Analisis Indikator Daya Saing Industri Pariwisata di Kabupaten Samosir

(1)

LAMPIRAN

Lampiran 1 Human Tourism Indicator (HTI)

Tahun

Jumlah Turis

Jumlah

Penduduk HTI

2010 118215 119653 0.987981914

2011 132629 120772 1.09817673

2012 144827 121594 1.191070283

2013 149779 121924 1.228461993

2014 171087 123065 1.390216552

Lampiran 2 Price Competitiveness Indicator (PCI)

Tahun Jumlah Wisatawan

Rata-rata tarif hotel

Rata-rata

masa tinggal PPP

2010 20849 485714 2,38 24101444000

2011 22732 485714 3,63 40079763429

2012 25297 485714 2,75 33789564286

2013 25662 485714 2,07 25801308000

2014 30450 485714 2,16 31946400000

Lampiran 3 Infrastructure Development Indicator (IDI) Tahun Jalan Beraspal (km) Kualitas Jalan Baik

(km) IDI

2010 517.03 6.52 1.26

2011 524.64 8.79 1.68

2012 519.63 11.55 2.22

2013 511.33 25.35 4.96


(2)

Lampiran 4 Environment Indicator (EI)

Tahun Jumlah Penduduk luas daerah EI

2010 119653 1444,25 82.8478449

2011 120772 1444,25 83.65172235

2012 121594 1444,25 84.20495067

2013 121924 1444,25 84.78379782

2014 123065 1444,25 85.21031677

Lampiran 5 Technology Advancement Indicator (TAI)

Tahun

Penggunaan

Telepon Jumlah Penduduk TAI

2010 670 119653 0.005599525

2011 554 120772 0.004587156

2012 483 121594 0.003972235

2013 408 121924 0.003346347

2014 330 123065 0.00268151

Lampiran 6 Openess Indicator (OI)

Tahun Jumlah Wisatawan PAD OI

2010 20849 11813 1.764920003

2011 22732 14201 1.600732343

2012 25297 17460 1.448854525

2013 25662 26661 0.962529538

2014 30450 43717 0.696525379

Lampiran 7Social Development Indicator (SDI)

Tahun

Rata-rata Masa Tinggal Turis (Hari)

2010 2.02

2011 2.08

2012 1.84

2013 1.62


(3)

Lampiran 8 Hasil Indeks Pariwisata

Indikator 2010 2011 2012 2013 2014 Tourism

Participation Index

0 0.27 0.5 0.57 1

Purchasing Power Parity

0 1 0.61 0.11 0.49

Infrastructure Development Indicator

0 0.01 0.02 0.07 1

Environment Indicator

0 0.34 0.57 0.82 1

Technology Advancement Indicator

1 0.65 0.45 0.21 0

Human Resources Indicator

0 0.82 0.64 0.64 1

Openess Indicator 1 0.85 0.71 0.24 0 Social Development

Indicator

0.9 1 0.62 0.27 0

Lampiran 9 Hasil Indeks Komposit

Indikator Indeks Komposit Tourism Participation Index (TPI) 0.47

Purchasing Power Parity (PPP) 0.441 Infrastructure Development

Indicator (IDI)

0.219 Environment Indicator (EI) 0.545 Technology Advancement Indicator

(TAI)

0.462 Human Resources Indicator (HRI) 0.618 Openess Indicator (OI) 0.56 Social Development Indicator (SDI) 0.558


(4)

Lampiran 10 Hasil Indeks Daya saing Pariwisata

Indikator Indeks Daya Saing

Tourism Participation Index (TPI) 1.82 Purchasing Power Parity (PPP) 1.71 Infrastructure Development Indicator (IDI) 0.85 Environment Indicator (EI) 2.12 Technology Advancement Indicator (TAI) 1.79 Human Resources Indicator (HRI) 2.39 Openess Indicator (OI) 2.17 Social Development Indicator (SDI) 2.16


(5)

DAFTAR PUSTAKA Badan Pusat Statistik (BPS), 2010, Data Strategis BPS.

Badan Pusat Statistik (BPS), diakses dardiakses pada tanggal 5 Juli 2011 pada jam 20.20 WIB

Badan Pusat Statistik Samosir, 2015.Samosir dalam Angka, Jakarta:BPS. Badan Pusat Statistik.2015……….Jakarta:BPS.

Buku Pedoman Penulisan Skripsi dan Ujian Komprehensif Program Strata 1 (S1), Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Sumatera Utara.

Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya Kabupaten Samosir.20…Tentang….Samosir. Identifikasi dan Pendekatan Pengembangan Pariwisata Samosir, 2007, Team

Seminar Arsitektur 33. Fakultas Teknik.Universitas Katolik ST. Thomas Sumatera Utara.

Krugman, P. (2012). R., Obstfeld, M.en Melitz, MJ (2012). International Economics : Theory and Policy.

Republik Indonesia, 2007. “Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No 41 Tahun 2007 Tentang Standar Proses Untuk Satuan Pendidikan Dasar Dan Menengah”,Jakarta.

Republik Indonesia, 1990. “Undang-Undang No 9 Tahun 1990 TentangKepariwisataan”, 18 Oktober 1990.Lembaran Negara RI Tahun 1990, No 78. Sekretariat Negara.Jakarta.

Republik Indonesia, 2003. “Undang-Undang No 36 Tahun 2003 Tentang Pembentukan Kabupaten Samosir Dan Kabupaten Serdang Bedagai Di Provinsi Sumatera Utara”, 18 Desember 2003.Lembaran Negara RI Tahun 2003, No 4346. Sekretariat Negara.Jakarta.

Republik Indonesia, 2009. “Undang-Undang No 10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan”, 16 Januari 2009.Lembaran Negara RI Tahun 2009, No 11. Sekretariat Negara.Jakarta.

Porter, M.E. (1990). The Competitive advantage of notions.Harvard business review, 68 (2),73-93

Safitri, L.(2011). “Analisis Kinerja Ekspor Dan Impor Tembakau Indonesia Periode 2000-2009 Fakultas Ekonomi Trisakti”. Jakarta.


(6)

Schwab, K.,& Sala-i-Martin,X.(Eds).2015. “The Global Competitiveness report 2015-2016.Geneva: World Economic Forum” .Halaman 4.

Spillane, James J., 1987. Ekonomi Pariwisata: Sejarah dan Prospeknya. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.

Wardianto dan M.Baquini, 2011. “Perencanaan Pengembangan Pariwisata”, Edisi 1, CV. Lubuk Agung, Bandung.

World Economic Forum (WEF), 2010. “The Global Competitiveness Report” 2015-2016. Geneva: SRO-Kundig.

World Tourism Organization (WTO), 1994. “Global Tourism Forecasts to theYear 2000 and Beyond”, Madrid:WTO.


(7)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kuantitatif yang bertujuan untuk menjelaskan secara sistematik, faktual dan akurat tentang fakta-fakta dan sifat-sifat suatu objek atau populasi tertentu. Penelitian ini menekankan pada pengujian teori melalui pengukuran variabel penelitian dengan angka dan melakukan analisis data dengan prosedur statistik (Sinulingga, 2014).

3.2 Tempat dan waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Samosir untuk menganalisis daya saing industri pariwisata Kabupaten Samosir. Waktu penelitian dimulai pada bulan Mei sampai dengan selesai.

3.3 Variabel Peneltian dan Definisi Operasional Variabel 3.3.1 Variabel Penelitian

Variabel peneltian ini antara lain: 1. Daya Saing

Kemampuan usaha suatu perusahaan dalam industri untuk mengatasi berbagai lingkungan yang dihadapi. Daya saing ditentukan oleh keunggulan bersaing suatu perusahaan dan sangat bergantung pada tingkat sumber daya relatif yang dimilikinya atau biasa kita sebut keunggulan kompetitif. Dalam mengukur variabel dayasaing ini dapat dilakukan dengan adanya 8 indikator penentu dayasaing, diantaranya: Human Tourism Indicator (HTI), Price Competitiveness Indicator (PCI), Infrastructure Development Indicator (IDI), Environment


(8)

Indicator(EI), Technology Advancement Indicator(TAI),Human Resources Indicator (HRI),Openess Indicator (OI) dan Social Development Indicator (SDI).

Desain penelitian ini adalah exploratory research dengan melakukan pengukuran daya saing industri pariwisata di Kabupaten Samosir.Disini akan diuraikan mengenai definisi operasional variabel,jenis dan sumber data, metode pengumpulan data dan metode analisis yang akan digunakan.

3.3.2 Definisi Operasional

Definisi operasional menjelaskan cara tertentu yang digunakan oleh peneliti dalam mengukur suatu variabel yang akan digunakan. Dalampenelitian inimenggunakan variabel daya saing. Secara operasional variabel tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Indeks Daya Saing

Daya saing industri pariwisata di Kabupaten Samosir ini diukur melalui tersedianya potensi-potensi yang dimiliki daerah tersebut baik potensi alam, budaya dan agama. Dapat dilihat pada Tabel 3.1 parameter, sumber data dan kegunaan kedelapan indikator, indikator ini diadopsi dari penelitian Trisnawati (2007). Kedelapan indikator yang digunakan dalam analisis penentuan daya saing penelitian ini adalah:

Tabel 3.1

Parameter, Sumber Data dan Kegunaan

Parameter Sumber Data Kegunaan

Human Tourism Indicator (HTI)

1. Jumlah turis 2. Jumlah penduduk

Menunjukkan pencapaian perkembangan ekonomi daerah akibat kedatangan turis

Price

Competitiveness


(9)

Indicator(PCI) 2. Rata-rata masa tinggal turis Infrastructure

Development Indicator (IDI)

1. Proporsi jumlah jalan dengan kualitas baik 2. Fasilitas air bersih

Menunjukkan perkembangan jalan raya, perbaikan fasilitas sanitasi dan peningkatan akses penduduk terhadap fasilitas air bersih

Environment Indicator (EI)

1. Jumlah penduduk 2. Luas daerah

Menunjukkan kualitas lingkungan dan kesadaran penduduk dalam memelihara lingkungannya

Technology Advancement Indicator (TAI)

1. Jumlah penduduk Menunjukkan perkembangan infrastruktur dan teknologi modern

Human Resources Indicator (HRI)

1. Jumlah penduduk yang berpendidikan SD, SMP, SMU, Diploma dan Sarjana

Kualitas SDM di daerah destinasi

Openess Indicator (OI)

1. Jumlah wisatawan mancanegara

2. Total PAD

Tingkat keterbukaan destinasi terhadap perdagangan internasional dan turis internasional

Social Development Indicator (SDI)

1.Lama rata-rata masa tinggal turis

Menunjukkan kenyamanan dan keamanan turis berwisata

Sumber:World Travel and Tourism Council (WTTC) a. Human Tourism Indicator (HTI)

Indikator ini menunjukkan pencapaian perkembangan ekonomi daerah akibat kedatangan turis pada daerah tersebut. Pengukuran yang digunakan adalah Tourism Participation Index (TPI) yaitu rasio antara jumlah aktivitas turis (datang dan pergi) dengan jumlah penduduk daerah destinasi. Dalam penelitian ini, ukuran yang digunakan adalah TPI, dengan rumus:

���= �����ℎ����������������������� �����ℎ��������������������������


(10)

Indikator ini menunjukkan harga komoditi yang dikonsumsi oleh turis selama berwisata seperti biaya akomodasi, travel, sewa kendaraan dan sebagainya. Pengukuran yang digunakan untuk menghitung PCI adalah Purchasing Power Parity (PPP). Proksi yang digunakan untuk mengukur PPP adalah rata-rata tarif minimum hotel yang merupakan hotel worldwide. Sehingga rumus yang digunakan untuk menghitung PPP adalah:

PPP = jumlah Wisatawan Mancanegara x rata-rata tarif hotel x rata-rata masa tinggal

c. Infrastructure Development Indicator (IDI)

Indikator ini menunjukkan perkembangan jalan raya, perbaikan fasilitas sanitasi dan peningkatan akses penduduk terhadap fasilitas air bersih. Total PAD yang ada dapat digunakan untuk mengalokasikan infrastruktur supaya dapat memadai. Indicator ini melihat proporsi jalan dengan kondisi baik, dan share pengeluaran pemerintah daerah untuk infrastruktur.

d. Environment Indicator (EI)

Indikator ini menunjukkan kualitas lingkungan dan kesadaran penduduk dalam memelihara lingkungannya. Pengukuran yang digunakan adalah indeks emisi CO2 dan indeks kepadatan penduduk (rasio antara jumlah penduduk dengan luas daerah). Sementara pengukuran pada indeks emisi CO2 tidak terdapat data maka yang digunakan untuk menghitung EI adalah indeks kepadatan penduduk. Jumlah penduduk yang besar dapat membantu pemerintah untuk sadar akan lingkungan di sekitarnya.

