Pengaruh Komposisi Media dan Fertigasi Pupuk Organik terhadap Pertumbuhan Tanaman Kemuning (Murraya paniculata (L.) Jack)

 
 

PENGARUH KOMPOSISI MEDIA DAN FERTIGASI PUPUK
ORGANIK TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN
KEMUNING (Murraya paniculata (L.) Jack) DI PEMBIBITAN

RAY MARCH SYAHADAT
A24080004

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2012
i
 

 
 

RINGKASAN


RAY MARCH SYAHADAT. Pengaruh Komposisi Media dan Fertigasi Pupuk
Organik terhadap Pertumbuhan Tanaman Kemuning (Murraya paniculata (L.)
Jack) di Pembibitan (Dibimbing oleh SANDRA ARIFIN AZIZ). 
Kemuning (Murraya paniculata (L.) Jack) dapat digunakan sebagai obat
tradisional, tanaman lanskap, dan tanaman hias. Banyak penelitian mengenai
fitofarmakologi M. paniculata (L.) Jack tapi tidak pada penelitian mengenai
budidaya. Penelitian dilaksanakan dari bulan Oktober 2011 hingga Maret 2012 di
Gunung Batu, Bogor. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh
kombinasi komposisi media dan aplikasi fertigasi dengan pupuk organik terhadap
pertumbuhan M. paniculata (L.) Jack.
Penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap Teracak dengan
perlakuan komposisi media tanah latosol Darmaga + arang sekam padi (1:1) v/v
tanpa fertigasi; komposisi media tanah latosol Darmaga + arang sekam padi +
pupuk kandang kambing (1:1:1) v/v dan aplikasi fertigasi dengan kotoran kambing;
komposisi media dengan tanah latosol Darmaga + arang sekam padi + pupuk
kandang kambing (1:1:1) v/v dan aplikasi fertigasi dengan pupuk kandang kotoran
ayam; komposisi media tanah latosol Darmaga + arang sekam padi + kotoran ayam
(1:1:1 ) v/v dan aplikasi fertigasi dengan kotoran kambing; komposisi media tanah
latosol Darmaga + arang sekam padi + kotoran ayam (1:1:1) v/v dan aplikasi

fertigasi dengan pupuk kandang ayam. Konsentrasi yang digunakan untuk fertigasi
yaitu 1 kg pupuk organik per 5 liter air, dengan dosis 60 ml per tanaman, dan
diaplikasikan setiap dua minggu.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa media tanah latosol Darmaga + arang
sekam + kotoran ayam (1:1:1) v/v dan aplikasi fertigasi dengan pupuk kandang
ayam menghasilkan penampilan tanaman lebih baik dibandingkan dengan
perlakuan lain untuk jumlah daun, jumlah anak daun jumlah cabang, dan jumlah
bunga. Analisis kualitatif fitokimia menunjukkan daun M. paniculata (L.) Jack
mengandung steroid yang paling menonjol, dan kemudian saponin, flavonoid, tanin,
dan alkaloid

ii
 

 
 

PENGARUH KOMPOSISI MEDIA DAN FERTIGASI PUPUK
ORGANIK TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN
KEMUNING (Murraya paniculata (L.) Jack) DI PEMBIBITAN 


Skripsi sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian
pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

RAY MARCH SYAHADAT
A24080004

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2012
iii
 

 
 

Judul


:

Nama
NIM

:
:

PENGARUH KOMPOSISI MEDIA DAN
FERTIGASI PUPUK ORGANIK TERHADAP
PERTUMBUHAN TANAMAN KEMUNING
(Murraya
paniculata
(L.)
Jack)
DI
PEMBIBITAN
RAY MARCH SYAHADAT
A24080004


Menyetujui,
Pembimbing

Dr. Ir. Sandra Arifin Aziz, M.S.
NIP. 19591026 198503 2 001

Mengetahui,
Ketua Departemen Agronomi dan Hortikultura
Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

Dr. Ir. Agus Purwito, M.Sc.Agr
NIP. 19611101 198703 1 003

Tanggal Lulus :
 

iv
 

 

 

RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir pada tanggal 4 Maret 1990. Penulis merupakan anak pertama
dari pasangan Edy Basri, SE. dan Wa Ode Nursil.
Penulis menyelesaikan pendidikan mulai dari taman kanak-kanak hingga
sekolah menengah atas di Kota Kendari, Provinsi Sulawesi Tenggara. Tahun 1996
penulis menyelesaikan pendidikan di TK Kuncup Pertiwi, kemudian pada tahun
2002 penulis menyelesaikan studi di SD Negeri 12 Baruga Kuncup Pertiwi. Tahun
2005 lulus dari SMP Negeri 1 Kendari, kemudian pada tahun 2008 lulus dari SMA
Negeri 1 Kendari. Penulis diterima di Departemen Agronomi dan Hortikultura IPB
melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) tahun 2008 dan kemudian
memilih Komunikasi sebagai bidang keahlian pelengkap (minor) dari Departemen
Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat.
Selama kuliah, penulis aktif dalam organisasi diantaranya Center of
Entrepreneur Development for Youth (Century) 2009-2010, Badan Eksekutif
Mahasiswa Fakultas Pertanian 2010-2011, dan Ikatan Kerukunan Pelajar
Mahasiswa dan Rumah Tangga Sulawesi Tenggara (IKPMRT-Sultra) 2008-2012.
Prestasi yang pernah diraih selama kuliah antara lain Juara 1 lomba masak IPB

Celebration Day 2008, peraih dana PKM-P Dikti 2010 dengan judul Pengaruh
Konsentrasi Chitosan Sebagai Salah Satu Alternatif Teknologi untuk Meningkatkan
Periode Simpan Benih Kakao (Theobroma cacao L.), dan Best Presenter dalam
acara Communication Day 2011.
Penulis pernah menjadi asisten mata kuliah pengendalian gulma tahun ajaran
2011/2012, volunteer staff di UPTD Balai Pelatihan Pertanian Cianjur – Jawa Barat
pada tahun 2011, dan kini sedang bekerja di Green TV sebagai script writer.

 

v
 

 
 

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberi
kekuatan dan hidayah sehingga penelitian ini dapat diselesaikan dengan baik.

