Peranan Penerangan Lanud Husein Satranegara Dalam Membentuk Citra Positif Tentara Nasional Indonesia Angkatan Udara

(1)

iv

form Positive Image of Tentara Nasional Indonesia Air Force

Written by: Radita Amalia Indriana

43307002 Guided by:

Sangra Juliano Prakasa, S.I.Kom

The aim of this research was to determine The Role of Lanud Husein Sastranegara Airport Information Department to form positive image of Tentara Nasional Indonesia Air Force using messages, media, and activities.

The approach used in this study was qualitative approach, and the method was descriptive method, the data collection technique was interview, library research, and internet searching and browsing. The subject of this research was the three members of Lanud Husein Sastranegara Airport Information Department. Researcher chose those members as informants by using total sampling techniques.

The result of this research is the messages conveyed by Lanud Husein Sastranegara Airport Information Department are in the form of Informative and Persuasive Messages. The media used are announcement board, through printed and electronic media, telephone and internet. The activities done in Lanud Husein Sastranegara Airport Information Department include all activities which were held in Lanud Husein Sastranegara Airport and the documentations of it based on Indonesia Air Force policies and interests.

From the research result, researcher has concluded that the role of Laud Husein Sastranegara Airport Information Department to form positive image of Tentara Nasional Indonesia Air Force is very important because they have to convey the information correctly and professionally; and also to give a sympathetic response due to the information which is regarded harmful for Indonesia Air Force positive image.

Researcher has suggested that it will be more suitable if the term Information Department changed into Public Relations which has a broader definition, aims, and purposes than Information Department. For example is The Police Headquarter Public Relation Department.


(2)

iii

ANGKATAN UDARA

Oleh :

Radita Amalia Indriana NIM : 43307002 Di bawah Bimbingan : Sangra Juliano Prakasa, S.I.Kom

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Peranan Penerangan Lanud Husein Sastranegara Dalam Membentuk Citra Positif Tentara Nasional Indonesia Angkatan Udara melalui pesan, media, dan kegiatan yang dilakukan.

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif dan metode yang digunakan adalah deskriptif, teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti adalah dengan wawancara, studi pustaka, dan penelusuran internet searching. Subyek dalam penelitian ini adalah Penerangan Lanud Husein Satranegara dan obyek penelitiannya adalah anggota Penerangan Lanud Husein Sastranegara yang berjumlah 3 orang. Peneliti memilih ketiga anggota tersebut sebagai informan dari penelitian ini dengan menggunakan teknik total sampling. Hasil penelitian adalah Pesan yang disampaikan oleh Penerangan Lanud Husein Sastranegara berupa pesan Informatif dan Persuasif. Media yang digunakan adalah papan pengumuman, melalui media cetak dan elektronik, telepon dan internet. Kegiatan yang dilakukan oleh Penerangan Lanud Husein Sastranegara adalah meliput seluruh kegiatan yang dilaksanakan di Lanud Husein Sastranegara dan mendokumentasikannya sesuai kebijakan dan kepentingan TNI Angkatan Udara.

Dari hasil tersebut, peneliti dapat menyimpulkan bahwa peranan Penerangan Lanud Husein Sastranegara dalam membentuk citra positif TNI Angkatan Udara sangatlah penting karena bertugas menyampaikan informasi secara benar dan profesional, serta memberikan tanggapan yang simpatik manakala ada suatu informasi yang dianggap merugikan citra positif TNI AU.

Saran yang peneliti sampaikan adalah alangkah baiknya istilah Penerangan akan lebih cocok menggunakan kata kehumasan yang mempunyai arti, maksud dan tujuan yang lebih luas. Contohnya seperti Humas Mabes Polri.


(3)

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Angkatan Udara merupakan bagian integral dari Tentara Nasional Indonesia sebagai Tentara Rakyat, Tentara Pejuang, Tentara Nasional dan Tentara Profesional yang bertugas menegakkan kedaulatan negara, mempertahankan keutuhan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, serta melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia dari ancaman serta gangguan terhadap keutuhan NKRI.

Sejak berdirinya TNI AU dengan alat utama sistim senjata yang dimiliki disamping melaksanakan operasi militer untuk perang, TNI Angkatan Udara juga melaksanakan operasi militer selain perang yaitu operasi bhakti dan tugas-tugas kemanusiaan. Semua yang diupayakan dan diusahakan TNI Angkatan Udara, tidak lain adalah guna mewujudkan angkatan udara yang handal dan mampu menghadapi setiap ancaman yang membahayakan keutuhan dan kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Dalam usia yang genap 60 tahun hari ini, Angkatan Udara mengalami pahit-manis dan suka-duka dalam perjalanan pengabdian yang tidak selalu melewati jalan bebas hambatan, tapi terkadang melalui jalan yang licin dan berliku, yang kesemuanya itu dijadikan sebagai modal berharga untuk perjalanan selanjutnya.

Angkatan Udara yang bercirikan alat utama sistem senjata yang “padat materil berbobot teknologi” mengalami pasang surut kekuatan dan kemampuan


(4)

mengikuti irama langkah perjalanan bangsa Indonesia dengan puncak kejayaan yang dicapai pada era 60-an, menjadi kekuatan yang disegani di belahan bumi selatan, bahkan menjadi penopang diplomasi memperjuangkan kepentingan nasional masa itu.

Penguasaan teknologi kedirgantaraan pun dapat dibuktikan Angkatan Udara melalui kepeloporan membangun dan mengembangkan industri pesawat terbang yang dalam perkembangan selanjutnya dikelola pemerintah, dan sekarang dikenal dengan nama PT. Dirgantara Indonesia serta lembaga peroketan yang kini dikembangkan oleh Lembaga Pemerintah Non Departemen. Sejak tahun 70-an kekuatan Angkatan Udara memang tidak sejaya dasawarsa sebelumnya, namun tetap dapat mengikuti perkembangan teknologi kedirgantaraan yang bergerak maju, sehingga mampu terus berperan menjaga kedaulatan negara dan kehormatan bangsa di/dan melalui udara.

TNI Angkatan Udara sebagai ujung tombak kedaulatan bangsa harus senantiasa menjaga kesiapan Alutsista dan SDM agar dapat mencegah setiap ancaman. Akan tetapi di Era Reformasi saat ini banyak timbul ketidak percayaan rakyat akan kinerja TNI Angkatan Udara dalam menjaga kedaulatan Negara.

Pada Era Reformasi saat itu, TNI berada dalam posisi yang sangat sulit. Dwi Fungsi ABRI dijalankan waktu itu, telah menempatkan TNI sebagai tumpuhan kesalahan. Citra institusi TNI dimata masyarakat pun sangat negative, semua yang diperbuat dan dikerjakan TNI oleh masyarakat selalu saja dianggap salah. TNI dinilai sebagai biang kesalahan dan kebobrokan Negara. Kondisi ini telah menempatkan TNI pada posisi titik nadir dalam lembaran sejarahnya. Padahal,


(5)

saat kelahirannya pada masa-masa perjuangan fisik merebut dan mempertahankan kemerdekaan tahun 1945, citra TNI begitu positif, dimana setiap kehadiran TNI senantiasa dielu-elukan rakyat.

Alutsista yang sudah berusia tua, Manajemen SDM yang belum maksimal menimbulkan pertanyaan besar, apakah TNI Angkatan Udara mampu mengatasi setiap ancaman yang datang baik dari dalam maupun dari luar.

Adapun yang menjadi objek penelitian dalam penelitian Tugas Akhir ini adalah Lanud Husein Sastranegara yang merupakan salah satu landasan udara yang dimiliki oleh TNI Angkatan Udara. TNI Angkatan Udara merupakan bagian integral dari Tentara Nasional Indonesia yang bertugas menegakan kedaulatan Negara, mempertahankan keutuhan wilayah NKRI berdasarkan Pancasila dan UUD 1945, serta melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia dari ancaman serta gangguan terhadap keutuhan NKRI.

Lanud Husein Sastranegara sebagai salah satu komponen Alutsista harus menjaga tingkat kesiapannya untuk mendukung setiap operasi yang akan dilaksanakan oleh TNI Angkatan Udara. Berangkat dari kondisi tersebut, Lanud Husein Sastranegara menyadari perlu adanya perubahan yang dilakukan dalam tubuh TNI khususnya TNI Angkatan Udara. Disisi lain, upaya membangun citra yang dilaksanakan para pejabat Humas TNI sebagai ujung tombak, mulai mampu mendongkrak citra TNI. Selain sebagai salah satu komponen Alutsista, Lanud Husein Sastranegara juga berperan penting bagi pembentukan citra positif bagi TNI Angkatan Udara.


(6)

Dalam sebuah organisasi khususnya di lingkup pemerintahan daerah, humas memegang peranan yang sangat penting dan strategis. Selain itu, sebagai sebuah kegiatan komunikasi, humas juga berfungsi sebagai jembatan untuk membangun suasana yang kondusif dalam kerangka ‘win-win solutions’, antar berbagai stakeholders organisasi, baik internal maupun eksternal dalam rangka membangun image atau citra dari organisasi pemerintah itu sendiri.

Keinginan sebuah organisasi untuk mempunyai citra yang baik pada public sasaran berawal dari pengertian yang tepat mengenai citra sebagai stimulus adanya pengelolaan upaya yang perlu dilaksanakan. Menurut Rhenald Kasali citra perusahaan yang baik dimaksudkan agar perusahaan dapat terus mengembangkan kreativitas bahkan memberikan manfaat yang lebih berarti bagi orang lain (Rhenald, 2002:30).

Namun, pemahaman sebagian masyarakat terhadap sebuah profesi kehumasan masih cenderung menginterprestasikan dan mempraktekkan humas sebatas apa yang dilihat dan didengarnya tetapi bukan berdasarkan apa yang dipelajari, didalam dan ditekuni. Akibat dari kekeliruan pemahaman tersebut, maka bila kita membicarakan tentang profesi humas, kebanyakan orang masih menyamakan dengan tukang photo, tukang spanduk, urusan wartawan, pembuatan press release, urusan brosur atau bahkan semacam quest relations.

Humas dalam suatu organisasi / perusahaan memiliki peranan yang sangat penting, dan benar–benar kompleks. Dikatakan sangat penting karena tanpa humas, terutama humas yang efektif, suatu organisasi / perusahaan akan sangat kesulitan dalam menjalin hubungan dan komunikasi yang sempurna dengan para


(7)

publiknya. Mengapa dikatakan demikian, karena yang memiliki pengetahuan mendalam mengenai hal tersebut adalah para praktisi humas / public relations. Sehingga tanpa mereka, tanpa melaksanakan fungsi humas, maka organisasi akan merasa sangat kesulitan, karena tidak punya program kerja yang jelas sehubungan dengan hal tersebut.

Kemudian menjadi sangat kompleks karena selain menjaga citra dan nama baik suatu organisasi, humas juga berkewajiban untuk menjaga hubungan yang baik dengan pihak-pihak yang terkait, antara lain dengan para karyawan / anggota kelompok, keluarga karyawan, pemerintah, media, komunitas, dan lain sebagainya. Tujuannya agar tercipta hubungan yang harmonis, sehingga timbul rasa saling pengertian antara suatu organisasi dengan publiknya.

