Impression Management Penyiar Pria Di Station Radio Kota Bandung

(1)

(Studi Dramaturgi tentang Pengelolaan Kesan di Kehidupan Panggung Depan

dan Panggung Belakang pada Diri Seorang Penyiar Pria di Station Radio Kota Bandung)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Menempuh Ujian Sarjana pada Program Studi Ilmu Komunikasi Konsentrasi Kehumasan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Oleh :

Helmi Riza Faisal Fatahillah NIM. 41807064

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI KONSENTRASI HUMAS FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA BANDUNG


(2)

iv

IMPRESSION MANAGEMENT PENYIAR PRIA DI STATION RADIO DI KOTA BANDUNG.

(Studi Dramaturgi tentang Pengelolaan Kesan di Kehidupan Panggung Depan dan Panggung Belakang pada Diri Seorang

Penyiar Pria di Station Radio di Kota Bandung) Penyusun

Helmi Riza Faisal Fatahillah NIM. 418070 64

Skripsi ini dibawah bimbingan, Rismawaty, S.Sos.,M.Si

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui impression management di

kehidupan front stage dan back stage pada kehidupan seorang penyiar pria di station radio Kota Bandung.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode dramaturgi. Informan penelitian ini berjumlah 6 (enam) orang. Data sendiri diperoleh melalui wawancara mendalam, observasi partisipatif, studi literatur, internet searching, triangulasi data dan sumber pustaka lainnya. Adapun teknik analisa data yang digunakan adalah reduksi data, pengumpulan data, penyajian data, penarikan kesimpulan, evaluasi.

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa impression management pada

kehidupan front stage seorang penyiar pria di station radio di Kota Bandung

hampir meliputi segala aspek seperti appearance (penampilan) dan manner

(gaya), yang hampir seluruhnya dilakukan atas dasar penyesuaian terhadap STP (segmentation, targeting, positioning) stasiun radio yang menaungi penyiar pria tersebut. Sedangkan pada kehidupan back stage seorang penyiar pria di station radio di Kota Bandung, mereka kembali pada jati diri mereka yang sesungguhya. Selain itu, citra diri yang hendak dicapai oleh para penyiar pria di station radio di

Kota Bandung setelah melakukan impression management adalah citra diri yang

positif, guna memudahkan karier dan cita-cita mereka.

Kesimpulan dari penelitian ini adalah, impression management yang

dilakukan oleh seorang penyiar pria di station radio di Kota Bandung lebih disesuaikan kepada citra yang telah terbentuk dari station radio yang menaunginya. Pada akhirnya menimbulkan kesan tertentu hingga membentuk self image yang merepresentasikan citra dari stasiun radio yang menaungi mereka tersebut.

Saran yang dapat peneliti berikan adalah dalam melakukan impression

management tersebut, agar tidak melakukan impression management yang dapat membawa dampak negatif bagi pelaku seperti melekatnya citra feminin, yang dampaknya dapat dirasakan dikemudian hari. Hendaknya impression management tersebut dilakukan sesuai dengan peran masing-masing.


(3)

v

IMPRESSION MANAGEMENT OF A MALE ANNOUNCER AT A RADIO STATION IN BANDUNG

(Dramaturgy Study of Impression Management in Front Stage and Backstage Lives on a Male Announcer in a Radio Station in Bandung)

By

Helmi Riza Faisal Fatahillah NIM. 418070 64

This research under the guidance, Rismawaty, S.Sos., M.Si.

This research puposed to find out the Impression Management in front stage and backstage lives of a Male Announcer at a Radio Station in Bandun.

This research used a qualitative approach with the dramaturgical method. The informants totaled 6 (six) people. The data obtained through in-depth interview, participatory observation, literature study, internet searching, triangulation data and other library resources. The data analysis techniques used were data reduction, data collection, data presentation, drawing conclusion, evaluation and data triangulation.

The result of this research shows that impression management in the front stage life of a male announcer at radio station in Bandung almost covering all aspects such as appearance and manner which was conducted entirely based on the adjustments to the STP (segmentation, targeting, positioning) of a radio station coping the male announcer. Meanwhile, in the backstage life of a male announcer at a radio station in Bandung, they return to their true identity. In addition, self-image to be achieved by the male announcer at a radio station in Bandung after an impression management is a positive self-image, in order to ease their careers and goals.

The conclusion of this research is that the impression management conducted by a male announcer at a radio station in Bandung is more adjusted to the station radio image, that ultimately can lead to a certain impression which can form a self-image that represents the image of the radio station that copes them.

For suggestions who conduct the impression management, to conduct impression management that does not bring a negative impact to the person like an inherent feminine image which can be seen the impact later. It should be done in accordance to their respective capabilities.


(4)

vi

KATA PENGANTAR

Assalammu’alaikum Wr.Wb.

Ucapan rasa syukur kepada Allah SWT yang terus melimpahkan kekuatan dan kenikmatan lahir dan bathin dalam penyususunan penelitian ini yang berjudul “IMPRESSION MANAGEMENT PENYIAR PRIA DI STATION RADIO DI KOTA BANDUNG.(Studi Dramaturgi tentang Pengelolaan Kesan di Kehidupan Panggung Depan dan Panggung Belakang pada Diri Seorang Penyiar Pria di Station Radio Kota Bandung)” tanpa-NYA sulit bagi saya untuk bisa menyelesaikan semua ini

Dalam penelitian ini, tidak sedikit peneliti menghadapi berbagai rintangan serta kendala baik yang berupa teknis maupun non teknis. Namun berkat curahan rahmat, ridha, petunjuk serta izin Allah SWT, juga berkat doa, usaha, semangat, dukungan, bantuan dan bimbingan yang begitu melimpah kepada peneliti dari berbagai pihak, akhirnya peneliti dapat menyelesaikan penelitian ini.

Hasil penelitian ini dipersembahkan dengan segenap rasa cinta dan kasih sayang kepada kedua orang tua peneliti, adik tercinta, saudara, sahabat dan teman-teman terkasih yang senantiasa memberikan dukungan, motivasi, nasehat dan pelajaran hidup yang sangat berarti bagi peneliti.

Ucapan terimakasih yang setulus-tulusnya juga peneliti haturkan kepada kedua orang tua tercinta yang senantiasa membantu, memberikan dukungan baik moril, spiritual dan material serta doa dan kasih sayang kepada peneliti hingga detik ini. Doa ananda, semoga kelak dapat senantiasa membahagiakan kedua


(5)

vii

orang tua. Seperti yang papah dan mamah curahkan kepada ananda hingga detik ini. Amin. Tiada dukungan yang paling berharga selain dari keduanya.

Selanjutnya peneliti juga ingin mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat:

1. Prof. Dr. Samugyo Ibnu Redjo, Drs., M.A. selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, yang telah memberikan dukungan berupa penandatanganan surat pengantar permohonan penelitian peneliti. 2. Drs. Manap Solihat, M.Si, selaku Ketua Program Studi Ilmu

Komunikasi dan Public Relations Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik Universitas Komputer Indonesia (UNIKOM) Bandung yang telah memberikan dukungan kepada peneliti dalam menyelesaikan penelitian ini.

3. Melly Maulin P, S.Sos.,M.Si, selaku sekretaris Program Studi Ilmu

Komunikasi dan Public Relations Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik yang telah memberikan dukungan kepada peneliti dalam menyelesaikan penelitian ini.

4. Rismawaty, S.Sos., M.Si, selaku dosen pembimbing yang telah membimbing, memberikan arahan dan motivasi yang sangat baik, serta meluangkan waktunya sehingga peneliti dapat menyelesaikan penelitian ini dengan baik dan lancar. Kesabaran dan ketulusannya sangat berarti.


(6)

viii

5. Desayu Eka Surya S.Sos., M.Si, selaku dosen wali yang telah banyak memberikan saran dan motivasi kepada peneliti selama menjalani proses perkuliahan hingga penyusunan penelitian ini dilakukan.

6. Adiyana Slamet, S.IP., M.Si., selaku dosen di Program Studi Ilmu

Komunikasi dan Public Relations Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik yang telah memberikan arahan serta semangat kepada peneliti dalam menyelesaikan penelitian ini.

7. Bapak dan Ibu dosen tercinta di Program Studi Ilmu Komunikasi dan Public Relations Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Iin Rahmi Handayani, S.Sos., M.I.Kom, Sangra Juliano P, S.I.Kom, Inggar Prayoga, S.I.Kom, Arie Prasetio, M.Si dan Tine Agustin Wulandari, S.I.Kom, terimakasih atas segala arahan dan dukungan selama ini. 8. Astri Ikawati, A.Md.Kom. dan Rr. Sri Intan Fajarini, S.I.Kom

selaku Sekretariat Program Studi Ilmu Komunikasi dan Public Relations Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.

9. Ratna Widiastuti, A.Md selaku sekretariat Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Komputer Indonesia.

10.Untuk adikku tercinta Nisa Susanti Syafitri Fatahillah, yang telah memberikan dukungan dan motivasi yang luar biasa pada peneliti.

11.Untuk kakak sepupuku Mona Ratuliu beserta keluarga, yang dalam

hal ini telah banyak memberikan bantuan dan dukungan kepada peneliti sehingga peneliti dapat merampungkan proses perkuliahan dan penelitian ini.


(7)

ix

12.Untuk keluargaku, Nenek, Eyang, Uwa, Awi dan Om Daris, Mba Ina

dan Om Robi, Putri, Tante Dini dan Om Agung, Adinda, Orlin, Bi Yuyun dan Om Slamet, terimakasih atas dukungan yang telah diberikan.

13.Vivie Novidia, Arie Ardianto, Ricky Rama Luven, Rasmus, Dony

Rinaldi, Yayu Rahayu serta Fitri Aisyah selaku informan yang telah bersedia berbagi informasi dan waktunya yang sangat berharga.

14.Terimakasih peneliti juga ucapkan untuk sahabat-sahabat tercinta yang

selama ini mengisi hari-hari peneliti dengan canda dan tawa, serta senantiasa berbagi suka maupun duka. Rangga Lara, Gita Aulia, Eki Ahmad Hidayat, Asha Athifah, Kiqien Afyatien, Duane Masaji

Raharja dan Bagus AU Raikanji. You’all rock my life!!!

15.Untuk partner tercinta di Bandung TV sekaligus keluarga baru dalam

hidup peneliti. Teh Inonk dan Keluarga, Kank Adul, rekan-rekan CBS Record, produser tercinta Kank Herdi, Kank Mugi dan Elby Nopitri. Terimakasih atas pengertian, dukungan dan doa yang diberikan.

