelombang, tidak appendiculate, atau dengan tepi helaian daun
bertoreh. Koefisien kemiripan paling besar (0.96) dimiliki oleh pasangan aksesi
kultivar puring Cd 49 dan Cd 52; Cd 18 dan Cd 19; serta Cd 21 dan Cd 22. Aksesi
kultivar puring Cd 34 memiliki koefisien kemiripan yang paling kecil (0.67)
terhadap semua aksesi kultivar puring lainnya.
Kata kunci: Codiaeum variegatum, dendrogram, korelasi, kultivar, morfologi

ABSTRACT
RISAFANI WIDYANINGSIH. Morphological Diversity of Croton (Codiaeum

variegatum (L.) Blume) in Bogor Agricultural University Campus, Dramaga.
Supervised by RITA MEGIA and HILDA AKMAL.
Croton (Codiaeum variegatum (L.) Blume) is a popular ornamental plant.
The croton leaf has a high variation, especially variations on shape, colour, and
size of the leaf. The purpose of this study was to analyze the morphological
diversity of croton plant in the campus of Bogor Agricultural University (IPB),
Dramaga. This explorative study was conducted by exploring the region of IPB,
Dramaga. Twelve morphological characters of croton leaf were converted into
score numbers. The matrix correlation (Pearson) among variable of leaf
morphological character were analyzed using XLSTAT Pro 2014 software. A
dendrogram was performed using UPGMA method on the NTSYS version 2.2.

Based on the observation of leaf morphological characters 54 accessions of croton
cultivar had been found. The leaf index (p/l) had a high variability compared to
other quantitative characters. The highest correlation value (r= 0.522) of leaf
morphological character was found between petiole colour with leaf vein colour.
The result of cluster analysis showed that the 54 accessions of croton cultivar
divided into two large groups at coefficient of similarity 0.66. The group I
consisted of 18 accessions of croton cultivar with morphological characters of
small size, spiral, appendiculate, or with entire leaf margin. The group II

consisted of 36 accessions of croton cultivar with morphological character of large
size, straight, sinuate, no appendiculate, or with lobed leaf margin. The highest
coefficient of similarity (0.96) was found in pairs of croton cultivar accession Cd
49 and Cd 52; Cd 18 and Cd 19; and Cd 21 and Cd 22. The accession of croton
cultivar Cd 34 had the lowest coefficient of similarity (0.67) compared to all other
accessions of croton cultivar.
Keywords: Codiaeum variegatum, correlation, cultivar, dendrogram, morphology

KEANEKARAGAMAN MORFOLOGI PURING
(Codiaeum variegatum (L.) Blume) DI KAMPUS
INSTITUT PERTANIAN BOGOR, DRAMAGA

RISAFANI WIDYANINGSIH

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Sains
pada
Departemen Biologi


DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

Judul Skripsi : Keanekaragaman Morfologi Puring (Codiaeum variegatum (L.)
Blume) di Kampus Institut Pertanian Bogor, Dramaga
Nama
: Risafani Widyaningsih
NIM
: G34100096

Disetujui oleh

Dr Rita Megia, DEA
Pembimbing I

Dra Hilda Akmal, MSi
Pembimbing II


Diketahui oleh

Dr Ir Iman Rusmana, MSi
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Desember 2013 sampai
Juli 2014 ini ialah keanekaragaman morfologi, dengan judul Keanekaragaman
Morfologi Puring (Codiaeum variegatum (L.) Blume) di Kampus Institut
Pertanian Bogor, Dramaga.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr Rita Megia, DEA dan Dra Hilda
Akmal, MSi selaku dosen pembimbing atas bimbingan dan arahan selama
penelitian hingga penyelesaian karya ilmiah ini. Terima kasih juga penulis
sampaikan kepada Nina Ratna Djuita, MSi selaku penguji atas segala saran untuk
perbaikan karya ilmiah ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada

keluarga terkasih Ayah, Ibu, Kakak, dan seluruh keluarga atas doa, dorongan
semangat, dan kasih sayang. Terima kasih juga penulis sampaikan kepada temanteman di laboratorium Taksonomi Tumbuhan, keluarga besar Biologi 47 dan
semua pihak yang telah membantu dan mendukung sehingga karya ilmiah ini
dapat terselesaikan.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Februari 2015
Risafani Widyaningsih

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

vi

DAFTAR GAMBAR

vi

DAFTAR LAMPIRAN


vi

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1

Tujuan Penelitian

2

METODE

2

Waktu dan Tempat Penelitian


2

Bahan

2

Alat

2

Metode Penelitian

2

HASIL DAN PEMBAHASAN

3

Keanekaragaman Morfologi Helaian Daun Puring (Codiaeum variegatum
(L.) Blume)


3

Karakter Kuantitatif Helaian Daun Puring

7

Karakter Kualitatif Helaian Daun Puring

10

Korelasi Matriks di antara 12 Peubah Karakter Morfologi Helaian Daun Puring
Puring
11
Analisis Cluster

11

SIMPULAN


16

DAFTAR PUSTAKA

16

LAMPIRAN

18

RIWAYAT HIDUP

23

DAFTAR TABEL
1 Skor bilangan berdasarkan 12 karakter morfologi helaian daun puring
yang diamati

6

DAFTAR GAMBAR
1 Peta persebaran 54 aksesi kultivar puring (Cd 1 - Cd 54) di kawasan
Kampus Institut Pertanian Bogor (IPB), Dramaga
2 Variasi morfologi helaian daun dari 54 aksesi kultivar puring (Cd 1 Cd 54) di kawasan Kampus IPB, Dramaga
3 Diagram kotak garis peubah karakter kuantitatif morfologi helaian daun
puring
4 Dendrogram hubungan kekerabatan dari 54 aksesi kultivar puring (Cd 1
– Cd 54) berdasarkan karakter morfologi helaian daun

4
5
9
15

DAFTAR LAMPIRAN
1 Hasil pengukuran temperatur dan kelembapan udara di Kampus IPB,
Dramaga bulan Desember 2013 sampai dengan Mei 2014
2 Variasi morfologi helaian daun puring berdasarkan Radford et al.
(1974) dan Tjitrosoepomo (2009)
3 Nilai korelasi di antara 12 peubah karakter morfologi helaian daun
puring