Organisasi atau perusahaan yang memiliki humas yang aktif cenderung dapat berkembang dengan sangat baik dan pesat dalam dunia keorganisasian, dibandingkan dengan organisasi atau perusahaan yang tidak memiliki humas sebagai bagian dari managementnya. Humas disini bukan dalam arti yang sempit, melainkan dalam arti yang luas, yaitu suatu organisasi mungkin saja tidak memiliki lembaga humas secara khusus, namun tetap menjalankan tugas dan fungsi humasnya. Namun lebih sempurna lagi apabila di dalam suatu organisasi atau perusahaan memiliki humas yang telah melembaga (state of being), karena akan lebih focus dan sistematis dalam menjalankan tugas dan fungsinya. Selain kegunaan dan fungsi yang tersebut di atas, humas juga dapat berfungsi sebagai pihak yang dapat mengakrabkan dan menghubungkan antara suatu organisasi dengan publiknya (internal dan eksternal). Mengingat suatu organisasi memiliki


(8)

unsur–unsur yang sangat kompleks, antara lain harus menjaga hubungan baik dengan para publiknya, maka organisasi tersebut harus menjalankan fungsi humas di dalamnya, atau bahkan mempekerjakan praktisi humas untuk menangani hal tersebut.

Dari latar belakang di atas peneliti berharap penelitian ini dapat menjawab masalah tentang “Bagaimana Peranan Penerangan Lanud Husein Sastranegara dalam Membentuk Citra Positif TNI Angkatan Udara?”

1.2Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka peneliti mengidentifikasikan masalah yang akan dibahas sebagai berikut:

1. Bagaimana pesan yang disampaikan Penerangan Lanud Husein Sastranegara dalam Membentuk Citra Positif TNI Angkatan Udara?

2. Bagaimana media yang digunakan Penerangan Lanud Husein Sastranegara dalam Membentuk Citra Positif TNI Angkatan Udara?

3. Bagaimana kegiatan yang dilakukan Penerangan Lanud Husein Sastranegara dalam Membentuk Citra Positif TNI Angkatan Udara?

4. Bagaimana peranan Penerangan Lanud Husein Sastranegara dalam Membentuk Citra Positif TNI Angkatan Udara?


(9)

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1 Maksud Penelitian

Maksud dari penelitian ini adalah untuk mengetahui Peranan Penerangan Lanud Husein Sastranegara Dalam Membentuk Citra Positif TNI Angkatan Udara.

1.3.2 Tujuan Penelitian

Agar penelitian ini mencapai hasil yang optimal maka terlebih dahulu perlu merumuskan tujuan terarah dari penelitian ini. Adanya tujuan dari penelitian adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui pesan yang disampaikan Penerangan Lanud Husein Sastranegara dalam Membentuk Citra Positif TNI Angkatan Udara. 2. Untuk mengetahui media yang digunakan Penerangan Lanud Husein

Sastranegara dalam Membentuk Citra Positif TNI Angkatan Udara. 3. Untuk mengetahui kegiatan yang dilakukan Penerangan Lanud Husein

Sastranegara dalam Membentuk Citra Positif TNI Angkatan Udara. 4. Untuk mengetahui peranan Penerangan Lanud Husein Sastranegara

dalam Membentuk Citra Positif TNI Angkatan Udara.

1.4 Kegunaan Penelitian 1.4.1 Kegunaan Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan di bidang kehumasan mengenai peran seorang humas dalam membentuk citra positif perusahaannya, dan juga sebagai sarana untuk menambah wawasan


(10)

dan mengembangkan ilmu dalam mengaplikasi kemampuan yang di dapat secara teori dalam perkuliahan.

1.4.2 Kegunaan Praktis

1. Kegunaan Bagi Peneliti :

Penelitian ini diharapkan dapat membuat peneliti lebih menguasai materi peranan Humas lebih mendalam, khususnya tentang peranan kehumasan dalam membentuk citra yang positif dan diharapkan dapat menambah pengalaman bagi peneliti dalam kerja seorang Humas dalam suatu perusahaan.

2. Kegunaan Bagi Lanud Husein Sastranegara :

Hasil penelitian yang telah dilakukan oleh penulis ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan masukan untuk perusahaan atau instansi yang bersangkutan, dalam hal ini Penerangan Lanud Husein Sastranegara. Diharapkan juga hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan kepada keluarga besar Lanud Husein Sastranegara yang ingin mengetahui lebih banyak lagi mengenai seluk beluk profesi humas, khususnya di Penerangan Lanud Husein Sastranegara berkaitan dengan Peranan Penerangan Lanud Husein Sastranegara dalam membentuk citra positif TNI Angkatan Udara.


(11)

1.5 Kerangka Pemikiran 1.5.1 Kerangka Teoritis

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Peranan adalah “tindakan yang dilakukan oleh seseorang dalam suatu peristiwa” (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2002:75). Peranan adalah tingkah laku yang diharapkan dari orang yang memiliki kedudukan atau status. Sedangkan peranan menurut Rhenald Khasali adalah “untuk mencapai tujuan yang diinginkan perlu membuat kegiatan, apa pesanya, dan media apa yang digunakan”. (Khasali, 2006:31)

Menurut Onong Uchjana Effendy dalam bukuanya yang berjudul Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek :

“Istilah hubungan masyarakat yang disingkat “humas” sebagai terjemahan dari istilah public relations. Public dari public relations adalah orang-orang yang mempunyai kaitan kepentingan dengan suatu organisasi yang melancarkan kegiatan public relations itu, maka public di klasifikasikan menjadi internal public yang jelas yang mempunyai kepentingan dengan organisasi dan eksternal public, yaitu orang-orang diluar organisasi yang jelas-jelas mempunyai kaitan kepentingan dan yang diharapkan memiliki kaitan kepentingan.” (Effendy, 2009:131)

Jika hubungan masyarakat memang terjemahan dari public relations, maka ciri-ciri hakiki public relations harus ada pada hubungan masyarakat dan dilaksanakan oleh kepala humas beserta stafnya. Adapun ciri-cirinya sebagai berikut :


(12)

1. Komunikasi yang dilancarkan berlangsung dua arah secara timbal-balik.

2. Kegiatan yang dilakukan terdiri dari penyebaran informasi, penggiatan persuasi, dan pengkajian pendapat umum.

3. Tujuan yang hendak dicapai adalah tujuan organisasi tempat humas menginduk.

4. Sasaran yang dituju adalah khalayak didalam organisasi dan khalayak diluar organisasi.

5. Efek yang diharapkan adalah terbinanya hubungan yang harmonis antara organisasi dan khalayak.

Selain itu untuk meningkatkan kemampuan Humas tentang teknik-teknik membangun citra, serta meningkatkan kemampuan Humas tentang media relations sebagai salah satu pendukung upaya membangun citra.

Menurut Soemirat dan Ardianto bahwa citra adalah kesan yang diperoleh seseorang berdasarkan pengetahuan dan pengertiannya tentang fakta-fakta atau kenyataan. Untuk mengetahui citra seseorang terhadap suatu obyek dapat diketahui dari sikapnya terhadap obyek tersebut (Soemirat dan Ardianto, 2002:111).

1.5.2 Kerangka Konseptual

Dalam uraian tentang peranan, fungsi serta tugas seorang Humas dalam membentuk citra positif perusahaan, penulis mengaplikasikan kedalam penelitian ini.

Mengutip dari penelitian sebelumnya “untuk mencapai tujuan yang diinginkan perlu membuat kegiatan, apa pesanya dan media apa yang


(13)

digunakan”. Dalam hal ini, Penerangan Lanud Husein Sastranegara selaku komunikator menyusun isi pesan berupa informasi sehubungan dengan peristiwa Angkatan Udara. Pesan tersebut kemudian disalurkan melalui media massa dengan tujuan penerangan kepada masyarakat luas. Dalam menjalankan fungsi mediator, dibutuhkan petugas humas yang piawai dalam pelaksanaan tugasnya. Dalam prakteknya, Penerangan selaku humas dari Lanud Husein Sastranegara berusaha semaksimal mungkin untuk menciptakan citra positif TNI Angkatan Udara dengan dasar menghormati kepentingan semua pihak tanpa terkecuali.

Ruang lingkup kegiatan humas seperti dikemukakan dalam teori mencakup internal dan eksternal. Hal itu juga dilaksanakan oleh Penerangan Lanud Husein Sastranegara. Segala bentuk kegiatan komunikasi Angkatan Udara mencakup internal (prajurit dan seluruh keluarga besar TNI Angkatan Udara) dan eksternal (media, organisasi pemerintah dan non-pemerintah, serta masyarakat luas).

Penerangan Lanud Husein Sastranegara juga mengembangkan kegiatan media relations, yaitu menjalin hubungan baik dengan media massa melalui pelayanan informasi professional. Bentuk kegiatan ini sangat dijunjung tinggi oleh Penerangan karena badan ini menyadari bahwa media merupakan alat penting penghubung arus informasi/berita dari Angkatan Udara ke masyarakat luas. Selain itu, berperan aktif dalam menjaga dan memelihara hubungan baik dengan organisasi non-pemerintah dan komunitas dalam keluarga besar TNI Angkatan Udara.


(14)

Penerangan Lanud Husein Sastranegara yang bertugas membina dan menyelenggarakan fungsi penerangan TNI Angkatan Udara secara terpadu dan berlanjut meliputi pengolahan informasi menjadi bahan penerangan kepada masyarakat umum dan keluarga besar TNI Angkatan Udara untuk mendukung tugas TNI Angkatan Udara, karena merupakan salah satu komponen alutsista yang siap untuk mendukung setiap operasi yang akan dilaksanakan. Sesuai dengan fungsinya Penerangan Lanud Husein Sastranegara dalam membentuk citra positif TNI Angkatan Udara sudah menjalankan tugasnya dengan baik.

1.6Pertanyaan Penelitian

Pada dasarnya, manusia selalu ingin tahu dan ini mendorong manusia untuk bertanya dan mencari jawaban atas pertanyaan itu. Salah satu cara untuk mencari jawaban adalah dengan mengadakan penelitian.

Pengertian penelitian sering dicampuradukkan dengan: pengumpulan data atau informasi, studi pustaka, kajian dokumentasi, penulisan makalah, perubahan kecil pada suatu produk, dan sebagainya.

Pengertian penelitian yang disarankan oleh Leedy (1997: 3) sebagai berikut: Penelitian (riset) adalah proses yang sistematis meliputi pengumpulan dan analisis informasi (data) dalam rangka meningkatkan pengertian kita tentang fenomena yang kita minati atau menjadi perhatian kita.

Penelitian ini menggunakan pertanyaan-pertanyaan penelitian yang bertujuan dapat memberikan sebuah arahan pada penelitian, sebagai berikut :


(15)

a. Bagaimana pesan yang disampaikan Penerangan Lanud Husein Sastranegara dalam Membentuk Citra Positif TNI Angkatan Udara?

1) Pesan apa yang disampaikan Penerangan Lanud Husein Sastranegara dalam membentuk citra positif TNI Angkatan Udara? 2) Apakah sifat pesan tersebut? Informatif atau persuasif?

3) Bagaimana teknik penyampaian pesan yang digunakan? 4) Siapa yang membuat pesan tersebut?

5) Apakah pesan tersebut mendapatkan respon yang positif?

b. Bagaimana media yang digunakan Penerangan Lanud Husein Sastranegara dalam Membentuk Citra Positif TNI Angkatan Udara?