16.Terimakasih kepada teman-teman seperjuangan yang senantiasa

menghabiskan waktu bersama-sama dengan saling mendukung dan mendoakan, Immaduddin, Ayu Yustining, Mutia Fahmi, Muhammad Riefky, Agus Hambali, Ina Rustina, Taufik Nugraha, Tommy Andriandy, Bayu Sakti, Sendhy Irawati, Adiana Juju R, Fitri Widyanti, Mochammad Fajar. Haturnuhun pisan.


(8)

x

17.Sahabat, dan teman-teman angkatan 2007 IK Humas-1, IK Humas-2,

IK Humas-3 dan IK Jurnalistik Tim Protokoler UNIKOM yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, terimakasih atas do’a dan dukungannya.

18.Bapak dan Ibu Guru tercinta dari taman kanak-kanak hingga sekolah menengah atas yang telah mencurahkan ilmu dan kasih sayangnya hingga peneliti dapat menempuh pendidikan di jenjang yang lebih tinggi.

19.Rekan-rekan penuh perjuangan dan pengorbanan di OSIS SMAN 1

Batujajar periode 2005-2006 dan Roxas Movie Maker Club yang

hingga kini senantiasa memberikan doa dan dukungan kepada peneliti. 20.All my listeners and audience. Thank you so much for your attention,

pray and best support for me. It’s one of big chances for me to be a part on your life.

21.Serta semua pihak yang telah memberikan dukungan serta bantuannya

yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, semoga kebaikannya di balas oleh Allah SWT.


(9)

xi

Semoga Allah SWT senantiasa memberikan Rahmat dan Karunia-Nya kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan tersebut di atas. Penelitian ini tentu saja masih jauh dari sempurna, sehingga peneliti dengan senang hati menerima saran dan kritik yang membangun demi perbaikan.

Akhir kata peneliti mengharapkan semoga usulan penelitian ini dapat bermanfaat bagi pihak lain pada umumnya, dan rekan-rekan di UNIKOM pada khususnya.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb.

Bandung, Agustus 2011


(10)

1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Impression Management atau yang lebih dikenal dengan istilah pengelolaan kesan sering kali dilakukan oleh orang-orang yang memiliki profesi dan dituntut untuk memiliki self image yang positif. Salah satu profesi tersebut antara lain penyiar pria di station radio di Kota Bandung.

Impression Management atau pengelolaan kesan di temukan dan

dikembangkan oleh Erving Goffman pada tahun 1959, dan telah

dipaparkan dalam bukunya yang berjudul “The Presentation of Self in Everyday Life”. Pengelolaan kesan juga secara umum dapat didefinisikan sebagai sebuah teknik presentasi diri yang didasarkan pada tindakan mengontrol persepsi orang lain dengan cepat dengan mengungkapkan

aspek yang dapat menguntungkan diri sendiri atau tim.1

Menurut Goffman, Impression Management erat kaitannya dengan

sebuah permainan drama, dimana aktor pelakunya dibentuk oleh lingkungan dan target penontonnya. Tujuannya tak lain ialah untuk

1


(11)

memberikan penonton sebuah kesan yang konsisten yang dilandasi tujuan yang diinginkan oleh aktor itu sendiri.2

Kehidupan yang dijalani oleh seorang individu dengan berbagai peran yang dijalaninya setiap hari, memiliki kesamaan dengan sebuah pementasan drama. Kehidupan diibaratkan sebuah teater, dimana interaksi sosial di atas panggung menampilkan peran-peran yang dimainkan oleh para aktor tersebut. Seringkali sang aktor tersebut tanpa sadar melakukan pengelolaan kesan (Impression Management), namun tak jarang pula aktor tersebut dengan sengaja melakukan pengelolaan kesan (Impression Management) tersebut.

Disadari atau tidak dalam kehidupan dan proses interaksinya sehari-hari, banyak individu yang melakukan pengelolaan kesan khususnya jika individu tersebut menjalani suatu profesi tertentu yang bersinggungan dengan khalayak ramai. Profesi tersebut juga menuntut individu memiliki citra positif dikalangan khalayak ramai seperti misalya profesi sebagai seorang penyiar radio.

Profesi penyiar pria yang sedang berkembang hampir di seluruh station radio di kota Bandung saat ini di tuntut memiliki self image yang baik dan positif. Self image tersebut dapat diraih salah satunya dengan cara pengelolaan kesan yang dilakukan oleh penyiar pria tersebut.

2


(12)

Pengelolaan kesan yang dilakukan oleh penyiar pria dilakukan atas dasar tujuan tertentu yakni untuk menciptakan suatu kesan tertentu yang dapat menambah citra positif dirinya di kalangan pendengar atau orang-orang yang berada dilingkungan panggunnya. Dimana pada akhirnya dapat menarik jumlah pendengar sebanyak mungkin.

Seorang penyiar khususnya penyiar pria wajib dapat melakukan tugasnya dengan baik sehingga dapat memperoleh jumlah pendengar yang

sangat banyak atau sesuai dengan target dari station radio yang

menaunginya. Dalam buku “Broadcasting Radio” karangan A. Ius Y.

Triartanto dikatakan bahwa,

“secara umum penyiar adalah unsur utama yang terdengar dalam produk siaran (program). Penyiar adalah juru bicara perusahaan bagi khalayak atau pendengar. Penyiar juga merupakan alat atau pelaku untuk mencapai sasaran perusahaan, disamping sebagai anggota perusahaan yang dipersiapkan untuk ikut serta dalam fungsi manajemen.”

Penyiar sebagai ujung tombak siaran, tentunya identik sebagai representasi stasiun radionya. Dengan kata lain penyiar dapat menjadi salah satu cermin identitas stasiun (station identity). Demikian pula penyiar radio dapat dikatakan sebagai profesi yang vital. Disamping itu, seorang penyiar perlu menyadari bahwa dirinya merupakan representasi dari isi siaran dan citra perusahaan.


(13)

Mulut dan suara merupakan senjata utama bagi seorang penyiar. Karena hanya dengan suara ia dapat menyampaikan informasi, pikiran, dan emosi kepada pendengarnya tanpa adanya gerak anggota tubuh lainnya yang terlihat sebagaimana penyiar televisi. Penyiar dapat juga disebut layaknya seorang aktor. Kacaunya suasana hati dan pikiran yang sedang dirasakan, tidak perlu diketahui bahkan dirasakan pula oleh pendengarnya. Selain memiliki suara yang standar, syarat utama lainnya untuk menjadi seorang penyiar antara lain, gemar berbicara, memiliki wawasan yang luas, memiliki kesukaan terhadap musik, menguasai alat-alat siaran, dan mengenali visi-misi, segmentasi pendengar serta program radio.3

Trend profesi penyiar pria berkembang pesat setelah beberapa tahun terakhir ini banyak station radio siaran di kota Bandung yang menjadikan wanita sebagai target utama pendengar dengan persentase lebih besar dari pada pendengar pria. Persentase tersebut memang relatif dan disesuaikan dengan segmentasi dan format radio siaran masing-masing. Dengan kata lain, persentase di suatu radio siaran bisa memiliki kesamaan antara satu station radio siaran dengan yang lainnya, namun juga bisa berbeda namun tetap pada koridor persentase lebih besar untuk pendengar wanita.

3


(14)

Keputusan yang diambil oleh hampir seluruh stasiun radio siaran menjadikan target pendengar wanita yang lebih besar dari pada pria di dasari oleh sifat dasar wanita yang cenderung konsumtif dan cenderung

sebagai decision maker (pembuat keputusan) dalam hal berbelanja. Inilah

yang mengakibatkan banyak produsen yang menjadikan wanita sebagai target utama konsumen. Hal tersebut juga ditegaskan oleh seorang pakar di bidang broadcasting radio sekaligus pemilik dari sekolah siaran ternama di Bandung yang bernama DJ @rie School, dia adalah Arie Ardianto atau yang lebih dikenal dengan nama DJ Arie mengatakan :

“Karena sikap cewek yang cenderung konsumtif itulah banyak radio yang membidik cewek sebagai target pendengar utamanya. Target utama pendengar cewek itulah yang dijadikan sebagai daya tarik ke pemasang iklan mereka. Sebenernya kalau cowok lebih konsumtif bisa jadi dijadiin target utama, nggak nutup kemunkinan, soalnya

sekarang aja cowok udah suka gadget tapi cewek itu

pernak-perniknya banyak. Dari situlah berawal pendengar cewek banyak dijadiin target utama, biarpun disetiap radio sebetulnya beda-beda. Yang akhirnya, banyak station radio masang penyiar pria sebagai salah satu strateginya. Dan bisa jadi karena itu juga kenapa penyiar cowok jadi trend sekarang ini. Mungkin karena emang peluang jadi

penyiar cowok lagi dibuka selebar-lebarnya sama station radio.”4

Pernyataan DJ Arie tersebut didasarkan atas pengalamannya selama

beberapa tahun terakhir saat menjabat sebagai program director dan

manager on air di salah satu stasiun radio di Kota Bandung. Selain itu, dia juga sering diminta untuk menjadi konsultan bagi beberapa stasiun radio di Kota Bandung dan di beberapa kota lainnya. Berkaitan dengan hal tersebut, jika diamati lebih jauh banyak iklan yang diputar di station radio

4


(15)

siaran baik berupa adlibs 5 maupun spot 6 merupakan iklan jenis produk yang menjadikan wanita sebagai target utama konsumennya. Pihak stasiun radio akan menyesuaikan format dari perkembangan dunia bisnis radio tersebut. Mengingat pendapatan sebuah radio siaran berasal dari pemasangan iklan di stasiun tersebut

Sebagaimana dari pernyataan DJ Arie diatas, dimana banyak stasiun radio yang memasang strategi untuk memperoleh jumlah pendengar khususnya pendengar wanita sebanyak-banyaknya. Salah satu strategi tersebut dengan cara menempatkan penyiar pria lebih banyak dibandingkan penyiar wanita. Hal tersebut dikarenakan wanita cenderung memiliki ketertarikan yang tinggi terhadap lawan jenis begitupun terhadap penyiar. Penyiar pria pun dianggap memiliki kelebihan tersendiri dibandingkan seorang penyiar wanita. Berdasarkan pengalamannya

bertahun-tahun dalam mencetak penyiar-penyiar radio dan video jokkey

yang diantara telah yang menjadi broadcaster handal baik di ditingkat regional kota Bandung maupun nasional, DJ Arie memiliki pandangannya mengenai kelebihan penyiar pria :

“Kelebihan lainnya dari seorang penyiar cowok itu biasanya cowok lebih on beat 7. Pendengar itu kan dengerin radio buat dengerin musik, nah mereka bakalan tambah seneng kalau misalkan dengerin

penyiar yang bisa on beat banget dengan musik. Nah kebetulan

biasanya penyiar cowok yang lebih on beat. Karena cowok tuh

5

Istilah untuk iklan yang dibacakan oleh penyiar. 6

Istilah untuk iklan dalam format digital yang melalui proses produksi terlebih dahulu. 7

Kemampuan penyiar dalam menyesuaikan kecepatan, ketepatan dan harmonisasi gaya dengan jenis musik yang sedang diputar.