19
20
22

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tanaman puring (Codiaeum variegatum (L.) Blume) (Euphorbiaceae)
berupa perdu atau pohon kecil dengan tinggi mencapai 1.5-3 m (Steenis 2006).
Puring dikenal sebagai tanaman hias (Backer dan Bakhuizen 1963) dan
merupakan salah satu tanaman hias paling populer di Amerika Serikat dan Eropa
(Mollick et al. 2011). Persilangan antar jenis puring telah banyak dilakukan yang
memberikan peluang munculnya kultivar baru. Saat ini kultivar puring tersebar di
negara tropik, di antaranya Indonesia, Malaysia, Filipina, India, Thailand,
Srilangka, dan Kepulauan Pasifik (Nasib et al. 2008; Younis et al. 2010).
Tanaman puring memiliki banyak manfaat, di antaranya sebagai obat antifungal,
antikanker, obat diare berdarah (Njoya et al. 2014), dan obat penahan rasa sakit.
Selain itu, puring merupakan flora antipolusi yang mampu menyerap polutan
berbahaya seperti timbal (Pb) (Dewi dan Hapsari 2012).
Penanda morfologi merupakan penanda yang biasa digunakan dalam
melakukan deskripsi taksonomi karena lebih mudah, cepat, sederhana, dan relatif
lebih murah. Penanda morfologi juga dapat digunakan untuk melihat kekerabatan
antar kultivar atau aksesi yang dimiliki. Karakter morfologi yang diamati di
lapangan dapat terdiri atas karakter morfologi bersifat kualitatif dan kuantitatif.
Karakter morfologi yang diamati harus memiliki nilai heritabilitas yang tinggi,
stabil, dan tidak dipengaruhi oleh lingkungan. Setiap tanaman memiliki deskripsi
morfologi spesifik yang merupakan penanda dari tanaman tersebut. Penanda
morfologi sudah lama digunakan untuk melihat keanekaragaman genetik yang
terekspresikan melalui penampilan di lapangan.
Keanekaragaman tanaman puring pada saat ini sangat tinggi khususnya
keanekaragaman helaian daun, yang ditunjukkan dari bentuk, warna, dan ukuran
daun (Nasib et al. 2008). Brown (1995) cit Mollick et al. (2011) menyatakan
bahwa mutasi somatik atau penyerbukan oleh semut memberikan peluang
terbentuknya keanekaragaman yang tinggi pada puring. Penelitian tentang
keanekaragaman morfologi daun puring telah dilakukan oleh peneliti dari
University of the Ryukyus menggunakan parameter fenotipe daun dengan sampel
tanaman berasal dari Okinawa, Jepang (Mollick et al. 2011). Hasilnya
menunjukkan bahwa di antara parameter kuantitatif yang diuji dapat menunjukkan
keanekaragaman puring. Berbeda dengan morfologi daun, komposisi pigmen daun
yang berkontribusi terhadap warna daun tidak menunjukkan keanekaragaman.
Penelitian tentang keanekaragaman genetik puring juga telah dilakukan
oleh peneliti dari University of Florida menggunakan marker Amplified Fragment
Length Polymorphism (AFLP) dengan sampel tanaman berasal dari Florida (Deng
et al. 2010b). Hasilnya menunjukkan bahwa 44 kultivar puring yang diteliti
memiliki jarak genetik 0.322 dan dapat dikelompokkan berdasarkan isolasi
geografis, adaptasi, introduksi jenis, dan pemuliaan tanaman. Pendeknya jarak
genetik tersebut menunjukkan bahwa 44 kultivar puring tersebut berasal dari
nenek moyang yang sama.
Tanaman puring berasal dari Kepulauan Maluku, Indonesia (Brown 1995
cit Mollick et al. 2011). Jenis puring pertama dibawa ke Inggris pada tahun 1804

2

meskipun pengembangan tanaman puring lebih banyak dilakukan di Belgia dan
Perancis pada tahun 1800-an. Pada tahun 1871, banyak hibrida puring dibawa dari
Eropa ke Amerika Serikat. Sekitar 70 hibrida puring dikembangkan di Florida
Selatan pada tahun 1920-1930-an dan dikenal sebagai hibrida Florida (Mollick et
al. 2011). Data Herbarium Bogoriense di LIPI menunjukkan bahwa tanaman
puring telah dikoleksi di Indonesia sejak tahun 1904 dan tersebar di pulau
Sumatera, Jawa, dan Maluku. Keanekaragaman puring penting untuk dipelajari
sebagai dasar untuk menentukan langkah selanjutnya dalam pemuliaan tanaman
puring. Penelitian tentang keanekaragaman puring di Indonesia belum pernah
dilakukan sebelumnya.

Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan menganalisis keanekaragaman morfologi puring di
Kampus Institut Pertanian Bogor (IPB), Dramaga.

METODE

Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2013 sampai dengan Juli
2014 di kawasan Kampus Institut Pertanian Bogor, Darmaga dan Laboratorium
Taksonomi Tumbuhan, Departemen Biologi, FMIPA IPB.

Bahan
Bahan tanaman yang digunakan dalam penelitian ini adalah kultivar puring
(Codiaeum variegatum) yang ditemukan di Kampus Institut Pertanian Bogor,
Dramaga, Bogor.

Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain: kamera digital,
Global Positioning System (GPS), jangka sorong, sasak, dan silet.

Metode Penelitian
Pengamatan Morfologi. Penelitian ini bersifat eksploratif dengan
menjelajahi kawasan Kampus Institut Pertanian Bogor, Dramaga. Tanaman puring
yang dijumpai diberi tanda, didokumentasikan, diamati, dicatat ciri morfologinya,
dan dilakukan pembuatan herbarium. Pengamatan karakter morfologi helaian
daun dilakukan berdasarkan Tjitrosoepomo (2009) dan Radford et al. (1974). Data

3

lapangan yang dicatat antara lain habitat tumbuh dan kondisi lingkungan, meliputi
temperatur udara dan kelembapan udara.
Analisis Keanekaragaman. Data karakter morfologi helaian daun diubah
dalam skor bilangan. Pengukuran karakter kuantitatif morfologi helaian daun
yaitu panjang helaian daun (p) (cm), lebar helaian daun (l) (cm), rasio helaian
daun (p/l), dan panjang tangkai daun (cm) masing-masing dilakukan 10 ulangan.
Analisis data dilakukan dengan dua cara, yaitu (a) korelasi di antara karakter
morfologi helaian daun, yang diolah melalui program XLSTAT Pro 2014
software dan (b) pengelompokan data matriks serta pembuatan dendrogram
dilakukan dengan metode Unweighted Pair Group Method with Arithmetic Mean
(UPGMA) pada program Numerical Taxonomy System for personal computer
(NTSYSpc) versi 2.1 (Rohlf 2009).

