Impression Management Pengemis Di Kota Medan

(1)

Dokumentasi Penelitian

Wawancara bersama Informan Yanti

Wawancara Bersama Informan Maimunah


(2)

Wawancara bersama Informan Karnis

Wawancara bersama Informan Yoban Ginting

Wawancara bersama Informan Sumarni,ia menangis menceritakan kisah hidupnya.


(3)

Wawancara bersama Informan Rina


(4)

DAFTAR REFERENSI

Ardianto, Elvinaro, dan Bambang Q-Aness. (2007). Filsafat Ilmu Komunikasi .

Bandung:Simbiosa Rekatama Media

Baron. A Robert dan Donn Byrne.(2008).Psikologi sosial jilid 2. Jakarta: Erlangga

Bungin, Burhan. 2001.Metode Penelitian Sosial.Format- format Kulaitatif

dan Kuantitatif. Surabaya:Airlangga Press.

. (2006) Sosiologi Komunikasi: Teori Paradigma dan Diskursus Teknologi Komunikasi di Masyarakat. Jakarta:Kencana

. (2008). Penelitian Kualitatif.: Komunikasi Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial Lainnya. Jakarta:Kencana

Dayakisni. Tri, dan Hudaniah. (2003). Psikologi Sosial. Malang:Universitas Muhammadiyah

Devito, Joseph A. (1997). Human Communication, New York: Haper Colline Colege Publisher

Eriyanto, (2004). Analisis Framing,Konstruksi, Ideologi, dan Politik MedIa. Yogyakarta:Penerbit LKIS.

Efendy, Onong.(2009). Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung:Remaja Rosdakarya

Fisher. B. Aubrey .(1990).Teori-teori Komunikasi : perspektif mekanistis, psikologi, I nteraksional, dan pragmatis. Bandung:Remaja Rosdakarya

Idris, M. (2009). Metode Penelitian Sosial: Pendekatan Kuantitatif dan Kualitatif. Yogyakarta:Erlangga


(5)

Medlin. AK. (2008): Bargain Theater : A Dramaturgi-cal Analysis Of Flea market. Auburn:Auburn University

Moleong, Lexy J.(2009).Metode Penelitian Kualitatif.Bandung:Remaja Rosdakarya

Miles B,Matthew dan Huberman(2007), Analisis Data Kualitatif: Buku Sumber Metode-metode Baru, Jakarta:Universitas Indonesia Press

Miller, Katherine.(2001). Communication Theories: Perspectives, Processes, and Contexts. New York:McGraw-Hill.

Morissan. (2010). Psikologi Komunikasi. Bogor:Grahlia Indonesia

Mulyana, Deddy.(2001). Metodologi Penelitian Kualittaif. Bandung:Remaja Rosdakarya

. (2003).Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar.Bandung:Remaja Rosdakarya

.(2005). Ilmu Komunikasi Suatu Pengnatar. Bandung:Remaja Rosdakarya

Pawito.(2007). Penelitian Komunikasi Kualittaif. Yogyakarta:LKIS

Rakhmat, Jalaludin.(2001). Metode Penelitian Komunikasi.Bandung:Reamaja Rosdakarya

.(2005).Psikologi Komunikasi. Bandung:Remaja Rosdakarya

.(2006). Psikologi Komunikasi.Bandung:Remaja Rosdakarya

Silalahi. Uber.(2009) . Metode Penelitian Sosial. Jakarta: Refika Aditama

Sobur, Alex. (2009). Psikologi Umum ( Dalam Lintasan Sejarah).Bandung:CV Pustaka setia

Stuart dan Sundeen. (1998). Buku Saku Keperawatan Jiwa Edisi 3 alih bahasa Achir Yani S. Jakarta:EGC


(6)

Sugiono. (2005).Statistika dan Penelitian. Bandung:CV Alfabeta

Turner, West.(2008). Pengantar Teori KomunikasiAnalisis dan Aplikasi. Jakarta:Salemba Humanika

Umar. Husein.( 2005). Metode Penelitian.Jakarta:Salemba Empat

Wirawan, Sarlito. (2003). Teori-Teori Psikologi Sosial. Jakarta:Rajagrafindo Persada

Sumber Lain:


(7)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian

Metodologi penelitian adalah proses, prinsip dan prosedur yang digunakan untuk mendekati suatu masalah dan mencari jawabannya. Dengan kata lain, metodologi adalah suatu pendekatan umum untuk mengkaji topik penelitian. Metodologi dipengaruhi atau berdasarkan perspektif teoritis itu sendiri adalah suatu kerangka penjelasan atau intrepertasi yang memungkinkan peneliti memahami data dan menghubungkan data yang rumit dengan peristiwa dan situasi lain.Penelitian kualitatif adalah suatu pendekatan yang juga disebut pendekatan investigasi karena biasanya peneliti mengumpulkan data dengan cara bertatap muka langsung dan berinteraksi dengan orang–orang di tempat penelitian (Mulyana,2001:145).

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif kualitatif. Penelitian dengan metode desktriptif merupakan penelitian yang menggambarkan situasi, proses atau gejala–gejala tertentu yang diamati. Penelitian yang menggunakan metode kualitatif bertujuan untuk menggambarkan, meringkas berbagai kondisi dan situasi serta fenomena,realita sosial yang ada di masyarakat yang menjadi penelitian dan berupaya menarik realita itu kepermukaan sebagai suatu ciri, karakter, model, tanda atau gambaran tentang kondisi, dan fenomena tertentu (Bungin,2006 : 68).

3.2 Objek Penelitian

Objek penelitian merujuk kepada masalah yang sedang diteliti. Objek penelitian ini adalah Impression managementmahasiswi pengemis yang berada di kota Medan.

3.3 Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah segala sesuatu baik hidup, benda ataupun lembaga(instansi), yang sifat dan keadaanya (atributnya) akan diteliti. Dengan


(8)

kata lain subjek penelitian adalah sesuatu yang di dalam dirinya melekat atau terkandung objek. Subjek penelitian ini adalah 20 orang informan pengemis.

penelitian. Seorang informan adalah seorang pembicara asli yang berbicara dengan mengulang kata - kata, frasa, dan kalimat dalam bahasa atau dialeknya sebagai model imitasi dan sumber informasi. Subjek penelitian ini merujuk pada rensponden ataupun informan yang akan dimintai informasi berkenaan dengan penelitian yang dilakukan. Subjek penelitian akan ditujukan terhadap pengemis yang berada di kota Medan.

Untuk menambah jumlah data kelengkapan data yang hendak dicapai maka peneliti menggunakan MetodeSnowballSamplingmerupakan salah satu metode dalam pengambilan sample dari suatu populasi. Dimana snowball sampling ini adalah termasuk dalam teknik non-probability samplingsample dengan probabilitas yang tidak sama.Untuk metode pengambilan sampelseperti ini,khusus digunakan untuk data-data yang bersifat komunitas dari subjektif responden/sampel, atau dengan kata lain objek sampelyang kita inginkan sangat langka dan bersifat mengelompok pada suatu Himpunan. Snowball samplingadalah cara yang efektif untuk membangun kerangka pengambilan sampel yang mendalam, dalam populasi yang relatif kecil, yang masing-masing orang cenderung melakukan hubungan satu dan lainnya. Dalam pengambilan sampel ini, peneliti menentukan satu atau lebih individu atau tokoh kunci dan meminta dia atau mereka untuk menyebut orang-orang lain yang pada gilirannya dapat ditemui (Sugiyono, 2005:67).

3.4 Kerangka Analisis

Menurut Spradly unit analisis dalam penelitian ini meliputi tiga komponen yaitu:

1. Tempat, tempat dimana penelitian berlangsung. Tempat dalam penelitian ini adalah, perempatan lampu lalu lintas jalan Abdullah Lubis, perempatan lalu lintas jalan Adam malik, Mesjid Al-Jihad jalan Abdullah Lubis,


(9)

Mesjid Agung Medan Jalan serta di beberapa tempat makan jalan Setia Budi (Ring Road).

2. Pelaku, yaitu pelaku atau orang orang yang sesuai dengan objek penelitian. Pelaku penelitian ini adalah penegmis yang berada di sekitaran perempatan lampu merah maupun di tempat makan.

3. Kegiatan, Kegiatan yang dilakukan pelaku berkaitan dengan objek penelitan. Yang menjadi kegiatan dalam penelitian ini adalah Impression managementyang dilakukan oleh pengemis. (Sugiyono,2005:83)

Setelah memperoleh data dari proses penelitian dilapangan maka peneliti akan melakukan reduksi data. Data yang diperoleh dari lapangan sebanyak mungkin, sehingga perlu dilakukan analisis data melalui reduksi data. Mereduksi data berarti merangkum dan meilih hal hal apa saja yang pokok, dan berfokus pada hal–hal penting saja. Data telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas dan mempermudah peneliti melakukan pengumpulan data selanjutnya dan mencarinya bila diperlukan(Sugiyono,2005:92).

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian tersebut adalah :

1. Metode Observasi

Partisipasi Teknik observasi partisipasi merupakan metode mengumpulkan data dengan mengamati langsung di lapangan. Proses ini berlangsung dengan pengamatan yang meliputi melihat, merekam, menghitung, mengukur, dan mencatat kejadian. Observasi bisa dikatakan merupakan kegiatan yang meliputi pencatatan secara sistematik kejadian-kejadian, perilaku, objek-objek yang dilihat dan hal-hal lain yang diperlukan dalam mendukung penelitian yang sedang dilakukan.

Pada tahap awal observasi dilakukan secara umum, peneliti mengumpulkan data atau informasi sebanyak mungkin. Observasi adalah kemampuan seseorang untuk menggunakan pengamatannya melalui hasil kerja pancaindra mata dibantu oleh pancaindra lainnya. Metode observasi


(10)

adalah metode pengumpulan data yang digunakan untuk menghimpun data penelitian melalui pengamatan dan pengindraan. Suatu kegiatan pengamatan baru dikategorikan sebagai kegiatan pengumpulan data penelitian apabila memiliki kriteria sebagai berikut :

 Pengamatan digunakan dalam penelitian dan telah direncanakan secara serius.

 Pengamatan harus berkaitan dengan tujuan penelitian yang telah ditetapkan.

 Pengamatan dicatat secara sistematik dan dihubungkan dengan proporsi umum dan bukan dipaparkan sebagai sesuatu yang hanya menarik perhatian.

 Pengamatan dapat dicek dan dikontrol mengenai keabsahannya. (Bungin, 2008:115)

2. Metode Wawancara

Penelitian dilakukan dengan mewawancarai pengemis yang menjadi

narasumber. Secara mendalam dan diharapkan dapat memperoleh

kedekatan yang tidak intim agar informasi dapat diperoleh.

Wawancaramendalam secara umum adalah proses memperoleh keterangan

untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka

antara pewawancara dengan informan atau orang yang diwawancarai,

dengan atau tanpa menggunakan pedoman (guide) wawancara, dimana

pewawancara dan informan terlibat dalam kehidupan sosial yang relatif

lama (Bungin, 2008:108).

3. Metode kepustakaan

Penelitian dilakukan dengan cara mempelajari dan mengumpulkan data melalui literatur dan sumber bacaan yang relevan dan mendukung penelitian.


(11)

Penggunaan data dokumentasi dalam penelitian ini adalah untuk mendapatkan informasi yang berhubungan dengan data-data tentang berbagai hal yang berhubungan dengan game online. Teknik dokumentasi ini juga digunakan untuk mendapatkan informasi dan data-data sekunder yang berhubungan dengan fokus penelitian (Pawito,2007:78).