(16)

biasanya lebih menghayati semua instrument dalam musik. Beda dengan penyiar cewek”8

Meski demikian, hal tersebut tidak berarti seorang penyiar pria memiliki pendengar yang terdiri wanita secara keseluruhan. Tidak menutup kemungkinan pendengar pria pun turut mendengarkan program siaran radio yang dibawakan oleh penyiar pria.

Berdasarkan perkembangan industri radio itulah, banyak stasiun radio di Kota Bandung berlomba-lomba untuk menyuguhkan penyiar pria dengan kualitas dan performa (Air Personality) on air yang memukau.

Profesi penyiar radio dalam bidang komunikasi, termasuk seorang komunikator. Hal tersebut dikarenakan penyiar radio menyampaikan suatu pesan kepada pendengarnya yang dalam hal ini menempati posisi sebagai komunikan. Dan dalam upaya menyampaikan pesan secara optimal tersebut dan memenuhi target station radio yang menaunginya tersebut, mereka melakukan pengelolaan kesan agar tercipta air personality yang memukau. Pengelolaan kesan tersebut salah satunya dilakukan dengan mengelola kesan mereka melalui simbol verbal dan non verbal.

Pengelolaan kesan yang dilakukan penyiar pria tersebut sangat lumrah

dilakukan dalam menjalani profesinya tersebut, guna menunjang air

personality yang baik. Seorang penyiar pria jika telah berhasil

8


(17)

menciptakan kesan dihadapan pendengarnya bahwa ia memiliki air personality yang baik, maka ia akan semakin disukai oleh pendengarnya.

Dari uraian yang telah penulis ungkapkan dalam latar belakang penelitian diatas, maka penulis merumuskan masalah penelitian sebagai berikut :

“Bagaimana impression management seorang penyiar pria di station radio di Kota Bandung (Studi dramaturgi tentang pengelolaan kesan di kehidupan panggung depan dan panggung belakang pada diri seorang

penyiar pria di station radio kota Bandung)?”


(18)

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas, maka peneliti mengidentifikasi yang menjadi pokok masalah yang akan diteliti yaitu sebagai berikut :

1. Bagaimana impression management di kehidupan front stage

(panggung depan) seorang penyiar pria di station radio Kota

Bandung?

2. Bagaimana impression management di kehidupan back stage

(panggung belakang) seorang penyiar pria di station radio Kota Bandung?

3. Bagaimana impression management seorang penyiar pria di station

radio Kota Bandung?

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian

1.3.1 Maksud Penelitian

Maksud dari penelitian ini adalah untuk menganalisa dan

mendeskripsikan tentang impression management dikalangan penyiar


(19)

1.3.2 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui impression management di kehidupan

front stage (panggung depan) seorang penyiar pria di station radio Kota Bandung.

2. Untuk mengetahui impression management di kehidupan

back stage (panggung belakang) seorang penyiar pria di station radio Kota Bandung.

3. Untuk mengetahui impression management seorang penyiar

pria di station radio Kota Bandung.

1.4 Kegunaan Penelitian

1.4.1 Kegunaan Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi pengembangan Ilmu Komunikasi secara umum, khususnya mengenai bidang kajian Impression Management. Terlebih lagi mengenai impression management pada diri seorang penyiar radio.

1.4.2 Kegunaan Praktis

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat melengkapi

kepustakaan mengenai impression management dalam hal

ini pada diri penyiar pria di station radio di Kota Bandung, sehingga dapat berguna bagi mahasiswa UNIKOM secara


(20)

umum, dan mahasiswa program studi Ilmu Komunikasi UNIKOM pada khususnya. Serta sebagai literatur bagi peneliti selanjutnya yang akan meneliti kajian yang sama. b. Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi

pihak-pihak yang ingin mendapatkan informasi mengenai penyiar pria di kota Bandung khususnya tentang impression management, sehingga diharapkan pula dapat memeberikan pengaruh terhadap proses pembentukan persepsi pihak-pihak tersebut.

c. Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan

pengetahuan peneliti dalam bidang komunikasi serta melatih kemampuan berfikir secara sistematis, juga sebagai proses belajar untuk dapat mempertajam daya nalar.

1.5 Kerangka Pemikiran

1.5.1 Kerangka Teoritis

Seorang individu seringkali peduli terhadap self image yang

ditampilkannya terhadap orang lain. Kepedulian tersebut akan menuntun individu tersebut untuk senantiasa berusaha mengontrol tentang apa yang orang lain pikirkan tentang dirinya tersebut. Self image yang dicoba ditampilkan ini dapat berbeda-beda dari satu situasi ke situasi lainnya, tergantung dari tujuannya.


(21)

Self image yang dicoba untuk ditampilkan tersebut dapat dianalogikan seperti seorang aktor yang sedang bermain peran. Layaknya seorang aktor dalam pementasan teater, setiap individu akan

berusaha untuk dapat menampilkan image tertentu dengan

menggunakan suatu setting tingkah laku verbal maupun nonverbal

secara hati-hati untuk dapat mencerminkan image tersebut. Usaha

tersebut dapat dikategorikan sebagai sebuah impression management

atau pengelolaan kesan. (Rakhmat, 2008 : 96)

Berbicara mengenai impression management tentu tidak terlepas dari kajian dramaturgi. Pada perkembanganya, Dramaturgi begitu banyak dikenal dan dijadikan sebagai bentuk komunikasi lainnya dalam kehidupan sehari-hari manusia. Teori dramaturgi menjelaskan bahwa identitas manusia adalah tidak stabil dan setiap identitas tersebut merupakan bagian kejiwaan psikologi yang mandiri. Identitas manusia bisa saja berubah-ubah tergantung dari interaksi dengan orang lain. Disinilah dramaturgi masuk, bagaimana kita menguasai interaksi tersebut. Dalam dramaturgi, interaksi sosial dimaknai sama dengan pertunjukan teater.

Manusia adalah aktor yang berusaha untuk menggabungkan karakteristik personal dan tujuan kepada orang lain melalui “pertunjukan dramanya sendiri”. Dalam mencapai tujuannya tersebut, menurut konsep dramaturgi, manusia akan mengembangkan perilaku-perilaku yang mendukung perannya tersebut. Selayaknya pertunjukan


(22)

drama, seorang aktor drama kehidupan juga harus mempersiapkan kelengkapan pertunjukan. Hal ini tentunya bertujuan untuk meninggalkan kesan yang baik pada lawan interaksi dan memuluskan jalan mencapai tujuan. Lebih jauh lagi, dengan mengelola informasi yang kita berikan kepada orang lain, maka kita akan mengendalikan pemaknaan orang lain terhadap diri kita. Hal itu digunakan untuk memberi tahu kepada orang lain mengenai siapa kita. (Mulyana, 2003 : 112)

Goffman mengistilahkan tindakan diatas disebut dalam istilah “impression management”. Goffman juga melihat bahwa ada perbedaan akting yang besar saat aktor berada di atas front stage

(panggung depan) dan di back stage (panggung belakang) drama

kehidupan. Kondisi akting di front stage adalah adanya penonton

(yang melihat kita) dan kita sedang berada dalam bagian pertunjukan. Saat itu kita berusaha untuk memainkan peran kita sebaik-baiknya agar penonton memahami tujuan dari perilaku kita. Perilaku kita dibatasi oleh oleh konsep-konsep drama yang bertujuan untuk membuat drama yang berhasil (lihat unsur-unsur tersebut pada impression management diatas). Sedangkan back stage adalah keadaan dimana kita berada di belakang panggung, dengan kondisi bahwa tidak ada penonton. Sehingga kita dapat berperilaku bebas tanpa mempedulikan plot (alur cerita) perilaku bagaimana yang harus kita bawakan.


(23)

Dramaturgi juga diibaratkan sebagai permainan peran oleh manusia. Tentu permainan peran yang dimainkan oleh manusia tersebut disesuaikan dengan tujuan yang ingin dicapai sebelumnya. Entah itu hanya sekedar untuk menciptakan kesan tertentu tentang diri kita dihadapan penonton ataupun suatu bentuk penghargaan lainya yang kita peroleh dari permainan peran tersebut. Dalam buku yang berjudul “The Presentation of Self in Everyday Life” karangan Erving Goffman yang diterbitkan pada tahun 1959, Goffman mendalami konsep dramaturgi yang bersifat penampilan drama atau teater atau teateris di atas panggung, dimana seorang aktor memainkan karakter manusia-manusia yang lain, sehingga penonton dapat memperoleh gambaran kehidupan dari tokoh tersebut serta mampu mengikuti alur cerita dari drama yang disajikan.

Pengertian Dramaturgi sendiri adalah sebagai berikut :

“Dramaturgi adalah suatu pendekatan yang lahir dari pengembangan Teori Interaksi Simbolik. Dramaturgi sendiri diartikan sebagai suatu model untuk mempelajari tingkah laku manusia, tentang bagaimana manusia itu menetapkan arti kepada hidup mereka”.9

Kajian dramaturgi membagi dua wilayah yang biasa digunakan seorang individu dalam memainkan peran. Wilayah tersebut ialah :

9


(24)

1. Front stage (panggung depan) merupakan suatu panggung

yang terdiri dari bagian pertunjukkan atas penampilan

(appearance) dan gaya (manner). Pada lingkungan yang

menjadi front stage inilah dimunculkan identitas palsu oleh

individu tersebut guna memaksimalkan peran yang

dimainkannya dalam area front stage tersebut dimana ia dapat

menyesuaikan diri dengan situasi penontonnya. Penampilan

disini meliputi petunjuk artifaktual seperti pakaian, make up,

dan sebagainya. Sedangkan gaya meliputi cara berbicara,

berjalan dan sebagainya. (Rakhmat, 2008 : 97)

2. Back stage (panggung belakang) merupakan bagian dari individu di mana individu tersebut memperlihatkan gambaran

sesungguhnya dari dirinya. Back Stage ini juga merupakan

panggung persiapan aktor yang disesuaikan dengan apa yang akan dihadapi dilapangan, untuk selanjutnya menutupi identitas aslinya. Panggung ini disebut juga panggung pribadi yang tidak boleh diketahui oleh orang lain. Beberpa hal penting yang menjadi bagian back stage ini antara lain :

a. Make Up (Tata rias)

b. Pakaian

c. Sikap dan Perilaku

d. Bahasa Tubuh


(25)

f. Isi Pesan

g. Cara Bertutur atau Gaya Bahasa

(Sudikin, 2002 : 49-51)

1.5.2 Kerangka Konseptual

Pada prinsipnya Dramaturgi merupakan bagian dari kajian ilmu komunikasi yang mana terdapat dalam pembahasan mengenai diri

seorang komunikator yang berperan penting dalam proses

penyampaian pesan kepada komunikan. Dramaturgi memaparkan bagaimana seorang komunikator dalam hal ini penyiar radio

memainkan peran dalam dua bagian kehidupan mereka yakni front

stage (panggung depan) dan back stage (panggung belakang) mereka yang semata-mata agar menimbulkan suatu suasana dan kesan dihadapan para pendengarnya. Dengan demikian mereka dapat menyesuaikan diri dengan apa yang menjadi tujuan station radio siaran yang menaunginya. Sebagaimana yang telah dipaparkan pada bagian

sebelumnya dimana dramaturgi membagi dua wilayah yakni front

stage (panggung depan) dan back stage (panggung belakang).

