Tingkatkecemasanpasien Rehabilitasinarkoba Di Al-Kamalsibolangitcentrerehabilitation For Drugaddictkecamatansibolangitprovinsi Sumatera Utara
LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN (Informed concent)
Assalamuallaikum Wr, Wb
Saya Bukhari adalah mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Medan yang melakukan penelitian dengan judul “Tingkat Kecemasan Pasien Rehabilitasi Narkoba di Al-Kamal Sibolangit Center Rehabilitation For Drug Addict Kecamatan Sibolangit Provinsi Sumatera Utara Tahun 2015.”. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi Tingkat Kecemasan Pasien Rehabilitasi Narkoba. Penelitian ini merupakan salah satu kegiatan sebagai langkah awal untuk menyelesaikan skripsi di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
Dalam lampiran berikut terdapat beberapa pernyataan yang berhubungan dengan penelitian. Untuk itu, saya mohon dengan segala kerendahan hati agar kiranya saudara-saudari bersedia meluangkan waktunya untuk menjawab pertanyaan berikut yang akan saya susun. Kejujuran saudara-saudari dalam mengisi kuesioner ini sangat saya hargai. Jawaban yang saudara-saudari berikan akan saya jamin kerahasiannya. Informasi yang saudara-saudari berikan hanya akan dipergunakan untuk pengembangan ilmu keperawatan dan tidak akan di pergunakan untuk maksud lain.
Jika saudara-saudari berkenan menjadi partisipan pada penelitian ini, silahkan saudara-saudari menandatangani Surat persetujuan ini pada tempat yang telah disediakan sebagai bukti kesukarelaannya. Terima kasih atas partisipasi saudara-saudari pada penelitian ini.
Tanda tangan : ( )
Tanggal : Kode responden :
(2)
tak Ka
Lampiran
KUESIONER PENELITIAN
Kode Responden:…
I. DATA DEMOGRAFI
Petunjuk Pengisian Berilah tanda Check list (√) pada jawaban yang paling sesuai dengan situasi dan kondisi Bapak/Ibu/Saudara/I.
1. Inisial Nama :
2.
Umur :
3. Jenis Kelamin : Laki-laki perempuan
4. Agama : Islam Kristen Katolik
5.
Pendidikan Terakhir :
Hindu Budha
6. Suku : Ba ro Jawa
Melayu
(3)
II. Kuesioner Tingkat Kecemasan Penilaian
Petunjuk Pengisian Berilah Tanda Check List (√) Pada Jawaban Yang Paling Sesuai Dengan Yang Bapak/Ibu/Saudara/I Rasakan Saat Ini Degan Sekala Penilaian:
0 = Tidak ada gejala sama sekali
1 = Ringan / Satu dari gejala yang ada
2 = Sedang / separuh dari gejala yang ada
3 = Berat / lebih dari ½ gejala yang ada
4 = Berat sekali / semua gejala ada
Gejala kecemasan nilai angka (score)
1 perasaan cemas (ansietas) 0 1 2 3 4
cemas
firasat buruk
takut akan pikiran sendiri
mudah tersinggung
2 ketegangan 0 1 2 3 4
merasa tegang
lesu
tidak bisa istirahat tenang
mudah terkejut
mudah menangis
gemetar
gelisah
3 ketakutan 0 1 2 3 4
pada gelap
pada orang asing
ditinggal sendiri
pada binatang besar
pada keramaian atau lalu lintas
pada kerumunan orang banyak
4 gangguan tidur 0 1 2 3 4
sukar masuk tidur
(4)
tidur tidak nyenyak
bangun dengan lesu
banyak mimpi
mimpi buruk
mimpi menakutkan
5 gangguan kecerdasan 0 1 2 3 4
sukar konsentrasi
daya ingat menurun
daya ingat buruk
6 perasaan depresi (murung) 0 1 2 3 4
hilangnya minat
berkurang kesenangan pada hobi
sedih
bangun dini hari
perasaan berubahubah sepanjang hari
7 gejala somatik / fisik (otot) 0 1 2 3 4
sakit dan nyeri di otot-otot
kaku
kedutan otot
gigi gemeletuk
suara tidak stabil
8 gejala somatik / fisik (sensorik) 0 1 2 3 4
tinitus (telinga berdenging)
penglihatan kabur
muka merah atau pucat
merasa lemas
perasaan ditusuk-tusuk
9 gejala kardiovaskuler 0 1 2 3 4
takikardia
berdebar-debar
nyeri di dada
denyut nadi mengeras
rasa lesu/lemas seperti mau pingsan detak jantung menghilang (berheti sekejap)
10 gejala respiratori (pernapasan) 0 1 2 3 4
rasa tertekan atau sempit di dada
rasa tercekik
sering menarik nafas
(5)
11 gejala gastrointestinal (pencernaan) 0 1 2 3 4
sulit menelan
perut melilit
gangguan pencernaan
nyeri sebelum dan sesudah makan
perasaan terbakar di perut
rasa penuh atau kembung
mual
muntah
buang air besar lembek
sukar buang air besaar (konstipasi)
kehilangan berat badan
12 gejala urogenital (perkemihan dan kelamin) 0 1 2 3 4
sering buang air kecil
tidak dapat menahan air seni
tidak datang bulan
darah haid berlebihan
darah haid amat sedikit
masa haid berkepanjangan
masa haid amat pendek
haid beberapa kali dalam sebulan
menjadi dingain (frigid)
ejakulasi dini
ereksi melemah
ereksi hilang
13 gejala autonom 0 1 2 3 4
mulut kering
muka merah
mudah berkeringat kepala pusing
kepala terasa berat
kepala terasa sakit
bulu-bulu berdiri
14 tingkah laku (sikap) pada wawancara 0 1 2 3 4
gelisah
tidak tenang
jari gemetar
kerut kening
muka tegang
otot tegang / mengereas
nafas pendek dan cepat
(6)
Master Tabel
No Umur JK Agama Pendidikan Suku p1 p2 p3 p4 p5 p6 p7 p8 p9 p10 p11 p12 p13 p14
1 31 Laki-Laki Kristen S1 Batak 2 1 0 1 0 1 2 1 1 0 1 1 1 1 2 49 Laki-Laki Kristen SMA Batak 3 2 2 1 1 2 1 1 1 1 2 1 3 2 3 34 Laki-Laki Kristen SMP Batak 3 1 1 1 3 1 3 2 3 1 1 2 1 2 4 27 Laki-Laki Islam SMA Batak 1 2 1 2 3 1 1 1 1 0 2 1 1 1 5 34 Laki-Laki Islam SMA Batak 1 1 0 1 0 0 3 1 1 1 1 0 0 1 6 18 Laki-Laki Islam SMA Jawa 4 1 3 3 2 3 0 2 0 0 1 1 1 1 7 52 Laki-Laki Islam SMA Batak 1 1 2 1 2 2 1 2 1 1 1 1 1 1 8 19 Laki-Laki Islam SMA Lainya 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 2 1 9 42 Laki-Laki Islam SMA Jawa 2 1 2 2 3 1 1 2 2 1 1 1 1 2 10 29 Laki-Laki Kristen SMP Batak 1 2 0 2 4 2 1 1 1 0 1 1 2 1 11 27 Laki-Laki Islam SMA Batak 3 2 2 3 3 3 1 3 0 1 1 2 1 1 12 33 Laki-Laki Katolik SMP Batak 1 2 1 2 3 3 2 2 1 1 2 2 3 3 13 34 Laki-Laki Islam DIII Batak 1 2 0 1 2 0 1 0 2 1 1 0 1 0 14 37 Laki-Laki Islam SMA Melayu 2 2 2 2 3 1 1 1 0 1 2 1 2 1 15 41 Laki-Laki Islam SD Batak 1 1 0 1 4 3 2 2 2 1 2 1 2 0 16 29 Laki-Laki Islam DIII Batak 2 2 1 2 0 2 1 1 0 0 1 2 0 1 17 35 Laki-Laki Kristen SMP Batak 1 1 2 2 4 2 2 1 1 0 1 1 2 1 18 26 Laki-Laki Islam SMA Jawa 3 2 1 2 3 2 2 1 0 1 1 0 1 2 19 28 Laki-Laki Islam SMA Jawa 3 2 1 3 3 2 1 1 0 0 2 1 1 2 20 34 Laki-Laki Islam SMA Jawa 2 2 3 1 3 3 1 1 0 0 1 2 1 1 21 23 Laki-Laki Katolik SMA Karo 3 3 3 2 3 3 2 3 1 1 2 2 3 2 22 21 Laki-Laki Kristen SMA Batak 1 3 1 2 1 2 1 1 0 0 1 1 0 1 23 31 Laki-Laki Islam SMA Batak 2 2 1 2 2 1 1 3 1 1 2 1 3 1 24 28 Laki-Laki Katolik SMP Karo 3 3 1 2 3 3 2 1 2 1 2 1 3 2 25 34 Laki-Laki Katolik S1 Karo 2 2 1 2 1 2 2 1 1 0 0 2 1 1 26 24 Laki-Laki Islam DIII Jawa 2 1 3 3 3 2 2 1 1 0 1 1 2 2 27 26 Laki-Laki Islam SMA Lainya 2 2 1 2 2 1 2 1 0 0 2 0 1 1 28 18 Laki-Laki Katolik SMP Karo 2 2 3 3 3 2 1 0 0 1 2 1 0 3
(7)
30 33 Laki-Laki Katolik SD Karo 3 3 2 3 4 3 2 3 2 1 2 2 3 2 31 40 Laki-Laki Islam SMA Batak 1 0 1 2 1 1 2 0 1 1 1 1 1 0 32 34 Laki-Laki Kristen SMA Jawa 1 1 1 3 3 2 1 1 2 1 2 2 1 1 33 39 Laki-Laki Katolik SMP Batak 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 2 3 34 42 Laki-Laki Katolik SMA Batak 2 1 2 1 3 1 2 2 1 2 1 1 1 2 35 27 Laki-Laki Islam SMA Jawa 1 1 1 2 4 4 4 3 3 2 1 1 1 3 36 35 Laki-Laki Islam SMA Batak 1 1 1 2 3 2 1 1 1 1 2 2 1 1 37 29 Laki-Laki Islam SMA Jawa 1 2 1 2 4 2 2 1 1 1 2 1 1 0 38 31 Laki-Laki Islam SMA Batak 3 1 0 1 2 2 1 1 1 1 2 1 1 2 39 26 Laki-Laki Kristen DIII Batak 1 1 1 1 3 3 1 1 1 1 1 0 0 1 40 27 Laki-Laki Islam S1 Lainya 4 1 1 3 3 3 2 2 1 1 2 2 1 1 41 32 Laki-Laki Islam SMA Jawa 2 1 1 2 4 3 2 3 1 1 2 2 3 3
(8)
Nomor Lampiran Perihal
FAKULTAS KEPERAWATAN
Jalan Prof Ma'as No. 3 Kampus USU Medan 20155Telp./ Fax: (061) 8213318 Laman : http://fkep.usu.ac.id/
Q.$1!3 IUN5.2.1.13/PPM/2015
3
0 DEC 2015
: Uji Reliabilitas Instrumen Penelitian
Yth. Pimpinan Klinik Rehabilitasi Narkoba Jln. Setia Budi
Di Medan
Sehubungan dengan kegiatan penelitian yang akan dilaksanakan mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara, maka kami mohon kesediaan Bapak/Ibu memberikan ijin untuk melakukan uji reliabilitas instrumen penelitian bagi mahasiswa kami yang tersebut di bawah ini :
Nama NIM Jurusan Judul Bukhari 141121037 S1 Keperawatan
Tingkat Kecemasan Pasien Rehabilitasi Narkoba di Rumah Sakit Jiwa Prof Dr. Muhammad Ildrem Provinsi Sumatera Utara
Demikian surat ini kami sampaikan, atas perhatian yang diberikan diucapkan tetima kasih.