��= �����ℎ�������� ���������ℎ


(11)

e. Technology Advancement Indicator (TAI)

Indikator ini menunjukkan perkembangan infrastruktur dan teknologi modern yang ditunjukkan dengan meluasnya penggunaan internet, mobile telephone dan ekspor produk-produk berteknologi tinggi. Pengukuran yang digunakan adalah telephone index (rasio penggunaan line telephone dengan jumlah penduduk)

���= ��������������������� �����ℎ������������������������ f. Openess Indicator (OI)

Indikator ini menunjukkan tingkat keterbukaan destinasi terhadap perdagangan internasional dan turis internasional. Pengukurannya menggunakan rasio jumlah wisatawan mancanegara dengan total PAD.

��= �����ℎ�������������������� ��������

g. Human Resources Indicator (HRI)

Indikator ini menujukkan kualitas sumber daya manusia daerah tersebut sehingga dapat memberikan pelayanan yang lebih baik kepada turis.Pengukuran HRI menggunakan indek pendidikan yang terdiri dari rasio penduduk yang bebas buta huruf dan rasio penduduk yang berpendidikan SD, SMP, SMU, Diploma dan Sarjana.

��� = ���������������������ℎ����

�����������������������,���,���,�����������������


(12)

Indikator ini menunjukkan kenyamanan dan keamanan turis untuk berwisata di daerah destinasi. Ukuran SDI adalah lama rata-rata masa tinggal turis di daerah destinasi.

3.4 Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari pihak lain, baik dari literatur, studipustaka, atau penelitian-penelitian sejenis sebelumnya yang berkaitan dalam penelitian ini.

Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Samosir, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Samosir, buku-buku dan jurnal-jurnal ekonomi. Data yang digunakan antara lain jumlah kunjungan dan pertumbuhan pengunjung obyek wisata Kabupaten Samosir, jumlah kunjungan wisatawan mancanegara ataupun wisatawan nusantara, Pendapatan Asli Daerah (PAD) dari sektor pariwisata Kabupaten Samosir serta sarana dan prasarana pariwisata di Kabupaten Samosir.

Penentuan tahun penelitian didasarkan pada presentase peningkatan jumlah kunjungan wisatawan dan jumlah pengguna sarana dan prasarana yang digunakan khusus untuk menuju ke obyek wisata di Kabupaten Samosir.

3.5 Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam suatu penelitian dimaksudkan untuk memperoleh bahan-bahan yang relevan, akurat dan realistis. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kepustakaan yaitu merupakan satu


(13)

cara untuk memperoleh data dengan cara membaca literatur yang berkaitan dengan permasalahan yang sedang diteliti. Dalam studi kepustakaan ini data yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik, Dinas pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Samosir, instansi-instansi terkait, buku-buku dan jurnal-jurnal ekonomi.

3.6 Metode Analisis Data

Dalam penelitian ini melakukan penghitungan index daya saing pariwisata dengan memasukkan seluruh indikator daya saing dari World Travel and Tourism Council(WTTC) sebanyak 8 indikator dan mengkhususkan pada Kabupaten Samosir. Analisis penentuan daya saing ini penting dilakukan untuk memberikan gambaran posisi daya saing pariwisata di daerah Kabupaten Samosir. Dalam penelitian ini tahapan analisis yang dilakukan adalah:

1. Menghitung indeks pariwisata dari kedelapan indikator-indikator pembentuk indeks daya saing yang telah dikemukakan di atas dengan formula

����������� (��) = ����������� − ������������ ������������� − ������������

Untuk menentukan indeks daya saing pariwisata tersebut perlu diperhatikan adanya variabel yang akan dihitung satu-persatu menurut indikator-indikator daya saing potensi yang dimiliki oleh daerah yang bersangkutan. Analisis perhitungan indeks pariwisata sangat diperlukan dalam menganalisis penatapan potensi yang dimiliki. Dengan potensi yang ada di daerah tersebut maka akan didapatkan salah satu besarnya potensi yang dimiliki daerah tersebut. Tujuannya adalah untuk meningkatkan keunggulan daerah destinasi dengan daerah lain di sekitarnya.


(14)

2. Melakukan penghitungan index composite dari kedelapan indikator yang menentukan daya saing pariwisata

��� = 1/� � ���

Keterangan :

��� : Indeks komposit k (k = 1 sampai 8)

c : Lokasi

k : Indikator-indikator daya saing

n : Jumlah variabel dari k

i : Variabel

∑ ��� : Perhitungan penjumlahan setiap indikator

Dalam menentukan indeks komposit perlu diperhatikan kedelapan indikator yang menentukan daya saing pariwisata karena akan diketahui nilai dari keseluruhan indikator-indiktator daya saingnya.

3. Menghitung index daya saing pariwisata �� = � �

���� Keterangan :

�� : Daya saing pariwisata

��� : Bobot asosiasi pada setiap indikator

∑ �� : Perhitungan penjumlahan bobot asosiasi setiap indikator

Nilai indeks “0” menujukkan kemampuan daya saing rendah, sedangkan nilai “1” menujukkan kemampuan daya saing yang tinggi/baik (Craiwell, 2007).


(15)

BAB IV

HASIL PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Kabupaten Samosir

4.1.1 Kondisi Geografis Kabupaten Samosir

Luas wilayah Kabupaten Samosir secara keseluruhan mencapai 254.715Ha, terdiri dari daratan seluas 144.455 Ha dan perairan danau seluas 110.260 Ha.Luas dan batas perairan di kawasan Danau Toba belum ada ketentuan yang pasti.Namun mengingat Pulau Samosir tepat berada dan dikelilingi oleh Danau Toba,secara proporsional luas perairan Danau Toba yang menjadi bahagian daerahKabupaten Samosir sewajarnyalah merupakan bagian yang terluas dibandingkandengan enam kabupaten-kabupaten lainnya di sekeliling perairan Danau Toba.

Posisi Geografis, Komposisi Wilayah dan Kemiringan Posisi geografisKabupaten Samosir berada pada 2°24’ - 2°45’ Lintang Utara dan 98°21’- 99°55’Bujur Timur. Secara administratif wilayah Kabupaten Samosir diapit oleh tujuhkabupaten, yaitu di sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Karo danKabupaten Simalungun, di sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten TobaSamosir, di sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Tapanuli Utara danKabupaten Humbahas dan di sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Dairidan Kabupaten Pakpak Barat. Kabupaten Samosir terdiri dari 9 kecamatan, 6kecamatan berada di Pulau Samosir di tengah Danau Toba dan 3 kecamatan


(16)

didaerah lingkar luar Danau Toba tepat pada punggung pegunungan Bukit Barisan.

Kabupaten Samosir terletak pada wilayah dataran tinggi, denganketinggian antara 700 s/d 1.995 meter di atas permukaan laut.Jenis tanahTopografi dan kontur tanah di Kabupaten Samosir pada umumnya berbukit dan bergelombang.

Daerah Kabupaten Samosir tergolong daerah beriklim tropis basah dengan suhu berkisar antara 17ºC - 29ºC dan rata-rata kelembaban udara sebesar 85,04 persen. Curah hujan tertinggi terjadi bulan November dengan rata-rata 440 mm dengan jumlah hari hujan sebanyak 15 hari. Curah hujan terendah terjadi pada bulan Juni s/d Agustus berkisar dari 31 s/d 56 mm per bulan, dengan hari hujan 5 s/d 7 hari.

Kabupaten Samosir memiliki 10 buah sungai yang keseluruhannya bermuara ke Danau Toba. Sebahagian dari sungai tersebut telah dimanfaatkan untuk mengairi lahan sawah seluas 3.987 ha, lahan sawah yang beririgasi setengah teknis (62,13 % dari luas yang ada). Panjang saluran irigasi di Kabupaten Samosir mencapai 74,77 km, terdiri dari irigasi setengah teknis 70,63 km (21,53 km saluran primer dan 49,10 km saluran sekunder) dan irigasi sederhana 4,14 km. Luas lahan produktif di Kabupaten Samosir (2002) mencapai 69.798 ha, terdiri dari lahan sawah 7.247 ha (10,4 %), dan lahan kering 62.551 ha (89,6 %). Terbatasnya sarana irigasi, modal dan tenaga kerja kasar mengakibatkan hanya 14.110 ha (22,56 %) lahan kering yang dikelola. Selebihnya merupakan lahan tidur seluas 48.441 ha atau 77,44 % dari lahan kering yang dapat dikelola.


(17)

4.1.2 Kondisi Demografis Kabupaten Samosir

Berdasarkan angka proyeksi penduduk pertengahan tahun, penduduk Kabupaten Samosir pada tahun 2014 adalah sebanyak 123.065 jiwa, terdiri dari 61.080 penduduk laki-laki (49,63 persen) dan 61.985 penduduk perempuan (50,37persen), dengan rasio jenis kelamin sebesar 98,54 dan angka kepadatan penduduk mencapai 85,21 jiwa/km2. Sementara itu rumah tangga yang ada di Kabupaten Samosir adalah sebanyak 29.759 dengan rata-rata penduduk tiap rumah tangga sebesar 4,14 jiwa/rumah tangga.

Tabel 4.1

Jumlah Penduduk Kabupaten Samosir (2010-2014) Tahun Jumlah Penduduk (Jiwa)

2010 2011 2012 2013 2014

119653 120814 121613 122449 123065

Sumber: BPS Kabupaten Samosir

Menurut persebaran penduduk tiap kecamatan, penduduk yang lebih banyak adalah di Kecamatan Pangururan, yaitu 30.283 jiwa (24,61 persen), dengan angka kepadatan penduduk mencapai 249,39 jiwa/km2, sedangkan penduduk yang paling sedikit adalah di Kecamatan Sitiotio yaitu 7.302 jiwa (5,93 persen), dengan angka kepadatan penduduk mencapai 143,85 jiwa/km2. Berdasarkan data yang diperoleh dari BPS Kabupaten Samosir, angkatan kerja yang tersedia di Kabupaten Samosir adalah sebanyak 70.715 jiwa atau 89,92 persen dari seluruh penduduk berusia 15 tahun ke atas, dimana angkatan kerja yang bekerja adalah sebanyak 69.974 jiwa dan yang menganggur adalah sebanyak


(18)

741 jiwa. Sementera itu penduduk yang tergolong bukan angkatan kerja adalah sebanyak 7.930 jiwa (10,08 persen), yaitu mereka yang sekolah sebanyak 2.790 jiwa, mengurus rumah tangga sebanyak 2.366 jiwa, dan melakukan kegiatan lainnya sebanyak 2.774 jiwa. Menurut lapangan usaha, penduduk yang bekerja adalah lebih banyak di sektor pertanian (pertanian, perkebunan, kehutanan, perburuan dan perikanan), yaitu 48.648 jiwa (69,52 persen), diikuti sektor perdagangan besar/eceran, rumah makan dan jasa akomodasi 9.241 jiwa (13,21 persen), sektor jasa kemasyarakatan, sosial dan perorangan 6.240 jiwa (8,92 persen), sektor industri pengolahan 3.850 jiwa (5,50 persen), sektor konstruksi 1.034 jiwa (1,48 persen), sektor transportasi, pergudangan dan komunikasi 762 jiwa (1,09 persen), dan sektor lembaga keuangan dan usaha persewaan 199 jiwa (0,28 persen). Sementara itu, Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) penduduk Kabupaten Samosir tahun 2014 adalah sebesar 1,05 persen. Persentase penduduk Kabupaten Samosir berusia 10 tahun ke atas yang masih sekolah diperkirakan sebesar 28,69 persen, sedangkan yang tidak/belum pernah sekolah adalah 1,90 persen, dan yang tidak bersekolah lagi adalah 69,41 persen. Persentase penduduk yang tidak/belum pernah sekolah dan yang tidak bersekolah lagi mengalami peningkatan bila dibandingkan tahun sebelumnya, sementara masih sekolah semakin berkurang.