Penelitian pengaruh komposisi media dan fertigasi pupuk organik terhadap
pertumbuhan tanaman kemuning (Murraya paniculata (L.) Jack) di pembibitan
yang dilaksanakan terdorong oleh keinginan mengetahui cara pembibitan kemuning
yang efektif dan ketertarikan penulis terhadap tanaman obat.
Penulis menyampaikan terima kasih kepada Dr. Ir. Sandra Arifin Aziz, M.S.
yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan selama kegiatan penyusunan
skripsi ini. Penulis menyampaikan terima kasih kepada dosen penguji, yaitu Dr. Ir.
Maya Melati, M.S., M.Sc. dan Prof. Dr. Ir. M. H. Bintoro, M.Agr. atas saran dan
masukan yang membangun untuk perbaikan skripsi ini. Penulis juga mengucapkan
terima kasih kepada Prof. Dr. Ir. M. A. Chozin, M.Agr. selaku pembimbing
akademik selama berkuliah di IPB. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada
teman-teman yang memberikan bantuan (Fani Sukma, Gusmen, Bayu, Mela,
Mariski, Mitro, Yuyuk, Arief, Endah Pipit, Endah Rahadani, Melisa, Izza, Mia,
Eline, Adis, Ami, Silvan, Desi, Pawan, Andri, Rista, Hardian, Ayu Rosa, Ea, Rifa,
Sarah, Eiko, Suley, Aline, dan Ryzall). Kepada keluarga yang telah memberikan
dorongan yang tulus baik moril maupun materil, penulis mengucapkan terima kasih
yang sedalam-dalamnya. Semoga hasil penelitian ini berguna bagi yang
memerlukan.

Bogor, 25 April 2012


Penulis
 

vi
 

 

 
 

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ..........................................................................................

viii


DAFTAR GAMBAR .....................................................................................

ix

DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................

x

PENDAHULUAN .........................................................................................

1

Latar Belakang ......................................................................................
Tujuan Percobaan .................................................................................
Hipotesis ...............................................................................................

1
3
3


TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................

4

Kemuning .............................................................................................
Pembibitan ............................................................................................
Media Tanam ........................................................................................
Pemupukan ...........................................................................................
Pupuk Organik ......................................................................................

4
5
6
7
8

BAHAN DAN METODE ..............................................................................

10

Tempat dan Waktu................................................................................
Bahan dan Alat .....................................................................................
Metode Percobaan ................................................................................
Pelaksanaan Percobaan .........................................................................

10
10
10
11

HASIL DAN PEMBAHASAN ......................................................................

17

Hasil ......................................................................................................
Pembahasan ..........................................................................................

17
36

KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................................

41

Kesimpulan ...........................................................................................
Saran .....................................................................................................

41
41

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................

42

LAMPIRAN ...................................................................................................

45

   

 
 

vii

 
 

DAFTAR TABEL

Nomor

 

Halaman

1. Skor Rekomendasi Komponen Pertumbuhan Kemuning di Pembibitan .....

15

2. Skor Kandungan Bahan Bioaktif .................................................................

15

3. Bobot Jenis Media ........................................................................................

17

4. Rekapitulasi Hasil Sidik Ragam Tinggi Tanaman .......................................

19

5. Tinggi Tanaman pada Lima Perlakuan Pemupukan ....................................

20

6. Rekapitulasi Hasil Sidik Ragam Jumlah Daun ............................................

21

7. Jumlah Daun pada Lima Perlakuan Pemupukan..........................................

21

8. Rekapitulasi Hasil Sidik Ragam Jumlah Anak daun ...................................

22

9. Jumlah Anak Daun pada Lima Perlakuan Pemupukan ................................

23

10. Rekapitulasi Hasil Sidik Ragam Jumlah Bunga ........................................

23

11. Jumlah Bunga pada Lima Perlakuan Pemupukan ......................................

24

12. Rekapitulasi Hasil Sidik Ragam Jumlah Buah ..........................................

25

13. Jumlah Buah pada Lima Perlakuan Pemupukan ........................................

25

14. Rekapitulasi Hasil Sidik Ragam Jumlah Cabang .......................................

26

15. Jumlah Cabang pada Lima Perlakuan Pemupukan ....................................

27

16. Rekapitulasi Hasil Sidik Ragam Bobot Basah Tanaman ...........................

28

17. Bobot Basah Tanaman pada Lima Perlakuan Pemupukan ........................

29

18. Rekapitulasi Hasil Sidik Ragam Bobot Kering Tanaman ..........................

30

19. Bobot Kering Tanaman pada Lima Perlakuan Pemupukan .......................

31

20. Rekapitulasi Hasil Sidik Ragam Panjang Akar, Luas Daun, Laju
Tumbuh Relatif, dan Laju Asimilasi Bersih ..............................................

31

21. Panjang Akar, Luas Daun Laju Tumbuh Relatif, dan Laju
Asimilasi Bersih pada Lima Perlakuan ......................................................

32

22. Hasil Skoring Bibit Berkualitas Baik .........................................................

34

23. Matriks Hasil Uji Korelasi antar Perlakuan yang Diamati.........................

35

24. Hasil Uji Fitokimia Senyawa Bioaktif Daun Tanaman Kemuning ............

36

 

viii
 

 
 

DAFTAR GAMBAR

Nomor

Halaman

1. Karakterisitik Morfologi yang Diamati........................................................

13

2. Tanaman Kemuning yang Terserang Diserang BrCA (T. citricida Kirk) ...

18

4. Laju Tumbuh Relatif ....................................................................................

33

5. Laju Asimilasi Bersih...................................................................................

33

 

ix
 

 
 

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor

Halaman

1. Kapasitas Lapang Media ..............................................................................

46

2.

Hasil Analisis Tanah ....................................................................................

46

3. Data Iklim ....................................................................................................

47

4.

Tata Letak Percobaan ...................................................................................

47

5.

Hasil Uji Fitokimia Kandungan Bahan Bioaktif Daun Kemuning ..............

48

6. Kriteria Penilaian Sifat Kimia Tanah ...........................................................

49

7.

Interprestasi Nilai Unsur Hara Mikro ..........................................................

49

8.

Keragaan Tanaman Kemuning di Akhir Pengamatan ..................................

50

9.

Skema Lintasan Bioaktif ..............................................................................