Tembusan:
1. Yang bersangkutan 2. Pertinggal
(9)
Medan
Tel
p
...
061
-
8214
'l3t Hp.. 0
812601.
6150
Sehubungan dengan kegiatan Uji Reliabilitasi lnstrnmen Penelitian yang dilakukan 4i
K1inik Ketergantungan Napza Setia Budl
Nama :Bukhari
; l4112l037 : Sl Keperawatan
Telah melakukan kegiatan penelitian di Klin.ik Ketergantungan Napza Setia Budi
Demikian :sural ini rliperhualseper]unya
(10)
Telp./ Fax: (061) 8213318
Laman: http://fkep.usu.ac.id/
Nomor Lampiran Perihal
: 0301UN5.2.1.13/PPM/2016
1 3 JAN
2016
: Ijin Penelitian
Yth. Pimpinan Sibolangit Center Rehabilitation for Drug Addict
Di Sibolangit, Kab. Deli Serdang
Sehubungan dengan kegiatan penelitian yang akan dilaksanakan mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara, maka kami mohon kesediaan Bapak/Ibu memberikan ijin untuk
melakukan penelitian bagi mahasiswa kami yang tersebut di bawah ini :
Nama NIM Jurusan Judul
Bukhari 141121037 S1 Keperawatan
Tingkat Kecemasan Pasien Rehabilitasi Narkoba di Sibolangit Center
Rehabilitation for Drug Addict Kec. Sibolangit Sumut Tahun 2015
Demikian surat ini kami sampaikan, atas perhatian yang diberikan diucapkan terima kasih.
Tembusan :
1. Yang bersangkutan
(11)
Laman: http://fkep.usu.ac.id/
Nomor Lampiran Perihal
:
030
/UN5.2.1.13/PPM/20161 3
JAN
2016
: ljin Penelitian
Yth. Kepala Pusat Informasi Narkoba Sumatera Utara (PINSU)
Di Medan
Sehubungan dengan kegiatan penelitian yang akan dilaksanakan mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara, maka kami mohon kesediaan Bapak/Ibu memberikan ijin untuk
melakukan penelitian bagi mahasiswa kami yang tersebut di bawah ini :
Nama N1M Jurusan Judul
Bukhari 141121037 S1 Keperawatan
Tingkat Kecemasan Pasien Rehabilitasi Narkoba di Sibolangit Center Rehabilitation for Drug Addict Kec. Sibolangit Sumut Tahun 2015
Demikian surat ini kami sampaikan, atas perhatian yang diberikan diucapkan terima kasih.
Tembusan:
1. Yang bersangkutan 2. Pertinggal
(12)
Nomor Lampiran Hal
INDONESIA
INDONESIAN MOVEMENT F
OR ANTI DR
U
G
S ABUSE
: 12/GAN/Sek/I/2016 Medan, 21 Januari 2016
: Telah Selesai Melakukan
Penelitian.-
Kepada Yang Terhormat, Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara di-Tempat Dengan Hormat,
Salam dan do'a kami semoga Bapak/Ibu tetap dalam lindungan Tuhan Yang Maha Esa, serta senantiasa sukses dalam menjalankan tugas sehari-hari.
Berdasarkan surat yang kami terima dari Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara, dengan nomor : 030/UN5.2.1.13/PPM/2016, perihal Permohonan Izin Penelitian ke Pusat Rehabilitasi "Al-Kamal Sibolangit Centre", dengan ini kami menerangkan bahwa mahasiswa yang tersebut di bawah ini:
Nama NIM Prog. Kekhususan : Bukhari : 141121037 : Keperawatan
telah selesai melakukan penelitian dan pengambilan data di Sibolangit Centre Rehabilitation For Drug Addict, yang dilakukan untuk penulisan Skripsi dengan judul : "Tingkat Kecemasan Pasien Rehabilitasi Narkoba di Sibolangit Centre Rehabilitation for Drugs Addict Kec. Sibolangit Sumut Tahun 2015". Dengan ini kami juga memberitahukan bahwa mahasiswa tersebut diatas akan menyerahkan 1 (satu) eks copy Skripsi kepada Gerakan Anti Narkoba (GAN) Indonesia. Demikian surat ini kami sampaikan, atas perhatiannya kami ucapkan terima kasih.
e
-
ngurus=GAN Indonesia
. Zulkarnain Nasution MA Sekretaris Jenderal
(13)
TAKSASI DANA
1. Persiapan Proposal
a. Biaya Mengeprint : Rp 200.000,- b. Pengumpulan sumber-sumber tinjauan pustaka : Rp 300.000,- c. Perbanyak Proposal : Rp 200.000,- d. Biaya Internet : Rp 150.000.- 2. Pengumpulan Data
a. Survei awal : Rp 250.000,- b. Transportasi : Rp 300.000,- 3. Analisa Data dan Penyususnan laporan Penelitian
a. Biaya kertas dan tinta print : Rp 200.000,-\ b. Penjilidan : Rp 200.000,- c. Pengadaan laporan penelitian : Rp 350.000,-
(14)
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Identitas Diri
Nama : Bukhari
Tempat, Tanggal Lahir : Tumpuk Tengah, 08 Agustus 1991
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Alamat :Desa Tumpuk Tengah Kec. Bendahara, Kabupaten Aceh Tamiang
Identitaas Orang Tua
Nama Ayah : H. Sanusi Ali
Nama Ibu : Hj. Khadijah
Alamat :Desa Tumpuk Tengah, kec Bendahara
Kabupaten Aceh Tamiang
Riwayat Pendidikan
1. Tahun 1998 - 2004 : SD Negeri 01 Lubuk Batil
2. Tahun 2004 - 2007 : SMP Negeri 01 Bendahara
3. Tahun 2007 - 2010 : SMA Negeri 01 Bendahara
4. Tahun 2010 - 2013 : Poltekkes Kemenkes Aceh, Langsa
(15)
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik (Edisi
Revisi). Jakrta: Rineka Cipta.
BNN. (2013). Perkembangan Ancaman Bahaya Narkoba di Indonesia.
http://www.bnn.go.id pdf. di akses tanggal 16 april 2015.
. (2015). Waspada Peredaran Narkoba Jenis Baru
. http://www.bnnktarakan.com. di akses tanggal 25 Mei 2015.
BNNK. Deli Serdang. (2015) Data Lapas Kelas IIB Lubuk http://BNNK..Deli
Serdang.com. . di Akses Tanggal 25 Mei 2015.
Davidson, GC & Kring A.M. (2004) Psikologi Abnormal. Edisi. 9. Jakarta: Pt
Raja Grafindo Persada.
Dalley, D. C. (2001). Clinician’s Guide to Mental Illness. Singapore: Mc Graw
Hill.
Depkes. (2009) Kategori Umur Menurut Depkes RI. di Akses Tanggal 8 agustus
2015 . https://www.scribd.com.
Firdaus, A. (2010). Terpi Metadon & Hubungannya Dengan Intensitas
Kecemasan & Tingkat Depresi Pasien Narkoba Puskesmas Tebet Jakarta. Di Akses Tanggal 8 September 2015. http://repository.uinjkt.ac.id.
Hawari, D. (2006). Penyalahgunaan & Ketergantungan NAZA, Jakarta : FKUI.
(16)
Hamilton, M. (1959). Hamilton Anxiety Rating Scale (HAM-A). di Akses Tanggal
25 Mei 2015.
Http://pdbp.Ninds./Hamilton/Anxiety/Rating/Scale(HAM-A).pdf.
Jihan, (2009). Efektifitas Terapi Perilaku Kognitif (Cognitive Behaviour Therapy)
Relaksasi & Distraksi Pada Pasien Kanker Di RSUP HAM Medan. di Akses Tanggal 8 September 2015. http://reporitory.usu.ac.id.
Kemenkes. (2014). Situasi & Analisis Penyalahgunaan Narkoba. http;//www.d
epkes.go.id. di Akses Tanggal 06 April 2015.
. (2014). Gambaran Umum Penyalahgunaan Narkoba di Indonesia.
http://www.depkes.go.id. di Akses Tangal 14 April 2015.
Lydia H.M. & Satya J. (2008). Membantu Pemulihan Pecandu Narkoba &
Keluarg, Jakarta: Balai Pustaka.
Lubis, N.L. (2009). Depresi tinjauan psikologis. Jakarta: Kencana
Martono, L.H & Joewana, S. (2008). Belajar Hidup Bertanggung Jawab
Menagkal Narkoba & Kekerasan, Jakarta: Balai Pustaka.
Notoatmodjo, Soekidjo. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta:
Rineka Cipta
Nursalam. ( 2013). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan, pendidikan praktis,
Edisi 3. Jakarta: Slemba Medika.
Rozak, A. & Sayuti, W. (2006). Remaja & Bahaya Narkoba,, Jakarta: Persada
Media Group.
Schreiber, J. A Bronchopp, D.Y. (2011). Anxiety-Five Years Later-What Do We
Know About Religion/Spirituality And Psikologicalwell-Being- Among Breas Cancer Survivor? A System Review. di Akses Tanggal 2 Desember 2015. http://www.proquets.com
(17)
Setiadi. (2007). Konsep & penulisa riset keperawatan, Yogyakarta: Citra ilmu
Setyaningsi, F.D. Dkk. (2011). Hubungan Antara Dukungan Emosional
Keluargadan Resiliensi Dengan Kecemasan Menghadapi Kemoterapi Pada Pasien Kanker di RSUD Dr. Moewardi Surakarta. Di Akses Tanggal 26 Desember 2015 jurnalwacana.psikologi.fk.uns.ac.id.
Sumiati. DKK. (2009). Kesehatan jiwa remaja dan konseling, Jakarta: Trans Info
Media.
Stuart, G. W. (2007). Buku Saku Keperawatan Jiwa, Edisi 5. Jakarta:EGC
UNODC. (2013). Waspada Peredaran Narkoba Jenis Baru. di Akses 25 Mei
2015 http://www.bnnktarakan.com
WHO. (2012). WHO Ulas Isu Kesehatan Dalam Konteks Dampak
Penyalahgunaan Narkoba. di Akses 26-Mei 2015 http://www.bnn.go.id/
Yaputra. A . (2012). Hubungan Antara Dukungan Keluarga Dengan Tingkat
Kecemasan Residen Penyalahgunaan Napza di Panti Sosial Pamardi Putra Yogyakarta. di Akses tanggal 09 Oktober 2015 http://journal.respati.ac.id
Varoy, H. (2010). Depression, Anxiety, & History Of Substance Abuse Among
Norwegian Inmates In Preventive Detention di Akses Tanggal 25
(18)
BAB III
KERANGKA KONSEP
3.1. Kerangka Konsep
Kerangka penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini menggambarkan
tingkat kecemasan pasien rehabilitasi narkoba di Al-Kamal Sibolangit Center
Rehabilitation For Drug Addict Kecamatan Sibolangit Provinsi Sumatera Utara Tahun 2015. Secara skematis kerangka penelitian tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:
Tingkat Kecemasan Pasien Rehabilitasi
Narkoba
Skema 3.1. Kerangka Konsep
Tingkat kecemasan 1.Tidak Cemas 2.Ringan 3.Sedang 4.Berat 5.Berat sekali 55
(19)
3.2 Defenisi Operasional
Definisi Operasional adalah mendefinisikan variabel secara operasional berdasarkan karakteristik yang di amati ketika melakukan pengukuran secara cermat terhadap suatu fenomena dengan menggunakan parameter yang jelas (Hidayat, 2007).