4.1.3 Potensi Obyek Pariwisata Kabupaten Samosir

Kabupaten Samosir mempunyai 75 obyek dan daya tarik pariwisata yang tersebar dibeberapa kecamatan. Kabupaten ini mempunyai banyak obyek wisata yang dapat dikunjungi seperti wisata alam, wisata seni budaya dan peninggalan


(19)

sejarah.Adapun obyek wisata yang menjadi unggulan di Kabupaten Samosir saat ini adalah:

1. Pantai Pasir Putih Parbaba Obyek Wisata Pasir Putih dengan panjang pantai 250 meter terletak di Desa Parbaba Kecamatan Pangururan sekitar 7 Km dari Ibu kota Pangururan ditempat ini pengunjung dapat menikmati pemandangan yang sangat indah dipinggiran Danau Toba ke arah Tongging dan Tigaras pantai ini banyak dikunjungi wisatawan lokal maupun internasional untuk melakukan aktivitas wisata air dan olah raga pantai seperti voly pantai dan jetsky.

2. Hotspring / Permandian Air Panas Kabupaten Samosir memiliki 2 (dua) lokas pemandian air panas, di Kecamatan Pangururan Desa Siogung-ogung dan Desa Simbolon. Namun pemandian air panas Desa Siogung-Ogung lebih berkembang berada di kelurahan siogung – ogung Kec. Pangururan ± 2 Km dari ibu Kota Kabupaten Samosir. Tempat ini memiliki sumber air panas yang sangat bening mengandung belerang, yang dapat dipercaya menyembuhkan penyakit kulit dan membuat tubuh lebih segar.Potensi Pengembangan yang ditawarkan seperti kegiatan Water Park dengan area bermain, restoran dan hotel, kolam pemandian dengan standar internasional.

3. Museum Inkulturatif Pangururan Museum ini terletak di pusat kota pangururan yang dikelola oleh pastoran katolik dan memiliki benda purba kala yang sudah jarang ditemukan pada masayarakat batak apabila wisatawan ingin melihat benda – benda bersejarah peninggalan orang batak datanglah ke museum ini.


(20)

4. Aek Sipitu Dai Obyek wisata Aek sipitu dai ( Air Tujuh Rasa )terletak di desa aek sipitu dai kecamtan Sianjur Mulamula sekitar 10 Km dari ibu kota Pangururan. Sesuai dengan legenda yang menyatakan bahwa terdapat 7 (tujuh) rasa air pada lokasi Aek Sipitu Dai. Mata air Aek Sipitu Dai ada tujuh. Mata air tersebut berjejer ke sebelah kiri pohon jabi-jabi. Konon, dari ketujuh mata air ini keluar air dengan cita rasa yang berbeda. Kemudian air yang keluar dari ketujuh mata air bergabung menjadi satu melalui bawah pohon jabi-jabi dan dari sana memancur ke bawah, sehingga disebut Pansur jabi Sipitu Dai (Pansur Jabi-jabi Tujuh Rasa).

5. Batu Sawan Obyek wisata Batu Sawan terletak di Desa Sarimarrihit Kec. Sianjur Mulamula sekitar 12 Km dari ibukota Pangururan, tempat ini memiliki batu besar yang bentuknya seperti cawan dan berisi air dengan rasa jeruk purut. Konon menurut legenda, Batu Sawan dibuat oleh Mulajadi Nabolon untuk menguras Si Raja Uti ketika masih bernama si Raja Biakbiak agar bisa memiliki bentuk tubuh yang sempurna. Dari Puncak Pusuk Buhit air murni mengalir melalui batu marsada dan masuk ke Batu Sawan yang kemudian berubah rasa menjadi rasa jeruk puruk (anggir) tetapi warna tetap jernih yang kemudian berubah rasa lagi menjadi tawar setelah air keluar dari Batu Sawan. Diyakini, air dari Batu Sawan memiliki khasiat menyembuhkan dan pembersihan diri.

6. Batu Hobon Obyek wisata batu hobon terletak didesa Sianjur mulamula sekitar 13 Km dari ibukota pangururan batu besat ini mirip sepeti peti besar lengkap dengan penutupnya. Obyek wisata ini terkait legenda sejarah suku batak konon menurut kisahnya raja batak menyimpan harta benda yang sangat berharga


(21)

sampai sekarang tidak ada satu orang yang dapat membuka penutup batu. Menurut mitos, tatkala Tuan Sariburaja meninggalkan perkampungan Sianjur Mulamula dan pindah ke Ulu Darat, dia meninggalkan semua harta pusaka yang diterima dari ayahnya, Guru Tateabulan.

7. Air Terjun Efrata Obyek wisata Air terjun Efrata berada di desa Sosor Dolok Kec. Harian sekitar 18 Km dari Kab Samosir Pangururan, Air terjun ini memiliki Ketinggian ± 100 m yang mengalir dari kawasan hutan tele menuju Danau Toba.

8. Menara pandang tele Obyek wisata Menara Pandang Tele terletak di Kec. Harian sekitar 19 Km dari Ibu kota Kab. Samosir Pangururan ditempat ini dibangun sebuah menara berlantai tiga untuk membuat pengunjung menikmati panorama Danau Toba sebagian daratan Pulau Samosir

9. Danau Sidihoni Obyek wisata Danau Sidihoni terletak di Kecamatan Ronggurnihuta sekitar 10 Km dari ibukota Pangururan Danau ini berada di ketinggian 700 m dpldengan luas 5 Ha wisatawan dapat mengunjungi tempat ini dengan menikmati “Danaudiatas Danau”.

10. Batu Kursi Persidangan Siallagan Obyek wisata Batu Kursi Persidangan terletak di desa Siallagan Pindaraya kecamatan Simanindo sekitar 35 Km dari Ibu Kota Kab. Samosir – Pangururan Konon raja batak di desa ini membangun fasilitas pengadilan seperti meja, Kursi yang terbuat dari batu , ditempat ini adalah terdakwa diadili sekaligus dieksekusi

11. Museum Huta Bolon Obyek Wisata Museum Huta bolon terletak didesa Simanindo Kecamatan Simanindo sekitar 25 Km dari ibukota Kab.


(22)

Samosir – Pangururan, Tempat ini mengoleksi benda –benda pertunjukan tradisional yang dilaksanakan 2 (dua) sehari yaitu jam 10.30 (show pertama ) dan jam 11.45 (show kedua ) anda ingin menikmati Tarian tradisional datanglah ke Huta bolon simanindo.

12. Makam Raja Sidabutar Obyek wisata Makam Raja Sidabutar terletak di desa Tomok Kecamatan Simanindo,terletak 42 Km. Dari Ibukota Kab. Samosir–Pangururan Makam ini dibuat dari batu besar dengan bentuk peti mati dilengkapi dengan ukiran batak, konon ketika raja meninggal mayatnya dimasukkan kedalam peti mati yang terbuat dari batu.

13. Toko Souvenir Tomok Kawasan Desa Tomok adalah tempat untuk mendapatkan cendra mata atau souvenir. Para wisatawan dapat berbelanja oleh-oleh untuk dibawa pulang sebagai kenang-kenangan dari Pulo Samosir.Wisatawan dapat berbelanja kerajinan tangan berupa hasil tenunan dan ukiran.Kawasan ini dekat dengan pelabuhan kapal penyeberangan, sehingga wisatawan sebelum menyebrang dapat berbelanja karena lokasinya cukup dekat.

4.1.4Perkembangan Pariwisata di Kabupaten Samosir

Danau Toba merupakan salah satu dari destinasi pariwisata yang akan dikembangkan oleh pemerintah. Kabupaten Samosir merupakan bahagian yang terluas memiliki wilayah Danau Toba dibandingkan dengan enam kabupatenkabupaten lainnya. Hal ini membuat Kabupaten Samosir menjadi destinasi unggulan di daerah Danau Toba. Setiap tahunnya jumlah kunjungan wisatawan ke obyek wisata yang ada di Kabupaten Samosir dapat dilihat dari tabel angka berikut:


(23)

Tabel 4.2

Banyaknya Wisatawan Yang Berkunjung Ke Kabupaten Samosir Menurut Tahun dan Jenis Wisatawan

Tahun Jumlah Wisatawan

(jiwa) Wisatawan Mancanegara (jiwa) Wisatawan Domestik (jiwa)

2010 118215 20849 97366

2011 132629 22732 109897

2012 144827 25297 119530

2013 149779 25662 124117

2014 171087 30450 140637

Dalam kurun waktu sembilan tahun yaitu pada tahun 2010-2014,

jumlahkunjungan wisatawan ke Kabupaten Samosir mengalamipertumbuhan.Dapat dilihat pada Tabel 4.4, periode tahun 2010-2014

jumlah wisatawan setiap tahunnya mengalami peningkatan.

Akomodasi pariwisata tidak dapat dipisahkan dari aktivitas wisata. Akomodasi pariwisata merupakan salah satu faktor penarik wisatawan untuk datang berkunjung ke suatu obyek wisata. Hotel, restoran, penginapan, kafe, dan sarana pendukung lainnya yang terdapat di kawasan wisata merupakan bagian dari industri pariwisata.

Tabel 4.3

Daftar Hotel Bintang di Kabupaten Samosir beserta Harga per malam (rupiah)

Hotel Harga (Per Malam)

Samosir Villa Resort 600000

Hotel Ambaroba 350 350000

Tirta Morni Simanindo 650000

Silintong Hotel 470000

Prima Hotel 450000

Parbaba Beach Hotel 450000

Jts Pangururan 430000


(24)

Berdasarkan Survei Hotel dan Akomodasi yang dilaksanakanoleh BPS, pada tahun 2014 terdapat 82perusahaan/usaha hotel dan jasa akomodasilainnya yang beroperasi di Kabupaten Samosir,dengan jumlah kamar sebanyak 1.706 danfasilitas tempat tidur sebanyak 2.920.Menurut klasifikasi, hotel dan jasaakomodasi lainnya tersebut terdiri dari 76 hotelkelas melati yang memiliki kamar sebanyak1.301 kamar dan 2.128 fasilitas tempat tidur,serta 6 hotel kelas bintang yang memiliki 405kamar dan 792 fasilitas tempat tidur.Rata-rata tingkat penghunian kamar hoteldan jasa akomodasi lainnya di KabupatenSamosir selamatahun 2014 mengalami penurunan bila dibandingkan dengan tahun 2013, yaitu dari 14,85 persen menjadi 12,99 persen.

4.2 Analisis Data Dan Pembahasan

Penelitian ini melakukan penghitungan indeks daya saing pariwisata dengan memasukkan seluruh indikator daya saing dari WWTC sebanyak 8 indikator dan mengkhususkan pada destinasi Kabupaten Samosir dalam periode 2010-2014.

Daya saing pariwisata merupakan representasi dari indikator-indikator pembentuknya. Semakin baik kinerja indikator-indikator pembentuknya maka akan semakin tinggi daya saing pariwisata yang dimiliki suatu daerah. Sebaliknya, jika kinerja indikator-indikator pembentuknya rendah, maka daya saing pariwisata juga rendah.Untuk melihat daya saing pariwisata Kabupaten Samosir, maka terlebih dahulu ditentukan dengan melihat bobot dari indikator penentu daya saing pariwisata.


