Analisis Kelayakan Usaha Pemotongan Ayam di Kabupaten Bogor

ANALISIS KELAYAKAN USAHA
PEMOTONGAN AYAM DI KABUPATEN BOGOR

RIZKIAN MAGISTASARI

DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI, SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa Skripsi berjudul Analisis Kelayakan
Usaha Pemotongan Ayam di Kabupaten Bogor adalah benar karya saya dengan
arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada
perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya
yang diterbitkan, maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan
dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir Skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.

Bogor, Mei 2013
Rizkian Magistasari
NIM H24090061

ABSTRAK
RIZKIAN MAGISTASARI. Analisis Kelayakan Usaha Pemotongan Ayam di
Kabupaten Bogor. Dibimbing oleh H. MUSA HUBEIS.
Usaha pemotongan Ayam merupakan usaha untuk mengolah lebih lanjut
ayam broiler menjadi produk karkas siap olah yang selanjutnya siap dipasarkan
kepada konsumen. Tujuan penelitian ini menganalisis kelayakan usaha pemotongan
ayam yang berada di wilayah Kabupaten Bogor dan juga menganalisis sensitivitasnya.
Berdasarkan hasil penelitian dua (2) usaha pemotongan ayam layak secara finansial
maupun non finansial. Hasil dari analisis kriteria investasi didapatkan Net Present
Value (NPV) Rp2.982.613.986,72, Internal rate of return (IRR) 17,26%, Net
Benefit/Cost (Net B/C) 3,91, Break event point (BEP) Rp1.129.977.665,88 dan
Payback period (PBP) 4,86 tahun untuk RPA “X”; NPV Rp4.754.368.352,26,
IRR 50,76% dan Net B/C 5,93, BEP Rp587.731.999,188 dan PBP 2,08 tahun
untuk RPA “Y”; dan NPV -Rp127.121.556,02, IRR 1,84%, Net B/C 1,13, BEP
Rp370.226.915,737 dan PBP 7,98 tahun untuk RPA”Z”.
Hasil analisis sensitivitas pada skenario 1 menunjukkan usaha ini tetap

layak hingga kenaikan harga bahan baku sebesar 5% untuk RPA “X” dan 11%
untuk RPA “Y”. Pada skenario 2 menunjukkan ketiga usaha ini tetap layak hingga
penurunan harga daging ayam sebesar 6% untuk RPA “X” dan 8% untuk RPA
“Y”.

Kata kunci: analisis kelayakan usaha, analisis sensitivitas, ayam, usaha
pemotongan ayam

ABSTRACT
RIZKIAN MAGISTASARI. Feasibility Studies of poultry abattoir business in
Bogor Regency. Supervised by H. MUSA HUBEIS.
Poultry abattoir business is a business which process the broiler chicken
into carcass that already consume. The purposes of this research are to analyze the
feasibilities of poultry abattoir businesses in Bogor regency which seen by the
financial nan non financial aspects and to analyze the sensitivity of the poultry
abattoir business. According to the result two businesses are feasible seen by the
financial and non financial aspects. The result of investment criteria analysis there
were NPV Rp2.982.613.986,72, IRR 17,26%, Net B/C 3,91, BEP
Rp1.129.977.665,88 and PBP 4,86 years for RPA “X”; NPV Rp4.754.368.352,26,
IRR 50,76%, Net B/C 5,93, BEP Rp587.731.999,188 and PBP 2,08 years for RPA

“Y”; and NPV -Rp127.121.556,02, IRR 1,84%, Net B/C 1,13, BEP
Rp370.226.915,737 and PBP 7,98 years for RPA”Z”. The result of sensitivity
analysis for 1st scenario shows that these three businesses are still feasible until
the raise of basic material price reach 5% for RPA “X” and 11% for RPA “Y”. In
the 2nd scenario these businesses are still feasible until the reduction of price reach
6% for RPA “X” and 8% for RPA “Y”.
Keywords: business feasibility study, poultry, poultry abattoir, sensitivity analysis

RINGKASAN
RIZKIAN MAGISTASARI. Analisis Kelayakan Usaha Pemotongan Ayam di
Kabupaten Bogor. Dibimbing oleh H. MUSA HUBEIS.
Sebagian besar kebutuhan masyarakat terhadap daging Ayam saat ini
masih dapat dipenuhi dari usaha pemotongan Ayam, baik modern maupun
tradisional. Dengan adanya tren permintaan yang terus meningkat setiap tahunnya,
kadang terjadi kelangkaan pasokan Ayam potong di tingkat para pedagang eceran,
atau bahkan di pasar swalayan yang berskala besar. Tingginya permintaan akan
Ayam potong khususnya di wilayah Bogor dan sekitarnya merupakan suatu
peluang yang sangat besar bagi para pengusaha Ayam potong. Analisis kelayakan
usaha masih diperlukan agar dapat membantu pengusaha pemotongan Ayam di
wilayah Kabupaten Bogor dalam perencanaan usahanya, sehingga dapat tercapai

peningkatan efisiensi dan juga produktivitas usahanya.
Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : (1) Menganalisis
kelayakan usaha pemotongan Ayam yang dilakukan oleh para pengusaha yang
berada di wilayah Kabupaten Bogor, (2) Menganalisis sensitivitas usaha
pemotongan Ayam terhadap kemungkinan terjadinya kenaikan harga bahan baku
Ayam broiler dari peternak dan penurunan harga jual Ayam di pasar.
Penelitian ini dilaksanakan di tiga usaha pemotongan ayam yang berada di
wilayah Kabupaten Bogor. Data yang digunakan adalah data primer bersifat
kualitatif dan kuantitatif serta data sekunder. Data kualitatif berupa informasi
mengenai gambaran umum usaha pemotongan ayam serta proses produksi dari
pemotongan ayam sedangkan data kuantitatif berupa angka-angka yang berkaitan
dengan data yang dibutuhkan dalam perhitungan kriteria investasi dan juga
sensitivitas usaha. Data primer diperoleh dari wawancara kepada pengusaha
pemotongan ayam serta observasi secara langsung dalam kegiatan produksi
pemotongan ayam. Data sekunder diperoleh dari buku-buku dan internet.
Berdasarkan hasil penelitian dua (2) usaha pemotongan ayam layak secara
finansial maupun non finansial yaitu, RPA “X” dan RPA “Y”. Hasil dari analisis
kriteria investasi didapatkan Net Present Value (NPV) Rp2.982.613.986,72,
Internal rate of return (IRR) 17,26%, Net Benefit/Cost (Net B/C) 3,91, Break
event point (BEP) Rp1.129.977.665,88 dan Payback period (PBP) 4,86 tahun

untuk RPA “X”; NPV Rp4.754.368.352,26, IRR 50,76% dan Net B/C 5,93, BEP
Rp587.731.999,188 dan PBP 2,08 tahun untuk RPA “Y”; dan NPV Rp127.121.556,02, IRR 1,84%, Net B/C 1,13, BEP Rp370.226.915,737 dan PBP
7,98 tahun untuk RPA”Z”. Hasil analisis sensitivitas pada skenario 1
menunjukkan usaha ini tetap layak hingga kenaikan harga bahan baku sebesar 5%
untuk RPA “X” dan 11% untuk RPA “Y”. Pada skenario 2 menunjukkan ketiga
usaha ini tetap layak hingga penurunan harga daging ayam sebesar 6% untuk RPA
“X” dan 8% untuk RPA “Y”.