Tabel 3.1. Definisi Operasional Tingkat Kecemasan Pada Pasien Rehabilitasi
Narkoba
variabel Defenisi
Operasional Alat Ukur
Hasil Ukur Skala
Ukur Tingkat kecemasan pasien rehabilitasi narkoba Kecemasan adalah respons emosi tanpa objek yang spesifik pada pasien pengguna narkoba saat menjalani rehabilitasi yang meliputi:
- Perasaan cemas - Ketegangan - Ketakutan - Gangguan tidur - Gangguan kecerdasan - Perasaan depresi
- Gejala somatik/fisik
(otot)
- Gejala somatik/fisik
(sensorik)
- Gejala kardiovaskuler - Gejala respiratori - Gejala gastrointestinal - Gejala urogenital - Gejala autonom - Tingkah laku (sikap)
Dengan menggunakan kuesioner dengan jumlah 14 pernyataan
dari Hamilton anxiety
rating scale dengan cara penilain:
0 = Tidak ada gejala sama sekali 1 = Ringan / Satu dari
gejala yang ada 2 = Sedang / separuh
dari gejala yang ada
3 = Berat / lebih dari ½ gejala yang ada 4 = Berat sekali /
semua gejala ada
a. Tidak cemas. < 14 b. Ringan 14-21 c. Sedang 22-29 d. Berat 30-37
e. Berat sekali
38-56
(20)
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1. Desain Penelitian
Desain penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif, yaitu untuk mengidentifikasi tingkat kecemasan pasien rehabilitasi narkoba di Al-
Kamal Sibolangit Center Rehabilitation For Drug Addict Kecamatan Sibolangit
Provinsi Sumatera Utara.
4.2. Populasi dan Sampel Penelitian
4.2.1 Populasi Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien rehabilitasi narkoba di
Al-Kamal Sibolangit Center Rehabilitation For Drug Addict Kecamatan
Sibolangit Provinsi Sumatera Utara yang berjumlah 41 orang.
4.2.2. Sampel Penelitian
Sampel penelitian adalah seluruh dari populasi pasien rehabilitasi di Al-
Kamal Sibolangit Center Rehabilitation For Drug Addict Kecamatan Sibolangit
Provinsi Sumatera Utara, dengan jumlah 41 orang responden. Dengan teknik total
Sampling yaitu teknik pengambilan sampel dimana jumlah sampel sama dengan populasi (Sugiono, 2007). Alasan mengambil total sampling karena menurut Sugiono (2007) jumlah populasi yang kurang dari 100 seluruh populasi dijadikan sampel.
(21)
4.3. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Al-Kamal Sibolangit Center Rehabilitation
For Drug Addict Kecamatan Sibolangit Provinsi Sumatera Utara. Waktu penelitian dilakukan pada tanggal 18-20 Januari 2016.
4.4. Pertimbangan Etik
penelitian ini dilakukan setelah proposal penelitian selesai di uji dan peneliti mendapatkan izin serta rekomendasi dari Fakultas Keperawatan Universitas Sumatra Utara dan izin dari pimpinan Gerakan Anti Narkoba
Indonesia/Al-Kamal Sibolangit Center. Setelah mendapat izin, peneliti mulai
mendata responden yang sesuai dengan kriteria peneliti. Setelah mendapatkan
data responden, peneliti memberikan lembar persetujuan (Infom konsent) kepada
responden. Sebelum responden mengisi dan menandatangani lembar persetujuan, peneliti terlebih dahulu memperkenalkan diri dan menjelaskan tentang maksud, tujuan, prosedur penelitian yang akan dilakukan. Tetapi jika calon responden tidak bersedia, maka calon responden berhak untuk mengundurkan diri selama proses dan tidak akan memaksa dan akan tetap menghargai hak responden. Peneliti akan menjaga identitas responden dengan memakai inisial serta tidak mencampuri hal-
hal responden yang bersifat pribadi (Anonimity). Kerahasiaan mengenai data
responden akan di musnahkan, serta data-data yang diproleh hanya digunakan
untuk kepentingan penelitian (Confidentiality). Apabila dalam kuesioner
responden kurang mengerti, responden dipersilah kan bertanya kepada peneliti dan peneliti akan memberikan penjelasan. Setelah seluruh kuesioner dijawab responden kemudian dikembalikan kepada peneliti.
(22)
4.5. Instrumen Penelitian
Instrument yang digunakan dalam penelitian ini dibuat dalam bentuk kuesioner. Kuesioner terdiri dari 2 bagian yaitu: satu data demografi, dua tingakat kecemasan pasien rehabilitasi pengunaan narkoba.
4.5.1. Data Demografi Responden
Data demografi responden meliputi: kode responden, inisial nama, usia, jenis kelamin, agama, dan suku. Data demografi tidak akan dianalisa, tetapi untuk mengetahui karakteristik responden.
4.5.2. Tingkat Kecemasan
Kuesioner tingkat kecemasan ini menggunakan skala Hamilton Anxienty
Rating Scale yang terdiri dari 14 pernyataan dimana disajikan dalam bentuk peryataan dengan 5 pilihan jawaban alternative yang teridiri dari Tidak ada gejala sama sekali 0, Ringan/ Satu dari gejala yang ada 1, Sedang / separuh dari gejala yang ada 2, Berat / lebih dari ½ gejala yang ada 3, Berat sekali / semua gejala ada 4. Dalam menentukan interval kelas pada penelitian ini dapat digunakan rumus sudjana, (2005).
Panjang kelas = Rentang kelas
(23)
Kuesioner tingkat kecemasan terdiri dari 14 pernyataan dengan nilai tertinggi 56 dengan nilai terendah 14 sehingga rentang sebesar 42, dengan kategori yaitu tidak ada cemas, ringan, sedang, berat, berat sekali, sehingga didapat panjang 8,4. Maka hasil ukur didapatkan tidak ada cemas <14, kecemasan ringan 14-21, tingkat kecemasan sedang 22-29 tingkat kecemasan berat 30-37, dan tingkat kecemasan berat sekali 38-56.
4.6 Uji validitas dan reliabilitas
4.6.1 Uji validitas
Instrument Hamilton Rating Scale For Anxiety (HRS-A) ini tidak di uji
valid karena instrument ini sudah baku dan sudah pernah dilakukan oleh penelitian sebelumnya dari Yaputra dalam penelitian nya tentang hubungan antara dukungan keluarga dengan tingkat kecemasan residen penyalahgunaan napza di Panti Sosial Pamardi Putra Yogyakarta Tahun 2012. Dengan hasil 0,84.
4.6.2 Reliabilitas
Reliabilitas menunjuk pada suatu pengertian bahwa sesuatu instrument cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpulan data karena instrument tersebut sudah baik. Instrument yang baik tidak bersifat tendensius mengarah responden untuk memilih jawaban-jawaban tertentu. Instrument yang sudah dapat dipercaya, yang reliabel menghasilkan data yang dapat dipercaya juga. Reliabel artinya dapat dipercaya, jadi dapat diandalkan dengan menggunakan rumus nilai reliabilitas diatas 0,70. Uji reliabilitas dilakukan di Klinik Rehabilitasi Narkoba Setia Budi Medan, sebanyak 30 orang respoden.
(24)
Uji reliabilitas kuesioner Tingkat kecemasan menggunakan program
komputerisasi analisis Cronbach Alpha. Rumus Cronbach Alpha digunakan untuk
mencari reliabilitas instrument yang skornya bukan 1 dan 0, melainkan skornya merupakan rentangan antara beberapa nilai misalnya 0-10 atau yang berbentuk skala 1-3, 1-5, dan seterusnya. Hasil uji reliabilitas kuesioner Tingkat kecemasan
pasien rehabilitasi narkoba menggunakan rumus Cronbach Alpha adalah 0.905,
maka kuesioner Tingkat kecemasan pasien rehabilitasi narkoba dinyatakan reliabel.
4.7. Pengumpulan Data
Proses pengumpulan data dilakukan setelah terlebih dahulu peneliti mengajukan permohonan pelaksanaan penelitian pada bagian pendidikan (Fakultas Keperawatan Universitas Sumutera Utara) dan permohonan izin dikirim
ke Al-Kamal Sibolangit Center Rehabilitation For Drug Addict Kecamatan
Sibolangit Provinsi Sumatera. Setelah mendapatkan izin dari Kepala rehabilitasi
Al-Kamal Sibolangit Center Rehabilitation For Drug Addict Kecamatan
Sibolangit Provinsi Sumatera Utara, peneliti melaksakan pengumpulan data
penelitian, kemudian peneliti memberikan lembar persetujuan (Informed Consent)
kepada pasien sebagai responden. Dalam pengumpulan data peneliti memperkenalkan diri, menjelaskan maksud, tujuan, manfaat dan proses penelitian. Dan meminta kesediaan responden untuk berpartisipasi dalam penelitian dengan menandatangani lembar persetujuan menjadi responden yang telah disediakan. Selanjutnya peneliti melakukan wawancara terkait dengan isi kuesioner selama 10 menit, dan responden diminta untuk menjawab pertanyaan
(25)
yang peneliti ajukan. Setelah semua responden menjawab pertanyaan, maka peneliti mengumpulkan data untuk dianalisa.
4.8. Analisa Data
Analisa data dilakukan setelah data terkumpul melalui beberapa
tahap dimulai dari Editing, dilakukan pengecekan data yang telah terkumpul,
bila terdapat kesalahan dan kekurangan dalam pengumpulan data maka akan
diperbaiki dengan pendataan ulang terhadap responden. Coding, pemberian
kode atau tanda pada setiap data yang telah terkumpul untuk memperoleh
atau memasukkan data ke dalam tabel. Processing, pemrosesan data atau
pengolahan data pada penelitian ini dimulai dengan tabulating skor atau melakukan entry data kasar dalam bentuk tabulasi pada lembar kertas data. Tujuannya adalah memastikan kesiapan data dengan tepat sebelum di entry data kedalam program SPSS. Cleaning data, dalam cleaning dilakukan pengecekan kembali data yang sudah di entry pada program komputerisasi dengan maksud untuk mengevaluasi apakah masih ada kesalahan atau tidak. Hal ini biasanya terlihat pada missing data atau data yang terlewati, variasi data (kesalahan pengetikan), konsistensi data yaitu kesesuaian data dengan
tabulating skor. Hasil penelitian disajikan dalam bentuk tabel distribusi
(26)
Karakteristik demografi frekuensi (n) Persentase (%) Usia (Depkes, 2009)
17-25 Tahun 14 34,1
26-35 Tahun 19 46,3
36-45 Tahun 8 19,5
56-65 Tahun 0 0
Jenis Kelamin BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1. Hasil Penelitian
Bab ini akan menguraikan data hasil penelitian dan pembahasan yang diproleh dari hasil pengumpulan data terhadap 41orang pasien rehabilitasi narkoba. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 18-20 januari 2016 di Al-Kamal
Sibolangit Center Rehabilitation For Drug Addict Kecamatan Sibolangit Provinsi
Sumatera Utara. Penyajian data ini meliputi karakteristik responden dan tingkat kecemasan pasien rehabilitasi narkoba.