(25)

Analisis penentuan daya saing ini penting dilakukan untuk memberikan gambaran posisi daya saing pariwisata di daerah Kabupaten Samosir. Hasil analisis ini memberi implikasi pada kebijakan yang harus dilakukan oleh pemerintah Kabupaten Samosir untuk mengembangkan sektor pariwisata karena dengan memperhatikan indikator-indikator penentu daya saing dapat dikaji kelebihan dan kekurangan daerah tersebut dalam mengembangkan industri pariwisata sebagai salah satu sumber PAD yang potensial.Hasil analisis mengenaikedudukan atau posisi daya saing pariwisata di Kabupaten Samosir dapat dijelaskan secara ringkas dalam Tabel 4. 6.

a. Human Tourism Indicator (HTI)

Human Tourism Indicator (HTI) menunjukkan pencapaian perkembangan ekonomi daerah Samosir akibat kedatangan turis pada daerah tersebut. Pengukuran yang digunakan adalah Tourism Participation Index (TPI) yaitu rasio antara jumlah aktivitas turis (datang dan pergi) dari tahun 2010- 2014 dengan jumlah penduduk daerah destinasi pada tahun 2010-2014. Untuk menghitung ,Human Tourism Indicator (HTI), ukuran yang digunakan adalah TPI, dengan rumus:

���= �����ℎ����������������������� �����ℎ��������������������������

Berdasarkan rumus di atas, maka diperoleh hasil Human Tourism Indicator (HTI) di Kabupaten Samosir pada tahun 2010 sebesar 0.987981914, tahun 2011 sebesar 1.09817679, tahun 2012 sebesar 1.191070283, tahun 2013 sebesar 1.228461993, pada tahun 2014 sebesar 1.390216552.


(26)

b. Price Competitiveness Indicator (PCI)

Price Competitiveness Indicator (PCI) menunjukkan harga komoditi yang dikonsumsi oleh turis selama berwisata di Kabupaten Samosir, seperti biaya akomodasi, travel, sewa kendaraan dan sebagainya. Pengukuran yang digunakan untuk menghitung PCI adalah Purchasing Power Parity (PPP). Proksi yang digunakan untuk mengukur PPP adalah dengan menghitung rata-rata tarif minimum hotel di Samosir yang merupakan hotel worldwide. Sehingga rumus yang digunakan untuk menghitung PPP adalah:

PPP = jumlah Wisatawan Mancanegara x rata-rata tarif hotel x rata-rata masa tinggal

Berdasarkan rumus di atas, maka diperoleh hasil Price Competitiveness Indicator (PCI) di Kabupaten Samosir pada tahun 2010 sebesar 24101444000, pada tahun 2011 sebesar 40079763429, tahun 2012 sebesar 33789564286, pada tahun 2013 sebesar 25801308000, dan pada tahun 2014 sebesar 31946400000.

c. Infrastructure Development Indicator (IDI)

Infrastructure Development Indicator (IDI) menunjukkan perkembangan jalan raya, perbaikan fasilitas sanitasi dan peningkatan akses penduduk terhadap fasilitas air bersih di Kabupaten Samosir. Total PAD yang ada dapat digunakan untuk mengalokasikan infrastruktur supaya dapat memadai. Indikator ini melihat proporsi jalan dengan kondisi baik, dan share pengeluaran pemerintah daerah untuk infrastruktur. Rumus yang digunakan untuk mengitung Infrastructure Development Indicator (IDI) yaitu dengan mengitung persentase jumlah kualitas jalan baik dengan jumlah jalan beraspal di Kabupaten Samosir.


(27)

Berdasarkan rumus di atas, maka diperoleh hasil dari Infrastructure Development Indicator (IDI) di Kabupaten Samosir pada tahun 2010 sebesar 1.26%, tahun 2011 sebesar 1.68%, pada tahun 2012 sebesar 2.22%, tahun 2013 sebesar 4.96%, dan pada tahun 2014 sebesar 54.66%.

d. Environment Indicator (EI)

Environment Indicator (EI) menunjukkan kualitas lingkungan dan kesadaran penduduk di Kabupaten Samosir dalam memelihara lingkungannya. Pengukuran yang digunakan adalah indeks emisi CO2 dan indeks kepadatan penduduk (rasio antara jumlah penduduk dengan luas daerah). Sementara pengukuran pada indeks emisi CO2 tidak terdapat data maka yang digunakan untuk menghitung EI adalah indeks kepadatan penduduk, yaitu jumlah penduduk Kabupaten Samosir dibagi luas daerah Kabupaten Samosir. Dimana jumlah penduduk yang besar dapat membantu pemerintah untuk sadar akan lingkungan di sekitarnya.

��= �����ℎ�������� ���������ℎ

Berdasarkan rumus di atas, maka diperoleh hasil Environment Indicator (EI) di Kabupaten Samosir pada tahun 2010 sebesar 82.8478449, tahun 2011 sebesar 83.65172235, tahun 2012 sebesar 84.20495067, tahun 2013 sebesar 84.78379782, dan pada tahun 2014 sebesar 85.21031677.

e. Technology Advancement Indicator (TAI)

Technology Advancement Indicator (TAI) menunjukkan perkembangan infrastruktur dan teknologi modern yang ditunjukkan dengan meluasnya penggunaan internet, mobile telephone dan ekspor produk-produk berteknologi


(28)

tinggi di Kabupaten Samosir. Pengukuran yang digunakan adalah telephone index (rasio penggunaan telephone dengan jumlah penduduk)

���= ��������������������� �����ℎ������������������������

Berdasarkan rumus di atas, diperoleh hasil Technology Advancement Indicator (TAI) di Kabupaten Samosir pada tahun 2010 sebesar 0.005599525, tahun 2011 sebesar 0.004587156, tahun 2012 sebesar 84.20495067, tahun 2013 sebesar 84.78379782, dan pada tahun 2014 sebesar 85.21031677.

f. Openess Indicator (OI)

Openess Indicator (OI) menunjukkan tingkat keterbukaan destinasi terhadap perdagangan internasional dan turis internasional di Kabupaten Samosir. Pengukurannya menggunakan rasio jumlah wisatawan mancanegara dengan total PAD.

��= �����ℎ�������������������� ��������

Berdasarkan rumus di atas, diperoleh hasil dari Openess Indicator (OI) di Kabupaten Samosir pada tahun 2010 sebesar 1.764920003, tahun 2011 sebesar 1.600732343, tahun 2012 sebesar 1.448854525, pada tahun 2013 sebesar 0.962529538, dan pada tahun 2014 sebesar 0.696525379.

g. Human Resources Indicator (HRI)

Human Resources Indicator (HRI) menujukkan kualitas sumber daya manusia daerah tersebut sehingga dapat memberikan pelayanan yang lebih baik kepada turis yang berkunjung ke Kabupaten Samosir.Pengukuran HRI menggunakan indeks pendidikan yang terdiri dari rasio penduduk yang bebas buta


(29)

huruf dan rasio penduduk yang berpendidikan SD, SMP, SMU, Diploma dan Sarjana.

��� = ���������������������ℎ����

�����������������������,���,���,����������������� Berdasarkan rumus di atas, maka diperoleh hasil Human Resources Indicator (HRI)di Kabupaten Samosir pada tahun 2010 sebesar 1.25, tahun 2011 sebesar 1.34, tahun 2012 sebesar 1.32, tahun 2013 sebesar 1.32, dan pada tahun 2014 sebesar 1.36.

h. Social Development Indicator (SDI)

Indikator ini menunjukkan kenyamanan dan keamanan turis untuk berwisata di daerah Kabupaten Samosir. Ukuran SDI adalah lama rata-rata masa tinggal turis di daerah destinasi. Pada tahun 2010, rata-rata masa tinggal turis di Kabupaten Samosir adalah 2.02, rata-rata tahun 2011 adalah 2.08. rata-rata tahun 2012 adalah 1.84, rata-rata tahun 2013 adalah 1,62, dan rata-rata pada tahun 2014 adalah 1.45.

Tabel 4.4

Perkembangan Indikator Dayasaing Pariwisata Kabupaten Samosir periode 2010-2014

Indikator 2010 2011 2012 2013 2014

Tourism Participation Index (TPI)

0.99 1.1 1.19 1.22 1.39

Purchasing Power Parity (PPP)

24101 40079 33789 25801 31946

Infrastructure

Development Indicator (IDI)

1.26 1.68 2.22 4.96 54.66

Environment Indicator (EI)

82.85 83.65 84.2 84.78 85.21

Technology Advancement Indicator (TAI)


(30)

Human Resources Indicator (HRI

1.25 1.34 1.32 1.32 1.36

Openess Indicator (OI) 1.76 1.6 1.45 0.96 0.7

Social Development Indicator (SDI)

2.02 2.08 1.84 1.62 1.45

4.2.1 Indeks Pariwisata

Analisis ini sangat diperlukan dalam menganalisis penatapan potensi yang dimiliki Kabupaten Samosir.Berdasarkan Tabel 4.7 indeks pariwisata mengalami perubahan setiap tahunnya, dimana ada beberapa indikator yang mengalami peningkatan dan ada juga yang mengalami penurunan selama periode 2010-2014.

Dalam menghitung indeks pariwisata dari kedelapan indikator-indikator pembentukan indeks daya saing, digunakan formula sebagai berikut:

����������� (��) = ����������� − ������������ ������������� − ������������

Pada indikator Tourism Participation Index, nilai aktual merupakan hasil nilai dari tahun yang dihitung, nilai minimum indikator adalah sebesar 0.99 dan nilai maksimum adalah sebesar 1.39. Berdasarkan rumus di atas, maka diperoleh hasil Indeks pariwisata dari indikator Tourism Participation Index pada tahun 2010 sebesar 0, tahun 2011 sebesar 0.27, tahun 2012 sebesar 0.5, tahun 2013 sebesar 0.57, dan pada tahun 2014 sebesar 1.

Pada indikator Purchasing Power Parity (PPP), nilai minimum dari indikator adalah sebesar 24101 dan nilai maksimum adalah sebesar 40079. Berdasarkan formula di atas, maka diperoleh hasil indeks pariwisata dari indikator Purchasing Power Parity (PPP) pada tahun 2010 sebesar 0, tahun 2011 sebesar 1, tahun 2012 sebesar 0.61, tahun 2013 sebesar 0.11, dan pada tahun 2014 sebesar


(31)

Pada indikator Infrastructure Development Indicator(IDI), nilai minimum adalah sebesar 1.26 dan nilai maksimum adalah sebesar 54.66. berdasarkan formula di atas, maka diperoleh hasil indeks pariwisata dari indikator Infrastructure Development Indicator (IDI) pada tahun 2010 sebesar 0, tahun 2011 sebesar 0.01, tahun 2012 sebesar 0.02, tahun 2013 sebesar 0.07, dan pada tahun 2014 sebesar 1.

Pada indikator Environment Indicator(EI), nilai minimum adalah sebesar 82.85 dan nilai maksimum adalah sebesar 85.21. berdasarkan formula di atas, maka diperoleh hasil indeks pariwisata dari indikatorEnvironment Indicator(EI) pada tahun 2010 sebesar 0, tahun 2011 sebesar 0.34, tahun 2012 sebesar 0.57, pada tahun 2013 sebesar 0.82, dan pada tahun 2014 sebesar 1.

Pada indikator Technology Advancement Indicator(TAI), nilai minimum sebesar 0.0027 dan nilai maksimum adalah sebesar 0.0056. berdasarkan formula di atas, maka diperoleh hasil indeks pariwisata dari indikator Technology Advancement Indicator(TAI) pada tahun 2010 sebesar 1, tahun 2011 sebesar 0.65, tahun 2012 sebesar 0.45, tahun 2013 sebesar 0.21, dan pada tahun 2014 sebesar 0.

Pada indikator Human Resources Indicator(HRI), nilai minimum adalah sebesar 1.25 dan nilai maksimum adalah sebesar 1.36. Berdasarkan formula di atas, maka diperoleh hasil indeks pariwisata dari indikator Human Resources Indicator(HRI) pada tahun 2010 sebesar 0, tahun 2011 sebesar 0.82, tahun 2012 sebesar 0.64, tahun 2013 sebesar 0.64, dan pada tahun 2014 sebesar 1.

