5.2. Pembahasan
Dalam pembahasan ini akan dijabarkan hasil penelitian, diantaranya tingkat kecemasan pasien rehabilitasi narkoba di Al-Kamal Sibolangit Center
Rehabilitation For Drug Addict Kecamatan Sibolangit Provinsi Sumatera. Mayoritas responden dalam penelitian ini mengalami cemas ringan 43,9, dan
cemas sedang 36,6. Penelitian ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yang di lakukan Yaputra 2012 dimana hasil penelitiannya diproleh mayoritas
responden cemas ringan 41,7, dan cemas sedang
25,0.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah di lakukan di Al-Kamal Sibolangit Center Rehabilitation For Drug Addict Kecamatan Sibolangit Provinsi
Sumatera Utara di dapatkan 9,8 pasien rehabilitasi narkoba tidak mengalami kecemasan dalam menjalani rehabilitasi. Tosi, dkk 1990 dalam Setyaningsih,
Makmuroh dan Andayani 2011, mengatakan cemas tidaknya individu tergantung dari bagaimana individu tersebut merespon terhadap stressor. Individu dapat
merespon stressor secara positif apabila penilaian kognitif terhadap stressor adalah positif. Hal ini akan menimbulkan rasa aman, tenang dan santai.
Kecemasan ringan dapat juga disebabkan oleh usia responden. Menurut Depkes 2009, rentang usia antara 36-45 tahun masuk kedalam kategori masa
dewasa akhir. Menurut Jorm 2000 dalam Lubis 2009 mengatakan usia merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi penurunan kecendrungan
kecemasan dan depresi degan bertambahnya usia. Hal ini disebabkan oleh dewasa akhir telah memiliki tingkat kecerdasan moral, agama, dan spiritual secara
mendalam.
Universitas Sumatera Utara
Stuart Laraia, 2007 Menyatakan semakin tua usia seseorang atau semakin tinggi tingkat perkembangan seseorang maka semakin banyak
pengalaman hidup yang dimilikinya. Pengalaman hidup yang banyak itu dapat mengurangi kecemasan.
Hasil penelitian menunjukkan seluruh responden pasien rehabilitasi narkoba berjenis kelamin Laki-Laki 100. Hal ini sejalan dengan teori Stuart
Laraia 2007. Yang menyatakan kecemasan dapat dipengaruhi oleh asam lemak bebas dalam tubuh. Pria mempunyai asam lemak bebas lebih banyak
dibandingkan wanita sehingga pria beresiko mengalami kecemasan yang lebih tinggi dari pada wanita. Dan di tempat Rehabilitasi Narkoba Di Sibolangit Center
Rehabilitation For Drug Addict, kusus untuk rehabilitasi Laki-Laki. Hasil penelitian didapatkan lebih dari setengah responden beragama
Islam 58,5 dan responden yang beragama Kristen sebesar 22,0. Agama merupakan suatu sistem keyakinan dan ibadah yang dipraktekkan untuk
membangun hubungan kepada tuhan. Agama dapat membantu spiritualitas seseorang dan dapat menjadi sumber kekuatan dan kesejahteraan individu.
Menurut teori Alloy 2001 dalam Schreiber 2011 kepercayaan kepada tuhan merupakan hal terpenting dalam kehidupan berdoa, Berdoa merupakan salah satu
kepercayaan yang bermanfaat dalam menghadapi masalah. Kegiatan berdoa yang dilakukan responden menjadi bagian yang terpenting dalam hidupnya, doa dapat
memberikan kedamaian
Universitas Sumatera Utara
Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas responden bersuku Batak 58,5. Secara umum, setiap suku mempunyai persepsi atau pandangan yang
tersendiri mengenai konsep sehat dan sakit. Ada suku yang menganggap bahwa sakit terjadi karena karma dan ada juga yang menganggap sakit karena infeksi.
