Tinjauan Hukum Terhadap Penggunaan Kendaraan Bermotor Yang Menyebabkan Terjadinya Pencemaran Udara Dihubungkan Dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan Hidup

(1)

(2)

(3)

vii

PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

Disusun Oleh :

Sutrisno Abdul Rohman Saleh NIM 31608008

Abstrak

Pencemaran udara yang diakibatkan penggunaan kendaraan bermotor semakin bertambah seiring bertambahnya jumlah pengunaan kendaraan bermotor berbahan bakar minyak (bahan bakar fosil), pencemaran udara yang terjadi dapat mengakibatkan dampak negatif terhadap kehidupan masyarakat. Tingkat pencemaran udara yang tinggi sebagian besar terjadi di kota-kota besar di Indonesia, salah satunya kota Bandung, sebanyak 70% pencemaran udara (polusi udara) di kota Bandung disebabkan emisi gas buang kendaraan bermotor berbahan bakar minyak (bahan bakar fosil), pencemaran tersebut, menyebabkan kualitas udara menjadi turun, suhu di kota Bandung semakin panas, kemacetan, gangguan kesehatan, dan pemanasan global. Permasalahan yang diangkat oleh penulis adalah mengenai bagaimana peranan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup terhadap penggunaan kendaraan bermotor yang mengakibatkan peningkatan pencemaran udara, dan mengenai bagaimana peranan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan terhadap bertambahnya jumlah kendaraan bermotor yang mengakibatkan peningkatan pencemaran udara.

Penulisan skipsi ini menggunakan metode penulisan yuridis normatif yang bersifat deskriptif analisis, dengan menggunakan metode ini diharapkan dapat menperoleh gambaran yang menyeluruh dan sistematis mengenai kasus yang sedang diteliti dan kemudian menganalisisnya berdasarkan fakta-fakta berupa data sekunder yang diperoleh dari bahan hukum primer, bahan hukum sekunder dan bahan hukum tertier, kemudian dianalisis dengan mengunakan peraturan perundang-undangan yang berlaku saat ini di Indonesia.

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa, pertama, peranan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup dalam penggunaan kendaraan bermotor yang mengakibatkan peningkatan pencemaran udara adalah menciptakan lingkungan yang baik dan sehat bagi kehidupan masyarakat, akan tetapi kurangnya efektifitas penegakan hukum dalam bidang lingkungan hidup menjadi faktor penghambat dalam mewujudkan lingkungan yang baik dan sehat. Kedua, peranan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan terhadap bertambahnya jumlah kendaraan bermotor yang mengakibatkan peningkatan pencemaran udara adalah untuk menekan jumlah emisi gas buang pada kendaraan bermotor, kurangnya efektifitas Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, menjadi penyebab terhambatnya penekanan peningkatan jumlah emisi gas buang kendaraan bermotor.


(4)

viii Written By:

Sutrisno Abdul RohmanSaleh NIM 31608008

Abstract

The air pollution caused by the use of motor vehicle is getting worse with the amount of motor vehicle user with oil fuel; the air pollution can cause negative impact towards society life. The air pollution level is high in several big city in Indonesia, such as Bandung, there are 70% air pollution in Bandung is caused by exhaust emission of oil fueled vehicle, those pollution cause the air quality become low and the temperature become high, traffic jam, health disorder, and global warming. The problem concerned by writer is how the role of undang-undang no 32 year 2009 about environment protection and management towards the use of motor vehicle that cause the increasing of air pollution, and how the role of undang-undang no 22 year 2009 about traffic and transportation towards the increasing of motor vehicle user that cause the increasing of air pollution.

This study applies juridical normative method and descriptive analytic approach, with this method it is hoped to get the wholly and systematic description about a case that is being observed and then analyzed based on the facts in form of gained secondary data from primary legal material, secondary legal material and tertiary legal material, then analyzed with constitution rule in Indonesia.

According to study result it is concluded that, the first, the role of undang-undang no 32 year 2009 about environment protection and management in the use of motor vehicle user that cause the increasing of air pollution is the existed of good and healthy environment for society, however the less effectiveness of law enforcement in environment become the obstacles factor to have a good and healthy environment. The second, the role of undang-undang no 22 year 2009 about traffic and transportation towards the increasing of motor vehicle number that cause the increasing of air pollution is to lower the amount of exhausted emission, the less effectiveness of undang-undang no 22 year 2009 about traffic and transportation become the obstacles of pressing amount of motor vehicle exhaust emission.


(5)

i

KATA PENGANTAR

“Bismillahhirahmannirohim”

Dengan mengucap segala puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan karunia-Nya, serta kesempatan yang diberikan kepada penulis untuk dapat mensyukuri segala nikmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas penulisan skripsi dengan judul TINJAUAN HUKUM

TERHADAP PENGGUNAAN KENDARAAN BERMOTOR YANG

MENYEBABKAN TERJADINYA PENCEMARAN UDARA DIHUBUNGKAN DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2009 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP.

Dalam pembuatan penulisan skripsi ini, penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan baik dari segi isi, tata bahasa, maupun pembahasan laporan, karena terbatasnya pengetahuan serta kemampuan dari penulis, untuk memperbaiki dan melengkapi kekurangan pada penulisan skripsi ini, penulis sangat mengharapkan masukan-masukan yang dapat memperbaiki dan melengkapi kekurangan tersebut, serta dapat menambah ilmu pengetahuan khususnya bagi penulis

Tanpa adanya dukungan dan bantuan dari berbagai banyak pihak, penulis tidak akan dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Oleh karena itu penulis mengucapakan banyak terima kasih kepada banyak pihak yang telah memberi dukungan serta bantuan dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini, serta dengan penuh rasa hormat penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada Ibu Arinita Sandria., S.H., M.Hum. selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu, tenaga, pikiran dan kesabarannya untuk membimbing dalam


(6)

penulisan skripsi ini, selain itu dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada :

1. Yth. Bapak Dr. Ir. Eddy Soeryanto Soegoto, Msc., selaku Rektor Universitas Komputer Indonesia;

2. Yth. Ibu Prof. Dr. Hj. Ria Ratna Ariawati, S.E., A.K., M.S., selaku Wakil Rektor I Universitas Komputer Indonesia

3. Yth. Bapak Prof. Dr. Moh. Tajjudin, M.A., selaku Wakil Rektor II Universitas Komputer Indonesia

4. Yth. Ibu Dr. Hj. Aelina Surya, selaku Wakil Rektor III Universitas Komputer Indonesia

5. Yth. Bapak Prof. Dr. H.R. Otje Salman Soemadiningrat, S.H., Selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Komputer Indonesia;

6. Yth. Ibu Hetty Hassanah, S.H., MH., Selaku Ketua Jurusan Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Komputer Indonesia;

7. Yth. Ibu Arinita Sandria, S.H., M.Hum., selaku Dosen Fakultas Hukum Universitas Komputer Indonesia;

8. Yth. Bapak Budi Fitriadi, S.H., M.Hum., selaku Dosen Fakultas Hukum Universitas Komputer Indonesia;

9. Yth. Ibu Febilita Wulan Sari, S.H., selaku Dosen Fakultas Hukum Universitas Komputer Indonesia;

10. Yth. Bapak Asep Iwan Irawan, S.H., M.Hum., selaku Dosen Fakultas Hukum Universitas Komputer Indonesia;

11. Yth. Ibu Farida Yulianty, S.H., S.E., M.Hum., selaku Dosen Fakultas Hukum Universitas Komputer Indonesia;


(7)

12. Dr. Sigid Suseno, S.H., M.H., selaku Dosen Fakultas Hukum Universitas Komputer Indonesia;

13. Yth. Ibu Rachmani Puspitadewi, S.H., M.Hum., selaku Dosen Fakultas Hukum Universitas Komputer Indonesia;

14. Yth. Ibu Yani Brilyani Tavipah, S.H., M.H., selaku Dosen Fakultas Hukum Universitas Komputer Indonesia;

15. Yth. Ibu Rika Rosilawati, A.Md., selaku Staff Administrasi Fakultas Hukum Universitas Komputer Indonesia;

16. Yth. Bapak Muray, selaku Karyawan Fakultas Hukum Universitas Komputer Indonesia;

17. Teman-teman seperjuangan Fakultas Hukum Universitas Komputer Indonesia yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Akhir kata, semoga segala pengorbanan yang diberikan oleh mamah dan ayah tercinta, baik moril maupun materil kepada penulis mendapatkan imbalan yang berlipat ganda dari Tuhan Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang serta kita semua berada dalam lindungan-Nya.

Bandung, Juli 2012


(8)

iv Surat Pernyataan

Kata Pengantar………... i

Daftar Isi ... iv

Abstrak ... vii

Abstract ... viii

BAB I PENDAHULUAN …...……….……….. 1

A. Latar Belakang Masalah ... B. Identifikasi Masalah ... C. Maksud Dan Tujuan Penelitian ... D. Kegunaan Penelitian ... E. Kerangka Pemikiran ... F. Metode Penelitian ... 1 4 4 5 5 17 BAB II TINJAUAN TEORETIS MENGENAI PENCEMARAN LINGKUNGAN HIDUP AKIBAT PENCEMARAN UDARA DARI KENDARAAN BERMOTOR ... 21 A. Lingkungan Hidup di Indonesia ...

1. Dasar Hukum Pengaturan Mengenai Lingkungan Hidup ... 2. Pengertian Lingkungan Hidup ... 3. Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup ... 4. Pencemaran Lingkungan Hidup ... B. Pencemaran Udara ... 1. Pengertian Pencemaran Udara ... 2. Penyebab Terjadinya Pencemaran Udara ...

21 21 29 31 34 36 36 39


(9)

3. Dampak Pencemaran Udara ... C. Kendaraan Bermotor ... 1. Definisi Kendaraan Bermotor ... 2. Peraturan Tentang Kendaraan Bermotor di Indonesia ... 3. Dampak Dari Meningkatnya Jumlah Kendaraan Bermotor di

Indonesia ... 40 43 43 46

54 BAB III PENCEMARAN UDARA YANG DIAKIBATKAN OLEH

KENDARAAN BERMOTOR ... 60 A. Penyebab Terjadinya Peningkatan Pencemaran Udara yang

Diakibatkan Penggunaan Kendaraan Bermotor ... B. Akibat yang Ditimbulkan dari Peningkatan Pencemaran Udara

Oleh Penggunaan Kendaraan Bermotor ... 60

64 BAB IV ANALISIS HUKUM TERHADAP PENGGUNAAN KENDARAAN

BERMOTOR YANG MENGAKIBATKAN PENINGKATAN PENCEMARAN UDARA ... 73

A. Peranan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Terhadap Penggunaan Kendaraan Bermotor yang Mengakibatkan Peningkatan Pencemaran Udara ... B. Peranan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan Terhadap Bertambahnya Jumlah Penggunaan Kendaraan Bermotor yang Mengakibatkan Peningkatan Pencemaran Udara ...

73


(10)

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... A. Simpulan ... B. Saran ...