Pada indikatorOpeness Indicator(OI), nilai minimum adalah sebesar 0.7 dan nilai maksimum adalah sebesar 1.76. Berdasarkan formula di atas, diperoleh


(32)

hasil dari nilai indeks pariwisata dari indikator Openess Indicator(OI) pada tahun 2010 sebesar 1, tahun 2011 sebesar 0.85, tahun 2012 sebesar 0.71, tahun 2013 sebesar 0.24, dan pada tahun 2014 sebesar 0.

Pada indikator Social Development Indicator(SDI), nilai minimum adalah sebesar 1.45 dan nilai maksimum adalah sebesar 2.08. Berdasarkan formula di atas, maka diperoleh hasil indeks pariwisata dari indikator Social Development Indicator(SDI) pada tahun 2010 adalah sebesar 0.9, tahun 2011 sebesar 1, tahun 2012 sebesar 0.62, tahun 2013 sebesar 0.27, dan pada tahun 2014 sebesar 0.

Tabel 4.5

Indeks Pariwisata Kabupaten Samosir Tahun 2010-2014 Indikator 2010 2011 2012 2013 2014

Tourism

Participation Index

0 0.27 0.5 0.57 1

Purchasing Power Parity

0 1 0.61 0.11 0.49

Infrastructure Development Indicator

0 0.01 0.02 0.07 1

Environment Indicator

0 0.34 0.57 0.82 1

Technology Advancement Indicator

1 0.65 0.45 0.21 0

Human Resources Indicator

0 0.82 0.64 0.64 1

Openess Indicator 1 0.85 0.71 0.24 0

Social Development Indicator

0.9 1 0.62 0.27 0

Sumber: Data diolah (2016)

Pada tahun 2014 indeks Tourism Participation Index (TPI), Infrastructure Development Indicator (IDI),Environment Indicator (EI), dan Human Resources Indicator (HRI) Kabupaten Samosir memiliki nilai indeks yang tertinggi selama kurun waktu 5 tahun. Hal ini mengambarkan bahwa pemerintah telah


(33)

memperbaiki kualitas dan mengembangkan potensi pada indikator-indikator ini.Hal ini disebabkan angka kunjungan wisatawan yang meningkat selama tahun 2010 hingga 2014.Pemerintah juga telah meningkatkan panjang jalan beraspal dengan kualitas jalan baik. Hal ini akan menambah jumlah wisatawan yang datang ke Kabupaten Samosir.

Indikator lainnya yaitu Purchasing Power Parity (PPP) mengalami peningkatan dari tahun 2013.Peningkatan indikator Purchasing Power Parity (PPP)disebabkan oleh jumlah wisatawan mancanegara yang bertambah sebanyak 4788 jiwa pada tahun 2014.Hal ini juga disebabkan lama masa tinggal yang meningkat.

4.2.2 Indeks Komposit

Indeksasi banyak digunakan sebagai metode menghitung tingkat dayasaing.Keragaman faktor dan variabel kompleks, sumberdaya yang berbeda antar daerah, dapat pula dinormalisasikan dengan metode ini.Dalam melakukan penghitungan index composite dari kedelapan indikator yang menentukan daya saing pariwisata, digunakan formula sebagai berikut:

��� = 1/� � ���

Tabel 4.6

Hasil Indeks Komposit Kabupaten Samosir

Indikator Indeks Komposit

Tourism Participation Index (TPI) 0.47

Purchasing Power Parity (PPP) 0.441

Infrastructure Development Indicator (IDI)

0.219

Environment Indicator (EI) 0.545

Technology Advancement Indicator (TAI)

0.462


(34)

Openess Indicator (OI) 0.56

Social Development Indicator (SDI) 0.558

Sumber: Data diolah (2016)

4.2.3 Indeks Daya Saing Pariwisata

Dari keseluruhan perkembangan indikator daya saing pariwisata yang dimiliki Kabupaten selama periode 2010-2014, Kabupaten Samosir dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.7

Hasil Indeks Daya Saing Pariwisata Kabupaten Samosir

Indikator Indeks Daya Saing

Tourism Participation Index (TPI) 1.82

Purchasing Power Parity (PPP) 1.71

Infrastructure Development Indicator (IDI) 0.85

Environment Indicator (EI) 2.12

Technology Advancement Indicator (TAI) 1.79

Human Resources Indicator (HRI) 2.39

Openess Indicator (OI) 2.17

Social Development Indicator (SDI) 2.16

Sumber: Data diolah (2016)

Analisis penentuan daya saing bertujuan untuk memberikan gambaran posisi daya saing pariwisata Kabupaten Samosir. Hasil analisis ini memberi implikasi pada kebijakan yang harus dilakukan oleh pemerintah Kabupaten Samosir untuk mengembangkan sektor pariwisata dengan memperhatikan indikator-indikator penentu daya saing. Hal ini penting dilakukan karena dengan memperhatikan indikator-indikator penentu daya saing pariwisata dapat dikaji kelebihan dan kekurangan daerah tersebut dalam mengembangkan industri pariwisata sebagai salah satu sumber PAD yang potensial, dimana Samosir adalah satu dari 10 destinasi yang dicanangkan menjadi destinasi internasional.


(35)

NilaiTourism Participation Index (TPI), Purchasing Power Parity (PPP), Environment Indicator (EI), Technology Advancement Indicator (TAI), Human Resources Indicator (HRI), Openess Indicator (OI), dan Social Development Indicator (SDI) menunjukkan kemampuan daya saing yang tinggi/ baik. Dimana hasil dari nilai indikator-indikator tersebut lebih besar dari nilai 1. Sedangkan nilai dari Infrastructure Development Indicator (IDI) menunjukkan kemampuan daya saing yang rendah, dimana nilainya lebih kecil dari 1.

Nilai Tourism Participation Index (TPI)adalah sebesar 1.82, yang berarti kemampuan daya saing dari Tourism Participation Index (TPI) yang tinggi/ baik. Nilai Purchasing Power Parity (PPP) adalah sebesar 1.71 yang berarti kemampuan daya saing dari Purchasing Power Parity (PPP) yang tinggi/ baik. Nilai Infrastructure Development Indicator (IDI) adalah sebesar 0.85, yang menunjukkan kemampuan daya saing dari Infrastructure Development Indicator (IDI) yang rendah. Nilai Environment Indicator (EI)adalah sebesar 2.12 yang menunjukkan kemampuan daya saing dari Environment Indicator (EI)yang tinggi/baik. Nilai Technology Advancement Indicator (TAI ) adalah sebesar 1.79 yang menunjukkan kemampuan daya saing dari Technology Advancement Indicator (TAI)yang tinggi/ baik. Nilai Human Resources Indicator (HRI) adalah sebesar2.39, yang menunjukkan kemampuan daya saing dari Human Resources Indicator (HRI) yang tinggi/baik. Nilai Openess Indicator (OI)adalah sebesar 2.17, yang berarti menunjukkan kemampuan daya saing dari Openess Indicator (OI)yang tinggi/baik. Nilai Social Development Indicator (SDI) adalah sebesar


(36)

2.16, yang berarti kemampuan daya saing dari Social Development Indicator (SDI) yang tinggi/baik.


(37)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan

Berdasarkan analisis dan pembahasan yang dilakukan maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1. Indikator-indikator yang menentukan daya saing sektor pariwisata Kabupaten Samosir yaitu Tourism Participation Index (TPI), Purchasing Power Parity (PPP),Infrastructure Development Indicator (IDI), Environment Indicator (EI), Technology Advancement Indicator (TAI), Human Resources Indicator (HRI), Openess Indicator (OI), dan Social Development Indicator (SDI)

2. Daya saing sektor pariwisata Kabupaten Samosir a. Tourism Participation Index (TPI)

Nilai Tourism Participation Index (TPI)adalah sebesar 1.82, yang berarti kemampuan daya saing dari Tourism Participation Index (TPI) yang tinggi/ baik.

b. Purchasing Power Parity (PPP)

Nilai Purchasing Power Parity (PPP) adalah sebesar 1.71 yang berarti kemampuan daya saing dari Purchasing Power Parity (PPP) yang tinggi/ baik.

c. Infrastructure Development Indicator (IDI)

Nilai Infrastructure Development Indicator (IDI) adalah sebesar 0.85, yang menunjukkan kemampuan daya saing dari Infrastructure Development Indicator (IDI) yang rendah.


(38)

d. Environment Indicator (EI)

Nilai Environment Indicator (EI)adalah sebesar 2.12 yang menunjukkan kemampuan daya saing dari Environment Indicator (EI)yang tinggi/baik.

e. Technology Advancement Indicator (TAI)

Nilai Technology Advancement Indicator (TAI ) adalah sebesar 1.79 yang menunjukkan kemampuan daya saing dari Technology Advancement Indicator (TAI)yang tinggi/ baik.

f. Human Resources Indicator (HRI)

Nilai Human Resources Indicator (HRI) adalah sebesar2.39, yang menunjukkan kemampuan daya saing dari Human Resources Indicator (HRI) yang tinggi/baik.

g. Openess Indicator (OI)

Nilai Openess Indicator (OI)adalah sebesar 2.17, yang berarti menunjukkan kemampuan daya saing dari Openess Indicator (OI)yang tinggi/baik.

h. Social Development Indicator (SDI)

Nilai Social Development Indicator (SDI) adalah sebesar 2.16, yang berarti kemampuan daya saing dari Social Development Indicator (SDI) yang tinggi/baik.


(39)

5.2 Saran

Dari kesimpulan diatas dapat memberikan saran antara lain:

1. Diperlukan perbaikan dalam kualitas dan ketersediaan infrastruktur, salah satunya jalan. Kualitas jalan yang baik dapat menjadikan akses ke tempat wisata lebih baik dan nyaman dilalui sehingga mendorong wisatawan untuk datang. Koordinasi dengan Dinas Pekerjaan Umum harus ditingkatkan dalam memerhatikan pembangunan infrastruktur terutama yang terkait dengan industri pariwisata.

2. Perlunya kerjasama Pemerintah dengan industri-industri yang menyediakan akomodasi lainnya yang bergerak dibidang pariwisata untuk meningkatkan kualitas pelayanan agar dapat menarik wisatawan lebih banyak lagi.


(40)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Daya Saing 2.1.1 Teori Daya Saing

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 41 Tahun 2007 tentang standar proses, mendefinisikan daya saing adalah kemampuan untuk menunjukkan hasil yang lebih baik, lebih cepat atau lebih bermakna. Kemampuan yang dimaksud adalah (1) kemampuan memperkokoh pangsa pasarnya, (2) kemampuan menghubungkan dengan lingkungannya, (3) kemampuan meningkatkan kinerja tanpa henti, (4) kemampuan menegakkan posisi yang menguntungkan.

World economic forum mendefinisikan daya saing sebagai kombinasi dari institusi, kebijakan, dan faktor yang menentukan tingkat produktivitas suatu negara. Dimana tingkat produktivitas akan menentukan tingkat kemakmuran yang dapat dicapai oleh suatu perekonomian. Tingkat produktivitas juga menentukan tingkat pengembalian investasi dalam perekonomian yang pada akhirnya menjadi pendorong fundamental dari pertumbuhan ekonomi. Dengan kata lain, negara yang berdaya saing akan cenderung memiliki pertumbuhan ekonomi yang lebih cepat (World economic forum, 2016).

Daya saing sangat bergantung kepada produktivitas. Teori komparasi produktivitas antar perekonomian telah dijelaskan oleh beberapa teori mulai dari teori absolute advantage yang dianalisa oleh Adam Smith hingga teori daya saing Porter. Adam Smith menjelaskan bahwa suatu negara akan mendapat manfaat dari perdagangan antar negara karenamelakukan spesialisasi produksi danmengekspor


(41)

barang jika negara inimemiliki keunggulan mutlak tersebut sebaliknya akan mengimpor barang bila tidakmemiliki absolute advantage dalam memproduksi barang tersebut (Safitri, 2011). Sehingga dapat disimpulkan menurut Adam Smith produktivitas dijelaskan oleh spesialisasi produksi.

Berbeda dengan teori absolute advantage, David Ricardo dalam teori comparative advantage menjelaskan bahwa perbedaan produktivitas antar negara disebabkan adanya perbedaan produktivitas tenaga kerja. Negara yang memiliki produktivitas tenaga kerja lebih tinggi akan mampu menghasilkan output yang lebih besar dengan menggunakan jumlah input yang sama dibandingkan dengan negara lain. Sehingga perbedaan produktivitas suatu negara disebabkan oleh perbedaan produktivitas tenaga kerjanya.