Impression management sendiri merupakan bagian dari kajian

dramaturgi yang sama-sama dikembangkan oleh Goffman. Impression

management atau pengelolaan kesan merupakan suatu usaha yang dilakukan oleh seorang individu dalam menciptakan kesan atau


(26)

persepsi tertentu atas dirinya dihadapan khalayaknya. Pengelolaan kesan tersebut baik terhadap simbol verbal maupun simbol nonverbal yang melekat di dirinya.

Penelitian ini mengkaji bagaimana impression management di

kehidupan front stage (panggung depan) dan back stage (panggung

belakang) pada diri seorang penyiar pria di station radio di Kota Bandung. Sebagaimana yang telah dipaparkan pada kerangka teoritis

bahwasannya Goffman membagi dua wilayah dari aktor yang

diibaratkan memainkan peran tersebut, yakni :

1. Front stage (panggung depan).

Bagian ini peneliti akan meneliti lebih jauh mengenai pengelolaan kesan yang dilakukan oleh seorang penyiar pria di station radio di Kota Bandung ditinjau dari aspek appearance (penampilan) dan manner (gaya).

a. Appearance (penampilan)

Pengelolaan kesan ditinjau dari aspek penampilan yang

dilakukan oleh seorang penyiar pria di station radio di Kota

Bandung meliputi make up (tata rias), dan pakaian.

Bagaimana make up (tata rias), dan pakian seorang penyiar pria ketika berada pada bagian front stage (panggung depan) yang di kelola sehingga menimbulkan kesan yang diinginkan dikalangan pendengar radionya ataupun


(27)

orang-orang disekitarnya yang menjadi bagian dari pertujukan di panggung depannya.

b. Manner (gaya)

Pengelolaan kesan ditinjau dari aspek gaya yang dilakukan oleh seorang penyiar pria di station radio di Kota Bandung meliputi sikap dan perilaku, bahasa tubuh, mimik wajah, isi pesan, dan cara bertutur atau gaya bahasa saat sedang menjalani profesinya sebagai penyiar radio.

Selanjutnya sebagaimana yang telah dipaparkan pada kerangka teoritis mengenai pengelolaan kesan dalam hal informasi yang disampaikan pun merupakan hal yang akan peneliti perhatikan dan mengkajinya lebih dalam lagi. Bagaimana penyiar pria mengelola informasi yang disampaikan olehnya, sehingga menciptakan suatu persepsi tersendiri terhadap dirinya.

Hal-hal diatas yang digunakan diri ini disebut front. Penampilan berarti menggunakan petunjuk artifaktual. Gaya bertingkah laku menunjukkan cara kita berjalan, duduk, berbicara, memandang, dan sebagainya.10

Beberapa aspek diatas seperti gaya berbicara yang meliputi nada, intonasi dan artikulasi, serta sikap dan perilaku dia dapat menunjang

10


(28)

terciptanya personality on air yang baik, yang dibutuhkan oleh seluruh penyiar.

2. Back stage (panggung belakang)

Bagian ini peneliti akan meneliti kehidupan back stage

(panggung belakang) seorang penyiar pria di station radio di Kota Bandung. Pada bagian ini peneliti akan mengkaji lebih dalam lagi bagaimana persiapan seorang penyiar pria tersebut di tinjau dari aspek-aspek yang telah dipaparkan sebelumnya, untuk terjun ke kehidupan front stage-nya. Sehingga nantinya dapat diketahui, perbedaan apa saja yang signifikan dari proses

pengelolaan kesan dari kehidupan back stage-nya jika

dibandingkan dengan kehidupan front stage . Terdapat beberapa

aspek penting yang menjadi bagian dari kehidupan back stage

seorang penyiar pria, antara lain :

a. Make Up (Tata Rias)

Meski penelitian ini meneliti tentang penyiar pria. Namun make up (tata rias) akan tetap dijadikan sebagai salah satu aspek yang akan diteliti, mengingat pengelolaan kesan yang dilakukan oleh seorang penyiar pria sehingga memungkinkan

ia menggunakan make up pada kehidupan back stage-nya


(29)

b. Pakaian

Pakaian merupakan salah satu aspek yang dapat mencitrakan siapakah individu yang menggunakannya tersebut. Sehingga pada penelitian ini akan dikaji pula aspek pakaian yang dikenakan oleh seorang penyiar pria.

c. Sikap dan Perilaku

Peneliti juga akan mengkaji aspek sikap dan perilaku dari penyiar pria pada bagian kehidupan back stage-nya. Apakah ada pengelolaan kesan yang dilakukannya melalui aspek sikap dan perilaku tersebut atau tidak.

d. Bahasa Tubuh

Bahasa tubuh meruapakan salah satu hal yang dapat dijadikan identitas atau cirri khas dari seseorang. Begitupun dengan seorang penyiar pria, peneliti akan meneliti lebih dalam mengenai pengelolaan kesan yang dilakukannya melalui bahasa tubuh.

e. Mimik Wajah

Mimik wajah, dewasa ini bukan hanya bagian kecil yang dapat dihiraukan begitu saja. Banyak individu yang mulai memperhatikan mimik wajah mereka ketika berinteraksi


(30)

dengan individu lainnya. Begitupun dengan seorang penyiar

pria karena pada kehidupan back stage nya ia tetap

melakukan interaksi dengan individu lainnya, meski dengan individu yang memiliki ikatan emosional sekalipun.

f. Isi Pesan

Isi pesan dari konteks komunikasi yang dilakukan seorang penyiar pria tentu akan pula diperhatikan oleh peneliti. Hal tersebut untuk mengetahui apakah ada perbedaan dari pengelolaan kesan yang dilakukan pada front stage dan back stage ini.

g. Cara Bertutur atau Gaya Bahasa

Cara bertutur atau gaya bahasa penyiar pria merupakan salah satu aspek terpenting dari penelitian ini. Mengingat salah satu yang dapat menjadi cirri khas seorang penyiar ialah cara bertutur atau gaya bahasanya. Dan pada bagian back stage ini akan diteliti bagaimana penyiar pria melakukan pengelolaan kesan terhadap aspek tersebut.

Pengumpulan data penelitian ini dilakukan dengan mencari informasi mengenai bagaimana persepsi dan selera masyarakat khususnya pendengar radio terhadap penyiar radio di Kota Bandung.


(31)

Pertama peneliti akan mengkaji lebih lanjut lagi mengenai trend yang sedang berkembang di industri radio kota bandung mengenai trend dan strategi apa yang dilakukan untuk memperoleh pendengar. Proses ini dilakukan dengan cara melakukan wawancara dengan informan utama atau informan kunci yang merupakan seorang pakar di

bidang broadcasting. Dengan demikian dapat diketahui bagaimana

trend yang sedang berkembang di dunia industri radio siaran yang menjadi dasar dari penelitian ini. Selanjutnya akan dikaji lebih

mendalam mengenai impression management di kehidupan front stage

(panggung depan) dan back stage (panggung belakang) pada diri

seorang penyiar pria, melalui pengumpulan data dan wawancara. Sehingga dapat diketahui bagaimana seorang penyiar pria melakukan pengelolaan kesan dan untuk tujuan apa ia melakukan hal tersebut.


(32)

1.6 Pertanyaan Penelitian

Saat penelitian dilaksanakan, peneliti akan mengajukan beberapa pertanyaan kepada informan dalam rangka memperoleh data yang akurat mengenai permasalahan yang diteliti. Adapun pertanyaan penelitian tersebut adalah sebagai berikut.

1. Bagaimana impression management di kehidupan front stage

(panggung depan) seorang penyiar pria di station radio Kota

Bandung?

a) Bagaimana impression management yang anda lakukan ditinjau

dari aspek penampilan?

 Bagaimana impression management yang anda lakukan

ditinjau dari aspek penampilan melalui pakaian anda?

 Bagaimana impression management yang anda lakukan

ditinjau dari aspek penampilan melalui make up anda?

b) Bagaimana impression management yang anda lakukan ditinjau

dari aspek gaya?

 Bagaimana impression management yang anda lakukan

ditinjau dari aspek gaya melalui sikap dan perilaku anda?

 Bagaimana impression management yang anda lakukan


(33)

 Bagaimana impression management yang anda lakukan

ditinjau dari aspek gaya melalui mimik wajah anda?

 Bagaimana impression management yang anda lakukan

ditinjau dari aspek gaya melalui cara bertutur atau gaya bahasa anda?

c) Bagaimana impression management yang anda lakukan ditinjau

dari aspek informasi yang anda sampaikan?

2. Bagaimana impression management di kehidupan back stage

(panggung belakang) seorang penyiar pria di station radio Kota Bandung?

a) Bagaimana impression management yang anda lakukan

ditinjau dari aspek make up?

b) Bagaimana impression management yang anda lakukan

ditinjau dari aspek pakaian?

c) Bagaimana impression management yang anda lakukan

ditinjau dari aspek sikap dan perilaku?

d) Bagaimana impression management yang anda lakukan

ditinjau dari aspek bahasa tubuh?

e) Bagaimana impression management yang anda lakukan

ditinjau dari aspek mimik wajah?

f) Bagaimana impression management yang anda lakukan


(34)

g) Bagaimana impression management yang anda lakukan

ditinjau dari aspek cara bertutur atau gaya bahasa?

3. Bagaimana impression management seorang penyiar pria di station radio

Kota Bandung?

a) Apa yang memotivasi anda untuk melakukan impression

management di dalam kehidupan anda?

b) Faktor-faktor apa saja yang mendorong anda untuk melakukan

impression management di dalam kehidupan anda?

c) Citra diri seperti apa yang hendak dicapai oleh anda dalam melakukan impression management?

d) Hambatan apa saja yang anda temui ketika melakukan

impression management di dalam kehidupan anda?

e) Apa dampak bagi diri anda setelah melakukan impression

management di dalam kehidupan anda?