3.6 Teknik Analisis Data

Penelitian ini adalah penelitian deskriptif, dengan lebih banyak bersifat uraian dari hasil wawancara dan dokumentasi. Data yang telah diperoleh akan dianalisis secara kualitatif serta diuraikan dalam bentuk deskriptif. Menurut Bogdan dan Biklen, analisis data adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilih milihnya menjadi satuan yang dapat dikelolah, mendeteksinya, mencari, dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain (Moleong,2009:248). Seperti digambarkan dalam kerangka analsisi, peneliti menggunakan model Miles dan huberman untuk menganalisis data yang ada dengan teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan model analisis interaktif Miles dan Huberman yaitu :

1. Reduksi data yaitu proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan tertulis dari lapangan. Reduksi data berlangsung secara terus menerus sejalan pelaksanaan penelitian berlangsung.

2. Penyajian data yaitu sekumpulan informasi tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Dengan mencermati penyajian data ini, peneliti akan lebih mudah memahami apa yang sedang terjadi dan apa yang harus dilakukan.

3. Penarikan kesimpulan yaitu penarikan arti data yang ditampilkan. Pemberian makna harus sejauh pemahaman peneliti dan interpretasi yang dibuat (Idris, 2009:150).


(12)

Gambar 3.1 Model Miles dan Huberman

Teknik analisis data dalam penelitian ini, dilakukan setelah data-data diperoleh melalui teknik wawancara mendalam dan observasi kemudian data yang terkumpul dianalisis dengan cara deskriptif kualitatif dimana metode ini mencerminkan interpretasi yang mendalam dan menyeluruh atas fenomena (kasus) yang diteliti. Data-data yang terkumpul berupa kata-kata, kalimat-kalimat atau narasi, baik yang diperoleh dari wawancara mendalam maupun observasi disusun menjadi laporan yang sistematis. Karena penelitian ini bersifat deskritptif kualitatif maka hasil penelitian akan disajikan secara induktif (dari yang bersifat khusus kepada yang bersifat umum) dalam bentuk narasi dan di akhir akan ditarik sebuah kesimpulan dari hasil penelitian (Moleong,2009:250).

Pengumpulan

Data

Reduksi Data

Penyajian

Data


(13)

BAB IV

HASIL PENELITIAN 4.1 Hasil Penelitian

Pada bab ini peneliti akan menguraikan data dan hasil penelitian tentang konteks masalah yang telah dirumuskan pada bab sebelumnya, yaitu bagaimana Impression managementpengemis di kota Medan . Hasil penelitian ini diperoleh dengan teknik wawancara secara mendalam dengan informan sebagai bentuk pencarian data dan dokumentasi langsung dilapangan yang kemudian peneliti analisis. Analisis ini sendiri terfokus pada pengemis, yang dikaitkan kepada beberapa unsur dan tujuan penelitian.

Penelitian dilakukan terhadap dua puluh orang informan yakni pengemis di kota Medan yang masih aktif. Penelitian ini mengambil dua puluh orang informan karena data yang dikumpulkan dianggap jenuh yang berarti penambahan informan baru lagi tidak akan memberikan informasi baru dan memiliki arti bagi penelitian yang dilakukan. Mereka yang dipilih sebagai informan adalah individu-individu yang sesuai yang telah ditetapkan peneliti sesuai dimana individu-individu yang dipilih adalah pengemis yang berada di kota Medan.Informan pengemis yang di diambil lebih banyak wanita dari pada pria karena pengemis yang berada di Kota Medan mayoritas wanita sehingga peneliti mewawancara lebih banyak wanita dibandingkan denganlaki-laki.

4.1.1 Proses Penelitian

Penelitian ini mulai dilaksanakan pada hari Selasa, 16 Maret 2015bertempat di beberapa lokasi yaitu di perempatan lampu lalu lintas jalan Abdullah Lubis, perempatan lalu lintas jalan Adam malik, Mesjid Al-Jihad jalan Abdullah Lubis, Mesjid Agung Medan Jalan serta di beberapa tempat makan. Pada saat wawancara berlangsung peneliti mengabadikan beberapa momen dan melakukan rekaman dengan menggunakan aplikasi recording. Peneliti langsung mendekati pengemis untuk meminta izin kepada mereka apakah bersedia untuk di wawancarai dan menanyakan kapan ia bersitirahat agar saat istirahat kita


(14)

melakukan wawancara, karena peneliti juga tidak ingin mengganggu waktu kerja mereka. Peneliti menjelaskan tujuan dan hal hal pokok yang

hendak di tanyakan dan informan menyetujui untuk dilakukan wawancara diantaranya untuk mengetahui bagaimana impression management dan karakteristik setiap pengemis. Proses peneitian dilakukan dengan wawancara antara peneliti dan informan yang berpegangan pada pedoman wawancara yang telah dibuat sebelum melakukan penelitian.

Hal - hal yang ditemukan saat proses penelitian diantaranya, beberapa informan awalnya tidak bersedia nama dan data diri lain (secara lengkap) dan tidak bersedia untuk mengambil dokumentasi untuk dicantumkan dalam skripsi karena ada yang takut, tetapi setelah peneliti menjelaskan kembali kalau hal ini bukan untuk dijadikan bahan yang tidak-tidak, sehingga mereka bersedia untuk memberikan identitasnya. Ada juga informan yang kurang terbuka dan jujur untuk memberi informasi, sehingga cukup sulit mengetahui kehidupan pribadinya lebih dalam. Ketika wawancara berlangsung, peneliti menyediakan kue dan minuman agar para informan semakin mudah untuk memberikan informasi tentang dirinya, untuk pengemis laki-laki peneliti sengaja memberikan rokok. Setelah wawancara selesai peneliti memberikan sedikit sedekah kepada para pengemis tersebut. Banyak pengemis yang sampai mengis menceritakan kisah hidupmereka mengapa mereka sampai memilih pekerjaan seperti itu.

Kendala lainnya yakni saat peneliti selesai mewawancarai salah satu informan yang bernama Putra, tidak jauh dari lokasi wawancara peneliti hampir di rampok. Tetapi memang peneliti tidak kehilangan apa-apa tetapi sempat trauma untuk kembali kelapangan. Setelah kejadian itu peneliti lebih berhati-hati saat berada dilapangan.

Kesulitan berikutnya adalah tidak sedikit informan yang pada awalnya susah untuk di wawancarai karena kebanyakan mereka mengira peneliti adalah seorang wartawan sehingga mereka tajut jika nantinya dimasukan kedalam Koran, tetapi peneliti berusaha menjelaskan secara detail kepada meraka karena hasil dari wawancara nanti hanya untuk kebutuhan tugas akhir atau skripsi, setelah mereka mengerti dan peneliti juga berusaha membujuk sehingga mereka bersedia.


(15)

Meskipun awalnya mereka tidak bersedia setelah wawancara dimulai mereka lebih terbuka bahkan sampai ada yang menangis menceritakan kisah hidupnya. Ketika proses wawancara banyak orang-orang yang heran melihat peneliti mewawancarai para informan selain itu juga suara kendaraan, karena memang wawancara di lakukan di pinggir jalan. Hal-hal tersebut yang menjadi kendala peneliti menjadi sulit untuk berkonsentrasi.

Banyak juga sisi positif yang dialami saat proses penelitian berlangsung diantaranya tambahan pengalaman dan pesan pesan moral lewat cerita yang disampaikan oleh informan mengenai kehidupannya. Peneliti semakin ingin tahu tentang segala sesuatu berkaitan dengan Impression Managementkhususnya yang dilakukan oleh pengemis. Karakter yang berbeda beda dari tiap informan memberi ketertarikan tersendiri bagi peneliti, karena ternyata tidak mudah untuk berhadapan dengan narasumber yang berbeda pandangan dan pengalaman hidupnya. Peneliti jadi merasa lebih beruntung di bandingkan para informan setelah mengetahui kisah hidup yang mereka jalani.

Setelah wawancara selesai, maka peneliti melanjutkan ke tahap berikutnya yaitu tahap analisis data. Pada tahap ini peneliti menjelaskan hasil wawancara terhadap ke dua puluh informan penelitian, setelah itu peneliti melakukan analisis terhadap jawaban - jawaban informan tersebut berdasarkan penuturan informan yang sesuai dengan pertanyaan - pertanyaan yang peneliti tanyakan, serta penuturan pihak lainnya yang berkompoten dengan masalah penelitian.

4.1.2 Profil Informan

Berikut profil informan yang di peroleh lewat wawancara : Profil Informan 1

Nama : Yudi

Tempat Tanggal Lahir : Tembung, 11 Januari 1989

Usia : 26 Tahun

Agama : Islam

Lelaki bertubuh pendek ini sering di panggil dengan sebutan cebol, karena tubuhnya yang pendek begitulah orang terdekatnya memanggilnya. Yudi


(16)

merupakan anak sulung dari 5 bersaudara, ia sudah tidak memiliki keluarga yang lengkap lagi karena ayahnya sudah 10 tahun meninggalkan mereka semua. Ayah yudi meninggal ketika ia masih duduk di kelas 1 SMA, ayahnya meninggal karena mengalami penyakit komplikasi. Setelah ayahnya meninggal keluarga Yudi sudah tidak memiliki tulang punggung keluarganya, sehingga mau tidak mau Yudi pun tidak melanjutkan sekolahnya lagi karena biaya tidak ada. Dengan keterbatasan ekonomi Yudi membantu ibunya untuk melanjutkan hidup ke 5 adiknya, ibunya bekerja sebagai pelayan di salah satu rumah makan.

Yudi merupakan sosok seorang abang yang bertanggung jawab kepada adik-adiknya, ia bekerja keras untuk menyekolahkan semua adik-adiknya, agar kelak adik-adiknya tidak merasakan apa yang ia rasakan. Sebelumnya Yudi bekerja di sebuah pabrik tetapi setalah 3 tahun bekerja, pabrik tersebut mengurangi karyawan karena pabrik tempat Yudi bekerja mulai bangkrut. Salah satu karyawan yang di PHK itu adalah yudi. Setelah di PHK dari pabrik ada teman yudi yang mengajaknya untuk mengemis, tanpa berpikir panjang Yudi pun mengikuti ajakan dari temannya tersebut. Yudi sudah hampir 2 tahun menjalani profesi sebagai pengemis, alasannya bertahan menjadi pengemis karena hasilnya cukup banyak.

Yudi menjalankan profesi sebagai pengemis ia tidak hanya sendirian, Yudi bersama temannya bernama Eko. Mereka bersama-sama menjalankan akasinya, disini Eko berpura-pura buta dan yudi yang menjadi penuntun Eko. Yudi dan Eko merupakan teman kecil dan mereka juga bertetangga. Faktor ekonomi adalah salah satunya yang membuat ia seperti ini.

Profil Informan 2

Nama : Eko

Tempat Tanggal Lahir : Aceh, 10 Juli 1990

Usia : 25 Tahun


(17)

Lelakibertubuh tinggi dan berkulit hitam tersebut merupakan anak kedua dari empat bersaudara, kedua orang tuanya sudah bercerai ketika ia masih duduk di bangku SMP. Ia ikut tinggal bersama ibunya di daerah Tembung. Ibunya bekerja sebagai pembantu rumah tangga, kakaknya sudah menikah dan adik-adiknya masih sekolah. Eko hingga sekarang tidak pernah lagi bertemu dengan ayahnya, ia sangat dendam terhadap kelakuan ayahnya karena ketika masih bersama dengan mereka ayahnya sering melakukan kekerasan kepada ibunya. Akibat kelakukan bapaknya sehingga ibunya tidak tahan sehingga memilih untuk berpisah.

Pendidikan Eko hanya sampai SMP saja karena akibat perceraian kedua orang tuanya ia tidak melanjutkan sekolahnya ke SMAkarena keterbatasan ekonomi. Semenjak orang tuanya bercerai semua menjadi berubah yang dulunyakehidupan mereka lumayan karena ayahnya dulu bekerja sebagai mandur bangunan. Di satu sisi ia juga tidak tega jika melihat ibunya terus-terusan yang menjadi korban kekerasan ayahnya.