5.1.1. Karakteristik Responden
Table 5.1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden
46-55 Tahun 0 0
Laki-Laki 41 100
Perempuan 0 0
63
(27)
Agama
Islam 24 58,5
Kristen 9 22,0
Katolik 8 19,5
Hindu 0 0
Budha 0 0
Pendidikan
SD 2 4,9
SMP 7 17,1
SMA 25 61,0
DII 4 9,8
S1 3 7,3
Suku
Batak 24 58,5
Karo 6 14,6
Jawa 7 17,1
Melayu 1 2,4
Suku Lainnya 3 7,3
Berdasarkan Table 5.1 dapat dilihat bahwa sebagian besar responden di
rehabilitasi narkoba Al-Kamal Sibolangit Center Rehabilitation For Drug Addict
Kecamatan Sibolangit Provinsi Sumatera Utara sebanyak 41 orang yang berumur antara 26-35 tahun sebanyak 19 orang (46,3%) yang semua responden berjenis kelamin laki-laki (100%), dan Mayoritas responden beragama Islam 24 orang sebanyak (58,5%), Sebagian besar responden berlatar belakang pendidikan SMA 25 orang (61,0%), dan di lihat dari suku mayoritas responden bersuku batak 24 orang (58,5%).
(28)
N0 Tingkat Kecemasan pasien Frekuensi (n) Presentase (%)
1 Tidak Ada Cemas 4 9,8
2 Cemas Ringan 18 43,9
3 Cemas Sedang 15 36,6
4 Cemas Berat 4 9,8
5.1.2 Tingkat Kecemasan Pasien Rehabilitasi Narkoba Di Sibolangit Center
Rehabilitation For Drug Addict Kecamatan Sibolangit Provinsi Sumatera Utara.
Table 5.2. Distribusi Frekuensi Tingkat Kecemasan Responden
5 Cemas Berat Sekali 0 0
Hasil penelitian yang dilakukan bahwa mayoritas responden di Al-Kamal
Sibolangit Center Rehabilitation For Drug Addict Kecamatan Sibolangit Provinsi
Sumatera Utara menunjukkan bahwa dari 41 responden mayoritas cemas ringan sebesar (43,9%), cemas berat sebesar (9,8%), dan tingkat kecemasan berat sekali sebesar (0%).
(29)
5.2. Pembahasan
Dalam pembahasan ini akan dijabarkan hasil penelitian, diantaranya
tingkat kecemasan pasien rehabilitasi narkoba di Al-Kamal Sibolangit Center
Rehabilitation For Drug Addict Kecamatan Sibolangit Provinsi Sumatera. Mayoritas responden dalam penelitian ini mengalami cemas ringan (43,9%), dan cemas sedang (36,6%). Penelitian ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yang di lakukan Yaputra (2012) dimana hasil penelitiannya diproleh mayoritas
responden cemas ringan (41,7%), dan cemas sedang (25,0%).
Berdasarkan hasil penelitian yang telah di lakukan di Al-Kamal
Sibolangit Center Rehabilitation For Drug Addict Kecamatan Sibolangit Provinsi
Sumatera Utara di dapatkan 9,8% pasien rehabilitasi narkoba tidak mengalami kecemasan dalam menjalani rehabilitasi. Tosi, dkk (1990) dalam Setyaningsih, Makmuroh dan Andayani 2011), mengatakan cemas tidaknya individu tergantung dari bagaimana individu tersebut merespon terhadap stressor. Individu dapat merespon stressor secara positif apabila penilaian kognitif terhadap stressor adalah positif. Hal ini akan menimbulkan rasa aman, tenang dan santai.
Kecemasan ringan dapat juga disebabkan oleh usia responden. Menurut Depkes (2009), rentang usia antara 36-45 tahun masuk kedalam kategori masa dewasa akhir. Menurut Jorm (2000 dalam Lubis 2009) mengatakan usia merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi penurunan kecendrungan kecemasan dan depresi degan bertambahnya usia. Hal ini disebabkan oleh dewasa akhir telah memiliki tingkat kecerdasan moral, agama, dan spiritual secara mendalam.
(30)
Stuart & Laraia, (2007) Menyatakan semakin tua usia seseorang atau semakin tinggi tingkat perkembangan seseorang maka semakin banyak pengalaman hidup yang dimilikinya. Pengalaman hidup yang banyak itu dapat mengurangi kecemasan.
Hasil penelitian menunjukkan seluruh responden pasien rehabilitasi narkoba berjenis kelamin Laki-Laki (100%). Hal ini sejalan dengan teori Stuart & Laraia (2007). Yang menyatakan kecemasan dapat dipengaruhi oleh asam lemak bebas dalam tubuh. Pria mempunyai asam lemak bebas lebih banyak dibandingkan wanita sehingga pria beresiko mengalami kecemasan yang lebih
tinggi dari pada wanita. Dan di tempat Rehabilitasi Narkoba Di Sibolangit Center
Rehabilitation For Drug Addict, kusus untuk rehabilitasi Laki-Laki.
Hasil penelitian didapatkan lebih dari setengah responden beragama Islam (58,5%) dan responden yang beragama Kristen sebesar (22,0%). Agama merupakan suatu sistem keyakinan dan ibadah yang dipraktekkan untuk membangun hubungan kepada tuhan. Agama dapat membantu spiritualitas seseorang dan dapat menjadi sumber kekuatan dan kesejahteraan individu. Menurut teori Alloy (2001 dalam Schreiber 2011) kepercayaan kepada tuhan merupakan hal terpenting dalam kehidupan berdoa, Berdoa merupakan salah satu kepercayaan yang bermanfaat dalam menghadapi masalah. Kegiatan berdoa yang dilakukan responden menjadi bagian yang terpenting dalam hidupnya, doa dapat memberikan kedamaian
(31)
Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas responden bersuku Batak (58,5%). Secara umum, setiap suku mempunyai persepsi atau pandangan yang tersendiri mengenai konsep sehat dan sakit. Ada suku yang menganggap bahwa sakit terjadi karena karma dan ada juga yang menganggap sakit karena infeksi. Setiap suku mempunyai kepercayaan tersendiri mengenai pengobatan suatu penyakit dan akan member sikap yang berbeda dalam hal pencarian pengobatan suatu penyakit. Menurut Jihan (2009), suku Batak meurpakan yang paling apresiatif dalam mengungkapkan penyakit. Suku Batak sudah kurang percaya dengan cara pengobatan tradisional dan lebih memilih pengobatan modern seperti mencari pengobatan ke rumah sakit. hal ini berarti kebudayaan mempengaruhi perilaku manusia dalam menghadapi masalah dan kecemasan.
Kecemasan berat masih dialami responden sebanyak 4 orang (9,8%), jika di hubungkan dengan data demografi, responden mempunyai tingkat pendidikan yang rendah. Menurut pendapat Gallo (1997 dalam Banjarnahor 2014), tingkat pendidikan yang dimiliki seseorang menjadikan individu lebih besar selektif menerima respon kecemasan yang berlangsung. Raystone (2005), yang menyatakan bahwa tingkat pendidikan sesorang berpengaruh dalam memberikan respon terhadap sesuatu yang datang baik dari dalam maupun dari luar. Orang yang mempunyai pendidikan tinggi akan memberikan respon yang lebih rasional dibandingkan mereka yang berpendidikan lebih rendah, pendidikan rendah menjadi faktor penunujang terjadinya kecemasan. Ini sejalan dengan penelitian Vaeroy (2010) dimana hasil penelitiannya diproleh cemas berat sebasar (30,7%) lebih rendah dari cemas ringan (34,6%).
(32)
Cemas berat dapat juga di pengaruhi oleh kurangnya dukungan keluarga. Hal ini didukung hasil penelitian Yaputra (2012), menyatakan terdapat hubungan antara dukungan keluarga degan tingkat kecemasan pada pasien rehabilitasi. Hal ini sejalan dengan teori Kowalik dan Gotlib (2000) dalam Davidson et all (2004) yang menyatakan bahwa dukungan keluarga merupakan faktor yang berpengaruh terhadap depresi dan kecemasan seseorang.
Kecemasan ringan juga ditunjukkan dari data kuesioner, penelitian ini yang menunjukkan bahwa mayoritas memiliki gejala kecemasan pada pernapasan (63,4%), dan responden dengan gejala urogenital (56,1%). Dan data yang di dapat dari kuesioner minoritas memiliki gejala kecemasan pada kardiovaskuler (53,7%) Hal ini sejalan dengan teori Stuart & Sundeen (1998), yang menyatakan pada kecemasan ringan individu mengalami sesekali nafas pendek, mampu menerima rangsang yang pendek, muka berkerut dan bibir bergetar, koping persepsi luas, mampu menerima rangsang yang kompleks, konsentrasi pada masalah, dan menyelesaikan masalah, perilaku dan emosi meliputi tidak dapat duduk tenang, tremor halus pada lengan, dan suara kadang meninggi.
Asumsi peneliti, dari hasil yang di dapat mayoritas pasien rehabilitasi narkoba mengalami kecemasan ringan sebesar (43,9%), hal ini disebabkan program-program dan pelayanan untuk merehabilitasikan pasien narkoba yang diberikan sudah baik, adapun program atau tindakan yang diberikan meliputi; gotong royong membersih kan lingkungan sekitar rehabilitasi, senam, diberikan pendidikan kesehatan, pengetahuan tentang narkoba, dan bimbingan konseling, serta kegiatan agama/ibadah yang selalu di lakukan bersama-sama dan adanya
(33)
kerja sama dengan beberapa intansi dalam merehabilitasi pasien narkoba. Degan adanya sosialisasi/kegiatan sosial dan berbagai program kegiatan yang diberikan dengan baik dan teratur, dari pengalaman tersebut pasien merasa hal-hal yang ia khawatirkan berkurang, termotivasi, dan meningkatkan rasa percaya diri sehingga kecemasan pasien rehabilitasi narkoba menurun.
(34)
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Tingkat Kecemasan Pasien
Rehabilitasi di Al-Kamal Sibolangit Center Rehabilitation For Drug Addict
Kecamatan Sibolangit Provinsi Sumatera Utara adalah dari 41 responden, maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa responden yang tidak mengalami cemas (9,8%), cemas ringan (43,9%), tingkat kecemasan sedang (36,6%), cemas berat (9,8%), dan tingkat kecemasan berat sekali (0%).
