Tinjauan Hukum Terhadap Pencemaran Lingkungan Air Akibat Limbah Industri Rumah Tangga Dihubungkan Dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup

(1)

LEGAL REVIEW OF INDUSTRIAL WASTE OF ENVIRONMENTAL POLLUTION LINKED WITH PROTECTION AND ENVIRONMENTAL

MANAGEMENT ACT 32/2009

Dosen Pembimbing : Arinita Sandria S.H., M.Hum

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Mata Kuliah Penulisan Hukum pada Program strata 1 Jurusan Ilmu Hukum Fakultas Hukum

Universitas Komputer Indonesia Oleh :

Firdausi Mahaputra 31609006

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA BANDUNG


(2)

(3)

(4)

iv Lembar Pengesahan

Surat Pernyataan

Kata Pengantar …………...……….………. i

Daftar Isi ………... iv Abstrak

Abstract BAB I

……… ……… PENDAHULUAN

vii viii

A. Latar Belakang ... B. Identifikasi Masalah ………... C. Maksud dan Tujuan Penelitian ... D. Kegunaan Penelitian ………... E. Kerangka Penelitian ... F. Metode Penelitian ..………

1 2 3 3 4 9

BAB II TINJAUAN TEORETIS MENGENAI PENCEMARAN

LINGKUNGAN AKIBAT LIMBAH INDUSTRI RUMAH TANGGA A. Ruang Lingkup Lingkungan Hidup ... B. Pencemaran Lingkungan Hidup ... C. Industri Rumah Tangga ... ...

13 15 23 BAB III PENCEMARAN SUNGAI YANG DI AKIBATKAN OLEH LIMBAH

INDUSTRI TAHU

A. Penyebab dan Akibat Terjadinya Pencemaran Sungai Yang Diakibatkan Industri Tahu ... B. Penanggulangan Pencemaran Lingkungan yang ditimbulkan


(5)

v

BAB IV ANALISIS HUKUM TERHADAP PENCEMARAN AIR YANG DIAKIBATKAN OLEH LIMBAH INDUSTRI TAHU

A. Upaya yang Dilakukan Pemerintah dan Masyarakat dalam Mencegah dan Menanggulangi Pencemaran Air Akibat Limbah Industri Rumahan Sesuai Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup ... 40 B. Penerapan Sanksi bagi Pelaku Pencemaran Lingkungan sesuai

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup ... 47 BAB V SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan ... B. Saran ...

49 50 Daftar Pustaka ... 51 Lampiran


(6)

i

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wr.wb

Segala puji serta syukur Penulis panjatkan kepada Allah S.W.T yang telah memberikan segala rahmat dan karunia-Nya, shalawat serta salam semoga tercurahkan kepada Nabi besar kita Muhamad S.A.W, bahwa Peneliti masih diberikan kesempatan untuk dapat mensyukuri segala nikmat-Nya, berkat taufik dan hidayah-Nya, Peneliti dapat menyelesaikan Skripsi dengan judul “TINJAUAN HUKUM TERHADAP PENCEMARAN LINGKUNGAN AKIBAT LIMBAH INDUSTRI RUMAH TANGGA DIHUBUNGKAN DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2009 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP”

Penliti sangat menyadari bahwa dalam penulisan Skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, baik dari segi subtansi maupun tata bahasa, sehingga kiranya masih banyak yang perlu didalami dan diperbaiki. Peneliti sangat mengharapkan kritik dan saran yang Insya Allah dengan jalan ini dapat memperbaiki kekurangan dikemudian hari.

Pada proses penyusunan Skripsi ini, penliti banyak mendapat bantuan dan dukungan dari banyak pihak, khususnya Orang Tua penliti atas Do’a dan dukungannya. Penliti juga mengucapkan banyak terima kasih dengan penuh rasa hormat kepada Yth. Ibu Arinita Sandria, S.H., MHum selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu, tenaga, pikiran dan kesabarannya untuk membimbing dalam penulisan Skipsi ini, selain itu penliti juga ingin mengucapkan terima kasih kepada :


(7)

1. Yth. Bapak Dr. Ir. Eddy Soeryanto Soegoto, Msc selaku Rektor Universitas Komputer Indonesia;

2. Yth. Ibu Prof. Dr. Hj. Umi Narimawati, Dra. S. E. M. Si. selaku Wakil Rektor I Universitas Komputer Indonesia;

3. Yth. Ibu Prof. Dr. Hj. Ria Ratna Ariawati, S.E., A.K., M.S., A.K selaku Wakil Rektor II Universitas Komputer Indonesia

4. Yth. Ibu Prof. Dr. Hj. Aelina Surya, selaku Wakil Rektor III Universitas Komputer Indonesia

5. Yth. Ibu Prof. Dr. Hj. Mien Rukmini, S.H., MS. selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Komputer Indonesia

6. Yth. Ibu Hetty Hassanah, S.H., M.H. selaku Ketua Jurusan Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Komputer Indonesia

7. Yth. Ibu Arinita Sandria, S.H., M.Hum. selaku Dosen Fakultas Hukum Universitas Komputer Indonesia

8. Yth. Ibu Febilita Wulan Sari, S.H selaku Dosen Wali angkatan 2009 sekaligus Dosen Fakultas Hukum Universitas Komputer Indonesia

9. Yth. Bapak Dwi Iman Muthaqin, S.H., M.H. selaku Dosen Fakultas Hukum Universitas Komputer Indonesia

10. Yth. Ibu Muntadhiroh Alchujjah, S.H., LLM. selaku Dosen Fakultas Hukum Universitas Komputer Indonesia

11. Yth. Ibu Yani Brilyani Tavipah, S.H., M.H. selaku Dosen Fakultas Hukum Universitas Komputer Indonesia;

12. Yth. Ibu Farida Yulianti, S.H., S.E., M.M selaku Dosen Fakultas Hukum Universitas Komputer Indonesia


(8)

13. Yth. Ibu Rachmani Puspitadewi., S.H., M.Hum selaku Dosen Fakultas Hukum Universitas Komputer Indonesia

14. Yth. Ibu Rika Rosilawati, A.Md selaku Staff Administrasi Fakultas Hukum Universitas Komputer Indonesia

15. Yth. Bapak Muray Selaku Karyawan Fakultas Hukum Universitas Kompter Indonesia

Peneliti juga mengucapkan terima kasih kepada Kevin Dwinanto, Harja Adhiyana, Ari Rizhadi, Adam Saputra, Ramadhani, Andi dan Maychal atas dukungan dan doanya. Akhir kata penulis mengucapkan rasa syukur yang sebesar-besarnya kepada Allah S.W.T, karena atas ijin-Nya peneliti dapat menyelesaikan penulisan Skipsi ini. Semoga Skripsi ini bermanfaat bagi para pembaca dan peneliti sendiri.

Bandung, Juli 2013


(9)

51

DAFTAR PUSTAKA Buku-Buku

A. Hamzah, Penegakan Hukum Lingkungan, Arikha Media Cipta, Jakarta, 1995. Daud Silalahi, Dikutip dalam Supriadi Hukum Lingkungan Indonesia, Sinar

Grafika, Jakarta, 2006.

Emil Salim, Lingkungan Hidup dan Pembangunan, Mutiara, Jakarta, 1998.

Hamrat Hamid dan Bambang Pramudyanto.

Pengawasan Industri Dalam

Pengendalian Pencemaran Lingkungan, Edisi I,

Granit, Jakarta,

2007.

Koesnohadi Hardjasoemanti, Hukum Tata Lingkungan, Graha Ilmu, Yogyakarta, 2000.

Mahfud MD, Dasar dan Struktur Ketatanegaraan Indonesia, Rineka Cipta, Jakarta 2001.

Munadjat Danusaputro, Hukum Lingkungan Buku I, Bina Cipta, Bandung 1981. Mulyanto, Ilmu Lingkungan, Graha Ilmu, Yogyakarta, 2007.

Otto Sunarwoto, Hukum Lingkungan Dalam Sistem Penegakan Hukum Lingkungan Indonesia, P.T. Alumni, Bandung, 2001.

Sukanda Husin, Penegakan Hukum Lingkungan, Sinar Grafika, Jakarta, 2009. Supriadi, Hukum Lingkungan Di Indonesia, Sebuah Pengantar, Sinar Grafika,

Jakarta, 2010.

Peraturan Perundang-undangan Undang-Undang Dasar Tahun 1945

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.