1.7 Subyek Penelitian dan Informan

1.7.1 Subyek Penelitian

Subyek penelitian adalah sesuatu baik hidup, benda ataupun lembaga (instansi), yang sifat dan keadaanya (atributnya) akan diteliti. Dengan kata lain subyek penelitian adalah sesuatu yang di dalam dirinya melekat atau terkandung objek penelitian,


(35)

“Menurut Webster’s New Collegiate Dictionary, seorang informan adalah seorang pembicara asli yang berbicara dengan mengulang kata-kata, frasa, dan kalimat dalam bahasa atau dialeknya sebagai model imitasi dan sumber informasi”. (Spradley, 2006 : 39)

Penelitian ini dilakukan terhadap penyiar pria di Kota Bandung.

1.7.2 Informan

Informan (narasumber) penelitian adalah seorang yang karena memiliki informasi (data) banyak mengenai objek yang sedang diteliti, dimintai informasi mengenai objek penelitian tersebut. Bagong Suyatna memiliki pernyataan tersendiri mengenai informan yakni, “Peranan informan dalam mengambil data yang akan digali dari orang -orang tertentu yang dinilai menguasai persoalan yang hendak diteliti, mempunyai keahlian dan berwawasan cukup” (Suyatna, 2005 : 72)

Informan dipilih secara purposive (purposive sampling)

berdasarkan aktivitas mereka dan kesediaan mereka untuk

mengeksplorasi pengalaman mereka secara sadar.

Yang menjadi informan dari penelitian ini berjumlah 3 orang yang memiliki profesi sebagai penyiar radio di Kota Bandung. Dapat dilihat seperti table berikut ini :


(36)

Tabel 1.1 Informan Penelitian

NO NAMA PROFESI ASAL RADIO LAMA BEKERJA

1 Rasmus Penyiar Ardan FM 5 Tahun

2 Ricky Rama Luven Penyiar Rama FM 4 Tahun

3 Dony Rinaldy Penyiar I radio Bandung 2 Tahun

Sumber : Data Peneliti 2011

Pemilihan informan tersebut dengan pertimbangan bahwa merekalah yang saat ini paling mengetahui tentang permasalahan yang diteliti dan juga mengalami permasalahan yang akan diteliti tersebut. Ditinjau dari segi lainya, ketiga informan tadi merupakan penyiar radio di Kota Bandung yang berhasil meraih rating tinggi atau perhatian tinggi dikalangan pendengar radio dari berbagai usia di Kota Bandung.

Penelitian ini juga akan menggunakan informan kunci. Informan kunci dalam penelitian ini ialah seorang pakar dibidang broadcasting radio yang berasal dari kota Bandung. Informan kunci dianggap lebih mengetahui tentang permasalahan yang diteliti dalam penelitian ini dibandingkan ketiga informan sebelumnya. Pernyataan yang diperoleh dari hasil wawancara bersama informan kunci ini juga dijadikan sebagai landasan untuk meneliti permasalahan lebih lanjut.


(37)

Penelitian ini memilih informan kunci seorang broadcaster handal di bidang radio atau juga seorang pakar dibidang radio siaran, sekaligus pemilik dari sebuah sekolah penyiaran ternama yang

memiliki kredibilitas tinggi Number One Broadcasting School. Dia

ialah Vivie Novidia. Selain informan kunci, penelitian ini juga akan menggunakan informan pendukung. Berikut tabel informan kunci dan informan tambahan tersebut :

Tabel 1.2

Informan Kunci dan Informan Pendukung

NO NAMA INFORMAN PEKERJAAN SIFAT

1 Vivie Novidia Pemilik Number

One Broadcasting School

Informan Kunci

2 Yayu Rahayu Jurnalis Informan

Pendukung

3 Fitri Aisyah Make Up Artist Informan

Pendukung Sumber : Data Peneliti 2011

Dengan demikian jumlah seluruh informan dalam penelitian ini berjumlah 6 (enam) orang.


(38)

Data yang dikumpulkan dari hasil wawancara yang mendalam nanti, akan diperiksa kembali bersama-sama informan. Langkah ini memungkinkan seluruh data yang diperoleh dari jawaban para informan dilihat kembali dan akan di pertimbangkan apakah akan dilanjutkan untuk dikaji atau tidak berdasarkan berbagai pertimbangan yang menyangkut hak pribadi informan. Selanjutnya juga sangat dimungkinkan adanya data dari jawaban yang perlu di ubah atau ditambahkan guna memaksimalkan hasil dari penelitian ini. Dengan kata lain, seluruh data atau informasi mengenai permasalahan yang diangkat diperoleh dari suatu teknik pengumpulan data (wawancara mendalam) dan dengan teknik lainya yakni observasi partisipatif.

1.8 Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode

dramaturgi. Bodgan dan Taylor (Moleong, 2000 : 3) menyatakan

pendekatan kualitatif merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.

Sedangkan Dramaturgi menyoroti perilaku manusia yang memiliki peran ganda atau bermain dalam dua peran sekaligus dalam kehidupan sehari-harinya yang terbagi dalam dua konsep yakni panggung depan dan juga panggung belakang. Dengan kata lain metode penelitian kualitatif


(39)

dramaturgi merupakan sebuah prosedur penelitian yang melakukan pendekatan untuk memperoleh data dan juga informasi seputar objek penelitian yang memiliki dua konsep kehidupan dalam dramaturgi yang selanjutnya untuk di jadikan bahan kajian.

1.9 Teknik Pengumpulan Data

Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data adalah sebagai berikut :

a) Wawancara Mendalam

Wawancara mendalam ialah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interview) yang mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai (interviewee) yang memberikan jawaban atau pertanyaan itu. (Moleong : 135)

Wawancara juga dimaksudkan untuk memudahkan dalam proses pengumpulan informasi yang selanjutnya akan dikaji mengenai permasalahan yang diangkat langsung dari informan yang dianggap menguasai permasalahan tersebut. Dalam wawancara mengacu kepada pertanyaan-pertanyaan yang telah disusun sebelumnya dan tidak menutup kemungkinan terdapat pertanyaan tambahan seiring pembicaraan dalam wawancara tersebut yang berkembang dan


(40)

menarik untuk dijadikan informasi tambahan untuk menguatkan data guna hasil penelitian yang maksimal.

Dalam pelaksanaanya, peneliti akan melakukan kegiatan wawancara mendalam tersebut kepada ketiga informan yang telah dijabarkan sebelumnya.

b)Observasi Partisipatif

Yakni dimana peneliti mengamati apa yang dikerjakan orang, mendengarkan apa yang diucapkan dan berpartisipasi dalam aktivitas yang diteliti. (Susan Stainback : 1998).

Peneliti akan turut serta dalam sebagian kegiatan yang masuk kedalam kategori panggung depan dan panggung belakang informan guna mendapatkan informasi dan data tambahan.

c) Dokumentasi

Dokumentasi ialah catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen dapat berupa tulisan, gambar, atau karya monumental dari seseorang. Dokumen sudah lama digunakan dalam penelitian sebagai sumber data karena dalam banyak hal dokumen sebagai sumber data dapat dimanfaatkan untuk menguji, bahkan untuk meramalkan.

Dokumentasi sendiri merupakan komponen penting lainya yang digunakan peneliti dalam memverifikasi kembali data yang diperoleh. Dokumentasi dapat berupa catatan ataupun juga rekaman baik audio maupun audio visual ketika wawancara dilakukan.


(41)

d)Studi Pustaka

Dalam mencari informasi atau data penunjang lainya, peneliti juga melakukan penelaan terhadap buku-buku, literatur, karya tulis yang bersifat ilmiah yang memiliki hubungan dengan permasalahan yang diangkat.

e) Internet Searching

Adalah salah satu fasilitas internet yang dijalankan melalui

browser untuk mencari informasi yang kita inginkan. Internet

Searching menampung database situs-situs dari seluruh dunia yang

jumlahnya milyaran halaman web, cukup dengan memasukan kata

kunci-nya maka internet searching akan menampilkan beberapa link

situs yang disertai dengan keterangan singkat.

f) Triangulasi Data

Triangulasi diartikan sebagai teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagi teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada. Peneliti menggunakan triangulasi sebagai teknik untuk mengecek keabsahan data. Dimana dalam pengertiannya triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain dalam membandingkan hasil wawncara terhadap objek penelitian. (Moleong, 2007 : 330)


(42)

1.10 Teknik Analisa Data

Analisis data sendiri menurut Patton (dalam Moleong, 1980 : 268),

merupakan suatu proses untuk mengatur urutan data,

mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori, dan suatu urutan dasar. Dalam penelitian kualitatif, analisis data dilakukan sepanjang penelitian berlangsung. Hal ini dilakukan melalui deskripsi data penelitian, penelaahan tema-tema yang ada, serta penonjolan-penonjolan pada tema tertentu (Creswell, 1998 : 65).

Teknik analisis data yang dilakukan sepanjang proses penelitian sejak peneliti memasuki lapangan untuk mengumpulkan data. Oleh sebab itu, teknik analisis data yang akan ditempuh peneliti melalui lima tahap yakni, mulai dari tahap penyediaan data, reduksi atau seleksi data, display atau penyajian data, dan pengambilan kesimpulan data. Selain itu, prosesnya tidak berjalan secara linear, tapi bersifat simultan atau siklus yang interaktif. Lebih lanjut mengenai teknik analisa data secara interaktif dijelaskan sebagai berikut :

1. Pengumpulan data, data yang ada dicari dan dikumpulkan semua. Pada tahap ini, peneliti juga bisa memulai proses klasifikasi awal (secara umum). Pada proses ini idealnya seorang peneliti juga melakukan pelacakan, pencatatan, pengorganisasian data yang relevan untuk memfokuskan pada masalah yang diteliti.


(43)

2. Tahap reduksi data, yaitu seleksi data, pemfokusan dan penyerderhanaan data, dari semua data yang sudah didapat. Setelah itu data yang tidak diperluakan disisihkan dan data-data yang penting untuk penelitian dikumpulakan jadi satu, dan diklasifikasikan menjadi lebih spesifik.

3. Melaksanakan kegiatan display atan penyajian data. Yaitu data yang diperoleh tersebut bisa disajikan dalam bentuk matrik maupun tabel-tabel yang bisa mewakili karakter yang diperlukan. 4. Membuat simpulan sementara dan menguji kembali dengan metode triangulasi, baik menggunakan triangulasi peneliti, teori, data, maupun metode.