Meskipun teori Heckser – Ohlin menjelaskan keunggulan komparasi, namun menurut teori ini sumber keunggulan komparasi suatu negara muncul akibat perbedaan jumlah sumber daya (endowment factors) antar negara. Teori ini menyatakan bahwa negara yang memiliki sumber daya/faktor produksi melimpah akan memiliki opportunity cost biaya produksi yang lebih rendah dan akan meningkatkan output. Lebih lanjut dijelaskan bahwa setiap proses produksi menggunakan intensitas produksi yang berbeda (Krugman, Obstfeld, and Melitz, 2012). Dari teori Heckser-Ohlin dapat disimpulkan bahwa negara yang memiliki faktor produksi yang melimpah akan mendapat keuntungan sementara negara yang memiliki sumber daya rendah akan tidak akan mampu bersaing.

Porter (1990) membahas bahwa kemakmuran nasional diciptakan bukan diwariskan. Porter menjelaskan bahwa daya saing bangsa tergantung pada


(42)

kapasitas industri untuk berinovasi. Teori ini juga mencatat bahwa tidak mungkin suatu negara unggul di setiap jenis industri, namun suatu negara dapat meraih sukses di industri tertentu. Porter memperkenalkan modeldiamond of national advantage untuk menjelaskan mengapa industri tertentu di suatu negara berhasil. Modeldiamond of national advantagemenyatakan bahwa ada empat kondisi yang dapat menyebabkan daya saing industri.

Pertama, faktor keadaan (factor condition), hal ini terkait posisi negara dalam kepemilikan faktor produksi untuk bersaing dalam suatu industri tertentu seperti tenaga kerja terampil atau infrastruktur. Kedua, kondisi permintaan (demand factor), bagian ini menunjukkan kondisi sifat pasar negara asal dari produk atau jasa tertentu. Ketiga, industri terkait dan industri pendukung (related and supporting industries), seperti ketersediaan pemasok kompetitif. Dan yang terakhir adalah, strategi perusahaan, struktur, dan persaingan (firm strategy, structure, and rivalry) yang merupakan kondisi bagaimana perusahaan diciptakan, dan dikelola, termasuk kecenderungan kompetisi pada industri domestik di negara tersebut.

Keempat atribut model diamond of national advantageadalah suatu sistem yang akan mempengaruhi satu sama lain. Selain itu, model diamond of national advantagemendorong meningkatnya klaster industri di suatu negara. Porter menjelaskan peran pemerintah untuk meningkatkan daya saing dengan mendorong fungsi pemerintah sebagai katalis, untuk mempromosikan atau mendorong perusahaan untuk meningkatkan aspirasi mereka untuk bergerak maju ke tingkat yang lebih tinggi dari kinerja yang sudah ada. Menurut Porter


(43)

pemerintah tidak dapat menciptakan daya saing negara, daya saing suatu negara diciptakan oleh perusahaan-perusahaan yang ada di negara tersebut. Perusahaan yang berdaya saing menurut Porter dapat dicapai dengan menciptakan tantangan untuk berinovasi, melihat persaingan sebagai motivasi, membangun sistem peringatan dini, menyambut persaingan domestik, globalisasi untuk mendapat keuntungan terkait di negara-negara lain, pemanfaatan kerjasama secara selektif, dan menemukan sumber untuk mendukung keunggulan kompetitif.

2.1.2 Cara Menentukan Daya Saing

Berbagai cara dapat dilakukan untuk menentukan daya saing, antara lain 1. Harga yang murah

Harga murah artinya tidak sekedar murah, namun tetap mempertahankan kualitas. Kualitas samatapi harga yang lebih murah tentu saja lebih menguntungkan konsumen. Akanlebih baik lagi bila harga murahtetapi mampu memberikan kualitas yang lebih baik dibandingkan pesaing. Umumnya perusahaan yang menawarkan produk yang lebih murah adalah perusahaan yang umumnya dapat melakukan efisiensi. Dalam istilah Michael Porter, perusahaan mempunyai keunggulan dari segi biaya (cost leadership). Dengan efisiensi ini, perusahaan memperoleh margin yang sama atau lebih besar meskipun menetapkan harga yang murah karena biaya yang lebih kecil.

2.Diferensiasi

Melakukan diferensiasi berarti menawarkan atau melakukan hal yang berbeda dibandingkan dengan pesaing. Sesuatu yang ditawarkan berbeda, akan memberikanperhatian bagi konsumen. Berbeda, maksudnya bukan hanya sekedar


(44)

berbeda, misalnya berbeda hanya dalam kemasan, tetapi perbedaan tersebut haruslah unik, atau bisa memberikannilai tambah yang tidak bisa diberikan produk pesaing.

3.Pelayanan

Pelayanan juga dapat dijadikan suatu keunggulan kompetitif bagi perusahaan. Perusahaan yang dapat memberikanservice excellence dapat memuaskan pelanggan dan meningkatkan loyalitas pelanggan. Perusahaan-perusahaanbersaing terutama dalammemanjakan pelanggannya, yaitu dengan memberikan pelayanan yang terbaik kepada pelanggannya.

2.2 Industri Pariwisata

Pengertian industri pariwisata, antara lain sebagai kumpulan dari macam-macam perusahaan yang secara bersama-sama menghasilkan barang dan jasa (goods and service) yang dibutuhkan para wisatawan. Berdasarkan Undang-Undang Pariwisata Nomor 10 Tahun 2009, industri pariwisata adalah kumpulan usaha pariwisata yang saling terkait dalam rangka menghasilkan barang dan/jasa bagi pemenuhankebutuhan wisatawan dalam penyelenggaraan pariwisata. Menurut W. Hunzieker (dalam Yoeti, 1996:2) Industri pariwisata adalah “Tourism enterprise are all business entities wich, by combining various means of production, provide goods and service of a specially tourist nature”. Maksudnya industri pariwisata adalah semua kegiatan usaha yang terdiri dari bermacam-macam kegiatan produksi brang dan jasa yang diperlukan para wisatawan. Menurut R.S Darmajadi tentang industri pariwisata merupakan rangkuman


(45)

daripada berbagai macam bidang usaha, yang secara bersama-sama menghasilkan produk-produk maupun jasa-jasa/layanan-layanan atau service, yang nantinya, baik secara langsung ataupun tidak langsung akan dibutuhkan oleh wisatawan selama perawatannya (Yoeti, 1996:153).

Sedangkan menurut Soekadijo, industri pariwisata adalah industri yang kompleks, yang meliputi industri lain. Dalam kompleks industri pariwisata terdapat industri perhotelan, industry rumah makan, industri kerajinan/cendera mata, industri perjalanan, dan sebagainya (Soekadijo, 1996:28).

2.2.1 Permintaan Industri Pariwisata

Menurut G.A Schmoll (dalam Yoeti, 1996:154) Permintaan industri pariwisata adalah permintaan dalamindustri pariwisata yang tidak hanya terbatas pada waktu yang diperlukan pada saat perjalanan wisata dilakukan. Akan tetapi jauhsebelumnya melakukan perjalananpermintaan itu sudah mengemuka seperti informasi tentang: daerah tujuan wisata (DTW) yang akandikunjungi, hotel yang akan digunakan untuk menginap, pesawat yang akan digunakan, tempat-tempat yang akan dikunjungi di daerah tujuan dan berapa banyak uang yang harus dibawa.

Menurut Schmidhauser (dalam Yoeti 1996:154), karakter permintaan dalamindustri pariwisata tidak hanya dalam satu macam pelayanan saja, akan tetapi merupakan suatu kombinasi bermacam-macam pelayanan yang satu dengan lainnya berbeda dan ditawarkan secara terpisah. Dengan perkataan lain permintaan terhadap produk industri pariwisata itu tercermin dalam suatu paket


(46)

wisata yang disusun atas bermacam-macam produk yang berbeda dalam bentuk, fungsi dan manfaatnya.

Dalam rangka menarik kunjungan wisatawan pada suatu DTWada dua hal yang perlu diperhatikan:

1. Faktor-faktor yang menentukan keseluruhan permintaan (total demand) karena diperlukan dalam menetapkan strategi pemasaran dan promosi, terutama dalam menetapkan segmen pasar mana yang akan dijadikan target pasar.

2. Informasi tentang faktor-faktor yang menentukanpermintaan khususnya (specific demand) untuk dijadikan dasar dalam perencanaan pemasaran dan promosi pariwisata.

2.3 Pariwisata

2.3.1 Pengertian Pariwisata

Pariwisata berasal dari bahasa Sansekerta, terdiri dari dua suku kata, yaitu “pari” dan “wisata”. Pari berarti banyak,berkali-kali atau berputar-putar,sedangkan wisata berarti perjalanan, bepergian yang dalam hal ini sinonim dengan kata “travel” dalam bahasa inggris (Yoeti, 1996:112).

Menurut Undang-undang Nomor 9 Tahun 1990 tentang Kepariwisataan Bab I Pasal I; dinyatakan bahwa wisata adalah kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan tersebut yang dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara untuk menikmati obyek dan daya tarik wisata.

Definisi yang luas, pariwisata adalah perjalanan dari satu tempat ke tempat lain, bersifat sementara, dilakukan perorangan maupun kelompok, sebagai usaha mencari keseimbangan atau keserasian dan kebahagiaan dengan lingkungan


(47)

hidup dalam dimensi sosial, budaya, alam dan ilmu. Sedangkan dalam Irma dan Indah Susilowati (2004), pariwisata merupakan salah satu industri yang mampu menyediakan pertumbuhan ekonomi yang cepat dalam hal penyediaan lapangan kerja, pendapatan, tarif hidup dan dalam mengaktifkan sektor produksi lain di dalam negara penerimaan wisatawan.

Menurut terminologi pariwisata diatas dapat disimpulkan bahwa pariwisata dapat terbentuk apabila ada pelaku wisata (demand) yang memang mempunyai motivasi untuk melakukan perjalanan wisata, ketersediaan infrastruktur pendukung, keberadaan obyek wisata dan atraktsi wisata yang didukung dengan sistem promosi dan pemasaran yang baik serta pelayanan terhadap para pelaku wisata (supply).

J. Spillane mengemukakan bahwa seseorang dapat melakukan perjalanan dengan berbagai cara karena alasan yang berbeda pula. Suatu perjalanan dapat dianggap sebagagai perjalanan wisata bila memenuhi tiga persyaratan yan diperlukan, yaitu: harus bersifat sementara, harus bersifat sukarela (voluntary) dalam arti tidak terjadi karena dipaksa, dan tidak bekerja yang sifatnya menghasilkan upah atau bayaran apapun (J. Spillane 1985:22).

2.3.2 Pariwisata dari Sisi Permintaan

World Torism Organization, WTO (1995) mendefiniskan permintaan pariwisata sebagai permintaan terhadap barang dan jasa yang muncul karenaadanya kegiatan pariwisata. Tentu saja pihak yang melakukan permintaan adalah wisatawan itu sendiri (konsumen), serta pemerintah dan swasta dalam


(48)

rangka investasi dan promosi wisata. Terdapat tiga elemen dasar permintaan pariwisata, antara lain:

1. Permintaan aktual atau efektif

2. Suppresed demand (permintaan yang ditunda) 3. Tidak ada permintaan

Dari ketiga elemen dasar tersebut, maka permintaan aktual merupakan permintaan terealisasi, sehingga dapat diukur atau didefinisikan secara jelas. Sedangkan kedua elemen lainnya masih merupakan permintaan yang sulit untuk dianalisa, karena beleum terealisasi transaksinya.