Peraturan Mentri Nomor 3 Tahun 2010 tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi Kawasan Industri


(10)

Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air

Peraturan Pemerintah Nomor 150 Tahun 2000 tentang Pengendalian Kerusakan Tanah Untuk Produksi Biomassa


(11)

13 A. Ruang Lingkup Lingkungan Hidup

1. Definisi Lingkungan Hidup

Emil Salim, secara umum lingkungan hidup diartikan sebagai segala benda, kondisi keadaan dan pengaruh yang terdapat dalam ruangan yang di tempati dan mempengaruhi hal yang hidup termasuk kehidupan manusia. Pengertian ini bisa sangat luas, namun untuk praktisnya kita batasi ruang lingkungan dengan faktor-faktor yang dapat dijangkau oleh manusia seperti faktor alam. faktor politik, faktor ekonomi, faktor sosial dan faktor lain-lain, supaya keseimbangan kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup di bumi ini tetap terjaga5. Sedangkan menurut Mulyanto, lingkungan adalah seluruh faktor luar yang mempengaruhi suatu organisme, faktor-faktor tersebut dapat berupa organisme hidup (faktor biotik) atau variabel-variabel yang tidak hidup (faktor abiotik), misalnya suhu, curah hujan, panjangnya siang, angin, serta arus-arus laut. Interaksi-interaksi antara organisme dengan kedua faktor biotik dan abiotik membentuk suatu ekosistem, bahkan perubahan kecil suatu faktor dalam ekosistem dapat berpengaruh terhadap keberhasilan suati jenis makhluk hidup dalam lingkungannya6.

5

Emil Salim, Lingkungan Hidup dan Pembangunan, Mutiara, Jakarta, 1998, hlm.34.

6


(12)

Lingkungan hidup yang baik adalah lingkungan yang tingkat pencemaran dan kerusakan lingkungan rendah, dan hal ini akan memberi banyak manfaat bagi kehidupan, tapi apabila manusia tidak dapat menjaga lingkungan dengan baik sehingga menyebabkan terjadinya pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup maka akan berdampak buruk terhadap kehidupan manusia, maka untuk mewujudkan lingkungan yang layak huni dan aman bagi kehidupan dibutuhkan perlindungan terhadap lingkungan itu sendiri.

2. Dasar Hukum Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup

Kerusakan sering diakibatkan oleh manusia maupun alam, tapi manusia adalah faktor yang sering melakukan perusakan dan pencemaran. Kerusakan dan pencemaran lingkungan hidup lebih lanjut diatur dalam Pasal 1 angka 17 Undang-Undang No 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, menyatakan :

“Kerusakan lingkungan hidup adalah perubahan langsung dan/atau tidak langsung terhadap sifat fisik, kimia, dan/atau hayati lingkungan hidup yang melampaui kriteria baku kerusakan lingkungan hidup” Kerusakan lingkungan hidup menyebabkan terjadinya perubahan langsung dan/atau tidak langsung terhadap lingkungan sekitar, untuk itu perlindungan terhadap lingkungan hidup dibutuhkan demi kenyamanan dan keamanan bagi mahluk hidup. Pasal 1 angka 2 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, menyatakan bahwa :


(13)

“Perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup adalah upaya sistematis dan terpadu yang dilakukan untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup, dan mencegah terjadinya pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup yang meliputi perncanaan, pemanfaatan, pengendalian, pemeliharaan, pengawasan, dan penegakan hukum” Pemerintah dan masyarakat memegang peranan penting dalam upaya pelestarian dan menjaga lingkungan hidup. Kepedulian pemerintah tanpa disertai dengan kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga lingkungan maka akan percuma, begitu juga apabila pemerintah tidak peduli terhadap lingkungan, tapi kesadaran tinggi dari masyarakat akan pentingnya menjaga lingkungan juga tidak akan menghasilkan sesuatu yang positif.

Perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup tidak hanya akan memiliki manfaat untuk sekarang ini saja, tetapi manfaat tersebut akan juga dirasakan di masa yang akan mendatang oleh para generasi penerus bangsa Indonesia, perlindungan dan pengelolaan terhadap lingkungan hidup harus dimulai secepatnya, karena apabila hal ini dilakukan setelah pencemaran terjadi, maka kerusakan lingkungan hidup akan semakin meluas, terutama dalam hal pencemaran air sungai yang diakibatkan sisa limbah industri rumah yang semakin banyak jumlahnya.

B. Pencemaran Lingkungan Hidup

1. Definisi Pencemaran Lingkungan Hidup

Pencemaran lingkungan menurut Sukanda Husin adalah adalah perubahan pada lingkungan yang tidak dikehendaki karena dapat


(14)

memengaruhi kegiatan, kesehatan dan keselamatan makhluk hidup 7 . Pencemaran lingkungan hidup yang diakibatkan oleh aktivitas manusia dapat memberikan dampak buruk terhadap lingkungan hidup, dan dampak buruk tersebut akan berimbas kepada kehidupan manusia dan mahluk hidup lainnya. Menurunnya kualitas lingkungan hidup, maka akan menurun juga kualitas kehidupan masyarakat, karena sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya, bahwa lingkungan hidup dan manusia merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan, karena lingkungan hidup merupakan tempat dimana manusia menjalani kehidupannya, tapi masyarakat Indonesia sering dibutakan oleh keserakahan untuk mendapatkan keuntungan, sehingga lebih mengorbankan kelestarian lingkungan hidup untuk mendapatkan keuntungan tersebut, hal ini dapat dilihat dalam perlakuan manusia terhadap lingkungan hidup, contohnya membuang sampah sembarangan, bahkan membuang sampah tersebut ke sungai atau kegiatan lain berupa memasukan makhluk hidup, zat, energi, dan/atau komponen lain kedalam lingkungan hidup yang dapat mempunyai dampak lebih banyak terhadap lingkungan hidup, tanpa mempertimbangkan dampak yang akan terjadi dalam jangka waktu pendek maupun dalam jangka waktu panjang.

7

Sukanda Husin, Penegakan Hukum Lingkungan, Sinar Grafika, Jakarta, 2009, Hlm 70


(15)

2. Jenis Pencemaran Lingkungan Hidup

Pencemaran lingkungan hidup secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi 3 jenis, yaitu :

a. Pencemaran Air

Pasal 1 Butir 11 Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air, menyebutkan :

“Pencemaran air adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi dan atau komponen lain ke dalam air oleh kegiatan manusia, sehingga kualitas air turun sampai ketingkat tertentu yang menyebabkan air tidak dapat berfungsi sesuai dengan peruntukannya”.

Kehidupan manusia banyak bergantung pada air. Peranan penting antara lain untuk minum, memasak, mencuci dan mandi, di samping itu air juga banyak diperlukan untuk mengairi sawah, ladang, industri, dan masih banyak lagi. Tindakan manusia dalam pemenuhan kegiatan sehari-hari, secara tidak sengaja telah menambah jumlah bahan anorganik pada perairan dan mencemari air, misalnya pembuangan detergen ke perairan dapat berakibat buruk terhadap organisme yang ada di perairan.

Pasal 8 Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air mengelompokkan air menjadi 4 kelas :


(16)

“1) Kelas Satu

Air yang peruntukkannya dapat digunakan untuk air minum, dan/atau peruntukkan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut

2) Kelas Dua

Air yang peruntukannya dapat digunakan sebagai prasarana/sarana rekreasi air, pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, mengairi pertanaman dan/atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.

3) Kelas Tiga

Air yang peruntukannya dapat digunakan untuk pembudidayaan ikan air tawar, peternakan mengairi pertanaman dan/atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.

4) Kelas Empat

Air yang peruntukannya dapat digunakan untuk mengairi pertanaman dan/atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.”