Eko awalnya menjadi pengemis itu karena ia mendengar pengalaman dari temannya yang lebih dulu menjadi pengemis, setelah mendengar cerita temannya tersebut Eko tergoda untuk mengikuti jejak temannya tersebut. Ia pun belajardan bertanya kepada temannya tersebut bagaimana cara mengemis, beberapa hari kemudian ia mengajak Yudi untuk sama-sama menjadi pengemis.

Profil Informan 3

Nama : Putra

Tempat tanggal Lahir : Medan, 22 Juni 1998

Usia : 17 Tahun

Agama : Islam

Informan selanjutnya bernama Putra yang masih berumur 17 tahun. Informan adalah pengemis yang berada di perempatan Lampu Merah Jalan Adam Malik Medan. Anak ke 5 dari 7 bersaudara ini lahir di Medan dan menjalani studi nya hanya sampai di kelas 2 SD dikarenakan tidak ada biaya untuk melanjutkan


(18)

sekolahnya. Lelaki muda ini selain menjadi seorang pengemis ia juga sebagai tukang parkir di warkop elisabet Medan.

Keluarga Putra sudah tidak lengkap lagi karena ayah dan ibunya telah lama bercerai. Ayah nya sudah menikah lagi dan Putra tidak pernah bertemu dengan ayahnya. Sedangkan ibunya sudah kembali ke kampung halaman mereka di Padang. Semua abang-abang nya telah menikah dan adiknya ikut bersama ibunya ke Padang. Jadi Putra di Medan ini tinggal dirumah temannya. Sebenarnya ia ingin sekali menyusul ibu nya ke padang tetapi karna faktor ekonomi sehingga ia belum dapat menyusul keluarga nya disana.

Awalnya Putra menjadi seorang pengemis karena ketika itu ia melihat temannya mengemis dan pada waktu itu juga ia tidak memliki pekerjaan sehingga ia berpikir untuk melakukan hal yang sama seperti temannya tersebut. Putra meminta bantuan kepada temannya bagaiamana cara mengemis dan mendapatkan uang untuk makan. Sudah hampir 1 Tahun ia menjalani profesi sebagai pengemis. Karena dengan pekerjaan ini Putra dapat melanjutkan hidupnnya.

Profil Informan 4

Nama : Maimunah

Tempat Tanggal Lahir : Padang Sidempuan, 5 Mei 1952

Usia : 63 Tahun

Agama : Islam

Wanita paruh baya ini merupakan seorang janda, ia ditinggalkan oleh suaminya karena suaminya kawin lagi dengan wanita suku karo. Maimunah sudah 10 tahun ditinggalkan oleh suaminya, ia mempunyai 5 orang anak dan 14 cucu. Ia tinggal bersama anak perempuannya yang bekerja sebagai pembantu rumah tangga. Berlatar pendidikan tidak tamat SD pun membuat Maimunah berjuang keras untuk melanjutkan hidupnya, walaupun semua anak-anaknya sudah menikah tetapi keadaan ekonomi anak-anaknya juga tidak jauh dari dia semua juga


(19)

berkekurangan. Bahkan ada juga anaknya sudah 8 tahun di penjara sebagai pengedar dan pengguna narkoba.

Wanita yang menggunakan jilbab tersebut sudah hampir 3 tahun menjalani profesi sebagai pengemis, sebelumnya dia bekerja sebagai pembantu rumah tangga. Tetapi setelah matanya mulai rabun ia berhenti bekerja, setelah ia berhenti ada salah seorang teman ibu maimunah mengajak dirinya untuk ikut ngamen. Maksud ngamen disini adalah mengemis, awalnya Maimunah tidak mau tetapi setelah ia pikir-pikir dan tuntutan untuk melenjutkan hidup sehingga ibu maimunah ikut bersama temannya. Ibu maimunah tidak setiap hari untuk turun ke jalan, dalam seminggu 3 atau 4 hari saja ia melakukan pekerjaan seperti ini, selebihnya Maimunah menjaga cucunya karena anaknya bekerja di rumah orang.

Sosok yang tangguh Maimunah melanjutkan hidupnya dan membantu anaknya untuk menambah uang belanja, karena anaknya juga merupakan seorang janda beranak 5 sehingga ibu maimunah merasa kasihan kepada anaknya karena nasibnya sama dengan sang anak. Selama mengemis ada salah satu cucu ibu maimunah yang menuntun Maimunah krena pengelihatan ibu ini sudah mulai berkurang dan cucu Maimunah juga ikut mengemis. Selama proses wawancara ibu maimunah sempat menangis menceritakan kisah hidupnya, tetapi peneliti berusaha untuk menyemangati ibu tersebut.

Profil Informan 5

Nama : Yanti

Tempat Tanggal Lahir : Medan, 5 Oktober 1980

Usia : 35 Tahun

Agama : Islam

Wanita yang bertubuh 155 cm tersebut bertempat tinggal di Medan sejak kecil hingga sekarang, ia tidak pernah berpindah-pindah daerah meskipun sekarang ia sudah menikah dan memiliki 5 orang anak. Ibu yanti memiliki seorang suami yang bekerja sebagai penarik becak, becak yang di pakai suami ibu yanti merupakan becak sewa. Ibu yanti membantu suami nya untuk menambah uang


(20)

belanja dan uang sekolah anak-anaknya, karena menurut ibu yanti uang dari hasil menarik becak saja tidak cukup untuk memnuhi kebutuhan keluarganya.

Ibu yanti mulai mengemis sejak tahun 2013 lalu, tepatnya ketika ibu yanti dan keluarga sangat butuh uang untuk makan dan kebutuhan lainnya. Saat ia diajak oleh temannya untuk mengemis dan tanpa ragu-ragu ibu yanti ikut dengan temannya tersebut, meskipun sebenranya suami ibu yanti tidak mengizinkannya untuk melakukan pekerjaan sperti itu. Ibu yanti sambil menggendong anaknya yang berumur 2,5 tahun, anak ibu yanti ini juga mengalami penyakit polio sampai sekarang tidak dapat berjalan dan terus di gendong oleh ibu yanti. Faktor ekonomi lah yang mmebuat ibu yanti sampai sekarang bertahan sebagai pengemis, karena banyak keperluan yang harus di bayar sperti uang sekolah anak-anakanya, uang sewa rumah dan uang les anaknya.

Keluarga dari ibu yanti bai orang tua dan saudara-saudara nya yang lain tidak mengetahui ibu yanti menjadi seorang pengemis, apabila ada keluaraganya menanyakan ia bekerja apa ibu yanti bilang ia bekerja mancari botot. Ia tidak ingin keluarganya malu cukup hanya ia saja yang merasakan malu.

Profil Informan 6

Nama : Evi

Tempat Tanggal Lahir : Jawa Barat, 27 Desember 1975

Usia : 40 Tahun

Agama : Islam

Wanita asala jawa barat ini mengalami cacat di kaki kanan dan tangan kanan nya lebih kecil di bandingkan dengan tangan sebelah kirinya. Cacat yang di alami ibu evi ini sudah dari lahir. Evi pertama kali ke medan itu di bawa oleh pamannya, ia dibesarkan oleh pamannya. Setelah pamannya meninggal Evi pun menikah dengan suaminya, tetapi setelah menikah selama 2 tahun tidak lama suami ibu evi meninggal karena sakit. Oleh sebab itu sekarang Evi tinggal di medan hanya sebatang kara, semua saudara-saudara bahakan kedua orang tuanya pun masih tinggal di jawa.


(21)

Wanita yang memeiliki penyakit paru-paru ini sangat tegar menghadapi hidup di kota medan sendirian, ia tinggal di suatu rumah kecil di daerah jalan listrik. Karena keterbatasan fisik dan juga mengalami penyakit paru-paru ibu evi pun hanya mampu mencari uang dengan cara mengemis. Apabila Evi tidak mengalami cacat ia juga ingin bekerja yang lebih bagus dan halal. Tetapi ini dilakukan hanya untuk memenuhi kebutuhan perutnya saja, untuk berobat pun ibu evi tidak sanggup karena ibu evi tidak memiliki uang. Uang hasil dari mengemisnya hanya cukup untuk makan saja.

Kisah hidup yang dialami Evi mungkin tidak semua orang dapat menjalaninya, ibu evi sebenarnya rindu dengan kedua orang tuanya dan saudara-saudaranya yang ada di jawa barat karena sudah hampir 20 tahun Evi tidak pernah berjumpa bahakan kabar mereka disana juga Evi tidak tau lagi. Ia juga ingin kembali ke kampung halamannya tetapi apa daya uang untuk makan pun susah. Tetapi suatu saat nanti apabila ibu evi memiliki rezeki yang banyak ia akan kembali ke kampung halamannya.

Profil Informan 7

Nama : Siti

Tempat Tanggal Lahir : Semarang 20 Agustus 1991

Usia : 24 Tahun

Agama : Islam

Wanita yang sehari-harinya menggunkan jilbab tersebut memiliki ciri-ciri fisik tinggi badan sekitar 155 cm dan berkulit sawo matang, ia merupakan sosok seorang janda beranaka satu. Siti adalah anak ke empat dari lima bersaudara, dan ia merupakan anak perempuan satu-satunya dikeluarganya. Ibu satu orang anak ini asli dari jawa tengah yaitu semarang, ia telah menikah dengan suku melayu dan sekitar 3 tahun pernikahan mereka suaminya sakit paru-paru basah karena keterbatasan ekonomi suami Siti dirawat hanya dirumah saja hingga akhirnya suami ibu siti meninggal.Siti tinggal berdua bersama dengan anaknya mereka menyewa satu rumah kecil di daerah rel kereta api, karena satu pun keluarga ibu


(22)

siti tidak ada dimedan baik saudara dari sang suami sudah tidak peduli terhadapnya.

Siti adalah seorang perantau dari semarang, ia sampai kemedan karena awalnya ibu siti ingin menjadi TKW ke malaysia. Tetapi setelah tiba di malaysia Siti tidak kunjung mendapatkan pekerjaan malah sebaliknya ia dan teman-temannya yang lain ditipu oleh agent yang membawa mereka, semua pasport dan perlengkapan lainnya di palsukan oleh agent nya. Semua TKW yang bermasalah di buang ke belawan, setelah itu Siti bekerja di satu toko pakaian di petisah dan bertemu lah dengan suaminya yang merupakan anak jalanan yaitu pengemen.

Jika melihat umur Siti terlalu muda dia menjadi janda tetapi sudah itulah jalan hidup dari Siti dan ia juga sosok wanita yang kuat ia berjuang sendirian demi sang anak. Keluarganya tidak mengetahui pekerjaannya sebagai pengemis yang metreka tau pekerjaan ibu siti adalah sebagai tukang cuci dan menyetrika di rumah orang. Pertama kali Siti mengemis ini karena ia ditawarkan oleh tetangga nya karena kebutuhan anaknya sangat penting sehingga Siti mengikuti tawaran dari temannya tersebut. Sudah 2 tahun ia menjalani pekerjaannya sebagai pengemis.

Profil Informan 8

Nama : Karnis

Tempat Tanggal Lahir : Banyuwangi1935

Usia :80 Tahun

Agama : Islam

Wanita kelahiran Banyuwangi ini adalah seorang janda, ia merantau ke Medan karena ia ikut dengan suaminya yang dulu bekerja di Medan. Nenek Karnis dulu menikah dengan umur yang sangat muda yaitu 16 Tahun. Tetapi setelah menikah selama 10 Tahun nenek Karnis ditinggalkan oleh sang suami. Suami nenek Karnis menikah lagi, selama perkawinan nenek karnis belum memiliki anak oleh karena itu sampai sekarang nenek karnis tinggal sendirian tidak ada yang menemani. Tetapi setelah ditinggal sang suami nenek Karnis tidak menikah lagi karena ia merasa trauma akan ditinggalkan seperti dulu lagi.