6) Apa saja media yang digunakan? 7) Siapa yang merancang media tersebut? 8) Mengapa media ini perlu dibuat?

9) Apakah media yang digunakan sudah tepat?

10)Mengapa menggunakan media tersebut, apa alasan memilih media tersebut?

11)Dimana media tersebut diletakan?

c. Bagaimana kegiatan yang dilakukan Penerangan Lanud Husein Sastranegara dalam Membentuk Citra Positif TNI Angkatan Udara?

12)Apa saja kegiatan yang dilakukan?

13)Siapa saja yang terlibat dalam kegiatan tersebut? 14)Seberapa sering kegiatan tersebut dilakukan? 15)Dimana kegiatan tersebut dilakukan?


(16)

16)Apa tujuan dilakukan kegiatan tersebut? 17)Sejak kapan kegiatan tersebut dilakukan?

d. Bagaimana peranan Penerangan Lanud Husein Sastranegara dalam Membentuk Citra Positif TNI Angkatan Udara?

1.7Metode Penelitian

Metode yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif adalah suatu bentuk penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan fenomena-fenomena yang ada, baik fenomena alamiah maupun fenomena buatan manusia. Fenomena itu bisa berupa bentuk, aktivitas, karakteristik, perubahan, hubungan, kesamaan, dan perbedaan antara fenomena yang satu dengan fenomena lainnya (Sukmadinata, 2006:72). Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang berusaha mendeskripsikan dan menginterpretasikan sesuatu.

Furchan (2004:447) menjelaskan bahwa penelitian deskriptif adalah penelitian yang dirancang untuk memperoleh informasi tentang status suatu gejala saat penelitian dilakukan. Lebih lanjut dijelaskan, dalam penelitian deskriptif tidak ada perlakuan yang diberikan atau dikendalikan serta tidak ada uji hipotesis sebagaimana yang terdapat pada penelitian eksperiman.1

1.8Teknik Pengumpulan Data dan Analisis Data 1.8.1 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1


(17)

1. Wawancara

Wawancara merupakan teknik pengambilan data dimana peneliti langsung berdialog langsung dengan responden untuk menggali informasi dari responden.

Defenisi wawancara adalah “suatu proses komunikasi diadik rasional dengan tujuan yang serius dan ditetapkan terlebih dahulu yang dirancang untuk mempertukarkan perilaku dan melibatkan tanya jawab “atau singkatnya” suatu percakapan berdasarkan suatu maksud”. Namun definisi tersebut agak terbatas, karena wawancara membatasi wawancara dengan tujuan yang serius. Wawancara juga telah menjadi bentuk hiburan yang popular seperti disiarkan televise dan radio. (Stewart, 2000:40).

Wawancara dilakukan pada anggota Penerangan Lanud Husein Sastranegara yang berjumlah tiga orang yaitu kapentak, kaurpenpasum dan kaurpustak.

2. Studi Pustaka

Peneliti juga menggunakan teknik pengumpulan data studi pustaka yaitu dimana peneliti mencari data dengan cara menelusuri literatur-literatur (Buku, majalah, jurnal-jurnal ilmiah, dan lain-lain).

3. Internet Searching

Internet Searching merupakan salah satu metode pencarian dan pengumpulan data dan informasi dari alamat website tertentu yang dapat diletakkan (posting) oleh pengguna internet. (Wikipedia:2010).


(18)

1.8.2 Analisis Data

Analisis data merupakan kegiatan mengurai sesuatu sampai ke komponen-komponennya dan kemudian menelaah hubungan masing-masing komponen dengan keseluruhan konteks dari berbagai sudut pandang. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metodologi kualitatif dengan metode deskriptif. Data kualitatif dapat berupa kata-kata, baik yang diperoleh dari wawancara ataupun observasi. Karena penelitian ini merupakan kualitatif, sehingga pada tahap penganalisaan data, peneliti dituntut untuk mampu memberikan makna pada data.

1. Data yang dihasilkan adalah data yang didapat pada saat melakukan wawancara, data yang didapat dikumpulkan dan diolah.

2. Klasifikasi data, yakni proses penelitian. Pemusatan penelitian pada penyederhanaan data mentah dari catatan lapangan atau penelitian, membuat ringkasan, kualifikasi jawaban atau informan penelitian. Klasifikasi data ini digunakan agar peneliti benar-benar memilih data-data yang dianggap valid.

3. Proses akhir analisis data dan pembahasan yang didasarkan pada rujukan berbagai teori yang digunakan dimana didalamnya ditentukan suatu kepastian mengenai aspek teori dan kesesuaian dengan fakta hasil penelitian dilapangan.


(19)

1.9Subjek Penelitian dan Informan 1.9.1 Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah sesuatu, baik orang, benda ataupun lembaga (organisasi), yang sifat-keadaanya (“atribut”-nya) akan diteliti. Dengan kata lain subjek penelitian adalah sesuatu yang didalam dirinya melekat atau terkandung objek penelitian.

Subjek penelitian dalam penelitian ini berjumlah tiga orang yaitu kepala penerangan dan anggota-anggota penerangan Lanud Husein Sastranegara. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 1.1 Subjek Penelitian

No Nama Jabatan

1 Kapten Sus Asniwaty Kepala Penerangan dan Perpustakaan

2 Letda Sus Dhani Kusdani

Kepala Urusan Penerangan Pasukan dan Umum

3 Pns Wiharyana Kepala Urusan Pepustakaan Sumber : Catatan Peneliti Pada Saat Penelitian 2010

Berdasarkan tabel 1.1 diatas ketiga orang inilah yang akan dimintai keterangan dalam penelitian ini, karena dianggap yang paling mengetahui tentang Lanud Husein Sastranegara.


(20)

1.9.2 Informan

Pengertian informan adalah orang yang dianggap mengetahui dengan baik terhadap masalah yang diteliti dan bersedia untuk memberikan informasi kepada peneliti. Menurut HB Sutopo (2002:50) “Dalam penelitian kualitatif posisi nara sumber sangat penting, sebagai individu yang sangat penting”. Informan merupakan tumpuan pengumpulan data bagi peneliti dalam mengungkap permasalahan penelitian.

Lazimnya informan atau narasumber penelitian ini ada dalam penelitian yang subjek penelitiannya berupa “kasus” (satu kesatuan unit), antara lain yang berupa lembaga atau organisasi atau institusi (pranata) sosial. Diantara sekian banyak informan tersebut, ada yang disebut narasumber kunci (key informan) seseorang atau beberapa orang, yaitu orang atau orang-orang yang paling banyak menguasai informasi (paling banyak tahu) mengenai objek yang sedang diteliti.

Untuk memperoleh data penelitian yang mencerminkan keadaan subjek penelitian dan bisa menggambarkan (menjawab) apa yang menjadi tujuan dan permasalahan penelitian, peneliti memilih semua informan dalam penelitian ini dengan menggunakan teknik total sampling dan sesuai dengan tujuan penelitian. Informan dalam penelitian ini adalah anggota Penerangan Lanud Husein Sastranegara yang berjumlah 3 orang, karena yang paling mengetahui tentang Lanud Husein Sastranegara. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel dibawah ini :


(21)

Tabel 1.2 Informan Penelitian

No Nama Jabatan

1 Kapten Sus Asniwaty Kepala Penerangan dan Pepustakaan

2 Letda Sus Dhani Kusnadi

Kepala Urusan Penerangan Pasukan dan Umum

3 Pns Wiharyana Kepala Urusan Perpustakaan Sumber : Catatan Peneliti Pada Saat Penelitian 2010

Berdasarkan tabel 1.2 diatas, yang menjadi informan dalam penelitian ini adalah Kapten Sus Asniwaty dengan jabatan Kepala Penerangan dan Perpustakaan, Letda Sus Dhani Kusnadi dengan jabatan Kepala Urusan Penerangan Pasukan dan Umum, dan PNS Wiharyana dengan jabatan Kepala Urusan Perpustakaan.

1.10 Lokasi dan Waktu Penelitian 1.10.1 Lokasi

Dalam melakukan penelitian untuk mendapatkan data sebagai syarat penulisan Tugas Akhir ini, penulis memilih Pangkalan Udara TNI Angkatan Udara Husein Sastranegara yang berada di Jl. Padjajaran-Bandung.

Telp : 022-6037630 ext : 254 Fax : 022-6031680


(22)

1.10.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan dari bulan Oktober 2010 sampai dengan Februari 2011. Dapat dilihat pada tabel 1.3 dibawah ini :

Tabel 1.3 Waktu Penelitian

No Kegiatan Oktober November Desember Januari Februari 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 Pengajuan Judul

2 Pendahuluan 3 Pengajuan Bab 1-3 4 Pengumpulan Data 5 Penulisan Laporan 6 Bimbingan 7 Analisis Data

8 Pengajuan Bab IV, Bab V

9 Pendaftaran Sidang 10 Sidang TA

Sumber : Catatan Peneliti Pada Saat Penelitian 2010

Berdasarkan tabel 1.3 diatas, penelitian yang dilakukan oleh peneliti diawali dengan pengajuan judul pada bulan Oktober 2010 dan dilanjutkan dengan penulisan laporan. Penelitian ini berlangsung selama lima bulan dari bulan Oktober 2010 sampai dengan Februari 2011.


(23)

1.11 Sistematika

Sistematika penulisan yang digunakan peneliti adalah sebagai berikut : BAB I PENDAHULUAN

Pendahuluan terdiri dari latar belakang masalah, identifikasi masalah, maksud dan tujuan penelitian, kegunaan penelitian, kerangka pemikiran, pertanyaan penelitian, metode penelitian, teknik pengumpulan data dan analisis data, subjek penelitian dan informan, lokasi dan waktu penelitian.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Berisikan mengenai tinjauan tentang Humas, tinjauan tentang Peranan, tinjauan tentang Citra, tinjauan tentang Penerangan, tinjauan tentang Pesan, tinjauan tentang Media.

BAB III OBJEK PENELITIAN

Bab ini menjelaskan tentang sejarah lembaga, visi dan misi, tugas pokok dan fungsi, logo perusahaan, moto perusahaan, serta struktur organisasi.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini menjelaskan tentang hasil penelitian yang terdiri dari deskripsi informan, deskripsi hasil penelitian dan pembahasan.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Terdiri dari kesimpulan hasil penelitian maupun jawaban atas identifikasi yang telah ditentukan di awal dan juga saran yang ditunjukan pada dua pihak, yaitu pihak pemanfaatan penelitian dan kepada peneliti.


(24)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Tentang Humas 2.1.1 Defenisi Humas

Pada dasarnya, humas (hubungan masyarakat) merupakan bidang atau fungsi tertentu yang diperlukan oleh setiap organisasi, baik itu organisasi yang bersifat komersial (perusahaan) maupun organisasi yang nonkomersial. Mulai dari yayasan, perguruan tinggi, dinas militer, sampai dengan lembaga-lembaga pemerintah, bahkan pesantren pun memerlukan humas. Kebutuhan akan kehadirannya tidak bisa dicegah, terlepas dari kata menyukai atau tidak, karena humas merupakan salah satu elemen yang menentukan kelangsungan suatu organisasi secara positif. Arti penting humas sebagai sumber informasi terpecaya kian terasa pada era globalisasi dan banjir informasi seperti saat ini.