HASIL DAN PEMBAHASAN
Keanekaragaman Morfologi Helaian Daun Puring
(Codiaeum variegatum (L.) Blume)
Kampus Institut Pertanian Bogor (IPB) memiliki luas 297 Ha, terletak di
Desa Babakan, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat.
Letak geografis kampus antara 6°30”−6°45” LS, dan 106°30”−106°45” BT.
Berdasarkan pengukuran kondisi lingkungan di Kampus IPB, Dramaga dari bulan
Desember 2013 sampai Mei 2014 diperoleh temperatur berkisar 23-31.1 °C dan
kelembapan udara 79-84% (Lampiran 1).
Berdasarkan hasil eksplorasi di kawasan Kampus IPB, Dramaga ditemukan
105 individu tanaman puring. Dari perbedaan karakter morfologi helaian daun
yang diamati dan diukur, diperoleh 54 aksesi tanaman puring yang berbeda dan
diberi nomor aksesi Cd 1 - Cd 54. Berdasarkan identifikasi dan perbandingan
spesimen yang dilakukan di Herbarium Bogoriense, 54 aksesi tanaman puring
yang ditemukan dinyatakan sebagai kultivar. Peta persebaran 54 aksesi kultivar
puring di Kampus IPB, Dramaga dapat dilihat pada Gambar 1. Variasi bentuk,
warna dan ukuran helaian daun dari 54 tanaman puring tersebut dapat dilihat pada
Gambar 2.

4

Gambar 1 Peta persebaran 54 aksesi kultivar puring (Cd 1 - Cd 54) di kawasan Kampus Institut Pertanian Bogor (IPB), Dramaga

5

10 cm
Gambar 2 Variasi morfologi helaian daun dari 54 aksesi kultivar puring (Cd 1 - Cd 54)
di kawasan Kampus di kawasan Kampus IPB, Dramaga

6

Hasil skoring bilangan dari 12 karakter morfologi helaian daun dapat
dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1 Skor bilangan berdasarkan 12 karakter morfologi helaian daun puring
yang diamati
No.

Karakter morfologi
helaian daun

1

Panjang helaian daun (p) (cm)

2

Lebar helaian daun (l) (cm)

3

Rasio helaian daun (p/l)

4

Bentuk helaian daun

5

Bentuk pangkal helaian daun

6

Bentuk ujung helaian daun

7

Bentuk tepi helaian daun

8

Pertulangan menyirip daun

9

Bentuk permukaan helaian
daun

Karakter
< 10.0
10.01-20.0
20.01-30.0
> 30.01
< 5.0
5.01-10.0
> 10.01
< 5.0
5.01-10.0
10.01-15.0
> 15.01
Garis (linier)
Lanset (lanceolate)
Jorong (oblong)
Lonjong (elliptic)
Bulat telur (ovate)
Bulat telur terbalik (obovate)
Melengkung (falcate)
Appendiculate
Runcing (acute)
Meruncing (acuminate)
Tumpul (obtuse)
Membulat (rounded)
Jantung (cordate)
Runcing (acute)
Meruncing (acuminate)
Tumpul (obtuse)
Membulat (rounded)
Rata (entire)
Bergelombang (undulate)
Bergelombang-melipat ke
bawah (undulate-revolute)
Berlekuk menyirip
(pinnatilobus)
Bercangap menyirip
(pinnatifidus)
Berbagi menyirip
(pinnatipartitus)
Jelas terlihat
Tidak jelas terlihat
Memuntir (spiral)
Datar (straight)
Bergelombang (sinuate)

Jumlah
kultivar
3
23
20
8
23
28
3
37
12
1
4
3
2
6
18
1
13
4
5
14
4
26
7
3
19
23
1
11
40
1

Skor
bilangan
1
2
3
4
1
2
3
1
2
3
4
1
2
3
4
5
6
7
8
1
2
3
4
5
1
2
3
4
1
2

1

3

7

4

1

5

4
30
24
10
26
18

6
1
2
1
2
3

7

Tabel 1 (lanjutan)
No.

Karakter morfologi
helaian daun

10

Panjang tangkai daun (cm)

11

Warna tangkai daun

12

Warna pertulangan daun

Karakter
< 2.5
2.51-5.0
5.01-7.5
< 7.51
Hijau
Hijau keunguan
Kuning kemerahan
Merah
Hijau
Kuning
Merah
Merah kehitaman

Jumlah
kultivar
16
23
13
2
21
11
3
17
11
21
19
3

Skor
bilangan
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4

Karakter Kuantitatif Helaian Daun Puring
Berdasarkan skor bilangan karakter menunjukkan bahwa tanaman puring
didominasi oleh daun dengan panjang helaian daun 10.01-20.0 cm (23 aksesi) dan
lebar helaian daun 5.01-10.0 cm (28 aksesi). Rasio daun merupakan perbandingan
antara panjang helaian daun dengan lebar helaian daun. Hasilnya menunjukkan
bahwa sebagian besar daun puring memiliki rasio helaian daun (p/l) < 5.0 (37
aksesi). Pengukuran panjang tangkai daun menunjukkan bahwa panjang tangkai
2.51-5.0 cm (23 aksesi) yang banyak ditemukan (Tabel 1).
Diagram kotak garis untuk variasi panjang helaian daun, lebar helaian
daun, rasio daun, dan panjang tangkai daun ditunjukkan pada Gambar 3. Variasi
panjang helaian daun dan lebar helaian daun puring yang ditemukan di kawasan
Kampus IPB, Dramaga tidak homogen. Hal ini ditunjukkan oleh pola sebaran data
panjang helaian daun dan lebar helaian daun yang tidak simetrik dan lebar kuartil
yang tidak sama. Berdasarkan pengukuran dari 54 aksesi kultivar puring yang
dijumpai di kawasan Kampus IPB, Dramaga, didapatkan bahwa daun puring
memiliki panjang helaian daun 5.6-33.4 cm, lebar helaian daun 0.7-14.6 cm, rasio
helaian daun (p/l) 1.3-19.4, dan panjang tangkai daun 1.2-7.8 cm (Gambar 3).
Dalam Flora of Java (Backer dan Bakhuizen 1963) tercantum bahwa
tanaman puring memiliki panjang helaian daun 5-40 cm dan lebar helaian daun 19 cm. Dibandingkan dengan hasil pengamatan puring yang ditemukan di kawasan
Kampus IPB, Dramaga, terdapat perbedaan kisaran ukuran lebar helaian daun
dengan hasil penelitian Backer dan Bakhuizen (1963) yang mencolok. Lebar
helaian daun puring yang ditemukan di kawasan Kampus IPB, Dramaga bervariasi
20 kali lipat (0.7-14.6 cm) dibandingkan dengan lebar helaian daun puring yang
tercantum pada Flora of Java yang hanya bervariasi 9 kali lipat (1-9 cm). Variasi
ukuran lebar helaian daun yang tinggi ini mungkin dapat disebabkan tanaman
puring yang ditemukan di Jawa pada tahun 1963 belum mengalami persilangan
atau merupakan tanaman induk dari kultivar yang sekarang.
Hasil pengukuran data kuantitatif daun puring pada penelitian ini berbeda
dengan hasil penelitian Mollick et al. (2011) yang menyatakan bahwa daun puring
memiliki panjang helaian daun 12.7-26.4 cm (bervariasi 2 kali lipat), lebar helaian