97 97 98 Daftar Pustaka ... 100 Daftar Riwayat Hidup


(11)

1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Bertambahnya jumlah penduduk Indonesia, menyebabkan semakin bertambahnya kebutuhan yang diperlukan oleh masyarakat Indonesia. Desakan akan banyaknya berbagai kebutuhan tersebut, merupakan salah satu faktor pendorong terjadinya perkembangan (kemajuan) dalam berbagai bidang yang berkaitan dengan kebutuhan masyarakat, termasuk kebutuhan alat tranportasi.

Alat transportasi merupakan salah satu hal yang sangat penting dari sekian banyaknya kebutuhan masyarakat, karena dengan adanya alat transportasi seseorang dapat menghemat waktu dalam menempuh perjalanan jarak jauh tanpa harus berjalan kaki, bahkan dapat dengan mudah memindahkan barang dari suatu tempat ke tempat lain. Perkembangan alat transportasi terjadi secara bertahap, sebelum alat transportasi menggunakan mesin ditemukan, masyarakat menggunakan hewan seperti kuda, sapi, kerbau, dan unta sebagai alat transportasi. Alat transportasi saat ini dapat dibedakan dalam alat transportasi darat, laut dan udara. Alat transportasi udara seperti pesawat terbang, alat transportasi laut seperti kapal laut serta alat transportasi darat seperti mobil dan sepeda motor, merupakan berbagai jenis macam alat transportasi di Indonesia.

Alat transportasi darat seperti mobil dan motor yang sering disebut kendaraan bermotor ini merupakan alat transportasi yang paling sering digunakan oleh sebagian besar masyarakat di Indonesia, pada masa


(12)

sekarang ini alat transportasi darat menjadi bagian dari kebutuhan masyarakat terutama mobil dan sepeda motor.

Bertambahnya kebutuhan masyarakat akan alat transportasi darat terutama mobil dan motor ini, membuat perusahaan-perusahaan yang bergerak dalam industri otomotif mengembangkan berbagai macam teknologi otomotif untuk memenuhi berbagai macam permintaan pasar. Industri otomotif mempunyai peranan yang sangat besar dalam meningkatkan kegiatan ekonomi di Indonesia, dengan adanya industri otomotif yang telah menciptakan berbagai macam jenis teknologi alat transportasi dapat memudahkan proses transaksi jual beli, terutama dalam hal pengiriman barang antar kota ataupun antar provinsi, selain itu dengan kemajuan industri otomotif, setiap pengguna kendaraan bermotor memerlukan tempat untuk melakukan perawatan atau perbaikan kendaraan bermotor, kebutuhan akan pengguna kendaraan bermotor tersebut menjadi salah satu peluang bisnis bagi sebagian orang dengan cara membuka bengkel, sehingga hal tersebut dapat meningkatkan kegiatan ekonomi namun selain mempunyai nilai tambah (keuntungan) untuk masyarakat Indonesia.

Banyaknya masyarakat Indonesia yang menggunakan kendaraan bermotor sebagai alat transportasi, dapat menimbulkan dampak negatif, karena bertambahnya pemakaian kendaraan bermotor menyebabkan bertambahnya jumlah polusi udara seperti halnya di kota Bandung, 70% pencemaran udara (polusi udara) disebabkan gas buang kendaraan


(13)

bermotor1, hal tersebut diakibatkan oleh banyaknya jumlah kendaraan bermotor berbahan bakar minyak yang berada di kota Bandung.

Pencemaran udara (polusi udara)dapat berpengaruh terhadap lingkungan hidup, seperti makin besarnya lubang pada lapisan ozon yang melindungi bumi dari sengatan sinar matahari langsung, sehingga menyebabkan terjadinya pemanasan global dan berdampak buruk pada lingkungan hidup, bahkan dapat berdampak tidak baik terhadap kesehatan manusia, akan tetapi meningkatnya kebutuhan masyarakat akan kendaraan, menjadikan hal tersebut peluang bisnis bagi sebagian orang, peluang bisnis tersebut dilakukan dengan cara membentuk suatu perusahaan yang dapat memproduksi kendaraan, baik dalam bentuk sepeda motor maupun mobil. Akan tetapi meningkatnya kemajuan dalam bidang industri otomotif ini tidak diikuti dengan meningkatnya kepedulian masyarakat akan lingkungan hidup yang sebenarnya mempunyai peranan yang sangat besar dalam kehidupan masyarakat, oleh karena itu untuk mengatur serta menciptakan keseimbangan antara perkembangan alat transportasi kendaraan bermotor dan pelestarian lingkungan hidup diperlukan kesadaran masyarakat serta peranan hukum.

Berdasarkan permasalahan yang telah penulis uraikan sebelumnya, maka penulis melakukan penulisan hukum berbentuk skripsi dengan judul “TINJAUAN HUKUM TERHADAP PENGGUNAAN KENDARAAN BERMOTOR YANG MENYEBABKAN PENINGKATAN POLUSI UDARA DIHUBUNGKAN DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2009

1

Pencemaran di Kota Bandung, www.bandung.go.id, diakses pada tanggal 21 Mei, pukul 20.08 WIB


(14)

TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP”

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, permasalahan yang diangkat penulis dalam penulisan hukum ini adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana peranan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup dalam penggunaan kendaraan bermotor yang mengakibatkan peningkatan pencemaran udara?

2. Bagaimana peranan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan terhadap meningkatnya jumlah kendaraan bermotor yang mengakibatkan peningkatan pencemaran udara?

C. Maksud Dan Tujuan Penelitian

Maksud dan tujuan penelitian yang dilakukan oleh penulis dalam penulisan hukum ini adalah:

1. Untuk mengetahui dan menganalisis pelaksanaan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup dalam meminimalisir peningkatan polusi udara akibat penggunaan kendaraan bermotor.

2. Untuk mengetahui dan menganalisis peranan pemerintah dan masyarakat dalam pelestarian lingkungan hidup berkaitan dengan


(15)

peningkatan jumlah kendaraan bermotor yang mengakibatkan meningkatnya pencemaran udara?

D. Kegunaan Penelitian

1. Kegunaan secara Teoretis

Penelitian in diharapkan dapat memberikan masukan dalam proses pengembangan ilmu hukum pada umumnya, di ilmu hukum lingkungan khususnya.

2. Kegunaan secara Praktis

Penulisan hukum ini diharapkan dapat meningkatkan kesadaran akan pentingnya menjaga lingkungan hidup yang dimulai dari kesadaran diri sendiri, selain itu dipenelitian ini diharapkan dapat menjadi dasar bagi penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan lingkungan hidup.

E. Kerangka Pemikiran

Pembukaan Undang-Undang Dasar Tahun 1945 terutama Alenia Kedua menyebutkan bahwa :

“Dan perjuangan pergerakan kemerdekaan Indonesia telah sampailah kepada saat yang berbahagia dengan selamat sentosa mengantarkan rakyat Indonesia ke depan pintu gerbang kemerdekaan negara Indonesia, yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur.”

Pembukaan Undang-Undang Dasar Tahun 1945 Alenia Keempat yang menyatakan tujuan dari bangsa Indonesia yang menyebutkan bahwa :


(16)

“untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.”

Berdasarkan Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 alenia kedua dan keempat menyebutkan bahwa keadilan dan kemakmuran serta kesejahteraan umum merupakan tujuan yang hendak dicapai oleh bangsa Indonesia. Konsep pemikiran utilitarianisme nampak melekat pada Pembukaan Undang-Undang Dasar Tahun 1945 Alenia Kedua, terutama pada makna “adil dan makmur”. Tujuan hukum pada dasarnya adalah memberikan kesejahteraan bagi masyarakat, sebagaimana Bentham menjelaskan the great happiness for the greatest number2 (hukum memberikan kebahagiaan sebesar-besarnya kepada orang sebanyak-banyaknya). Bentham mengemukakan agar pembentukan hukum harus membentuk hukum yang adil bagi segenap warga masyarakat secara individual 3.

Berdasarkan Pembukaan Undang-Undang Dasar Tahun 1945 Alenia Keempat telah mengamanatkan bangsa Indonesia untuk memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Tujuan tersebut akan terwujud apabila kehidupan masyarakat Indonesia telah mencapai kesejahteraan yang wajar, dalam hal ini tidak kekurangan kebutuhan sandang, pangan, papan serta pendidikan yang mempunyai peranan sangat penting untuk meningkatkan pengembangan bakat dan minat masyarakat Indonesia sehingga dapat terwujudnya sumber daya manusia (SDM) yang unggul, untuk mencapai terwujudnya tujuan bangsa Indonesia tersebut, maka

2

Otje Salman S dan Anton F Susanto, Teori Hukum (Mengingat, Mengumpulkan, dan Membuka Kembali), Refika Aditama, Bandung, 2004, hlm. 156.

3

Otje Salman S, Filsafat Hukum (Perkembangan dan Dinamika Masalah), Refika Aditama, Bandung, 2009, hlm 72.


(17)

diperlukan perencanaan pembangunan nasional, sesuai dengan Pasal 4 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, pembangunan nasional adalah rangkaian upaya pembangunan yang berkesinambungan yang meliputi seluruh aspek kehidupan masyarakat, bangsa, dan negara, serta untuk melaksanakan perencanaan pembangunan nasional, dengan tujuan untuk mewujudkan tujuan nasional sebagaimana dirumuskan dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, maka Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Nasional dan Rencana Pembangunan Jangkan Menengah (RPJM) Nasional dapat dijadikan sebagai sarana untuk mencapai tujuan tersebut, Sebagaimana Pasal 3 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Nasional Tahun 2005-2025, menyatakan bahwa :

“Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Nasional merupakan sebagai penjabaran dari tujuan dibentuknya Pemerintahan Negara Indonesia yang tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, yaitu untuk melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial dalam bentuk visi, misi, dan arah pembangunan nasional” Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJP) Nasional digunakan sebagai pedoman dalam menyusun Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Nasional, karena pelaksanaan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJP) Nasional 2005-2025 terbagi dalam tahap-tahap perencanaan pembangunan dalam periodisasi perencanaan pembangunan jangka menengah nasional 5 (lima) tahunan. Negara Republik Indonesia saat ini, telah mencapai Rencana Pembangunan


(18)

Jangka Menengah (RPJM) Nasional Tahap II yaitu, Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Nasional Tahun 2010-2014.

Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Nasional yang berpedoman pada Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJP) Nasional memuat strategi pembangunan nasional sesuai dengan Pasal 2 Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2010 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2010-2014, menyatakan bahwa :

“Rencana Pembangunan Jangkan Menengah (RPJM) Nasional memuat strategi pembangunan nasional, kebijakan umum, program Kementerian/Lembaga dan lintas Kementerian/Lembaga, kewilayahan dan lintas kewilayahan, serta kerangka ekonomi makro yang mencakup gambaran perekonomian secara menyeluruh termasuk arah kebijakan fiskal dalam rencana kerja yang berupa kerangka regulasi dan kerangka pendanaan yang bersifat indikatif”

Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Nasional tersebut dijabarkan kedalam Rencana Kerja Pemerintah (RKP) yang merupakan rencana pembangunan tahunan nasional. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJP) Nasional 2005-2025 serta Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Nasional tahap II Tahun 2010-2014.