5. Dan tahap terakhir, yaitu membuat pernyataan atau simpulan

mengenai apa yang dimengertinya secara bulat tentang suatu masalah yang diteliti dalam bahasa kualitatif yang deskriptif dan bersifat interpretatif. (Sugiyono, 2006: 277) 11

11

http://tizarrahmawan.wordpress.com/2009/11/24/selayang-teknik-analisa-data-kuantitatif-dan-kualitatif/ pukul 00.48 WIB


(44)

1.11 Lokasi dan Waktu Penelitian

1.11.1 Lokasi Penelitian

Peneliti melakukan penelitian yakni dengan teknik wawancara mendalam kepada ketiga informan dan seorang informan kunci di tempat mereka menggeluti rpofesinya masing-masing. Dan berikut tabel lokasi penelitian tersebut :

Tabel 1.3

Lokasi Penelitian

NO Nama

Instansi

Alamat No Tlp/Fax Website

1 Ardan FM

Bandung

Jl. Cipaganti 159 Bandung, 40161 Bandung Jawa Barat.

TLP

(022) 203 3256 Fax

(022) 204 4268

www.ardanfm.com

2 Rama FM

Bandung

Jl. Muara Selatan 37 Bandung

Tlp

(022) 521 1671

www.ramafm.com

3 I-Radio

Bandung

Jl. Sulanjana No. 15 Bandung

Tlp

(022) 426 1069

www.iradio.com


(45)

1.11.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini berlangsung dan dilaksanakan oleh peneliti dengan menggunakan kurun waktu penelitian selama 6 (enam) bulan terhitung

mulai bulan Februari 2011 sampai awal Juli 2011, dengan rundown

waktu penelitian sebagai berikut :

Tabel 1.4 Waktu Penelitian

No Kegiatan

Bulan Februari 2011 Maret 2011 April 2011 Mei 2011 Juni 2011 Juli 2011 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1. Pengajuan

Judul

2. Penulisan

Bab I Bimbingan

3. Seminar UP

4. Penulisan

Bab II Bimbingan

5. Pengumpulan

Data Lapangan

6. Penulisan

Bab III Bimbingan


(46)

7. Penulisan Bab IV Bimbingan

8. Penulisan

Bab V Bimbingan

9. Penyusunan

Skripsi

10. Sidang

kelulusan

11. Revisi Skripsi


(47)

1.12 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan ini bertujuan sebagai acuan pada penelitian yang akan dilakukan, dan memuat tentang apa saja yang ada dalam laporan penelitian serta hasil pembahasan dari penelitian yang berlangsung. Adapun sistematika penulisannya, sebagai berikut :

Bab I Pendahuluan

Pada bab ini berisikan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, identifikasi masalah, maksud dan tujuan penelitian, kegunaan penelitian secara teoritis dan praktis, kerangka pemikiran secara teoritis dan praktis, pertanyaan penelitian, metode penelitian, subjek dan informan penelitian, teknik pengumpulan data, teknik analisa data, lokasi dan waktu penelitian, dan sistematika sebagai acuan dari penelitian.

Bab II Tinjauan Pustaka

Bab ini memuat tentangtinjauan-tinjauan secara teoritis yang berkaitan dengan fokus masalah dan objek penelitiandari judul yang diangkat dalam penelitian yang dilakukan. Isi bab ini, penulis sekaligus peneliti menguraikan beberapa yang berkaitan dengan penelitian yaitu, mengenai ilmu komunikasi secara umum, dramaturgi, komunikasi massa,

radio siaran, penyiar radio, dan mengenai impression management itu


(48)

Bab III Objek Penelitian

Bab ini membahas apa yang menjadi objek dari penelitian ini, yaitu penyiar pria. Dimana penulis memuat tentang pengertian dasar, jenis-jenis penyiar, tugas pokok seorang penyiar, dan sebagainya.

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan

Pada bab ini memuat dari hasil lapangan penelitian dengan pendekatan kualitatif dan menggunakan metode deskriptif. Penulis pun memuat sekilas profil tentang penyiar pria terpilih yang menjadi informan serta hasil wawancara dengan informan kemudian dibahas sesuai dengan teori-teori yang ada, adapun bila hasil penelitian ini mendekati atau menemukan model atau teori yang relevan maka akan dikaitkan dengan model atau teori tersebut.

Bab V Penutup

Bab ini berisi tentang keseluruhan dari hasil pembahasan padabab-bab sebelumnya serta kesimpulan dari hasil penelitian dan saran-saran yang ditujukan secara umum maupun secara khusus.


(49)

40

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan tentang Komunikasi

Manusia merupakan makhluk sosial yang pada hakikatnya tidak mampu hidup sendiri dan saling membutuhkan satu sama lainnya. Dengan kata lain manusia membutuhkan interaksi dengan individu lainnya guna memenuhi berbagai kebutuhannya. Dalam interaksi itulah terjadi sebuah komunikasi yang disadari ataupun tidak bahkan terjadi dihampir setiap waktu ketika kita bersinggungan dengan lingkungan sekitar. Komunikasi tersebut dapat berupa komunikasi verbal maupun non verbal. Sebagaimana dikatakan, manusia tidak dapat bertahan hidup jika tidak menjalin komunikasi dengan individu lainnya.

Komunikasi telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan setiap manusia dalam kehidupan sehari-harinya. Komunikasi menjadi kebutuhan utama yang dapat menunjang kebutuhan-kebutuhan lainnya yang diperlukan manusia dalam kehidupannya. Komunikasi juga telah berkembang menjadi suatu unsur yang penting dalam kehidupan. Tak jarang seorang individu mengalami kesulitan untuk mencapai atau memenuhi suatu keinginan dalam hidupnya dikarenakan kurang cakap dalam berkomunikasi dengan individu lainnya.


(50)

2.1.1 Pengertian Ilmu Komunikasi

Komunikasi yang berasal dari kata Latin communis yang berarti sama. Istilah communis ini yang paling sering disebut sebagai asal kata komunikasi dan juga merupakan akar dari kata-kata Latin lainnya yang mirip. Dalam komunikasi menyarankan bahwa suatu pikiran, makna, atau pesan dianut secara sama. Namun, dalam definisi kontemporer lainnya lebih menyarankan bahwa komunikasi merujuk pada cara-cara berbagi hal-hal tersebut.

Komunikasi yang berkembang pesat menjadi suatu ilmu yang banyak dipelajari diberbagai belahan dunia, mengakibatkan lahirnya definisi tentang komunikasi dari banyak ahli yang beragam namun tetap memiliki benang merah yang sama. Dari seluruh definisi tersebut tidak ada yang paling benar ataupun salah. Sebagai mana sebuah model atau teori, definisi juga harus dilihat dari kemanfaatannya untuk menjelaskan fenomena yang didefinisikan dan mengevaluasinya. Salah satu definisi komunikasi yang paling banyak ditemui yakni, “Komunikasi adalah interaksi antara dua makhluk hidup atau lebih”. Secara luas, komunikasi didefinisikan juga sebagai suatu tindakan berbagi pengalaman.

Menurut Webster New Collogiate Dictionary dijelaskan bahwa

komunikasi adalah “suatu proses pertukaran informasi di antara individu melalui system lambang-lambang, tanda-tanda atau


(51)

tingkah laku”. Ada yang berpendapat komunikasi adalah sebuah proses penyampaian pesan dari komunikator kepada komunikan melalui saluran terntentu.

Pada dasarnya komunikasi merupakan proses komunikasi dua arah, komunikasi tidak hanya berupa memberitahukan dan mendengarkan saja, komunikasi harus mengandung pembagian ide, pikiran, fakta atau pendapat.

Definisi komunikasi secara umum adalah suatu proses pembentukan, penyampaian, penerimaan dan pengolahan pesan yang terjadi di dalam diri seseorang atau di antara dua orang atau lebih dengan tujuan tertentu. Terdapat beberapa definisi tentang komunikasi dari beberapa para ahli, diantaranya :

Weaver mendefinisikan komunikasi adalah seluruh prosedur melalui mana pikiran seseorang dapat mempengaruhi pikiran orang lain.

Harold Lasswell mendefinisikan komunikasi pada dasarnya merupakan suatu proses yang menjelaskan “siapa”, “mengatakan apa”, “dengan saluran apa”, “kepada siapa”, “dan dengan akibat apa” atau “hasil apa”. (who says what in which channel to whom and with what effect)


(52)

Definisi Lasswell, secara eksplisit dan kronologis menjelaskan tentang lima komponen yang terlibat dalam komunikasi, yaitu :

a. Siapa (pelaku komunikasi pertama yang mempunyai inisiatif

atau sumber)

b. Mengatakan apa (isi informasi yang disampaikan)

c. Kepada siapa (pelaku komunikasi lainnya yang dijadikan

sasaran penerima)

d. Melalui saluran apa (saluran atau alat apa yang digunakan

dalam penyampaian informasi)

e. Dengan akibat atau hasil apa (hasil yang terjadi pada diri penerima)

Definisi dari Hovland Cs, memberikan penekanan bahwa tujuan komunikasi adalah mengubah atau membentuk perilaku. Hovland, Janis dan Kelley menjelaskan, komunikasi adalah suatu proses melalui mana seseorang (komunikator) menyampaikan stimulus (biasanya dalam bentuk kata-kata) dengan tujuan mengubah atau membentuk perilaku orang-orang lainnya (khalayak).

Wilbur Schrarmm menyatakan komunikasi sebagai suatu proses berbagi (sharing proses), Schrarmm menguraikannya demikian :

“Komunikasi berasal dari kata-kata (bahasa) latin communis yang berarti umum (common) atau bersama. Apabila kita berkomunikasi, sebenarnya kita sedang berusaha menumbuhkan suatu kebersamaan


(53)

(commonness) dengan seseorang. Yaitu kita berusaha berbagi informasi, ide, dan sikap. Seperti dalam uraian ini, misalnya saya sedang berusaha berkomunikasi dengan para pembaca untuk menyampaikan ide bahwa hakikat sebuah komunikasi sebenarnya adalah usaha membuat penerima atau pemberi komunikasi memilki pengertian (pemahaman) yang sama terhadap pesan tertentu.

Dari uraian Schrarmm itu dapat disimpulkan bahwa sebuah komunikasi yang berhasil melahirkan kebersamaan (commonness) ; kesepahaman antara sumber (source) dengan penerima (audience-receiver)-nya. Sebuah komunikasi akan benar-benar efektif apabila audience menerima pesan, pengertian dan lain-lain persis sama seperti apa yang dikehendaki oleh penyampai.

2.1.2 Tujuan Komunikasi

Menurut Onong Uchjana Effendi, tujuan komunikasi adalah sebagai berikut :

1. Perubahan sosial dan partisipasi sosial. Memebrikan berbagai

informasi pada masyarakat yang tujuan akhirnya supaya masyarakat mau mendukung dan ikut serta terhadap tujuan informasi yang disampaikan.