(23)

Nenek yang sudah berumur uzur ini tinggal di sekitaran rel kereta api, ia menyewa satu rumah petak yang kecil disana lah ia menjalani kesehariaannya. Dulu sewaktu nenek Karnis masih muda hampir semua pekerjan sudah di kerjakan oleh nenek Karnis mulai jadi pembantu, menjadi pemulung hingga sekarang menjadi pengemis. Ia berusaha bekerja keras untuk hidupnya karena jika ia tidak kerja tidak akan ada yang memberi ia makan karena nenek Karnis tidak memiliki anak dan saudara.

Pertama kali nenek Karnis menjadi pengemis itu karena ajakan oleh temannya, karena temannya merasa kasihan melihat nenek Karnis yang sudah tua dan tidak dapat lagi bekerja yang berat lagi. Awalnya nenek Karnis takut karena baru pertama kalinya ia mengemis, ia takut nanti dipukuli orang-orang. Tetapi memang nenek Karnis pernah tertangkap razi oleh pamong. Meskipun pernah terjaring razia tidak membuat nenek menyerah, sudah satu tahun nenek karnis menjalani pekerjaannya. Selama wawancara berlangsung tidak sedikit orang-orang memeberika nenek karnis uang, peneliti melihat mangkok yang di bawa nenek Karnis penuh dengan uang. Dengan hasil yang lumayan banyak lah yang membuat nenek Karnis bertahan menjadi seorang pengemis.

Profil Informan 9

Nama : Sumarni

Tempat Tanggal Lahir : Medan 22 Februari 1953

Usia : 62 Tahun

Agama : Islam

Wanita yang bertubuh sedikit gemuk ini merupakan seorang janda, Sumarni memiliki 3 orang anak. Sumarni sudah 3 tahun ditinggalakn oleh suaminya, suaminya meninggal karena penyaki komplikasi. Sebelum suami Sumarni meninggal ekonomi keluarganya masih stabil karena Sumarni dan suaminya dulu membuka usaha menjual misop di Rumah sakit Auri, tetapi semenjak suami Sumarni sakit-sakitan semua uang tabungan atau pun harga yang berharga sudah habis hanya untuk biaya berobat suaminya. Setelah suami Sumarni sakit hingga ,meninggal dunia usaha yang sudah dibangun sejak tahun 1980 itu


(24)

pun tutup. Untuk membangun usaha lagi, ia tidak memiliki modal, karena apabila membuka usaha dibutuhkan modal yang lumayan banyak.

Sumarni awalnya memilih untuk menjadi pengemis itu karena terpaksa, karena anak ibu Sumarni masih ada yang sekolah ia pun rela mengemis agar dapat melanjutkan sekolah anaknya karena menurut ibu Sumarni anaknya ini lah yang menjadi harapannya. Sumarni menjadi seorang pengemis sudah hampir 1,5 Tahun, semua anak-anak ibu Sumarni mengetahui hal ini tetapi anaknya tidak mempermasalahkan karena kondisi keluarga anak ibu Sumarni juga berkekurangan.

Dalam sehariSumarni mengemis mulai dari jam 11 sampai jam 2 siang, penghasilan yang didapat oleh Sumarni tidak tentu terkadang hanya dapat Rp. 40.000. Lokasi tempat Sumarni mengemis itu seperti di Mesjid Al-Jihad jalan Abdullah Lubis dan tempat-tempat makan, setiap Sumarni mengemis ia berjalan kaki dari rumah hingga ketempat lokasinya karena menurutnya kalau naik angkutan umum uangnya sayang, lumayan untuk nambah membeli beras. Sedikit terharu dari informan tersebut, karena pada saat wawncara berlangsung ibu Sumarni menangis menceritakan kisah hidupnya. Tampak ia sangat sedih ketika menjawab pertanyaan dari peneliti.

Profil Informan 10

Nama : Yoban Ginting

Tempat Tnggal Lahir : Tiga Binanga 18 April1957

Usia : 58 Tahun

Agama : Kristen

Lelaki yang berkulit hitam dan bertubuh kurus tersebut lahir di Tiga binanga Kabupaten karo. Kedua orang tua nya sudah lama meninggal, ia pun hidup hanya sendirian karena abangnya juga sudah meninggal. Semua tanah yang ada di kampung sudah dijual sehingga tidak ada lagi yang bisa diharapkan oleh


(25)

pak Yoban. Lelaki berdarah Karo ini sampai dengan umur yang sudah tidak muda lagi ia belum juga menikah karena ia tidak memeiliki apa-apa sehingga ia tidak mau menikah. Semua keluarganya tidak pernah menanyakan keberadaannya, suatu hari ia pernah kembali ke kampung tetapi tidak ada satupun yang mau menampungnya.

Pak Yoban sebelum menjadi seorang pengemis, dulu ia pernah bekerja di panglong tetapi karena gaji tidak mencukupi sehingga ia keluar, tidak samapai disitu ia pun mencoba sebagai penarik becak dayung karena ia memiliki penyakit asma sehingga ia tidak sanggup untuk melanjutkan pekerjaannya tersebut. PakYoban pertama kali menjadi pengemis itu karena di ajak oleh temannya, semua cara-cara mengemis pak Yoban di ajarin oleh temannya. Semua peralatan mulai dari baju koko, sarung hingga lobe semua di berikan oleh temannya. Setelah mencoba pak Yoban pun mulai terbiasa, sudah memasuki 3 Tahun pak Yoban menjalani profesi sebagai pengemis.

Pak Yoban sebenarnya malu dengan keadaannya yang sekarang ini tetapi mau gimana lagi ia juga ingin melanjutkan hidupnya, karena semua keluarga tidak pernah menganggapnya. Tetapi ada yang memebuat peneliti terkejut ketika mendengar penyataan dari informan bahwa pak Yoban sebenarnya adalah seorang yang beragama Kristen tetapi ketika ia menjalani profesinya sebagai pengemis pak Yoban menggunakan baju koko, sarung dan lobe hingga kata-kata yang biasa diucapkan oleh pak Yoban kepada orang-orang adalah Assalamualaikum, Alhamdullillah dll layaknya seorang yang beragama Islam. Itu semua dilakukannya agar ia mendapatkan uang.

Profil Informan 11

Nama : Mawardi

Tempat Tanggal Lahir : Tanjung balai 3 September 1939

Usia : 76 Tahun


(26)

Lelaki yang bekulit hitam dan berambut putih tersebut adalah seorang perantau dari daerah Tanjung balai, dan ia di Medan menumpang tinggal di rumah adiknya di daerah Jalan Pandu. Pak Mawardi memiliki lima orang anak, semua anaknya sudah berumah tangga. Pak Mawardi mengalami penyakit stroke tangan dan kaki sebelah kirinya susah di gerakkan, ia mengalami penyakit ini sudah 5 tahun.

Pak Mawardi sebelum menjadi pengemis, ia adalah seorang nelayan di Tanjung balai tetapi karena ia sakit stroke sehingga ia tidak dapat lagi bekerja yang bera-berat itu sebabnya pak Mawardi memutuskan merantau ke Medan untuk mencari pekerjaan yang tidak terlalu susah. Awal ke Medan pak Mawardi sempat berdagang asongan, ia menjual beberapa macam rokok setelah beberapa bulan menjalankan usahanya pak Mawardi dirampok dan penghasilannya pun raib dibawa perampok tersebut. Selanjutnya pak Mawardi melanjutkan usahanya tetapi lagi-lagi ia menjadi sasaran perampok, setelah kejadian itu pak Mawardi memutuskan untuk tidak melanjutkan usahanya karena sudah tidak memiliki modal lagi.

Pak Mawardi pertama kali memutuskan menjadai pengemis itu karena ia sudah mencoba untuk mencari pekerjaan tetapi tidaka ada yang menerima karena ia mengalami stroke. Ia sudah pernah mencoba bekerja sebagai pemecah batu tetapi karena keadaannya sehingga ia mengambil jalan keluar menjadi pengemis, sudah 2 tahun pak Mawardi menjalani profesi sebagai pengemis. Ia juga ingin kembali ke Tanjung balai lebaran nanti mudah-mudahan ia mendapat rejeki sehingga dapat berkumpul dengan istri anak dan cucu cucunya.

Profil Informan 12

Nama : Ani

Tempat Tanggal Lahir : Medan 22 Agustus 1967

Usia : 48 Tahun


(27)

Wanita yang berkulit putih dan bertubuh pendek tersebut merupakan ibu dari empat orang anak. Kedua orangtuanya sudah meninggal, ibu Ani adalah anak ke 4 dari 4 bersaudara dan merupakan anak perempuan satu-satunya. Ibu Ani memiliki seorang suami yang berprofesi sebagai satpam di suatu perusahaan Asuransi, ibu Ani tinggal menyewa rumah di daerah Perumnas Mandala Medan.

Ibu Ani adalah sosok seorang ibu yang sangat kuat, dimana dari ke empat anaknya tersebut satu memeiliki kekurangan. Anak ibu Ani yang bernama Nanda mengalami penyakit Hydrosepalus, Nanda sudah berumur 8 Tahun. Ibu Ani sudah menikah dua kali, pernikahan pertamanya gagal karena suaminya pergi dan meninggal dua orang anaknya. Setelah 5 Tahun menjanda ibu Ani menikah lagi dengan suaminya yang sekarang dan memiliki dua orang anak dari suaminya tersebut. Suaminya tidak mau menafkahi anak yang di bawa ibu Ani dari suami pertamanya bahkan anak-anaknya di usir dari rumah. Anak pertama ibu Ani sudah bekerja di toko baju yang berada di pasar petisah dan anak keduanya masih duduk di bangku SMK, anak ibu Ani terpaksa tinggal dirumah orang karena majikan dari ibu Ani kasihan melihatnya dan bersedia menampung anak ibu Ani dirumahnya. Semua biaya sekolah anaknya tersebut ditanggung oleh ibu Ani karena suaminya tidak mau menaggung jawabin.

Ibu Ani menjadi seorang pengemis sudah satu tahun, awalnya ia diajak oleh temannya. Setiap mengemis ibu Ani membawa Nanda anaknya yang mengalami penyakit Hydrosepalus, sehingga orang-orang banyak yang merasa kasihan kepada ibu Ani. Ketika wawancara ibu Ani menangis menceritakan semua kisah hidupnya dan peneliti berusaha menguatkan ibu Ani.

Profil Informan 13

Nama : Yuni

Tempat Tanggal Lahir : Pekanbaru 13 Maret 1994

Usia : 21 Tahun

Agama : Islam

Wanita yang bertubuh 150 cm tersebut tinggal di Medan sejak ia menikah, ia merupakan perantau dari Pekanbaru. Ia merantau ke Medan karena kondisi


(28)

orangtuanya juga tidak berkecukupan, ia meruapakan anak satu-satunya. Kedua orangtua Yuni sudah bercerai, ia tidak pernah lagi bertemu dengan ayahnya. Yuni menikah di usia yang sangat muda yaitu 15 Tahun, sekarang Yuni sudah memiliki 3 orang anak.

Yuni hanya berlatar belakang pendidikan hanya tamat SMP, ia tidak sampai melanjut kan pendidikannya karena faktor ekonomi. Yuni pertama kali menjadi pengemis itu karena diajak oleh temannya, Yuni yang menjadi tulang punggung keluarganya karena suaminya mengalami penyakit paru-paru basah sehingga tidak dapat kerja. Semua kebutuhan keluarganya ia yang menanggung sampai biaya obat suaminya juga yuni yang mengusahakannya. Yuni dan keluarganya jauh dari keluarganya, mertua dari Yuni tinggal di Aceh. Yuni menjalani pekerjaannya ini sudah 2 Tahun, sebelumnya Yuni bekerja di pasar tradisional sebagai pemetik cabai, tetapi karena gaji yang pas-pasan membuatnya mencari jalan lain. Suami Yuni tidak mengetahui pekerjaannya ini karena sampai sekarang suaminya tau ia bekerja sebagai pemetik cabai.