Humas, yang merupakan terjemahan bebas dari istilah public relations atau PR, kedua istilah ini akan dipakai secara bergantian, itu terdiri dari semua bentuk komunikasi yang terselenggara antara organisasi yang bersangkutan dengan siapa saja yang berkepentingan dengannya. Setiap orang juga pada dasarnya juga mengalami humas, kecuali jika ia adalah sejenis tarzan yang tidak pernah bertemu dan menjalin kontak dengan manusia lainnya. Istilah dasar ini acap kali kabur dan tidak semua orang memahaminya.

Karena begitu banyaknya definisi yang berkembang dari banyak tokoh, maka para praktisi public relations / humas yang berasal dari berbagai negara


(25)

di dunia, yang tergabung dalam “The International Public Relations Association” menarik kesimpulan mengenai definisi tersebut. Dimana definisi terebut diharapkan dapat diterapkan dan dipraktekkan secara bersama-sama. Defenisinya adalah sebagai berikut :

“Hubungan Masyarakat adalah fungsi manajemen dari sikap budi yang berencana dan berkesinambungan, yang dengan itu organisasi-organisasi dan lembaga-lembaga yang bersifat umum dan pribadi berupaya membina pengertian, simpati, dan dukungan dari mereka yang ada kaitannya atau yang mungkin ada hubungannya dengan jalan menilai pendapat umum diantara mereka, untuk mengorelasikan, sedapat mungkin, kebijaksanaan dan tata cara mereka, yang dengan informasi yang berencana dan tersebar luas, mencapai kerjasama yang lebih produktif dan pemenuhan kepentingan bersama yang lebih efisien”. Definisi yang dikemukakan oleh para ahli tersebut dapat dikatakan sebagai definisi yang lengkap, karena mengandung semua unsur / faktor yang memang sudah seharusnya ada dalam humas. (Anggoro, 2008:1-2)

2.1.2 Ciri Humas

Ciri adalah tanda yang khas untuk mengenal dan mengetahui. Fungsi atau dalam bahasa Inggris disebut dengan function, bersumber pada perkataan bahasa latin, function yang berarti penampilan, pembuatan pelaksanaan, atau kegiatan.

Dalam kaitannya dengan humas, maka humas dalam suatu organisasi dikatakan berfungsi apabila humas itu menunjukan kegiatan yang jelas, yang dapat dibedakan dari kegiatan lainnya. Berfungsi atau tidaknya humas dalam sebuah organisasi dapat diketahui dari ada tidaknya kegiatan yang menunjukan ciri-cirinya. Ciri-ciri tersebut sebenarnya secara implicit telah


(26)

diterangkan dimuka tetapi untuk memperoleh kejelasan mengenai fungsi humas, ada baiknya kiranya apabila cirri-ciri tersebut secara gamblang ditegaskan, seperti yang dikemukakan oleh Onong Uchjana Effendy:

1. Komunikasi yang dilancarkan berlangsung dua arah secara timbal-balik.

2. Kegiatan yang dilakukan terdiri dari penyebaran informasi, penggiatan persuasi, dan pengkajian pendapat umum.

3. Tujuan yang hendak dicapai adalah tujuan organisasi tempat humas menginduk.

4. Sasaran yang dituju adalah khalayak didalam organisasi dan khalayak diluar organisasi.

5. Efek yang diharapkan adalah terbinanya hubungan yang harmonis antara organisasi dan khalayak. (Effendy, 2009:132)

2.1.3 Fungsi Humas

Humas, sebagai ujung tombak suatu organisasi / perusahaan memiliki bemacam-macam dan sangat kompleks. Dimana fungsi tersebut secara umum adalah sama antara humas di suatu organisasi / perusahaan dengan organisasi / perusahaan lainnya.

Hanya saja akan berbeda dalam pelaksanaannya di lapangan, karena disesuaikan dengan tujuan dari organisasi tersebut.

Fungsi humas menurut Scott M. Cutlip dan Allen Center, sebagaimana tercantum dalam bukunya “Effective Public Relations”, adalah sebagai berikut:


(27)

a) Memudahkan dan menjamin arus opini yang bersifat mewakili dari public-public suatu organisasi, sehingga kebijaksanaan beserta operasionalisasi organisasi dapat diperlihara keserasiannya dengan ragam kebutuhan dan pandangan public- public tersebut.

b) Menasehati management mengenai jalan dan cara menyusun kebijaksanaan dan operasionalisasi organisasi untuk dapat diterima secara maksimal oleh public.

c) Merencanakan dan melaksanakan program-program yang dapat menimbulkan penafsiran yang menyenangkan terhadap kebijaksanaan dan operasionalisasi organisasi.

(Cutlip&Center,2009:11)

2.1.4 Humas Sebagai Fungsi Manajemen

Dalam manajemen, manusia merupakan strategic component atau komponen strategis karena peranannya sangat penting. Manajemen dewasa ini lebih cenderung mengandung filsafat people centered, yakni bahwa dalam manajemen, manusia bukan pelaksana atau alat produksi semata-mata, melainkan faktor penunjang dan pendorong dalam mencapai tujuan karena pada hakikatnya ia adalah insan yang berkepribadian, berakal, berperasaan, berkemampuan, dan bercita-cita.

Sasaran hubungan masyarakat adalah sasaran komunikasi manajemen. Dalam usaha mencapai tujuan manajemen secara efektif, manusia-manusia


(28)

yang menjadi sasaran hubungan masyarakat dibagi menjadi dua kelompok besar, disebut khalayak dalam dan khalayak luar. Khalayak dalam (intern public) adalah khalayak yang bergiat didalam organisasi yang pada umumnya merupakan karyawan, sedangkan khalayak luar (external public) adalah mereka yang berada diluar organisasi, tetapi ada hubungannya dengan organisasi. (Onong Uchjana Effendy, 2009:135)

1. Hubungan ke Dalam

Hubungan kedalam pada umumnya adalah hubungan dengan para karyawan. Yang dimaksud dengan karyawan disini ialah semua pekerja, baik pekerja halus yang berpakaian bersih diruang kantor yang serba bersih pula maupun bekerja kasar seperti sopir atau pesuruh. Dengan senantiasa berkomunikasi dengan mereka akan diketahui sikap, pendapat, kesulitan, keinginan, perasaan dan harapanya.

Sebagai wakil organisasi, kepala humas harus menciptakan dan selanjutnya membina komunikasi dua arah, baik secara vertikal maupun horizontal. Secara vertikal disatu pihak ia menyebarkan informasi seluas-luasnya kepada karyawan, dilain pihak ia menampung segala keluhan, tanggapan, keinginan para karyawan, kemudian menyampaikannya kepada pimpinan organisasi untuk memecahkan segala permasalahannya. Ia bertindak sebagai mediator. Dalam melaksanakan kegiatan komunikasi ke bawah (downward communication), informasi dapat dilakukan dengan mengadakan rapat, memasang pengumuman, menerbitkan majalah intern, dan sebagainya.


(29)

Dalam rangka membina komunikasi ke atas (upward communication) untuk mengetahui opini para karyawan dapat dilakukan dengan mengadakan pertemuan untuk menampung pendapat, mengadakan rubrik khusus dalam majalah intern, mengadakan kotak saran untuk menampung saran-saran bagi kepentingan organisasi dan kepentingan karyawan.

2. Hubungan ke Luar

Hubungan keluar atau bisa disebut external public relations, dilakukan dengan khalayak diluar organisasi. Khalayak mana yang harus menjadi sasaran pembinaan hubungan bergantung pada sifat dan ruang lingkup organisasi itu sendiri. Relasi perusahaan tidak akan sama benar dengan relasi jawatan pemerintah atau instansi militer. Meskipun demikian, ada beberapa khalayak yang sama-sama menjadi sasaran kegiatan semua organisasi sehingga harus senantiasa menjalin hubungan yang tetapi, yakni hubungan dengan masyarakat sekitar (community relations), hubungan dengan jawatan pemerintah (goverment relations), hubungan dengan pers (press relations).

Seperti halnya dengan community relations dan goverment relations, dalam rangka membina press relations dapat dilakukan kegiatan yang sama seperti mengadakan anjang sana kepada staf redaksi, mengucapkan selamat jika sebuah media massa berulang tahun, mengucapkan bela sungkawa jika ada wartawan yang mendapatkan musibah, mengajak para wartawan mengadakan pertandingan olah raga, atau sama-sama berdarmawisata sehingga menjadi akrab denga mereka.


(30)

2.1.5 Tujuan dan Sasaran Humas

Dalam melaksanakan kegiatannya, humas memiliki tujuan yang sesuai dengan tujuan dari suatu organisasi / perusahaan. Maka dari itu dikatakan bahwa tujuan sentral humas yang akan dicapai adalah tujuan organisasi, sebab humas dibentuk atau digiatkan guna menunjang management yang berupaya mencapai tujuan organisasi. Tujuan organisasi yang diperjuangkan oleh manajemen dan ditunjang oleh humas itu bergantung pada sifat organisasi. Tujuan organisasi dalam bentuk perusahaan berbeda dengan organisasi yang berbentuk universitas, berbeda pula dengan organisasi yang berbentuk pemerintahan, dan sebagainya. Sehingga kegiatan yang dilakukan pun akan berbeda satu sama lain, bergantung pada sifat organisasinya dan apa tujuan dari organisasi tersebut.

Sebagai contoh, organisasi yang berbentuk perusahaan cenderung memiliki tujuan untuk mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya dari produk barang / jasa yang mereka tawarkan. Sehingga tujuan humasnya pun adalah menunjang perusahaan tersebut dalam mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya. Antara lain dengan mengadakan bazaar, ataupun dengan mengadakan sayembara berhadiah. Sifat humas disini hampir serupa dengan marketing, namun humas memiliki tanggungjawab lebih kompleks lagi. Antara lain menjaga hubungan baik yang telah terjalin dengan pelanggan tetap misalnya, dengan distributor, maupun dengan para karyawan (kegiatan corporate). (Anggoro, 2008:18)


(31)

2.2 Tinjauan Tentang Peranan

Peranan di dalam Kamus Bahasa Indonesia adalah “tindakan yang dilakukan oleh seseorang dalam suatu peristiwa” (Kamus Besar Bahasa Indonesia 2002:75).

Menurut Onong Uchajana Effendy, dalam kamus komunikasi Peranan adalah suatu yang menjadi bagian atau yang memegang pimpinan secara menonjol dalam suatu peristiwa (Effendy 1986:135). Peranan humas dalam suatu organisasi menurut Dozier & Broom (1995:531) dibagi menjadi 4 kategori, yaitu :

1. Expert Prescribert

Ahli humas yang berpengalaman dan memiliki kemampuan tinggi dapat membantu untuk mencari solusi dalam menyelesaikan masalah dengan publiknya (public relationship).

2. Communication Fasilitator

Humas bertindak sebagai komunikator atau mediator untuk membantu pihak manajemen dalam hal untuk mendengar apa yang diinginkan oleh publiknya dari organisasi bersangkutan sekaligus harus mampu menjelaskan kembali keinginan, kebijakan dan harapan organisasi kepada publiknya.