ANALISIS KELAYAKAN USAHA
PEMOTONGAN AYAM DI KABUPATEN BOGOR

RIZKIAN MAGISTASARI

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi pada
Departemen Manajemen

DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

Judul Skripsi : Analisis Kelayakan Usaha Pemotongan Ayam di Kabupaten
Bogor
Nama
: Rizkian Magistasari
NIM
: H24090061

Disetujui oleh

Prof Dr Ir H Musa Hubeis MS Dipl.Ing. DEA
Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Ir Jono M. Munandar MSc
Ketua Departemen


Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya, sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Penelitian ini
dilaksanakan sejak bulan Januari sampai dengan Maret 2013. Penulisan karya
ilmiah ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan studi pada Program
Sarjana, Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut
Pertanian Bogor.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Prof.Dr.Ir.H. Musa Hubeis, MS,
Dipl.Ing., DEA selaku pembimbing. Di samping itu, ucapan terima kasih penulis
sampaikan kepada Ibu Eli, Ibu Rosy, Ibu Nita, Bapak Muhtar dan Bapak Ahmad
Syarif yang telah membantu selama proses pengumpulan data. Ungkapan terima
kasih penulis sampaikan kepada ayah, ibu, seluruh keluarga dan juga teman-teman
Manajemen IPB 46, teman-teman satu bimbingan, teman-teman TPB A11 dan
juga rekan-rekan WEC atas segala doa, dukungan dan kasih sayangnya.
Penulis berharap karya ilmiah ini dapat memberikan manfaat bagi
pembaca.


Bogor, Mei 2013
Rizkian Magistasari

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

vii

DAFTAR GAMBAR

vii

DAFTAR LAMPIRAN

vii

PENDAHULUAN

1


Latar Belakang

1

Perumusan Masalah

2

Tujuan Penelitian

3

Manfaat Penelitian

3

Ruang Lingkup Penelitian

3


TINJAUAN PUSTAKA

3

Tinjauan Teoritis

3

Tinjauan Penelitian Terdahulu yang Relevan

7

METODE PENELITIAN

7

Kerangka Pemikiran Penelitian

7


Lokasi dan Waktu

8

Pengumpulan Data

8

Pengolahan dan Analisis Data

9

HASIL DAN PEMBAHASAN

11

Gambaran Umum Usaha Pemotongan Ayam

11

Analisis Kelayakan Usaha

12

SIMPULAN DAN SARAN

21

DAFTAR PUSTAKA

23

LAMPIRAN

24

RIWAYAT HIDUP

28

DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

Perbandingan aspek pasar dan pemasaran
Perbandingan aspek teknis dan teknologi
Perbandingan aspek manajemen dan hukum
Perbandingan aspek sosial dan lingkungan
Asumsi untuk analisis keuangan
Sumber pembiayaan investasi dan modal kerja
Hasil analisis kriteria investasi
Hasil analisis kriteria investasi suku bunga kredit
Analisis sensitivitas usaha pemotongan ayam RPA “X”
Analisis sensitivitas usaha pemotongan ayam RPA “Y”

13
14
15
15
16
17
18
19
20
20

DAFTAR GAMBAR
1
2

Kerangka pemikiran penelitian
Alur proses pemotongan ayam

8
12

DAFTAR LAMPIRAN
1 Kuesioner penelitian
2 Proyeksi penerimaan usaha pemotongan ayam RPA “X”
3 Proyeksi penerimaan usaha pemotongan ayam RPA “Y”
4 Proyeksi penerimaan usaha pemotongan ayam RPA “Z”

24
27
27
27

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Seiring dengan pertumbuhan penduduk Indonesia yang semakin meningkat,
usaha kebutuhan akan bahan pangan turut meningkat. Kebutuhan bahan pangan
yang berasal dari hewan, terutama daging dirasakan terus meningkat. Salah satu
tujuan pembangunan sektor pertanian adalah mencukupi persediaan pangan
berupa daging dengan tetap berusaha memberikan mutu yang terjamin. Daging
Ayam merupakan salah satu sumber protein hewani yang banyak digemari oleh
masyarakat.
Sebagian besar kebutuhan masyarakat terhadap daging Ayam saat ini masih
dapat dipenuhi dari usaha pemotongan Ayam, baik modern maupun tradisional.
Dengan adanya tren permintaan yang terus meningkat setiap tahunnya, kadang
terjadi kelangkaan pasokan Ayam potong di tingkat para pedagang eceran, atau
bahkan di pasar swalayan yang berskala besar. Tingginya permintaan akan Ayam
potong khususnya di wilayah Bogor dan sekitarnya merupakan suatu peluang
yang sangat besar bagi para pengusaha Ayam potong.
Menurut Pipih (2006) suatu mata rantai dari usaha penanganan dan
pengolahan produk hasil peternakan khususnya daging unggas adalah usaha
pemotongan Ayam, yang merupakan usaha untuk mengolah lebih lanjut Ayam
broiler menjadi produk karkas siap olah yang selanjutnya siap dipasarkan kepada
konsumen. Skala usaha dalam usaha pemotongan Ayam ditentukan oleh
banyaknya Ayam broiler yang merupakan input utama dalam usaha pemotongan
Ayam.
Menurut Wahyu, Yunus dan Henry (2004) berdasarkan bidang, atau sifat
usahanya, usaha pemotongan Ayam tradisional dapat diklasifikasikan menjadi dua
(2) macam :
1. Usaha pemotongan Ayam yang bergerak di bidang jasa pemotongan
Ayam. Biasanya usaha ini hanya menyediakan jasa untuk memotong
Ayam sampai bersih dan siap untuk dikelola lebih lanjut oleh konsumen.
Kegiatan yang dilakukan mulai dari menyembelih Ayam, membuang
darahnya, beberapa usaha ada yang mencabut sebagian bulu secara
manual untuk dijual, merebus Ayam beberapa menit, mencabut bulu
Ayam seluruhnya dengan mesin pencabut bulu atau secara manual,
mencuci Ayam, mengeluarkan dan membersihkan jeroan serta
memotong karkas. Skala produksi usaha yang bersifat jasa ini umumnya
bisa mencapai ratusan ekor Ayam bila menggunakan mesin (semiotomatis). Selain itu, tenaga kerja yang dibutuhkan umumnya berjumlah
satu orang atau lebih.
2. Usaha pemotongan Ayam yang bergerak di bidang penjualan daging
Ayam. Usaha tersebut melakukan penjualan produk berupa daging
Ayam yang telah dipotong dan dibersihkan secara langsung kepada
konsumen di pasar-pasar tradisional. Proses pengerjaannya dimulai dari
menyembelih Ayam, membuang darahnya, beberapa usaha ada yang
mencabut bulu tersisa secara manual, mencuci karkas, mengeluarkan
dan membersihkan jeroan kemudian dijual di pasar sesuai keinginan