Sehari-hari Yuni mengemis dengan menggendong anaknya, tempat Yuni mengemis itu di Mesjid Agung Medan dan menjalani tempat-tempat makan yang ada di Medan. Yuni memanfaatkan anaknya agar orang-orang merasa kasihan sehingga ia di beri uang.

Profil Informan 14

Nama : Juli

Tempat Tanggal Lahir : Tembung 12 Juli 1979

Usia : 36 Tahun

Agama : Islam

Wanita yang bertubuh gemuk tersebut bertempat tinggal di Tembung dari kecil hingga menikah. Ia biasanya mengemis di Mesjid Agung dan keliling ke lampu merah bersama dengan anaknya yang berumur 2 Tahun. Juli merupakan ibu dari 5 orang anak dan suami yang bekerja sebagai penarik becak.

Ayahnya dulu bekerja sebagai buruh bangunan dan sudah meninggal dan ibunya ibu rumah tangga yang sekarang juga lagi sakit-sakitan. Juli mulai


(29)

mengemis itu sejak 3 Tahun yang lalu, saat itu awalnya ia hanya mencoba karena juli diajak oleh temannya dan salah satu faktor yang membuat ia mengemis itu karena faktor ekonomi, juli mengemis karena kemauannya sendiri. Faktor ekonomi menjadi alasannya tetap mengemis hingga sekarang karena penghasilan dari becak suaminya tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan 5 orang anaknya, baik biaya uang sekolah dan juga biaya sewa rumah. Selain itu juga anak dari juli ada yang mengalami cacat sehingga butuh biaya yang lebih untuk anaknya tersebut.

Ia adalah seorang ibu yang tangguh meskipun pekerjaannya seperti ini ia tetap mengurus anak-anaknya sebelum turun ke jalan apalagi anaknya yang mengelami cacat, sebelum turun ke jalan ia membereskan pekerjaan rumah dan mengurus anaknya yang cacat. Juli tidak setiap hari turun ke jalan apabila dalam sehari ia memdapat uang yang lumayan banyak maka ia dua hari absen ke jalan, dalam seminggu ada 3-4 hari Juli tueun ke jalan.

Profil Informan 15

Nama : Misni

Tempat Tanggal Lahir : Tebing Tinggi 9 November 1980

Usia : 35 Tahun

Agama : Islam

Wanita asal kota Tebing Tinggi tersebut bertubuh tinggi dan berkulit hitam, ia merantau ke Medan karena di Tebing susah mendapatkan pekerjaan. Ia biasanya mengemis di lampu merah jaln Juanda Medan dan berkeliling ke daerah kampung bersama dengan neneknya, tetapi nenek ini bukan nenek kandung Misni nenek tersebut adalah tetangganya. Ia mengajak nenek karena nenek tersebut tidak memiliki anak dan suaminya juga sudah meninggal, memang Misni mengajak nenek tersebut juga agar si nenek mendapatkan uang karena tidak ada satupun yang dapat di harapkan oleh si nenek.

Misni adalah seorang ibu yang memiliki 3 orang anak, ia mengalami kisah rumah tangga yang sangat menyedihkan. Selama menikah 15 tahun ia mengalami


(30)

tekanan dari suaminya, di awal pernikahan suaminya masih berperilaku nsewajarnya tetapi setelah beberapa tahun menikah suaminya bertingkah tidak mau kerja dan Misni juga sering mengalami kekerasan rumah tangga. Akhirnya Misni mencari tau apa penyebab suaminya berubah ternyata suaminya mengkonsumsi narkoba, setelah mengetahui itu Misni pun lari membawa anak-anaknya karena ia sudah tidak tahan lagi dengan perlakuan dari suaminya.

Misni mejalani pekerjaan sebagai pengemis itu sudah sejak 5 tahun yang lalu, ia pertma kali melihat pengemis di lampu merah dan mencari tau bagaimana caranya, setelah mengetahui caranya ia pun mencoba dan hasilnya cukup banyak sehingga membuatnya tetap bertahan menjadi pengemis.

Profil Informan 16

Nama : Nining

Tempat Tanggal Lahir : Tanjung Balai 30 Desember 1956

Usia : 59 Tahun

Agama : Islam

Wanita yang bertubuh tinggi tersebut berasal dari Tanjung Balai, ia merantau ke Medan karena ia memiliki masalah di Tanjung Balai. Ia biasanya mengemis di sekitar Mesjid Raya Medan. Nining memiliki 5 orang anak dan suaminya sudah lama meninggal dunia, semua anak Nining sudah menikah.

Nining sebelum menjadi pengemis ia pernah membuka usaha berjualan jilbab di pajak Tanjung Balai tetapi usahanya tersebut bangkrut dan ia juga meminjam uang kepada rentenir dalam satu hari ia harus membayar Rp 100.000 sementara pemasukan tidak ada sehingga tidak daapt memebayar hutangnya tersebut. Misni pun nekat lari ke Medan karena dia sudah dikejar-kejar oleh rentenir tersebut.

Nining pertama kali menjadi pengemis itu karena diajak oleh temannya, kebetulan temannya tersebut sudah lama menjadi pengemis sehingga Nining pun berpikir untuk mengikuti ajakn temannya tersebut. Ia pun di ajarin bagaimana cara


(31)

mengemis oleh temannya tersebut. Sebenarnya Nining merasa malu dengan keadaannya yang sekarang tetapi ia tidak tau lagi cara untuk mencari uang. Semua anak-anak Nining tidak mengetahui pekerjaanya sekarang, ia mengaku kepada anaknya bekerja membantu membuat kue di Medan, karena apabila anak-anaknya tau ia pasti dilarang bekerja seperti ini.

Profil Informan 17

Nama : Rodiah

Tempat Tanggal Lahir : Padang 10 April 1950

Usia : 65 Tahun

Agama : Islam

Wanita asal Padang ini datang ke Medan niat nya ingin mengubah nasibnya, Rodiah menikah hingga 2 kali, di pernikahan pertamanya ia tidak memiliki anak dan akhirnya ia pun bercerai dengan suami pertamanya dan dari suami keduanya ia memiliki 5 oranga anak dan suaminya pun sudah meninggal. Setelah suaminya meninggal ia pun berniat ke Medan untuk mencari pekerjaan, Rodiah tidak ingin membebani anak-anaknya. Rodiah tinggal bersama adiknya di daerah Amaliun, ia pun menumpang tinggal bersama keluarga adiknya.

Rodiah mengalami kecelakan sekitar 2 Tahun yang lalu, saat itu ia sedang menyebrang dan tiba-tiba ada kendaraan dengan kecepatan yang tinggi sehingga kaki Rodiah tergilas dan tulang kakinya patah. Hingga sekarang Rodiah menggunakan tongkat untuk berjalan. Rodiah biasanya mengemis di daerah Mesjid Raya karena tidak jauh dari tempat tinggalnya. Rodiah sebelum menjadi pengemis ia sudah menjalani beberapa pekerjaan seperti buruh cuci, pengupas kacang bogor. Tetapi karena upahnya yang sedikit membuatnya memilih pekerjaan seperti ini.

Selama 4 Tahun menjadi pengemis semua anak-anak Rodiah mengetahui pekerjaannya tersebut karena sekarang Rodiah sudah cacat jadi anaknya mengizinkan. Tetapi ini Rodiah lakukan hanya untuk memenuhi kebutuhannya ia


(32)

tidak igin merepotkan ana-anaknya karena ia juga tau bagaiamna kondisi ekonomi keluarga anaknya.

Profil Informan 18

Nama : Suraini

Tempat Tanggal Lahir : Kisaran 3 Desember 1970

Usia : 45 Tahun

Agama : Islam

Wanita yang yang berkulit sawo matang ini berasal dari Kisaran, semenjak menikah ia pun menetap di medan. Suraini memiliki 4 orang anak dan anak sulungnya sudah lulus dari SMA dan sekarang juga sudah bekerja di cuci mobil. Saat ini Suriani merupakan tulang punggung keluarganya karena suaminya sakit, sehingga tidak dapat bekerja, dulunya suami Suraini bekerja sebagai penarik becak dayung tetapi semenjak sakit ia pun berhenti. Semenjak suaminya sakit Suraini pun memutar otak untuk mencariuang untuk kebutuhan keluarganya.

Suraini tinggal di daerah Bromo disana ia mengontrak rumah per bulan Rp 350.000 meskipun pekerjaannya seperti ini anak-anaknya semua bersekolah, ia berusaha agar anak-anaknya jangan sampai putus sekolah. Suraini biasanya mengemis di sekitar Mesjid Raya dan berkeliling disekitar kota Medan. Per hari ia biasanya mendapatkan Rp 50.000-Rp 100.000 ia mulai dari jam 13.00 WIB sampai 18.00 WIB setiap harinya.

Suraini sudah 2 tahun lebih menjalani pekerjaan sebagai pengemis, anak-anaknya mengetahui pekerjaannya tersebut tetapi suaminya tidak tau, karena apabila suaminya tau ia pasti dilarang. SuamiSuraini mengetahui pekerjaanya sebagai pemulung.

Profil Informan 19

Nama : Nurhayati


(33)

Usia : 55 Tahun

Agama : Islam

Wanita paruh baya ini berasaldari Aceh,ia merupakan korban dari bencana alam Tsunami 10 tahun yang lalu. Semua keluarganya sudah tidak adalagi, suami dan anak-anaknya menjadi korban. Dulu ketika masih tinggal di Aceh ia bekerja sebagai petani, disana ia mempunyai ladang, keadaan ekonominya juga masih stabil tetapi setelah terjadinya Tsunami semua harta benda dan keluarganya hilang. Dari kejadian Tsunami tersebut ia mengalami jahitan di bagian paha dan tulang pinggangnya patah sehingga ia tidak bias berdiri tegak sehingga ia bungkuk.

Nurhayati pertama kali ke Medan karena diajak orang dan di iming-imingi di beri pekerjaan dan tempat tinggal, setelah sampai di Medan ia di tipu dan uang juga di ambil oleh orang tersebut. Sekrang Nurhayati menumpang tinggal bersamaorang yang menolongnya ketika pertama sampai di Medan.

Ia menjadi pengemis itu sudah satu tahun, ia mulai dari jam empat sore sampai jam 6. Ia berjalan di daerah ringroad dia berjalan di sekitar perumahan Tasbih,ia tidak berani di lampumerah karena takut tertabrak sehingga ia memilih untuk berjalan tanpa menggunakan sandal.

Profil Informan 20

Nama : RinaSiregar

Tempat Tanggal Lahir : Medan, 28 Maret 1964

Usia : 51 Tahun

Agama : Islam

Wanita berkulit sawo matang ini adalah seorang janda yang memiliki 5 orang anak, ia sudah lima tahun ditinggalkan oleh suaminya, suami Rina dulu bekerja sebagai penarik becak mesin tetapi karena suaminya terkena penyakit paru-paru dan biaya berobat tidak ada sehingga suaminya meninggal. Rina menjadi pengemis sudah 3 Tahun, sebelumnya ia bekerja sebagai pembantu di rumah orang tapi karena sudah tidak tahan sehingga ia memilih profesi sebagai pengemis.


(34)

Rina tinggal di daerah Percut, disana ia tinggal bersama anaknya yang masih sekolah. Anak Rina 4 sudah menikah tinggal satu lagi yang masih sekolah dan ia mengemis untuk biaya sekolah anaknya. Rina mengontrak rumah yang biayanya perbulan Rp 300.000. Lokasi tempat Rina mengemis itu di Lampu Merah Jalan Sudirman Medan dan terkadang ia juga mau berkeliling.

Semuaanak-anak Rina mengetahui pekerjaannya sekarang ini dan untungnya anaknya mengert tidak melarang ia bekerja seperti ini karena hasilnya juga lumayan dapat menambah biaya sekolah serta kebutuhan sehari-hari.