6.2 Saran
6.2.1 Bagi Institusi Rehabilitasi Barkoba
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar tingkat kecemasan pada pasien rehabilitasi narkoba menunjukkan tingkat kecemasan dengan kategori ringan, sehingga tindakan dan pelayanan/program perlu dipertahankan dan ditingkatkan, sedangkan untuk responden yang masih mengalami tingkat kecemasan sedang dan berat perlu di berikan informasi yang tepat serta pelayanan, seperti dalam memotivasi pasien, sosialisasi atau kegiatan sosial, dan jelaskan ke keluarga tentang pentingnya kunjungan dan tingkatkan jam kunjungan, dengan adanya dukungan keluarga sangat membantu dalam pembentukan keseimbangan mental dan kepuasan psikologis pasien.
(35)
6.2.2. Bagi Institusi Pendidikan
Hasil penelitian ini dapat di gunakan sebagai masukan atau acuan serta pertimbangan maupun perbandingan bagi mahasiswa keperawatan yang akan meneliti tentang kecemasan pasien rehabilitasi narkoba.
6.2.3 Bagi penelitian selanjutnya
untuk penelitian selanjutnya disarankan melakukan penelitian dengan jumlah sampel yang lebih besar, seleksi sampel yang lebih ketat yang sesuai dengan kriteria, dan riset selanjutnya di harapkan lebih di kembangkan atau di hubungkan dengan factor-faktor yang mempengaruhi kecemasan pasien yang menjalani rehabilitasi narkoba.
(36)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Narkoba
2.1.1 Pengertian Narkoba
Narkoba (narkotika dan obat/bahan berbahaya), disebut juga NAPZA (narkotika, psikotropika, zat adiktif lain) adalah obat, bahan,atau zat bukan makanan yang jika diminum, diisap, dihirup, ditelan, atau disuntikan, berpengaruh pada kerja otak (susunan saraf pusat) dan sering kali menimbulkan ketergantungan (Martono & Joewana, 2008).
Napza adalah singkatan dari Narkotika, Alkohol, Psikotropika, Dan Zat Adiktif Lainnya. Napza berupa zat yang bila masuk kedalam tubuh dan akan mempengaruhi tubuh, terutama susunan saraf pusat yang dapat menyebabkan gangguan pada fisik, psikis dan fungsi sosial (Sumiati DKK, 2009).
2.1.2 Jenis-Jenis Narkoba
Menurut Rozak & Sayuti (2006), ada beberapa jenis-jenis nakoba yaitu:
1. Narkotika
Dalam undang-undang Nomor 22 Tahun 1997 Tentang Narkotika disebut bahwa istilah narkotika diartikan dengan zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri dan dapat menimbulkan ketergantungan yang dibedakan kedalam golongan-golongan sebagaimana
(37)
terlampir dalam undang-undang ini (UU No. 22/1997 Tentang Narkotika) atau yang kemudian ditetapkan dengan keputusan Menteri Kesehatan. Dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Pasal 1 disebutkan narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis maupun semisintetis, yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan, yang dibedakan ke dalam golongan- golongan sebagaimana terlampir dalam Undang-Undang ini (BNN, 2014).
Dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Pasal 6 disebutkan bahwa narkotika dibagi menjadi tiga golongan yaitu
a) Narkotika Golongan I adalah Narkotika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi, serta mempunyai potensi sangat tinggi mengakibatkan ketergantungan.
b) Narkotika Golongan II adalah Narkotika berkhasiat pengobatan digunakan sebagai pilihan terakhir dan dapat digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi tinggi mengakibatkan ketergantungan.
c) Narkotika Golongan III adalah Narkotika berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan ketergantungan. 2. Psikotropika
Psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika, yang berkasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan
(38)
saraf pusat dan menyebabkan perubahan khas pada aktifitas mental dan perilaku. Ada 4 golongan psikotropika yang dibagi menurut potensinya menyebabkan ketergantungan, yaitu sebagai berikut
a. Golongan I sangat tinggi menimbulkan ketergantungan dan selain untuk ilmu pengetahuan dinyatakan sebagai barang terlarang, sehingga dilarang keras digunakan atau diedarkan di luar ketentuan hukum. Contoh ekstasi (MDMA) dan (LSD) yang banyak disalahgunakan.
b. Golongan II berpotensi tinggi menimbulkan ketergantungan dengan cara
selektif dan digunakkan pada pengobatan. Contoh amfetamin dan
metamefatamin (shabu) yang banyak disalahgunakan.
c. Golongan III dan IV berpotensi sedang dan ringan menimbulkan ketergantungan, dan dapat digunakan pada pengobatan, tetapi harus dengan
resep dokter. Contoh bermacam-macam obat penenang (sadativa) dan obat
tidur (hipnotika), yang sering disalahgunakan berupa Mogadon (MG),
Rohypnol (Rohyp), pil KB/Koplo, lexotan (lexo). 3. Zat Psikoaktif Lain
Zat Adiktif adalah zat yang dapat menimbulkan adiksi (addiction) yaitu
ketagihan sampai pada dependensi (dependency) yaitu ketergantungan,
misalnya zat atau bahan yang tergolong amphetamine, sedativa/hipnotika,
termasuk tembakau atau rokok (Hawari, 2006). zat psikoaktif lain adalah zat atau bahan lain bukan narkotika dan psikotropika yang berpengaruh terhadap kerja otak, yang sering disalahgunakan adalah sebagai berikut :
(39)
a. Alkohol pada minuman keras, terdiri dari golongan A dengan kadar etanol
1-5%, contoh bir golongan B dengan kadar etanol 5-20%, contoh sebagai jenis minuman anggur golongan C dengan kadar etanol 20-45%, contoh Whiskey, Vodka, TKW, Mansion House, Johny Walker, dan Kamput.
b. Inhalasi atau Solven, yaitu gas atau zat pelarut yang mudah menguap berupa senyawa organik yang sering digunakan untuk berbagai keperluan industri, kantor, bengkel, toko, dan rumah tangga, seperti lem, thiner, aceton, aerosol, bensin. Zat ini disalahgunakan dengan cara dihirup, terutama pada anak usia 9-14 tahun.
c. Nikotin terdapat pada tembakau. Rokok mengandung 4.000 zat. Yang paling berbahaya adalah nikotin merupakan bahan penyebab ketergantungan.
Organisasi kesehatan dunia (WHO) menggolongkan obat, bahan, dan zat psikoaktif, berdasarkan pengaruh terhadap tubuh manusia yaitu, Opioda (opium, morfin, heroin, dan petidin); Ganja; Kokain dan daun koka; Alkohol; Amfetamin (amfetamin, ekstasi, shabu); Halusinogen (LSD); Sedativa dan hipnotika (obat penenang dan obat tidur); PCP (fensiklidin); Inhalansia dan solven; Nikotin dan Kafein ( Martono & Joewana, 2008).
2.1.3 Bahaya Penyalahgunaan Narkoba
Menurut Makoro (2003) dalam Fitri (2014) bahaya dan akibat dari penyalahgunaan narkoba dapat bersifat bahaya pribadi bagi pemakainya dan dapat
(40)
pula berupa bahaya sosial terhadap masyarakat atau lingkungan. Secara umum, dampak kecanduan narkoba dapat terlihat pada keadaan fisik, psikis maupun keadaan sosial seseorang, adapun bahaya tersebut yaitu:
1. Secara fisik:
a. Gangguan pada system syaraf (neurologis) seperti: kejang-kejang, halusinasi, gangguan kesadaran, kerusakan syaraf tepi.
b. Gangguan pada jantung dan pembuluh darah (kardiovaskuler) seperti:
infeksi akut otot jantung, gangguan peredaran darah.
c. Gangguan pada kulit (dermatologi) seperti : penanahan (abses), alergi.
d. Gangguan pada paru-paru (pulmoner) seperti: penekanan fungsi pernapasan, kesukaran bernafas, pengerasan jaringan paru-paru.
e. Sering sakit kepala, mual-mual dan muntah, suhu tubuh meningkat, pengecilan hati dan sulit tidur.
f. Akan berakibat fatal apabila terjadi over dosis yaitu konsumsi narkoba melebihi kemampuan tubuh untuk menerimanya. over dosis dapat menyebabkan kematian.
g. Dampak kesehatan reproduksi pada remaja laki-laki dapat mengakibatkan terjadinya penurunan kadar hormon testosteron, penurunan dorongan seks, disfungsi ereksi, hambatan ejakulasi, pengecilan ukuran penis dan gangguan sperma.
h. Dampak terhadap kesehatan reproduksi pada remaja perempuan terjadi penurunan dorongan seks, gangguan pada hormon estrogen dan progesteron, kegagalan orgasme, hambatan menstruasi, pengecilan payudara, gangguan
(41)
sel telur, serta pada wanita hamil dapat menyebabkan kekurangan gizi sehingga bayi yang dilahirkan juga dapat kekurangan gizi, berat badan bayi rendah, bayi cacat serta dapat menyebabkan bayi keguguran.
i. Bagi pengguna narkoba melalui jarum suntik, khususnya pemakaian jarum suntik secara bergantian, resikonya adalah tertular penyakit seperti hepatitis B, C dan HIV yang hingga saat ini belum ada obatnya.
2. Secara Psikis:
a. Lamban saat kerja, ceroboh pada saat kerja, sering gelisah.
b. Hilang kepercayaan diri, apatis, pengkhayal, penuh curiga terhadap orang lain.
c. Emosional, dapat melakukan hal–hal negatif diluar dugaan. d. Sulit berkonsentrasi, perasaan kesal dan tertekan.
e. Cenderung menyakiti diri, perasaan tidak aman, bahkan bunuh diri.
3. Secara Sosial:
a. Gangguan mental (sakit jiwa), anti-sosial dan asusila, dikucilkan oleh lingkungan.
b. Merepotkan dan menjadi beban keluarga. c. Pendidikan terganggu masa depan suram.
2.1.4 Efek Samping Penyalahgunaan Narkoba Menurut Jenis
Efek samping penggunaan narkoba adalah gejala yang timbul akibat pemakaian narkoba dengan dosis yang tidak pasti/tidak sesuai, yang dapat menimbulkan berbagai macam gejala dan jenis narkoba yang di pakai. Efek samping dari jenis narkoba Menurut Lydia Dan Satya, 2008 adalah :
(42)
1. opioda (morfin, heroin, putaw,dan lain-lain)
opioda alami berasal dari getah opium poppy (opiat), seperti morfin, opium, dan kodein.
Cara pemakaiannya: disuntikkan kedalam pembuluh darah atau dihisap melalui hidung setelah di bakar.
a. Pengaruh jangka pendek: hilangnya rasa nyeri, ketegangan berkurang, munculnya rasa nyaman (eforik) diikuti perasaan seperti miimpi dan rasa mengantuk, dan pemakaian dapat meninggal karena overdosis.
b. Pengaruh jangka panjang: ketergantungan (gejala putus zat, toleransi).
Dapat timbul komplikasi, seperti sembelit, gangguan menstruasi, dan impotensi. Karena pemakaian jarum suntik tidak steril dapat menimbulkan abses, hepatitis B/C yang merusak hati, dan penyakit HIV AIDS yang merusak system kekebalan tubuh, sehingga mudah terserang infeksi dan akhirnya menyebabkan kematian.