2
konsumen. Peralatan yang digunakan masih sangat sederhana dan
biasanya dikerjakan sendiri oleh anggota keluarga, begitu pula dengan
proses penjualannya. Kelebihan dari usaha tersebut adalah penjualan
dilakukan perbagian dari daging Ayam (karkas) sehingga lebih fleksibel
karena dapat disesuaikan dengan kebutuhan konsumen saat itu. Selain
itu, dengan sistem penjualan tersebut keuntungan yang diperoleh
semakin besar.
Menurut Matuwo dan Almuqhni (2012) Proses keamanan dan kelayakan
daging Ayam ini harus dilakukan sedini mungkin yakni mulai dari peternakan
(farm) hingga daging Ayam dikonsumsi (dimeja makan). Salah satu permasalahan
yang paling penting dalam proses panjang ini adalah permasalahan kelayakan
Rumah Pemotongan Ayam (RPA). Peranan RPA sebagai penyedia daging Ayam
yang akan dikonsumsi manusia sangat besar. Bahkan RPA merupakan penentu
dari proses panjang perjalanan peternakan Ayam. Meskipun Ayam tersebut
dinyatakan sehat dari peternakan (farm), jika ditingkat RPA (hilir)
pemotongannya tidak memenuhi kriteria pemotongan yang baik maka
kecenderungan menimbulkan penyakit akan semakin besar.
RPA tradisional dalam pelaksanaannya relatif kurang memperhatikan
persyaratan teknis higienis dan sanitasi. RPA tradisional relatif tidak mempunyai
pembagian daerah kerja, sehingga proses pengolahan dilakukan dalam suatu
ruangan yang menyatu, RPA tersebut terletak di pasar-pasar tradisional.
Analisis kelayakan usaha masih diperlukan agar dapat membantu pengusaha
pemotongan Ayam di wilayah Kabupaten Bogor dalam perencanaan usahanya,
sehingga dapat tercapai peningkatan efisiensi dan juga produktivitas usahanya.
Berdasarkan data RPA yang terdaftar di Dinas Peternakan Kabupaten Bogor tahun
2013 terdapat 10 RPA dengan kapasitas pemotongan yang bervariasi mulai dari
kapasitas 500 ekor per hari sampai 50.000 ekor per hari, namun masih ada RPA
yang belum terdaftar secara resmi. Dari pembahasan di atas, maka perlu dilakukan
penelitian tentang Analisis Kelayakan Usaha Pemotongan Ayam di Wilayah
Kabupaten Bogor.

Perumusan Masalah
Banyaknya keterbatasan dalam penyediaan stok sumber daya Ayam dan
juga ketersediaan sumber daya manusia (SDM) yang terampil serta masih
minimnya teknologi yang digunakan dapat menyebabkan menurunnya tingkat
efisiensi dan produktivitas dari kegiatan usaha pemotongan Ayam yang berada di
wilayah Kabupaten Bogor. Di sisi lain harga bahan baku Ayam broiler dapat naik
tiba-tiba tanpa bisa diprediksi dengan tepat, maka hingga kondisi sejauh mana
usaha ini dapat menolerir perubahan harga bahan baku seperti yang diperlukan
dalam analisis sensitivitas.
Berdasarkan kondisi seperti di atas, maka dapat dirumuskan
permasalahannya sebagai berikut :
1. Bagaimanakah kondisi kelayakan usaha pemotongan Ayam yang
berada di wilayah Kabupaten Bogor dilihat dari aspek finansial dan
juga aspek non finansial ?

3
2. Apakah usaha pemotongan Ayam cukup sensitif terhadap
kemungkinan terjadinya kenaikan harga Ayam broiler dari peternak
dan penurunan harga jual Ayam di pasar ?

Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan :
1. Menganalisis kelayakan usaha pemotongan Ayam yang dilakukan oleh
para pengusaha yang berada di wilayah Kabupaten Bogor
2. Menganalisis sensitivitas usaha pemotongan Ayam terhadap
kemungkinan terjadinya kenaikan harga bahan baku Ayam broiler dari
peternak dan penurunan harga jual Ayam di pasar.
Manfaat Penelitian
Manfaat, atau kegunaan dari penelitian ini adalah :
1. Bagi peneliti sebagai media untuk melihat masalah yang timbul di
perusahaan, khususnya masalah usaha Ayam potong
2. Bagi pengusaha dan investor, sebagai bahan masukan dalam upaya
pengembangan usahanya
3. Sebagai bahan informasi dan bahan rujukan penelitian bagi pihakpihak berkepentingan.

Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini difokuskan pada kegiatan usaha pada usaha
pemotongan Ayam yang berada di wilayah Kabupaten Bogor.

TINJAUAN PUSTAKA
Tinjauan Teoritis
Karkas Ayam Broiler
Menurut Prayitno (2003), karkas adalah Ayam yang telah disembelih dan
dikurangi bagian-bagian tertentu. Karkas Ayam dibedakan menjadi :
1. Karkas Kosong atau lazim dikenal whole chicken, yaitu Ayam yang telah
disembelih dan dikurangi darah, bulu, alat-alat tubuh bagian dalam (jeroan),
kepala dan kaki,
2. Karkas Isi, yaitu karkas kosong segar tetapi diisi dengan hati, jantung, dan
ampela yang sudah dibersihkan.
Rumah Potong Ayam
Menurut Prayitno (2003), terdapat pembagian kelas usaha pemotongan
Ayam berdasarkan luasan peredaran daging yang dihasilkan; (1) Kelas A, yaitu
usaha pemotongan Ayam untuk penyediaan daging Ayam kebutuhan ekspor; (2)

4
Kelas B, yaitu usaha pemotongan Ayam untuk penyediaan daging Ayam
kebutuhan antar propinsi daerah tingkat I; (3) Kelas C, yaitu usaha pemotongan
Ayam untuk penyediaan daging Ayam kebutuhan antar kabupaten/kotamadya
daerah tingkat II dalam satu propinsi daerah tingkat I, dan (4) Kelas D, yaitu
usaha pemotongan Ayam untuk penyediaan daging Ayam kebutuhan daerah
tingkat II. Pembagian kelas usaha menurut jenis kegiatan usaha pemotongan
Ayam terdiri dari; (1) Usaha pemotongan Ayam kategori I, yaitu kegiatan
pemotongan Ayam milik sendiri di rumah potong milik sendiri; (2) Usaha
pemotongan Ayam kategori II, yaitu kegiatan menjual jasa pemotongan Ayam
atau melaksanakan pemotongan Ayam milik orang lain, dan (3) Usaha
pemotongan Ayam kategori III, yaitu kegiatan pemotongan Ayam pada rumah
potong Ayam milik pihak lain.
Kelayakan Bisnis
Studi kelayakan bisnis adalah suatu kegiatan yang mempelajari secara
mendalam tentang suatu usaha, atau bisnis yang akan dijalankan. Untuk
menentukan layak, atau tidaknya suatu usaha dapat dilihat dari berbagai aspek.
Setiap aspek untuk bisa dikatakan layak harus memiliki suatu standar nilai tertentu,
namun keputusan penilaian tak hanya dilakukan pada satu aspek. Penilaian untuk
menentukan kelayakan harus didasarkan kepada seluruh aspek yang akan dinilai
nantinya. Penilaian masing-masing aspek nantinya harus dinilai secara
keseluruhan bukan berdiri sendiri-sendiri. Jika ada aspek yang kurang layak akan
diberikan beberapa saran perbaikan, sehingga memenuhi kriteria layak dan jika
tidak dapat memenuhi kriteria tersebut, sebaiknya jangan dijalankan (Kasmir dan
Jakfar 2010)
Aspek-aspek yang dinilai dalam studi kelayakan bisnis meliputi aspek
finansial dan nonfinansial. Aspek finansial meliputi kebutuhan dana dan
sumbernya, aliran kas, biaya, modal dan juga sensitivitas suatu bisnis. Aspek non
finansial mencakup aspek pasar, aspek pemasaran, aspek teknik dan teknologi,
aspek manajemen, aspek SDM, aspek ekonomi, sosial dan politik, aspek
lingkungan, dan aspek hukum (Umar 2007)
Hasil dari suatu studi kelayakan bisnis adalah laporan tertulis yang
menyatakan bahwa suatu rencana bisnis layak direalisasikan. Namun bisa saja
terjadi ada pihak yang menilai atau ingin meninjau kembali, sehingga pada
akhirnya rencana tersebut tidak dilakukan, karena pihak tertentu merasa
kepentingannya tidak terpenuhi.
Aspek-aspek Kelayakan Bisnis
Proses analisis setiap aspek saling berkaitan antara satu aspek dan aspek
lainnya, sehingga hasil analisis aspek-aspek tersebut terintegrasi. Aspek yang
dipelajari adalah :
1. Aspek pasar
Aspek pasar dan pemasaran adalah untuk mengetahui berapa besar
pasar yang dimasuki, struktur pasar dan peluang pasar yang ada, prospek
pasar di masa mendatang dan bagaimana strategi pemasaran yang harus
dilakukan.

