Isolasi Flavonoida Dari Daun Tumbuhan Kemuning (Murraya Paniculata [L] Jack)

Isolasi flavonoida dari daun tumbuhan kemuning (Philippus H Siregar)
ISOLASI FLAVONOIDA DARI DAUN TUMBUHAN KEMUNING (Murraya paniculata [L] Jack)
Philippus H. Siregar Jurusan Kimia FMIPA Universitas Sumatera Utara Jl. Bioteknologi No. 1 Kampus USU Medan 20155

Abstrak
Isolasi senyawa flavonoida dari daun kemuning (Murraya paniculata (L) jack) dilakukan dengan cara maserasi memakai alat perkolator dengan pelarut petroleum eter. Ekstrak kasar dipekatkan dengan rotary vacuum evaporator. Lalu dilakukan skring fitokimia, dianalisis dengan KLT. Selanjutnya dengan kromatografi kolom yang menggunakan alumina 60 G netral (type E) sebagai fasa diam dan fasa gerak adalah petroleum eter 100%, petroleum eter: etil asetat (90: 10 v/v). Hasil dari kromatografi kolom dipantau kembali dengan kromatografi lapisan tipis dengan fasa gerak petroleum eter: etil asetat dan fasa diam alumina 60 GF254 netral (type E). Lalu noda dideteksi di bawah lampu ultraviolet dan ditest dengan pereaksi flavonoida. Fraksi yang ditampung dari hasil kromatografi kolom diuapkan pelarutnya sampai terbentuk kristal. Kristal yang terbentuk direkristalisasi, dianalisis dengan KLT dua dimensi dan diukur titik leburnya. Kristal yang telah murni selanjutnya dianalisis dengan Spektroskopi Infra Merah (FT-IR) dan Resonansi Magnetik Inti Proton (1H-NMR).
Kata Kunci: Isolasi, flavanoida

PENDAHULUAN
Tumbuhan kemining (Murraya paniculata (L) Jack) merupakan tumbuhan hutan, tumbuh di semak belukar atau ditanam orang sebagai perdu hias. Tumbuhan kmuning (Murraya paniculata (L) Jack) tumbuh kira-kira sampai setinggi 400 m di atas permukaan laut. Variasi morfologi besar sekali, tumbuhan kemuning biasanya dijumpai untuk memagari pekarangan adalah jenis yang berdaun kecil dan lebat. Tumbuhan yang termasuk suku Rutaceae ini, merupakan perdu atau pohon kecil yang bercabang banyak, tinggi 3 – 8 m, batangnya keras, beralur, tidak berduri. Daunnya merupakan daun majemuk menyirip ganjil dengan anak daun 3 – 9, yang tumbuh berseling, bentuk bundar telur sungsang, dengan ujung dan pangkal daun meruncing, tepi rata atau agak beringgit, panjang 2 – 7 cm, lebar 1 – 3 cm, permukaan licin dan mengkilat. Panjang tangkai daun 3 – 4 mm. Daun bila diremas tidak berbau. Bunganya bunga majemuk 1 – 8, warnanya putih, wangi keluar dari ujung batang atau ketiak daun. Buahnya buni berdaging, bulat telur atau bulat memanjang, lebar, merah mengkilat, panjang 8 – 12 mm, berbiji dua. Bagian tumbuhan yang sering digunakan

sebagai obat adalah daun, buah dan kulit. Tumbuhan ini dikenal dengan beberapa nama daerah, di Sumatera: Kemuning, kamunieng, di Jawa: kamuning, kamoneng, kemuning, Nusa tenggara: kajeni, kemuning, kamuni, kahabar, karizi, Sulawesi: kemuning, kamuni, kayu gading, kamoni, kamuning, palopo, Maluku: esehi, fanasa, kamoni, kamone.
Kegunaan tumbuhan kemuning antara lain dapat menyembuhkan memar karena benturan, sakit rematik, sakit gigi, sakit borok, epidemik encephalitis B, lokal anaesthesis, orchitis, bronchitis, infeksi saluran kecing, datang haid tidak teratur, mengurangi lemak tubuh berlebihan, gigitan serangga, ular, bisul gatal, eksim dan penyakit koreng.
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis ingin melakukan suatu penelitian terhadap daun kemuning.
BAHAN DAN METODE
Alat dan Bahan
Alat Untuk isolasi senyawa digunakan
kromatografi kolom dengan fasa diam Alumina 60 G netral (type E) sedangkan Komatografi
13

Lapisan Tipis digunakan Alumina 60 GF254 netral (type E), produk di analisa dengan spektroskopi UV, Infra Merah (FTIR), proton NMR (H1-NMR) juga titik leburnya.