2. Ganja
Cara pemakaiannya: yang di pakai berupa tanaman kering yang dirajang, dilinting, dan disulut seperti rokok.
a. Efek Setelah Pemakaian: muncul cemas, rasa gembira, bayak bicara, tertawa cekikian, halusinasi, dan berubahnya perasaan waktu, (lama dikira sebentar) dan ruang (jauh dikira dekat), peningkatan denyut jantung, mata merah, mulut dan tenggorokan kering, dan selera makan meningkat.
b. Pengaruh jangka panjang: daya pikir berkurang, motivasi belajar turun, perhatian ke sekitarnya berkurang, daya tahan tubuh terhadapinfeksi
(43)
menurun, mengurangi kesuburan, peradangan jalan napas, aliran darah berkurang kejantung dan terjadi perubahan pada sel-sel otak.
3. Kokain (kokai, crack, daun koka, pasta koka)
Cara pemakaiannya: dengan cara disedot melalui hidung, dirokok, atau disuntikan.
a. Efek Setelah Pemakaian: rasa percaya diri meningkat, bayak bicara, rasa lelah hilang, kebutuhan tidur berkurang, minat seksual meningkat, halusinasi visual dan taktil (seperti ada serangan rayap), waham curiga/curiga (paranoid)
b. Pengaruh jangka panjang: kurang gizi, anemia, sekat hidung rusak, danterjadi gangguan jiwa (psikotik)
4. Alkohol
Cara pemakaiannya: diminum
a. Efek Setelah Pemakaian: meyebabkan mabuk, jalan sempoyongan, bicara cadel, kekerasan/perbuatan merusak, ketidak mampuan belajar dan mengingat, dan kecelakaan karena mengendarai dalam keadaan mabuk
b. Pemakaian jangka panjang: menyebabkan kerusakan pada hati, lambung, saraf tepi, otak, gangguan jantung, meningkatnya resiko kanker, dan bayi lahir cacat dari ibu pecandu alkohol
5. Golongan Amfetamin (Amfetamin, Ekstasi, Sabu)
Cara pemakaiannya: diminum (ekstasi), dihisap melalui hidung (sabu), atau disuntikan dan dihisap memakai sedotan
(44)
a. Pengaruh jangka pendek: tidak tidur (terjaga), rasa riang, perasaan
melambung (fly), rasa yaman, dan meningkatkan keakraban. Akan tetapi,
setelah itu, muncul rasa tidak enak, murung, nafsu makan hilang, berkeringat, rahang kaku da bergerak-gerak, dan badan gemetar, dapat terjadi gangguan jiwa
b. Pemakaian jangka panjang: kurang gizi, anemia, penyakit jantung, dan gangguan jiwa psikotik
6. Golongan Halusinogen: Lysergic Acid (LSD) Cara pemakaiannya: meletakanya pada lidah
Pengaruh LSD tidak dapat di duga. Sensasi dan perasaan berubah secara dramatis, degan mengalami flash back atau bad rips (halusinasi/penglihatan semu) berulang tanpa peringatan sebelumnya. Pupil melebar, tidak bisa tidur, selera makan hilang, suhu tubuh meningkat, denyut nadi dan tekanan darah naik, tremor, dapat merusak sel otak
7. Sedative dan hipnotika (obat penenang, obat tidur) Cara pemakaiannya: diminum
a. Efek setelah pemakaian: muncul perasaan tenang dan otot-otot mengendur.
Pada dosis lebih besar gangguan bicara (pelo), persepsi terganggu, dan jalan sempoyongan, dosis lebih tinggi: tertekannya pernapasan, koma, dan kematian
(45)
b. Pemakaian jangka panjang: kerusakan otak, paru-paru, ginjal, sumsum tulang, dan jantung
8. Solven & Inhalansia
Cara pemakaiannya: dihirup/hisap
a. Efek jangka pendek: seperti pengaruh pemakain alkohol, dapat berakibat mati mendadak karena kekurangan oksigen, atau karena ilusi, halusinasi, dan persepsi salah
b. Pengaruh jangka panjang: kerusakan otak, paru-paru, ginjal, sumsum tulang, dan jantung (Lydia & Satya, 2008).
2.1.5 Mekanisme Terjadinya Penyalahgunaan dan Ketergantungan
Naza (Narkotika, Alkohol, dan Zat adiktif)
Mekanisme terjadinya penyalahgunaan dan ketergantungan naza dapat diterangkan dengan 3 pendekatan, yaitu pendekatan organobiologik, psikodinamik, dan psikososial. Ketiga pendekatan tersebut tidak berdiri sendiri melainkan saling berikatan satu sama lainnya.
1. Organobiologik
Dari sudut pandang organobiologik (susunan saraf pusat/otak) mekanisme terjadinya adiksi (ketagihan) hingga dependensi (ketergantungan) naza dikenal 2 istilah, yaitu gangguan mental organik akibat naza atau sindrom otak organik akibat naza yaitu kegaduh gelisahan dan kekacauan dalam fungsi kognitif (alam pikiran),efektif (alam perasaan/emosi) dan psikomotor (prilaku), yang disebabkan oleh efek langsung naza terhadap susunan saraf pusat (otak). Istilah
(46)
lain adalah ganguan penggunaan naza termasuk didalamnya pengertian penyalahgunaan naza atau ketergantungan naza, yang lebih banyak menyoroti
berbagai kelainan perilaku (behavior disorder) yang berkaitan dengan
penggunaan naza yang mempengaruhi susunan saraf pusat (otak).
Oleh karena itu di dalam ilmu kedokteran jiwa (psikiatri) kedua pengertian tersebut diatas sering kali digabungkan menjadi satu kesatuan diagnosis yang disebut dengan ganguan mental dan perilaku akibat naza. Beberapa teori mengemukakan tetang proses terjadinya adiksi (ketagihan) dan dependensi ( ketergantungan) pada penyalahgunaan naza, antara lain sebagai berikut :
Wikler (1973) mengemukakan conditioning theory. Menurut teori ini seseorang akan menjadi ketergantungan terhadap naza apabila ia terus menerus diberi naza tersebut. Hal ini sesuai dengan teori adaptasi selular (neuro-adaptation), tubuh beradaptasi dengan menambah jumlah reseptor dan sel-sel saraf bekerja keras. Jika naza dihentikan, sel yang masih bekerja keras tadi mengalami kehausan, yang diluar nampak sebagai gejala putus naza. Gejala putus naza ini memaksa seseorang untuk mengulangi pemakaian naza tersebut, demikian seterusnya. Apabila naza dikonsumsi dengan cara ditelan, diminum,dihisap, dihirup, dihidu dan melalui suntikan maka naza melalui peredaran darah sampai susuunan saraf pusat (otak) yang mengganggu sistem neuro-tansmitter sel-sel saraf otak. Akibat gangguan pada neuro-tansmitter itu terjadilah gangguan mental dan perilaku akibat naza. Telah diketahui bahwa mekasisme kerja naza pada susunan saraf pusat (otak) terletak pada reseptor
(47)
melalui neuro-transmitter tadi, yaitu alat tubuh pada syaraf otak yang menangkap naza tersebut agar naza itu mempunyai efek.
Joewana (1998) menyatakan bahwa kebanyakan naza berinteraksi dengan cara yang khas pada tempat sasaran dalam suatu sistem biologik di otak. Tempat itu dalam farmakologik disebut reseptor. Interaksi naza dan reseptor biasanya bukan merupakan ikatan kovalen kimiawi, melainkan suatu interaksi yang lebih lemah. Karena bentuk yang khusus dan muatan yang spesifik, naza dapat terikat secara reversible (yang dapat balik kembali) pada zat kimia spesifik pada reseptor. Dengan demikian, terjadi perubahan aktifitas fisiologik reseptor tersebut. Reseptor dapat pula berupa enzim, yang dapat diubah aktifitasnya oleh naza.
Reseptor dapat pula berupa membran sel sehingga dapat menghambat atau memacu sel tersebut. Ada juga yang tidak bekerja melalui reseptor, misalnya beberapa macam anestetika yang mengubah muatan listrik saraf dengan melarutkan diri dalam lipo-protein membran sel. Hal tersebut akan mengubah sifat psiko-kimia membran sel sehingga terjadi hambatan bila ada eksitasi. Sebagai contoh misalnya opiat (morphine atau heroin). Reseptor opiat terdapat pada hipotalamus dan sistem limbik otak bagian dalam, yaitu bagian otak yang berkaitan dengan fungsi kognitif (alam fikir), efektif (alam perasaan/emosi) dan perilaku. Sekurang-kurangnya ada 4 jenis reseptor opiat:
(48)
a. Mu-reseptor, terutama mengikat morphine/heroin dan diduga ada kaitannya dengan fungsi analgetik (penawar nyeri)
b. Gamma-reseptor, yang mengikat enkafalin dan berperan dalam hubungannya dengan perilaku
c. Kappa-reseptor, secara spesifik mengikat ketosiklasosin dan dinorfin serta ada hubungannya dengan efek sedasi dan ataxia
d. Delta-reseptor, mempunyai afinitas pada siklasosin, dan opiat yang mirip siklasosin serta berhubungan dengan efek psikotomi-metik senyawa ini.
Peran faktor genetik dalam penyalahgunaan naza dikemukakan oleh Banks dan Walter (1983), Kaplan dan Sadock (1989) yang menyatakan bahwa gen berperan pada ketergantungan alkohol, tetapi untuk jenis zat-zat lainnya faktor gen sebagai etiologi masih lemah.
Menurut, Edwards (1982) menyatakan bahwa secara umum contoh orang tua (parental example) lebih penting dari pada gen (sifat turunan) orang tua (parental genes). Dari studi kepustakaan dapat disimpulkan bahwa faktor orgonobiologik mempunyai peran pada penyalahgunaan/ketergantungan naza. Interaksi antara naza dengan reseptor di susunan saraf pusat (otak), perubahan- perubahan neuro-psikologik pada sistem neuro-tansmitter pada reseptor yang bersangkutan mengakibatkan terjadinya adiksi (ketagihan) sampai dengan depedensi (ketergantungan) naza. peran faktor genetika pada ketergantungan naza belum bisa dibuktikan kecuali artinya, bila orang tua seorang alkoholik maka anak yang dilahirkan sudah membawa sifat untuk menjadi seorang alkoholik dikemudian hari (Hawari, 2006).
(49)
2. Psikodinamik
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Hawari (1990) menyatakan bahwa seseorang akan terlibat penyalahgunaan naza dan dapat sampai pada ketergantungan naza, apabila pada orang itu sudah ada faktor predisposisi, yaitu faktor yang membuat seseorang cendrung menyalahgunakan naza. Adanya faktor predisposisi ini saja belum cukup sehingga diperlukan faktor lain yang berperan serta pada penyalahgunaan/ketergantungan naza, yaitu faktor kontribusi. Bila faktor predisposisi dan kontribusi ini sudah ada, diperlukan satu faktor lagi yang mendorong terjadinya penyalahgunaan atau ketergantungan naza tadi, yaitu faktor pencetus. Dalam penelitian tersebut yang termasuk dalam faktor predisposisi adalah ganguan kejiwaan yaitu gangguan kepribadian (antisosial), kecemasan dan depresi.
Sedangkan yang termasuk faktor kontribusi adalah kondisi keluarga yang terdiri dari tiga komponen yaitu keutuhan keluarga, kesibukan orang tua, dan hubungan interpersonal antar keluarga. Dan termasuk faktor pencetus adalah pengaruh teman kelompok sebaya dan nazanya itu sendiri.