50

 

x

 

 

 

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Tanaman obat dan ramuan obat tradisional merupakan aset nasional yang
perlu terus digali, diteliti, ditingkatkan, dan dioptimalkan pemanfaatannya. Hal ini
juga didukung oleh adanya kesadaran masyarakat tentang pola hidup sehat dan
gaya hidup back to nature, yang ditunjukkan dengan naiknya kecenderungan minat
masyarakat dunia terhadap tanaman obat tradisional (Kartasubrata, 2010).
Meskipun sumber bahan baku tanaman obat di Indonesia cukup melimpah, akan
tetapi hingga saat ini belum menjamin kemantapan kualitas, kuantitas, dan
kontinuitas.
Pengelompokan komoditas hortikultura, tidak melihat dari sisi botani
tanaman tersebut tapi melihat dari sisi penggunaannya. Dewasa ini banyak jenis
tanaman yang dikembangkan. Terdapat beberapa jenis tanaman yang memiliki
fungsi ganda (Zulkarnain, 2010). Kemuning (Murraya paniculata (L.) Jack)
merupakan salah satunya. Tanaman famili rutaceae ini sering digunakan sebagai
tanaman hias pagar karena morfologi tajuknya yang lebar, serta memiliki nilai
estetika dari bunga berwarna putih dan beraroma harum (Mattjik, 2010). Tanaman
yang biasa dikenal oleh dunia barat dengan nama orange jessamine ini, juga
digunakan oleh masyarakat Indonesia sebagai tanaman obat. Bagian yang
digunakan untuk pengobatan diperoleh dari daun, ranting, kulit batang, dan akar
(Heyne, 1987).
Sulaksana dan Jayusman (2005) menyatakan bahwa daun kemuning memiliki
efek farmakologis yang berkhasiat sebagai pemati rasa (anestesia), penenang
(sedatif), anti radang, antirematik, antitiroid, penghilang bengkak, pelangsing tubuh,
pelancar peredaran darah, dan penghalus kulit. Dalimarta (1999), Sangat et al.
(2000), dan Yuniarti (2008) menambahkan daun kemuning juga berkhasiat untuk
radang buah zakar, infeksi saluran kencing, kencing nanah, keputihan, haid tidak
teratur, nyeri pada tukak (ulkus), sakit gigi, dan batuk sesak. Selain daun, akar dan
kulit batang kemuning juga memiliki khasiat. Akar kemuning berkhasiat untuk
memar akibat benturan, nyeri rematik, keseleo, digigit serangga, ular berbisa, bisul,


 

ekzema, koreng, epidemik encephalitis B. Selanjutnya, kulit batang berkhasiat
untuk sakit gigi, dan nyeri akibat luka terbuka di kulit atau selaput lendir.
Kandungan kimia yang terdapat pada daun kemuning antara lain L-cadinene,
methyl-anthranilate, bisabolene, β-caryophyllene, geraniol, carene, 5-guaiazulene,
osthole, paniculatin, tanin, eugenol, citronellol, coumurrayin, dan coumarin
derivatives (Kardono et al., 2003). Sementara itu, Sulaksana dan Jayusman (2003)
menyatakan bahwa kulit batang kemuning mengandung mexotionin dan 5-7dimetoxy-8-2,3-dihydroxyisopenthyl coumarin, pada bunga kemuning mengandung
scopoletin dan buahnya mengandung semi-α-carotene.
Kemuning biasanya dijual dalam bentuk tanaman dalam polybag, daun
potong, simplisia, daun basah, dan dalam bentuk kapsul. Selain itu, coumurrayin
dari daun kemuning juga dijual khusus.
Peranan media tanam menentukan kualitas tanaman. Media perakaran yang
baik, akan mewujudkan bibit tanaman yang juga baik. Selain media, kualitas
tanaman juga dipengaruhi oleh ketersediaan hara. Ketersediaan hara pada media
dapat diperoleh dengan pemupukan. Saifudin et al. (2011) menyatakan bahwa efek
toksik baik dari luar maupun dalam pada bahan tanaman obat, harus sedapat
mungkin dihindari. Dari pernyataan tersebut dapat disimpulkan penggunaan pupuk
organik dalam budidaya tanaman obat sangat diharapkan karena penggunaan pupuk
organik dapat mengurangi resiko efek toksik pada bahan tanaman obat.
Pupuk kandang sebagai pupuk organik memiliki keunggulan dibandingkan
dengan pupuk lainnya. Selain menyediakan hara bagi tanaman, pupuk kandang juga
mampu memperbaiki struktur fisik, kimia, dan biologi tanah, serta ramah
lingkungan. Alviana dan Susila (2009) menyatakan bahwa pemupukan dengan
menggunakan metode fertigasi lebih efektif pada tanaman sebab tanaman menyerap
unsur hara melalui akar dalam bentuk ion dalam larutan.
Penelitian tanaman mengenai kemuning sudah banyak dilakukan pada bidang
farmakologi namun tidak pada bidang budidaya tanaman. Hingga saat ini belum
ada acuan mengenai metode budidaya yang paling baik untuk digunakan pada
tanaman kemuning. Mengingat hal tersebut, perlu dilakukan penelitian mengenai
tanaman kemuning terutama pada bidang teknik budidaya tanaman untuk

 
 


 

mendapatkan tanaman yang prima. Dengan demikian, kemuning bisa dimanfaatkan
dengan optimal dalam penggunaannya.

Tujuan Percobaan
Mempelajari pertumbuhan tanaman kemuning dari biji di pembibitan,
mempelajari pengaruh komposisi media dan fertigasi dengan pupuk organik
terhadap pertumbuhan tanaman kemuning di pembibitan, dan melihat pengaruh
perlakuan terhadap kandungan bahan bioaktif pada daun kemuning di pembibitan.

Hipotesis
Terdapat minimal satu perlakuan komposisi media dan fertigasi pupuk
organik terbaik terhadap pertumbuhan dan kandungan bahan bioaktif tanaman
kemuning di pembibitan.