(54)

2. Perubahan sikap. Kegiatan memberikan berbagai informasi pada masyarakat dengan tujuan supaya masyarakat akan berubah sikapnya.

3. Perubahan pendapat. Memberikan berbagai infromasi pada

masyarakat dengan tujuan akhirnya supaya masyarakat mau merubah pendapat dan persepsinya terhadap tujuan informasi itu disampaikan.

2.1.3 Fungsi Komunikasi

Komunikasi dalam pelaksanaannya memiliki berbagai macam fungsi dalam kehidupan manusia, seperti berikut ini :

1. Memberikan informasi kepada masyarakat.

Karena perilaku menerima informasi merupakan perilaku alamiah masyarakat. Dengan menerima informasi yang benar masyarakat akan merasa aman tentram. Informasi akurat diperlukan oleh beberapa bagian masyarakat untuk bahan dalam pembuatan keputusan. Informasi dapat dikaji secara mendalam sehingga melahirkan teori baru dengan demikian akan menambah perkembangan ilmu pengetahuan. Informasi disampaikan pada masyarakat melalui berbagai tatanan komunikasi, tetapi yang lebih banyak melalui kegiatan mass communication.


(55)

2. Mendidik masyarakat.

Kegiatan komunikasi pada masyarakat dengan memberiakan berbagai informasi tidak lain agar masyarakat menjadi lebih baik, lebih maju, lebih berkembang kebudayaannya. Kegiatan mendidik masyarakat dalam adalah memberikan berbagai informasi dan juga berbagai ilmu pengetahuan melalui berbagai tatanan komunikasi kelompok pada pertemuan-pertemuan, kelas-kelas, dan sebagainya.

3. Mempengaruhi Masyarakat.

Kegiatan memberikan berbagai informasi pada masyarakat juga dapat dijadikan sarana untuk mempengaruhi masyarakat tersebut ke arah perubahan sikap dan perilaku yang diharapkan. Misalnya mempengaruhi masyarakat untuk mendukung suatu pilihan dalam pemilu dapat dilakukan melalui komunikasi massa dalam bentuk

kampanye, propaganda, selebaran-selebaran, spanduk dan

sebagainya.

4. Menghibur masyarakat.

Perilaku masyarakat menerima informasi selain untuk memenuhi rasa aman juga menjadi sarana hiburan masyarakat. Apalagi pada masa sekarang ini banyak penyajian informasi melalui sarana seni hiburan. (Effendy, 2003 :8)


(56)

2.1.4 Unsur-Unsur Dalam Proses Komunikasi

Menurut Onong Uchjana Effendy dalam buku yang berjudul Dinamika Komunikasi, bahwa dari berbagai pengertian komunikasi yang telah ada, tampak adanya sejumlah komponen unsure yang dicakup, yang merupakan pernyataan terjadinya komunikasi. komponen atau unsur-unsur tersebut sebagai berikut :

a. Komunikator : orang yang menyampaikan pesan

b. Pesan : pernyataan yang didukung oleh lambang

c. Komunikan : orang yang menerima pesan

d. Media : sarana atau saluran yang mendukung pesan

bila komunikan jauh tempatnya atau banyak jumlahnya.

e. Efek : dampak sebagai pengaruh dari pesan

Perkembangan terakhir mengenai unsur komunikasi adalah munculnya pandangan dari Joseph de Vito, K. Sereno dan Erika Vora yang menilai faktor lingkungan merupakan unsur yang tidak kalah pentingnyadalam mendukung terjadinya proses komunikasi.


(57)

Kalau unsur-unsur komunikasi yang dikemukakan di atas dilukiskan dalam gambar, kaitan antara satu unsure dengan unsure lainnya dapat dilihat seperti berikut :

Gambar 2.1 Unsur Komunikasi

Sumber : “Ilmu Komunikasi” Prof Deddy Mulyana, M.A., Ph.D.

2.2 Tinjauan tentang Komunikasi Massa

Komunikasi massa merupakan salah satu bentuk dari komunikasi seperti bentuk-bentuk komunikasi lainnya antara lain, komunikasi antarpersona, komunikasi kelompok atau komunikasi organisasi. Dalam komunikasi massa, juga memiliki sedikitnya enam unsur yakni, komunikator, pesan, media, komunikan, efek dan umpan balik. (Elvinaro, 2007:2).

SUMBER PESAN MEDIA PENERIMA EFEK


(58)

Secara sederhana komunikasi massa didefinisikan oleh Bittner (Rakhmat, 2003:188), adalah pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah besar orang (mass communication is messages communicated through a mass medium to a large number of people).

Lain halnya dengan Bittner, Gebner mendefinisikan komunikasi

massa secara lebih terperinci. Menurutnya, komunikasi massa adalah produksi dan distribusi yang berlandaskan teknologi dan lembaga dari arus pesan yang kontinyu serta paling luas dimiliki orang dalam masyarakat industry (mass communication is the technologically and institutionally based production and distribution of the most broadly shared continous flow of messages in industrial societies). (Rakhmat, 2003:188)

Komunikasi massa memiliki karakteristik tersendiri. Karakteristik tersebut antara lain :

 Komunikator Terlembagakan

Artinya proses penyampaian pesan dilakukan bukan oleh individu sendiri saja melainkan oleh sebuah lembaga atau terorganisasi. Dengan kata lain, individu atau komunikator yang menyampaikan pesan tersebut berada disebuah organisasi atau lembaga.

 Pesan Bersifat Umum

Komunikasi massa yang pada dasarnya bersifat terbuka, sehingga komunikasi massa ditunjukan untuk semua orang dan tidak ditunjukan


(59)

untuk sekelompok orang tertentu. Sehingga, pesan komunikasi massa bersifat umum. Pesannya dapat berupa fakta, peristiwa atau opini.

 Komunikannya Anonim dan Heterogen

Artinya, komunikator dalam komunikasi massa tidak mengenal komunikan (anonim), karena komunikasinya menggunakan media dan tidak tatap muka. Selain itu disebutkan heterogen, dikarenakan

komunikan terdiri dari berbagai lapisan masyarakat yang

dikelompokkan berdasarkan faktor usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, latar belakang budaya, agama, dan tingkat ekonomi.

 Media Massa Menimbulkan Keserempakan

Kelebihan komunikasi massa lainnya ialah, jumlah sasaran khalayak atau komunikan yang dicapainya relatif banyak dan tidak terbatas. Bahkan, komunikan yang banyak tersebut secara serempak dan pada waktu yang bersamaan memperoleh pesan yang sama pula.

 Komunikasi Mengutamakan Isi Ketimbang Hubungan

Berbeda dengan komunikasi antarpersona yang lebih mementingkan hubungan, dalam komunikassi massa isi merupakan hal yang paling utama. Komunikator tidak harus selalu mengenal komunikan begitupun sebaliknya. Yang terpenting ialah, bagaimana seorang komunikator menyusun pesan secara sistematis, baik, dan sesuai dengan jenis medianya, agar komunikannya bisa memahami isi pesan tersebut.


(60)

 Komunikasi Massa Bersifat Satu Arah

Karena komunikasinya melalui media massa , maka komunikator dan komunikannya tidak dapat melakukan kontak langsung. Komunikator aktif menyampaikan pesan, komunikan pun aktif menerima pesan, namun diantara keduanya tidak dapat melakukan dialog sebagaimana halnya terjadi dalam komunikasi antarpersona. Dengan kata lain, komunikasi massa bersifat satu arah.

 Stimuli Alat Indra Terbatas

Pada komunikasi massa stimuli alat indra bergantung pada jenis media massa. Pada surat kabar dan majalah, pembaca hanya melihat. Pada radio siaran dan rekaman auditif, khalayak hanya mendengar, sedangkan pada media televisi dan film, kita menggunakan indra penglihatan dan pendengaran.

 Umpan Balik Tertunda (Delayed) dan Tidak Langsung (Indirect)

Dalam proses komunikasi massa, umpan balik bersifat tidak langsung (indirect) dan tertunda (delayed). Artinya, komunikator komunikasi massa tidak dapat segera mengetahui bagaimana reaksi khalayak terhadap pesan yang disampaikannya. Tanggapan khalayak bisa diterima lewat telepon, e-mail, atau surat pembaca. Proses tersebut menngambarkan bahwasannya penyampaian umpan balik tersebut indirect dan delayed.


(61)

Dari paparan diatas, maka tidak heran jika komunikasi melalui media massa dapat menembus setiap kehidupan individu. Seorang individu mendengarkan radio siaran ketika mengendarai mobil atau tinggal di rumah, membaca surat kabar pada pagi hari dan sore hari, dan menonton televise pada malam hari. Selain itu, komunikasi massa juga memiliki fungsi tersendiri bagi kehidupan masyarakat. Fungsi tersebut antara lain :

a. Surveillance (Pengawasan) b. Interpretation (Penafsiran) c. Linkage (Pertalian)

d. Transmission of Values (Penyebaran nilai-nilai) e. Entertaiment (Hiburan)

(Elvinaro, 2007:2)

Fungsi-fungsi tersebutlah yang menjadi acuan bagi media massa dalam melakukan kegiatan komunikasinya melalui media. Fungsi tersebut jugalah yang menjadi daya tarik tersendiri bagi masyarakat untuk senantiasa mengkonsumsi informasi melalui media massa.


(62)

2.3 Tinjauan tentang Dramaturgi dan Impression Management

Pernyataan paling terkenal Goffman tentang teori dramaturgi berupa buku Presentation of Self in Everyday Life, diterbitkan tahun 1959. Secara ringkas dramaturgi merupakan pandangan tentang kehidupan sosial sebagai serentetan pertunjukan drama dalam sebuah pentas. Istilah Dramaturgi kental dengan pengaruh drama atau teater atau pertunjukan fiksi diatas panggung dimana seorang aktor memainkan karakter manusia-manusia yang lain sehingga penonton dapat memperoleh gambaran kehidupan dari tokoh tersebut dan mampu mengikuti alur cerita dari drama yang disajikan.

Dalam Dramaturgi terdiri dari Front stage (panggung depan) danBack Stage (panggung belakang).

Front Stage yaitu bagian pertunjukan yang berfungsi mendefinisikan

situasi penyaksi pertunjukan. Front stage terdiri dari, Front

Personal yaitu berbagai macam perlengkapan sebagai pembahasa perasaan dari sang aktor. Front personal masih terbagi menjadi dua bagian, yaitu Penampilan (Appearance) yang terdiri dari berbagai jenis barang yang mengenalkan status sosial aktor. Dan Gaya (Manner) yang berarti mengenalkan peran macam apa yang dimainkan aktor dalam situasi tertentu.