3. Psikososial
Penyalahgunaan/ketergantungan naza adalah salah satu bentuk perilaku menyimpang. Dari sudut pandang psikososial perilaku menyimpang ini akibat negatif dari interaksi 3 kutup sosial yang tidak kondusif (tidak mendukung ke arah positif) yaitu kutup keluarga, kutup sekolah/kampus, dan kutup masyarakat.
(50)
Secara sistematis terjadi perilaku menyimpang yang berakibat pada penyalahgunaan dan ketergantungan naza(Hawari, 2006).
2.1.6 Cara Kerja Narkoba
Narkoba yang ditelan masuk ke dalam lambung, kemudian masuk kepembuluh darah. Jika dihisap atau dihirup, zat diserap masuk ke dalam pembuluh darah melalui saluran hidung dan paru-paru. Jika zat disuntikkan, zat itu ke otak. Semua jenis narkoba dapat mengubah perasaan dan cara berfikir seseorang, tergantung pada jenisnya, narkoba menyebabkan perubahan pada suasana hati (menenangkan, rileks, gembira, rasa bebas), perubahan pada pikiran (stress hilang, meningkatnya khayal), perubahan prilaku (meningkatkan keakraban, menghambat nilai, lepas kendali) itulah narkoba disebut zat psikoaktif. perasa nikmat, enak, dan nyaman yang dihasilkan oleh narkoba itulah yang awalnya di cari oleh pemakai.
Bagian otak yang menghasilkan perasaan tersebut adalah system limbus. Hipotalamus, adalah pusat kenikmatan pada otak bagian dari system limbus.
Narkoba menghasilkan perasaan “high” dengan mengubah susunan biokimiawi
molekul sel otak pada system limbus, yang disebut neuro-transmitter. Yang terjadi pada adiksi adalah semacam pembelajaran sel-sel otak pada hipotalamus (pusat kenikmatan) jika kita mengkonsumsi narkoba, otak membaca tanggapan kita. Jika mmerasa nikmat, otak mengeluarkan neurotransmitter yang menyampaikan pesan: “Zat ini berguna bagi mekanisme pertahanan tubuh jadi ulangi pemakaian. Jika memakai narkoba lagi, kita kembali merasa nikmat, seolah-olah kebutuhan kita terpuaskan.
(51)
Otak akan merekamnya sebagai suatu yang harus di cari sebagi prioritas. Akibatny, otak membuat “program salah”, seolah-olah kita memang memerlukanya sebagai mekanisme pertahanan diri. Terjadilah kecanduan dan ketergantungan (Matono & Joewana, 2008). Jika terjadi ketagihan dan ketergantungan, Apabila yang bersangkutan menghentikannya, maka ia dapat jatuh dalam keadaan kecemasan dan atau depresi (Hawari, 2013).
2.2 Ansietas (cemas)
2.2.1 Pengertian
Ansietas atau kecemasan adalah respons emosi tanpa obyek yang spesifik sehingga klien merasakan suatu perasaan was-was seakan sesuatu yang buruk akan terjadi dan biasanya disertai gejala-gejala otonomik yang berlangsung beberapa hari, bulan bahkan tahun (Sumiati DKK, 2009). Cemas merupakan suatu reaksi emosional yang timbul oleh penyebab yang tidak pasti dan tidak spesifik yang dapat menimbulkan perasaan tidak nyaman dan merasa terancam (Stuart, 2007).
(52)
Cemas adalah perasaan takut yang tidak jelas dan tidak didukung oleh situasi. Kecemasan merupakan sekolompok kondisi yang memberi gambaran penting tentang kecemasan yang berlebihan yang disertai respon perilaku, emosional dan fisiologis individu (Videbeck, 2011). Kecemasan adalah kekhawatiran yang tidak jelas dan menyebar, yang berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya. Keadaan emosi ini tidak memiliki objek yang spesifik. Ansietas adalah suatu perasaan takut yang tidak menyenangkan dan tidak dapat dibenarkan yang disertai gejala fisiologis, sedangkan pada gangguan ansietas terkandung unsur penderitaan yang bermakna dan gangguan fungsi yang disebabkan oleh kecemasan tersebut (Stuart, 2007 dalam Herman 2011).
Kecemasan adalah gangguan dalam alam perasaan yang ditandai dengan perasaan ketakutan atau kekhawatiran yang mendalam dan berkelanjutan, tidak mengalami gangguan dalam menilai realitas, kepribadian utuh, prilaku dapat terganggu tetapi dalam batas-batas normal. Orang yang mengalami kecemasan mempunyai resiko relatif (estimated relative risk) 13,8 terlibat penyalah gunaan NAZA di bandingkan dengan orang tanpa kecemasan (Hawari, 2006).
Kecemasan yang terjadi merupakan respon terhadap sesuatu atau hal yang telah terjadi di waktu lampau ataupun yang akan terjadi di masa yang akan datang. Semakin besar ancaman yang dirasakan, maka kecemasan yang terjadi pun semakin besar. Orang-orang yang membutuhkan kontrol, kemungkinan mengalami kecemasan lebih besar. Respon terhadap kecemasan bervariasi pada setiap individu. Respon bisa berupa adaptive yang mana kecemasan bisa menjadi
(53)
motivasi kuat yang menjadi pemicu problem solving yang produktif dan berprestasi. Respon terhadap kecemasan bisa juga berupa maladaptive yang mana kecemasan tidak membantu menyelesaikan permasalahan yang ada, malah memperburuk keadaan dan membuat seseorang terpuruk. Dari penjabaran diatas dapat disimpulkan bahwa kecemasan merupakan perasaan gelisah atau ketakutan akan sesuatu yang merupakan respon dari ancaman yang mengganggu nilai, kenyamanan dan keamanan baik yang berasal dari dalam maupun dari luar yang dapat mempengaruhi keadaan fisik maupun psikologis seseorang, dimana respon terhadap kecemasan ini bisa berupa adaptive ataupun maladaptive tergantung dari latar belakang dan respon seseorang menghadapi ancaman.
2.2.2 Tingkat kecemasan
Tingkatan ansietas menurut Stuart (2007), dibagi menjadi 4 yaitu:
a. Ansieta ringan; berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-hari, ansietas pada tingkat ini menyebabkan seseorang menjadi waspada dan meningkatkan lahan persepsinya. Ansietas ini dapat memotivasi belajar dan menghasilkan pertumbuhan dan kreativitas.
b. Ansietas sedang; memungkinkan seseorang untuk memusatkan pada hal yang penting dan mengesampingkan yang lain. Sehingga seseorang mengalami tidak perhatian yang selektif namun dapat melakukan sesuatu yang lebih banyak jika diberi arahan.
c. Ansietas berat; sangat mengurangi lahan persepsi seseorang. Individu cenderung untuk berfokus pada sesuatu yang terinci dan spesifik serta tidak dapat berpikir tentang yang lain. Semua perilaku ditujukan untuk mengurangi
(54)
ketegangan. Individu tersebut memerlukan banyak pengarahan untuk dapat berfokus pada suatu area lain.
d. Tingkat panik; dari ansietas berhubungan dengan terperangah, ketakutan, dan teror. Karena mengalami kehilangan kendali, individu yang mengalami panik tidak mampu melakukan sesuatu walaupun dengan pengarahan. Panik melibatkan disorganisasi kepribadian dan terjadi peningkatan aktivitas motorik, menurunnya kemampuan berhubungan dengan orang lain, persepsi yang menyimpang dan kehilangan pemikiran yang rasional.
Tingkat ansietas ini tidak sejalan dengan kehidupan, jika berlangsung terus dalam waktu yang lama dapat terjadi kelelahan bahkan kematian.
2.2.3 Rentang Respon Ansietas/Cemas
Menurut Stuart (2007), rentang respon individu terhadap cemas berfluktuasi antara respon adaptif dan maladaptif. Rentang respon yang paling adaptif adalah antisipasi dimana individu siap siaga untuk beradaptasi dengan cemas yang mungkin muncul. Sedangkan rentang yang paling maladaptif adalah panik dimana individu sudah tidak mampu lagi berespon terhadap cemas yang dihadapi sehingga mengalami gangguan fisik, perilaku maupun kognitif.
(55)
Antisipasi Ringan Sedang Berat Panik
Gambar : Rentang Respon Kecemasan
Orang sering mengatakan stres ketika mereka merasa cemas, banyak juga yang mengalami sters ketika mengalami pertukaran antara kejadian atau situasi yang menyebabkan ketidaknyaman tersebut, baik dari perasaan yang dihasilkan, pikiran, dan tingkah laku yang timbul. Secara ilmiah stressor dan reaksinya adalah respon yang berbeda. Perbedaan ini penting karena stressor tidak dapat disamakan dengan gangguan kecemasan (Fortinash& Worret, 2003). Semua respon terhadap kecemasan dipertimbangkan sebagai respon adaptif dalam interpretasi yang luas karena semua respon tersebut menimbulkan tekanan dan ketidaknyamanan yang menyebabkan kecemasan, respon tersebut dianggap tidak berbahaya dan dapat diterima (Fortinash& Worret, 2003).
Menurut Fortinash& Worret (2003), kecemasan menimbulkan dua respon, yaitu respon adaptif dan maladaptif.
a. Respon Adaptif
Jika kecemasan timbul dan individu mampu meregulasi dan mengatur kecemasan, hal yang positif mungkin akan timbul.
Tidak semua kecemasan merugikan namun, hal itu bisa menjadi tantangan, kekuatan, faktor motivasi, untuk memecahkan sebuah masalah,
(56)
resolusi konflik dan pencapaian fungsi level yang lebih tinggih. Contohnya seseorang dengan pekerjaan yang buruk dan pengalaman cemas yang tidak bisa dihindari akan membuat individu tersebut kembali mempelajari sesuatu yang baru. Seorang pelajar yang gagal dari ujian karena kurang belajar akan mengalami ancaman terhadap hilangnya harga diri sebagai pelajar, dukungan dan hal tersebut menyebabkan kecemasan. Seorang motivator dapat membantu pelajar tersebut untuk mendapatkan bimbingan dan konsentrasi yang lebih untuk melewati ujian.
Strategi adaptif lainnya yang digunakan orang-orang untuk mengatasi kecemasan adalah memanggil teman atau terapis, berolah raga, memperaktekkan teknik relaksasi, membaca novel, beristirahat atau menangis sebagai pelampiasaannya. Banyak lagi metode koping yang lainnya digunakan untuk melepaskan ketegangan dan mengurangi kecemasan.
b. Respon maladaptif
Kebiasaan sehari-hari dapat melindungi orang dari kecemasan, bertahan dari ancaman dan memberi kenyamanan bisa mengarah pada pola respon maladaptif, yang dapat menunjukkan gejala fisik dan psikologis baik dalam lingkungan individu, sosial dan gangguan pekerjaan. Contohnya mekanisme
ego untuk denial (menolak), represion (mengabaikan), projection
(menyalahkan orang lain) dan rationalization (memberikan penjelasan) mencari kebenaran akan melindungi seseorang dari kecemasan tetapi juga mencegah penilaian yang sebenarnya dari diri sendiri, orang lain, situasi atau kejadian.