Daud Silalahi mengungkapkan bahwa suatu batas perlindungan lingkungan yang baik akan ditentukan di atas batas buangan yang diperkenankan untuk dilakukan, hal ini sangat penting untuk dijadikan sebagai faktor pengaman yang harus dipertahankan apabila akan mempertahankan suatu kualitas lingkungan yang memadai8.

b. Pencemaran Tanah

Pasal 1 Peraturan Pemerintah Nomor 150 Tahun 2000 tentang Pengendalian Kerusakan Tanah Untuk Produksi Biomassa menyebutkan bahwa :

8

Daud Silalahi, Dikutip dalam Supriadi Hukum Lingkungan Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta, 2006, Hlm 194


(17)

“Tanah adalah salah satu komponen lahan, berupa lapisan teratas kerak bumi yang terdiri dari bahan mineral dan bahan organik serta mempunyai sifat fisik, kimia, biologi, dan mempunyai kemampuan menunjang kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya”

Peraturan Pemerintah mengenai pengendalian pencemaran tanah ini dirancang digunakan untuk mengurangi kerusakan tanah akibat produksi biomassa. Biomassa adalah tumbuhan atau bagian-bagiannya, yaitu bunga, biji, buah, daun, ranting, batang dan akar termasuk tanaman yang dihasilkan oleh kegiatan pertanian, perkebunan dan hutan tanaman 9 . Pencemaran mengakibatkan penurunan mutu serta fungsi tanah yang pada akhirnya mengancam kehidupan manusia. Tanah merupakan tempat hidup berbagai jenis tumbuhan dan makhluk hidup lainnya termasuk manusia, kualitas tanah dapat berkurang karena proses erosi oleh air yang mengalir sehingga kesuburannya akan berkurang, selain itu menurunnya kualitas tanah juga dapat disebabkan limbah padat yang mencemari tanah. Limbah padat dapat berasal dari sampah rumah tangga (domestik), industri dan alam (tumbuhan).

c. Pencemaran Udara

Pencemaran udara adalah kehadiran suatu kimia, atau biologi di atmosfer dalam jumlah yang dapat membahayakan kesehatan manusia, hewan, dan tumbuhan, mengganggu estetika dan

9


(18)

kenyamannya10. Pencemaran udara dapat ditimbulkan oleh sumber-sumber alami maupun kegiatan manusia. Beberapa definisi gangguan fisik seperti polusi suara, panas, radiasi atau polusi cahaya dianggap sebagai polusi udara.

3. Faktor Penyebab Pencemar Lingkungan Hidup

Pencemaran lingkungan hidup dapat disebabkan oleh dua faktor, diantaranya11 :

a. Faktor Internal Pencemaran Lingkungan Hidup (secara ilmiah) : 1) Debu beterbangan oleh tiupan angin.

2) Abu atau debu dan gas-gas volkanik dari letusan gunung berapi.

3) Proses pembusukan sampah.

4) Letusan gunung berapi yang memuntahkan debu, pasir, batu,dan bahan vulkanik lain yang menutupi dan merusak daratan/permukaan tanah.

b. Faktor Eksternal (karena ulah manusia) : 1) Pembakaran bahan bakar fosil

2) Debu atau serbuk dari kegiatan industri dan pertambangan 3) Pemakaian zat-zat kimia yang disemprotkan ke udara

10

Pencemaran Udara, http://id.wikipedia.org, Diakses pada Hari Senin, Tanggal 13 Mei 2013, pukul 22.30 WIB.

11

Kimia Lingkungan, http://ocw.gunadarma.ac.id, Diakses pada Hari Senin, Tanggal 13 Mei 2013, pukul 22.35 WIB.


(19)

4. Dampak Pencemaran Lingkungan

Pencemaran terhadap lingkungan hidup yang diakibatkan oleh makhluk hidup semakin hari terus bertambah. Dampak yang merugikan kesehatan terutama untuk tubuh manusia menimbulkan berbagai permasalahan dan penyakit, baik penyakit yang langsung dirasakan maupun penyakit yang timbul karena akumulasi bahan polutan dalam tubuh manusia. Dampak akibat tercemarnya lingkungan air dapat menyebabkan kerugian bagi mahluk hidup. Air yang sudah tercemar oleh limbah industri, rumah tangga dan lain-lain tidak dapat dipergunakan, karena air yang sudah tercemar apabila digunakan dapat menimbulkan berbagai penyakit menular. Kegiatan industri harus menerapkan sistem, air yang telah digunakan (air limbah industri) tidak boleh langsung dibuang ke lingkungan karna dapat menyebabkan pencemaran sehingga limbah industri harus diproses daur ulang baru dikembalikan ke lingkungan12.

Dampak pencemaran dapat mengancam kelangsungan hidup manusia dan mahluk lainnya di bumi. Pemerintah kemudian mengatur baku mutu/standar lingkungan hidup yang dibutuhkan mahluk hidup yang terdapat pada Pasal 1 angka 13 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, menyatakan :

“Baku mutu lingkungan hidup adalah ukuran batas atau kadar makhluk hidup, zat, energi atau komponen yang ada atau harus ada

12


(20)

dan/atau unsur pencemar yang ditenggang keberadaannya dalam suatu sumber daya tertentu sebagai unsur lingkungan hidup”.

Berdasarkan ketentuan dalam Pasal 20 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, baku mutu lingkungan hidup terdiri dari :

1. Baku mutu air adalah ukuran batas atau kadar makhluk hidup,zat, energi atau komponen yang ada atau harus ada dan/atau unsur pencemar yang ditenggang keberadaannya di dalam air.

2. Baku mutu air limbah adalah ukuran batas atau kadar polutan yang ditenggang untuk dimasukkan ke media air.

3. Baku mutu air laut adalah ukuran batas atau kadar makhluk hidup, zat, energi atau komponen yang ada atau harus ada dan/atau unsur pencemar yang ditenggang keberadaannya didalam air laut. 4. Baku mutu udara ambien adalah ukuran batas atau kadar makhluk hidup, zat, energi atau komponen yang ada atau harus ada dan/atau unsur pencemar yang ditenggang keberadaannya dalam udara ambien.

5. Baku mutu emisi adalah ukuran batas atau kadar polutan yang ditenggang untuk dimasukkan ke media udara.

6. Baku mutu gangguan adalah ukuran batas unsur pencemar yang ditenggang keberadaannya yang meliputi unsur getaran, kebisingan dan kebauan.


(21)

C. Industri Rumah Tangga

1. Pengertian Industri Rumah Tangga

Pengertian Industri menurut Sukirno adalah perusahaan yang menjalankan kegiatan ekonomi yang mengolah barang mentah, bahan baku, barang setengah jadi atau barang jadi untuk dijadikan barang yang lebih tinggi kegunaannya. Pengertian sempit industri adalah suatu kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan baku, barang setengah jadi dan barang jadi menjadi barang dengan nilai yang lebih tinggi penggunaannya, termasuk kegiatan rancang bangun dan perekayasaan industri13.

Indonesia mempunyai berbagai jenis industri baik dalam skala besar, menengah dan mikro (rumahan) dengan banyaknya industri yang ada di Indonesia maka resiko terjadinya pencemaran semakin besar. Industri tahu adalah salah satu contoh industri mikro/rumahan yang turut mencemari lingkungan, karena belum mempunyai Instalasi Pengolahan Air Limbah, untuk mencegah pencemaran akibat industri tahu, pemerintah mengeluarkan pengaturan tentang Instalasi Pengolahan Air Limbah yang terdapat pada Pasal 1 ayat (11) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 03 Tahun 2010 Tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi Kawasan Industri, menyatakan :

“Instalasi Pengolahan Air Limbah Terpusat yang selanjutnya disebut IPAL terpusat adalah instalasi yang digunakan untuk mengolah air

13

Sukirno dikutip dalam, Pengertian Industri http://definisipengertian.com/, diakses pada hari Selasa, tanggal 1 April 2013 pukul, 20.00 WIB


(22)

limbah yang berasal dari seluruh industri dan aktivitas pendukungnya yang ada dalam kawasan industri.

IPAL seharusnya dimiliki oleh setiap industri rumah, karena IPAL dapat mengurangi kadar cairan berbahaya yang terkandung di dalam limbah industri. Langkah ini digunakan agar pencemaran terhadap lingkungan yang di akibatkan oleh limbah teratasi. Industri rumah atau yang disebut juga dengan industri mikro. Industri rumahan juga sering disebut dengan Usaha Mikro, karena jumlah pegawai yang sedikit dan tempatnya yang terpusat di dalam rumah.

Pasal 1 ayat (1) Undang – Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah menyatakan bahwa :

“Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan usaha perorangan yang memenuhi criteria Usaha Mikro sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini.”