3. Problem Solving Process Fasilitator

Dalam hal proses pemecahan persoalan humas ini, merupakan bagian tim manajemen untuk membantu pimpinan organisasi baik sebagai penasehat (adviser) hingga mengambil tindakan eksekusi (keputusan) dalam mengatasi persoalan atau krisis yang sedang dihadapi secara rasional dan professional.


(32)

4. Communication Technican

Berbeda dengan ketiga peranan humas professional sebelumnya yang terkait erat dengan fungsi dan peranan manajemen organisasi sedangkan dalam communication technican ini sebagai journalist resident yang hanya menyediakan layanan teknis komunikasi atau dikenal dengan mhetod of communications in organization. (Dozier & Broom, 1995:531)

2.3 Tinjauan Tentang Citra

Keinginan sebuah organisasi untuk mempunyai citra yang baik pada public sasaran berawal dari pengertian yang tepat mengenai citra sebagai stimulus adanya pengelolaan upaya yang perlu dilaksanakan. Ketepatan pengertian citra agar organisasi dapat menetapkan upaya dalam mewujudkanya pada obyek dan mendorong prioritas pelaksanaan.

Sutisna mengemukakan, “Citra adalah total persepsi terhadap suatu obyek yang dibentuk dengan memproses informasi dari berbagai sumber setiap waktu” (2001:83). Citra didefinisikan Buchari Alma sebagai, “Kesan yang diperoleh sesuai dengan pengetahuan dan pengalaman seseorang tentang sesuatu” (2002:317). Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut, citra menunjukan kesan suatu obyek terhadap objek lain yang terbentuk dengan memproses informasi setiap waktu dari berbagai sumber terpecaya. Terdapat tiga hal penting dalam citra, yaitu : kesan obyek, proses terbentuknya citra, dan sumber terpercaya. Obyek meliputi individu maupun perusahaan yang terdiri dari sekelompok orang


(33)

didalamnya. Citra dapat terbentuk dengan memproses informasi yang tidak menutup kemungkinan terjadinya perubahan citra pada objek daro adanya penerimaan informasi setiap waktu. Besarnya kepercayaan obyek terhadap sumber informasi memberikan dasar penerimaan atau penolakan informasi. Sumber informasi dapat berasal dari perusahaan secara langsung dan atau pihak-pihak lain secara tidak langsung. Citra perusahaan menunjukan kesan obyek terhadap perusahaan yang terbentuk dengan memproses informasi setiap waktu dari berbagai sumber terpecaya.

Pentingnya citra perusahaan dikemukakan oleh Gronroos sebagai berikut : 1. Menceritakan harapan bersama kampanye pemasaran eksternal. Citra

positif memberikan kemudahan perusahaan untuk berkomunikasi dan mencapai tujuan secara efektif sedangkan citra negatif sebaliknya.

2. Sebagai penyaring yang mempengaruhi persepsi pada kegiatan perusahaan. Citra positif menjadi pelindung terhadap kesalahan kecil, kualitas teknis atau fungsional sedangkan citra negative dapat memperbesar kesalahan tersebut.

3. Sebagai fungsi dari pengalaman dan harapan konsumen atas kualitas pelayanan perusahaan.

4. Mempunyai pengaruh penting terhadap manajemen atau dampak internal. Citra perusahaan yang kurang jelas dan nyata mempengaruhi sikap karyawan terhadap perusahaan. (Sutisna, 2001:332)

Keberadaan citra perusahaan bersumber dari pengalaman dan atau upaya komunikasi sehingga penilaian maupun pengembangannya terjadi pada salah satu


(34)

atau kedua hal tersebut. Citra perusahaan yang bersumber dari pengalaman memberikan gambaran telah terjadi keterlibatan antara konsumen dengan perusahaan. Keterlibatan tersebut, belum terjadi dalam citra perusahaan yang bersumber dari upaya komunikasi perusahaan.

Upaya perusahaan sebagai sumber informasi terbentuknya citra perusahaan memerlukan keberadaan secara lengkap. Informasi yang lengkap dimaksudkan sebagai informasi yang dapat menjawab kebutuhan dan keinginan obyek sasaran. Rhenald Kasali mengemukakan, “Pemahaman yang berasal dari suatu informasi yang tidak lengkap menghasilkan citra yang tidak sempurna” (Rhenald, 2003:28). Menurut Shirley Harrison (1995:71) informasi yang lengkap mengenai citra perusahaan meliputi empat elemen sebagai berikut :

1. Personality

Keseluruhan karakteristik perusahaan yang dipahami public sasaran seperti perusahaan yang dapat dipercaya, perusahaan yang mempunyai tanggung jawab sosial.

2. Reputation

Hal yang telah dilakukan perusahaan dan diyakini public sasaran berdasarkan pengalaman sendiri maupun pihak lain seperti kinerja keamanan transaksi sebuah bank.

3. Value

Nilai-nilai yang dimiliki suatu perusahaan dengan kata lain budaya perusahaan seperti sikap manajemen yang peduli terhadap pelanggan,


(35)

karyawan yang cepat tanggap terhadap permintaan maupun keluhan pelanggan.

4. Corporate Identity

Komponen-komponen yang mempermudah pengenalan public sasaran terhadap perusahaan seperti logo, warna, dan slogan.

2.3.1 Jenis-jenis Citra

Image atau Citra didefinisikan sebagai a picture of mind, yaitu suatu gambaran yang ada di dalam benak seseorang. Citra dapat berubah menjadi buruk atau negatif, apabila kemudian ternyata tidak didukung oleh kemampuan atau keadaan yang sebenarnya.

Praktisi humas senantiasa dihadapkan pada tantangan dan harus menangani berbagai macam fakta yang sebenarnya, terlepas dari apakah fakta itu hitam, putih, atau abu-abu. Perkembangan komunikasi tidak memungkinkan lagi bagi suatu organisasi untuk menutup-nutupi suatu fakta. Oleh karena itu, para personelnya kini jauh lebih dituntut untuk mampu menjadikan orang-orang lain memahami sesuatu pesan, demi menjaga reputasi atau citra lembaga atau perusahaan yang diwakilinya.

Didalam bukunya Teori dan Profesi Kehumasan, M. Linggar Anggoro mengemukakan jenis-jenis citra, antara lain:

1. Citra Bayangan (the mirror image)

Citra ini melekat pada orang dalam atau anggota-anggota organisasi mengenai anggapan pihak luar tentang organisasinya.


(36)

Dalam kalimat lain, citra bayangan adalah citra yang dianut oleh orang dalam mengenai pandangan luar terhadap organisasinya. Citra ini seringkali tidaklah tepat, bahkan hanya sekedar ilusi, sebagai akibat dari tidak memadainya informasi, pengetahuan ataupun pemahaman yang dimiliki oleh kalangan dalam organisasi itu mengenai pendapat atau pandangan pihak-pihak luar. Citra ini cenderung positif, bahkan terlalu positif, karena kita biasa membayangkan hal yang serba hebat mengenai diri sendiri sehingga kita pun percaya bahwa orang lain juga memiliki pandangan yang tidak kalah hebatnya atas diri kita.

2. Citra yang Berlaku

Kebalikan dari citra bayangan, citra yang berlaku ini adalah suatu citra atau pandangan yang melekat pada pihak-pihak luar mengenai suatu organisasi. Namun sama halnya dengan citra bayangan, citra yang berlaku tidak selamanya, bahkan jarang, sesuai dengan kenyataan karena semata-mata terbentuk dari pengalaman atau pengetahuan orang-orang luar yang bersangkutan yang biasanya tidak memadai. Biasanya pula, citra ini cenderung negatif. Citra ini amat ditentukan oleh banyak-sedikitnya informasi yang dimiliki penganut atau mereka yang mempercayainya. Dalam dunia yang serba sibuk, sulit diharapkan mereka akan memiliki informasi yang memadai dan benar mengenai suatu organisasi dimana mereka tidak menjadi anggotanya.


(37)

3. Citra Harapan

Citra harapan adalah suatu citra yang diinginkan oleh pihak manajemen. Citra ini juga tidak sama dengan citra yang sebenarnya. Biasanya citra harapan lebih baik atau lebih menyenangkan daripada citra yang ada, walaupun dalam kondisi tertentu citra yang berlaku baik juga bisa merepotkan. Namun secara umum, yang disebut sebagai citra harapan itu memang sesuatu yang berkonotasi lebih baik. Citra harapan itu biasanya dirumuskan dan diperjuangkan untuk menyambut sesuatu yang relatif baru, yakni ketika khalayak belum memiliki informasi yang memadai.

4. Citra Perusahaan

Apa yang dimaksud dengan citra perusahaan (ada pula yang menyebutnya sebagai citra lembaga) adalah citra dari suatu organisasi secara keseluruhan, jadi bukan citra atas produk dan pelayanannya saja. Citra perusahaan ini terbentuk oleh banyak hal. Hal-hal positif yang dapat meningkatkan citra suatu perusahaan antara lain adalah sejarah atau riwayat hidup perusahaan yang gemilang, keberhasilan-keberhasilan dibidang keuangan yang pernah diraihnya, sukses ekspor, hubungan industri yang baik, reputasi sebagai pencipta lapangan kerja dalam jumlah yang besar, kesediaan turut memikul tanggung jawab sosial, komitmen


(38)

mengadakan riset, dan sebagainya. Suatu citra perusahaan yang positif jelas menunjang usaha humas keuangan.

5. Citra Majemuk

Setiap perusahaan atau organisasi pasti memiliki banyak unit dan pegawai (anggota). Masing-masing unit dan individu tersebut memiliki perangai dan perilaku tersendiri. Sehingga secara sengaja atau tidak mereka pasti memunculkan suatu citra yang belum tentu sama dengan citra organisasi atau perusahaan secara keseluruhan. Jumlah citra yang dimiliki suatu perusahaan boleh dikatakan sama banyaknya dengan jumlah pegawai yang dimilikinya. Untuk menghindari berbagai hal yang tidak diinginkan, variasi citra harus ditekan seminim mungkin dan citra perusahaan secara keseluruhan harus ditegakkan. (Anggoro, 2008:59-70)

2.3.2 Penggambaran Citra

Menurut Nimoeno citra itu sendiri digambarkan melalui persepsi-kognisi-motivasi-sikap. Proses-proses psikodinamis yang berlangsung pada individu konsumen berkisar antara komponen-komponen persepsi, kognisi, motivasi dan sikap konsumen terhadap produk. Keempat komponen itu diartikan sebagai mental representation (citra) dari stimulus. Empat komponen tersebut dapat diartikan sebagai berikut :


(39)

1. Persepsi. Diartikan sebagai hasil pengamatan terhadap unsur lingkungan yang dikaitkan dengan suatu proses pemaknaan. Dengan kata lain, individu akan memberikan makna terhadap rangsang berdasarkan pengalamannya mengenai rangsang. Kemampuan mempersepsi itulah yang dapat melanjutkan proses pembentukan citra.

2. Kognisi. Yaitu suatu keyakinan diri individu terhadap stimulus. Keyakinan ini akan timbul apabila individu telah mengerti rangsang tersebut, sehingga individu harus diberikan informasi-informasi yang cukup yang dapat mempengaruhi perkembangan informasinya. 3. Motif. Adalah keadaan dalam pribadi seseorang yang mendorong

keinginan individu untuk melakukan kegiatan-kegiatan tertentu guna mencapai tujuan.