(63)

Back stage (panggung belakang) yaitu ruang dimana disitulah

berjalan skenario pertunjukan oleh “tim” (masyarakat rahasia yang mengatur pementasan masing-masing aktor)

Goffman mendalami dramaturgi dari segi sosiologi dengan cara menggali segala macam perilaku interaksi yang dilakukan seseorang dalam pertunjukan kehidupannya sehari-hari yang menampilkan dirinya sendiri dalam cara yang sama dengan cara seorang aktor menampilkan karakter orang lain dalam sebuah pertunjukan drama. Cara yang sama ini berarti mengacu kepada kesamaan yang berarti ada pertunjukan yang ditampilkan. Goffman mengacu pada pertunjukan sosiologi. Pertunjukan yang terjadi di masyarakat untuk memberi kesan yang baik untuk mencapai tujuan. Tujuan dari presentasi diri dari Goffman ini adalah penerimaan penonton akan manipulasi yang dilakukan. Bila seorang aktor berhasil, maka penonton akan melihat aktor sesuai sudut yang memang ingin diperlihatkan oleh aktor tersebut. Aktor akan semakin mudah untuk membawa penonton untuk mencapai tujuan dari pertunjukan tersebut. Ini dapat dikatakan sebagai bentuk lain dari komunikasi. Karena komunikasi sebenarnya adalah alat untuk mencapai tujuan. Bila dalam komunikasi konvensional manusia berbicara tentang bagaimana memaksimalkan indera verbal dan non-verbal untuk mencapai tujuan akhir komunikasi, agar orang lain mengikuti kemauan tersebut. Maka dalam dramaturgi, yang diperhitungkan adalah konsep menyeluruh bagaimana kita


(64)

menghayati peran sehingga dapat memberikan feedback sesuai yang kita mau.

Hal lain yang patut diperhatikan antara lain, dramatugi mempelajari konteks dari perilaku manusia dalam mencapai tujuannya dan bukan untuk mempelajari hasil dari perilakunya tersebut. Dramaturgi memahami bahwa dalam interaksi antar manusia ada “kesepakatan” perilaku yang disetujui yang dapat mengantarkan kepada tujuan akhir dari maksud interaksi sosial tersebut. Bermain peran merupakan salah satu alat yang dapat mengacu kepada tercapainya kesepakatan tersebut.

Dalam teori Dramatugis menjelaskan bahwa identitas manusia adalah tidak stabil dan merupakan setiap identitas tersebut merupakan bagian kejiwaan psikologi yang mandiri. Identitas manusia bisa saja berubah-ubah tergantung dari interaksi dengan orang lain. Disinilah dramaturgi masuk, bagaimana seseorang menguasai interaksi tersebut. Dalam dramaturgi, interaksi sosial dimaknai sama dengan pertunjukan teater. Manusia adalah aktor yang berusaha untuk menggabungkan karakteristik personal dan tujuan kepada orang lain melalui “pertunjukan

dramanya sendiri”. Dalam mencapai tujuannya tersebut, menurut konsep

dramaturgi, manusia akan mengembangkan perilaku-perilaku yang mendukung perannya tersebut. Selayaknya pertunjukan drama, seorang aktor drama kehidupan juga harus mempersiapkan kelengkapan pertunjukan. Kelengkapan ini antara lain memperhitungkan setting,


(65)

kostum, penggunakan kata (dialog) dan tindakan non verbal lain, hal ini tentunya bertujuan untuk meninggalkan kesan yang baik pada lawan interaksi dan memuluskan jalan mencapai tujuan. Oleh Goffman, tindakan diatas disebut dalam istilah “impression management”.

Dalam buku “Psikologi Komunikasi” yang ditulis oleh Jalaluddin

Rakhmat mengatakan, bahwa impression management atau pengelolaan

kesan merupakan suatu usaha untuk menimbulkan kesan tertentu terhadap seorang individu.

Selain itu, Goffman juga melihat bahwa ada perbedaan akting yang besar saat aktor berada di atas panggung (“front stage”) dan di belakang panggung (“back stage”) drama kehidupan. Kondisi akting di front stage adalah adanya penonton (yang melihat) dan seseorang tersebut sedang berada dalam bagian pertunjukan. Saat itu seseorang berusaha untuk memainkan peran sebaik-baiknya agar penonton memahami tujuan dari perilakunya. Perilaku tersebut dibatasi oleh oleh konsep-konsep drama yang bertujuan untuk membuat drama yang berhasil. Sedangkan back stage adalah keadaan dimana seseorang berada di belakang panggung dengan kondisi bahwa tidak ada penonton, sehingga dapat berperilaku bebas tanpa mempedulikan plot perilaku bagaimana yang harus dibawakan.


(1)

Rakhmat, Jalaluddin. 2008. Psikologi Komunikasi. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.

Spradley, James. A. 2006. Metode Etnografi. Terjemahan Mizbah Zulfa Elizabeth. Yogyakarta : Tiara Wacana.

Yudo Triartanto, A Ius. 2010. Broadcasting Radio. Yogyakarta : Pustaka Book Publisher

SUMBER INTERNET

Description Goffman Impression Management : www.12manage.com Teknik Analisa Data Kuantitatif dan Kualitatif :

www.tizarrahmawan.wordpress.com

Beberapa Syarat Menjadi Seorang Penyiar : www.mysbcfm.co.cc Dramaturgical Perspective : www.wikiepedia.org

Selayang Teknik Analisa Data Kuantitatif dan Kualitatif : www.tizarrahmawan.wordpress.com

Impression Management:

http://impression management/pengelolaan-kesan-impression-management.html

Daftar Stasiun Radio di Indonesia : www.wikiepedia.org

KARYA ILMIAH

Siti Zakiah, Sarah. 2011. Komunikasi Remaja Broken Home (Studi Fenomenologi Komunikasi Remaja Broken Home Dengan Orang Tuanya di Kota Bandung). Bandung : Universitas Komputer Indonesia.

Yolanda, Uci. 2010. Strategi Promosi Taman Mini “Indonesia Indah” (TMII) Jakarta dalam Rangka Meningkatkan Kunjungan Wisata ke TMII. Bandung : Universitas Komputer Indonesia.


(2)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. IDENTITAS DIRI

Nama : Helmi Riza Faisal Fatahillah

Nama Kecil : Ami

Tempat, Tanggal Lahir : Bandung, 25 Februari 1989 Jenis Kelamin : Laki-laki

Status : Mahasiswa

Agama : Islam

Hobi : Mendengarkan musik, & menonton. Alamat : Griya Cigadung Baru B4. Cigadung

Bandung

No Hp : 081 323 88 2332


(3)

II. PENDIDIKAN FORMAL

1. 1994-1995 : TK. RA –Almuta’alim Batujajar

(Berijazah)

2. 1995-2001 : SD. Negeri Galanggang IV

(Berijazah)

3. 2001-2004 : SLTP Negeri I Batujajar

(Berijazah)

4. 2004-2007 : SMA Negeri I Batujajar

(Berijazah)

5. 2007-sekarang : Mahasiswa semester VII Program

Study Ilmu Komunikasi (konsentrasi Ilmu humas) di Universitas Komputer Indonesia.

III.PELATIHAN, SEMINAR ATAU WORKSHOP

1. 2007 : Peserta Work Shop Sehari “Gen Asik

1 Day 4 The

Future” tentang Sutradara dan

Membuat Film bersama Mira Lesmana. Di Hotel Savoy Homan, Bandung. (bersertifikat).


(4)

2. 2008 : Peserta Pelatihan “Table Manner” di

Hotel Jayakarta, Bandung.

(bersertifikat).

3. 2008 : Peserta Pelatihan “Personal

Development & Brain Management, di Auditorium UNIKOM, Bandung (bersertifikat)

4. 2008 : Peserta Pelatihan “Master Of

Ceremony” di

Auditorium UNIKOM, Bandung (bersertifikat).

5. 2008 : Peserta Pelatihan “Protokoler

Angkatan – 1” di

Ruang Seminar UNIKOM, Bandung (bersertifikat).

6. 2008 : Peserta Mentoring “Agama Islam” di

Auditorium UNIKOM, Bandung

(bersertifikat).

7. 2008 : Pembicara di Pelatihan “Public

Speaking OSIS SMA Negeri I Batujajar” di Auditorium SMAN I Batujajar, Bandung Barat (tidak bersertifikat).

8. 2009 : Peserta Pelatihan “Melejitkan

Potensi dan Pengembangan Diri” di Auditorium UNIKOM, Bandung (bersertifikat).

9. 2009 : Peserta “Seminar Jurnalistik Metro

TV” di Sasana Budaya Ganesha, Bandung (bersertifikat).


(5)

10.2009 :Peserta “Workshop Modern Strategic

Public Relations” di Auditorium

Universitas Padjajaran, Bandung

(bersertifikat).

11.2009 : Peserta “Workshop Penyiaran Radio”

di Auditorium UNIKOM, Bandung (bersertifikat).

12. 2009 : Peserta “Study Tour Mass Media

2009” di Media

Indonesia dan Lembaga Sensor Film, Jakarta (bersertifikat).

13. 2009 : Peserta “Kuliah Umum Kebudayaan

Film dan Sensor Film” di Auditorium UNIKOM, Bandung (bersertifikat).

14. 2009 : Peserta “Pelatihan Penyiaran Radio

dan TV Presenter” oleh Eko Junor (Praktisi Handal di bidang Media) di

Vue Palace Hotel, Bandung

(bersertifikat).

15. 2009 : Peserta “Seminar Sosialisasi

Penyakit Thalasemia” di Universitas

Padjajaran Bandung.

*Dan peserta berbagai pelatihan yang diselenggarakan oleh Program study maupun Universitas.


(6)

IV.PRESTASI AKADEMIK

1. 2008. Peraih IP tertinggi di semester II (genap) dengan angka 4.00

2. 2009. Peraih Beasiswa Peningkatan Prestasi Akademik

dari Rektor UNIKOM.

3. 2010. Peraih Beasiswa Bantuan Belajar Mahasiswa

UNIKOM

V. PRESTASI NON AKADEMIK

1. 2005. Juara I lomba presenter tingkat SMA se-Bandung

Raya, di PUSDAI JABAR (trophy).

2. 2005. Semifinalis terbaik “Bintang Akting 2 2005” Inter Model Management, di Jakarta (trophy dan piagam).

3. 2009. Juara II lomba presenter bahasa Sunda se – Jawa

Barat, diselenggarakan oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Jawa Barat di Bandung TV (trophy dan piagam penghargaan dari Bandung TV serta Kepala DISPARBUD)

4. 2009. Juara I lomba ngoceh antar penyiar radio

se-Bandung Raya, di Be Mall se-Bandung (trophy dan piagam penghargaan).

5. 2009. Juara II lomba debat se-FISIP UNIKOM, di ruang