8

daun 2.5-12.3 cm (bervariasi 4.9 kali lipat), dan panjang tangkai daun 1.3-9.8 cm
(bervariasi 8.7 kali lipat). Perbedaan hasil pengukuran panjang dan lebar helaian
daun ini mungkin dapat disebabkan karena bahan tanaman puring Mollick et al.
(2011) yang berasal dari Okinawa merupakan hasil persilangan antar kultivar
puring sehingga memiliki kisaran panjang dan lebar helaian daun yang sempit.
Variasi ukuran panjang dan lebar helaian daun puring menyebabkan
perbedaan nilai rasio helaian daun. Rasio helaian daun (p/l) dari 54 aksesi kultivar
puring yang ditemukan di kawasan Kampus IPB, Dramaga bervariasi 14.5 kali
lipat (1.3-19.4 cm) (Gambar 3). Nilai ini lebih besar dibandingkan dengan nilai
rasio helaian daun puring (p/l) dari penelitian Mollick et al. (2011) yang bervariasi
3.7 kali lipat (2.1-7.9 cm). Berdasarkan diagram kotak garis yang ditunjukkan
pada Gambar 3, panjang helaian daun yang memiliki lebar kuartil yang besar
tetapi memiliki lebar helaian daun dengan lebar kuartil yang kecil akan memiliki
rasio helaian daun (p/l) yang tinggi. Panjang helaian daun yang memiliki lebar
kuartil yang kecil tetapi memiliki lebar helaian daun dengan lebar kuartil yang
besar akan memiliki rasio helaian daun (p/l) yang pendek. Di antara karakter
kuantitatif morfologi helaian daun yang diuji, rasio helaian daun (p/l)
menunjukkan variabilitas yang tinggi. Secara umum, rasio helaian daun (p/l)
mungkin merupakan karakter morfologi daun yang stabil sehingga dapat
digunakan sebagai pembeda di antara aksesi kultivar puring.
Karakter kuantitatif morfologi daun yang lain, seperti panjang helaian
daun, lebar helaian daun, dan panjang tangkai daun merupakan karakter
kuantitatif yang dapat dipengaruhi oleh lingkungan. Givnish (1987) melaporkan
bahwa ukuran helaian daun dipengaruhi oleh lingkungan. Hal tersebut juga
didukung oleh hasil penelitian Sophonputtanaphoca et al. (2000) tentang adaptasi
puring (Codiaeum variegatum (L.) Blume) dengan tingkat intensitas cahaya
berbeda. Selain dipengaruhi oleh lingkungan, perbedaan ukuran helaian daun juga
disebabkan oleh faktor genetik. Hasil penelitian Mollick et al. (2011)
menunjukkan bahwa genom tanaman puring memiliki Ty1-copia. Ty1-copia
merupakan bagian DNA yang menyerupai transposon yang mungkin bertanggung
jawab terhadap terjadinya mutasi pada tanaman puring.

9

Gambar 3 Diagram kotak garis peubah karakter kuantitatif morfologi helaian daun puring. (A) panjang helaian daun (p), (B) lebar
helaian daun (l), (C) rasio helaian daun (p/l), dan (D) panjang tangkai daun dari 54 aksesi kultivar puring. Axis horizontal
merupakan kode dari 54 aksesi kultivar puring (Cd 1 - Cd 54).

