7 Dengan demikian, tidak mengherankan jika potensi Anak Gifted di
Indonesia tidak teroptimalisasi bahkan malah menimbulkan permasalahan baru akibat salah penanganan. Namun hal tersebut tidak patut untuk disesali mengingat
memang belum terlihat adanya upaya yang cukup signifikan dari pemerintah, media massa dan Masyarakat Indonesia untuk memberikan hak yang seharusnya
diperoleh oleh Anak Gifted, yang sekarang ini kepentingannya dapat dikatakan masih terabaikan.
3. Penanganan Anak Gifted di Negara Maju
Salah satu negara yang sudah melakukan perencanaan dan penanganan terpadu bagi Anak Gifted adalah Belanda. Menurut Julia Van Tiel seorang
pembina kelompok orang tua anak berbakat, negara ini telah melakukan upaya penatalaksanaan penanganan Anak Gifted yang dimulai dengan cara optimalisasi
pelayanan pemerintah bagi Anak Gifted, pembenahan sistem dan lembaga pendidikan guna mengakomodasi kebutuhan Anak Gifted serta pemberdayaan
masyarakat agar turut berpartisipasi dalam penyediaan lingkungan yang kondusif bagi Anak Gifted.
Guna mengantisipasi kompleksitas permasalahan Anak Gifted, yang cenderung mengalami disinkronisasi, dilakukanlah berbagai penelitian yang
komprehensif guna menghasilkan model penanganan Anak Gifted. Hasilnya, Belanda melakukan skrining pada semua bayi pada usia 1,2, dan 3 tahun untuk
8 memastikan ada atau tidaknya gangguan pendengaran, perkembangan bicara dan
berbahasa, yaitu gejala yang umumnya dialami oleh Anak Gifted. Setelah memasuki usia 4 tahun yang merupakan usia wajib sekolah di
Belanda 4-16 tahun, maka anak yang terdeteksi memiliki Giftedness ini tetap diperbolehkan untuk mengikuti pendidikan di sekolah reguler umum yang
membuka kelas inklusif menerima anak-anak yang membutuhkan penanganan khusus dengan syarat tertentu, sehingga tidak pelu dimasukan ke sekolah luar
biasa. Untuk itu, kepada para guru di sekolah yang membuka kelas inklusif ini, diberikan pelatihan atau pendidikan di pusat-pusat pendidikan guru untuk
mendalami metoda pengajaran bagi Anak Gifted. Selain itu dilakukan penyesuaian kurikulum dari content-based-curriculum
ke arah competence-based-curriculum yaitu dengan memberikan kurikulum berdiferensiasi dan metoda yang sesuai dengan karakteristik setiap anak didik.
Pendekatan ini lebih dikenal sebagai adaptieve onderwijs pendidikan yang adaptif dengan nama WSNS atau We zijn samen weer naar school.
Selama menjalani pendidikan di sekolah, anak-anak tersebut berhak mendapatkan psychoeducational assessment yang dilakukan oleh dokter sekolah,
dinas bimbingan pedagogi, speech patolog, dan ahli gerak, yang dibantu oleh guru dan konselor yang semuanya berdinas dalam tingkatan kecamatan. Jika terdapat
permasalahan yang memerlukan penanganan lebih khusus maka dapat dilakukan pemeriksaan ke lembaga yang memiliki tingkatan lebih tinggi tingkat regional,
rumah sakit, atau pusat diagnosa yang lebih khusus untuk menangani masalah ini.
9 Semua data akan terekam dalam portofolio anak, baik hasil diagnosis dari
dokter keluarga, dokter anak, dokter tumbuh kembang, dokter sekolah maupun para ahli lainnya yang berkaitan dengan perkembangan anak. Portofolio ini dapat
digunakan untuk bahan evaluasi demi kepentingan si anak. Di samping itu pemerintah Belanda juga mendirikan pusat informasi
nasional yang berfungsi untuk memberikan informasi kepada guru, orang tua, murid, dan berbagai kalangan lainnya, serta melakukan inventarisasi berbagai
masalah yang dihadapi seputar Anak Gifted. Upaya lain yang dilakukan adalah menyediakan kelas-kelas khusus pada tingkatan sekolah lanjutan yang terbagi
dalam kelompok bidang ilmu sosial dan bahasa serta bidang ilmu alam, biologi, dan matematika.
Perencanaan pelayanan terpadu tidak hanya diberikan pada Anak Gifted yang bersangkutan saja namun juga bagi orang tuanya. Para orang tua dari Anak
Gifted diharuskan mengikuti pelatihan-pelatihan tertentu dan bergabung dalam kelompok atau organisasi orang tua Anak Gifted yang dibina oleh pemerintah atau
lembaga lain yang memiliki kredibilitas. Kegiatan yang berlangsung dalam kelompok atau organisasi ini antara lain : penerbitan media informasi seperti
majalah, mengadakan pertemuan antar orang tua, pertemuan sesama Anak Gifted, penyelenggaraan seminar, pelatihan, forum diskusi, dan penyediaan hotline
service dll. Bentuk pelayanan lain dari pemerintah bagi anak-anak ini adalah
diberikannya subsidi kesehatan dan jaminan asuransi jika memerlukan berbagai
10 pemeriksaan yang berkaitan dengan pengembangan giftedness-nya. Selain itu bagi
ibu dari Balita Gifted yang bekerja dianjurkan untuk berhenti bekerja dan menerima kompensasi dari pemerintah untuk pemberhentiannya di samping
rencana pemberian santunan dan asuransi jika orang tua membutuhkan pelatihan- pelatihan khusus untuk meningkatkan kemampuannya dalam menangani Anak
Gifted Van Tiel, 2007.
4. Usulan Pemecahan Masalah Anak Gifted di Indonesia