4. Sikap. Adalah kecenderungan bertindak, berpersepsi, berpikir dan merasa dalam menghadapi objek, ide, situasi atau nilai. Sikap bukan perilaku, tetapi merupakan kecenderungan untuk berperilaku dengan cara-cara tertentu. (Soemirat, 2005;115-116)

Seperti telah disinggung diatas, seorang tokoh populer (public figure) senantiasa menyandang reputasi yang baik dan sekaligus yang buruk. Kedua macam citra bersumber dari adanya citra-citra yang berlaku (current image) yang bersifat negatif dan postif. Sebelumnya juga sudah disebutkan bahwa citra humas yang ideal adalah kesan yang benar, yakni sepenuhnya berdasarkan pengalaman, pengetahuan, serta pemahaman atas kenyataan


(40)

yang sesungguhnya. Itu berarti citra tidak seyogianya “dipoles agar lebih indah dari warna aslinya”, karena hal itu justru dapat mengacaukannya. Suatu citra yang sesungguhnya bisa dimunculkan kapan saja, tremasuk ditengah terjadinya musibah atau sesuatu yang buruk. Caranya adalah dengan menjelaskan secara jujur apa yang menjadi penyebabnya, baik itu informasi yang salah atau suatu perilaku yang keliru.

Pemolesan citra (yang tidak sesuai dengan fakta yang ada) pada dasarnya tidak sesuai dengan hakikat humas itu sendiri. Kalangan manajemen dan pemasaran, yakni mereka yang sering membeli dan menyalahgunakan humas sehingga merusakkan nama baik dunia kehumasan. Acap kali memiliki suatu pemikiran yang keliru bahwasannya pemolesan citra itu merupakan suatu usaha yang sah-sah saja. Tentu saja hal ini tidak bisa dibenarkan. Dalam rangka menegakkan kredibilitas humas maka segala macam usaha pemolesan citra harus dihindari. Kalaupun ada keuntungan jangka pendeknya maka itu tidak ada artinya dibandingkan dengan kerugian jangka panjang yang akan ditimbulkannya.

Hal ini perlu disadari mengingat media massa cenderung mencurigai humas. Mereka senantiasa begitu kritis untuk memastikan bahwa keterangan-keterangan humas yang mereka terima memang benar dan sama sekali bebas polesan. Jadi, kita tidak bisa membenarkan praktek yang sering dilakukan oleh sementara agen periklanan yang dilandaskan pada pemikiran keliru bahwa usaha memoles citra perusahaan “demi kepentingan klien”


(41)

adalah wajar-wajar saja. Praktisi humas yang sejati tidak akan memiliki pemikiran seperti itu. (Anggoro, 2008:69-70)

2.4 Tinjauan Tentang Penerangan

Penerangan artinya menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah “Proses atau cara perbuatan menerangkan atau memberikan penjelasan terhadap sesuatu hal”. Penerangan biasanya diidentikan dengan orang yang biasanya "cuap-cuap" dengan mikropon sedang memberikan ceramah atau informasi, sehinga sering kita dengar di masyarakat istilah Jupen (juru penerang) yang pada waktu itu merupakan tugas dari departemen penerangan, dimana profesi ini dianggap tidak semua orang bisa menanganinya, karena harus mempunyai kualifikasi tertentu (kompetensi), juga harus punya bakat dalam mengeksplore informasi agar mudah diterima atau dicerna publik (masyarakat).

Seiring perkembangan waktu istilah juru penerangan mulai jarang terdengar apalagi sejak Departemen Penerangan dilikuidasi pada masa Presiden Gus Dur. Setelah itu muncul istilah "Humas" (hubungan masyarakat) yang terdapat pada lembaga-lembaga pemerintah. Humas disini mempunyai tugas atau fungsi sebagai jembatan penghubung antara institusi atau lembaga yang diwakili dengan masyarakat (publik), tugas humas adalah menciptakan citra positif tentang sesuatu, apakah produk, apakah lembaga, apakah manusia untuk menciptakan sebuah opini yang baik (to create a favorable opinion) tanpa mempertimbangkan apakah produk/lembaga/manusia itu benar-benar positif (Toeti Adhitama: 2003:1).


(42)

Pada prinsipnya intinya sama antara Juru penerang, Humas dan PR yaitu sebagai jembatan penghubung antara institusi atau lembaga yang diwakili dengan khalayak atau masyarakat, hanya biasanya aplikasinya berbeda kalau Jupen/Humas biasanya dipakai oleh lembaga instansi pemerintah sedangkan PR biasanya lembaga swasta atau perusahaan, pada hakekatnya fungsinya sama yaitu:

1. Memberikan penerangan kepada masyarakat.

2. Melakukan persuasi untuk mengubah sikap dan perbuatan masyarakat secara langsung.

3. Berupaya untuk mengintegrasikan sikap dan perbuatan suatu organisasi sesuai dengan sikap dan perbuatan masyarakat atau sebaliknya. Sehingga dapat ditarik kesimpulan tugas utama (Jupen/Humas/PR) adalah membuat/menciptakan citra yang baik suatu lembaga/instansi/perusahaan di benak persepsi masyarakat.1

2.4.1 Penerangan Merupakan Kegiatan Penggalangan

Penerangan (information) atau penyebaran keterangan (berita) mempunyai tujuan memberikan perilaku kejelasan kepada pemirsa (audience). Bagaimanapun juga perilaku seseorang atau masyarakat akan terkena pada saat mendapatkan penerangan baru, jadi dapat dikatakan bahwa penerangan merupakan komunikasi yang disengaja (purposeful communication) dan penerangan dapat mempengaruhi perilaku baik individu maupun masyarakat. Penerangan sebenarnya bukan merupakan fungsi intelijen, tetapi kegiatan penerangan termasuk dalam katagori kegiatan

1


(43)

penggalangan (pre Conditioning) dan penggalangan itu sendiri merupakan fungsi dari intellijen, sehingga bisa ditarik garis kesimpulan bahwa penerangan sebenarnya merupakan bagian kegiatan intellijen. Fungsi penggalangan intelijen terletak pada fungsi penerangan yang tugas utama menciptakan kondisi khalayak atau masyarakat agar terpengaruh dengan berita yang kita buat supaya mengikuti kehendak keinginan kita baik secara langsung maupun tidak, agar semua tindakan dan aktifitasnya mengikuti keinginan yang kita harapkan.

Penerangan disini yang dimaksud bisa kita sama artikan dengan istilah "Propaganda" yang mempunyai pengertian adalah suatu kegiatan yang direncanakan (planned activity) yang dijabarkan dengan kata (word) atau tindakan (deed) atau kombinasi dari keduanya, yang mempunyai mak-sud mengubah suatu sikap (attitude) dengan tujuan mengubah tingkah laku (behavior) secara sukarela. Jadi tugas propaganda adalah mengubah tingkah laku sedangkan sasaran utama propaganda adalah sasaran keseluruhan, yakni untuk memperoleh keuntungan (profit), maka dapat dikatakan propaganda merupakan unsur utama operasi psykologi. Kegiatan propaganda mencakup semua kehidupan manusia (all work life) dengan istilah sekarang disebut Social Political Engenering, agar propaganda dapat berhasil dengan baik, propaganda harus bisa memanfaatkan kelemahan-kelemahan psikologi yang terdapat dalam suatu Negara, masyarakat, rakyat maupun perorangan. (Jono Hatmojo, 2003:135-136)


(44)

2.5 Tinjauan Tentang Pesan

Pesan adalah perintah, nasehat, permintaan, amanat yang disampaikan lewat orang lain (Kamus Besar Bahasa Indonesia).

Karakteristik pesan jelas berdampak pada proses komunikasi, tetapi banyak ahli komunikasi sepakat bahwa “maknanya tergantung pada orang, bukan kata -kata pesannya”. Observasi ini menghasilkan kesimpulan bahwa orang berbeda yang menerima pesan yang sama mungkin akan menafsirkannya secara berbeda, memberikan makna yang beda, dan bereaksi dengan cara yang berbeda. Bagaimanapun juga, karakteristik pesan dapat menghasilkan efek yang kuat, walaupun mungkin tidak dapat diterangkan dengan penjelasan berdasarkan sebab akibat langsung dan sederhana. Seperti ditunjukan lewat gagasan tentang audien yang keras kepala, efek pesan dimediasi oleh penerima, dan karenanya menyulitkan pencarian yang berlaku untuk semua situasi komunikasi. (Cutlip&Center, 2009:228)

2.5.1 Bentuk Pesan Informatif

Informative communications adalah suatu pesan yang disampaikan kepada seseorang atau sejumlah orang tentang hal-hal baru yang diketahuinya. Teknik ini berdampak kognitif pasalnya komunikan hanya mengetahui saja. Seperti halnya dalam penyampaian berita dalam media cetak maupun elektronik, pada teknik informative ini berlaku komunikasi satu arah, komunikatornya melembaga, pesannya bersifat umum, medianya menimbulkan keserempakan, serta komunikannya heterogen. Biasanya teknik informatif yang digunakan oleh media bersifat asosiasi, yaitu dengan cara


(45)

menumpangkan penyajian pesan pada objek atau peristiwa yang sedang menarik perhatian khalayak.2

2.5.2 Bentuk Pesan Persuasif

Persuasif adalah “suatu tindakan yang berdasarkan segi-segi psychologic, yang dapat membangkitkan kesadaran individu” (Abdurrachman, 1989:61).

Komunikasi persuasif bertujuan untuk mengubah sikap, pendapat, atau perilaku komunikasi yang lebih menekankan sisi psikologis komunikasi. Penekanan ini dimaksudkan untuk mengubah sikap, pendapat, atau perilaku. Tetapi persuasi dilakukan dengan luwes, halus, yang mengandung sifat-sifat manusiawi sehingga mengakibatkan kesadaran dan kerelaan yang disertai perasaan senang. Agar komunikasi persuasive mencapai tujuan dan sasarannya, maka perlu diadakan perencanaan yang matang dengan mempergunakan komponen-komponen ilmu komunikasi, yaitu komunikator, pesan, media, dan komunikan. Sehingga dapat terciptanya pikiran, perasaan dan hasil penginderaannya, treorganisasi secara mantap dan trepadu. Biasanya teknik ini efektif, komunikan bukan hanya sekedar tahu, tetapi tergerak hatinya dan menimbulkan perasaan tertentu.3

2 http://situliatsitucoment.blogspot.com/2010/02/informative-communicatio-komunikasi.html (Jumat, 07

Januari 2011, 13:10 WIB)

3

http://fisikavisikuwhynarnoe.blogspot.com/2009/11/teori-pengertian-komunikasi.html (Jumat, 07 Januari 2011, 16:10 WIB)


(46)

2.6 Tinjauan Tentang Media

Media adalah “alat, sarana komunikasi dalam melakukan sesuatu” (Kamus

Besar Bahasa Indonesia 2009).

Media merupakan alat yang digunakan dalam menyampaikan pesan dari komunikator kepada komunikan. Personal communication dapat dilakukan melalui dua media, yaitu auditif (lisan) dan visuil (tulisan), dan prosesnya bisa secara langsung (face to face) dan tidak langsung (person to person). Bila prosesnya berjalan secara langsung akan memakai saluran-saluran bersifat auditif, sedangkan untuk person to person dapat menggumakan media yang bersifat auditif ataupun bersifat visuil”. (Suhandang 1973;127).