10

Karakter Kualitatif Helaian Daun Puring
Variasi karakter kualitatif morfolologi helaian daun puring di Kampus IPB,
Dramaga ditunjukkan pada Lampiran 2. Berdasarkan skor bilangan karakter
kualitatif menunjukkan bahwa tanaman puring didominasi oleh daun dengan
bentuk helaian daun lonjong (28 aksesi), bentuk pangkal helaian daun tumpul (26
aksesi), bentuk ujung helaian daun meruncing (23 aksesi), bentuk tepi helaian
daun rata (40 aksesi), bentuk permukaan helaian daun datar (26 aksesi),
pertulangan menyirip daun terlihat jelas (30 aksesi), warna pertulangan daun
kuning (21 aksesi), dan warna tangkai daun hijau (21 aksesi) (Tabel 1).
Berdasarkan hasil pengamatan karakter morfologi bentuk helaian daun,
diperoleh bahwa dari ke-54 aksesi kultivar puring memiliki 8 bentuk helaian daun.
Delapan bentuk helaian daun puring tersebut, yaitu garis, lanset, jorong, lonjong,
bulat telur, bulat telur terbalik, melengkung, dan appendiculate. Bentuk helaian
daun yang ditemukan di Kampus IPB, Dramaga tidak berbeda dengan yang
tercantum dalam Flora of Java (Backer dan Bakhuizen 1963) dan Encyclopedia of
Tropical Plants (Fayaz 2011). Backer dan Bakhuizen (1963) dan Fayaz (2011)
menyatakan bahwa tanaman puring memiliki bentuk helaian daun jorong, bulat
telur, bulat telur terbalik, lonjong, dan garis.
Berdasarkan hasil pengamatan bentuk helaian daun di Kampus IPB,
Dramaga sedikit berbeda dengan hasil penelitian Mollick et al. (2011) dari
Okinawa, Jepang. Mollick et al. (2011) menyebutkan bahwa tanaman puring dari
Okinawa memiliki bentuk helaian daun lanset terbalik, garis, lonjong, jorong,
memuntir (spiral), tombak, seperti jarum, dan appendiculate. Perbedaan bentuk
helaian daun yang ditemukan di Kampus IPB, Dramaga dengan Okinawa, Jepang
(Mollick et al. 2011) mungkin disebabkan oleh beberapa faktor. Faktor-faktor
tersebut, antara lain perbedaan kondisi lingkungan di Kampus IPB, Dramaga
dengan di Okinawa, Jepang dan banyaknya tanaman puring di Okinawa, Jepang
yang diduga merupakan hasil persilangan. Bentuk helaian daun puring memuntir
dan appendiculate yang ditemukan di Kampus IPB, Dramaga ternyata dijumpai
juga di Okinawa, Jepang. Hal ini mungkin menunjukkan bahwa bentuk helaian
daun puring memuntir dan appendiculate merupakan tanaman puring introduksi.
Berdasarkan hasil pengamatan karakter morfologi helaian daun di Kampus
IPB, Dramaga, aksesi kultivar puring Cd 28 memiliki beberapa kesamaan karakter
morfologi dengan Codiaeum variegatum (L.) Blume var. carvenicola Kiew &
Welzen var. nov berasal dari Borneo (Kiew dan Welzen 1998). Aksesi kultivar
puring Cd 28 memiliki karakter morfologi bentuk helaian daun jorong, bentuk
permukaan helaian daun memuntir, pangkal helaian daun tumpul, ujung helaian
daun membulat, tepi daun rata. Kiew dan Welzen (1998) menyatakan bahwa
Codiaeum variegatum (L.) Blume var. carvenicola Kiew & Welzen var. nov yang
berasal dari Borneo memiliki helaian daun memuntir, bentuk helaian daun lanset
terbalik sampai jorong melebar, pangkal helaian daun cuneate, ujung helaian daun
tumpul sampai meruncing, dan tepi rata.

11

Korelasi Matriks di antara 12 Peubah Karakter Morfologi
Helaian Daun Puring
Korelasi matriks (Pearson) di antara karakter morfologi helaian daun yang
digunakan pada puring ditunjukkan pada Lampiran 3. Angka yang bercetak tebal
menunjukkan nilai korelasi berbeda nyata pada taraf 5%. Korelasi bernilai positif
menunjukkan bahwa setiap kenaikan nilai pada variabel X akan diikuti dengan
kenaikan nilai variabel Y. Sebaliknya, apabila nilai variabel X mengalami
penurunan maka akan diikuti dengan penurunan nilai variabel Y. Korelasi bernilai
negatif menunjukkan bahwa setiap kenaikan nilai pada variabel X akan diikuti
dengan penurunan nilai variabel Y.
Panjang helaian daun memiliki korelasi positif terhadap rasio helaian daun
(p/l) (r= 0.277), panjang tangkai daun (r= 0.301), dan warna tangkai daun (r=
0.391). Hubungan korelasi positif antara panjang helaian daun terhadap panjang
tangkai daun menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara pertambahan panjang
helaian daun dengan pertambahan panjang tangkai daun. Semakin bertambah
panjang tangkai daun maka semakin bertambah panjang helaian daun.
Pertambahan panjang tangkai daun ini dimungkinkan untuk dapat menopang
pertambahan panjang helaian daun sehingga helaian daun tetap dapat tumbuh
tegak.
Rasio helaian daun (p/l) berkorelasi positif terhadap panjang helaian daun
(r= 0.277) tetapi berkorelasi negatif terhadap lebar helaian daun (r= -0.530).
Korelasi positif rasio helaian daun (p/l) terhadap panjang helaian daun
menunjukkan bahwa semakin besar ukuran panjang helaian daun maka semakin
besar nilai rasio helaian daun (p/l). Sebaliknya, semakin kecil ukuran panjang
helaian daun maka semakin kecil nilai rasio helaian daun (p/l). Korelasi negatif
rasio helaian daun (p/l) terhadap lebar helaian daun menunjukkan bahwa semakin
besar ukuran lebar helaian daun maka semakin kecil nilai rasio helaian daun.
Sebaliknya, semakin kecil ukuran lebar helaian daun maka semakin besar nilai
rasio helaian daun (p/l). Perbedaan nilai korelasi tersebut memperlihatkan bahwa
besar atau kecilnya ukuran panjang helaian daun dan lebar helaian daun dapat
mempengaruhi nilai rasio helaian daun (p/l).
Nilai korelasi yang tinggi (r= 0.522) ditemukan antara karakter morfologi
warna tangkai daun terhadap warna pertulangan daun serta bentuk helaian daun
terhadap bentuk ujung helaian daun (r= 0.520). Nilai korelasi yang tinggi antara
warna tangkai daun terhadap warna pertulangan daun sama dengan hasil
penelitian Mollick et al. (2011) yang menyatakan bahwa petiole colour (PC) dan
vein colour (VC) memiliki nilai korelasi paling tinggi (r= 0.97). Hal ini
menunjukkan bahwa warna tangkai daun dapat mempengaruhi warna pertulangan
daun.

Analisis Cluster
Keanekaragaman morfologi daun puring dianalisis dengan melihat
hubungan kemiripan karakter morfologi helaian daun puring menggunakan
NTSYS versi 2.2 yang menghasilkan dendrogram kemiripan (Gambar 4). Hasil
analisis cluster menunjukkan koefisien kemiripan berkisar antara 0.66 dan 0.96