 
 

 


 

TINJAUAN PUSTAKA

Kemuning
Kemuning (Muraya paniculata (L.) Jack) merupakan golongan tanaman
semak atau pohon kecil, dengan performa batang yang tegak dan tajuk yang luas
(Gillman, 1999). Tanaman yang memiliki hubungan kekerabatan dengan jeruk ini
berasal dari Asia Tenggara dan Australia (North Coast Weed Read, 2008) tetapi ada
pula yang menyatakan bahwa kemuning berasal dari daratan India, Asia Selatan
(Sulaksana dan Jayusman, 2005).
Mattjik (2010), Sulaksana dan Jayusman (2005), serta Rohman dan Riyanto
(2005) menyatakan dalam keseharian, kemuning umumnya digunakan sebagai
tanaman hias dan tanaman obat. Selain itu, Mollah dan Islam (2008) serta Heyne
(1987) menyatakan bahwa kemuning juga biasa digunakan sebagai bahan baku
produk seni kriya, kosmetik, dan insektisida nabati.
Ayu (2011) dan Mattjik (2010) menyatakan bahwa bunga kemuning
merupakan bunga majemuk yang keluar dari ketiak daun atau ujung ranting,
berbentuk terompet berwarna putih, jumlahnya sekitar 1-8. Buahnya buni berdaging,
bentuknya bulat telur atau bulat memanjang, dengan panjang 8-12 mm, berwarna
hijau jika masih muda dan bewarna merah ketika masak yang muncul sepanjang
tahun. Selain itu, Mursito dan Prihmantoro (2011) menyatakan bahwa kulit buah
kemuning mengandung minyak dan dalam satu buah terdapat 1-2 biji.
Tinggi tanaman kemuning dapat mencapai 3-3.5 m. Warna daun kemuning
mengkilap, berbentuk oval, ujung lancip, dan panjangnya 5 cm (Mattjik, 2010).
Daun kemuning merupakan daun majemuk, bersirip ganjil, dengan anak daun 3-9,
dan letaknya berseling, serta tidak berbau ketika diremas. Helaian anak daun
bertangkai, bentuk bulat telur sungsang atau jorong, ujung dan pangkal runcing,
tepi rata atau agak beringgit, panjang 2-7 cm, dan lebar 1-3 cm. Kemuning bersifat
pedas, pahit, dan hangat (Ayu, 2011).
Kayu kemuning berwarna kuning muda. Seiring bertambahnya usia, warna
kayu yang tadinya berwarna kuning muda akan berubah menjadi cokelat. Serat
kayunya halus dan keras tapi mudah dibelah (Heyne, 1987). Sementara itu, Ayu
(2011) menyatakan bahwa batang kemuning beralur dan tidak berduri. Mursito dan
 
 


 

Prihmantoro (2011) menyatakan bahwa diameter batang kemuning dapat mencapai
60 cm.
Lingkungan tumbuh yang diinginkan kemuning yaitu cahaya sedang hingga
terang, tetapi toleran terhadap cahaya rendah, kelembaban 60-70%, dan suhu udara
sekitar 18-240C (Mattjik, 2010). Kemuning dapat ditemukan hingga ketinggian ±
400 mdpl. Tanah yang cocok untuk budidaya kemuning yaitu tanah masam, tanah
alkali, tanah lempung, tanah liat, dan tanah berpasir. Jarak antar tanaman yang
digunakan bila dibudidayakan di lahan yakni sekitar 91-152 cm (Gillman, 1999).

Pembibitan
Manajemen pembibitan yang baik akan menghasilkan bibit yang baik pula.
Pembibitan dapat dilakukan pada bedengan atau dalam wadah. Tujuannya yaitu
untuk mengurangi kerusakan tanaman bila ditanam langsung pada pada lahan
budidaya. Selain itu, pembibitan juga bertujuan untuk membantu tanaman dalam
menghadapi stres sewaktu dipindahkan ke lapang.
Pembibitan kemuning mengacu pada tanaman jeruk karena kedua tanaman ini
berasal dari famili yang sama yaitu rutaceae. Ashari (2006) menyatakan bahwa
pembibitan jeruk dikenal dengan dua metode yakni secara generatif, melalui biji
dan secara vegetatif, melalui penyambungan dan penempelan. Arief (2010)
menyatakan bahwa pembibitan jeruk dengan menggunakan biji dilakukan dengan
cara biji diambil dari buah dengan cara memeras buah yang telah dipotong. Biji
dikeringanginkan di tempat yang tidak disinari selama 2-3 hari hingga lendirnya
hilang. Areal persemaian memiliki tanah yang subur. Tanah diolah sedalam 30-40
cm dan dibuat petakan persemaian berukuran 1.15-1.20 m membujur dari utara ke
selatan. Jarak petakan 0.5-1 m. Sebelum ditanami, sebanyak 1 kg/m2 pupuk
kandang diaplikasikan. Biji ditanam dalam alur dengan jarak tanam 1-1.5 cm x 2
cm dan langsung disiram. Setelah tanam, persemaian diberi atap. Bibit
dipindahtanam ke dalam polybag 15 x 35 cm setelah tingginya 20 cm pada umur 35 bulan. Media tumbuh dalam polybag adalah campuran pupuk kandang dan sekam

 
 


 

dengan perbandingan 2:1 atau pupuk kandang, sekam, pasir dengan perbandingan
1:1:1. Prosedur ini merupakan rekomendasi dari Departemen Pertanian.

Media Tanam
Media tanam merupakan salah satu faktor lingkungan yang penting bagi
tanaman. Harjadi (1996) menyatakan bahwa media memiliki tiga fungsi yang
primer: Pertama untuk menyediakan unsur hara, kedua menyimpan air, dan ketiga
sebagai tempat berpegang dan bertumpunya akar sehingga tanaman tetap tegak.
Media tanam yang baik menentukan kualitas tanaman. Media perakaran yang baik,
dapat mewujudkan bibit tanaman yang juga baik.
Komposisi media tiap tanaman berbeda-beda sesuai dengan kebutuhan
tanaman dan keinginan kita (Dole dan Wilkins, 2005). Misalnya pada tanaman
xerofit, membutuhkan komposisi media yang aerasinya baik (porous) karena tidak
membutuhkan banyak air. Berbeda dengan tanaman xerofit, tanaman mesofit
menginginkan komposisi media yang mampu menyediakan air yang cukup (Istomo,
2008). Komposisi yang sesuai dengan keinginan misalnya pedagang tanaman dalam
pot. Pedagang umumnya mengingginkan media dengan bulk density yang ringan
(0.1-0.8 g/cc) untuk memudahkan pengangkutan sehingga mengurangi input tenaga
kerja dan biaya pengiriman (Dole dan Wilkins, 2005).
Penentuan komposisi media perlu memerhatikan terjadinya ketidakstabilan
media. Ketidakstabilan media terjadi akibat terdekomposisinya bahan-bahan
organik sehingga sifat media dapat berubah (Dole dan Wilkins, 2005). Syarat media
tanam yang baik antara lain: (1) memiliki sifat fisik remah untuk memudahkan akar
berkembang serta untuk aerasi dan drainase yang baik; (2) tidak mengandung
bahan-bahan beracun; (3) tingkat kemasaman sesuai dengan toleransi tanaman; (4)
tidak mengandung hama dan penyakit; (5) memiliki daya pegang air yang cukup
(Baudendistel, 1982). Selain kelima syarat di atas, media tanam yang baik juga
harus mudah didapat, murah, dan tidak berdampak negatif pada tanaman (Ashari,
2006).