Semua kebijakan yang dibuat pemerintah serta semua tindakan yang dilakukan oleh penduduk Indonesia harus sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku di Indonesia, karena Indonesia merupakan negara hukum, sebagaimana disebutkan dalam Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang menyebutkan bahwa :

“Negara Indonesia adalah negara hukum.”

Berdasarkan ketentuan dalam Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 hukum mempunyai kedudukan yang


(19)

sangat tinggi serta mempunyai peranan yang sangat besar dalam mengatur tatanan kehidupan masyarakat Indonesia, yang antara lain mengatur sistem ekonomi, politik, sosial dan budaya serta lingkungan hidup. Hukum juga harus mengatur lingkungan hidup agar kerusakan terhadap lingkungan hidup dapat dihindari, paling tidak dapat di minimalisir. Kehidupan manusia dan lingkungan tidak dapat dipisahkan.

Lingkungan hidup yang baik dan sehat merupakan bagian dari Hak Asasi Manusia sebagimana diatur dalam Pasal 28 H ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945 yang menyebutkan bahwa :

“Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal. dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan.”

Menurut Otto Sunarwoto, lingkungan atau lingkungan hidup manusia adalah jumlah semua benda dan kondisi yang ada dalam ruang yang kita tempati yang mempengaruhi kehidupan kita4. Berdasarkan Pasal 1 Angka 1 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, menyatakan bahwa :

“lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi alam itu sendiri, kelangsungan perikehidupan, dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain.”

Pasal 1 angka 2 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, yang menyatakan bahwa :

4

Daud Silalahi, Hukum Lingkungan Dalam Sistem Penegakan Hukum Lingkungan Indonesia, P.T. Alumni, Bandung, 2001, hlm 9.


(20)

“Perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup adalah upaya sistematis dan terpadu yang dilakukan untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup dan mencegah terjadinya pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup yang meliputi perencanaan, pemanfaatan, pengendalian, pemeliharaan, pengawasan, dan penegakan hukum”

Kehidupan manusia tidak dapat terlepas dari lingkungan hidup, dan kualitas lingkungan hidup akan sangat mempengaruhi kehidupan manusia. Upaya perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup yang dilakukan oleh pemerintah harus mendapat dukungan yang penuh dari masyarakat, karena tanpa adanya dukungan dari masyarakat, upaya tersebut hanya menjadi angan-angan, manfaat perlindungan dan pengelolaan terhadap lingkungan hidup tidak hanya akan dirasakan oleh masyarakat Indonesia pada saat generasi sekarang, akan tetapi juga oleh generasi yang akan datang.

Pencemaran terhadap lingkungan hidup merupakan salah satu penyebab terhambatnya perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup, pencemaran menjadi masalah utama dalam pelestarian lingkungan hidup, banyak berbagai macam jenis pencemaran yang terjadi terhadap lingkungan hidup, akan tetapi menurut Pasal 1 angka 14 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup menyatakan bahwa :

“Pencemaran lingkungan hidup adalah masuk atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, dan/atau komponen lain ke dalam lingkungan hidup oleh kegiatan manusia sehingga melampaui baku mutu lingkungan hidup yang telah ditetapkan”

Salah satu penyebab terjadinya pencemaran terhadap lingkungan hidup, adalah penggunaan alat transportasi yaitu berupa penggunaan kendaraan bermotor. Penggunaan kendaraan bermotor mempunyai dampak positif dan


(21)

negatif. Pengunaan kendaraan bermotor mempunyai dampak positif terhadap roda perekonomian masyarakat Indonesia, tidak sedikit kegiatan ekonomi yang dipengaruhi oleh perkembangan alat transportasi berupa kendaraan bermotor, karena dengan alat transportasi masyarakat mendapatkan berbagai fasilitas kemudahan, akan tetapi disamping dampak positif yang mempunyai manfaat yang cukup baik tersebut. Penggunaan kendaraan bermotor mempunyai dampak negatif yang dapat merugikan masyarakat. Dampak negatif dari penggunaan kendaraan bermotor adalah kendaraan bermotor akan menghasilkan gas emisi buang yang cukup berbahaya bagi lingkungan hidup serta dapat menimbulkan pencemaran dan kerusakan bagi lingkungan hidup. Kerusakan lingkungan hidup tersebut juga akan berpengaruh dan berdampak buruk terhadap kehidupan masyarakat, oleh karena itu sangat diperlukan peranan hukum dalam mengatur antara kepentingan masyarakat dan dampak yang ditimbulkan terhadap lingkungan hidup.

Pencemaran yang terjadi terhadap lingkungan hidup diakibatkan oleh kegiatan manusia yang berdampak buruk terhadap lingkungan hidup. Pencemaran mengakibatkan kerusakan lingkungan hidup, oleh karena pencemaran yang terjadi diakibatkan kegiatan manusia, maka pencegahan terhadap pencemaran lingkungan merupakan tanggung jawab seluruh masyarakat Indonesia, dan tidak hanya merupakan tanggung jawab pemerintah.

Pasal 3 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup menyebutkan bahwa :


(22)

a. Melindungi wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dari pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup;

b. Menjamin keselamatan, kesehatan, dan kehidupan manusia;

c. Menjamin kelangsungan kehidupan makhluk hidup dan kelestarian ekosistem;

d. Menjaga kelestarian fungsi lingkungan hidup;

e. Mencapai keserasian, keselarasan, dan keseimbangan lingkungan hidup;

f. Menjamin terpenuhinya keadilan generasi masa kini dan generasi masa depan;

g. Menjamin pemenuhan dan perlindungan hak atas lingkungan hidup sebagai bagian dari hak asasi manusia;

h. Mengendalikan pemanfaatan sumber daya alam secara bijaksana; i. Mewujudkan pembangunan berkelanjutan; dan

j. Mengantisipasi isu lingkungan global. “

Mencapai tujuan sesuai dengan apa yang tersirat dalam Pasal 3 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, pemerintah sebagai pemegang kekuasaan negara tertinggi harus bersatu padu bersama seluruh masyarakat Indonesia melakukan upaya perlindungan dan pengelolaan terhadap lingkungan hidup, serta menjadikan penegakan hukum, terutama dalam bidang hukum lingkungan hidup sebagai alat utama untuk mencapai tujuan dari perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup tersebut.

Pasal 4 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, menyatakan bahwa :

“Perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup meliputi : a. Perencanaan;

b. Pemanfaatan; c. Pengendalian; d. Pemeliharaan; e. Pengawasan; dan f. Penegakan hukum.”

Menjaga dan melestarikan lingkungan hidup untuk masa saat ini atau untuk masa yang akan datang memerlukan beberapa tindakan yang harus dilakukan oleh pemerintah dan seluruh masyarakat Indonesia sesuai dengan


(23)

ketentuan dalam Pasal 4 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.

Kendaraan bermotor menghasilkan emisi gas buang sebagai salah satu penyebab terjadinya pencemaran udara yang berdampak negatif terhadap kelestarian lingkungan hidup, untuk menjamin kelestarian lingkungan hidup, maka sesuai dengan Pasal 209 ayat (1) Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan, yang menyebutkan bahwa :

“Untuk menjamin kelestarian lingkungan, dalam setiap kegiatan di bidang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan harus dilakukan pencegahan dan penanggulangan pencemaran lingkungan hidup untuk memenuhi ketentuan baku mutu lingkungan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan”

Sebagai salah satu penyebab terjadinya pencemaran udara adalah penggunaan kendaraan bermotor yang menghasilakan gas emisi buang (polusi), maka sesuai dengan Pasal 209 ayat (1) Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan, setiap kendaraan bermotor harus memenuhi ketentuan baku mutu lingkungan, untuk mendukung terciptanya lingkungan yang lebih baik dan sehat.

Berdasarkan Pasal 210 ayat (1) Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan, bahwa :

“Setiap kendaraan bermotor yang beroperasi di Jalan wajib memenuhi persyaratan ambang batas emisi gas buang dan tingkat kebisingan” Kendaraan bermotor merupakan penyumbang emisi yang dihasilkan oleh proses pembakaran bahan bakar kendaraan bermotor tersebut, sehingga untuk mengatur atau menekan jumlah emisi gas buang yang menyebabkan pencemaran udara, maka setiap pengguna kendaraan bermootor harus


(24)

memenuhi syarat ambang batas emisi gas buang sesuai dengan Pasal 210 ayat (1) Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan.

Pasal 211 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan, yang menyatakan bahwa :

“Setiap pemilik dan/atau Pengemudi Kendaraan Bermotor dan Perusahaan Angkutan Umum wajib mencegah terjadinya pencemaran udara dan kebisingan”

Para pengguna kendaraan bermotor pada saat ini kurang peduli terhadap kualitas udara, hal ini mengakibatkan semakin meningkatnya polusi udara. Sehingga menyebabkan kerusakan lingkungan. Kerusakan yang terjadi terhadap lingkungan akan berdampak terhadap kehidupan masyarakat, seperti menurunnya kualitas udara yang dapat mengakibatkan turunnya kesehatan masyarakat, untuk itu berdasarkan Pasal 211 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, mewajibkan setiap pengguna kendaraan bermotor mencegah pencemaran udara.

Menurunnya kualitas udara yang berdampak pada menurunnya terhadap kesehatan masyarakat, hal tersebut bertentangan dengan Pasal 163 ayat (1) Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan, menyatakan bahwa :

“Pemerintah, pemerintah daerah dan masyarakat menjamin ketersediaan lingkungan yang sehat dan tidak mempunyai risiko buruk bagi kesehatan” Pemerintah, pemerintah daerah dan masyarakat seharusnya dapat menciptakan lingkungan yang sehat sehingga dapat menghindari risiko buruk bagi kesehatan setiap individu yang diakibatkan dari meningkatnya jumlah


(25)

kendaraan bermotor serta menyebabkan meningkatnya jumlah emisi gas buang kendaraan bermotor

Pencemaran udara yang terjadi saat ini menjadi salah satu bagian dari banyak permasalahan bangsa Indonesia, banyak hal yang telah dilakukan oleh pemerintah untuk menurunkan jumlah emisi yang semakin bertambah, salah satunya dengan apa yang tersirat dalam Pasal 1 angka 1 Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 61 Tahun 2011 Tentang Rencana Aksi Nasional Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca, menyatakan bahwa :

“Rencana Aksi Nasional Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca yang selanjutnya disebut RAN-GRK adalah dokumen rencana kerja untuk pelaksanaan berbagai kegiatan yang secara langsung dan tidak langsung menurunkan emisi gas rumah kaca sesuai dengan target pembangunan nasional”

Peraturan Presiden Republik Indonesia tersebut merupakan bagian dari proses pelaksanaan target pembangunan nasional serta cerminan kepedulian pemerintah akan semakin meningkatnya pencemaran lingkungan terutama dalam hal pencemaran udara, karena dampak dari pencemaran tersebut akan menghasilkan dampak negatif terhadap kehidupan masyarakat Indonesia, terutama dalam bidang kesehatan dan lingkungan, baik jangka waktu pendek maupun jangka waktu panjang.