12

atau terdapat keanekaragaman morfologi berkisar antara 0.04 dan 0.34.
Pengelompokan 54 aksesi kultivar puring pada koefisien kemiripan 0.66
membentuk dua kelompok besar. Kelompok I terdiri atas aksesi kultivar puring
yang memiliki karakter helaian daun berukuran kecil, bentuk permukaan helaian
daun memuntir, bentuk helaian daun appendiculate, dan helaian daun dengan
bentuk tepi rata sedangkan aksesi kultivar puring yang memiliki karakter helaian
daun berukuran besar, bentuk permukaan helaian daun datar dan bergelombang,
bentuk helaian daun tidak appendiculate, dan helaian daun dengan bentuk tepi
bertoreh terletak pada kelompok II. Pengelompokan terhadap daun puring
berdasarkan karakter morfologi helaian daun hampir tidak berbeda dengan hasil
pengelompokan puring yang dilakukan oleh Deng et al. (2010b) menggunakan
penanda AFLP dan Mollick et al. (2011) dengan karakter fenotipe daun. Aksesi
yang memiliki helaian daun memuntir dan appendiculate (kultivar dengan bentuk
yang unik) dikelompokkan bersama-sama (Mollick et al. 2011). Deng et al.
(2010b) juga telah mengelompokkan helaian daun berukuran besar dan helaian
daun berukuran sempit masing-masing ke dalam kelompok yang berbeda.
Pemotongan dendrogram pada koefisien kemiripan 0.76 (garis putusputus) menghasilkan 10 kelompok aksesi kultivar puring (Gambar 4), yaitu:
1. Kelompok 1 terdiri atas 7 aksesi (Cd 1, Cd 8, Cd 15, Cd 2, Cd 42, Cd 28,
dan Cd 53) pada koefisien kemiripan 0.80 yang ditandai dengan persamaan
karakter morfologi berupa bentuk permukaan helaian daun memuntir,
bentuk helaian daun jorong, pangkal helaian daun tumpul, ujung helaian
daun membulat, tepi helaian daun rata, panjang tangkai daun 2.51-5.0 cm,
dan pertulangan menyirip daun tidak jelas terlihat.
2. Kelompok 2 terdiri atas 6 aksesi (Cd 6, Cd 35, Cd 41, Cd 49, Cd 52, dan Cd
33) pada koefisien kemiripan 0.79 yang ditandai dengan persamaan karakter
morfologi berupa bentuk permukaan helaian daun datar, pangkal helaian
daun tumpul, ujung helaian daun runcing, tepi helaian daun rata, panjang
tangkai daun 2.51-5.0 cm, dan pertulangan menyirip daun tidak jelas terlihat.
3. Kelompok 3 terdiri atas 4 aksesi (Cd 7, Cd 29, Cd 37, dan Cd 26) pada
koefisien kemiripan 0.83 yang ditandai dengan persamaan karakter
morfologi berupa lebar helaian daun < 5.0 cm, bentuk helaian daun garis,
ujung helaian daun runcing, tepi helaian daun rata, panjang tangkai daun <
2.5 cm, dan pertulangan menyirip daun tidak jelas terlihat.
4. Kelompok 4 terdiri atas 1 aksesi (Cd 34) pada koefisien kemiripan 0.67.
Aksesi kultivar ini terpisah dari kelompok 1, 2, dan 3 berdasarkan karakter
morfologi berupa lebar helaian daun 5.01-10.0 cm, dan pangkal helaian
daun berbentuk jantung.
5. Kelompok 5 terdiri atas 6 aksesi (Cd 3, Cd 47, Cd 14, Cd 11, Cd 32, dan Cd
44) pada koefisien kemiripan 0.77 yang ditandai dengan persamaan karakter
morfologi berupa lebar helaian daun < 5.0 cm, rasio helaian daun (p/l) < 5.0,
dan pertulangan menyirip daun tidak jelas terlihat.
6. Kelompok 6 terdiri atas 9 aksesi (Cd 4, Cd 17, Cd 18, Cd 19, Cd 46, Cd 52,
Cd 43, Cd 10, dan Cd 40) pada koefisien kemiripan 0.77 yang ditandai
dengan persamaan karakter morfologi berupa rasio helaian daun (p/l) < 5.0,
bentuk permukaan helaian daun datar, ujung helaian daun runcing,
pertulangan menyirip daun jelas terlihat, dan warna pertulangan daun
kuning.

13

7. Kelompok 7 terdiri atas 10 aksesi (Cd 5, Cd 48, Cd 31, Cd 20, Cd 24, Cd 23,
Cd 27, Cd 45, Cd 21, dan Cd 22) pada koefisien kemiripan 0.77 yang
ditandai dengan persamaan karakter morfologi berupa bentuk tepi helaian
daun berbentuk rata, dan pertulangan menyirip daun jelas terlihat.
8. Kelompok 8 terdiri atas 4 aksesi (Cd 30, Cd 54, Cd 50, dan Cd 51) pada
koefisien kemiripan 0.80 yang ditandai dengan persamaan karakter
morfologi berupa rasio helaian daun (p/l) < 5.0, bentuk permukaan helaian
daun bergelombang, pangkal helaian tumpul, ujung helaian daun meruncing,
pertulangan menyirip daun jelas terlihat, dan warna tangkai daun kuning
kemerahan.
9. Kelompok 9 terdiri atas 3 aksesi (Cd 16, Cd 39, dan Cd 36) pada koefisien
kemiripan 0.82 yang ditandai dengan persamaan karakter morfologi berupa
panjang helaian daun 20.01-30.0 cm, lebar helaian daun 5.01-10.0 cm,
bentuk permukaan helaian daun bergelombang, bentuk helaian daun lonjong,
pangkal helaian daun tumpul, ujung helaian daun meruncing, panjang
tangkai daun 5.01-7.50 cm, dan pertulangan menyirip daun jelas terlihat.
10. Kelompok 10 terdiri atas 4 aksesi (Cd 9, Cd 38, Cd 12, dan Cd 13) pada
koefisien kemiripan 0.76 yang ditandai dengan persamaan karakter
morfologi berupa panjang helaian daun 10.01-20.0 cm, lebar helaian daun <
5.0 cm, rasio helaian daun (p/l) < 5.0, dan warna pertulangan daun merah.
Hasil analisis cluster memperlihatkan bahwa antara pasangan aksesi Cd 49
dan Cd 52; Cd 18 dan Cd 19; Cd 21 dan Cd 22 masing-masing memiliki koefisien
kemiripan yang paling besar (0.96) (Gambar 4). Hal ini menunjukkan bahwa
pasangan aksesi kultivar tersebut memiliki kesamaan karakter morfologi helaian
daun yang paling banyak terhadap semua aksesi kultivar puring. Persamaan
karakter morfologi helaian daun yang dimiliki oleh pasangan aksesi tersebut
antara lain:
1. Pasangan aksesi Cd 49 dan Cd 52 memiliki persamaan karakter morfologi
helaian daun berupa panjang helaian daun 20.01-30.0 cm, lebar helaian daun
< 5.0, rasio helaian daun (p/l) 5.01-10.0 cm, bentuk helaian daun lonjong,
bentuk pangkal helaian daun tumpul, bentuk ujung helaian daun runcing,
bentuk permukaan helaian daun datar, bentuk tepi helaian daun rata,
pertulangan helaian daun tidak jelas terlihat, dan warna tangkai daun merah.
Pasangan aksesi kultivar puring tersebut terletak di habitat yang tidak
ternaungi.
2. Pasangan aksesi Cd 18 dan Cd 19 memiliki persamaan karakter morfologi
helaian daun berupa panjang helaian daun 10.01-20.0 cm, lebar helaian daun
< 5.0 cm, rasio helaian daun (p/l) < 5.0, bentuk helaian daun lonjong, bentuk
pangkal helaian daun tumpul, bentuk ujung helaian daun runcing, bentuk
permukaan helaian daun datar, bentuk tepi helaian daun berlekuk menyirip,
pertulangan menyirip daun terlihat jelas, dan warna tangkai daun hijau.
Aksesi Cd 18 terletak di habitat ternaungi sedangkan aksesi Cd 19 terletak
di habitat tidak ternaungi.
3. Pasangan aksesi Cd 21 dan Cd 22 memiliki karakter morfologi helaian daun
berupa panjang helaian daun 10.01-20.01 cm, lebar helaian daun 5.01-10.0
cm, rasio helaian daun (p/l) < 5.0 cm, bentuk helaian daun jorong, bentuk
pangkal helaian daun membulat, bentuk ujung helaian daun membulat,
bentuk permukaan helaian daun bergelombang, bentuk tepi helaian daun