Semua jenis usaha yang ada di Indonesia bertujuan menumbuhkan dan mengembangkan usahanya dalam rangka membangun perekonomian nasional berdasarkan demokrasi ekonomi yang berkeadilan, hal ini mengakibatkan semakin banyaknya kegiatan industri. Contohnya adalah industri rumah yang mulai banyak bermuculan diberbagai daerah di Indonesia khususnya kota Bandung. Dampak positif dari banyaknya industri rumah ini adalah mampu mengurangi pengangguran di Indonesia, karena untuk menjadi pekerja di suatu industri rumah tidak membutuhkan pendidikan tinggi dan biaya mahal. Dampak negatif dari banyaknya industri rumah


(23)

adalah pencemaran lingkungan melalui limbah yang dihasilkan dan kemudian dibuang tanpa diolah lebih dulu. Pabrik tahu di daerah Bandung merupakan contoh konkrit pencemaran lingkungan akibat limbah industri rumah.

2. Limbah Industri Rumah Tangga

Pasal 1 ayat (20) Undang – Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, menyatakan :

“Limbah adalah sisa suatu usaha dan/atau kegiatan

.

Darmadi menyatakan bahwa limbah adalah Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi, baik industri maupun domestik (rumah tangga), yang kehadirannya pada saat tertentu tidak dikehendaki lingkungan karena menurunkan kualitas lingkungan 14 . Limbah dibagi menjadi15:

a. Berdasarkan Senyawa : 1) Limbah Organik

Limbah yang dapat diuraikan (biasanya dari makhluk hidup) dan mengandung unsur karbon. Contoh : Kulit jagung, jantung pisang, daun, batang padi, kotoran hewan.

2) Limbah Anorganik

14

Darmadi dikutip dalam Pengertian Limbah, carapedia.com/pengertian-limbah/, diakses pada hari Senin, tanggal 20 April 2013 pukul, 08.00 WIB

15

Pengertian Limbah Pengelompokan Limbah, http://dedi-smk.blogspot.com, diakses pada hari Senin, tanggal 20 April 2013 pukul, 08.00 WIB


(24)

Limbah yang sulit atau bahkan tidak dapat diuraikan (bukan berasal dari makhluk hidup) dan tidak mengandung unsur karbon. Contoh: Plastik, besi, baja, pakaian bekas.

b. Berdasarkan Wujud

1) Limbah padat, adalah limbah yang berbentuk padat. Limbah jenis ini masih dibagi lagi menjadi berbagai jenis, yakni:

a) Sampah organik yang mudah membusuk (Garbage). b) Jenis abu(Ashes).

c) Segala jenis bangkai terutama yang besar (Street Sweeping).

d) Benda-benda padat sisa yang merupakan sampah industri (Industrial waste).

2) Limbah cair, adalah limbah yang berbentuk cair. Pembagian limbah cair:

a) Limbah cair domestik (rumah tangga), contoh: air sabun, tinja, sisa minyak goreng, dll.

b) Limbah cair industri, contoh: air cucian. c) Rembesan dan luapan, contoh: rembesan AC d) Air hujan.

3) Limbah gas, adalah limbah yang berwujud berupa gas. Contoh:


(25)

b) O2 c) NO2 d) CO2 e) H2 f) SO2 g) HCL

c. Berdasarkan Sumbernya

1) Limbah domestik, yakni limbah yang berasal dari kegiatan pemukiman penduduk dan kegiatan usaha seperti pasar, restoran, dll.

2) Limbah industri, yakni limbah yang merupakan hasil buangan industri.

3) Limbah pertanian, yakni limbah yang berasal dari kegiatan pertanian/perkebunan.

4) Limbah pertambangan, limbah yang berasal dari kegiatan pertambangan.

Limbah merupakan zat cair hasil produksi industri yang mengandung zat berbahaya dan dapat mencemari lingkungan, oleh karena itu dalam pembuangannya limbah perlu diatur dalam agar tidak mencemari dan merusak lingkungan. Limbah industri rumah tangga termasuk kedalam limbah cair, contohnya seperti industri tahu di Bandung, hasil produksi atau


(26)

limbah yang dihasilkan pasti adalah zat cair yang kemudian dibuang ke sungai.

3. Pencemaran Akibat Limbah Industri Rumah Tangga

Manusia adalah pengendali lingkungan hidup di bumi berperan besardalam menentukan kelestarian lingkungan hidup. Manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang berakal budi mampu merubah dunia dari pola kehidupan sederhana sampai ke bentuk kehidupan modern seperti sekarang, tapi seringkali apa yang dilakukan manusia tidak diimbangi dengan pemikiran akan masa depan kehidupan generasi berikutnya. Kemajuan teknologi yang dicapai saat ini membawa dampak positif dan dampak negatif dalam kehidupan manusia. Dampak positif dari teknologi salah satunya adalah memudahkan kehidupan manusia, sedangkan dampak negatif diantaranya adalah pencemaran dan/atau kerusakan terhadap lingkungan hidup. Salah satu hal yang menyebabkan terjadinya pencemaran dan/atau kerusakan terhadap lingkungan hidup adalah limbah dari industri rumahan. Limbah industri yang dibuang secara sembarangan tersebut memiliki dampak terhadap lingkungan, diantaranya :

a. Berkurangnya jumlah oksigen terlarut di dalam air karena sebagian besar oksigen digunakan oleh bakteri untuk melakukan proses pembusukan sampah.


(27)

b. Sampah anorganik ke sungai, dapat berakibat menghalangi cahaya matahari sehingga menghambat proses fotosintesis dari tumbuhan air dan alga yang menghasilkan oksigen.

c. Deterjen sangat sulit diuraikan oleh bakteri sehingga akan tetap aktif untuk jangka waktu yang lama di dalam air, mencemari air dan meracuni berbagai organisme air.

d. Penggunaan deterjen secara besar-besaran juga meningkatkan senyawa fosfat pada air sungai atau danau yang merangsang pertumbuhan ganggang dan eceng gondok (Eichhornia crassipes).

e. Pertumbuhan ganggang dan eceng gondok yang tidak terkendali menyebabkan permukaan air danau atau sungai tertutup sehingga menghalangi masuknya cahaya matahari dan mengakibatkan terhambatnya proses fotosintesis.

f. Tumbuhan air (eceng gondok dan ganggang) yang mati membawa akibat proses pembusukan tumbuhan ini akan menghabiskan persediaan oksigen.

g. Material pembusukan tumbuhan air akan mengendapkan dan menyebabkan pendangkalan.


(28)

Limbah industri rumah tangga yang dibuang secara terus-menerus ke sungai akan menimbulkan efek negatif untuk kehidupan mahluk hidup, seperti penyakit. Pencegahan perlu dilakukan untuk hidup yang lebih baik, namun hal ini butuh kerjasama antara masyarakat sebagai pelaku pencemar dengan pemerintah sebagai pemegang kekuasaan dan pengatur masyarakat itu sendiri.


(29)

31

A. Penyebab dan Akibat Terjadinya Pencemaran Sungai yang diakibatkan Industri Tahu

1. Faktor Penyebab Terjadinya Pencemaran Sungai Akibat Limbah Industri Tahu

Meningkatnya jumlah industri tahu di Indonesia menimbulkan berbagai masalah baru, baik masalah terhadap lingkungan ataupun kesehatan. Limbah industri akan meningkatkan jumlah zat pencemar air dan berdampak negatif terhadap lingkungan dan kualitas air serta dapat memberikan pengaruh negatif terhadap kesehatan. Industri tahu banyak bermunculan dibandung dikarenakan tahu banyak diminati oleh masyarakat baik dari Bandung maupun luar Bandung. Banyaknya industri tahu mengakibatkan semakin tingginya tingkat pencemaran, hal ini dikarenakan limbah industri hasil produksi dibuang secara sembarangan dan dapat mengakibatkan berbagai masalah pencemaran lingkungan.

Daerah Bandung, tepatnya di daerah bengkok terdapat beberapa industri tahu, salah satunya adalah perusahaan tahu milik Dede yang sering membuang limbah hasil produksinya ke sungai yang mengakibatkan lingkungan sekitar tercemar. Pembuangan hasil produksi limbah langsung


(30)

dibuang ke sungai tanpa melalui proses pengolahan karena dipengaruhi beberapa faktor17 :

a. Kurangnya kesadaran akan kesehatan lingkungan dari pemilik pabrik, sehingga pemilik pabrik tidak mempunyai Instalasi Pengolahaan Air Limbah (IPAL) sebagai alat untuk penyaring limbah sebelum dibuang ke lingkungan.

b. Pemilik pabrik beranggapan, bahwa biaya untuk membuat IPAL lebih baik digunakan untuk menambah biaya produksi untuk membeli bahan dasar tahu.