Sebagian besar penyebab dari pencemaran udara adalah emisi gas buang dari kendaraan bermotor baru maupun kendaraan bermotor lama, mengenai emisi gas buang kendaraan bermotor lama telah diatur dalam Pasal 1 Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 5 Tahun 2006 Tentang Ambang Batas Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor Lama menyatakan bahwa :


(26)

1. Ambang Batas Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor Lama adalah batas maksimum zat atau bahan pencemar yang boleh dikeluarkan langsung dari pipa gas buang kendaraan bermotor lama;

2. Kendaraan bermotor adalah kendaraan yang digerakan oleh peralatan teknik yang berada pada kendaraan itu;

3. Kendaraan bermotor lama adalah kendaraan yang sudah diproduksi, dirakit atau diimpor dan sudah beroperasi di wilayah Republik Indonesia;

4. Uji emisi kendaraan bermootor lama adalah uji emisi gas buang yang wajib dilakukan untuk kendaraan bermotor lama secara berkala; 5. Menteri adalah Menteri yang tugas dan tanggung jawabnya di bidang

pengelolaan lingkungan hidup;

6. Gubernur adalah Kepala Daerah Provinsi;

7. Bupati/Walikota adalah Kepala Daerah Kabupaten/Kota.”

Kendaraan bermotor merupakan salah satu penyebab terjadinya pencemaran udara yang diakibatkan dari sisa pembakaran kendaraan bermotor tersebut, dengan adanya Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 5 Tahun 2006 Tentang Ambang Batas Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor Lama, diharapkan pencemaran udara yang diakibatkan oleh emisi kendaraan bermotor dapat ditekan.

Peraturan Wali kota Bandung Nomor 572 Tahun 2010 Tentang Pengujian Ambang Batas Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor, Pasal 1 angka 6, angka 7, dan angka 8 menyatakan bahwa :

“Dalam Peraturan Walikota ini yang dimaksud dengan :

6. Kendaraan bermotor adalah setiap kendaraan yang digerakan oleh peralatan mekanik berupa mesin selai kendaraan y7ang berjalan diatas rel.

7. Pencemaran udara adalah masuknya atau dimasukannya zat, energi dan/atau komponen lain ke dalam udara ambien oleh kegiatan manusia, sehingga mutu udara ambien turun sampai ketingkat tertyentu yang menyebabkan udara ambien tidak dapat memenuhi fungsinya.

8. Emisi adalah zat, energi dan/atau komponen lain yang dihasilkan dari suatu kegiatan yang masuk dan/atau dimasukannya ke dalam udara ambien yang mempunyai dan/atau tidak mempunyai potensi sebagai unsur pencemar.”

Kota Bandung merupakan salah satu kota yang cukup banyak dipadati oleh kendaraan bermotor dengan bahan bakar minyak. Semakin padatnya


(27)

jalan-jalan di kota Bandung disebabkan oleh meningkatnya jumlah kendaraan bermotor, akan menghasilkan peningkatan emisi gas buang yang dihasilkan oleh proses sisa pembakaran kendaraan bermotor, sehingga berdampak negatif terhadap lingkungan, dengan adanya Peraturan Wali kota Bandung Nomor 572 Tahun 2010 Tentang Pengujian Ambang Batas Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor tersebut, merupakan peran serta pejabat daerah dalam menjaga kelestarian lingkungan di Indonesia umumnya dan di kota Bandung khususnya.

F. Metode Penelitian

Metode penelitian dalam penyusunan penulisan hukum yang digunakan penulis terdiri dari :

1. Spesifikasi Penelitian

Spesifikasi yang digunakan penulis dalam penyusunan skripsi ini adalah deskriptif analisis yaitu metode penelitian dengan cara menggambarkan secara sistematis yang berupa :

a. Fakta dan data sekunder bahan hukum primer yaitu Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan, Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan, Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 61 Tahun 2011 Tentang Rencana Aksi Nasional Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca, Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 5 Tahun 2006 Tentang Ambang Batas Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor Lama, Peraturan Wali kota Bandung Nomor 572


(28)

Tahun 2010 Tentang Pengujian Ambang Batas Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor

b. Data sekunder bahan hukum sekunder yaitu berupa doktrin atau pendapat-pendapat para ahli hukum.

c. Data sekunder bahan hukum tertier yaitu berupa bahan-bahan yang penulis dapatkan dari media cetak dan media elektronik.

2. Metode Pendekatan

Metode pendekatan dalam penyusunan skripsi yang dilakukan penulis adalah metode pendekatan dengan cara yuridis normatif yaitu hukum dikonsepsikan sebagai norma, asas, atau dogma-dogma. Penafsiran hukum gramatikal yaitu penafsiran yang dilakukan dengan cara melihat arti kata pasal dalam undang-undang, menjadi metode pendekatan dalam penyusunan skripsi ini.

3. Tahap Penelitian

a. Penelitian Kepustakaan (Library Research)

Penelitian Kepustakaan yang dilakukan oleh penulis adalah untuk mendapatkan data sekunder bahan hukum primer berupa peraturan perundang-undangan, data sekunder bahan hukum sekunder berupa doktrin atau pendapat para ahli hukum, data sekunder bahan hukum tersier berupa bahan-bahan yang penulis dapatkan dari media cetak maupun media elektronik.

b. Penelitian Lapangan (Field Research)

Penelitian lapangan yang dilakukan oleh penulis untuk menunjang serta melengkapi studi kepustakaan dengan cara langsung


(29)

melakukan penelitian di lapangan dan wawancara dengan pihak yang terkait.

4. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dilakukan oleh penulis dalam penyusunan skripsi ini adalah terdiri dari :

a. Studi dokumen, yaitu teknik dengan cara mengumpulkan data primer, data sekunder, dan data tersier yang berkaitan dengan permasalahan yang sedang penulis teliti.

b. Wawancara, yaitu dengan cara mengadakan tanya jawab dengan para pihak terkait dengan terlebih dahulu mempersiapkan pertanyaan-pertanyaan terkait permasalahan yang penulis teliti.

5. Metode Analisis Data

Analisis data dan penarikan kesimpulan yang penulis gunakan dalam penelitian ini yaitu dengan cara yuridis kualitatif dengan memperhatikan hirarkis peraturan perundang-undangan, dimana undang-undang yang mempunyai kedudukan lebih rendah tidak boleh bertentangan dengan peraturan perundang-undang yang mempunyai kedudukan yang lebih tinggi, serta menerapakan peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan permasalahan yang berkaitan dengan penelitian ini,

6. Lokasi Penelitian

Penulis menggunakan lokasi penelitian untuk mengumpulkan dan mendapatkan data yang penulis butuhkan dalam penyusunan skripsi ini, lokasi penelitian tersebut terdiri dari :


(30)

a. Perpustakaan Universitas Komputer Indonesia, Jalan Dipati Ukur No.112 Bandung.

b. Perpustakaan Universitas Padjajaran, Jalan Dipati Ukur No.35 Bandung.

c. Perpustakaan Universitas Pasundan, Jalan Lengkong Dalam No.17 Bandung.

2. Instansi, yaitu :

Badan Pengendalian Lingkungan Hidup (BPLH) 3. Website, yaitu :

a. http://www.bandung.go.id b. http://afand.abatasa.com c. http://www.myspace.com

d. http://www.artikellingkunganhidup.com e. http://lifestyle.kompasiana.com

f. http://ciricara.com g. www.analisadaily.com h. http://lh.surabaya.go.id

i. www.walhijabar.wordpress.com j. http://www.pikiran-rakyat.com k. www.apakabardunia.com l. http//www.menlh.go.id m. http://berita lingkungan.com


(31)

21

TINJAUAN TEORETIS MENGENAI PENCEMARAN LINGKUNGAN HIDUP AKIBAT PENCEMARAN UDARA DARI KENDARAAN BERMOTOR

A. Lingkungan Hidup di Indonesia

1. Dasar Hukum Pengaturan Mengenai Lingkungan Hidup a. Undang-Undang Dasar Tahun 1945

Pasal 28H Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, menyatakan bahwa :

“Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tingggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan”

Hak asasi merupakan hak yang mutlak dimiliki oleh setiap warga negara Indonesia, dan hak tersebut telah dijamin oleh undang-undang. Menurut Mahfud MD, hak asasi manusia itu diartikan sebagai hak asasi yang melekat pada martabat manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan, dan hak tersebut dibawa manusia sejak lahir ke muka bumi sehingga hal tersebut bersifat fitri (kodrati), bukan pemberian manusia atau negara5.

Hak yang melekat pada hak asasi manusia sangat beraneka ragam, mulai dari hak untuk hidup serta hak untuk mempertahankan hidup dan kehidupannya samapi kewajiban untuk menghormati hak asasi manusia orang lain dalam tertib kehidupan bemasyarakat, berbangsa, dan bernegara, sebagaimana telah diatur dalam pasal 28A sampai 28J Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan

5 Mahfud MD, Dasar dan Struktur Ketatanegaraan Indonesia, Rineka Cipta, Jakarta 2001, hlm 127.


(32)

peraturan lainnya. Mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat merupakan bagian dari hak asasi manusia, sebagaiman telah disebutkan dalam pasal 28H Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, hal tersebut merupakan cerminan akan kepedulian pemerintah terhadap lingkungan hidup yang merupakan bagian dari hak asasi manusia, serta sangat pentingnya peranan lingkungan hidup dalam kehidupan manusia, akan tetapi semakin berkembangnya kehidupan manusia sera berkembangnya teknologi, hak asasi manusia yang seharusnya secara penuh didaptkan oleh setiap warga negara Indonesia terutama dalam bidang lingkungan hidup, akan tetapi hak tersebut semakin terkikis.

Menurut Prof. Mochtar Kusumaatmadja, peranan hukum dalam pembangunan adalah untuk menjamin bahwa perubahan itu terjadi dengan cara yang teratur. Seharusnya perkembangan kehidupan mnusia dan perkembangan teknologi menjadi sarana pembangunan bagi bangsa Indonesia untuk mencapai tujuan dari bangsa ini, sebagi menjadikan hukum sebagai penjamin bahwa perkembangan (perubahan) itu terjadi tanpa merampas hak asasi manusia orang lain, dan perkembangan (perubahan) itu terjadi secara teratur sebagaimana telah disebutkan dalam pasal 28H Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, bahwa mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat merupakan bagian dari hak asasi manusia, hak yang seharusnya didapatkan oleh setiap warga negara Indonesia, karena adanya jaminan hukum atas hak tersebut, belum sepenuhnya terealisasi, bahkan seorang


(33)

bayi yang lahir di daerah perkotaan padat yang sesak dengan gedung-gedung tinggi, industri, dan kendaraan bermotor.