14

rata, pertulangan menyirip daun jelas terlihat, warna pertulangan daun
merah, dan warna tangkai daun merah. Pasangan aksesi kultivar tersebut
terletak di habitat yang tidak ternaungi.
Perbedaan karakter morfologi helaian daun dari 54 aksesi kultivar puring
yang ditemukan di kawasan Kampus IPB, Dramaga diduga tidak berhubungan
dengan jumlah kromosom (Deng et al. 2010a). Deng et al. (2010a) menyatakan
bahwa keanekaragaman morfologi helaian daun yang tinggi di antara kultivar
puring dapat menyebabkan tingginya jumlah kromosom tetapi jumlah kromosom
maupun kariotipe tidak berhubungan dengan bentuk helaian daun.

15

Gambar 4 Dendrogram hubungan kekerabatan dari 54 aksesi kultivar puring (Cd 1 – Cd 54)
berdasarkan karakter morfologi helaian daun

16

SIMPULAN
Berdasarkan hasil eksplorasi di kawasan Kampus Institut Pertanian Bogor
(IPB), Dramaga dan pengamatan karakter morfologi helaian daun ditemukan 54
aksesi kultivar puring. Rasio helaian daun (p/l) memiliki variabilitas yang tinggi.
Nilai korelasi tertinggi antara peubah karakter morfologi helaian daun (r= 0.522)
terdapat pada warna tangkai daun terhadap warna pertulangan daun. Rasio helaian
daun (p/l) berkorelasi positif terhadap panjang helaian daun (r= 0.277) tetapi
berkorelasi negatif terhadap lebar helaian daun (r= -0.530). Hasil analisis cluster
menunjukkan bahwa 54 aksesi kultivar puring mengelompok menjadi dua
kelompok besar pada koefisien kemiripan 0.66. Kelompok I terdiri atas 18 aksesi
kultivar puring dengan karakter morfologi helaian daun berukuran kecil,
memuntir, appendiculate atau dengan tepi helaian daun rata. Kelompok II terdiri
atas 36 aksesi kultivar puring dengan karakter morfologi helaian daun berukuran
besar, permukaan helaian daun datar dan bergelombang, tidak appendiculate, atau
dengan tepi helaian daun bertoreh. Koefisien kemiripan paling besar (0.96)
dimiliki oleh pasangan aksesi kultivar puring Cd 49 dan Cd 52; Cd 18 dan Cd 19;
serta Cd 21 dan Cd 22. Aksesi kultivar puring Cd 34 memiliki koefisien
kemiripan yang paling kecil (0.67) terhadap semua aksesi kultivar puring lainnya.

DAFTAR PUSTAKA
Backer CA, Bakhuizen van den Brink RC. 1963. Flora of Java. Volume I.
Groningen (DC): NV. P. Nhordhoof-Groningen. hlm 493.
Deng M, Chen J, Henny RJ, Li Q. 2010a. Chromosome number and karyotype
variation in Codiaeum variegatum cultivars. Hort Science. 45(4):868-874.
Deng M, Li Q, Chen J, Henny RJ. 2010b. Genetic relationships of Codiaeum
variegatum cultivar analyzed by amplified fragment length polymorphism
markers. Hort Science. 45(6):868-874.
Dewi YS, Hapsari I. 2012. Kajian efektivitas daun puring (Codiaeum variegatum)
dan lidah mertua (Sanseviera tripasciata) dalam menyerap timbal di udara
ambien. J Ilmiah Satya Negara Indonesia. 5(2):1-7.
Fayaz A. 2011. Encyclopedia of Tropical Plants: Identification and cultivation of
Over 3000 Tropical Plants. Sydney (AU): Univ of New South Wales Pr.
hlm 262-263.
Givnish TJ. 1987. Comparative studies of leaf form: assessing the relative roles of
selective pressures and phylogenetic constraints. New Phytol. 106:131160.
Kiew R, Welzen PV. 1998. Codiaeum variegatum var. carvenicola var. nov.
(Euphorbiaceae), the second Codiaeum from Borneo. Gardens’ Bull
Singapore. 50:31-34.