Setiap suku mempunyai kepercayaan tersendiri mengenai pengobatan suatu penyakit dan akan member sikap yang berbeda dalam hal pencarian pengobatan
suatu penyakit. Menurut Jihan 2009, suku Batak meurpakan yang paling apresiatif dalam mengungkapkan penyakit. Suku Batak sudah kurang percaya
dengan cara pengobatan tradisional dan lebih memilih pengobatan modern seperti mencari pengobatan ke rumah sakit. hal ini berarti kebudayaan mempengaruhi
perilaku manusia dalam menghadapi masalah dan kecemasan. Kecemasan berat masih dialami responden sebanyak 4 orang 9,8,
jika di hubungkan dengan data demografi, responden mempunyai tingkat pendidikan yang rendah. Menurut pendapat Gallo 1997 dalam Banjarnahor
2014, tingkat pendidikan yang dimiliki seseorang menjadikan individu lebih besar selektif menerima respon kecemasan yang berlangsung. Raystone 2005,
yang menyatakan bahwa tingkat pendidikan sesorang berpengaruh dalam memberikan respon terhadap sesuatu yang datang baik dari dalam maupun dari
luar. Orang yang mempunyai pendidikan tinggi akan memberikan respon yang lebih rasional dibandingkan mereka yang berpendidikan lebih rendah, pendidikan
rendah menjadi faktor penunujang terjadinya kecemasan. Ini sejalan dengan penelitian Vaeroy 2010 dimana hasil penelitiannya diproleh cemas berat sebasar
30,7 lebih rendah dari cemas ringan 34,6.
Universitas Sumatera Utara
Cemas berat dapat juga di pengaruhi oleh kurangnya dukungan keluarga. Hal ini didukung hasil penelitian Yaputra 2012, menyatakan terdapat hubungan
antara dukungan keluarga degan tingkat kecemasan pada pasien rehabilitasi. Hal ini sejalan dengan teori Kowalik dan Gotlib 2000 dalam Davidson et all 2004
yang menyatakan bahwa dukungan keluarga merupakan faktor yang berpengaruh terhadap depresi dan kecemasan seseorang.
Kecemasan ringan juga ditunjukkan dari data kuesioner, penelitian ini yang menunjukkan bahwa mayoritas memiliki gejala kecemasan pada pernapasan
63,4, dan responden dengan gejala urogenital 56,1. Dan data yang di dapat dari kuesioner minoritas memiliki gejala kecemasan pada kardiovaskuler 53,7
Hal ini sejalan dengan teori Stuart Sundeen 1998, yang menyatakan pada kecemasan ringan individu mengalami sesekali nafas pendek, mampu menerima
rangsang yang pendek, muka berkerut dan bibir bergetar, koping persepsi luas, mampu menerima rangsang yang kompleks, konsentrasi pada masalah, dan
menyelesaikan masalah, perilaku dan emosi meliputi tidak dapat duduk tenang, tremor halus pada lengan, dan suara kadang meninggi.
Asumsi peneliti, dari hasil yang di dapat mayoritas pasien rehabilitasi narkoba mengalami kecemasan ringan sebesar 43,9, hal ini disebabkan
program-program dan pelayanan untuk merehabilitasikan pasien narkoba yang diberikan sudah baik, adapun program atau tindakan yang diberikan meliputi;
gotong royong membersih kan lingkungan sekitar rehabilitasi, senam, diberikan pendidikan kesehatan, pengetahuan tentang narkoba, dan bimbingan konseling,
serta kegiatan agamaibadah yang selalu di lakukan bersama-sama dan adanya
Universitas Sumatera Utara
kerja sama dengan beberapa intansi dalam merehabilitasi pasien narkoba. Degan adanya sosialisasikegiatan sosial dan berbagai program kegiatan yang diberikan
dengan baik dan teratur, dari pengalaman tersebut pasien merasa hal-hal yang ia khawatirkan berkurang, termotivasi, dan meningkatkan rasa percaya diri sehingga
kecemasan pasien rehabilitasi narkoba menurun.
Universitas Sumatera Utara
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Tingkat Kecemasan Pasien Rehabilitasi di Al-Kamal Sibolangit Center Rehabilitation For Drug Addict
Kecamatan Sibolangit Provinsi Sumatera Utara adalah dari 41 responden, maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa responden yang tidak mengalami cemas
9,8, cemas ringan 43,9, tingkat kecemasan sedang 36,6, cemas berat 9,8, dan tingkat kecemasan berat sekali 0.
6.2 Saran
6.2.1 Bagi Institusi Rehabilitasi Barkoba Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar tingkat kecemasan
pada pasien rehabilitasi narkoba menunjukkan tingkat kecemasan dengan kategori ringan, sehingga tindakan dan pelayananprogram perlu dipertahankan dan
ditingkatkan, sedangkan untuk responden yang masih mengalami tingkat kecemasan sedang dan berat perlu di berikan informasi yang tepat serta
pelayanan, seperti dalam memotivasi pasien, sosialisasi atau kegiatan sosial, dan jelaskan ke keluarga tentang pentingnya kunjungan dan tingkatkan jam
kunjungan, dengan adanya dukungan keluarga sangat membantu dalam pembentukan keseimbangan mental dan kepuasan psikologis pasien.
71
Universitas Sumatera Utara