Tabel 4.1.3 Profil Singkat Pengemis Informan

No Nama Jenis

Kelamin

Usia (Tahun)

Asal Tempat Tinggal

Lokasi Mengemis

1. Yudi Pria 26 Tahun Medan Tembung Di perempatan lampu lalu lintas Jalan Abdullah Lubis Medan

2. Eko Pria 25 Tahun Medan Tembung Di perempatan

lampu lalu lintas Jalan Abdullah Lubis Medan 3. Putra Pria 17 Tahun Medan Pancing Di perempatan

lapu lalu lintas Jalan Adam Malik Medan

4. Maimunah Wanita 63 Tahun Padang Sidimpuan

Jalan Karang Sari

Di Mesjid Al-Jihad Jalan Abdullah Lubis Medan 5. Yanti Wanita 35 Tahun Medan Jalan

Karang Sari

Di Mesjid Al-Jihad Jalan Abdullah Lubis Medan


(35)

6. Evi Wanita 40 Tahun Jawa Barat Jalan Listrik

Di Mesjid Al-Jihad Jalan Abdullah Lubis Medan dan Di lampu lalu lintas Jalan Listrik. 7. 8. Karnis Siti Wanita Wanita 80 Tahun 24 Tahun Banyuwangi Semarang Kalianda Rel Kereta Jalan Gala

Di Mesjid Al-Jihad Jalan Abdullah Lubis Medan Di Mesjid Al-Jihad dan Lampu Lalu Lintas

9. Sumarni Wanita 62 Tahun Medan Belakang Polonia

Di Mesjid Al-Jihad Jalan Abudllah Lunis Medan dan Berkeliling ketempat makan.

10. Yoban Ginting

Pria 58 Tahun Tiga Binanga

Jalan Abdullah Lubis

Di Lampu Merah Titi Kuning Medan Mesjid Al-jihad Medan dan berkeliling 11. Mawardi Pria 76 Tahun Tanjung

Balai

Jalan Pandu

Di Lampu Merah Jalan Pandu Medan

12. Ani Wanita 48 Tahun Medan Jalan Karang sari

Di Mesjid Agung Medan

13. Yuni Wanita 21 Tahun Pekanbaru Jalan Gala Di Mesjid Agung Medan

14. Juli Wanita 36 Tahun Medan Tembung Di Mesjid Agung Medan

15. Misni Wanita 35 Tahun Tebing Tinggi

Marindal Di Lampu Merah Jalan Juanda Medan


(36)

16. Nining Wanita 59 Tahun Tanjung Balai

Binjai Di Mejid Raya Medan 17. 18. Rodiah Suraini Wanita Wanita 65 Tahun 45 Tahun Padang Kisaran Amaliun Bromo ujung

Di Mesjid Raya Medan

Di Mesjid Raya Medan dan berkeliling 19. Nirhayati Wanita 55 Tahun Aceh Kampung

lalang

Di Perumahan Tasbih 2 Ringroad Medan

20. Rina Siregar

Wanita 51 Tahun Medan Percut Di Lampu Merah Jalan Sudirman Medan

4.1.4 Impression Management Pada Pengemis

Setelah diketahui karakteristik pengemis dari profil informan,maka dapat diketahui bagaimana proses Impression Managementpada penjelasan berikut ini :

Informan Yudi

Sebelum wawancara peneliti menjelaskan kembali kepada informan mengenai judul penelitian, tujuan penelitian, teori dan juga bebarapa poin penting terkait dengan penelitian tersebut. Wawancara tersebut dimaksudkan untuk mengetahui Impression Managementketika informan menjalani profesinya sebagai pengemis tersebut. Dengan demikian informan mengetahui dengan jelas perihal pelaksanaan penelitian tersebut.

Informan tersebut awalnya menjadi pengemis itu karena pada saat itu ia baru saja di PHK dari tempat ia bekerja karena pabrik tempatnya bekerja tersebut bangkrut, saat itu ia di ajak oleh temannya untuk mengemis. Faktor kebutuhan yang membuatnya ingin mencoba mengemis dengan keadaan keluarganya yang tidak lengkap lagi ayahnya sudah meninggal dan tinggal ibunya yang bekerja


(37)

untuk memenuhi kebutuhan mereka maka ia pun berfikir untuk membantu ibunya untuk menghidupi semua adik-adiknya.

“ Kalau awalnya itu aku diajak kawanku, kebetulan kemarin itu akubaru di PHK dari tempat kerjaan karena pabriknya hampir bangkrut jadi di kurangin karyawannya. Waktu itu juga lagi gak ada uang adik-adik semua masih butuh biaya sekolah, gak tega juga Cuma mamak yang kerja karena bapak udah lama meninggal. Yaudah lah mau gak mau jadi gini “

Ia menjalani pekerjaan sebagai pengemis, karena menurutnya dengan cara ini ia dapat menghasilkan uang dengan cara cepat. Sejak ia mendapatkan uang yang lumayan banyak itu yang membuatnya betah hingga sekarang.

“ ya mau gimana lagi lah kak dari pada kerja yang enggak-enggak mending gini ajalah yang penting gak mencuri, hasilnya juga lumayan lah buat nambah-nambah uang belanja mamak di rumah”

Sehari-hari informan mengemis dengan temannya yang bernama Eko, mereka turun ke jalan mulai dari jam 6 sore sampai jam 10 malam. Mereka memilih malam hari karena siang hari sering ada razia pamong praja jadi dari pada mereka tertangkap razia maka mereka mainnya malam hari.

Kami biasanya mainnya malam kak, karena kalau siang mau ada razia pamong dari pada tertangkap jadi main malam lah karena kami udah pernah tertangkap razia semua uang kami diambil sama pamong itu. Biasanya kami keliling dari jam 6 sore sampai jam 10 malam.

Hasil dari mengemis biasanya mereka bagi dua, karena dalam sehari mereka bisa mendapatkan hasil yang banyak apabila mereka berkeliling.

“ kalau penghasilan gak tentu kak, kalau ngecer maksudnya kalau jalan -jalan itu gak mulai dari pagi ya karna kami mainnya malam itu kalau berdua dapat Rp 200.000 jadi bagi dua Rp. 100.000 per orang. Tapi terkadang gak sampai segitu juga karena kan kita udah banyak saingan sekarang.

Keluarga merupakan unsur terpenting baginya sehingga ia berusaha dan sebenarnya ia terpaksa dengan pekerjaannya yang sekarang karena mengingat ayahnya sudah lama meninggal dan ia ingin membantu ibu nya dalam membiayai


(38)

kebutuhan adik-adiknya. Semua anggota keluarganya tau dengan pekerjaannya yang sekarang.

Aku kaya gini juga karena untuk membantu mamak ku kak karena bapak udah lama meninggal kasihan aku lihat mamak kerja sendiri untuk biaya adik-adik ku. Sebenarnya ini pun terpaksa karena belum ada kerjaan.

Semua adik-adik masih sekolah jadi bantu-bantu lah untuk biaya orang itu. Awalnya memang malu kak tapi mau gimana lah di tahankan lah malunya.

Semua mereka tau kok sama kerjaan ku yang sekarang, yaa.. orang itu juga gak bisa ngomong apa-apa karena butuh uang juga “

Dengan latar belakang pendidikan yang hanya tamat SMP membuat informan seperti ini. Selain itu juga lingkungan pertemanan informan berada di lingkungan pengemis sehingga ia terpengaruh dengan keadaan tersebut.

“ Yaa.. mau gimanalah sekolah pun Cuma sampe SMP kemaren sempat sampe kelas 1 SMA aja putus sekolah karena gak ada biaya karena disitu juga bapak baru meninggal ya mau gak mau lah. Makanya jadi ngemis itu pun karena kawan-kawan juganya yang ngajak”

Tetapi informan juga memiliki kegiatan lain selain mengemis, ia juga sering menyanyi di pesta kawinan. Apabila ada orang yang mengajaknya ia ikut karena lumayan untuk menambah uang belanja.

“ Kalau aku gak ini ajanya kerjaan ku kak mau juga aku nyanyi di di pesta-pesta kawinan karena ada dekat rumah sering ngajak aku nyanyi. Yaa... lumayan lah uang nya buat nambah-nambah “

Informan di depan publik memilih untuk tidak membuka dirinya secara utuh. Ia berusaha mendesain dirinya didepan orang-orang yang akan memberinya uang. Ia mengatur pakaian nya ketika berada di depan panggung.

“ Kalau lagi kerja gini aku pakai baju koko, pakai peci pakai celana panjang biar lebih sopan kalau dilihat orang. Dari rumah aku gak langsung pakai baju ini dari rumah aku pakai baju kaos biasa kalau udah sampai disini baru aku ganti baju. Kami biasanya ganti baju di rumah kosong disitulah kami siapkan semuanya, kalau udah siap kerja kami ganti baju lagi kaya baju biasa. ”

Informan di depan publik mengatur nada suara dan Ekspresi wajahnya agar terlihat kasihan sehingga orang-orang yang di dekatinya memberi uang.


(39)

Informan juga menggunakan kata-kata yang biasanya ia ucapkan di depan orang-orang.

“ Pertama itu kita dekatin orang nya sambil mengangkat tangan terus pasang muka kasihan, sama suara juga agak di pelankan sambil bilang “ Assalamualikum pak..bu... minta sedekahnya pak..bu...” dan kalau ada yang kasih bilangnya “ Alhamdulillah makasih pak..bu..”

Lokasi tempat informan mengemis itu biasanya di lampu merah Jalan Abdullah Lubis. Dulunya, ketika pertama kali mengemis di lampu merah Jalan Guruh Patimpus ketika itu ia masih sendirian belum gabung sama temannya. Ia berpindah lokasi karena di Jalan Guruh Patimpus banyak saingan.

“ Oh pertama kali dulu aku ngemis sendirian di lampu merah Jalan Guruh Patimpus itu kak, tapi karena disana banyak saingan itu anak-anak yang ngamen disana jadi aku pindah kesini lah diajak teman ku. Pengamen disana juga jahat-jahat makanya aku gak mau lagi disana. Sirik orang itu karena aku sering dapat dari pada aku di hajar orang itu lebih baik aku lari dari sana.”

Informan mengemis dalam satu minggu itu hanya empat hari atau lima hari saja. Mereka lebih sering di akhir minggu karena banyak orang keluar rumah, kalau hari-hari biasa mereka jarang turun ke jalan.

“Satu minggu paling empat atau lima hari aja kami turun. Gak tiap hari juga kami lebih sering hari kamis, jumat, sabtu minggu karena disitu banyak orang jadi hasilnya juga banyak. Kalau hari biasa kami jarang, kalau disini kami biasanya setiap hari kamis sama jumat. Kalau hari lainnya kami keliling jalan-jalan ke tempat makan.”

Menurut informan dengan mengemis banyak resiko yang dihadapi. Tetapi karena untuk saat ini hanya pekerjaan ini lah yang mampu membantunya sehingga ia tetap mengemis hingga sekarang.

“ Kalau resiko kerjaan kaya gini banyak kak, kadang tiba-tiba ada razia itu kita harus lari biar gak tertangkap belum lagi preman-preman mau juga malak kita nanti kalau gak di kasih payah “

Informan merupakan seorang yang rajin beribadah dan ia juga tau kalau kerjaan yang ia jalani sekarang adalah pekerjaan yang tidak bagus. Tetapi ini semua terpaksa karena keadaan yang membuat ia seperti ini.


(40)

“ Aku tau ini kerjaan yang gak halal tapi ini semua ku buat hanya untuk makan adik-adik ku, kalau nanti ada rezeki lain dapat kerjaan bagus gak mau lagi kaya gini”

Alasan utama informan untuk mengemis adalah karena orang-orang yang sia sayangi.