17

Mollick AS, Shimoji H, Denda T, Yokota M, Yamasaki H. 2011. Croton
Codiaeum variegatum (L.) Blume cultivars characterized by leaf
phenotypic parameters. Hort Science. 132:71-79.9.
Nasib A, Ali K, Khan S. 2008. In vitro propagation of croton (Codiaeum
variegatum). Pak J Bot. 40(1):99-104.
Njoya EM, Weber C, Hernandez NA, Hon CC, Janin Y, Kamini MFG, Modipa
PF, Guillèn N. 2014. Bioassay-guided fractionation of extract from
Codiaeum variegatum against Entamoeba histolytica discovers
compounds that modify expression of ceramide biosynthesis related genes.
PloS Negl Trop Dis. 8(1):e2607.
Radford AE, Dickison WC, Massey JR, Bell R. 1974. Vascular Plant Systematics.
New York (US): Harper & Row.
Rohlf FJ. 2009. Numerical Taxonomy and Multivariate Analysis System Version
2.1 Use Guide. New York (US): Exerter Software Applied Biostatistics.
hlm 1-35.
Sophonputtanaphoca S, Chadchawan S, Boon LP. 2000. Adaptation of croton
‘Baisom’ (Codiaeum variegatum (L.) Bl. ‘Baisom) leaves to different
light intensities. J Scie Res Chula Univ. 25(2):257-269.
Steenis CGGJ van. 2006. Flora. Soerjowinoto M, penerjemah. Jakarta (ID):
Pradya Paramita. hlm 269.
Tjitrosoepomo G. 2009. Morfologi Tumbuhan. Yogyakarta (ID): UGM Pr. hlm 4119.
Younis A, Riaz A, Waseem M, Khan A, Nadeem M. 2010. Production of quality
croton (Codiaeum variegatum) plant by using different growing media. J
Agric & Environ Sci. 7(2):232-237.

18

LAMPIRAN

19

Lampiran 1 Hasil pengukuran temperatur dan kelembapan udara di Kampus IPB,
Dramaga bulan Desember 2013 sampai dengan Mei 2014
Bulan
Desember
Januari
Februari
Maret
April
Mei

Temperatur (°C)
Maksimum Mininum
Rata-rata
29
23
26
29
23
26
29
23
26
30
23.5
26.8
31
24
27.5
31
24
27.5

RH (%)
84
82
79
82
83
82

20

Lampiran 2 Variasi morfologi helaian daun puring berdasarkan Radford et al.
(1974) dan Tjitrosoepomo (2009)
1. Bentuk helaian daun puring

Keterangan: 1= garis, 2= lanset, 3= jorong, 4= lonjong, 5= bulat telur, 6= bulat
telur terbalik, 7= melengkung, 8= appendiculate
2. Bentuk pangkal helaian daun puring

Keterangan: 1= runcing, 2= meruncing, 3= tumpul, 4= membulat, 5= jantung

3. Bentuk ujung helaian daun puring

Keterangan: 1= runcing, 2= meruncing, 3= tumpul, 4= membulat
4. Bentuk permukaan helaian daun puring

Keterangan: 1= memuntir, 2= bergelombang, 3= datar
Lampiran 2 (lanjutan)

21

5. Bentuk tepi helaian daun puring

Keterangan: 1= rata, 2= bergelombang, 3= bergelombang-melipat ke sisi
abaksial, 4= bertoreh (a= berlekuk menyirip, b= bercangap
menyirip, c= berbagi menyirip)
6. Pertulangan menyirip daun puring terlihat jelas atau tidak

Keterangan: 1= tidak terlihat jelas, 2= terlihat jelas

7. Warna pertulangan daun puring

Keterangan: 1= hijau, 2= kuning, 3= merah, 4= merah kehitaman
8. Warna pertulangan daun puring

Keterangan: 1= hijau, 2= hijau keunguan, 3= kuning kemerahan, 4= merah

22

Lampiran 3 Nilai korelasi di antara 12 peubah karakter morfologi helaian daun puring
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12

Karakter morfologi daun
Panjang helaian daun (p) (cm)
Lebar helaian daun (l) (cm)
Rasio helaian daun (p/l)
Bentuk permukaan helaian daun
Bentuk helaian daun
Bentuk pangkal helaian daun
Bentuk ujung helaian daun
Bentuk tepi helaian daun
Panjang tangkai daun (cm)
Pertulangan menyirip daun terlihat
jelas atau tidak
Warna tangkai daun
Warna pertulangan daun

1
1
0.185
0.277
0.161
-0.189
0.161
-0.057
0.008
0.301

2

3

4

5

6

7

1
-0.530
0.430
-0.303
-0.066
-0.170
0.383
0.387

1
-0.173
-0.280
-0.198
0.011
-0.265
-0.292

1
-0.117
-0.119
-0.103
0.112
0.248

1
0.308
0.520
-0.228
0.048

1
0.343
-0.156
0.190

-0.080
0.391
0.231

-0.501
0.190
0.044

0.416
-0.028
-0.122

-0.431
0.384
0.178

0.024
-0.105
0.008

-0.007
0.069
0.183

Angka yang bercetak tebal memiliki nilai korelasi berbeda nyata pada taraf 5%

8

9

1
-0.269
0.207

1
0.144

1

0.113
-0.026
-0.156

-0.019
-0.057
0.015

-0.274
0.426
0.081

10

11

1
-0.292
1
-0.211 0.522

12

1

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Tangerang pada tanggal 4 Mei 1991 dari ayah
Mochammad Khasman dan ibu Siti Mahmudah. Penulis adalah anak kedua dari
dua bersaudara. Tahun 2009 penulis lulus dari SMA Negeri 1 Kota Tangerang dan
tahun 2010 penulis lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui
jalur Ujian Talenta Mandiri IPB (UTM IPB) dan diterima di Departemen Biologi,
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.
Selama mengikuti perkuliahan, penulis menjadi asisten praktikum Biologi
Alga dan Lumut pada tahun ajaran 2013/2014, asisten praktikum Botani Umum
pada tahun ajaran 2013/2014, dan asisten praktikum Sistematika Tumbuhan
Berpembuluh pada tahun ajaran 2014/2015. Penulis melaksanakan Studi
Lapangan pada bulan Juni-Juli 2012 dengan judul Isolasi dan Identifikasi Bakteri
Penghasil IAA (Indole Acetid Acid) dari Tanah dan Air di Taman Nasional
Gunung Gede Pangrango. Bulan Juli-Agustus 2013 penulis melakukan Praktik
Lapangan di Balai Penelitian Tanah (Balittanah) Cimanggu, Bogor dengan judul
Isolasi Pemurnian dan Persiapan Pengujian Isolat Azotobacter sp., Aspergillus sp.,
dan Bakteri Pelarut Fosfat ke Tanah sebagai Bahan Pupuk Hayati di Balai
Penelitian Tanah (Balittanah). Selain itu, penulis merupakan penerima beasiswa
Bank Rakyat Indonesia (BRI) dari tahun 2011-2013.