5
2. Aspek hukum
Aspek hukum bertujuan untuk meneliti keabsahan, kesempurnaan
dan keaslian dari dokumen-dokumen yang dimiliki. Ini sangat penting
mengingat sebelum usaha tersebut dijalankan, maka segala prosedur yang
berkaitan dengan izin-izin, atau persyaratan harus terlebih dahulu dipenuhi.
3. Aspek Keuangan
Aspek keuangan merupakan aspek yang digunakan untuk menilai
keuangan perusahaan secara keseluruhan. Secara keseluruhan penilaian
dalam aspek keuangan meliputi hal-hal seperti :
a. Sumber-sumber dana yang akan diperoleh
b. Kebutuhan biaya investasi
c. Estimasi pendapatan dan biaya investasi selama beberapa periode
termasuk jenis-jenis dan jumlah biaya yang dikeluarkan selama umur
investasi
d. Proyeksi neraca dan laporan laba/rugi untuk beberapa periode
kedepan
e. Kriteria penilaian investasi
f. Rasio keuangan yang digunakan untuk menilai kemampuan
perusahaan.
4. Aspek teknis operasi
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam aspek ini adalah masalah
penentuan lokasi, luas produksi, tata letak (layout), penyusunan peralatan
pabrik dan proses produksi termasuk pemilihan teknologi. Analisis dari
aspek operasi adalah untuk menilai kesiapan perusahaan dalam
menjalankan usahanya dengan menilai ketepatan lokasi, luas produksi dan
layout, serta kesiagaan mesin-mesin yang digunakan.
5. Aspek manajemen dan organisasi
Aspek manajemen dan organisasi merupakan aspek yang cukup
penting, karena apabila usaha telah dinyatakan layak untuk dilaksanakan
apabila tidak ada dukungan dari manajemen dan organisasi yang baik,
bukan tidak mungkin akan mengalami kegagalan. Fungsi-fungsi
manajemen tersebut mencakup perencanaan (Planning), Pengorganisasian
(Organizing), Pelaksanaan (Actuating) dan Pengawasan (Controlling).
6. Aspek ekonomi dan sosial
Dalam aspek ekonomi dan sosial yang perlu ditelaah, apakah jika
suatu usaha, atau proyek dijalankan akan memberikan manfaat secara
ekonomi dan sosial kepada berbagai pihak, atau sebaliknya. Oleh karena
itu, aspek ekonomi dan sosial ini perlu dipertimbangkan, karena dampak
yang akan ditimbulkan nantinya sangat luas, apabila salah dalam
melakukan penilaian.
7. Aspek lingkungan
Suatu proyek atau usaha dapat berdampak positif, maupun negatif
terhadap lingkungan. Oleh karena itu, sebelum suatu usaha, atau proyek
dijalankan, maka sebaiknya dilakukan terlebih dahulu studi tentang
dampak lingkungan yang akan timbul, baik dampak masa kini maupun
masa depan (Kasmir dan Jakfar 2010)

6
Analisis Finansial Usaha
Menurut Sofyan (2002), analisis finansial adalah kegiatan melakukan
penilaian dan penentuan satuan rupiah terhadap aspek-aspek yang dianggap layak
dari keputusan yang dibuat dalam tahapan analisis usaha. Kegiatan analisis
finansial dapat dikelompokkan kedalam tiga (3) kegiatan utama, yaitu (1)
membuat seluruh rekap penerimaan, yang dihasilkan dari hasil kajian aspek-aspek
usaha, apakah termasuk penerimaan utama ataupun penerimaan lain sebagai
akibat dari ada kegiatan usaha; (2) membuat rekap dari semua biaya yang juga
sudah dihasilkan atau diputuskan pada saat menganalisis aspek-aspek usaha dalam
studi kelayakan usaha; (3) menguji apakah aliran kas masuk yang dihasilkan oleh
usaha, atau proyek ini layak berdasarkan kriteria finansial yang ada.
Analisis Sensitivitas
Menurut Sofyan (2002), analisis sensitivitas ini bertujuan untuk mengetahui
seberapa peka kelayakan usaha terhadap perubahan pada tiap-tiap bagian dari
tahapan analisis usaha. Untuk mengukur perubahan yang terjadi, maka perlu
diasumsikan bahwa perubahan-perubahan yang terjadi hanya pada satu bagian
(peubah), sedangkan yang lain dianggap tetap. Kepekaan diartikan bahwa proyek,
atau usaha tidak dapat menghasilkan keuntungan selama umur proyek, atau usaha
(NPV ≤ 0).
Sumber Modal
Menurut Johan (2011), untuk memperoleh modal dengan cara berikut :
1. Meminjam kepada lembaga keuangan
Meminjam kepada lembaga keuangan akan memerlukan jaminan aset.
Meminjam dapat dilakukan kepada Bank, Lembaga Pembiayaan, maupun
Pegadaian.
2. Mengajak investor lainnya. Jika tidak memiliki aset untuk dijaminkan,
bisa menempuh cara mengajak investor lain untuk menanam saham,
bentuknya bisa investor pribadi lainnya seperti teman-teman, bisa juga
mengajak modal ventura untuk menanamkan sahamnya.
Selain itu, menurut Didit dan Triani (2009) terdapat beberapa sumber dana
yang penting, yakni:
1. Modal pemilik yang disetor
2. Saham yang diperoleh dari penerbitan saham di pasar modal
3. Obligasi yang diterbitkan oleh pasar modal
4. Kredit yang diterima dari Bank
5. Sewa guna (leasing) dari lembaga non Bank.
Analisis Kriteria Investasi
Tujuan dari perhitungan kriteria investasi adalah mengetahui tentang
gagasan usaha, atau proyek yang direncanakan dapat memberikan manfaat
(benefit), baik dilihat dari segi financial benefit, maupun sosial benefit. Hasil
perhitungan merupakan indikator dari modal yang diinvestasikan, yaitu
perbandingan antara total benefit yang diterima dengan total biaya yang
dikeluarkan dalam bentuk present value selama umur ekonomi proyek. Kriteria
investasi yang digunakan dalam analisis ini, antara lain net present value (NPV),

7
internal rate of return (IRR), net benefit cost ratio (Net B/C), gross benefit ratio
(Gross B/C), payback period (PBP) dan profitability ratio (PI) (Ibrahim, 2009)
Tinjauan Penelitian Terdahulu Yang Relevan
Hasil penelitian terdahulu tentang analisis kelayakan usaha dengan
membandingkan metode apa yang digunakan dalam menganalisis usaha yang
telah diteliti, dilihat dari aspek finansial studi kelayakan yang dapat menjadi
referensi pada penelitian yang akan dilakukan ini.
Sugiarti (2008) dalam Analisis Kelayakan Finansial Usaha Peternakan
Ayam Broiler Abdul Djawad Farm, di Desa Banu Resmi, Kecamatan Cigudeg,
Kabupaten Bogor menggunakan metode analisis kelayakan NPV, IRR, Net B/C,
PBP, dan Analisis sensitivitas. Hasil penelitiannya menunjukkan pada tahun
2007-2017 dengan menggunakan modal sendiri (tingkat suku bunga 6,25%)
didapatkan NPV Rp931.398.142,05, Net B/C 1,04 dan PBP 3 tahun 6 bulan, serta
IRR 29,27%. Jika menggunakan modal pinjaman (tingkat suku bunga 14,5%),
maka didapatkan NPV Rp438.192.975,74 dan Net B/C 1,03 dan PBP 4 tahun 4
bulan, serta IRR 29,27%. Berdasarkan kriteria kelayakan, NPV bernilai positif,
Net B/C lebih dari satu dan IRR lebih besar dari tingkat suku bunga yang berlaku,
maka usaha peternakan Abdul Djawad Farm layak diusahakan. Hasil analisis
sensitivitas menunjukkan Abdul Djawad Farm rentan terhadap peningkatan harga
DOC cateris paribus pada tingkat 19,50% (modal sendiri) dan lebih dari 13,04%
(modal pinjaman), peningkatan harga pakan cateris paribus lebih dari 7,00%
(modal sendiri) dan lebih dari 4,68% (modal pinjaman) serta penurunan harga jual
Ayam broilercateris paribus lebih dari 4,34 persen (modal sendiri) dan lebih dari
2,90% (modal pinjaman) akan menyebabkan kerugian.