 
 


 

Tanah
Dalam pertanian, tanah diartikan lebih khusus yaitu sebagai media
tumbuhnya tanaman darat. Tanah berasal dari hasil pelapukan batuan keras yang
melapuk atau dari bahan yang lebih lunak seperti abu vulkan atau bahan endapan
baru. Bahan-nahan tersebut bercampur dengan sisa-sisa bahan organik dan
organisme yang hidup di atas maupun di dalamnya. Selain itu, di dalam tanah
terdapat pula udara dan air (Hardjowigeno, 2010).
Arang sekam
Arang sekam merupakan hasil pengolahan limbah padi (sekam padi) dengan
cara diasap hingga menjadi arang berwarna hitam. Menurut Wuryaningsih dan
Darliah (1994), karakteristik arang sekam sangat ringan, kasar, berpori, dan efektif
mengabsorbsi sinar matahari karena warnanya yang hitam. Arang sekam sudah
umum digunakan dalam komposisi media tanam. Penggunaan arang sekam saja
tanpa media lain tidak dianjurkan karena sifat fisik arang sekam tidak
memungkinkan tanaman dapat tegak sempurna.

Pemupukan
Dalam pengertian sehari-hari pupuk didefinisikan sebagai bahan untuk
memperbaiki kesuburan tanah agar tanah menjadi lebih subur. Oleh sebab itu
pemupukan pada umumnya diartikan sebagai penambahan unsur hara tanaman ke
dalam tanah meskipun dalam arti luas sebenarnya pupuk ialah bahan-bahan untuk
memperbaiki sifat-sifat tanah (Hardjowigeno, 2010).
Dole dan Wilkins (2005), membedakan aplikasi pupuk menjadi tiga yakni
preplant fertilization, fertigation, dan kombinasi antara preplant fertilization dan
fertigation. Aplikasi preplant fertilization yakni mencampurkan pupuk dengan
media tanam sebelum penanaman. Aplikasi ini memiliki keuntungan pada tanaman
yang dibudidayakan dalam wadah sebab dapat mengurangi erosi dan juga
menghemat tenaga kerja (dilakukan hanya sekali). Kekurangan dari aplikasi ini
yaitu tidak dapat dikontrol apabila terjadi perubahan lingkungan (tidak bisa
sewaktu-waktu diubah).
 
 


 

Fertigation atau fertigasi yakni mencampurkan larutan pupuk dan
mengaplikasikan bersama irigasi. Keuntungan aplikasi fertigasi yaitu dapat
dikontrol bila terjadi perubahan lingkungan. Terdapat pula kerugian dari aplikasi
fertigasi yaitu resiko pencucian nutrisi sangat besar dan beberapa sistem
membutuhkan biaya yang besar dan keahlian tertentu dalam menjalankannya.
Aplikasi ini dibedakan lagi menjadi beberapa jenis berdasarkan aplikasi irigasinya
yaitu hand-watering, microtube, in-line drippers, automoted hanging basket
systems, sprinkler and boom irrigation, trickle tapes, perimeter nozzles, flood and
trough, dan capilary mat. Aplikasi dengan fertigasi harus memerhatikan
konsentrasi pupuk yang dipengaruhi oleh spesies tanaman, kualitas air, media,
musim, dan fase pertumbuhan.
Aplikasi kombinasi antara preplant fertilization dan fertigation adalah
aplikasi pupuk yang menggabungkan dua jenis aplikasi pemupukan. Keuntungan
aplikasi ini yaitu dapat menyediakan secara kontinu kebutuhan hara. Kekurangan
dari aplikasi ini berupa adanya resiko keracunan hara sangat besar apabila terjadi
kelebihan dosis pupuk yang diberikan akibat tidak sesuainya jumlah hara yang
dibutuhkan tanaman dengan banyaknya aplikasi yang diberikan.

Pupuk Organik
Pupuk organik adalah nama kolektif untuk semua jenis bahan bahan organik
asal tanaman dan hewan yang dapat dirombak menjadi hara yang dibutuhkan
tanaman. Pupuk organik sangat bermanfaat dalam peningkatan produksi pertanian
baik kualitas maupun kuantitas. Pupuk organik dalam jangka panjang dapat
meningkatkan produktivitas dan mengurangi degradasi lahan (Suriadikarta dan
Simanungkalit, 2006).
Hartatik dan Widowati (2006) menyatakan bahwa pupuk kandang merupakan
salah satu jenis pupuk organik dari limbah kotoran hewan. Komposisi hara pada
masing-masing kotoran hewan berbeda-beda tergantung pada jumlah dan jenis
makanannya. Secara umum kandungan hara pupuk kandang lebih rendah dari
pupuk anorganik sehingga biaya aplikasi lebih besar dari pupuk anorganik.

 
 


 

Pupuk kandang kotoran ayam
Pupuk kandang kotoran ayam berasal dari kotoran ayam. Beberapa hasil
penelitian aplikasi pupuk kandang kotoran ayam, selalu memberikan respon terbaik
bagi pertumbuhan tanaman karena rasio C/N pupuk kotoran ayam lebih rendah
serta memiliki kadar hara yang cukup dibanding pupuk kandang lain. Hasil
penelitian lain menunjukkan bahwa pupuk kandang kotoran ayam yang dilarutkan
dalam air, memiliki kadar hara yang cukup tinggi (Hartatik dan Widowati, 2006).
Pupuk kandang kotoran kambing
Tekstur pupuk kandang kotoran kambing sangat khas karena berbentuk
butiran-butiran yang sukar pecah sehingga sangat bepengaruh terhadap proses
dekomposisi. Nilai rasio C/N umumnya >30. Pupuk kandang yang berkualitas baik,
sebaiknya memiliki rasio C/N 8.77
7.78 8.11
8.12 8.44
8.44 - 8.77

Jumlah
Daun
< 9.25
9.25 10.10
10.11 10.95
> 10.95

Jumlah
Anak Daun
< 11.74
11.74 15.09
15.01 18.43
> 18.45

Jumlah
Bunga
> 0.18
0.18 0.15
0.16 0.12
< 0.12

Jumlah
Cabang
< 1.95
1.95 2.34
2.35 2.72
> 2.72

Panjang
Akar (cm)
< 15.26
15.26 16.70
16.71 18.13
> 18.13

11. Analisis kandungan bioaktif daun
Analisis kandungan bioaktif daun dilakukan secara kualitatif, untuk
menganalisis kandungan alkaloid, triterpenoid, steroid, saponin, flavonoid
dan tanin. Analisis data dilakukan pada skor kandungan bioaktif masingmasing jenis dengan menggunkan skor dari Pusat Studi Biofarmaka IPB
(Tabel 2).