Bahan Sampel yang diteliti adalah daun
tumbuhan kemuning (Murraya paniculata (L) Jack). Sampel dibersihkan, dikeringkan diudara terbuka, lalu dihaluskan dengan menggunakan blender, ditimbang serbuk daun tumbuhan kemuning sebanyak 1000 gram.
Uji Skrining Fitokimia Tumbuhan (Murraya paniculata (L)
Jack) dilakukan skrining fitokimia terlebih dahulu untuk mengetahui adanya senyawa flavonoida. 20 gram serbuk kering daun tumbuhan kemuning dimaserasi dengan petroleum eter selama 48 jam lalu disaring. Filtrat yang diperoleh dibagi lima:
1. filtrat pertama ditambah NaOH menghasilkan warna biru violet
2. Filtrat kedua ditambah H2SO4 menghasilkan warna orange kekuningan
3. filtrat ketiga ditambah Mg-HCl menghasilkan warna merah jambu
4. filtrat keempat ditambah Zn-HCl menghasilkan warna merah jambu
5. filtrat kelima ditambah FeCl3 menghasilkan warna kuning.
Pengadaan Ekstrak Petroleum Eter Daun
Tumbuhan Kemuning Serbuk daun kemuning ditimbang
sebanyak 1000 gram, dihidrolisis dengan HCl 2N sampai PH 2, lalu filtratnya disaring. Serbuk tumbuhan kemuning dicuci dengan aquadest sampah pH netral, disaring dan dikeringkan. Kemudian serbuk tumbuhan kemuning dimaserasi dengan petroleum eter selama 48 jam, disaring dan filtrat dipekatkan dengan rotary vacuum evaporator. Perlakuan ini dilakukan secara berulang-ulang hingga test untuk maserat menunjukkan hasil negatif dengan pereaksi flaonoida. Ekstrak pekat yang diperoleh dimasukkan ke dalam corong pisah, ditambah HCl 2N, dan dikocok sampai terbentuk dua lapisan. Lapisan bawah dipisahkan (tidak dilanjutkan), lapisan atas ditambah NH4OH 2N dan dikocok sampai terbentuk dua lapisan. Lapisan bawah dipisahkan (tidak dilanjutkan) dan lapisan atas dicuci dengan akuades hingga diperoleh fraksi netral petroleum eter daun kemuning sebanyak 46 gram.
14