METODE PENELITIAN
Kerangka Pemikiran
Analisis usaha yang dilakukan bertujuan untuk mengetahui keuntungan
dari usaha Ayam potong. Analisis kelayakan usaha yang dilakukan dari aspek
finansial menggunakan kriteria investasi yaitu, NPV, BEP, Net B/C, PBP dan
IRR.
Apabila hasil perhitungan menunjukkan bahwa usaha Ayam potong
menguntungkan dan layak dilanjutkan, maka akan dilakukan kebijakan dan arah
pengembangan perusahaan di masa mendatang. Apabila hasil perhitungan
menunjukkan bahwa usaha perusahaan tidak menguntungkan, atau rugi, atau tidak
layak, maka akan tetap dilakukan kebijakan untuk mengatasi kerugian usaha. Alur
kerangka pemikirannya dapat dilihat pada Gambar 1.

8
Usaha Pemotongan Ayam

Permintaan yang tinggi

Potensi pengembangan

Analisis kelayakan usaha :
1. Aspek non finansial
2. Aspek finansial
3. Analisis sensitivitas

Tidak

Layak

Rekomendasi

Gambar 1. Kerangka pemikiran penelitian
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di wilayah Kabupaten Bogor. Pemilihan lokasi
dilakukan secara sengaja (purposive) menurut pertimbangan skala usaha yang
diteliti. Waktu penelitian lapangan dilakukan pada bulan Februari hingga April
2013.
Pengumpulan Data
Pada penelitian ini data yang dikumpulkan berupa data primer dan sekunder.
Data primer dikumpulkan melalui proses wawancara mendalam kepada pihak
manajemen dari tiga (3) contoh pemilik usaha pemotongan Ayam yang berada di
wilayah Kabupaten Bogor dengan menggunakan kuesioner (Lampiran 1) yang
telah dipersiapkan. Sementara data sekunder diperoleh melaluai dokumendokumen tertulis yang dimiliki pihak pemilik usaha melalui proses fotocopy
dokumen.
Pengolahan dan Analisis Data
Analisis terhadap data kualitatif dilakukan secara deskriptif, dan
terhadap data kuantitatif dilakukan analisis melalui pendekatan analisis
berikut :

9
Analisis Kualitatif
Penelitian ini menggunakan analisis deskriptif kualitatif, yaitu menjelaskan
apakah usaha pemotongan Ayam layak, atau tidak layak. Aspek-aspek yang
digunakan dalam analisis deskriptif kualitatif adalah aspek pasar dan pemasaran,
aspek teknis dan teknologi, aspek manajemen, aspek hukum, aspek sosial dan
aspek lingkungan.
Analisis Kuantitatif
Dalam analisis aspek finansial terdapat beberapa metode yang akan
digunakan untuk menganalisis kelayakan usaha pemotongan Ayam, yaitu NPV,
BEP, Net B/C, IRR dan PBP.
NPV
Kriteria kelayakan investasi berdasarkan nilai NPV yaitu bila NPV > 0,
maka proyek tersebut menguntungkan dan layak didirikan. Rumus NPV adalah :
NPV



Keterangan :
Bt = Penerimaan total pada tahun tertentu. Penerimaan didapatkan dari
perkalian harga Ayam broiler dengan jumlah penjualan Ayam
dijumlahkan dengan penerimaan dari penjualan kotoran Ayam dan
insentif.
Ct = Biaya total pada tahun tertentu, biaya total didapatkan dari jumlah biaya
variabel dan biaya tetap.
t
= Waktu (Tahun analisis)
i = Suku bunga deposito karena menggunakan modal sendiri, yang merupakan
Opportunity cost of capital (discount rate)
n = Jumlah umur ekonomis
Kriteria :
NPV > 0, maka usaha pemotongan Ayam broiler menguntungkan dan layak
dilaksanakan.
NPV < 0, maka usaha pemotongan Ayam broiler merugi dan lebih baik
tidak dilaksanakan.
NPV = 0, maka usaha pemotongan Ayam broiler tidak untung, namun tidak
merugi.
Net B/C
Kriteria kelayakan investasi berdasarkan nilai Net B/C, yaitu semakin besar
Net B/C, maka usaha tersebut semakin menguntungkan dan layak dijalankan.


Net =



Keterangan :
Bt = Penerimaan yang diperoleh pada tahun ke-t

10
Ct = Biaya yang dikeluarkan pada tahun ke-t
i = Tingkat suku bunga (discount rate)
n = Jumlah Tahun
Kriteria :
Net B/C > 1, maka usaha pemotongan Ayam broiler layak dijalankan
Net B/C < 1, maka usaha pemotongan Ayam broiler merugi dan lebih baik tidak
dijalankan
Net B/C = 1, maka usaha pemotongan Ayam broiler tidak untung, namun juga
tidak merugi
IRR
Jika diperoleh nilai IRR lebih besar dari tingkat diskonto yang berlaku
(discount rate), maka proyek dinyatakan layak untuk dilaksanakan. Sebaliknya
jika nilai IRR lebih kecil dari tingkat suku bunga yang berlaku, maka proyek
tersebut tidak layak untuk dilaksanakan. Rumus yang digunakan dalam
menggunakan IRR adalah :
IRR= i1 +

(i2-i1)

Keterangan :
i1
= discount rate yang menghasilkan NPV positif
i2
= discount rate yang menghasilakn NPV negatif
NPV1= NPV positif
NPV2= NPV negatif
BEP
BEP menggambarkan kondisi penjualan produk yang harus dicapai untuk
melampaui titik impas. Proyek dikatakan impas, jika jumlah hasil penjualan
produknya pada periode tertentu sama dengan jumlah biaya yang ditanggung,
sehingga tidak memberikan laba, atau rugi.
Total Biaya = Volume penjualan (unit) x Harga Jual (Rp)
Volume penjualan saat BEP dapat dihitung dengan persamaan:

PBP
Payback period (PBP) merupakan suatu periode yang diperlukan untuk
menutup kembali pengeluaran investasi (initial cash investment) dengan
menggunakan aliran kas. Jika PBP lebih pendek waktunya dari maximum payback
period-nya maka usulan investasi dapat diterima. Rumus yang digunakan dalam
perhitungan PBP adalah :
PBP =