2. Dampak Pencemaran Akibat Limbah Industri Tahu

Industri tahu memiliki dampak positif dan negatif. Dampak positifnya adalah selain dapat menyerap tenaga kerja, pelaku usaha industri tahu akan memproduksi tahu sebanyak-banyaknya untuk pemenuhan kebutuhan masyarakat, sedangkan dampak negatifnya adalah adanya limbah tahu akibat produksi tahu.

Dampak yang ditimbulkan oleh pencemaran limbah industri tahu adalah gangguan terhadap kehidupan biotik dan turunnya kualitas air akibat meningkatnya kandungan bahan organik. Limbah cair yang dihasilkan mengandung padatan tersuspensi maupun terlarut, akan menimbulkan gangguan terhadap kesehatan karena menghasilkan zat beracun atau menciptakan media untuk tumbuhnya kuman penyakit atau kuman lainnya yang merugikan baik pada produk tahu sendiri ataupun tubuh manusia, bila

17

Hasil wawancara dengan Dede Soepandi, Pemilik Industri Tahu, Tanggal 28 Mei 2013, pukul 13.05


(31)

dibiarkan air limbah akan berubah warnanya menjadi coklat kehitaman dan berbau busuk18. Bau busuk dapat mengakibatkan sakit pernapasan, apabila air limbah ini meresap ke dalam tanah yang dekat dengan sumur maka air sumur itu tidak dapat dimanfaatkan lagi. Limbah ini apabila dialirkan ke sungai maka akan mencemari sungai dan bila masih digunakan akan menimbulkan gangguan kesehatan yang berupa penyakit gatal, diare, radang usus dan penyakit lainnya, khususnya yang berkaitan dengan air yang kotor dan kebersihan lingkungan yang tidak baik. Industri tahu merupakan industri yang berperan aktif dalam pencemaran melalui limbahnya, untuk mengurangi pencemaran lingkungan seharusnya pelaku industri kecil memperhatikan Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup, yang selanjutnya disebut UKL-UPL.

UKL-UPL adalah pengelolaan dan pemantauan terhadap usaha dan/atau kegiatan yang tidak berdampak penting terhadap lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan, sebagai bentuk kepedulian terhadap lingkungan. Pasal 9 huruf (b) Peraturan Mentri Nomor 3 Tahun 2010 tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi Kawasan Industri, menyatakan :

“Melakukan pengelolaan air limbah sehingga mutu air limbah yang dibuang ke sumber air tidak melampaui baku mutu air limbah yang telah ditetapkan”

18

Dampak Limbah, http://lh.surabaya.go.id, diakses pada tanggal 30 Agustus, pukul 20.32 WIB


(32)

Salah satu cara untuk menjaga mutu air dari limbah tahu adalah dengan memasang IPAL pada setiap industri tahu, karena apabila limbah tahu di biarkan secara sembarangan dibuang ke sungai akan mempunyai dampak yang buruk terhadap lingkungan. Secara umum dampak dari pecemaran lingkungan yang diakibatkan limbah adalah19 :

a. Dampak terhadap Kehidupan Biota Air

Akibat matinya bakteri-bakteri, maka proses penjernihan air secara alamiah yang seharusnya terjadi pada air limbah juga terhambat. Dengan air limbah yang sulit terurai. Panas dari industri juga akan membawa dampak bagi kematian organisme, apabila air limbah tidak didinginkan terlebih dahulu.

b. Dampak terhadap Kualitas Air Tanah

Pencemaran air tanah oleh tinja yang biasa diukur dengan faecal coliform telah terjadi dalam skala yang luas, hal ini dibuktikan oleh suatu survey sumur dangkal di Jakarta. Banyak penelitian yang mengindikasikan terjadinya pencemaran tersebut.

c. Dampak terhadap Kesehatan

Peran air sebagai pembawa penyakit menular bermacam-macam antara lain:

a) Air sebagai media untuk hidup mikroba pathogen, b) Air sebagai sarang insekta penyebar penyakit,

19

Koesnohadi Hardjasoemanti, Hukum Tata Lingkungan, Graha Ilmu, Yogyakarta, 2000, hlm. 30


(33)

c) Jumlah air yang tersedia tidak cukup, sehingga manusia bersangkutan tak dapat membersihkan diri,

d) Air sebaga media untuk hidup vector penyakit. d. Dampak terhadap Estetika Lingkungan

Banyaknya zat organik yang dibuang ke lingkungan perairan, mengakibatkan semakin tercemarnya air yang ditandai dengan bau yang menyengat disamping tumpukan yang dapat mengurangi estetika lingkungan. Masalah limbah minyak atau lemak juga dapat mengurangi estetika lingkungan.

B. Penanggulangan Pencemaran Lingkungan yang Ditimbulkan Limbah Industri Tahu

Industri tahu semakin banyak bermunculan di daerah Bandung, hal ini disebabkan banyaknya permintaan dari masyarakat, namun hal ini tidak diimbangi dengan pengelolaan lingkungan, sehingga limbah hasil produksi tahu sering dibuang langsung ke sungai tanpa diolah mengakibatkan pencemaran lingkungan. Limbah hasil buangan industri tahu dibagi menjadi dua20 :

1. Buangan Padat

Pabrik tahu membuang buangan padat pada saat pencucian yaitu berupa biji yang jelek dan batu kerikil yang ikut dalam biji, pada saat kedelai diproses menjadi susu kedelai dan disaring

20

Pengelolaan Limbah Industri Tahu, environmentalpublic.blogspot.com, Diakses pada Hari Kamis, Tanggal 9 Mei 2013, pukul 19.22 WIB.


(34)

mengeluarkan ampas. Pengolahan buangan padat hasil limbah tahu mudah dimanfaakan untuk makanan ternak dan juga dapat dibuat tempe gembus.

2. Buangan Cair

Sebagian besar dari buangan industri tahu adalah limbah cair yang mengandung sisa dari susu tahu yang tidak tergumpal menjadi tahu. Air limbah tahu mengandung zat organik misalnya protein, karbohidrat dan lemak, disamping zat tersebut juga mengandung padatan zat terendap misalnya potongan tahu yang hancur pada saat pemrosesan yang kurang sempurna.

Pengolahan buangan cair dari limbah tahu memang lebih susah daripada buangan padat, tapi ada beberapa cara untuk mengolahnya. Berbagai upaya untuk mengolah limbah cair industri tahu dicoba dan dikembangkan. Metode pengolahan yang dikembangkan secara umum dapat digolongkan atas 3 jenis metode pengolahan, yaitu secara fisika, kimia maupun biologis21 :

1. Cara Fisika

Merupakan metode pemisahan sebagian dari beban pencemaran khususnya padatan tersuspensi dari limbah cair dengan memanfaatkan gaya fisika, dalam pengolahan limbah cair industri tahu secara fisika, proses yang dapat digunakan adalah filtrasi. Filtrasi (penyaringan) menggunakan media penyaring terutama

21


(35)

untuk menjernihkan dan memisahkan partikel-partikel kasar dan padatan tersuspensi dari limbah cair.

2. Cara Kimia

Merupakan metode penghilangan senyawa-senyawa polutan dalam limbah cair dengan penambahan bahan-bahan kimia. Proses yang dapat diterapkan dalam pengolahan limbah cair industri tahu adalah netralisasi. Proses netralisasi biasanya diterapkan dengan cara penambahan asam atau basa guna menetralisir ion-ion terlarut dalam limbah cair sehingga memudahkan proses pengolahan selanjutnya.

3. Cara Biologi

Cara biologi ini dapat menurunkan kadar zat organik terlarut dengan memanfaatkan mikroorganisme atau penumbuh air. Pada dasarnya cara biologi adalah pemusatan molekul kompleks menjadi molekul sederhana. Proses ini sangat peka terhadap faktor suhu, pH, oksigen terlarut (DO) dan zat-zat inhibitor terutama zat-zat beracun. Mikroorganisme yang digunakan untuk pengolahan limbah adalah bakteri, algae atau protozoa. Sedangakan tumbuhan air yang dapat digunakan termasuk gulma air (aquatic weeds). Metode biologis lainnya yang juga telah dicoba diterapkan dalam penanganan limbah cair industri tahu yaitu menggunakan proses lumpur aktif (activated sludge) untuk mendegradasi kandungan organik dalam bahan limbah cair


(36)

tahu dan susu kedelai. Hasil yang dicapai dilaporkan secara teknis cukup memuaskan, dimana diperoleh penurunan BOD terlarut, nitrogen dan fosfor berturut-turut sebersar 95%, 67% dan 57%, akan tetapi melihat tingkat pengetahuan para pengrajin tahu khususnya di Indonesia yang relatif minim dalam hal penanganan limbah dan faktor-faktor teknis lainnya, seperti biaya investasi dan operasi cukup tinggi, luas lahan yang diperlukan cukup besar, serta pengendalian proses yang relatif kompleks. Sehingga, penerapan metode ini khususnya di Indonesia kurang berdaya guna, hal ini dapat dilihat bahwa banyak diantara pengrajin tahu membuang limbahnya ke perairan tanpa melalui pengolahan terlebih dahulu, untuk mengatasi kendala-kendala tersebut perlu dicari metode pengolahan limbah cair yang lebih sederhana, efektif dan murah serta mudah dioperasikan, sehingga dapat diterima dan diterapkan di Indonesia.