2.6.1 Media Cetak

Media cetak merupakan bagian dari media massa yang digunakan dalam penyuluhan. Media cetak mempunyai karakteristik yang penting. Literatur dalam pertanian dapat di temui dalam artikel, buku, jurnal, dan majalah secara berulang-ulang terutama untuk petani yang buta huruf dapat mempelajarinya melalui gambar atau diagram yang diperlihatkan poster. Media cetak membantu penerimaan informasi untuk mengatur masukan informasi tersebut. Lebih jauh lagi media cetak dapat di seleksi oleh pembacanya secara mudah dibandingkan dengan berita melalui radio dan televisi.4

4

http://www.romeltea.com/2009/05/14/media-massa-makna-karakter-jenis-dan-fungsi/ (Jumat, 07 Januari 2011, 12:18 WIB)


(47)

2.6.2 Media Elektronik

Media Elektronik adalah media yang menggunakan elektronik atau energi elektromakanis bagi pengguna akhir untuk mengakses kontennya. Istilah ini merupakan kontras dari media statis (terutama media cetak), yang meskipun dihasilkan secara elektronis tapi tidak membutuhkan elektronik untuk diakses oleh pengguna akhir. Sumber media elektronik yang familier bagi pengguna umum antara lain adalah rekaman video, rekaman audio, presentasi multimedia, dan konten daring. Media elektronik dapat berbentuk analog maupun digital, walaupun media baru pada umumnya berbentuk digital.

Media elektronik adalah jenis media massa yang isinya disebarluaskan melaluai suara atau gambar dan suara dengan menggunakan teknologi elektro, seperti radio, televisi, dan film.5

2.6.3 Media Papan Pengumuman

Papan pengumuman adalah salah satu media komunikasi kelompok yang biasanya ditujukan untuk target sasaran dalam lingkup tertentu.

Media ini adalah salah satu media yang paling murah, paling diacuhkan, dan paling efektif. Apabila ditempatkan dan diawasi secara layak, maka papan pengumuman akan banyak menarik perhatian orang-orang yang berada dilingkup sekitar dimana papan itu berada. Apabila sarana ini dijaga bebas dari debu, jamur, dan pemberitahuan yang sudah tidak berlaku lagi, dimana

5


(48)

materinya harus diubah setiap minggu dan memiliki sistem seperti penunjukkan orang yang bertanggung jawab menjaganya agar tetap kelihatan rapi dan baru, maka papan pengumuman bisa menjadi media yang efektif.

Pada lingkup perkantoran papan pengumuman biasanya ditempatkan dimana ia dapat dilihat dan dibaca dengan baik, yaitu: kamar kecil, disamping lift, dan di kafetaria. Informasi yang dipasang di papan pengumuman meliputi daftar makanan kafetaria, berita kesejahteraan masyarakat, pemberitahuan kelompok karyawan, kebijaksanaan dan berita perusahaan, pemberitahuan hari libur, lowongan kerja, serta informasi tentang penutupan.6

6


(49)

BAB III

OBJEK PENELITIAN

3.1 Sejarah Lanud Husein Sastranegara

Penguasa Hindia Belanda pada tahun 1917 membangun stasiun radio di daerah Rancaekek Bandung, Jawa Barat. Mulai tahun 1918 pemerintah Hindia Belanda membangun lapangan terbang Cipagalo, Sukamiskin dan juga masih di wilayah Bandung. Membuatnya hanya meratakan tanah dan diperkeras. Peresmian penggunaan lapangan terbang pada tahun 1920, ditandai dengan penerbangan sebuah pesawat Rancai. Terbangnya hanya beberapa menit setinggi 50 m.

Berhubungan dengan keadaan tanah becek tidak dapat diperkeras dengan sempurna, maka Belanda membuat landasan baru lagi di daerah Cicukang Desa Cibeureum yang kemudian terkenal dengan sebutan lapangan Terbang Andir, karena tempatnya di daerah Andir pula. Kemudian lapangan terbang ini digunakan untuk kepentingan Angkatan Udara Belanda (Luchvaart Afdeling).

Lapangan terbang di bangun pada tahun 1921, di tanah seluas 45 hektar, semua milik rakyat yang dibeli oleh Pemerintah Hindia Belanda. Pembangunannya masih sangat sederhana, hanya dratkan dan diperkeras tanpa dilapisi aspal. Kemudian peralatan lapangan terbang yang ada di Sukamiskin berangsur-angsur dipindahkan ke Andir. Seiring itu dibangun fasilitas pendukungnya. Beberapa bangunan pendukung saat iitu sekarang tinggal bekasnya satu diantara kini menjadi hanggar Wing Materiil 10 yang menghadap ke utara. Garasi yang dipakai untuk sarban. Kantin Perwira Belanda sekarang dipakai untuk ruang pemotretan. Kantor pos dan gudang panjang bekasnya kini


(50)

tepat di belakang tower. Bangunan Stap Komando zaman dahulu sekarang digunakan untuk Senkom.

Pada waktu dibangun bekas lapangan terbang Andir sebelah barat berbatasan dengan Desa Cibeureum sebelah Timur berbatasan dengan sungai Cilimus, sebelah Utara Cibogo, sebelah Selatan rel kereta api daerah Maleber. Beberapa pesawat pertama yang mendarat di lapangan terbang Andir zaman itu diantaranya Avro, Glenmartin, Jeger dankoelhoven.

Pemerintah Belanda dengan Pemerintah Republik Indonesia sebelum penyerahan kedaulatan diadakan Konferensi Meja Bundar (KMB) yang diselenggarakan pada tanggal 2 Nopember 1949 di Ridderzaal di kota Gravensande Belanda telah dicapai kesepakatan prinsip mengenai peraturan-peraturan Angkatan Udara di Indonesia yang ada di bawah komando Belanda, setelah peresmian pengakuan Kedaulatan Republik Indonesia Serikat.

Ternyata dalam waktu yang hanya enam bulan, pihak AURI benar-benar menunjukkan kesanggupan serta kemampuannya dalam merealisasikan tugas Negara. Setelah berlangsungnya pengakuan Kedaulatan RIS pada tanggal 27 Desember 1949, maka berlangsung pula serah terima pangakalan-pangkalan udara secara berangsur-angsur. PAU Andir merupakan yang pertama diserahterimakan dari Belanda ke pihak AURI, yakni pada tanggal 20 Januari 1950. Hanya saja, serah terima tersebut hanya berlaku bagi PAU Andir sebelah Utara. Sedangkan PAU Andir sebelah Selatan baru diserahterimakan pada tanggal 12 Juni 1950. Selain itu, diserahkan juga Hoofdwartier Militaire Luchtvaar dari Jenderal


(51)

mayoor Van der EEM kepada Komodor Udara Suryadarma pada tanggal 27 Juni 1950.

Serah terima Pangkalan Andir sendiri sudah berlangsung pada Maret 1950. Namun masih bersipat terbatas, terutama yang diserahkan adalah lapangan sebelah Utara, meliputi fasilitas penerbangan, termasuk hanggar tiga pesawat C-47 Dakota, tiga pesawat latih Harvard dan tujuh pesawat Piper Cub (Capung). Sedangkan serah terima keseluruhan Pangkalan Udara Andir kepada pihak AURI baru dilakukan tiga bulan kemudian yakni pada tanggal 12 Juni 1950. Serah terima dilakukan Mayor EJ Van Kappen mewakili pemerintahan kerajaan Belanda dan dari pihak AURI diwakili Mayor Udara Wiwiko Soepono yang menjabat sebagai Ketua Sub Panitia Penerimaan Materal dan Personel dari ML Belanda sekaligus wakil AURI.

Husein Sastranegara adalah salah seorang di antara tokoh-tokoh yang ikut serta mengabdikan dirinya dalam pembinaan perjuangan bersenjata pada masa-masa revolusi fisik, khususmya dibidang pertahanan udara. Disayangkan sekali bahwa semangat pengabdian dan kesediaan berkorban sebagai patriot Tanah Air tidak bisa dilaksanakan lebih lama. Almarhum hanya dapat menyumbangkan tenaganya bagi perjuangan kemerdekaan Indonesia dalam waktu setahun lebih sedikit dan hanya dalam waktu lima bulan saja setelah Angkatan Udara RI resmi didirikan. Meskipun kesempatan untuk berbakti kepada tanah air yang dicintainya begitu pendek, tidak menghilangkan sama sekali nilai-nilai jasa perjuangannya, terutama dalam masa-masa berkecamuknya perjuangan fisik mati-matian menghadapi agresi Belanda.


(52)

Semasa hidupnya Husein Sastranegara telah memberikan teladan yang tak ternilai kepada generasi penerus, baik dibidang kejuangan, kemauan yang keras dalam menggapai cta-cita, maupun tekadnya yang kuat untuk mengetahui dan menguasai teknologi penerbangan pada masanya. Kekerasan kemauan dan tekadnya serta kerelaan berkorban demi perjuangan telah tercermin dalam diri Husein Sastranegara. Pandangan-pandangannya yang jauh kedepan ikut meletakan pondasi yang penting bagi pembangunan TNI Angkatan Udara, yang kelak menjadi pancangan kaki yang kokoh bagi pengembangan suatu kekuatan Angkatan Udara yang modern di kemudian hari.

Tepat 13 hari sebelum meninggal dunia, pada tanggal 13 September 1946 Husein mengemudiakan pesawat Curen menabur bunga dalam rangka upacara pemakaman Penerbang Tarsono Rujito di Salatiga. Selain itu, berkat jasa-jasa dan nilai-nilai kepahlawanan yang telah diabadikannya kepada bangsa dan Negara, nama Husein Sastranegara diabadikan untuk mengganti Pangkalan Udara Andir sejak tanggal 17 Agustus 1952 berdasarkan Keputusan Kasau No.76 Tahun 1952. Husein dianggap sebagai salah seorang pejuang dan perintis yang telah meletakan dasar-dasar pembangunan di bidang penerbangan nasional. Husein gugur sebagai pahlawan dalam usia yang relatif masih muda yakni 27 tahun dan jasadnya dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Semaki Yogyakarta.


(53)

3.2 Visi dan Misi Lanud Husein Sastranegara 3.2.1 Visi

Berangkat dari fungsi dan peran TNI Angkatan Udara (TNI AU) dalam mengemban tugas untuk menjaga kedaulatan Negara di/dan melalui udara, tentu tidak terlepas dari peran Pangkalan TNI Angkatan Udara sebagai ujung tombak TNI AU. Dengan demikian perlu adanya visi Lanud Husein Sastranegara dalam upaya memberikan dukungan terhadap tugas pokok TNI Angkatan Udara sebagai berikut :

1. Perlunya para personel untuk selalu bersikap dan bertindak sesuai aturan yang berlaku, disiplin dan bermoral baik guna mewujudkan sosok prajurit yang profesional dan berdedikasi.

2. Memiliki kesungguhan dan semangat untuk bekerja disertai keuletan dalam menghadapi tugas yang diberikan dengan tanpa didorong orang lain sehingga mampu melaksanakan tugas secara maksimal.

3. Bersikap kreatif guna meningkatkan prestasi dengan bekerja sama yang baik dengan semua pihak.

4. Bersedia menerima atau mendengar pendapat orang lain serta bersedia secara ikhlas untuk dikoreksi terhadap segala kekurangannya.