Nilai Investasi
x 1 tahun
Kas Masuk Bersih

11
Kriteria:
PBP > periode maksimum, maka usaha tidak layak
PBP < periode maksimum, maka usaha layak
Analisis Sensitivitas
Analisis sensitivitas dilakukan untuk mengetahui perubahan hasil usaha
apabila salah satu, atau beberapa peubah komponen usaha mengalami perubahan
di masa depan, dan tindakan apa yang perlu dilakukan.
Analisis ini mencari perubahan maksimum yang dapat ditolerir, agar usaha
masih bisa dilaksanakan dan memberikan keuntungan normal. Perubahanperubahan yang terjadi, misalnya perubahan pada tingkat produksi, harga jual
output, maupun harga input. Penelitian ini akan menggunakan peubah analisis
kenaikan harga bahan baku Ayam broiler dari peternak dan penurunan harga jual.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran Umum Usaha Pemotongan Ayam
Usaha pemotongan Ayam merupakan salah satu usaha yang banyak diminati
oleh para pengusaha, hal tersebut dikarenakan tingginya permintaan akan daging
Ayam dipasaran dan juga perkembangan teknologi yang terus meningkat dan juga
dibuktikan dengan maraknya usaha-usaha pemotongan Ayam baik berskala kecil,
maupun besar. Pemotongan Ayam yang baik adalah yang dilakukan secara halal
dan memenuhi persyaratan kebersihan sanitasi. Secara umum proses pemotongan
Ayam yang diantaranya (1) penanganan Ayam sebelum pemotongan, (2)
pemeriksaan sebelum dipotong, (3) pemotongan Ayam, (4) pemeriksaan setelah
dipotong dan (5) penanganan karkas/daging Ayam. Alur proses pemotongan
Ayam yang biasa dilakukan di rumah potong Ayam adalah seperti pada Gambar 2.

12
Penanganan Ayam broiler
Pemeriksaan sebelum dipotong
Pemingsanan
Penyembelihan Halal
Perendaman air panas
Pencabutan bulu
Pengeluaran jeroan
Pemeriksaan setelah dipotong
Pencucian dan pendinginan karkas
Pewadahan karkas
Gambar 2. Alur proses pemotongan ayam
Untuk wilayah Kabupaten Bogor, usaha pemotongan Ayam ini banyak
dijumpai didaerah yang jauh dari permukiman masyarakat. Hal tersebut
dimaksudkan untuk menghindari cemaran dari limbah Ayam yang tersisa yang
berasal dari proses produksi. Dalam penelitian ini dipilih tiga (3) contoh usaha
pemotongan Ayam atau Rumah Potong Ayam (RPA) yang memiliki skala
produksi yang berbeda satu dengan yang lain. Rumah potong yang pertama adalah
RPA “X” yang memiliki skala produksi 2.000 ekor per hari, kemudian yang kedua
RPA “Y” memiliki skala produksi 1.000 ekor per hari dan yang ketiga RPA “Z”
memiliki skala produksi 700 ekor per hari.
Analisis Kelayakan Usaha

Analisis kelayakan usaha dilakukan untuk mengetahui kelayakan suatu
usaha dilihat dari berbagai aspek. Dalam penelitian ini aspek-aspek yang dilihat,
yaitu aspek pasar dan pemasaran, aspek teknis dan teknologi, aspek manajemen,
aspek hukum, aspek sosial, aspek dampak lingkungan (AMDAL) dan aspek
finansial. Usaha yang dianalisis kelayakannya adalah usaha pemotongan Ayam
yang memiliki skala produksi yang berbeda di wilayah Kabupaten Bogor. Di

13
bawah ini akan dipaparkan hasil dari analisis kelayakan tiga (3)
pemotongan Ayam di Kabupaten Bogor.

usaha

A. Aspek Pasar dan Pemasaran
Aspek pasar dan pemasaran merupakan aspek yang penting dalam analisis ini,
karena apabila suatu usaha dinyatakan layak dari aspek teknis dan finansial hal
tersebut tidak akan berarti apabila pasarnya tidak ada. Perbandingan dari aspek
pasar dan pemasaran ketiga usaha pemotongan Ayam dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1 Perbandingan aspek pasar dan pemasaran
No

Deskripsi

RPA “X”
Ayam

RPA “Y”
diatas Permintaan
penawaran

Ayam

RPA “Z”

1

Permintaan
Kecenderungan
permintaan
dan penawaran
penawaran

diatas Permintaan Ayam sama dengan
penawaran

2

Pangsa pasar

Bogor, Jakarta dan
Sukabumi

Bogor

Bogor, Jakarta

3

STP

Segmentasi: perilaku

Segmentasi: demografis

Segmentasi: perilaku

Target: hotel, rumah makan

Target:
pendapatan Target: pasar swalayan
menengah keatas
Positioning: pemasok daging
Positioning: penyedia daging
Ayam segar
Positioning: penyedia ayam ayam probiotik
potong segar
4

4P

Product: Karkas ayam

Product: Karkas ayam

Product: Karkas ayam

Price: Rp22.000,00

Price: Rp24.000,00

Price: Rp27.000,00

Place: Maseng, Cihideung

Place: Tonjong

Place: Tonjong

Promotion: Word of mouth

Promotion: Word of mouth

Promotion: Word of mouth

Sumber: Data diolah (2013)
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa rata-rata permintaan Ayam
masih diatas dari penawarannya, hal tersebut menunjukkan bahwa pasar untuk produk
karkas ini. Masing-masing RPA memiliki segmen berbeda dan juga pangsa pasar
berbeda. Hal tersebut mempengaruhi penentuan harga daging Ayam dan produk
sampingannya. Selain itu, banyaknya pesaing membuat RPA “Y” lebih memfokuskan
penjualannya, dimana dari ketiga RPA tersebut hanya RPA “Y” yang memiliki kios
sendiri. Hal tersebut dapat mengefisiensikan distribusi dan juga penjualan Ayam,
namun apabila kios tersebut tidak dikelola dengan baik, maka dapat menimbulkan
kerugian besar.

B. Aspek Teknis dan Teknologi
Aspek teknis dan teknologi memegang peranan yang besar dalam usaha
ini. Penggunaan teknologi yang tinggi dapat meningkatkan efisiensi dari kegiatan
usaha tersebut, begitu pula dalam usaha pemotongan Ayam. Perbandingan aspek
teknis dan teknologi dari ketiga usaha pemotongan Ayam dapat dilihat pada Tabel
2.

14
Tabel 2 Perbandingan aspek teknis dan teknologi
No

RPA “X”

Deskripsi

RPA “Y”

RPA “Z”

1

Lokasi usaha

Kp. Maseng, Cihideung

Tonjong

Tajur Halang, Tonjong

2

Proses produksi

Kontinu

Kontinu

Kontinu

3

Tata letak

Product-oriented

Product-oriented

Product-oriented

4

Teknologi
produksi

Modern

Semi modern

Tradisional

5

Bahan baku

Ayam broiler hidup per hari

Ayam broiler hidup

Ayam broiler hidup

6

Kebutuhan bahan 2800 kg/hari
baku

1400 kg/hari

1050 kg/hari

7

SOP

Ada

Ada

Tidak Ada

8

Sertifikasi halal

Ada

Ada

Ada

Sumber: Data diolah (2013)
Berdasarkan aspek teknis dan teknologi RPA “Z” masih menggunakan
teknologi tradisional, sedangkan RPA “X” dan RPA “Y” sudah mulai
menggunakan teknologi semi modern. Hal tersebut berpengaruh terhadap efisiensi
dan juga efektivitas dari kegiatan usaha masing-masing usaha. Selain itu, status
kepemilikan tempat usaha dari ketiga usaha inipun berbeda, dimana RPA “X”
menggunakan sistem sewa untuk tanah dan juga bangunannya. Sedangkan untuk
RPA “Y” dan juga RPA “Z” menggunakan sistem sewa untuk tanah dan hak milik
untuk bangunan. Aspek teknis ini memengaruhi banyaknya produk yang
dihasilkan, RPA “X” memiliki skala produksi tertinggi dikarenakan teknologinya
memadai sehingga dapat berproduksi 2.000 ekor per hari, sedangkan untuk RPA
“Y” yang menggunakan teknologi semi modern dapat berproduksi 1.000 ekor per
hari dan RPA “Z” yang masih menggunakan teknologi tradisional hanya
memroduksi 700 ekor per hari.
C. Aspek Manajemen dan Hukum
Aspek manajemen dan hukum merupakan aspek yang menggerakkan suatu
usaha, yaitu pengelolaan dari sumberdaya Ayam, teknologi serta sumber daya
manusia perlu dilakukan sebaik mungkin guna mencapai tujuan dari usaha itu
sendiri. Perbandingan aspek manajemen dan hukum dari ketiga usaha pemotongan
Ayam dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3 Perbandingan aspek manajemen dan hukum
No