Jaminan atas lingkungan yang baik dan sehat yang seharusnya diberikan oleh negara kepada masyarakat, karena kondisi lingkungan yang sudah tercemar ketika bayi itu lahir, seperti air bersih yang sudah tercemari oleh sampah atau limbah dari kegiatan industri, udara yang sudah tercemar oleh sisa pembakaran kendaraan bermotor berbahan bakar minyak atau pencemaran udara akibat kegiatan industri, maka jaminan tersebut tidak dapat terpenuhi oleh negara, karena ketika bayi itu lahir di bumi, lingkungan yang ada disekitarnya sudah banyak tercemar oleh kegiatan manusia, dan bayi itu harus menjalani kehidupan dengan kondisi lingkungan tercemar, dengan berbagai keadaan lingkungan yang sudah tercemar tersebut selain perampasan atas hak untuk mendapatkan lingkungan yang baik dan sehat, hal tersebut dapat mempengaruhi pertumbuhan bayi tersebut, karena pencemaran yang terjadi dapat berdampak buruk pada kesehatan.

Pencemaran udara yang diakibatkan oleh sisa pembakaran kendaraan bermotor berbahan bakar minyak diangggap menjadi hal biasa oleh sebagian orang, padahal kendaraan bermotor yang menggunakan bahan bakar minyak sebagai energi penggerak akan menghasilkan sisa pembakaran yang dapat mencemari, dengan tercemarnya udara, maka akan berdampak negatif terhadap kehidupan masyarakat, seperti gangguan kesehatan dan kerusakan lingkungan hidup. Semakin luas pencemaran udara yang terjadi, maka semakin luas dampak negatif yang


(34)

terjadi, maka akan semakin banyak orang akan terampas haknya untuk mendapatkan lingkungan yang baik dan sehat.

b. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup

Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, menyatakan bahwa :

“Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya yang mempengaruhi alam itu sendiri, kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup” lain”

Peraturan mengenai lingkungan hidup telah diatur lebih khusus (asas lex specialis derogat legi generalis) dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, sebagaimana telah disebutkan dalam pasal 1 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup tersebut, bahwa benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya merupakan kesatuan ruang. Perilaku (perlakuan) manusia terhadap lingkungan hidup menjadi faktor utama terhadap terciptanya lingkungan yang baik dan sehat yang merupakan bagian dari hak asasi manusia, memanfaatkan sumber daya alam dengan bijaksana akan banyak memberikan nilai tambah terhadap lingkungan, akan tetapi perilaku serakah yang dimiliki manusia atas pemanfaatan sumber daya alam akan memberikan dampak buruk terhadap lingkungan hidup.

Banjir, kenaikan suhu rata-rata atmosfer (global warming), kemacetan, pencemaran udara, serta dampak lainnya terhadap


(35)

lingkungan hidup diakibatkan dari keserakahan manusia ingin mendapatkan sebanyak ,mungkin keuntungan, faktor lain yang mempengaruhi hal tersebut adalah kurangnya penegakan hukum, sebagaimana Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945,yang menyatakan bahwa Indonesia adalah negara hukum, seharusnya menjadikan hukum sebagai alat utama dalam perlindungan dan pengelolaan terhadap lingkungan hidup, dan bukan menjadikan kekuasaan sebagai alat utama dalam membuat kebijakan dan melakukan tindakan.

Pasal 1 angka 2 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, menyatakan bahwa :

“Perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup adalah upaya sistematis dan terpadu yang dilakukan untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup, dan mencegah terjadinya pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup yang meliputi perncanaan, pemanfaatan, pengendalian, pemeliharaan, pengawasan,dan penegakan hukum”

Berdasarkan bunyi pasa 1 ayat (2) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup dilakukan untuk melestarikan lingkungan hidup, dan mencegah terjadinya pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup, dalam hal perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup, seluruh warga negara Indonesia, baik pemerintah maupun masyarakat mempunyai banyak peranan yang sangat penting, kepedulian pemerintah terhadap lingkungan hidup, apabila tidak disertai oleh kesadaraan masyarakat akan pentingnya melestarikan lingkungan hidup ataupun sebaliknya, apabila kepedulian pemerintah terhadap lingkungan hidup tidak ada, akan tetapi kesadaraan masyarakat terhadap lingkingan hidup sangat tinggi, maka


(36)

tujuan dari perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup akan sulit untuk dicapai.

Penegakan hukum menjadi salah satu bagian cara untuk mencapai tujuan dari perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup, dengan adanya penegakan hukum dalam bidang lingkungan hidup, masyarakat akan lebih peduli terhadap lingkungan hidup. Perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup tidak hanya akan memiliki manfaat untuk sekarang ini saja, akan tetapi manfaat-manfaat tersebut akan juga dirasakan di masa yang akan mendatang oleh para generasi penerus bangsa Indonesia, bila perlindungan dan Pengelolaan terhadap lingkungan hidup tidak dimulai dengan secepatnya, maka pencemaraan dan/atau kerusakan lingkungan hidup akan semakin meluas, terutama dalam hal pencemaran udara yang diakibatkan dari sisa pembakaran kendraan bermotor berbahan bakar minyak, dengan semakin banyaknya jumlah kendaraan bermotor, bertambah juga zat pencemar udara, maka dampak buruk terhadap lingkungan hidup akan semakin meluas, serta solusi pemecahan masalah terhadap pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup akan lebih sulit untuk diselesaikan karena akibat yang dihasilkan sangat luas.

c. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

Bertambahnya zat pencemar udara akibat dari bertambahnya jumlah kendaraan bermotor penghasil emisi gas buang, maka sudah seharusnya kegiatan di bidang lalu lintas terutama mengenai kendaraan bermotor harus disertai dengan pencegahan dan penanggulangan untuk


(37)

menciptakan kelestarian lingkungan atau meminimalisir pencemaran terhadap lingkungan hidup, sebagaimana Pasal 209 ayat (1) Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan, yang menyebutkan bahwa :

“Untuk menjamin kelestarian lingkungan, dalam setiap kegiatan di bidang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan harus dilakukan pencegahan dan penanggulangan pencemaran lingkungan hidup untuk memenuhi ketentuan baku mutu lingkungan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.”

Banyak hal yang dapat dilakukan dalam kegiatan lalu lintas untuk menjaga kelestarian lingkungan hidup atau mengurangi jumlah emisi gas buang akibat dari kendaraan bermotor, baik pencegahan dan penanggulangan, seperti mengurangi jumlah kendaraan bermotor, teknologi kendaraan bermotor yang ramah lingkungan, penggunaan alat tarnsportasi umum, dan masih banyak lagi.

Jumlah emisi dari kendaraan bermotor yang semakin meningkat pada saat ini menjadi ancaman bagi kelestarian lingkungan hidup, oleh karena itu emisi pada setiap kiendaraan bermotor harus dapat diminimalisir sekecil mungkin, sehingga untuk mewujudkan hal tersebut setiap kendaraan bermotor harus memenuhi persyaratan ambang batas gas buang, sesuai dengan Pasal 210 ayat (1) Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan, bahwa :

“Setiap kendaraan bermotor yang beroperasi di Jalan wajib memenuhi persyaratan ambang batas emisi gas buang dan tingkat kebisingan”


(38)

Diharapkan dengan persyaratan ambang batas emisi gas buang pada setiap kendaraan bermotor dapat menekan jumlah emisi gas buang yang berdampak negatif terhadap lingkungan serta kesehatan masyarakat secara luas, karena dampak negatif tersebut akan dirasakan oleh masyarakat luas, maka secara umum pencemaran menjadi tanggung jawab bersama, dan secara khusus menjadi tanggung jawab pemilik dan/atau pengguna kendaraan bermotor dan perusahaan angkutan umum, sesuai dengan Pasal 211 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan, yang menyatakan bahwa :

“Setiap pemilik dan/atau Pengemudi Kendaraan Bermotor dan Perusahaan Angkutan Umum wajib mencegah terjadinya pencemaran udara dan kebisingan”

Pemilik dan/atau pengguna kendaraan bermotor dan perusahaan angkutan umum di Indonesia berjumlah sangat banyak, apabila setiap pemilik kendaraan bermotor atau perusahaan angkutan umum mempunyai kesadaran akan pentingnya menjaga kelestarian lingkungan hidup, maka penekanan jumlah emisi gas buang dapat menjadi kenyataan. Kerusakan pada kendaraan bermotor yang dapat mengakibatkan terjadinya pencemaran udara sebaiknya kerusakan tersebut dapat secepatnya diperbaiki oleh para pengguna kendaraan bermotor, sesuai dengan Pasal 212 yang menyatakan bahwa :

“setiap pemilik dan/atau paengemudi kendaraan bermotor dan Perusahaan Angkutan Umum wajib melakukan perbaikan


(39)

terhadap kendaraannya jika terjadi kerusakan yang dapat mengakibatkan terjadinya pencemaran udara dan kebisingan.” Kerusakan pada kendaraan bermotor yang dapat mengakibatkan terjadinya pencemaran udara apabila tidak secepatnya diperbaiki, maka kendaraan tersebut akan lebih banyak menghasilkan emisi gas buang yang dapat mencemarkan udara.

2. Pengertian Lingkungan Hidup

Menurut Prof. Emil Salim, secara umum lingkungan hidup diartikan sebagai segala benda, kondisi keadaan dan pengaruh yang terdapat dalam ruangan yang di tempati dan mempengaruhi hal yang hidup termasuk kehidupan manusia. Pengertian ini bisa saangat luas, namun untuk praktisnya kita batasi ruang lingkungan dengan faktor-faktor yang dapat dijangkau oleh manusia seperti faktor alam. faktor politik, faktor ekonomi, faktor sosial dan faktor lain-lain6, supaya keseimbangan kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup di bumi ini tetap terjaga.

Manusia dan lingkungan hidup merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan, karena kualitas kehidupan manusia dipengaruhi oleh lingkungan hidup, begitupun sebaliknya kualitas lingkungan hidup dipengaruhi oleh manusia, perlakuan baik oleh manusia terhadap lingkungan hidup, maka manusia akan mendapat manfaat baik dari lingkungan hidup, akan tetapi bila lingkungan hidup diperlakukan dengan tidak baik, maka kerugian yang akan didapat oleh manusia.

6 Emil Salim, Lingkungan Hidup dan Pembangunan, Mutiara, Jakarta, 1998, hlm.34.


(40)

Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada disekitar manusia yang mempengaruhi perkembangan kehidupan manusia baik langsung maupun tidak langsung. Llingkungan bisa dibedakan menjadi lingkungan biotik dan abiotik7. Orang-orang yang berada disekitar lingkungan dimana

tempat manusia tinggal merupakan contoh dari lingkungan biotik, sedangkan lingkungan abiotik adalah benda mati yang berada disekitar lingkungan hidup dapat berupa kayu, logam, tanah, udara, dan benda mati lainnya,lingkungan bioik maupun lingkungan abiotik merupakan satu kesatuan dari lingkungan yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia.

Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, menyatakan bahwa :

“Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya yang mempengaruhi alam itu sendiri, kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup” lain”

Lingkungan hidup merupakan tempat dimana manusia menjalani kehidupannya, lingkungan hidup yang baik dengan tingkat pencemaran dan kerusakan lingkungan rendah akan memberi banyak manfaat bagi kehidupan manusia, akan tetapi sebaliknya apabila manusia tidak dapat menjaga lingkungan dengan baik sehingga menyebabkan terjadinya pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup maka akan berdampak buruk terhadap kehidupan manusia.

7 Lingkungan Hidup, http://afand.abatasa.com, diakses pada tanggal 5 April, pukul 07.43 WIB


(41)

3. Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup

Pencemaran lingkungan hidup yang terjadi pada saat sekarang ini akan berdampak buruk terhadap lingkungan hidup, dampak tersebut berupa terjadinya kerusakan lingkungan hidup pada saat ini. Kurangnya pengertian dan kepedulian msyarakat Indonesia terhadap lingkungan hidup merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya kerusakan pada lingkungan hidup, pencemaran terhadap lingkungan hidup pada saat ini sudah menjadi suatu hal yang biasa, seharusnya setiap masyarakat Indonesia mempunyai rasa tanggung jawab yang sangat besar terhadap lingkungan, karena kerusakan lingkungan tidak hanya akan berdampak buruk dalam jangka waktu pendek, akan tetapi dampak buruk tersebut akan berdampak dalam jangka waktu yang panjang.

Pasal 1 angka 17 Undang-Undang No 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup:

“Kerusakan lingkungan hidup adalah perubahan langsung dan/atau tidak langsung terhadap sifat fisik, kimia, dan/atau hayati lingkungan hidup yang melampaui kriteria baku kerusakan lingkungan hidup”

Kerusakan lingkungan hidup menyebabkan terjadinya perubahan langsung dan/atau tidak langsung terhadap sifat fisik, kimia, dan atau hayati lingkungan hidup, seperti meningkatnya suhu panas, khususnya dikota Bandung yang 70% diakibatkan oleh emisi gas buang kendaraan bermotor. Selama periode 1990 sampai 2000 suhu panas rata-rata melebihi angka 31o C. Padahal, tahun 1980, suhu panas masih berkisar 30o C. Periode tahun 2000 hingga 2010 tampaknya akan menjadi periode


(42)

yang semakin panas. Jika pada periode 1990-an masih terjadi fluktuasi antara (33o C) menjadi panas biasa (30o C), maka periode 2000, suhu tahun pertama sudah menunjukkan angka 32o C dan tahun berikutnya meningkat menjadi 32,08o C. Bahkan menurut data Badan Meteorologi

dan Geofisika (BMG) Bandung pada 14 Januari 2002, suhu panas mencapai 34,9o C8.

Sebagaimana data dari Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) Bandung tersebut menunjukkan bahwa kerusakan yang terjadi terhadap lingkungan hidup berdampak sangat luas, salah satunya menyebabkan meningkatnya suhu panas khususnya di kota Bandung, untuk mencegah terjadinya kerusakan lingkungan yang meluas, maka diperlukan perlindungan dan pengelolaan terhadap lingkungan hidup sesuai dengan Pasal 1 Angka 2 Undang-Undang No 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup yang menyatakan bahwa :

“Perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup adalah upaya sistematis dan terpadu yang dilakukan untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup dan mencegah terjadinya pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan lingkungan hidup yang meliputi perencanaan, pemanfaaatan, pengendalian, pemeliharaan, pengawasan dan penegaakan hukum.”

Perlindungan dan pengelolaan terhadap lingkungan hidup merupakan kewajiban seluruh warga negara Indonesia baik masyarakat maupun pemerintah yang berkuasa karena kerusakan yang terjadi terhadap lingkungan hidup mempunyai dampak yang cukup luas, tanpa adanya perlindungan dan pengeloalaan terhadap lingkungan hidup maka

8 Suhu di Kota Bandung Semakin Panas, http://www.myspace.com,


(43)

ancaman pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup akan sangat menjadi luas.

Sebagai negara hukum Indonesia seharusnya menjadikan hukum sebagai alat utama terhadap perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup, karena sebagai negara hukum, seluruh kebijakan pemerintah Indonesia dan semua tindakan warga negara Indonesia baik dalam bidang ekonomi, politik, sosial, dan budaya harus sesuai dengan ketentuan hukum serta tidak boleh bertenangan dengan hukum yang berlaku. Sebagai negara hukum, penegakan hukum di Indonesia terutama dalam bidang lingkungan hidup, mempunyai peran yang sangat besar dalam menciptakan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup, akan tetapi penegakan hukum tersebut akan terwujud apabila aparatur hukum di Indonesia menjalankan tugasnya sesuai dengan ketentuan hukum, tanpa adanya dukungan (peranan) yang tegas dari aparatur hukum, tidak menutup kemungkinjan penegakan hukum di Indonesia dalam bidang lingkungan hidup akan berjalan tidak sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku atau bahkan penegakan hukum dalam bidang lingkungan hidup akan hanya menjadi impian bagi bangsa Indonesia, dan juga sebaliknya, apabila ketentuan peraturan mengenai bidang lingkungan hidup kurang memberikan hukuman yang berat (tegas) bagi para pelakunya, maka aparatur hukum di negara ini tidak akan bisa berbuat apa-apa, karena aparatur hukum menjalankan tugasnya harus sesuai dengan ketentuan hukum yang belaku, oleh karena itu, hukum dan aparatue penegak hukum merupakan dua hal yang sangat saling membutuhkan.


(44)

4. Pencemaran Lingkungan Hidup

Pencemaran lingkungan hidup yang diakibatkan oleh aktivitas masyarakat Indonesia khususnya, dapat memberikan dampak buruk terhadap lingkungan hidup, dampak buruk tersebut tidak hanya terjadi pada lingkungan hidup, akan tetapi dapat mempunyai dampak buruk juga terhadap kehidupan manusia maupun makhluk hidup lainnya, dengan menurunnya kualitas lingkungan hidup, maka akan menuruun juga kualitas kehidupan masyarakat, karena sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya, bahwa lingkungan hidup dan manusia merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan, karena lingkungan hidup merupakan tempat dimana manusia menjalani kehidupannya, akan tetapi seringkali masyarakat Indonesia dibutakan oleh keserakahan untuk mendapatkan banyak keuntungan bagi diri sendiri, dan mengorbankan kelestarian lingkungan hidup untuk mendapatkan keuntungan tersebut, hal tersebut dapat tergambar dalam perlakuan manusia terhadap lingkungan hidup, mulai dari hal yang terkecil yaitu membuang sampah tidak pada tempatnya, bahkan membuang sampah tersebut ke sungai, atau kegiatan lain berupa memasukan makhluk hidup, zat, energi, dan/atau komponen lain kedalam lingkungan hidup yang dapat mempunyai dampak lebih banyak terhadap lingkungan hidup, tanpa mempertimbangkan dampak yang akan terjadi dalam jangka waktu pendek maupun dalam jangka waktu panjang, selain itu pencemaran yang cukup banyak memberikan dampak buruk dalam jangka waktu yang panjang adalah pencemaran udara


(45)

Pasal 1 angka 14 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan Hidup menyatakan bahwa :

“Pencemaran lingkungan hidup adalah masuk atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, dan/atau komponen lain ke dalam lingkungan hidup oleh kegiatan manusia sehingga melampaui baku mutu lingkungan hidup yang telah ditetapkan.” Pencemaran yang terjadi pada saat sekarang ini baik pencemaran air maupun pencemaran udara diakibatkan oleh kegiatan manusia yang menggunakan makhluk hidup, zat, energi, dan/atau komponen lain yang dapat mempengaruhi kelestarian lingkungan hidup baik ekosistem abiotik (benda mati) dan ekosistem biotik (benda hidup)

Dalam suatu komponen ekosistem abiotik, terdapat suatu komponen ekosistem yang berpengaruh besar terhadap ekosistem itu sendiri. Pengaruh tersebut antara lain terjadinya perubahan cuaca, bencana alam, kekeringan, dan banjir, yang semua diakibatkan oleh perubahan faktor-faktor dalam ekosistem itu sendiri. Faktor-faktor tersebut harus selalu diwaspadai untuk mencegah atau menghindarkan bencana yang terjadi setiap waktu terhadap manusia atau makhluk hidup lainnya yang hidup dalam ekosistem tersebut.

Dalam komponen ekosistem biotik, terdapat bermacam-macam jenis dan spesies makhluk hidup, baik hidup didarat maupun hidup diair atau bahkan dapat hidup didarat dan air. Oleh karena aitu dalam suatu sistem ekologi, komponen biotik diklasifikasikan dalam dua bentuk, yaitu produsen dan konsumen. Klasifikasi tersebut didasarkan atas


(46)

bagaimana mereka memperoleh makanan atau unsur nutrisi organik untuk mempertahankan kehidupan mereka.9

Pengaruh terhadap ekosistem abiotik mapun biotik selain dipengaruhi oleh faktor alamiah dalam lingkungan ekosistem itu sendiri, hal tersebut dapat dipengaruhi oleh aktivitas manusia yang berpengaruh terhadap lingkungan hidup. Pencemaran yang terjadi pada saat sekarang ini terutama pencemaran terhadap udara seharusnya dapat dikurangi dengan dukungan dari kesadaran masyarakat akan pentingnya lingkungan hidup yang baik serta penegakan hukum.

B. Pencemaran Udara

1. Pengertian Pencemaran Udara

Udara sangat berperan besar dalam kehidupan manusia, karena setipa detik manusia sangat memerlukan udara untuk bernapas, kualitas udara sangat berpengaruh terhadap kualitas kesehatan masyarakat, udara yang sehat akan berdampak baik terhadap kesehatan masyarakat, akan tetapi udara yang tidak sehat akan berdampak buruk terhadap kesehatan masyarakat, dengan menurunnya kesehatan masyarakat secara tidak langsung akan berpengaruh dalam kegiatan ekonomi, dengan kondisi badan yang tidak sehat tidak memungkinkan manusia untuk bekerja atau kegiatan lainnya. Pencemaran udara yang terjadi pada saat ini diakibatkan dari berbagai kegiatan ekonomi masyarakat

9

Darmono, Lingkungan Hidup dan Pencemaran (Hubungannya dengan Toksikologi Senyawa Logam), Penerbit Universitas Indonesia, Jakarta, 2001, hlm 3


(47)

Indonesia, mulai dari asap pabrik sampai sisa gas buang kendaraan bermotor.