(54)

3.2.2 Misi

Sejalan dengan tugas pokok Lanud Husein Sastranegara dalam menyiapkan, melaksanakan pembinaan dan pengoperasian seluruh satuan dalam jajarannya, pembinaan potensi dirgantara serta menyelenggarakan dukungan operasi bagi satuan lainnya, maka selaku ujung tombak TNI Angkatan Udara, pembinaan bagi pelaksana organisasi untuk merespon tuntutan profesionalisme terus diupayakan, sehingga mampu membuka hatinya untuk secara sadar mengerti dan memahami serta diharapkan pula mau mengaplikasikan di lapangan guna menyongsong tugas TNI Angkatan Udara ke depan yang tidak ringan serta dalam kondisi “Zero Accident” yang kita dambakan dan wujudkan.

3.3 Tugas Pokok dan Fungsi

Pangkalan TNI Angkatan Udara Husein Sastranegara (Lanud Husein S.) termasuk pangkalan udara tipe “B” dan merupakan salah satu satuan Komando Operasi TNI Angkatan Udara I (Koopsau I) yang berkedudukan dibawah Pangkoopsau I.

Mempunyai tugas pokok untuk menyiapkan dan melaksanakan pembinaan dan pengoperasian seluruh satuan dalam jajarannya, pembinaan potensi dirgantara serta menyelenggarakan dukungan operasi bagi satuan lainnya.

Dalam rangka pelaksanaan tugas tersebut, Lanud Husein Sastranegara menyelenggarakan fungsi-fungsi sebagai berikut :


(55)

1. Menyelenggarakan pembinaan dan menyiapkan satuan dalam jajarannya. 2. Mengumpulkan dan merekam data guna penyempumaan taktik/teknik

operasi dan latihan.

3. Melaksanakan pembekalan dan pengadaan materiil bagi satuan jajarannya.

4. Menyelenggarakan pemeliharaan Alutsista sampai dengan tingkat sedang. 5. Menyelenggarakan pembinaan potensi dirgantara.

6. Menyelenggarakan pemeliharaan sarana dan prasarana serta fasilitas pendukung yang menjadi tanggungjawabnya.

7. Mengadakan koordinasi dengan badan-badan dan instansi yang berhubungan dengan bidang tugasnya. (Sumber : Arsip Penerangan Lanud Husein Sastranegara 2010)

3.4 Logo

Gambar 3.1

Lambang Kesatuan Prayatna Kerta Gegana


(56)

3.4.1 Arti Lambang

Dhuaja Pangkalan TNI AU di jajaran Koopsau I sesuai Keputusan Kasau Nomor : Kep/16/XII/1994 tanggal 12 Desember 1994, terdiri dari dua sisi. Sisi sebelah kiri tercantum gambar Badge Koopsau I dan sisi sebelah kanan tercantum Lambang masing-masing Lanud. Bentuk Dhuaja empat persegi panjang, dengan ukuran panjang 90 cm, lebar 60 cm. Inti Lambang berbentuk perisai dengan ukuran 60 cm x 50 cm dibagi menjadi 2 bagian sama besar. Sebelah kanan gambar awan dengan warna biru muda dan sebelah kiri atas gambar mata angin warna kuning emas, ditengah gambar kilat warna merah dan dibawah gambar terdapat 3 buah anak panah warna merah, jumbai 7 cm, tinggi tiang 200 cm, garis tengah 4 cm.

Mahkota tiang 25x15 cm. Berwujud burung Garuda berwarna kuning emas dengan sayap berkembang dan dibawahnya terletak bola dunia dengan peta wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia melambangkan media bergerak/bertindak sebagai penegak kedaulatan Negara di udara/dirgantara Nasional. Tali (chord) Dhuaja 120 – 140 cm.

Warna dasar Dhuaja Biru langit dengan gambar dalam perisai sebagai berikut:

a. Sisi kanan dan sisi kiri berwarna hijau tua.

b. Sudut kanan bagian atas warna biru muda menggambarkan awan dengan lima lekukan.

c. Sudut kiri bagian atas, gambar mata angin dengan warna kuning keemasan.


(57)

d. Bagian tengah perisai, gambar kilat dengan warna merah.

e. Bagian bawah perisai terdapat 3 buah anak panah berwarna merah dan pinggiran perisai berwarna hitam.

f. Atas perisai tertulis nama pangkalan yang bersangkutan.

g. Bawah perisai terdapat pita dengan warna kuning emas yang bertuliskan Motto dalam bahasa Sangsekerta yang berbunyi : ”PRAYATNA KERTA GEGANA”.

Isi dan arti gambar dalam perisai : Awan menggambarkan bahwa TNI Angkatan Udara menggunakan media udara untuk dirgantara sebagai ruang berkorban bagi prajurit TNI Angkatan Udara dalam melaksanakan tugas.

3.5 Moto Lanud Husein Sastranegara

Moto dari Lanud Husein Sastranegara adalah “PRAYATNA KERTA GEGANA“ yang mengandung arti kewaspadaan mengamankan udara/dirgantara, yang berarti bahwa Pangkalan Udara sebagai ujung tombak TNI Angkatan Udara selalu waspada dalam mengamankan/mengawal dan menegakkan kedaulatan Negara di udara/dirgantara nasional.

3.6 Struktur Organisasi Penerangan Lanud Husein Sastranegara

Struktur organisasi menunjukan suatu tingkatan hirarki, dimana dalam struktur organisasi dapat diketahui hubungan antara bagian yang satu dengan yang lainnya, hubungan atasan dengan bawahannya. Dengan memperlihatkan struktur organisasi, maka setiap orang dapat mengetahui tugas, wewenang, dan tanggung


(58)

jawabnya masing-masing. Selain itu juga akan mempermudah pimpinan untuk melakukan pengawasan dan pertanggungjawaban atas tugas yg telah dibebankan. Berikut adalah gambar Stuktur organisasi Penerangan Lanud Husein Sastranegara.

Gambar 3.2

Struktur Organisasi Penerangan Lanud Husein Sastranegara

Sumber : Arsip Lanud Husein Sastranegara (2010)

3.7 Job Description 3.7.1 Kapentak

Kapentak adalah pembantu/pelaksana Lanud dalam menyelenggarakan pembinaan penerangan pasukan, penerangan umun serta perpustakaan. Dalam rangka pelaksanaan tugas tersebut, kapentak mempunyai tugas dan kewajiban sebagai berikut :

a) Melaksanakan penerangan pasukan, penerangan umum, dan penyelenggaraan perpustakaan.

b) Menyiapkan rencana program penerangan dan perpustakaan. KAPENTAK

KAURPUSTAK KAURPENPASUM

SUBURHUMAS

SUBURBA SUBURDOK

SUBURJIAN SUBURARSIP


(59)

c) Mengusahakan dan menyiapkan buku-buku referensi yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan pendidikan dan pengembangan kemampuan satuan.

d) Bertindak sebagai juru bicara Danlanud.

e) Mengadakan koordinasi dan kerja sama dengan staf dan satuan didalam maupun diluar Lanud untuk kepentingan pelaksanaan tugas.

f) Mengajukan saran dan pertimbangan dengan bidang tugasnya.

3.7.2 Kaurpenpasum

Kaurpenpasum adalah staf pelaksana Pentak dalam bidang penerangan umum dan penerangan pasukan. Dalam rangka pelaksanaan tugas tersebut, Kaurpenpasum mempunyai tugas dan kewajiban sebagai berikut :

a) Memberi penerangan kepada masyarakat tentang kegiatan, masalah-masalah yang ada hubungannya dengan TNI AU guna menumbuhkan pengertian masyarakat dan mengangkat citra TNI AU pada umumnya dan warga Lanud Husein Sastranegara dimata masyarakat.

b) Menjalin hubungan yang baik dengan masyarakat luar melalui kerjasama dengan penerangan TNI dan pemerintahan daerah serta menerbitkan buletin-buletin kepada masyarakat.

c) Meliput semua kegiatan dan kejadian di Lanud dan kesatuan-kesatuan Insub, yang selanjutnya dikirimkan kepada media massa (TV, Radio, Pusat dan Koran Daerah).


(1)

vii

9. Kepada Letda Dhani dan Pak Wiharyana, terimakasih atas bantuan dan informasinya. Sangat berguna bagi peneliti. Maaf banyak merepotkan. 10.Kepada Deisky Dharmawan (Kikuy), yang selalu ada disampingku baik

susah maupun senang, selalu menemani, membantu dan memberikan dorongan dan semangatnya, thank so much hunny.

11.Kepada Rizkie Kurniawan, terimakasih banyak atas bantuan terjemahannya. Sangat membantu, sukses yah.

12.Spesial untuk Icha dan Dea “terimakasih sudah menjadi adik yang baik

dan manis juga untuk keceriaannya, dukungan dan motivasi yang selama ini sudah banyak membantu dan terimakasih juga sudah menyusahkan. Masalah-masalah yang sudah kita lewati akan menjadi pelajaran dalam hidup”.

13.Untuk tante-tante ku, Tante Yani, Tante Atun, Tante Iis terimakasih. Doa kalian selalu menyertai, motivasi dan dukungan yang kalian berikan sangat bermanfaat bagi peneliti.

14.Untuk sahabat-sahabat ku di kelas PR 2007 (Ratih, Uchie, Izty, Ginha, Latho, Adhel, Vani, Dhika, Yusuf). Sahabat-sahabat ku di kelas PR 2008 terimakasih atas keceriaan, semangat dan dukungan kalian sangat membantu.

15.Kepada seluruh keluarga besar, terimakasih atas Doa dan dukungannya. 16.Kepada semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu, terimakasih


(2)

viii

Peneliti yakin tanpa bantuan dan bimbingan semua pihak, Tugas Akhir ini tidak dapat terselesaikan dengan baik. Akhir kata, peneliti berharap semoga Tugas Akhir ini dapat bermanfaat dan kepada semua pihak yang sudah berjasa membantu peneliti dan mendapatkan balasan dari Allah SWT. Guna menyempurnakan penelitian, peneliti mengaharapkan saran, masukan dan kritikan untuk Tugas Akhir ini. Peneliti mengucapkan banyak terimakasih yang sebesar-besarnya.

Bandung, Maret 2011


(3)

(4)

(5)

ii

SURAT PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa :

1. Karya tulis ini adalah asli dan belum pernah diajukan untuk mendapatkan gelar akademik (Ahli Madya, Sarjana, Master, dan Doktor baik di Universitas Komputer Indonesia maupun Perguruan Tinggi Lainnya). 2. Karya tulis ini gagasan, rumusan penelitian saya sendiri tanpa bantuan dari

pihak lain, kecuali arahan tim pembimbing.

3. Dalam karya tulis ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah dan dipublikasikan orang lain, kecuali secara tertulis dan jelas ditentukan sebagai acuan dalam naskah yang disebutkan nama pengarang dan dicantumkan dalam daftar pustaka.

4. Pernyataan ini saya buat sesungguhnya dan apabila dikemudian hari terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini maka saya bersedia menerima sangsi akademik berupa pencabutan gelar yang telah diperoleh karena karya tulis ini serta sangsi lainnya sesuai dengan norma yang berlaku di Perguruan Tinggi ini.

Bandung, Maret 2011

Radita Amalia Indriana NIM : 43307002


(6)