RPA “X”

Deskripsi

RPA “Y”

RPA “Z”

1

Susunan Organisasi

Terstruktur

Terstruktur

Tidak terstruktur

2

Sistem kompensasi

Sistem bulanan

Sistem bulanan

Sistem mingguan

3

Bentuk badan usaha

Unit Dagang

CV

Unit Dagang

4

Surat izin usaha

Ada

Ada

Ada

Sumber: Data diolah (2013)

15
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa RPA “Z” masih belum
memiliki susunan organisasi terstruktur yang dikarenakan usaha ini masih bersifat
tradisional. Hal tersebut tentu berpengaruh dalam proses kegiatan usaha yang
dilakukan oleh RPA “Z”, pengelolaan manajemen yang baik akan menghasilkan
usaha yang berhasil. Hal tersebut sudah mulai deiterapkan pleh RPA “X” dan juga
RPA “Y”, susunan organisasi yang terstruktur memudahkan usaha tersebut untuk
mengevaluasi kinerja dari masing-masing tenaga kerja, baik langsung maupun
tidak langsung.
Aspek hukum, atau aspek legal dari ketiga usaha ini menunjukkan bahwa
ketiga usaha ini sudah memiliki izin untuk mendirikan usahanya. Bentuk badan
usaha yang berbeda tentunya memiliki dampak berbeda terhadap usaha, karena
berpengaruh dalam biaya pendirian usaha. Namun dari ketiga usaha ini RPA “Z”
masih belum terdaftar dalam Dinas Peternakan Kabupaten Bogor.
D. Aspek Sosial dan Lingkugan
Aspek sosial dan lingkungan melihat bagaimana suatu usaha dapat
memberikan dampak bagi lingkungan sosial dan keadaan sekitarnya.
Perbandingan aspek sosial dan lingkungan dari ketiga usaha pemotongan Ayam
dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4 Perbandingan aspek sosial dan lingkungan
No

RPA “X”

Deskripsi

1

Dampak sosial

2

Dampak lingkungan

RPA “Y”

Pemberdayaan masyarakat Pemberdayaan
sekitar
sekitar
Limbah dimanfaatkan untuk
pakan ikan

RPA “Z”

masyarakat Pemberdayaan
sekitar

masyarakat

Limbah
dimanfaatkan Limbah dibuang ke tempat
untuk pakan ikan
penampungan limbah

Sumber: Data diolah (2013)
Berdasarkan tabel di atas ketiga usaha tersebut sudah berkontribusi secara
baik dalam lingkungan sosialnya, karena memberdayakan masyarakat sekitar
sehingga membuka lapangan pekerjaan baru bagi masyarakat didaerahnya
masing-masing. Selain itu, RPA “X” dan RPA “Y” memiliki kolam ikan sebagai
usaha sampingan, dimana pakan ikan tersebut berasal dari limbah Ayam sisa
produksi, sehingga limbah dari Ayam tidak mencemari lingkungan. RPA “Z”
memiliki tempat pembuangannya sendiri, dimana sebagian dari limbahnya
ditampung ke tempat penampungan limbah dan sebagian lagi diberikan kepada
pembudidaya ikan yang membutuhkan.
E. Aspek Finansial
1. Asumsi untuk Analisis Keuangan
Dalam analisis kelayakan financial diperlukan beberapa penetapan asumsi
untuk menilai kelayakan usaha yang kemudian diukur atas beberapa kriteria
investasi. Asumsi ini diperoleh berdasarkan kajian terhadap usaha pemotongan
Ayam RPA “X”, RPA “Y” dan RPA “Z”, serta informasi yang diperoleh dari
sumber-sumber pustaka. Asumsi tersebut dapat dilihat pada Tabel 5.

16
Tabel 5 Asumsi untuk analisis keuangan
No

RPA “X”

Deskripsi

1

Jenis usaha

Mandiri

2

Periode analisis

3

RPA “Y”

RPA “Z”

Mandiri

Mandiri

10 tahun

10 tahun

10 tahun

Tahun berdiri

2006

2005

2008

4

Tahun analisis

2008-2017

2008-2017

2008-2017

5

Hari kerja per bulan

25 hari

30 hari

25 hari

6

Bulan
tahun

12 bulan

12 bulan

7

Persentase
cacat

2,5%

2,5%

8

Harga bahan baku

Rp16.000,00/kg

Rp16.500,00/kg

Rp!6.500,00/kg

9

Bobot ayam hidup

1,4 kg

1,4 kg

1,5 kg

10

Penyusutan
ayam

bobot 4%

4%

4%

11

Suku bunga

6%

6%

6%

12

Pajak bumi
bangunan

Rp200.000,00

Rp200.000,00

13

Pajak penghasilan

12,5%

12,5%

12,5%

14

Sumber modal

Sendiri

Sendiri

Sendiri

per 12 bulan

kerja

produk 1%

dan Rp200.000,00

Sumber: Data diolah (2013)
Suku bunga yang dijadikan dasar dalam perhitungan analisis kelayakan
didasarkan pada rataan suku bunga deposito dari tiga (3) bank besar di Indonesia,
yaitu Bank Mandiri, BNI dan BRI. Harga seluruh input diasumsikan tetap (harga
bahan baku bulan Maret 2013) dan perubahan yang terjadi diperhitungkan dalam
analisis sensitivitas. Faktor-faktor yang diteliti dalam analisis sensitivitas adalah
kenaikan harga bahan baku Ayam broiler dan penurunan harga jual.
2. Kebutuhan dan Sumber Dana
Dana yang dibutuhkan untuk usaha pemotongan Ayam digunakan untuk
modal investasi dan modal kerja. Kebutuhan investasi adalah modal yang
dikeluarkan pada awal periode usaha untuk membeli sarana dan prasarana
mendukung usaha tersebut dan digunakan untuk mendapatkan manfaat hingga
secara ekonomis tidak dapat digunakan lagi. Apabila investasi awal secara
ekonomis sudah tidak dapat digunakan lagi, maka perlu dilakukan investasi ulang,
atau reinvestasi. Sumber pembiayaan investasi dan modal kerja yang digunakan
untuk usaha pemotongan Ayam ini seluruhnya bersumber dari dana sendiri.
Rincian komponen sumber pembiayaan investasi dan modal kerja ketiga
usaha tersebut dapat dilihat pada Tabel 6.