2.3.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Permintaan Pariwisata

Pariwisata dipandang sebagai suatu jasa yang sangat disukai (Preferred goods or services), karena lebih banyak dilakukan ketika pendapatan meningkat. Di saat banyak keluarga yang memasuki kelompok pendapatan tinggi, maka permintaan untuk berwisata meningkat lebih cepat dari pendapatan. Permintaan dalam kepariwisataan dapat dibagi dua, yaitu:

1. Potensial Demand, yaitu sejumlah orang yang berpotensi untuk melakukan perjalanan wisata, dan

2. Actual Demand, adalah orang-orang yang melakukan perjalanan wisata pada suatu daerah tujuan wisata (Yoeti,2008). Permintaan dalam industri pariwisata juga ditentukan oleh beberapa faktor antara lain:

a. General Demand Factor - Purchasing Power


(49)

Kekuatan untuk membeli banyak barang ditentukan oleh pendapatan yang siap dibelanjakan (disposible income) yang erat kaitannya dengan standar hidup dan intensitas perjalanan yang dilakukan. Semakin tinggi pendapatan seseorang maka semakin tinggi pula kemungkinan seseorang untuk melakukan perjalanan wisata.

- Demographic Structure and Trends

Permintaan pariwsata ditentukan oleh besarnya jumlah penduduk dan pertumbuhan penduduk, serta struktur usia penduduk. Jumlah penduduk yang banyak dengan pendapatan perkapita yang kecil akan memperkecil kemungkinan/kesempatan melakukan perjalanan wisata. Dan penduduk yang masih muda dengan pendapatan relatif tinggi akan bepengaruh lebih besar dalam melakukan perjalanan wisata dibandingkan dengan penduduk yang berusia pensiun.

- Social and Culture Factors

Industrialisasi yang menyebabkan meningkatnya pemerataan pendapatan dalam masyarakat sehingga waktu senggang meningkat dan ada liburan yang dibayar membuat orang-orang berkecenderungan sering melakukan perjalanan wisata.

- Travel Motivation anf Attitudes

Motivasi untuk melakukan perjalanan wisata sangat erat hubungannya dengan kondisi sosial dan budaya masyarakatnya. Masih eratnya hubungan kekeluargaan masyarakat dan sering


(50)

melakukan saling berkunjung satu dengan yang lain sehingga meningkatkan permintaan untuk melakukan perjalanan wisata.

- Opportunities to travel and Tourism Marketing Intencity

Adanya Meeting, Incentive, Convention dan Exhibition (MICE) membuat kesempatan untuk melakukan perjalanan wisata tidak hanya karena biaya perjalanan yang ditanggung perusahaan, tetapi juga memberi kesempatan kepada keluarga untuk ikut melakukan perjalanan wisata.

b.Determining Specific Demand Factors

Faktor-faktor penentu permintta yang khusus terhadap daerah tujuan wisata tertentu yang akan dikunjungi adalah sebagai berikut:

- Harga

Secara umum, price differentiation berlaku dalam kepariwisataan sebagai suatu strategi dalam pemasaran. Faktor harga sangat menentukan dalam persaingan antara sesama tor operator. Bila perbedaan dalam fasilitas tidak begitu berbeda, wisatawan cenderung akan memilih harga paket wisata yang lebih murah.

- Daya Tarik Wisata

Daya tarik yang terdapat di daerah tujuan wisata yang akan dikunjungi sangat mempengaruhi pemilihan daerah tujuan wisata.Karena orang tidak mau mengunjungi daerah wisata dengan


(51)

daya tarik biasa saja, karena mereka harus membayar dan meluangkan waktu untuk melakukan perjalanan wisata. Sehingga mereka tidak mau merasa kecewa. Daya tarik tujuan wisata dapat di sukung dengan fasilitas dan infrastruktur yang lengkap dan memadai.

- Kemudahan Berkunjung

Kemudahan transportasi ke daerah tujuan wisata yang akan dikunjungi akan mempengaruhi pilihan wisatawan. Tersedianya prasarana yang memadai akan menjadi faktor penting dalam menentukan perjalanan wisata yang akan dilakukannya. Mereka akan mempertimbangkan hal-hal seperti; bandara yang bersih dan nyaman, jalan yang mulus menuju obyek wisata, transportasi yang mudah dan nyaman, dan lain sebagainya.

- Informasi dan Layanan Sebelum Kunjungan

Faktor Tourism Information Service sangat penting untuk diketahui wisatawan karena dapat memberikan gambaran dan penjelasan tentang tempat-tempat yang akan dikunjungi wisatawan, kendaraan yang akan dipakai, waktu dan apa saja yang perlu dibawa, pelayanan pemesanan tiket, perpanjangan visa, penukaran valuta asing, dan sebagainya.

- Citra

Wisatawan memiliki kesan dan harapan tersendiri tentang daerah tujuan wisata yang akan dikunjungi. Apakah kunjungan


(52)

yangdilakukan akan seperti yang diharapkan, dan terhindar dari pikiran negatif seperti bencana alam atau bom sehingga kan meninggalkan kesan yang baik saat mereka kembali ke daerah/negara asalnya. Keramahtamahan tenaga kerja tujuan wisata juga perlu dipertimbangkan untuk menciptakan citra yang bagus di mata wisatawan.

2.3.4 Pariwisata dari Sisi Penawaran

Penawaran pariwisata merupakan suatu keinginan dari pengelola pariwisata untuk menawarkan hal-hal yang menarik dari obyek wisata yang dikelola baik dari segi keunikan obyek wisata tersebut maupun pernak-pernik/ cinderamata yang ada didaerah obyek wisata tersebut dengan kesesuaian tingkat harga yang telah ditentukan.

2.3.5 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penawaran Pariwisata

Menurut Burkart dan Medlik (dalam Pintana 2004) ,menyatakan bahwa ada empat unsur yang dapat mempengaruhi penawaran pariwisata, yaitu:

1. Atraksi Wisata

Aktraksi wisata merupakan daya tarik utama wisatawan untuk mengunjungi suatu daerah tujuan wisata. Ketertarikan wisatawan pada atraksi yang ada di daerah tujuan wisata itu akan dipengaruhi oleh keragaman maupun kualitas atraksi yang menjadi produk wisata.

2. Aksesibilitas

Aksesibilitas adalah keseluruhan infrastruktur transportasi yang menghubungkan tempat tinggal wisatawan dengan objek dan daya tarik


(53)

wisata yang dituju,maupun yang menghubungkan objek wisata didaerah tujuan wisata.

3. Amenitas

Infrastruktur ini adalah sarana dan prasarana pariwisata yang dapat membuat wisatawan merasakan kesenangan lebih didaerah tujuan wisata yang dikunjunginya karena kebutuhannya terpenuhi.

4. Kelembagaan

Keberadaan suatu lembaga yang secara khusus ditujukan untuk mendukung pariwisata dapat membantu wisatawan dalam mengurus segala kepentingannya pada saat menikmati obyek/daya tarik wisata di suatu daerah tujuan wisata.

2.3.6 Usaha Penawaran Pariwisata

Suatu obyek pariwisata harus memenuhi tiga kriteria agar obyek tersebut diminati pengunjung, yaitu:

1. Something to see adalah obyek wisata tersebut harus mempunyai sesuatu yang bisa dilihat atau dijadikan tontonan oleh pengunjung wisata. Dengan kata lain obyek tersebut harus mempunyai daya tarik khusus yang mampu untuk menyedot minat dari wisatawan untuk berkunjung di obyek tersebut. 2. Something to do adalah agar wisatawan yang melakukan pariwisata di sana bisa melakukan sesuatu yang berguma untk memberikan perasaan senang, bahagia, relax, berupa fasilitas rekreasi baik itu arena bermain ataupun


(54)

tempat makan, terutama makanan khas dari tempat tersebut sehingga mampu membuat wisatawan lebih betah untuk tinggal di sana.

3. Something to buy adalah fasilitas untuk wisatawan berbelanja yang pada umumnya adalah ciri khas atau icon dari daerah tersebut, sehingga bisa dijadikan sebagai oleh-oleh.

2.3.7 Jenis-Jenis Pariwisata

Menurut J. Spillane (1985:28-3), pariwisata dapat dibedakan menurut Motif tujuan perjalanan, dapat pula dibedakan adanya beberapa jenis Pariwisata khusus sebagai berikut:

1. Pariwisata untuk Menikmati Perjalanan (Pleasure Tourism)

Bentuk pariwisata ini dilakukan oleh orang-orang yang meninggalkan tempat tinggalnya untuk berlibur, untuk mencari udara segar yang baru, untuk memenuhi kehendak ingin-tahunya, untuk mengendorkan ketegangan sarafnya, untuk melihat sesuatu yang baru, untuk menikmati keindahan alam, untuk mengetahui hikayat setempat, untuk mendapatkan ketenangan dan kedamaian di daerah luar kota, atau bahkan sebaliknya untuk menikmati hiburan di kota-kota besar ataupun untuk ikut serta dalam keramaian pusat-pusat wisatawan.

2. Pariwisata untuk Rekreasi (Recreation Tourism)

Jenis pariwisata ini dilakukan oleh orang-orang yang menghendaki pemanfaatan hari-hari liburnya untuk beristirahat, untuk memulihkan kembali kesegaran ajsmani dan rohaninya, yang ingin menyegarkan keletihan dan kelelahannya. Biasanya mereka tinggal selama mungkin di tempat-tempat yang dianggapnya benar-benar menjamin tujuan-tujuan rekreasi tersebut (misalnya di


(55)

tepi pantai, di pegunungan, di pusat-pusat kesehatan) dengan tujuan menemukan kenikmatan yang diperlukan.

3. Pariwisata untuk Kebudayaan (Culture Tourism)

Jenis ini ditandai oleh adanya rangkaian motivasi, seperti keinginan untuk belajar di pusat-pusat pengajaran dan riset, untuk mempelajari adat-istiadat, kelembagaan dan cara hidup rakyat negara lain, untuk mengunjungi menomen bersejarah, peninggalan peradaban masa lalu atau sebaliknya penemuan-penemuan besar masa kini, pusat-pusat kesenian, pusat-pusat keagamaan, atau juga untuk ikut serta dalam festival-festival seni musik, teater, tarian rakyat dan lain-lain.

4. Pariwisata untuk Olahraga (Sport Tourism) Jenis ini dapat dibagi dalam dua kategori:

a. Big Sports Event, yaitu peristiwa-peristiwa olahraga besar seperti Olympiade Games, kejuaraan ski sedunia, kejuaraan tinju dunia, dan lain-lain yang menarik perhatian tidak hanya pada olahragawannya sendiri, tetapi juga ribuan penonton atau penggemarnya.

b. Sporting Tourism of the Practitioners, yaitu pariwisata olahraga bagi mereka yang ingin berlatih dan mempraktekkan sendiri, seperti pendakian gunung, olahraga naik kuda, berburu,memancing, dan lain-lain. Negara yang memiliki banyak fasilitas atau tempat-tempat olahraga seperti ini tentu dapat menarik sejumlah besar penggemar jenis olahraga pariwisata ini.


(56)

Menurut para ahli teori, perjalanan usaha ini adalah bentuk professional travelatau perjalanankarena ada kaitannya dengan pekerjaan atau jabatan yang tidak memberikan kepada pelakunya baik pilihan daerah tujuan maupun pilihan waktu perjalanan.

6. Pariwisata untuk Berkonvensi (Conference Tourism)

Peranan jenis pariwisata ini makin lama makin penting. Tanpa menghitung banyaknya konvensi atau konferensi nasional, banyaknya simposium maupun sidang yang diadakan setiap tahun di berbagai negara. Konvensi dan pertemuan bentuk ini sering dihadiri oleh ratusan dan bahkan ribuan peserta yang biasanya tinggal beberapa hari di kota atau negara penyelenggara. Jika pada taraf-taraf perkembangannya konvensi-konvensi semacam itu hanya dilakukan secara tradisional di beberapa kota tertentu, maka sekarang berbagai tourism resort atau daerah-daerah wisata banyak yang menawarkan diri untuk dijadikan temapt konferensi.

2.3.8 Bentuk Pariwisata

1. Pariwisata Individu dan Kolektif

Baik pariwisata dalam negeri maupun luar negeri dapat dibagi menjadi dua kategori, yaitu:

a. Individual tourism atau pariwisata perorangan, dan

b.Organized collective tourism, atau pariwisata kolektif yang diorganisasi secara baik.