“Alasan utama aku mengemis itu karena aku gak punya solusi untuk membantu ekonomi keluarga ku karena hanya aku yang di harapkan sama adik-adik ku, aku yang perjuangkan mereka aku berusaha menyelesaikan sekolahnya biar mereka gak merasakan apa yang kurasakan sekarang “ Proses Impression Management oleh Yudi dilakukan di front stage dengan cara mengatur cara berpakaiannya, mimik wajahnya dan nada suaranya. Ia sengaja mendesain dirinya di hadapan oarang-orang dermawan yang akan memberinya uang. Alasan infroman melakukannya karena ia ingin mendapatkan simpati dari orang-orang agar memberikannya uang.

Dari sisi Back Stage, informan kembali menjadi dirinya sendiri ia tidak selemah di Front Stage. Ia tidak lagi mendesain tampilannya, karena semua keluarganya termasuk ke dalam Back Stage yang sudah mengetahui pekerjaannya tersebut.

Informan Eko

Informan ketika ditemui sedang beristirahat dan peneliti minta tolong sedikit waktunya untuk wawancara. Informan pertamakali menjadi pengemis karena ia tidak memiliki pekerjaan, ia mendengar cerita dari temannya yang sudah mengemis setelah mendengar pengalaman temannya ia tergiur untuk mencobanya dan akhirnya ia mengajak Yudi untuk bekerjasama dengannya.

“ Awalnya itu aku dengar cerita-cerita kawan kak, dia udah duluan kerja gini yaudah ku tanyaklah gimana cara-caranya udah gitu katanya hasilnya lumayan yaudah coba aja karena kerjaanjuga gak ada.”

Informan merupakan korban perceraian kedua orang tuanya sehingga ia tidak dapat melanjutkan sekolahnya. Ia hanya tamat SMP saja, setelah orangtuanya bercerai semua keadaan berubah. Hingga sekarang ia merasa dendam kepada ayahnya.


(41)

“ Karena mamakbapak cerai kak makanya kaya gini, sekolah pun hanya sampai SMP aja. Tapi lebih baik cerai karena kasihan mamak terus dipukuli bapak, udah capek aku terus berantam sama bapak tapi udah lah sekarang gak pernah jumpa lagi “

Informan adalah anak ke 2 dari 4 bersaudara, ibunya bekerja sebagai ibu rumah tangga. Ia bukan sosok yang perduli kepada keluarganya, hasil dari ia mengemis tidak pernah diberinya kepada ibunya berbeda dengan temannya Tudi.

“ Aku ngemis untuk aku sendiri aja kak, karena aku gak mau juga nyusahin mamak lagi biar lah mamak ngurus adik-adik kalau aku bisa ajanya mau makan dimana yang penting gak jadi beban orang tua lagi “ Semua anggota keluarganya tidak tau kalau ia bekerja sebagai pengemis. Keluarganya mengetahui kalau ia bekerja sebagai tukang parker. Memang kalau untuk siang hari ia bekerja jaditukang parker dan malam hari ia mengemis.

“ Keluarga gakada yang tau kak aku kerja gini, ya orang itu taunya aku kerja jadi tukang parkir. Gak perlu lah orang itu tau aku kerja sampingannya kaya gini.

Malam aja kerja gini kak, kalau siang aku memang kerja parkirnya.” Informan mengemis bersama dengan temannya Yudi, kalau siang hari mereka memiliki kegiatan masing-masing. Kalau sudah sore atau menjelang waktu mengemis mereka bertemu di dekat lokasi.

“ Kalau siang kita punya kerjaan masing-masing kak,kalau udah sore kita ketemu di dekat sini. Baru lah kamisiap-siap kan semuanya.

Informan mendesain tampilannya dihadapan orang-orang, sama seperti temannya Yudi. Ia memakai baju lengan panjang, celana panjang dan peci. Semua itu ia persiapnkan dari rumah setelah sampai di lokasi mereka ganti pakaiannya di rumah kosong.

“ Ya kaya pengemis yang lain juga kak pakai baju lengan panjang, celana panjang sama peci. Ini semua di bawa dari rumah kalau udah mau sampai baru diganti. Kalau udah siap kita ganti baju yang tadi lagi.”

Informan dan Yudi membagi tugas, kalau untuk bagian depan Yudi sebagai penuntun Eko karena Ekoberpura-pura buta. Mereka sengaja menyusun rencana sepertiitu karena yang diajarkan teman mereka seperti itu.


(42)

“ Kami bagi tugas kak, aku yang tutp mata pura-pura buta dan si Yudi yang menuntun aku kemana-mana. Kita sengaja buat gitu karena cerita kawan aku yang kemarin mereka juga kaya gitu caranya.”

Informan Putra.

Informan awalnya menjadi seorang pengemis karena ia melihat temannya mengemis, ia melihat temannya dengan memeinta-minta ia mendapatkan uang. Pada saat itu ia sama sekali tidak memiliki uang. Setelah itu ia bertanya kepada temannya bagaimana caranya agar ia juga dapat melakukan hal tersebut. Salah satu faktor ia menjadi pengemis adalah faktor ekonomi dan susah mendapatkan kerja.

Pertama aku liat kawan ku minta-minta di lampu merah, jadi kutanya lah sama dia kekemana caranya biar bisa aku kaya dia. Diajak dia lah aku ngemis terus diajarin dia juga caranya samaku caranya, jadi sampe sekarang lah. Sebetulnya terpaksanya awak gini, cemanalah susah kali cari kerjaan. Dari pada mencuri awak mending lah gini. Pertama kali aku gini di lampu merah sudirman kak. “

Informan menjalani profesi sebagai pengemis juga terpaksa karena dengan mengemis ia mendapatkan uang untuk melanjutkan hidupnya dan pendapatan dari mengemis cukup besar. Tidak sampai sehari ia turun kejalan ia sudah mendapatkan lebih dari cukup. Itulah yang membuat Putra sampai saat ini masih betah menjadi seorang pengemis.

“ ya lumayan lah kak untuk makan, paling sehari itu dapat RP 50.000 – RP. 100.000 kalo turun kejalan paling 3 jam dari jam 7 malam sampe jam 9.kalo udah cukup baru aku berhenti. Aku pun gak tiap harinya turun kak. Gak mau juga aku lama-lama kak payah pamong ini”

Informan memilih mengemis pada waktu malam hari karena kalau siang hari banyak razia Satpol PP jadi informan takut terjaring razia. Informan pernah terjaring razia satpol PP dan ia mengalami kekerasan, informan pun memperlihatkan kepada peneliti bekas kekerasan yang dialami oleh informan.

“ biasanya malam kak karena kalo siang takut ada razia satpol pp, soalnya aku udah pernah ketangkap kak, di pukuli awak kaya gak manusia dibuat sampe pecah kepala ini berapa jahitan dulu ini, jahat kali pamong itu kaya gak ada hatinya, udah gitu uang awak pun diambil sama orang itu. Kalo malam pun mau juga orang itu razia kak makanya ada itu kawan


(43)

ku liat-liat satpol pp kalo datang di kasi taunya sama ku. Sebetulnya takutnya awak gini kak tapi mau cemana lah. ”

Keluarga informan tidak lengkap lagi karena kedua orang tuanya sudah bercerai dan ia juga tidak menjalin hubungan baik dengan abang-abang nya. Bapaknya sudah menikah lagi dan ibunya kembali ke kapung halaman mereka di Padang. Sebenarnya informan ingin sekali menyusul ibunya ke Padang tetapi karena tidak memiliki uang sehingga sampai saat ini belum kesampaian.

“semua abang-abang awak jahat kali dituduhnya awak jual kereta padahal kawan awaknya kemaren itu minjam rupanya kecelakaan hancur lah kereta itu jadi berkelahi sama abangku. Memang gak abang kandung lain bapak kami. Orang itu kaya-kaya tapi gak mau liat mamak di padang, mamak udah tua kak. Bapak pun udah kawin lagi gak tau dimana sekarang.

Sebetulnya sedih kali nya awak gini kak pingin kalinya nyusul mamak ke padang tapi belum ada uang kesana. Tiap harinya awak berdoa biar sehat-sehat mamak awak disana ”

Informan sedikit menceritakan kisah hidupnya ketika tidak mempunyai tempat tinggal, banyak kejahatan yang dialaminya ketika tidur di emperan. Tetapi berkat temannya sekarang ini ia tinggal di rumah temannya.

Udah lah kemaren berkelahi sama abang gak ada tempat tinggal, awak pun tidur di emperan rumah orang. Ada preman waktu aku lagi tidur kantong ku disilet uang ku diambil sama hp juga. Untung aja lah aku jumpa kawanku ini diajaknya lah aku tinggal sama dia.

Dulu waktu masih tidur di emperan gak gini badan ku kak kurus kali awak makan tak makan macam orang puasa, sekarang aja agak lumayan karena udah ada uang sikit buat makan. “

Informan didepan publik memilih untuk tidak membuka dirinya secara utuh. Ia berusaha mendesain dirinya terhadap orang tertentu. Ia masih menghargai orang-orang yang dianggapnya layak, seprti orang tuanya.

“ Sebetulnya pun awak malunya jadi gini kak, gak ada awak kasih tau kerjaan apa sama mamak disana karena mamak pun udah tua nya gak mau awak nyusahin dia lagi. Kalau diliat sodara-sodara awak pun disini malunya awak gini. “

Informan mencoba mendatangkan belas kasihan dari orang-orang tentunya dengan menggunakan usaha. Usaha yang dilakukan oleh Putra yaitu dengan cara


(44)

berpura-pura lumpuh. Kaki kanannya diikat disatukan dengan paha dan ia pakai celana jeans didalam dan ditutup dengan sarung. Kenyataan sebenarnya ia masih memeiliki kaki yang utuh. Tetapi ketika pertama kali informan menjadi pengemis ia belum melakukan hal tersebut. Ia melakukan hal ini nkarena diajarkan oleh temannya.

“Ya gini lah kak, memang kalo sekarang udah banyak orang yang gak percaya. Udah tau orang ini dibuat-buat. Terkadang ada orang yg ngira awak orang gila padahal awak masih warasnya. Karna lapar gak punya uang nya awak makanya minta sama orang. Dipikir orang kalo awak dekati mau minta uang dikira awak orang jahat dipikir awak mau malingi. Tapi dulu waktu pertama aku gak langsung buat gini kak masih biasa-biasa aja, aku tau buat gini karena diajarin kawanku itu lah kak. Katanya biar orang makin kasihan liatnya. Ku liat pun banyak juga udah yang kaya gini kak. ”

Saat berada di front stage (panggung depan) Putra tampak menggunakan baju lengan panjang, kain sarung dan topi. Ia berangkat dari rumah dengan menggunakan pakain kaos biasa dan celana panjang dan menggunakn topi. Sesampai di di jalan Gatot Subroto di suatu tempat yang sunyi ia mengganti baju kaos tersebut dengan baju lengan panjang dan mempersiapkan semuanya. Itulah yang biasanya dibawanya dari rumah, ia tidak hanya sendirian, ia dibantu oleh temannya. Setelah selesai mengemis Putra mengganti pakaian nya seperti semula.

Dari rumah biasanya bawa sarung, topi sama baju ini lah kak. Biasanya dari rumah gak langsung pake baju ini kak, di tempat sepi aku biasanya nyiapkan ini semua. Nanti kalo udah siap ngemis ya aku ganti baju biasa. ini lah kawanku yang bantuin aku dia jugalah yg liat-liat kalo ada satpol pp. “

Lokasi atau tempat informan dalam menjalankan aksi menegmisnya ia hanya di perempatan lampu merah tersebut. Informan juga tidak setiap hari turun kejalan karena sudah sering dipukuli oleh satpol pp. Kuantitas informan mengemis tidak setiap hari dalam seminggu hanya 3 kali karena ia sudah sering di pukul satpol pp.