Tabel 2. Skor Kandungan Bahan Bioaktif
Skor

Saponin

Flavonoid

Tanin

Steroid

Alkaloid

Triterpenoid

+
++

berbusa
jingga
cokelat
hijau
ada endapan
merah
berbusa
jingga
cokelat
hijau
banyak
merah
tebal
tua
tua
tua
endapan
tua
+++
berbusa
jingga pekat/
cokelat
hijau
sangat
merah
sangat
kemerahan
kehitaman
pekat
banyak
pekat
tebal
endapan
Keterangan: (+) menunjukkan kandungan senyawa bioaktif rendah; (++) menunjukkan kandungan
senyawa bioaktif sedang; dan (+++) menunjukkan kandungan senyawa bioaktif kuat.

- Persiapan bahan: daun basah dicuci terlebih dahulu kemudian dicincang
halus. Selanjutnya, daun dibagi dalam tiga tabung reaksi.
- Pengujian alkaloid: daun dalam tabung reaksi ditambah beberapa tetes 2
M H2SO4 dan kloroform 10 ml kemudian dikocok dan disaring. Setelah
di saring, larutan dikocok kembali sampai terbentuk lapisan keruh dan
bening. Lapisan bening diambil dan dibagi menjadi tiga bagian pada
spot plate. Ekstrak pada spot plate ditetesi reagen Dragendorff, Mayer,
dan Wagner. Uji alkaloid positif bila salah satu spot menunjukkan adanya

 
 

16 
 

endapan warna jingga dengan reagen Dragendorf, warna putih
kekuningan dengan reagen Mayer, dan cokelat pada reagen Wagner.
- Pengujian triterpenoid: daun pada tabung reaksi dilarutkan dengan etanol
96% hingga larut kemudian disaring. Ekstrak kemudian dipanaskan
hingga kering dan diletakkan pada cawan. Setelah kering, ditambahkan
dietil eter, 1 tetes H2SO4, dan 3 tetes asam asetat glasial lalu diaduk cepat.
Uji steroid positif jika pada pinggir cawan timbul warna hijau sedangkan
triterpenoid ditandai dengan adanya warna merah atau ungu .
- Pengujian saponin, flavonoid dan tanin: daun pada tabung reaksi
ditambah dengan aquades secukupnya, kemudian dikocok kuat dan
dibagi menjadi dua tabung.
1. Tabung pertama dikocok secara vertikal, dan bila timbul busa yang
stabil selama 10 menit menandakan uji saponin positif.
2. Tabung berisi filtrat bekas uji saponin, ditambah dengan logam Mg,
beberapa HCl pekat, etanol, dan larutan amil alkohol, kemudian
dikocok. Uji flavonoid positif ditunjukkan dengan timbulnya warna
jingga hingga kemerahan.
3. Tabung ketiga ditambah dengan FeCl3 1% bila menghasilkan warna
biru, hitam, atau cokelat menandakan uji tanin positif.
12. Bobot jenis media
Bobot jenis media diukur dengan cara menimbang gelas piala terlebih
dahulu. Kemudian memasukan media ke dalam gelas piala hingga skala
100 ml dan ditimbang. Hasil penimbangan media dikurangi dengan hasil
penimbangan gelas ukur sehingga diperoleh bobot jenis media dengan
satuan g/cm3.
13. Kapasistas lapang media
Kapasitas lapang media diukur dengan cara menuangkan air ke media
secara perlahan-lahan dan sedikit demi sedikit. Penuangan air dihentikan
apabila air berhenti menetes dari polybag. Selisih volume awal dan volume
akhir air yang dituangkan ke media (ml) merupakan kapasitas lapang
media.

 
 

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil
Kondisi Umum Penelitian
Hasil pengamatan bobot jenis media di Laboratorium Pascapanen
Departemen Agronomi dan Hortikultura (Tabel 3), menunjukkan pencampuran
media berpengaruh sangat signifikan terhadap bobot jenis media. Bobot jenis media
tanah + arang sekam sebesar 62.87 g/cm3, tanah + arang sekam + kotoran kambing
sebesar 66.06 g/cm3, dan tanah + arang sekam + kotoran ayam sebesar 79.59 g/cm3.

Tabel 3. Bobot Jenis Media
Media
Bobot jenis (g/cm3)
Tanah latosol Darmaga
101.60a
Arang sekam
16.47g
Kotoran ayam
75.08c
Kotoran kambing
68.13d
Tanah latosol Darmaga + arang sekam
62.87f
Tanah latosol Darmaga + arang sekam + kotoran kambing
66.06d
Tanah latosol Darmaga + arang sekam + kotoran ayam
79.59b
Keterangan: angka yang diikuti huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukan
memberikan hasil yang berbeda signifikan menurut uji DMRT pada taraf
kesalahan 1%.
 

Berdasarkan hasil analisis tanah di Laboratorium Tanah Departemen Ilmu
Tanah dan Sumberdaya Lahan IPB, Bogor (Lampiran 2), komposisi media tanam
cenderung netral dengan pH H2O tanah arang sekam, tanah arang sekam kotoran
kambing, dan tanah arang sekam kotoran ayam berturut-turut 6.40, 6.90, dan 6.80.
Seluruh komposisi media yang digunakan pada percobaan tergolong
bertesktur liat karena kandungan liatnya lebih dari 30%. Media tanah + arang
sekam memiliki kandungan C sedang, N sedang, P sangat tinggi, Ca sedang, Mg
tinggi, K sangat tinggi, Na sedang, dan KTK sedang. Media tanah + arang sekam +
kotoran kambing menunjukkan kandungan C sangat tinggi, N tinggi, P sangat
tinggi, Ca tinggi, Mg tinggi, K sangat tinggi, Na sangat tinggi, dan KTK sedang.
Pada media tanah + arang sekam + kotoran ayam menunjukkan kandungan C