Bahan kimia di udara yang berpengaruh negatif pada manusia, hewan, tanaman, barang dari logam, baatuan dan materila lain dapat dapat dikategorikan sebagai pencemar udara. Banyak bahan pencemar udara dalam lapisan troposfer, tetapi da sembilan jenis bahan pencemar udara yang dianggap penting, yaitu sesbagai berikut:10

a. Oksida karbon: karbon monoksida (CO) dan karbon dioksida (CO2).

b. Oksida belerang: sulfur dioksida (SO2) dan sulfur trioksida (SO3).

c. Oksida nitrogen: nitrit oksida (NO), nitrogen dioksida (NO2) dan

dinitrogen oksida (N2O).

d. Komponen organik volatil: metan (CH4), benzen (C6H6),

klorofluorokarbon (CFC) dan kelompok bromin.

e. Suspensi partikel: debu tanah, karbon, asbes, logam berat, nitrat, sulfat, titik cairan, seperti asam sulfat (H2SO4), minyak bifenil poliklorin

(PCB), dioksin, dan pestisida.

f. Oksida fotokimiawi: ozon, peroksiasil nitrat, hidrogen peroksida, hidroksida, formaldehid yang terbentuk di atmosfer oleh reaksi oksigen, nitrigen oksida, dan uap hidrokarbon di bawah pengaruh sinar matahari.

g. Substansi radio aktif: radon-222, iodin-131,strontium-90, plutonium-239 dan radioisotop lainnya yang masuk ke atmosfer bumi dalam bentuk gas atau suspensi partikel.

10


(48)

h. Panas: energi panas yang dikeluarkan pada waktu terjadi proses perubahan bentuk, terutama terjadi saat pembakaran minyak menjadi gas pada kendaraan, pabrik, perumahan dan pembangkit tenaga listirk.

i. Suara: dihasilkan oleh kendaraan bermotor, pesawat terbang, kereta api, mesin industri, konstruksi, mesin pemotong rumput, sirine, dan sebagainya.

Masing-masing bahan kimia atau bentuk energi (panas dan suara) penyebab polusi tersebut dapat diklasifikasikan sebagai polusi udara primer dean sekunder. Polusi primer seperti SO2 dapat langsung

mencemari udara sebagai proses alamiah atau aktivitas manusia. Polusi sekunder seperti asam sulfat terbentuk di uadara melalui reaksi kimia antara polusi primer dengan komponen yang sudah ada di udara.

Polusi adalah terjadinya pencemaran lingkungan yang mengakibatkan menurunnya kualitas lingkungan dan tergannggunya kesehatan serta ketenangan hidup makhluk hidup termasuk manusia. Terjadinya polusi atau pencemaran lingkungan ini umumnya terjadi akibat kemajuan teknologi dalam usaha meningkatkan kesejahteraan hidup. Polutan atau unsur penyebab polusi digolongkan menjadi dua, yaitu:11

a) Bersifat Kualitatif

Polutan yang bersifat kualitatif ini memiliki unsur yang secara alamiah telah terdapat di dalam alam tetapi jumlahnya bertambah sedemikian banyaknya sehingga menggadakan pencemaran lingkungan. Hal ini

11 Polusi, http://www.artikellingkunganhidup.com, diakses pada tanggal 26 Maret, pukul 21.27 WIB.


(49)

bisa terjadi akibat bencana alam, perbuatan manusia dan lain-lain. Contoh polutan misalnya unsur akarbon, nitrogen, fosfor dan lain-lain. b) Bersifat Kuantitatif

Polutan yang bersifat kuantitatif memiliki unsur-unsur yang terjadi akibat berlangsungnya persenyawaan yang dibutat secara sintetis seperti pestisida, detergen dan lain-lain.

2. Penyebab Terjadinya Pencemaran Udara

Sebagaimana yang telah disebutkan sebelumnya, bahwa pencemaran udara terjadi karena kegiatan ekonomi masyarakat Indonesia, mulai dari asap pabrik sampai sisa pembuangan kendaraan bermotor. Pencemaran udara yang diakibatkan oleh asap pabrik dikarenakan oleh kegiatan produksi pabrik yang menghasilkan asap dan dapat mencemari udara, dengan banyaknya pabrik penghasilkan asap dan dapat mencemari udara, berarti secara langsung akan meningkatkan pencemaran udara.

Sisa gas buang kendaraan bermotor menjadi salah satu faktor penyebab terjadinya pencemaran udara, banyaknya pengguna kendaraan bermotor maka hal tersebut akan menjadi salah satu faktor peningkatan pencemaran udara, pada saat sekarang ini jumlah pengunaan kendaraan bermotor, terutama motor bakar dalam (internal), baik CIE (Compretion Ignition Engine) atau SIE (Spark Ignition Engine), dengan roda dua, roda empat, maupun kendaraan bermotor yang mempunyai roda lebih dari empat, semakin meningkat, hal tersebut dapat terlihat dari semakin padatnya jalan oleh kendaraan bermotor, bahkan sering kali menimbulkan kemacetan, di kota Bandung 70% penyumbang terhadap pencemaran


(50)

udara terjadi akibat dari sisa gas buang kendaraan bermotor. Akhir bulan desember 2011 jumlah kendaraan di kota Bandung mencapai 1.200.000 unit kendaraan bermotor, terbagi atas 400.000 kendaraan bermotor mobil dan 800.000 kendaraan sepeda motor12. Transaksi pembelian kendaraan

bermotor di Indonesia pada tahun 2011 berada di kisaran 1.000.000 transaksi pembelian, sungguh angka yang besar, karena jika dibagi kedalam dua belas bulan, berarti ada sekitar 83.333 kendaraan yang terjual setiap bulannya selama tahun 2011, atau ada 2.778 kendaraan bermotor yang dibeli setiap harinya. Bahkan diprediksikan akan meningkat tajam di tahun 2012, hasilnya akan banyak kendaraan bermotor yang dimiliki oleh masyarakat Indonesia.13

3. Dampak Pencemaran Udara

Berat atau ringannya suatu pencemaran udara di suatu daerah sangat bergantung pada iklim lokal, topograqfi, kepadatan penduduk, banyaknya industri di daerah tersebut, penggunaan bahan bakar dalam industri, suhu udara panas di lokasi, dan kesibukan transportasi. Dalam suatu daerah yang tinggi lokasinya dari permukaan laut (pegunungan), curah hujan akan sangat membantu proses pembersihan udara. Di samping itu angin yang kencang dapat pula menyapu polutan udara ke daerah lain yang jauh14. Presipitasi (hujan) secara alamiah mempunyai derajat keasaman yang bervariasi dan rata-rata Ph sekitar 5,6. Deposit asam yang kurang dari 5,6 derajat dapat menyebabkan pengaruh negatif

12 Kendaraan Bermotor di Bandung, http://www.bandung.go.id, diakses pada tanggal 22 Juni, pukul 07.47 WIB

13Kendaraan Bermotor dan Dampak Yang Ditimbulkannya,

http://lifestyle.kompasiana.com, diakses pada tanggal 16 Juni, pukul 07.14 WIB.

14


(51)

terhadap mahkluk hidup, terutama Ph di bawah 5,1 akan akan menyebabkan kerusakan sebagai berikut:15

a. Merusak monumen, patung, bangunan, bahan logam dan mobil. b. Mebunuh ikan, tanaman air, dan mikroorganisme yang hidu dalam

sungai dan danau.

c. Mengurangi daya reproduksi beberapa jenis ikan, seperti ikan salmon pada Ph di bawah 5,5.

d. Mebunuh dan menghambat beberapa jenis plankton di bawah Ph optimum 6.

e. Mengganggu sirkulasi nitrogen dalam danau pada Ph 5,4-5,7.

f. Membunuh pohon, terutama jenis pohon cemara karena mengakibatkan berkurangnya unsur hara tanah seperti Ca, Na, dan K. g. Merusak akar pohon dan kematian beberapa jenis ikan karena terbebasnya ion logam beracun seperti Al, Pb, Hg, dan Cd dari tanah dan sedimen.

h. Makin lemahnya daya tahan pohon sehingga peka terhadap serangan penyakit, serangga, kekeringan dan jamur.

i. Menghambat pertumbuhan tanaman pangan, sayuran seperti tomat, kedelai, kacang, bayam, wortel, brokoli, dan tanaman kapas.

j. Meningkatkan populasi mikroorganisme seperti giardia, protozoa yang menyebabkan penyakit diare yang menyerang pendaki gunung yang biasanya meminum air daerah pegunungan.

k. Terjadinya erosi logam beracun seperti tembaga dan timbal di kota dan perumahan melalui pipa air ke dalam air minum.

15


(52)

l. Menyebabkan penyakit pernapasan pada orang atau ibu hamil sehingga banyak bayi lahir prematur dan meninggal.

Pencemaran udara pada saat ini mempunyai dampak buruk yang sangat luas bagi kehidupan penduduk bumi umumya dan penduduk Indonesia khususnya, dengan tercemarnya udara selain menyebabkan terjadinya hujan asam, pencemaran udara akan berpengaruh terhadap kesehatan masyarakat Indonesia, dengan adanya berbagai ganggguan kesehatan terhadap masyarakat. Organisasi kesehatan dunia atau WHO (World Health Organization) baru saja mendapatkan hasil riset terkait masalah kesehatan dan polusi. WHO (World Health Organization) menyatakan bahwa sejumlah penyakit maut bisa dipicu oleh asap pembuangan dari knalpot mesin diesel. Mereka yang berkaitan langsung dengan aktivitas mesin diesel seperti pekerja tambang dan supir truk telah mendapatkan peringatan dini terkaithasi riset terbaru ini. Dari riset tersebut, diketahui bahwa manusia rentan terkena penyakit sepert kanker paru-paru dan tumor kandung kemih apabila terlalu serinmg terpapar asap knalpot diesel.16

Pencemaran yang terjadi terhadap udara dapat membuat lapisan ozon sebagai lapisan pelindung bumi dari panas matahari menjadi rusak (berlubang) dengan rusaknya lapisan tersebut, maka panas dari matahri akan langsung sampai ke bumi, dan bumi tidak akan terlindung dari panas yang diakibatkan matahari, panas matahari yang langsung menuju bumi, dapat berdampak pada mencairnya kutub utara dan kutub selatan sehungga dapat menaikan permukaan air laut, bahkan tidak menutup

16 Dampak Mesin Diesel, http://ciricara.com, diakses pada tanggal 20 Juni, pukul 08.12 WIB


(53)

kemungkinan panas tersebut dapat membunuh (melenyapkan) beberapa spies hewan atau spies tumbuhan yang hidup di bumi ini.

C. Kendaraan Bermotor

1. Definisi Kendaraan Bermotor

Banyak berbagai jenis serta berbagi macam merk kendaraan bermotor baik sepeda motor maupun mobil, dari harga termurah sampai harga termahal, dari teknologi yanmg terbaru sampai teknologi lama. Sebagian besar kendaraan bermotor di Indonesia menggunakan minyak baik solar, premium, pertamax, atau pertamax plus sebagai bahan bakar untuk menggerakan mesin dari kendaraan bermotor tersebut.