Upaya untuk mengolah limbah cair industri tahu terus dicoba dan dikembangkan, tetapi dalam kenyataan hasilnya kurang memuaskan khususnya di Indonesia, hal ini dikarenakan tingkat kesadaran pemilik industri tahu atas kebersihan lingkungan masih sangat rendah dan kebanyakan pemilik industri tahu menganggap limbah tahu tidak terlalu berbahaya bagi lingkungan, selain itu metode pengolahan limbah cair yang terlalu rumit juga menjadi hambatan bagi pemilik industri, padahal limbah yang dihasilkan pabrik tahu yang berupa kulit kedelai, ampas dan air tahu


(37)

masih dapat dimanfaatkan menjadi produk-produk yang bermanfaat. Permasalahan mengenai pencemaran menjadi salah satu tugas yang harus secepatnya diselesaikan oleh pemerintah, sebelum timbul permasalahan-permasalahan baru.


(38)

40

A. Upaya yang Dilakukan Pemerintah dan Masyarakat dalam Mencegah dan Menanggulangi Pencemaran Air Akibat Limbah Industri Rumahan sesuai Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup

1. Upaya Pemerintah

Upaya pencegahan pencemaran air yang dilakukan oleh pemerintah terhadap industri tahu diatur dalam Pasal 74 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup menyatakan bahwa:

“(1) Pejabat pengawas lingkungan hidup berwenang: a. melakukan pemantauan;

b. meminta keterangan;

c. membuat salinan dari dokumen dan/atau membuat catatan yang diperlukan;

d. memasuki tempat tertentu; e. memotret;

f. membuat rekaman audio visual; g. mengambil sampel;

h. memeriksa peralatan;

i. memeriksa instalasi dan/atau alat transportasi; dan/atau j. menghentikan pelanggaran tertentu.

(2) Dalam melaksanakan tugasnya, pejabat pengawas lingkungan hidup dapat melakukan koordinasi dengan pejabat penyidik pegawai negeri sipil.

(3) Penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan dilarang menghalangi pelaksanaan tugas pejabat pengawas lingkungan hidup pejabat pengawas lingkungan hidup.”


(39)

Pejabat lingkungan hidup adalah pejabat yang berwenang dalam bertugas mengawasi dan mengatur kegiatan limbah hasil produksi industri, dalam melaksanakan tugasnya pejabat lingkungan hidup harus rutin dalam melakukan pengawasan. Pengawasan dibagi menjadi dua :

a. Pengawasan Rutin

Pengawasan rutin dilakukan secara berkala waktu tertentu (misal: dilakukan setiap satu bulan sekali pada akhir bulan), b. Pengawasan Mendadak

Pengawasan mendadak dilakukan pada kegiatan dan/atau usaha yang sedang bermasalah (ada kasus lingkungan). Pengawasan mendadak dapat dilakukan setiap saat tergantung kebutuhan, misalnya pada jam dini hari tanpa pemberitahuan terlebih dahulu kepada pihak penanggung jawab usaha atau kegiatan

Selain pengawasan. izin dalam medirikan usaha merupakan salah satu langkah yang harus dilakukan sebelum mendirikan suatu usaha, hal ini memang sangat jarang dilakukan oleh pemilik usaha karena keterbatasan pengetahuan. Pemerintah sebagai pemegang kekuasaan tertinggi wajib mensosialisasikan tata cara mendapatkan izin sebelum mendirikan usaha. Tata cara tersebut antara lain :

a. Surat Ijin Tempat usaha (SITU) 1) Ketentuan SITU :

Untuk kelancaran usaha, setiap perusahaan harus memiliki surat ijin tempat usaha, surat ini dikeluarkan oleh pemerintah tingkat II


(40)

sepanjang ketentuan undang-undang gangguan mewajibkannya. Prosedur permohonan SITU adalah :

a) Mendapat ijin dari lingkungan di sekitar perusahaan dan diketahui oleh RT dan RW setempat. Kemudian diteruskan ke pemerintahan kelurahan dan kecamatan dimana perusahaan itu berdiri.

b) Menyerahkan bukti mendapat ijin dari lingkungan ke pemerintah tingkat II untuk proses pembuatan SITU.

c) Membayar biaya ijin

2) Syarat-syarat yang tertuang dalam SITU:

a) Dalam menjalankan perusahaan atau usaha, wirausaha harus memenuhi tata tertib atau mentaati kewajiban dalam SITU, Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP)

b) Ketentuan umum SIUP.

SIUP dikeluarkan berdasarkan domisili pemilik atau penanggung jawab perusahaan. SIUP untuk usaha kecil dikeluarkan oleh Kepala Kantor Perdagangan Darah Tingkat II atas nama Menteri, dan masa berlakunya tidak terbatas selama perusahaan atau usaha tersebut berjalan. SIUP diberikan kepada perusahaan pembagian SIUP tersebut adalah :

a) SIUP untuk usaha kecil, yaitu usaha yang memiliki modal dan kekayaan bersih di bawah Rp 25.000.000,-


(41)

b) SIUP untuk usaha menengah, yaitu usaha yang memiliki modal dan kekayaan bersih antara Rp 25.000.000,-

c) SIUP untuk usaha berskala besar, yaitu usaha yang memiliki modal dan kekayaan bersih di atas Rp 100.000.000,-

3) Kewajiban Pemilik SIUP.

Dalam pelaksanaan usaha, ada beberapa kewajiban yang dibebankan kepada pemilik SIUP, yaitu :

a) Pemilik SIUP wajib melaporkan diri kepada:

i. Kepala Kantor Wilayah Departemen Perdagangan atau Kepala

ii. Kantor Departemen Pedagangan yang mengeluarkan ijin SIUP, apabila usaha yang dijalankan ditutup.

b) Kepala Kantor Wilayah Perdagangan setempat, mengenai: i. Pembukaan cabang atau perwakilan usaha.

ii. Penghentian atau penutupan cabang usaha.

c) Perusahaan wajib memberikan laporan dan data informasi mengenai kegiatan usahanya apabila diperlukan oleh Departemen Perdagangan atau Menteri atau Instansi terkait.


(42)

d) Perusahaan wajib membayar uang jaminan dan biaya administrasi perusahaan sesuai dengan aturan yang berlaku

i. Formulir warna putih untuk perusahaan kecil. ii. Formulir warna biru untuk perusahaan menengah. iii. Formulir warna kuning untuk perusahaan besar

Setelah mendapatkan persyaratan, pelaku usaha harus mendaftarkan usahanya ke Dinas Industri dan Perdagangan. Langkah ini dilakukan agar setiap warga yang akan membuka industri lebih memperhatikan dampak terhadap lingkungan, khususnya industri tahu.

2. Upaya Masyarakat

Masyarakat juga berperan penting dalam pencegahan pencemaran lingkungan, upaya yang dapat dilakukan masyarakat dalam mencegah pencemaran lingkungan terdapat pada Pasal 70 ayat (2) Undang-Undang 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup :

“Peran masyarakat dapat berupa: a. pengawasan sosial;

b. pemberian saran, pendapat, usul, keberatan, pengaduan; dan/atau penyampaian informasi dan/atau laporan.”

Peran masyarakat juga dibutuhkan oleh pemerintah, karena upaya pemerintah tanpa didukung dekan peran masyarakat akan menjadi sebuah


(43)

cita-cita saja, begitu juga sebaliknya. Peran masyarakat tanpa didukung peran pemerintah juga akan sia-sia.