18 
 

sangat tinggi, N sedang, P sangat tinggi, Ca tinggi, Mg sangat tinggi, K sangat
tinggi, Na sangat tinggi, dan KTK tinggi.
Kandungan hara pupuk organik yang diberikan pada percobaan, menunjukkan
kotoran kambing mengandung C sangat tinggi, N tinggi, P sangat tinggi, Ca sangat
tinggi, Mg sangat tinggi, K sangat tinggi, Na sangat tinggi, dan KTK tinggi. Pada
kotoran ayam, kandungan C sangat tinggi, N sangat tinggi, P sangat tinggi, Ca
sangat tinggi, Mg sangat tinggi, K sangat tinggi, Na sangat tinggi, dan KTK sedang.
Penanaman bibit kemuning di lapangan dilakukan pada musim penghujan
yang dimulai dari bulan November 2011 dan berakhir pada bulan Februari 2012.
Saat penanaman curah hujan cukup tinggi yaitu 457.7 mm/bulan dengan temperatur
26.20C, kelembaban 80%, lama penyinaran 56%, dan intensitas penyinaran
matahari sebesar 457.7 cal/cm2 (Lampiran 3). Penanaman pada musim penghujan
menyebabkan dampak positif bagi bibit tanaman kemuning yang dapat dilihat dari
sangat sedikitnya jumlah bibit yang mati saat 1 MSP.
Hama yang menyerang kemuning pada percobaan adalah Toxoptera citricida
Kirk. T. citricida Kirk mulai terlihat pada 6 MSP namun intensitas serangan
semakin tinggi pada 7 MSP yang mengakibatkan pengurangan jumlah daun dan
anak daun (Gambar 2). Halbert dan Lawrence (1998) menyatakan T. citricida Kirk
atau yang lebih dikenal dengan nama brown citrus aphid (BrCA) merupakan hama
yang menyerang tanaman famili rutaceae. Hama ini menyerang daun tanaman
terutama daun muda dengan menghisap cairan tanaman sehingga daun menggulung,
kerdil, terbentuk puru, dan rontok. Pengendalian dilakukan dengan menggunakan
insektisida berbahan aktif klorpirifos 200 g/l dengan dosis 1.5 ml/l air.

Gambar 2. Tanaman Kemuning yang Terserang BrCA (T. citricida Kirk)

 
 

19 
 

Tinggi Tanaman
Hasil sidik ragam terhadap parameter tinggi tanaman (Tabel 4) menunjukkan
bahwa perlakuan memberikan respon yang sangat signifikan terhadap tinggi
tanaman pada 6 hingga 7 MSP dan pada 8 hingga 13 MSP memberikan respon yang
signifikan. Pengaruh yang signifikan juga terlihat pada parameter tinggi 2-13 MSP.

Tabel 4. Rekapitulasi Hasil Sidik Ragam Tinggi Tanaman
No.

Parameter

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13

Tinggi 2 MSP
Tinggi 3 MSP
Tinggi 4 MSP
Tinggi 5 MSP
Tinggi 6 MSP
Tinggi 7 SMP
Tinggi 8 MSP
Tinggi 9 MSP
Tinggi 10 MSP
Tinggi 11 MSP
Tinggi 12 MSP
Tinggi 13 MSP
Tinggi 2-13 MSP

Uji F

Koefisien Keragaman (%)

tn
tn
tn
tn
**
**
*
*
*
*
*
*
*

7.24
8.18
8.05
6.85
5.10
5.19
6.70
7.52
8.10
8.02
8.28
10.52
23.68

Keterangan: (tn) tidak berpengaruh signifikan; (*) berpengaruh signifikan pada taraf kesalahan 5%;
(**) berpengaruh sangat signifikan pada taraf kesalahan 1%.

 

Hasil uji lanjut DMRT menunjukkan bahwa secara umum semua perlakuan
pemupukan tidak berbeda signifikan terhadap tinggi tanaman kemuning. Perlakuan
menunjukkan perbedaan yang signifikan antara perlakuan pemupukan dengan
perlakuan tanpa pemupukan terhadap tinggi tanaman kemuning. Perlakuan media
campuran kotoran kambing dan fertigasi kotoran kambing menunjukkan nilai
tengah tertinggi pada parameter tinggi tanaman 6 hingga 7 MSP. Perlakuan media
campuran kotoran kambing dan fertigasi kotoran ayam menunjukkan nilai tengah
tertinggi pada parameter tinggi tanaman 8 hingga 10 MSP. Nilai tengah tertinggi
terhadap parameter tinggi tanaman 11 hingga 13 MSP terlihat pada perlakuan
media campuran kotoran ayam dan fertigasi dengan menggunakan kotoran ayam.
Nilai tengah tertinggi parameter tinggi tanaman 2-13 MSP yaitu perlakuan media
 
 

20 
 

campuran kotoran kambing dan fertigasi kotoran ayam dengan nilai tengah sebesar
9.10 cm (Tabel 5).

Tabel 5. Tinggi Tanaman pada Lima Perlakuan Pemupukan
No.

Tinggi
tanaman
(MSP)

Tanpa
pemupukan
(cm)

1
2
3
4
5
6
7
8
9

2
6
7
8
9
10
11
12
13

10

2-13

Keterangan:

5.28
7.16c
7.35b
7.79b
7.96b
8.26b
8.48b
8.69b
9.36b

Media
campuran
kotoran
kambing dan
fertigasi
kotoran
kambing
(cm)
6.10
8.36ab
8.89a
9.43a
9.77a
10.26a
10.71a
11.44a
12.51a

Media
campuran
kotoran
kambing dan
fertigasi
kotoran
ayam
(cm)
5.67
8.76a
9.04a
9.64a
10.04a
10.51a
10.86a
11.28a
12.02a

Media
campuran
kotoran
ayam dan
fertigasi
kotoran
kambing
(cm)
5.18
7.63bc
8.32a
9.31a
9.42a
9.78a
10.34a
11.14a
12.39a

Media
campuran
kotoran
ayam dan
fertigasi
kotoran
ayam
(cm)
5.64
8.12ab
8.63a
9.40a
9.64a
10.24a
11.00a
11.70a
12.54a

7.45b

9.90a

9.10a

8.52a

8.96a

angka yang diikuti huruf yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan
memberikan hasil yang berbeda signifikan menurut uji DMRT.

Jumlah Daun
Hasil sidik ragam pada pengamatan jumlah daun (Tabel 6) menunjukkan
bahwa perlakuan memberikan respon yang tidak signifikan terhadap parameter
jumlah daun tanaman kemuning pada 2 hingga 9 MSP, 11 MSP, dan 13 MSP.
Perlakuan menunjukkan hasil signifikan pada 10 MSP dan 12 MSP. Parameter
jumlah daun 2-13 MSP menunjukkan hasil yang sangat signifikan.