Kendaraan bermotor menggunakan motor bakar sebagai sarana untuk menggerakan kendaraan bermotor tersebut, motor bakar adalah suatu media atau sarana yang tenaga atau energinya dihasilkan dari proses pembakaran. Motor bakar terbagi atas :

a. Motor bakar luar (external)

Motor bakar luar (external) adalah mesin yang proses pembakarannya terjadi di luar mesin itu sendiri, contohnya seperti mesin uap, dan mesin dengan bahan bakar batu bara.

b. Motor bakar dalam (internal)

Motor bakar dalam (internal) adalah mesin yang proses pembakarannya terjadi di dalam mesin itu sendiri, contohnya seperti mesin mobil, mesin motor, dan lain-lain. Motor bakar dalam terbagi atas :


(54)

2) SIE (Spark Ignition Engine)

SIE (Spark Ignition Engine) terbagi menjadi : a) Mesin 2 Langkah (Two Stroke Engine) b) Mesin 4 Langkah (Four Stroke Engine)

Motor bakar dalam (internal), baik CIE (Compretion Ignition Engine) atau SIE (Spark Ignition Engine) merupakan jenis mesin kendaraan bermotor yang masih banyak digunakan di Indonesia, sebelum banyak kendaraan menggunakan sistem pengisian bahan bakar injeksi (injection), terutama kendaraan type SIE (Spark Ignition Engine) sebagian besar kendaraan menggunakan sistem pengisian bahan bakar dengan menggunakan karburator. Karburator berfungsi mencampur udara dan bahan bakar minyak (premium/pertamax/pertamax plus), menjadi kabut (gas), setelah itu gas tersebut masuk kedalam ruang pembakaran, sehingga terjadi proses pembakaran, dan sisa pembakaran tersebut keluar melalui saluran pembuangan (knalpot). Ada beberapa syarat terjadinya proses pembakaran pada mesin, diantaranya :

1. Adanya bahan bakar.

2. Adanya kompresi atau tekanan. 3. Adanya pengapian

Perkembangan teknologi diikuti juga dengan perkembangan teknologi motor bakar dalam (internal), berbagai jenis teknologi terbaru dari motor bakar dalam telah dibuat oleh berbagai merk pabrikan otomotif, terutama dalam sistem pengisian bahan bakar injeksi (injection) dengan tujuan agar sistem pengisian bahan bakar lebih efisien dan lebih ramah


(55)

lingkungan, teknologi injeksi (injection) tersebut terdiri dari beberapa jenis, diantaranya :

1. Direct Fuel Injection 2. Port Fuel Injection 3. Throttle Body Injection

Berbagai macam jenis teknologi terbaru pada kendaraan 2 langkah (Two Stroke) dan 4 langkah (Four Stroke) telah dibuat dan dikembangkan di Indonesia, mulai dari penmgisian bahan bakar karburator sampai berbagai jenis sistem injeksi (injection), masing-masing dari teknologi tersebut mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-masing, seperti sistem injeksi (injection) yang lebih efisien dalam proses pengkabutan (penggunaan bahan bakar), serta lebih rendah menghasilkan gas emisi dibandingkan sistem karburator, akan tetapi harga teknologi sistem injeksi ini mempunyai harga yang lebih mahal dari sistem karburator.

Pilihan penggunaan kendaraan bermotor dengan teknologi apapun, merupakan hak bagi para konsumen, selama penggunaan kendaraan tersebut sesuai dengan ketentuan yang berlaku, akan tetapi semakin berkembangnya teknologi otomotif yang rendah emisi, sehingga meningkatkan jumlah kendaraan bermotor yang menggunakan sistem injeksi (injection).

Sistem karburator maupun sistem injeksi (injection) yang dianggap memiliki emisi yang lebih rendah, pada prinsipnya kedua sistem pengisisan bahan bakar tersebut masih menggunakan minyak (bahan bakar fosil) dalam proses pembakarannya, sehingga sisa pembakaran


(1)

96 BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

1. Peranan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan hidup Terhadap Penggunaan Kendaraan Bermotor yang Mengakibatkan Peningkatan Pencemaran Udara

Pencemaran udara yang diakibatkan emisi gas buang kendaraan bermotor berbahan bakar minyak (bahan bakar fosil) berdampak negatif terhadap kehidupan masyarakat sehingga menimbulkan berbagai permasalahan dalam kehidupan masyarakat, oleh karena itu diperlukan peranan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, akan tetapi masih kurangnya efektifitas Pasal 33 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup dalam menjamin kepastian hukum dan memberikan perlindungan terhadap hak setiap orang untuk mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat, serta melestarikan fungsi lingkungan hidup dan mencegah terjadinya pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup akibat penggunaan kendaraan bermotor yang menyebabkan pencemaran udara.


(2)

2. Peranan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Terhadap Bertambahnya Jumlah Kendaraan Bermotor yang Mengakibatkan Peningkatan Pencemaran Udara Semakin bertambahnya jumlah kendaraan bermotor berbahan bakar minyak (bahan bakar fosil) menjadi penyebab meningkatnya pencemaran udara. Kurangnya kesadaran masyarakat, terutama para pengguna kendaraan bermotor akan dampak negatif yang ditimbulkan. Uji emisi pada kendaraan yang seharusnya dilakukan oleh setiap pengguna kendaraan bermotor untuk mengendalikan pencemaran udara, akan tetapi masih kurangnya efektifitas Pasal 211 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan dalam menekan peningkatan jumlah emisi gas buang pada kendaraan bermotor, karena uji emisi terhadap kendaraan bermotor hanya dilakukan oleh sebagian kecil pengguna kendaraan bermotor, seharusnya uji emisi pada kendaraan bermotor menjadi kewajiban bagi setiap pengguna kendaraan bermotor.

B. Saran

1. Penggunaan kendaraan dengan teknologi ramah lingkungan dapat menjadi salah satu cara untuk mengurangi jumlah emisi gas buang kendaraan bermotor, serta penggunaan alat transporatsi yang tidak menggunakan bahan bakar minyak (bahan bakar fosil) menjadi alternatif lain dalam mengurangi pencemaran udara, dan sebagai negara hukum, penegakan hukum dalam bidang lingkungan hidup di Indonesia yang telah diatur dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Penmgelolaan Lingkungan Hidup,


(3)

98

menjadi cara yang lebih diutamakan untuk mewujudkan lingkungan hidup yang layak.

2. menggunakan alat transportasi umum dapat menghemat konsumsi bahan bakar minyak (BBM) serta mengurangi kepadatan kendaraan di jalan. Penerapan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, terutama dalam uji emisi gas buang kendaraan bermotor, khususnya kendaraan pribadi harus benar-bebar dilaksanakan oleh setiap pengguna kendaraan bermotor berbahan bakar minyak (bahan bakar fosil).


(4)

99 A. BUKU-BUKU

A. Hamzah, Penegakan Hukum Lingkungan, Arikha Media Cipta, Jakarta, 1995.

Darmono, Lingkungan Hidup dan Pencemaran (Hubungannya dengan Toksikologi Senyawa Logam), Penerbit Universitas Indonesia, Jakarta, 2001.

Daud Silalahi, Hukum Lingkungan Dalam Sistem Penegakan Hukum Lingkungan Indonesia, P.T. Alumni, Bandung, 2001.

Emil Salim, Lingkungan Hidup dan Pembangunan, Mutiara, Jakarta, 1998.

Mahfud MD, Dasar dan Struktur Ketatanegaraan Indonesia, Rineka Cipta, Jakarta 2001.

Mas Ahmad Santosa, Good Governance, ICEL, Jakarta, 2001.

Otje Salman S, Filsafat Hukum (Perkembangan dan Dinamika Masalah), Refika Aditama, Bandung, 2008.

Otje Salman S dan Anton F Susanto, Teori Hukum (Mengingat, Mengumpulkan, dan Membuka Kembali), Refika Aditama, Bandung, 2004.

Otto Soemarwoto, Ekologi Lingkungan dan Pembangunan, Djambatan, Jakarta, 1994.

Otto Soemarwoto, Atur Diri Sendiri, Paradigma Baru Pengelolaan Lingkungan Hidup, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta, 2001.

Supriadi, Hukum Lingkungan Di Indonesia, Sebuah Pengantar, Sinar Grafika, Jakarta, 2010.

B. UNDANG-UNDANG

Undang-Undang Dasar Tahun 1945

Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.

Undang Nomor 17 Tahun 2007 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025.


(5)

100

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup

Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan

Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2010 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2010-2014.

C. Website

www.bandung.go.id, Pencemaran di Kota Bandung. http://afand.abatasa.com, Lingkungan Hidup.

http://www.myspace.com, Suhu di Kota Bandung Semakin Panas. http://www.artikellingkunganhidup.com, Polusi.

http://lifestyle.kompasiana.com, Kendaraan Bermotor dan Dampak Yang Ditimbulkannya.

http://ciricara.com, Dampak Mesin Diesel.

www.analisadaily.com, Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor. http://lh.surabaya.go.id, Pemanasan Global.

www.walhijabar.wordpress.com, Konsumsi Minyak Kendaraan Bermotor. http://www.pikiran-rakyat.com, Emisi Mobil.

www.apakabardunia.com, Penelitian Terbaru.

http//www.menlh.go.id, Biaya Akibat Pencemaran Udara http://berita lingkungan.com, REDD.


(6)

Nama : Sutrisno Abdul Rohman Saleh Tempat Tanggal Lahir : Tasikmalaya, 24 Maret 1990 Jenis Kelamin : Laki-Laki

Agama : Islam

Alamat : Jl. Rajawali Timur Rt.06 Rw.04 Kel.Ciroyom Kec.Andir Kota Bandung

Telepon : 081320200484 Pendidikan Formal : - SDN Ciroyom

- SLTPN 41 Kota Bandung - SMK Angkasa Kota Bandung

Daftar riwayat hidup ini dibuat dengan sebenar-benarnya tanpa ada rekayasa yang melebih-lebihkan.


Dokumen yang terkait

Unsur Kesalahan Dalam Tindak Pidana Lingkungan Hidup Menurut Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan Hidup

1 74 95

Kebijakan Pengelolaan Lingkungan Hidup Menurut Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 Di Kota Binjai

1 36 154

Tinjauan Hukum Terhadap Pertanggungjawaban Tindak Pidana Korporasi Pada Kasus Pembakaran Hutan Dihubungkan Dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Juncto Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2013 Tentang Penc

0 11 69

Tinjauan Hukum Terhadap Pencemaran Lingkungan Air Akibat Limbah Industri Rumah Tangga Dihubungkan Dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup

0 5 49

Pengawasan Pemerintah terhadap Perseroan Terbatas dalam Meminimalisir Pencemaran Air Sebagai Upaya Perlindungan Hukum bagi Masyarakat Dikaitkan dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.

0 0 37

Undang Undang No 32 TAHUN 2009 tentang PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

0 0 110

Undang-Undang No 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup

0 0 41

Implementasi pertanggungjawaban perusahaan terhadap pencemaran lingkungan ditinjau dari UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup - Repository Universitas Bangka Belitung

0 1 15

KEBIJAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP KORPORASI YANG MELAKUKAN TINDAK PIDANA PERUSAKAN DAN PENCEMARAN LINGKUNGAN HIDUP (UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2009 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP) - repo unpas

0 0 12

UNSUR-UNSUR DAN SANKSI TINDAK PIDANA PENCEMARAN LINGKUNGAN HIDUP MENURUT UNDANG- UNDANG NO. 32 TAHUN 2009 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

0 0 57