(57)
Ketika kecemasan tidak dapat diatur, individu mungkin akan dikatan mengalami gangguan atau ketidaknormalan dari orang lain. Pola koping maladaptif dari kecemasan termasuk didalamnya adalah tingkah agresif, isolasi (menerik diri), makan dan minum secara berlebih. Respon-respon dari gangguan kecemasan tersebut dikatakan sebagai gangguan kecemasan.
2.2.4 Penyebab Ansietas
Menjelaskan tentang ansietas, pertama faktor predisposisi terdiri dari pandangan psikoanalitik yaitu ansietas adalah konflik emosi yang terjadi antara dua elemen kepribadian Id dan Super Ego. Id mewakili dorongan insting dan
implus primitif, sedang super ego mencerminkan hati nurani seseorang dan
dikendalikan oleh norma budaya seseorang. Ego atau aku berfungsi menengahi
tuntutan dari dua elemen yang bertentangan dan fungsi ansietas adalah mengingatkan ego bahwa ada bahaya yang perlu di atasi.
Pandangan Interpersonal yaitu ansietas timbul dari perasaan takut dari tidak adanya penerimaan dan penolakan interpersonal. Ansietas berhubungan dengan perkembangan trauma, seperti perpisahan dan kehilangan, yang menimbulkan kelemahan fisik. Orang yang mengalami harga diri rendah biasanya sangat mudah mengalami perkembangan ansietas (Stuart & Sundeen, 2007). Pandangan Perilaku yaitu ansietas merupakan hasil frustasi yaitu segala sesuatu yang mengganggu kemampuan seseorang untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Para ahli perilaku menganggap ansietas sebagai dorongan belajar berdasarkan keinginan dari dalam untuk menghindari kepedihan. Individu yang sejak kecil terbiasa dalam kehidupannya dihadapkan pada ketakutan yang berlebihan akan
(58)
menunjukkan kemungkinan ansietas berat pada kehidupan masa dewasanya. Kajian Keluarga yaitu ansietas merupakan hal yang bisa ditemui dalam keluarga. Ada tumpang tindih dalam gangguan ansietas dan antara gangguan ansietas dengan depresi (Stuart & Sundeen, 2007).
Kajian Biologis yaitu otak mengandung reseptor khusus untuk benzodiazepine. Reseptor ini membantu mengatur ansietas. Penghambat GABA (Gamma Amino Butyfic Acid) juga berperan utama dalam mekanisme biologis berhubungan dengan ansietas. Kajian biologis yaitu menunjukkan bahwa otak mengandung reseptor khusus untuk benzodiazepines. Reseptor ini mungkin membantu mengatur ansietas. Penghambat asam amino buturat- gamaneuroregulator (GABA) juga mempunyai peran penting dalam mekanisme biologis berhubungan dengan ansietas, sebagaimana halnya umum seseorang mempunyai akibat nyata sebgai predisposisi terhadap ansietas.
Ansietas mungkin disertai dengan gangguan fisik selanjutnya menurunkan kapasitas seseorang untuk mengatasi stresor (Stuart & Sundeen, 2007). Kedua faktor presipitasi, faktor presipitasi dibedakan menjadi ancaman terhadap integritas; seseorang meliputi ketidakmampuan fisiologis yang akan datang atau menurunnya kapasitas untuk melakukan aktivitas hidup sehari-hari. Ancaman terhadap sistem diri; seseorang dapat membahayakan identitas, harga diri, dan fungsi sosial yang terintegrasi seseorang (Herman, 2011).
Mekanisme terjadinya cemas yaitu psikoneuro imunologi atau psikoneuro endokrinologi. Stresor psikologis yang menyebabkan cemas adalah perkawinan, orangtua, antar pribadi, pekerjaan, lingkungan, keuangan, hukum, perkembangan,
(59)
penyakit fisik, faktor keluarga, dan trauma. Akan tetapi tidak semua orang yang mengalami stressor psikososial akan mengalami gangguan cemas hal ini tergantung pada struktur perkembangan kepribadian diri seseorang (Hawari, 2013).
Menurut Sumiati DKK ( 2009), Ansietas dapat disebabkan karena adanya perasaan takut tidak diterima dalam satu lingkungan tertentu, pengalaman traumatis, seperti trauma akan perpisahan, kehilangan atau bencana, adanya rasa frustasi akibat kegagalan dalam mencapai tujuan, ancaman terhadap integrtas diri, meliputi ketidak mampuan fisiologis atau gangguan terhadap kebutuhan dasar, dan adanya ancaman terhadap konsep diri.
2.2.5 Faktor yang mempengaruhi kecemasan
Berikut ini adalah faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan (Stuart & Laraia, 2007).
a. Usia dan tingkat perkembangan
Semakin tua usia seseorang atau semakin tinggi tingkat perkembangan seseorang maka semakin banyak pengalaman hidup yang dimilikinya. Pengalaman hidup yang banyak itu dapat mengurangi kecemasan.
b. Jeni kelamin
Kecemasan dapat dipengaruhi oleh asam lemak bebas dalam tubuh. Pria mempunyai asam lemak bebas lebih banyak dibandingkan wanita sehingga pria beresiko mengalami kecemasan yang lebih tinggi dari pada wanita.
(60)
Seorang yang berpendidikan tinggi akan menggunakan koping lebih baik sehingga memiliki tingkat kecemasan yang lebih rendah dibandingkan dengan yang berpendidikan rendah. Dengan adanya beasiswa bagi mahasiswa yang berprestasi ini bisa menjadikan mahasiswa semakin baik dalam kegiatan belajar, jadi dengan demikian beasiswa tersebut bisa menjadi sistem pendukung bagi mahasiswa untuk lebih baik dalam belajar, sehingga mahasiswa akan berpikir positif.
d. Sistem Pendukung
Sistem pendukung merupakan suatu kesatuan antara individu, keluarga, lingkungan dan masyarakat sekitar yang memberikan pengaruh individu melakukan sesuatu. Sistem pendukung tersebut akan mempengaruhi mekanisme koping individu sehingga mampu memberi gambaran kecemasan yang berbeda.
2.2.6 Tanda Dan Gejala
A. Tanda dan gejala ansietas menurut tingkatnya
1. Ansietas ringan
Respon fisiologis: sesekali nafas pendek, nadi dan tekanan darah meningkat, gangguan ringan pada lambung, muka berkerut dan bibir bergetar; respons kognitif: lapang persepsi meluas, mampu menerima rangsang yang kompleks, konsentrasi pada masalah, menyelesaikan masalah secara efektif; respon prilaku dan emosi: tidak dapat duduk tenang, tremor halus pada tangan, suara kadang- kadang meninggi.
(1)
5. Ibu Erniyati S.Kp, MNS, selaku penguji II yang telah meluangkan waktu
dalam memberikan masukan dan arahan untuk skripsi ini.
6. Roymond H Simamora S.Kep, Ns M.kep selaku penguji III yang telah meluangkan waktu dalam memberikan masukan dan arahan untuk skripsi ini. 7. Dosen beserta staf Fakultas Universitas Sumatera Utara yang telah
memberikan bekal ilmu dan bimbingan selama penulis dalam pendidikan. 8. Kepada Kepala Gerakan Anti Narkoba Indonesia
9. Kepada teman-teman mahasiswa/i S1 Keperawatan Ekstensi 2014 yang telah memberikan semangat dan masukan serta berbagi pengalaman selama menjalani pendidikan di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. 10. Teristimewa untuk kedua orang tua penulis H.Sanusi Ali dan Hj.Khadijah
yang paling penulis cintai dan sebagai motivator terbesar yang telah banyak memberi dukungan baik spiritual, moral maupun material, yang banyak mendukung dan memberikan perhatian dalam menyelesaikan pendidikan di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
11. Serta semua pihak yang turut mendukung penulis dalam penyusunan Proposal
ini yang belum penulis sebutkan satu-persatu.
ii
(2)
Penulis menyadari masih banyak kekurangan penulis dalam penyusunan
proposal ini baik dari segi materi maupun penulisan, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik dari pembaca yang sifatnya membangun dalam menyempurnakan proposal iniAkhir kata penulis menyampaikan terimakasih dan harapan penulis semoga penelitian ini bermanfaat bagi yang menggunakannya.
Medan, Februari 2016
Penulis,
Bukhari
NIM : 141121037
(3)
DAFTAR ISI
Halaman Judul ... i
Persetujuan Skripsi ... ii
Abstrak ... iii
Prakata ... iv
Daftar Isi ... vi
Daftar tabel ... viii
Daftar skema... ix
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang... 1
1.2 Rumusan Masalah... 6
1.3 Tujuan Penelitian ... 7
1.4 Manfaat Penelitian ... 7
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Narkoba ... 8
2.1.1. Defenisi Narkoba ... 8
2.1.2. Jenis-Jenis Narkoba ... 8
2.1.3. Bahaya Penyalahgunaan Narkoba ... 12
2.1.4. Efek Samping Penyalahgunaan Narkoba Menurut Jenisnya ... 14
2.1.5. Mekanisme Terjadinya Penyalahgunaan Dan Ketergantungan Naza ... 18
2.1.6. Cara Kerja Narkoba ... 23
2.2. Ansietas ... 24
2.2.1. Defenisi Ansietas ... 24
2.2.2. Tingkat Kecemasan ... 26
2.2.3. Rentang Respon Ansietas ... 27
2.2.4. Penyebab Ansietas ... 30
2.2.5. Faktor yang mempengaruhi kecemasan... 33
2.2.6.Tanda Dan Gejala ... 36
2.2.7. Skala Kecemasan Hamilton Rating Scale For Anxiety (HRS-A) ... 38
2.2.8. Cara Penilaian ansietas ... 40
2.3. Rehabilitasi ... 42
2.3.1. Metode Terapi Komunitas ... 29
2.3.2. Standar Pelayanan Rehabilitasi Narkoba ... 30
BAB 3 KERANGKA KONSEPTUAL 3.1. Kerangka Konsep ... 61
3.2. Defenisi Operasional ... 62
BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1. Desaian Penelitian ... 63
4.2. Populasi Dan Sampel Penelitian... 63
4.2.1. Populasi ... 63
vi
(4)
4.2.2. Sampel... 63
4.3. Lokasi Dan Waktu Penelitian... 64
4.4. Pertimbangan Etik ... 64
4.5. Instrumen Penelitian ... 65
4.5.1. data demografi responden ... 65
4.5.2. tingkat kecemasan ... 66
4.6. Uji Validitas dan Reabilitas ... 67
4.6.1 Validitas... 67
4.6.2 Reabilitas ... 67
4.7. Pengumpulan Data... 68
4.8. Analisa Data ... 69
BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Hasil Penelitian ... 70
5.1.1. Karakteristik Responden ... 70
5.1.2 Tingkat Kecemasan Pasien Rehabilitasi Narkoba... 72
5.2. Pembahasan ... 73
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan ... 77
6.2 Saran ... 77
Daftar Pustaka
Lampiran
(5)
DAFTAR SKEMA
Halaman
Skema 3.1 Kerangka Konsep ... 61
(6)
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 3.1 Definisi Operasional ... 62
Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik ... 71
Table 5.2 Distribusi Frekuensi Tingkat Kecemasan Pasien Rehabilitasi