“ Aku gak tiap harinya kek gini kak paling seminggu 3 kali karena udah capek aku di pukuli terus sampe pecah kepala ku. Jadi dari pada mati terus aku dipukuli org itu makanya gak tiap hari aku turun. Kalo aku gak


(45)

turun aku biasanya bantu-bantu orang lah kak nanti mau dikasih RP 20.000“

Meskipun mengemis merupakan pekerjaan yang dapat dikatakan tidak halal dan tidak layak tetapi ini merupakan tuntutan hidup baginya karena susah mencari pekerjaan. Informan meminta kepada peneliti jika ada pekerjaan yang lebih baik lagi diberikan kepada informan.

“Memang awak taunya kerjaan kaya gini gak bagus tapi mau gimana lah

kak susah cari kerja dimana-mana kalo nyari kerja harus pake KTP, awak gak punya udah kenak silet dulu. Jadi ini lah awak kerjakan. Kalo ada kakak tau kerjaan lain yang lebih bagus kasih lah kak samaku, aku pun gak mau juga nya terus-terusan kerja kaya gini “

Informan memilih tidak ikut dengan kelompok pengemis yang memiliki bos karena menurutnya kalau ada bos maka ia tidak mendapatkan uang lebih karena jika pengemis yang memiliki bos hasil dari mengemis tersebut nantinya akan dibagi dua.

“ Aku gak pake bos kak, kalo pake bos mau makan apalagi awak sama dia lah nanti lebih banyak. Tapi memang ada enaknya pake bos kak ada yang bela kita jadi gak suka-suka orang mukuli kita “

Informan dalam melakukan aksinya ia menggunakan gerakan tubuh karena dalam menjalin komunikasi sangat diperlukan baik itu verbal maupun nonverbal. Hal tersebut mampu menunjang informan dalam menarik perhatian para calon dermawan. Gerakan yang dilakukan informan yaitu dengan cara menengadahkan tangannya ke atas teapatnya ke jendela kaca mobil atau mendekatkan dirinya kepada pengendara bermotor yang sedang berhenti di lampu merah. Putra juga menggunakan bahasa verbal (kata-kata) yang sering diucapkannya ketika berinteraksi dengan orang-orang.

“ aku biasanya naikkan tangan ku keatas kak, sambil bilang pak..buk..tolong lah awak minta makan. kalo ada yang ngasih aku biasanya bilang makasih pak..buk.. sambil nunduk. Kalo ada yang nagsih aku bilang makasih ya pak.. buk..“

Untuk ekspresi wajah informan untuk mendatangkan belas kasihan dari orang-orang atau calon dermawannya ia membuat ekspresi wajah yang datar karena menurut informan ia tidak dapat .membuat ekspresi sedih.


(46)

“ Biasa aja muka ku kak, karena kalo buat-buat muka sedih gak bisa aku. Paling nunduk-nunduk ajalah aku.“

Dalam hal nada suara informan ketika berinteraksi dengan orang-orang calon dermawannya informan memberikan nada suara yang sedikit pelan dan lembut agar terkesan lemah dan dikasihani oleh orang. Tetapi sebenarnya suara dari informan tersebut tidak selemah itu ia melakukan hal tersebut agar menunjang penampilannya di hadapan orang-orang.

“ Kalo suara ku buat agak pelan kak biar orang pun merasa kasihan samaku. Kalo asli nya ngomong ya kaya gini lah kak biasa suaranya. “ Proses Impression Management oleh Putra dilakukan di front stage yaitu berpura-pura lumpuh dengan cara mengikat kaki nya dan menutupi dengan sarung. Putra juga merubah penampilannya dengan menggunakan baju lengan panjang, topi dan kain sarung. Semua perlengkapan tersebut di persiapkannya dari rumah. Ia juga melakukan pengelolaan kesan melalui nada suara, ia mengatur nada suaranya lebih lembut dari suaranya seperti biasa agar terkesan lemah. Ia sengaja mendesain dirinya dihadapan orang-orang agar terlihat menyedihkan. Alasan informan melalukukannya karena tidak ada lagi cara lain untuk mendapatkan uang dan juga karena susah mencari pekerjaan.

Dari sisi back stage, informan di kehidupan sehari-hari ia menjadi seorang anak muda yang masih berumur 17 tahun ia pun bergaul dengan teman-teman seumurannya. Dia tidak lumpuh, dia bisa berjalan sebagaimana orang sehat pada umumnya. Cara berpakaiannya juga tidak sekumuh ketika ia berada di front stage. Ia melakukan semua yang ada di front stage karena sebuah tuntutan. Tetapi sampai saat ini orang tua Putra tidak mengetahui pekerjaan yang dilakukannya.

Informan Maimunah

Informan merupakan seorang janda, ia ditinggalkan sang suami yang sudah menikah lagi. Ia memiliki 5 orang anak dan 14 cucu, ia sekarang tinggal bersama anaknya. Sebelumnya ia kerja sebagai pembantu tetapi karena ia sakit


(1)

7. Kak Hanim yang dengan sabar member bimbingan dan arahan kepada penulis.

8. Khususnya Kepada Orangtua ku tercinta, Ayahanda Ralisman Silalahi dan Ibunda Rasimah Damanik, yang telah membesarkan,mendidik dan membimbing , meberikan motivasi serta seluruh doa yang tiada hentinya ditujukan kepada penulis. Semoga Alla SWT selalu melimpahkan berkah untuk Ayah dan Mama.

9. Kepada saudara-saudara ku tersayang, Abang, Kak Melda, Kak Nita, Kak Wiwi dan Keponakan ku Marco, Jemy, Zizi dan Azka, yang senantiasa memberikan semangat dan motivasi kepada penulis.

10.Kepada Patrick yang telah memberikan bantuan, dukungan dan perhatian penuh kepada penulis.

11.Sahabat-sahabat spesial penulis, Sebrina Mentari, Gita Fiolanda, Anna Mira, Meliyani Sembiring, Deasy Sonia, Bunda, Nindy, Om Pit terimakasih atas hiburan, canda tawa, susah senang dan segala pertolongan kalian selama ini, semoga kebaikan kalian dibalas oleh Tuhan Yang Maha Esa dan semoga kita semua sukses kedepannya. Love you So Much Guys 12.Untuk seluruh teman-teman Stambuk 2011 di Ilmu Komunikasi penulis

bangga dan senang karena telah menjadi bagian dari angkatan 2011.

13.Seluruh Pengemis yang telah membantu dan bersedia di wawancarai terimkasih untuk waktunya.

Mengingat bahwa sifat ilmu pengetahuan adalah dinamis dan akan terus mengalami perkembangan, sementara skripsi ini tidak dapat dikatakan sempurna maka penulis mengharapkan saran serta kritik yang membangun dan sebelumnya penulis mohon maaf bilamana terdapat kekurangan dan kesalahan lain yang tidak berkenan di hati.

Akhir kata, penulis menyajikan skripsi ini dan semoga bermanfaat bagi semua pihak.

Medan, 26 Agustus 2015 Putri Megasari Silalahi


(2)

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai civitas akademik Universitas Sumatera Utara, saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Putri Megasari S

NIM : 110904110

Departemen : Ilmu Komunikasi

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas : Sumatera Utara

Jenis Karya : Skripsi

Dengan pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Universitas Sumatera Utara Hak Bebas Royalti Non Eksklusif (Non-Exclusive Royalty-Free Right) atas karya ilmiah yang berjudul :

IMPRESSION MANAGEMENT PENGEMIS DI KOTA MEDAN, beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Non Eksklusif ini Universitas Sumatera Utara berhak menyimpan, mengalih media/ formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat dan mempublikasikan tugas akhir saya tanpa meminta izin dari saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : Medan Pada Tanggal : 26 Agustus 2015 Yang Menyatakan


(3)

ABSTRAK

Penelitian ini berjudul Impression Management Pengemis Di kota Medan. Tujuan penelitian untuk menggambarkan symbol verbal dan nonverbal pengemis seta menggambarkan proses Impression Management yang dikosntruksikan oleh pengemis yang berada di kota Medan. Penelitian ini menggunakan. Metode penelitian yang dipilih adalah metode deskriptif kualitatif yaitu untuk menggambarkan bagaimana Impression Management pengemis dikota Medan. Penelitian ini memakai paradigma konstruktivis sebagai pendekatan. Teori yang mendukung adalah Dramaturgi, Konsep Diri, Disonansi Kognitif. Informasi diperoleh melalui observasi dan wawancara mendalam (in depth interview) terhadap informan. Dalam penelitian ini objek penelitia adalah symbol verbal dan nonverbal serta Impression Management yang dilakukan oleh pengemis. Subjek penelitian ditujukan kepada 20 pengemis yang menjadi informan. Dengan menggunakan metode snow ball sampling yaitu pengambilan sampel dengan menentukan satu atau lebih individu dan meminta dia untuk menyebut orang-orang lain yang pada gilirannya dapat ditemui, maka ditetapkanlah duapuluh orang pengemis sebagai Informan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada duapuluh informan tersebut ini ditemukan alas an informan menjadi pengemis karena faktor ekonomi, pengaruh teman dan lingkungan. Pengemis melakukan impression management dengan cara diantaranya mendesain diri, sikap, gaya berbicara dan tampilan saat berada di front stage dan back stage. Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah Miles dan Huberman. Hasil penelitian menunjukkan pengemis selalu mengkonstruksi impression management secara sengaja pada saat berinteraksi dengan calon dermawannya agar mendapatkan belas kasihan.

Kata Kunci :


(4)

ABSTRACT

This study titled Impression Management Beggars In the city of Medan. The aim of research to describe the characteristics of beggars seta describe the process Impression Management constructed by beggars in the city of Medan. This research uses. The research method chosen was a qualitative descriptive method is to describe how the Impression Management of beggars in the city of Medan. The study used the constructivist paradigm as an approach. The theory behind is Dramaturgy, Self-Concept, Cognitive Dissonance. Information obtained through observation and in-depth interviews (in depth interview) against informants. In this study empirically object is Impression Management conducted by beggars. Research subjects addressed to 20 beggars who become informants. By using snow ball sampling method is sampling to determine one or more individuals and asked him to call other people who in turn can be found, then ditetapkanlah twenty beggars as an informant. Based on research conducted in twenty informants was found reasons informant became beggars due to economic factors, the influence of friends and the environment. Beggars do impression management by means of which to design self, attitude, style of speech and the current display is in the front stage and back stage. The techniques of analysis data in this study is Miles and Huberman. The results showed beggars always construct a deliberate impression management when interacting with prospective generosity in order to obtain mercy.


(5)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL……….…….i

LEMBAR PERSETUJUAN………...ii

HALAMAN PERNYATAAN ORISINILITAS………iii

LEMBAR PENGESAHAN………...iv

KATA PENGANTAR……….…v

LEMBAR PERSETUJUAN KARYA ILMIAH……….….vii

ABSTRAK………viii

ABSTRACT………..…………..ix

DAFTAR ISI………..xi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah………..1

1.2 Fokus Masalah………..5

1.3 Tujuan Penelitian………..5

1.4 Manfaat Penelitian………5

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Paradigma Kajian………..6

2.2 Kerangka Teoritis………..9

2.2.1Teori Dramaturgi………..…..10

2.2.2 Konsep Diri………24

2.2.3 Disonansi Kognitif……….32

2.2.4 Kerangka Pemikiran………..33

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian………34

3.2 Objek Penelitian………..34


(6)

3.4 Kerangka Analisis……….35

3.5 Teknik Pengeumpulan Data……….36

3.6 Teknik Analisis Data………38

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Proses Penelitian………40

4.1.2 Profil Informan……….41

4.1.3 Tabel Singkat Profil Informan………...60

4.1.4 Impression Management Pengemis………62

4.1.5 Model Gambar Pengelolaan Kesan Pengemis……….116

4.2 Pembahasan………..……119

BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan………..127

5.2 Saran……….128 DAFTAR REFERENSI

BIOGRAFI LAMPIRAN