Implementasi dari upaya pencegahan diatas belum efektif, hal ini terlihat karena masih banyak industri tahu yang membuang limbahnya secara sembarangan. Industri milik Dede di daerah Dago Bengkok misalnya, masih bisa membuang limbahnya secara sembarangan dan masyarakat sekitar tidak mempedulikan. Faktor ini dikarenakan kurangnya kesadaran dan kepedulian dari masyarakat terhadap kesehatan lingkungan.

Pecegahan pencemaran lingkungan air harus di imbangi dengan penanggulangan agar menjamin lingkungan yang bersih. Bentuk penanggulangan pencemaran air adalah dengan penerapan sanksi Pengaturan sanksi terhadap pelanggaran lingkungan hidup yang dilakukan industri tahu diatur dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Sanksi. Sanksi dibagi menjadi :

1. Sanksi Administratif

Sanksi administratif adalah tidak membebaskan penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan dari tanggung jawab pemulihan dan pidana. Pasal 76 ayat (2) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup menyebutkan bahwa :

“Sanksi administratif terdiri atas: a. teguran tertulis;

b. paksaan pemerintah;

c. pembekuan izin lingkungan; atau d. pencabutan izin lingkungan”.


(44)

2. Sanksi Perdata

Sanksi perdata dapat berupa sanksi ganti rugi terhadap penduduk atau warga sekitar yang dirugikan akibat pencemaran yang dilakukan oleh suatu industri, dan diatur dalam Pasal 87 ayat (1) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, menyatakan :

“Setiap penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan yang melakukan perbuatan melanggar hukum berupa pencemaran dan/atau perusakan lingkungan hidup yang menimbulkan kerugian pada orang lain atau lingkungan hidup wajib membayar ganti rugi dan/atau melakukan tindakan tertentu.” 3. Sanksi Pidana

Sanksi pidana dikenakan apabila pencemaran dilakukan secara sengaja dan telah melampaui batas pencemaran yang telah ditetapkan. Kententuan ini diatur dalam Pasal 98 ayat (1) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, menyatakan :

“Setiap orang yang dengan sengaja melakukan perbuatan yang mengakibatkan dilampauinya baku mutu udara ambien, baku mutu air, baku mutu air laut, atau kriteria baku kerusakan lingkungan hidup, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 3 (tiga) tahun dan paling lama 10 (sepuluh) tahun dan denda paling sedikit Rp3.000.000.000,00 (tiga miliar rupiah) dan paling banyak Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah).”


(45)

B. Penerapan Sanksi bagi Pelaku Pencemaran Lingkungan sesuai Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup

Industri tahu di Bandung semakin banyak bermunculan, hal ini memicu pembuangan limbah secara sembarangan yang dapat merusak ekosistem yang ada di lingkungan sekitar seperti yang dilakukan oleh industri tahu milik Dede, selain merusak ekosistem limbah industri tahu juga menimbulkan bau yang menyengat dan dapat mengganggu pernafasan masyarakat sekitar, dalam penerapan sanksi bagi industri yang membuang limbah secara sembarangan dibutuhkan penegakan hukum lingkungan yang tegas.

Industri tahu milik Dede sering membuang limbah secara sembarangan dan tidak memiliki Instalasi Pengolahan Air Limbah, hal ini mengakibatkan sungai disekitar daerah Bengkok tercemar dan mengakibatkan bau menyengat yang dapat menganggu. Warga disekitar jelas terganggu dan seharusnya dapat mengajukan gugatan atau keberatan atas pencemaran yang dilakukan oleh aktifitas industri tahu milik Dede.

Pasal 91 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup mengatur tentang hak gugat masyarakat, menyatakan :

“(1) Masyarakat berhak mengajukan gugatan perwakilan kelompok untuk kepentingan dirinya sendiri dan/atau untuk kepentingan masyarakat apabila mengalami kerugian akibat pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup.


(46)

(2) Gugatan dapat diajukan apabila terdapat kesamaan fakta atau peristiwa, dasar hukum, serta jenis tuntutan di antara wakil kelompok dan anggota kelompoknya.

(3) Ketentuan mengenai hak gugat masyarakat dilaksanakan

sesuai

dengan peraturan perundang-undangan

.”

Penegakan hukum lingkungan ialah pengamatan hukum lingkungan melalui pengawasan dan pemeriksaan serta melalui deteksi pelanggaran hukum, pemulihan kerusakan lingkungan dan tindakan kepada pembuat. Pasal di atas memberikan kesempatan bagi setiap masyarakat yang merasa terganggu atau keberatan dengan kegiatan pembuangan secara sembarangan limbah industri tahu milik Dede, tapi masyarakat sekitar membiarkan aktifitas pembuangan limbah tahu tersebut sehingga masyarakat Indonesia terlihat tidak peduli dengan kesehatan lingkungan sekitar. Ketidakpedulian masyarakat akan lingkungan dapat diatasi dengan penyuluhan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup serta memberikan pengetahuan tentang pentingnya lingkungan sebagai penunjang kehidupan. Lingkungan harus dilestarikan, karena bukan hanya kita yang menikmati tapi juga generasi mendatang.

Faktor lain yang mengakibatkan sulitnya penegakan hukum lingkungan di Indonesia adalah pemerintah Indonesia yang sangat mudah dalam melakukan praktek suap agar suatu perkara seperti pencemaran lingkungan tidak menjadi hal yang dianggap melanggar aturan. Praktek suap seperti ini memang sudah sering terjadi di Indonesia, dan jika dilihat aturan yang berlaku memang tidak memberikan efek jera terhadap pelanggar, sehingga pelaku pelanggaran tidak takut untuk mengulangi perbuatannya.


(47)

49 BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

1. Upaya yang Dilakukan Pemerintah dan Masyarakat dalam Mencegah dan Menanggulangi Pencemaran Air Akibat Limbah Industri Rumahan sesuai Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup

Pencemaran dapat dicegah dengan cara pendaftaran industri rumah tangga yang dibuat, karena dengan mengikuti prosedur yang telah berlaku maka akan diaur pula proses pembuangan limbah produksi. Selain pendaftaran, penegakan sanksi dapat mengurangi terjadinya pencemaran. Sanksi yang diberikan bagi pelaku pencemar air dapat berupa :

a. Sanksi administratif yang diatur dalam Pasal 76 ayat (2) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup,

b. Sanksi perdata diatur dalam Pasal 87 ayat (1) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup c. Sanksi pidana diatur dalam Pasal 98 ayat (1) Undang-Undang Nomor 32

Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.

Pemberian sanksi terhadap pencemar lingkungan akibat limbah industri di Indonesia kurang efektif, karena pemerintah dalam menegakan hukum


(48)

lingkungan masih kurang tegas, sehingga pencemaran air akibat limbah industri masih terjadi di Indonesia.

2. Kesulitan dalam penerapan Sanksi bagi Pelaku Pencemaran Lingkungan sesuai Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup

Kesulitan dalam penerapan sanksi di Indonesia dipengaruhi oleh kurangnya peran aktif masyarakat dalam menjaga lingkungan dan pemerintah yang terlalu gampang dalam melakukan praktek suap. Kedua faktor ini membuat penegakan hukum lingkungan sulit ditegakkan.

B. Saran

1. Pemerintah seharusnya dalam menegakkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup perlu sikap yang lebih tegas kepada industri yang membuang limbah secara sembarangan agar tidak terjadi pencemaran yang lebih luas akibat dari pencemaran limbah terutama limbah industri tahu.

2. Pemerintah harus aktif dalam mensosialisasikan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, karena masih banyak masyarakat Indonesia yang buta akan hukum lingkungan dan peduli akan kesehatan lingkungan sekitar seperti yang terjadi di daerah Dago Bengkok.


(49)

Tempat Tanggal Lahir

: Banyuwangi, 23 Februari 1991

Jenis Kelamin

: Laki-Laki

Agama

: Islam

Alamat

: Sadang Hegar 1 Nomor 31A

Telepon

: +6281913916268

Pendidikan Formal

: - SDN Kepatihan 1 Banyuwangi

- SLTPN 1 Giri Banywuangi

- SMAN 5 Mataram

Daftar riwayat hidup ini dibuat dengan sebenar-benarnya tanpa ada

rekayasa yang melebih-lebihkan.