17
Tabel 6 Sumber pembiayaan investasi dan modal kerja usaha pemotongan ayam
RPA “X”, RPA “Y” dan RPA “Z”
Komponen Biaya RPA “X”
(Rp)
Biaya Investasi
1.354.609.666,67
Biaya Modal Kerja 15.608.744.000,00
Jumlah Dana
16.963.353.666,67

RPA “Y”
1.424.949.000,00
10.223.000.000,00
11.647.949.000,00

RPA “Z”
300.982.500,00
5.643.854.000,00
5.944.836.500,00

Sumber: Data diolah (2013)
3. Proyeksi Produksi dan Penerimaan
RPA “X” menghasilkan pendapatan yang didapatkan dari penjualan tahun
pertama hingga tahun ketiga masih bervariasi dan mulai stabil pada tahun
keempat. Hal tersebut dikarenakan produksi yang dilakukan secara bertahap, pada
awal mula usaha RPA “X” hanya memproduksi 600 ekor per hari, atau 30% dari
total produksi saat ini, pada tahun kedua meningkat menjadi 800 ekor per hari,
atau 40% dari total produksi saat ini, tahun ketiga meningkat menjadi 1.000 ekor
per hari, atau 50% dari produksi saat ini dan pada tahun keempat barulah RPA
“X” memproduksi 2.000 ekor per hari hingga saat ini dan diperkirakan tidak
berubah. Hal tersebut meningkat dikarenakan adanya penambahan permintaan
dari pasar yang disebabkan oleh meluasnya pangsa pasar dari usaha tersebut.
Proyeksi tersebut dapat dilihat pada Lampiran 2.
RPA “Y” menghasilkan pendapatan yang didapatkan dari penjualan tahun
pertama hingga tahun kedua masih bervariasi dan mulai stabil pada tahun ketiga.
Hal tersebut dikarenakan produksi yang dilakukan secara bertahap, pada awal
mula usaha RPA “Y” hanya memproduksi 600 ekor per hari, atau 60% dari total
produksi saat ini, pada tahun kedua meningkat menjadi 800 ekor per hari, atau
80% dari total produksi saat ini dan pada tahun ketiga barulah RPA “Y”
memproduksi 1.000 ekor per hari hingga saat ini dan diperkirakan tidak berubah.
Hal tersebut juga meningkat dikarenakan adanya penambahan permintaan dari
pasar yang disebabkan oleh meluasnya pangsa pasar dari usaha tersebut. Proyeksi
tersebut dapat dilihat pada Lampiran 3.
RPA “Z” menghasilkan pendapatan yang didapatkan dari penjualan tahun
pertama hingga tahun kelima masih bervariasi dan diperkirakan tetap hingga akhir
periode analisis. Hal tersebut dikarenakan produksi yang dilakukan secara
bertahap, pada awal mula usaha RPA “Z” hanya memproduksi 210 ekor per hari,
atau 30% dari total produksi saat ini, pada tahun kedua meningkat menjadi 350
ekor per hari atau 50% dari total produksi saat ini dan pada tahun ketiga
meningkat menjadi 560 ekor per hari atau 80% dari total produksi saat ini, pada
tahun keempat masih memproduksi jumlah yang sama seperti pada tahun ketiga,
lalu barulah pada tahun kelima RPA “Z” meningkatkan produksinya menjadi 700
ekor per hari hingga saat ini dan diperkirakan tidak ada perubahan ke depannya.
Hal tersebut meningkat dikarenakan adanya penambahan permintaan dari pasar
yang disebabkan oleh meluasnya pangsa pasar dari usaha tersebut dan juga RPA
“Z” berusaha untuk mengoptimalkan sumber daya yang tersedia untuk dapat
meningkatkan keuntungannya. Proyeksi tersebut dapat dilihat pada Lampiran 4.

18
4. Analisis Kriteria Investasi
Kriteria yang digunakan dalam penilaian kelayakan finansial usaha
pemotongan Ayam pada RPA “X” ini adalah NPV, IRR, Net B/C, BEP dan PBP.
Hasil dari ketiga analisis kriteria investasi dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7 Hasil analisis kriteria investasi usaha pemotongan ayam
NPV (Rp)

IRR (%)

Net B/C

BEP (Rp)

PBP
(tahun)

X

2,982,613,986.72

17,26

3.91

1,129,977,665.8

4,86

Y

4,754,368,352.26

50,76

5,93

2,08

Z

(127,121,556.02)

1,84

1,13

587,731,999.18
370,226,915.73

RPA

7,98

Sumber: Data diolah (2013)
Dari ketiga hasil analisis di atas dapat dilihat bahwa hanya dua usaha
yaitu RPA “X” dan RPA “Y” yang layak sudah memenuhi kriteria kelayakan dari
suatu usaha, sementara RPA “Z” dilihat dari NPV dan IRR belum layak. Terlihat
ada perbedaan hasil yang disebabkan oleh perbedaan skala produksi tiap usaha,
RPA “X” dengan kapasitas 2.000 ekor per hari, RPA “Y” 1.000 ekor per hari dan
RPA “Z” 700 ekor per hari. Terlihat bahwa RPA “Y” memiliki nilai NPV, IRR
dan Net B/C yang paling besar, kedua adalah RPA “X” dan terakhir RPA “Z”.
Hal tersebut dapat dipengaruhi oleh siklus bisnis dari masing-masing usaha. Skala
produksi yang besar ternyata belum menjamin akan menghasilkan kelayakan yang
lebih besar dibandingkan dengan skala produksi di bawahnya. RPA “X”
memegang skala produksi 2.000 ekor per hari namun hasil perhitungan
menunjukkan bahwa kelayakan yang lebih menjanjikan adalah RPA “Y” dimana
skala produksi RPA “Y” adalah 1.000 ekor per hari. Sedangkan RPA “Z”
menunjukkan hasil yang belum layak, berbeda jauh dibandingkan dengan kedua
contoh sebelumnya. Selain dari skala produksi perbedaan tersebut dapat
disebabkan dari tata kelola usaha dan juga tingkat efisiensi dan efektivitas dari
masing-masing usaha.
NPV adalah keuntungan yang akan diperoleh selama umur investasi yang
didasarkan pada konsep pendiskontoan seluruh arus kas ke nilai sekarang. Nilai
NPV dari dua usaha pemotongan Ayam diatas menunjukkan hasil yang layak,
karena nilai NPV > 0.
IRR adalah kemampuan suatu usaha untuk menghasilkan pengembalian,
atau dianggap sebagai tingkat keuntungan atas investasi bersih yang dapat
dicapainya. Nilai IRR pada dua usaha pemotongan Ayam ini menunjukkan lebih
besar dari 6%. Usaha ini layak untuk dilanjutkan, karena nilai IRR > discount rate
(6%).
Net B/C adalah tingkat besarnya manfaat tambahan pada setiap tambahan
biaya sebesar satu satuan. Ketiga usaha pemotongan Ayam tersebut memiliki nilai
Net B/C yang bervariasi, namun semua hasil menunjukkan hasil lebih besar dari
satu (1) (Net B/C >1), maka usaha pemotongan Ayam ini layak dilanjutkan.

19
BEP menggambarkan kondisi penjualan produk yang harus dicapai untuk
melampaui titik impas, yang artinya tidak untung dan juga tidak rugi. Berdasarkan
hasil perhitungan, usaha pemotongan Ayam RPA “X” Rp1.129.977.665,88, RPA
“Y” Rp587.731.999,188 dan RPA “Z” Rp370.226.915,737 yang artinya
pendapatan masing-masing RPA harus melebihi nilai tersebut untuk memperoleh
margin, atau keuntungan.
PBP merupakan teknik penilaian terhadap jangka waktu pengembalian
investasi suatu usaha. Nilai PBP pada ketiga usaha ini di bawah 10 tahun atau
dapat diartikan investasi yang ditanamkan pada usaha ini dapat kembali dalam
kurun waktu kurang dari 10 tahun. Usaha ini layak untuk dilanjutkan karena
angka tersebut lebih k