(57)

Kategori pertama meliputi seseorang atau kelompok orang (teman operator) yang menjual suatu perajalanan menurut program dan jadwal waktu yang telahditentukan terlebih dahulu untuk keseluruhan anggota kelompok yang dimaksudkan di atas.

2. Pariwisata Jangka Panjang, Pariwisata Jangka Pendek dan Pariwisata Ekskursi

Pembagian menurut lamanya perjalanan dibedakan atas pariwisata jangka panjang dimaksudkan sebagai suatu perjalanan yang yang berlangsung beberapa minggu atau beberapa bulan bagi wisatawan sendiri. Ini mempunyai arti penting bagi tempat-tempat yang dikunjungi, lebih-lebih bila terjadi pada jenis recreation atau cultural tourism.

Pariwisata jangka pendek atau short term tourism mencakup perjalanan yang berlangsung antara satu minggu sampai sepuluh hari. Secara sosiologis, hal tersebut adalah bentuk perjalanan yang hanya dapat dilakukan oleh mereka yang tidak dapat mengambil liburan panjang.

Pariwisata ekskursi atau excursionist tourism adalah suatu perjalanan wisata yang tidak lebih dari 24 jam dan tidak menggunakan fasilitas akomodasi. Bentuk ini sangat menyolok bagi daerah-daerah perbatasan.

3. Pariwisata dengan Alat Angkutan

Ada berbagai bentuk pariwisata dengan alat angkutan yang dipakai misalnya, kereta api, kapal laut, kapal terbang, bus, dan kendaraan umum lain. Wisatawan yang berjalan kaki atau pedestrian tourism (hikers) sampai sekarang


(58)

masih banyak penggemarnya. Bentuk ini patut diperhatikan terutama untuk kebijaksanaan investasi.

4. Pariwisata Aktif dan Pasif

Untuk mempelajari pariwisata internasional dan pengaruhnya terhadap neraca pembayaran. Kedatangan wisatawan asing yang membawa devisa untuk suatu negara merupakan bentuk pariwisata yang sering disebut active tourism (receptive tourism). Sedangkan penduduk suatu negara yang pergi ke luar negeri dan membawa uang ke luar negeri dan yang mempunyai pengaruh negatif terhadap neraca pembayaran merupakan passive tourism.

2.3.9 Pengertian Wisatawan

Kata wisatawan berasal dari bahasa Sansekerta, dari asal kata “wisata” yang berarti perjalanan ditambah dengan akhiran “wan” yang berarti orang yang melakukan perjalanan wisata. Dalam Bahasa Inggris, orang yang melakukan perjalanan disebut traveller. Sedangkan orang yang melakukan perjalanan untuk tujuan wisata disebut Tourist.

Wisatawan adalah orang yang melakukan perjalanan untuk berlibur, berobat, berbisnis, berolahraga serta menuntu ilmu dan mengunjungi tempat-tempat yang indah atau sebuah negara tertentu. Organisasi Wisata Dunia (WTO) menyebut wisatawan sebagai pelancong yang melakukan perjalanan pendek. Menurut organisasi ini, wisatawan adalah orang yang melakukan perjalanan ke sebuah daerah atau negara dan menginap minimal 24 jam atau maksimal enam bulan di tempat tersebut. Adapun jenis-jenis wisatawan berdasarkan sifat


(59)

perjalanan dan lokasi di mana perjalanan itu dilakukan, dapat diklasifikasikan berikut: (Yoeti, 1996: 143-145)

1. Foreign Tourist (Wisatawan Asing)

Orang asing yang melakukan perjalanan wisata, yang datang memasuki suatu negara lain yang bukan merupakan negara dimana ia biasanya tinggal. Wisatawan asing disebut juga wisatawan mancanegara atau disingkat wisman.

2. Domestic Foreign Tourist

Orang asing yang berdiam atau bertempat tinggal di suatu negara karena tugas, dan melakukan perjalanan wisata di wilayah negara di mana ia tinggal. Misalnya, staf kedutaan Belanda yang mendapat cuti tahunan, tetapi ia tidak pulang ke Belanda, tetapi melakukan perjalanan wisata di Indonesia (tempat ia bertugas).

3. Domestic Tourist (Wisatawan Nusantara)

Seorang warga negara suatu negara yang melakukan perjalanan wisata dalam batas wilayah negaranya sendiri tanpa melewati perbatasan negaranya. Misalnya, Danau Toba. Wisatawan ini disingkat wisnus.

4. Indigenous Foreign Tourist

Warga negara suatu negara tertentu, yang karena tugasnya atau jabatannya berada di luar negeri, pulang ke negara asalnya dan melakukan perjalanan wisata di wilayah negaranya sendiri. Misalnya, warga negara Perancis yang bertugas sebagai konsultan di perusahaan asing di Indonesia, ketika liburan ia kembali ke Perancis dan melakukan perjalanan wisata di sana. Jenis wisatawan ini merupakan kebalikan dari Domestic Foreign Tourist.


(60)

5. Transit Tourist

Wisatawan yang sedang melakukan perjalanan ke suatu negara tertentu yang terpaksa singgah pada suatu pelabuhan/airport/stasiun bukan atas kemauannya sendiri.

6. Business Tourist

Orang yang melakukan perjalanan untuk tujuan bisnis bukan wisata tetapi perjalanan wisata akan dilakukannya setelah tujuannya yang utama selesai. Jadi perjalanan wisata merupakan tujuan sekunder, setelah tujuan primer yaitu bisnis selesai dilakukan.

2.3.10 Prasarana dan Sarana Wisata

Agar suatu obyek wisata dapat dijadikan sebagai salah satu obyek wisata yang menarik dan banyak dikunjungi oleh wisatawan, maka faktor yang sangat menunjang adalah kelengkapan dari sarana dan prasarana obyek wisata tersebut. Karena sarana dan prasarana juga sangat diperlukan untuk mendukung dari pengembangan obyek wisata. Menurut Yoeti (1996:186), mengatakan: “Prasarana kepariwisataan adalah semua fasilitas yang memingkinkan agar sarana kepariwisataan dapat hidup dan berkembang sehingga dapat memberikan pelayanan untuk memuaskan lebutuhan wisatawan yang beranekaragam”. Prasarana tersebut antara lain:

1. Perhubungan: jalan raya, rel kereta api, pelabuhan udara dan laut 2. Instalasi pembangkit listrik dan instalasi air bersih

3. Sistem komunikasi, baik itu telepon, telegraf, radio, televisi 4. Pelayanan kesehatan baik itu puskesmasmaupun rumah sakit


(1)

5. Bapak Haroni Doli Hamoraon Ritonga, SE, M.Si sebagai Dosen Pembanding I yang telah memberikan petunjuk, saran, dan kritik dalam penyempurnaan skripsi ini.

6. Ibu Inggrita Gusti Sari NST,SE, M.Si sebagai Dosen Penguji II yang telah memberikan petunjuk, saran, dan kritik dalam penyempurnaan skripsi ini. 7. Seluruh Dosen Pengajar dan Staff Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas

Sumatera Utara, khususnya Departemen Ekonomi Pembangunan untuk segala jasa-jasanya selama perkuliahan.

8. Pegawai BPS Sumatera Utara dan Dinas Pariwisata dan Budaya Kabupaten Samosir yang telah membantu mengumpulkan dan memberikan data untuk penulisan skripsi ini.

9. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, terima kasih atas segala bantuan yang diberikan kepada penulis. Akhir kata penulis menyadari akan keterbatasan yang dimiliki dan sangat mengharapkan kritik serta saran yang membangun untuk kesempurnaan skripsi ini. Dengan segala kerendahan hati, Peneliti berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembacanya, khususnya kepada rekan-rekan mahasiswa Ekonomi Pembangunan.

Medan, 28 September 2016 Penulis,

100501142


(2)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR JUDUL ... i

DAFTAR ISI ... ii

DAFTAR TABEL ... iv

DAFTAR GAMBAR ... v

DAFTAR LAMPIRAN ... vi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 6

1.3 Tujuan Penelitian ... 6

1.4 Manfaat Penelitian ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 7

2.1 Daya Saing ... 7

2.1.1 Teori Daya Saing... 7

2.1.2 Cara Menetukan Daya Saing ... 10

2.2 Industri Pariwisata ... 11

2.2.1 Permintaan Industri Pariwisata ... 12

2.3 Pariwisata ... 13

2.3.1 Pengertian Pariwisata ... 13

2.3.2 Pariwisata dan Sisi Permintaan ... 14

2.3.3 Faktor Mempengaruhi Permintaan Pariwisata ... 15

2.3.4 Pariwisata dan Sisi Penawarannya ... 18

2.3.5 Faktor Mempengaruhi Penawaran Pariwisata ... 19

2.3.6 Usaha Penawaran Pariwisata... 20

2.3.7 Jenis-Jenis Pariwisata ... 20

2.3.8 Bentuk Pariwisata... 23

2.3.9 Pengertian Pariwisata ... 24

2.3.10 Prasarana dan Sarana Wisata ... 26

2.4 Dampak Positif Pariwisata terhadap Ekonomi Daerah .... 28

2.5 Penelitian Terdahulu ... 35

2.6 Kerangka Pemikiran ... 36

BAB III METODE PENELITIAN ... 40

3.1 Jenis Penelitian ... 40

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ... 40

3.3 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel ... 40


(3)

3.3.1 Variabel Penelitian ... 40

3.3.2 Definisi Operasional... 41

3.4 Jenis dan Sumber Data ... 45

3.5 Metode Pengumpulan Data ... 45

3.6 Metode Analisis Data ... 46

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 48

4.1 Gambaran Umum Kabupaten Samosir ... 48

4.1.1 Kondisi Geografis Kabupaten Samosir ... 48

4.1.2 Kondisi Demografis Kabupaten Samosir ... 50

4.1.3 Potensi Obyek Pariwisata Kabupaten Samosir ... 51

4.1.4.Perkembangan Pariwisata di Kabupaten Samosir .. 55

4.2 Analisis Data dan Pembahasan ... 63

4.2.1 Indeks Pariwisata ... 63

4.2.2 Indeks Komposit ... 66

4.2.3 Indeks Daya Saing Pariwisata ... 67

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 70

5.1 Kesimpulan... 70

5.2. Saran ... 72

DAFTAR PUSTAKA ... 73


(4)

DAFTAR TABEL

No. Tabel Judul Halaman

1.1 Pendapatan Asli Daerah Dari Retribusi Objek Wisata ... 3

1.2 Banyaknya Wisatawan Yang Berkunjung Ke Kabupaten Samosir Menurut Tahun dan Jenis Wisatawan ... 3

2.1 Penelitian Terdahulu ... 35

3.1 Parameter, Sumber Data dan Kegunaan... 42

4.1 Jumlah Penduduk Kabupaten Samosir 2010-2014 ... 50

4.2 Banyaknya Wisatawan Yang Berkunjung Ke Kabupaten Samosir Menurut Tahun Dan Jenis Wisatawan ... 56

4.3 Daftar Hotel Bintang di Kabupaten Samosir Beserta Harga per Malam (Rupiah) ... 56

4.4 Perkembangan Indikator Daya Saing Pariwisata Kabupaten Samosir periode 2010-2014 ... 62

4.5 Indeks Pariwisata Kabupaten Samosir Tahun 2010-2014 ... 65

4.6 Hasil Indeks Komposit Kabupaten Samosir ... 66

4.7 Hasil Indeks Daya Saing Pariwisata Kabupaten Samosir ... 67


(5)

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Judul Halaman 2.1 Kerangka Konseptual ... 39


(6)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Lampiran Judul Halaman

1 Human Tourism Indicator (HTI) ... 75

2 Price Competitiveness Indicator (PCI) ... 75

3 Infrastructure Development Indicator (IDI) ... 75

4 Environment Indicator (EI) ... 76

5 Technology Advancement Indicator (TAI) ... 76

6 Openess Indicator (OI) ... 76

7 Social Development Indicator (SDI) ... 76

8 Hasil Indeks Pariwisata ... 77

9 Hasil Indeks Komposit ... 77

10 Hasil Indeks Daya saing Pariwisata ... 78