(1)

46

2. Sanksi Perdata

Sanksi perdata dapat berupa sanksi ganti rugi terhadap penduduk atau warga sekitar yang dirugikan akibat pencemaran yang dilakukan oleh suatu industri, dan diatur dalam Pasal 87 ayat (1) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, menyatakan :

“Setiap penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan yang melakukan perbuatan melanggar hukum berupa pencemaran dan/atau perusakan lingkungan hidup yang menimbulkan kerugian pada orang lain atau lingkungan hidup wajib membayar ganti rugi dan/atau melakukan tindakan tertentu.” 3. Sanksi Pidana

Sanksi pidana dikenakan apabila pencemaran dilakukan secara sengaja dan telah melampaui batas pencemaran yang telah ditetapkan. Kententuan ini diatur dalam Pasal 98 ayat (1) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, menyatakan :

“Setiap orang yang dengan sengaja melakukan perbuatan yang mengakibatkan dilampauinya baku mutu udara ambien, baku mutu air, baku mutu air laut, atau kriteria baku kerusakan lingkungan hidup, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 3 (tiga) tahun dan paling lama 10 (sepuluh) tahun dan denda paling sedikit Rp3.000.000.000,00 (tiga miliar rupiah) dan paling banyak Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah).”


(2)

B. Penerapan Sanksi bagi Pelaku Pencemaran Lingkungan sesuai Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup

Industri tahu di Bandung semakin banyak bermunculan, hal ini memicu pembuangan limbah secara sembarangan yang dapat merusak ekosistem yang ada di lingkungan sekitar seperti yang dilakukan oleh industri tahu milik Dede, selain merusak ekosistem limbah industri tahu juga menimbulkan bau yang menyengat dan dapat mengganggu pernafasan masyarakat sekitar, dalam penerapan sanksi bagi industri yang membuang limbah secara sembarangan dibutuhkan penegakan hukum lingkungan yang tegas.

Industri tahu milik Dede sering membuang limbah secara sembarangan dan tidak memiliki Instalasi Pengolahan Air Limbah, hal ini mengakibatkan sungai disekitar daerah Bengkok tercemar dan mengakibatkan bau menyengat yang dapat menganggu. Warga disekitar jelas terganggu dan seharusnya dapat mengajukan gugatan atau keberatan atas pencemaran yang dilakukan oleh aktifitas industri tahu milik Dede.

Pasal 91 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup mengatur tentang hak gugat masyarakat, menyatakan :

“(1) Masyarakat berhak mengajukan gugatan perwakilan kelompok untuk kepentingan dirinya sendiri dan/atau untuk kepentingan masyarakat apabila mengalami kerugian akibat pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup.


(3)

48

(2) Gugatan dapat diajukan apabila terdapat kesamaan fakta atau peristiwa, dasar hukum, serta jenis tuntutan di antara wakil kelompok dan anggota kelompoknya.

(3) Ketentuan mengenai hak gugat masyarakat dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan

.”

Penegakan hukum lingkungan ialah pengamatan hukum lingkungan melalui pengawasan dan pemeriksaan serta melalui deteksi pelanggaran hukum, pemulihan kerusakan lingkungan dan tindakan kepada pembuat. Pasal di atas memberikan kesempatan bagi setiap masyarakat yang merasa terganggu atau keberatan dengan kegiatan pembuangan secara sembarangan limbah industri tahu milik Dede, tapi masyarakat sekitar membiarkan aktifitas pembuangan limbah tahu tersebut sehingga masyarakat Indonesia terlihat tidak peduli dengan kesehatan lingkungan sekitar. Ketidakpedulian masyarakat akan lingkungan dapat diatasi dengan penyuluhan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup serta memberikan pengetahuan tentang pentingnya lingkungan sebagai penunjang kehidupan. Lingkungan harus dilestarikan, karena bukan hanya kita yang menikmati tapi juga generasi mendatang.

Faktor lain yang mengakibatkan sulitnya penegakan hukum lingkungan di Indonesia adalah pemerintah Indonesia yang sangat mudah dalam melakukan praktek suap agar suatu perkara seperti pencemaran lingkungan tidak menjadi hal yang dianggap melanggar aturan. Praktek suap seperti ini memang sudah sering terjadi di Indonesia, dan jika dilihat aturan yang berlaku memang tidak memberikan efek jera terhadap pelanggar, sehingga pelaku pelanggaran tidak takut untuk mengulangi perbuatannya.


(4)

49

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

1. Upaya yang Dilakukan Pemerintah dan Masyarakat dalam Mencegah dan Menanggulangi Pencemaran Air Akibat Limbah Industri Rumahan sesuai Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup

Pencemaran dapat dicegah dengan cara pendaftaran industri rumah tangga yang dibuat, karena dengan mengikuti prosedur yang telah berlaku maka akan diaur pula proses pembuangan limbah produksi. Selain pendaftaran, penegakan sanksi dapat mengurangi terjadinya pencemaran. Sanksi yang diberikan bagi pelaku pencemar air dapat berupa :

a. Sanksi administratif yang diatur dalam Pasal 76 ayat (2) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup,

b. Sanksi perdata diatur dalam Pasal 87 ayat (1) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup c. Sanksi pidana diatur dalam Pasal 98 ayat (1) Undang-Undang Nomor 32

Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.

Pemberian sanksi terhadap pencemar lingkungan akibat limbah industri di Indonesia kurang efektif, karena pemerintah dalam menegakan hukum


(5)

50

lingkungan masih kurang tegas, sehingga pencemaran air akibat limbah industri masih terjadi di Indonesia.

2. Kesulitan dalam penerapan Sanksi bagi Pelaku Pencemaran Lingkungan sesuai Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup

Kesulitan dalam penerapan sanksi di Indonesia dipengaruhi oleh kurangnya peran aktif masyarakat dalam menjaga lingkungan dan pemerintah yang terlalu gampang dalam melakukan praktek suap. Kedua faktor ini membuat penegakan hukum lingkungan sulit ditegakkan.

B. Saran

1. Pemerintah seharusnya dalam menegakkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup perlu sikap yang lebih tegas kepada industri yang membuang limbah secara sembarangan agar tidak terjadi pencemaran yang lebih luas akibat dari pencemaran limbah terutama limbah industri tahu.

2. Pemerintah harus aktif dalam mensosialisasikan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, karena masih banyak masyarakat Indonesia yang buta akan hukum lingkungan dan peduli akan kesehatan lingkungan sekitar seperti yang terjadi di daerah Dago Bengkok.


(6)

Tempat Tanggal Lahir

: Banyuwangi, 23 Februari 1991

Jenis Kelamin

: Laki-Laki

Agama

: Islam

Alamat

: Sadang Hegar 1 Nomor 31A

Telepon

: +6281913916268

Pendidikan Formal

: - SDN Kepatihan 1 Banyuwangi

- SLTPN 1 Giri Banywuangi

- SMAN 5 Mataram

Daftar riwayat hidup ini dibuat dengan sebenar-benarnya tanpa ada

rekayasa yang melebih-lebihkan.


Dokumen yang terkait

Unsur Kesalahan Dalam Tindak Pidana Lingkungan Hidup Menurut Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan Hidup

1 74 95

Kebijakan Pengelolaan Lingkungan Hidup Menurut Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 Di Kota Binjai

1 36 154

Tinjauan Hukum Terhadap Pertanggungjawaban Tindak Pidana Korporasi Pada Kasus Pembakaran Hutan Dihubungkan Dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Juncto Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2013 Tentang Penc

0 11 69

Tinjauan Hukum Terhadap Penggunaan Kendaraan Bermotor Yang Menyebabkan Terjadinya Pencemaran Udara Dihubungkan Dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan Hidup

2 13 111

Pengawasan Pemerintah terhadap Perseroan Terbatas dalam Meminimalisir Pencemaran Air Sebagai Upaya Perlindungan Hukum bagi Masyarakat Dikaitkan dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.

0 0 37

Undang Undang No 32 TAHUN 2009 tentang PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

0 0 110

PERUSAKAN LINGKUNGAN AKIBAT ALIH FUNGSI KAWASAN HUTAN DI HULU SUNGAI CITARUM MENJADI KAWASAN PERTANIAN DIHUBUNGKAN DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2009 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

0 0 22

Undang-Undang No 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup

0 0 41

KEBIJAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP KORPORASI YANG MELAKUKAN TINDAK PIDANA PERUSAKAN DAN PENCEMARAN LINGKUNGAN HIDUP (UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2009 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP) - repo unpas

0 0 12

UNSUR-UNSUR DAN SANKSI TINDAK PIDANA PENCEMARAN LINGKUNGAN HIDUP MENURUT UNDANG- UNDANG NO. 32 TAHUN 2009 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

0 0 57