 
 

21 
 

Tabel 6. Rekapitulasi Hasil Sidik Ragam Jumlah Daun
No.

Parameter

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13

Jumlah Daun 2 MSP
Jumlah Daun 3 MSP
Jumlah Daun 4 MSP
Jumlah Daun 5 MSP
Jumlah Daun 6 MSP
Jumlah Daun 7 SMP
Jumlah Daun 8 MSP
Jumlah Daun 9 MSP
Jumlah Daun 10 MSP
Jumlah Daun 11 MSP
Jumlah Daun 12 MSP
Jumlah Daun 13 MSP
Jumlah Daun 2-13 MSP

Uji F

Koefisien Keragaman (%)

tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
*
tn
*
tn
**

12.22
12.32
11.60
14.01
9.93
13.82
15.82
15.70
16.33
18.15
13.76
15.94
36.24

Keterangan: (tn) tidak berpengaruh signifikan; (*) berpengaruh signifikan pada taraf kesalahan 5%;
(**) berpengaruh sangat signifikan pada taraf kesalahan 1%.

Perlakuan menunjukkan perbedaan yang signifikan terhadap jumlah daun
pada 10 MSP, 12 MSP, dan 2-13 MSP. Jumlah daun pada 12 MSP menunjukkan
perbedaan yang signifikan antara perlakuan pemupukan dengan perlakuan tanpa
pemupukan. Perlakuan media campuran kotoran ayam dan fertigasi kotoran ayam
menunjukkan nilai tengah tertinggi pada 10 MSP, 12 MSP, dan 2-13 MSP (Tabel 7).

Tabel 7. Jumlah Daun pada Lima Perlakuan Pemupukan
No.

Jumlah
daun
(MSP)

Tanpa
pemupukan
(cm)

1
2
3
4

2
10
12
2-13

6.06
8.57c
10.63b
8.40c

Media
campuran
kotoran
kambing dan
fertigasi
kotoran
kambing (cm)
5.30
13.63ab
15.83a
10.55ab

Media
campuran
kotoran
kambing dan
fertigasi
kotoran ayam
(cm)
5.03
12.13abc
15.40a
10.04bc

Media
campuran
kotoran ayam
dan fertigasi
kotoran
kambing
(cm)
5.20
11.20bc
14.93a
9.89bc

Media
campuran
kotoran ayam
dan fertigasi
kotoran
ayam
(cm)
5.30
15.37a
18.57a
11.80a

Keterangan: angka yang diikuti huruf yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan
memberikan hasil yang berbeda signifikan menurut uji DMRT.

 
 

22 
 

Jumlah Anak Daun
Hasil sidik ragam menujukkan perlakuan mulai memberikan pengaruh yang
signifikan pada 10 hingga 13 MSP terhadap parameter jumlah anak daun. Pengaruh
yang sangat signifikan terhadap jumlah daun terlihat pada 2-13 MSP (Tabel 8).

Tabel 8. Rekapitulasi Hasil Sidik Ragam Jumlah Anak Daun
No.

Parameter

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13

Jumlah Anak Daun 2 MSP
Jumlah Anak Daun 3 MSP
Jumlah Anak Daun 4 MSP
Jumlah Anak Daun 5 MSP
Jumlah Anak Daun 6 MSP
Jumlah Anak Daun 7 SMP
Jumlah Anak Daun 8 MSP
Jumlah Anak Daun 9 MSP
Jumlah Anak Daun 10 MSP
Jumlah Anak Daun 11 MSP
Jumlah Anak Daun 12 MSP
Jumlah Anak Daun 13 MSP
Jumlah Anak Daun 2-13 MSP

Uji F

Koefisien Keragaman (%)

tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
*
*
*
*
**

17.21
15.41
12.75
14.94
12.48
16.39
21.57
25.91
22.21
24.17
20.22
21.55
24.401

Keterangan: (1) hasil transformasi √
2 ; (tn) tidak berpengaruh signifikan; (*) berpengaruh
signifikan pada taraf kesalahan 5%.

 

Perlakuan tanpa pemupukan selalu menunjukkan nilai tengah terendah pada
10 hingga 13 MSP terhadap jumlah anak daun. Selain itu, perlakuan media
campuran kotoran ayam dan fertigasi kotoran ayam selalu menunjukkan nilai
tengah tertinggi pada 10 hingga 13 MSP. Perlakuan media campuran kotoran ayam
dan fertigasi kotoran ayam juga menunjukkan nilai tengah tertinggi pada parameter
jumlah anak daun 2-13 MSP dengan nilai tengah sebesar 29.77. Secara umum,
perlakuan pemupukan tidak berbeda signifikan dengan perlakuan pemupukan
lainnya. Perbedaan yang signifikan terlihat antara perlakuan pemupukan dengan
tanpa pemupukan (Tabel 9).

 
 

23 
 

Tabel 9. Jumlah Anak Daun pada Lima Perlakuan Pemupukan
No.

Jumlah
anak daun
(MSP)

Tanpa
pemupukan
(cm)

1
2
3
4
5
6

2
10
11
12
13
2-13

10.33
18.20b
20.33b
22.30b
28.50b
16.40c

Media
campuran
kotoran
kambing dan
fertigasi
kotoran
kambing
(cm)
9.33
31.73a
33.70ab
39.70a
44.20ab
23.27ab

Media
campuran
kotoran
kambing dan
fertigasi
kotoran
ayam
(cm)
8.20
28.90ab
31.50ab
38.53a
41.57ab
22.42b

Media
campuran
kotoran
ayam dan
fertigasi
kotoran
kambing
(cm)
8.73
29.33ab
36.33ab
41.63a
45.17ab
23.84b

Media
campuran
kotoran
ayam dan
fertigasi
kotoran
ayam
(cm)
9.00
41.47a
46.93a
53.73a
59.10a
29.77a

Keterangan: angka yang diikuti huruf yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan
memberikan hasil yang berbeda signifikan menurut uji DMRT.

Jumlah Bunga
Hasil sidik ragam menujukkan perlakuan memberikan hasil yang signifikan
pada taraf kesalahan 5% terhadap parameter jumlah bunga pada 6, 8, dan 11 MSP.
Perbedaan yang signifikan juga terlihat pada parameter jumlah bunga 2-13 MSP
(Tabe