Jurnal Sains Kimia (Suplemen) Vol 9, No.3, 2005: 12-14
Isolasi Senyawa Flavonoida Dengan
Kromatografi Kolom. Selanjutnya terhadap ekstrak pekat daun kemuning dilakukan isolasi flavonoida dengan cara menggunakan kromatografi kolom. Fasa diam alumina dan fasa gerak petroleum eter 100%: campuran petroleum eter: etil asetat (90: 10 v/v). Fraksi yang keluar ditampung, pelarut diuapkan, dimurnikan hingga diperoleh kristal. Kristal hasil isolasi senyawa flavonoida dari tumbuhan kemuning (Murraya paniculata (L) Jack diperoleh kristal kuning berbentuk jarum sebanyak 99.6 mg dengan titik lebur 197 – 198 oC. UV. (MeOH) λ maks 400 – 410 nm. FTIR v. 2918.1 – 2848, 1739.7 – 1706.9, 1647.1, 1456.2, 1375.2, 1232.4 – 1022.2, 972.1 – 887.2 cm-1. 1H-NMR (CDCl3/TMS) (δ/ppm) 0.6 – 3.0 (multiplet), 4.2 – 5.8 (multiplet).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Perbandingan λ maks senyawa pembanding dari literatur dengan senyawa hasil isolasi adalah 390 – 430 nm: 400 – 410 nm. Sedangkan hasil interpretasi spektrum infra merah pada bilangan gelombang 2918.1 – 2848.7 cm-1 (kuat) menunjukkan vibrasi rentangan –CH dari –CH2, pada 1739.7 – 1706.9 cm-1 (sedang) menunjukkan vibrasi gugus –CO, 1647.1 cm-1 (lemah) menunjukkan vibrasi rentangan –C=C-, 1456.2 (sedang) menunjukkan –CH dari CH3, 1375.2 (sedang) menunjukkan serapan –CH3, 1232.4 – 1022.2 cm-1 menunjukkan vibrasi rentangan –C-O pada alkohol dan 972.1 – 887.2 cm-1 menunjukkan vibrasi ulur dari HC=C-. interpretasi spektrum H1-NMR δ 0.6 – 3.0 ppm (senyawa pembanding kira-kira 1.7 ppm) dengan puncak multiplet menunjukkan adanya pergeseran kimia proton (CH2-CH=C(CH3)2), (pembanding kira-kira 2.7 ppm) CH3OCO-, -C-CH3, aromatik, (senyawa pembanding 2.3 ppm) H-3 flavanon, δ 4.2 – 5.8 ppm (senyawa pembanding 4.2 – 6.0 ppm) dengan puncak multiplet menunjukkan adanya (H-2 dihidroflavonol), (H-2 flavanol), (-O-CH2O-). Titik lebur senyawa hasil isolasi 197 – 198 oC sedangkan untuk senyawa pembanding 196 – 197oC. Dari uraian di atas maka dapat disimpulkan senyawa yang diperoleh dari hasil isolasi mirip dengan senyawa auron.


Isolasi flavonoida dari daun tumbuhan kemuning (Philippus H Siregar)
KESIMPULAN
Daun tumbuhan kemuning (Murraya paniculata (L) Jack mengandung senyawa flavonoida kristal kuning berbentuk jarum sebanyak 99.6 mg dengan titik lebur 197 – 198oC.
DAFTAR PUSTAKA
Harborne, J.B., 1996, Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisa Tumbuhan, Terjemahan Kosasih Padmawinata dan Iwang Sudiro, Edisi kedua, Penerbit ITB, Bandung. Hal. 76 79
Manitto, P., 1992, Biosintesis Metabolit Sekunder, Terjemahan Koensomardiyah dan B. Sudarto, Penerbit IKIP Semarang Press, Semarang. Hal. 434 - 446
Herbert, 1995, Biosintesis Metabolit Sekunder, Terjemahan Bambang Sri Gamdono, Cetakan Pertama, Penerbit IKIP Semarang Press, Semarang. Hal. 118 – 123
Chowdhurry, B. K., 1971, Hibiscetin Heptametyl Ether, a Natural Flavone, Journal Indian Chem., Vol. 7. Page 80 82.
Joshi, B. S., 1969, Structure of Exoticin, a Flavone fro the Leaves of Murraya exotica Linn, Indian J. Chem., Vol. 7. Page 636.
Dreyer, L. D., 1968, Chemotaxonomy of the Rutaceae, Constituent of Murraya paniculata (Linn.) Jack, The Journal of Organic Chemistry, Vol. 33. No. 3658. Page 3575
Gritter, R. J., Pengantar kromatografi, Terjemahan Kosasih Padmawinata, Edisi kedua, Penerbit ITB Bandung, Hal. 107 – 109.
Silverstein, R. M., 1998, Penyidikan Spektrometrik Senyawa Organik, Terjemahan A. J. Hatomo, Anny Victor Purba, Edisi Keempat, Penerbit Erlangga, Jakarta. Hal. 95 – 97
Sastrohamidjojo, H., 1991, Spektroskopi, Edisi Kedua, Cetakan Pertama, Penerbit Liberty, Yogyakarta. Hal. 68, 102.

15