2
MENGEJAR KETERTINGGALAN PENANGANAN ANAK GIFTED : Sebuah Pekerjaan Rumah bagi Pemerintah, Media Massa, dan
Masyarakat Indonesia
1
1. Fenomena Anak Gifted di Indonesia
Pada rubrik konsultasi di suatu media yang diasuh oleh sebuah rumah sakit, terdapat pertanyaan yang menarik tentang Anak Gifted. Pertanyaan tersebut
diajukan oleh ibu Wijaya yang berdomisili di Bekasi. Isi pertanyaannya adalah : “Anak laki-laki saya berumur 11 tahun duduk di kelas 5 Sekolah Dasar.
Beberapa bulan lalu diadakan tes IQ di sekolah. Menurut wali kelas, anak saya termasuk sangat cerdas karena IQ-nya 129 yang tergolong superior.
Tapi, mengapa nilai-nilai sekolahnya tidak sesuai dengan taraf kecerdasannya?”
2
Berdasarkan pertanyaan tersebut dapat disimpulkan, apabila ditinjau dari perspektif masyarakat umum, jika seorang anak diketahui ber-IQ tinggi maka
seharusnya ia adalah anak pintar serta memiliki prestasi akademik yang baik. Namun jika berkaca pada kasus di atas, maka kenyataan yang dihadapi orang tua
dari anak ber-IQ tinggi ternyata tidak selalu sesuai dengan harapan atau teori. Kasus unik di atas tidak hanya dialami oleh Ibu Wijaya karena kasus anak
ber-IQ tinggi namun memiliki prestasi akademik yang tidak memuaskan juga dialami oleh banyak orang tua yang membawa anak-anak “cerdas”nya ke biro
1
Disampaikan pada seminar Antar Bangsa Universitas Padjadjaran Indonesia - Universiti Teknologi Mara Malaysia pada tanggal 4-5 Februari 2008
2
http:www.sinarharapan.co.idiptekkesehatan2002014kes02.html
3 konsultasi ataupun terapi di berbagai klinik tumbuh kembang anak di kota-kota
besar. Sesungguhnya, anak Ibu Wijaya adalah Anak ber-IQ tinggi yang memiliki
disinkronisasi atau dual exceptional Gifted Children Anak Gifted dengan
kesulitan ganda Baum, 2004. Hal ini lah yang belum banyak diketahui oleh masyarakat Indonesia tentang kompleksitas permasalahan yang dialami Anak
Gifted. Anak cerdas yang diharapkan para orang tua di Indonesia adalah jenis
Gifted Children. Bukan sekedar Bright Children anak-anak yang memiliki IQ melebihi rata-rata, namun mempunyai kreativitas sebagaimana anak-anak pada
umumnya, atau Talented Children anak-anak yang IQ-nya normal tidak berada di atas rata-rata, namun mempunyai prestasi yang menonjol dalam bidang
tertentu, melainkan Gifted Children anak yang memang memiliki IQ, motivasi dan kreativitas yang tinggi sehingga dianggap mampu membuat sebuah prestasi
3
, namun tidak mengalami disinkronisasi akibat lompatan perkembangan pada usia
balita. Artinya pada saat balita, anak tersebut mengalami seluruh proses tumbuh
kembang yang sesuai dengan tahapan perkembangan yang seharusnya dan sesuai dengan juga dengan masanya. Misalnya si anak sempat mengalami tahapan
merangkak, atau sudah tidak mengeluarkan air liur saat telah diperkenalkan makanan padat pada usia 9 bulan.
3
http:gifted-disinkroni.blogspot.com200409antara-anak-berbakat-gifted-talented.html
4 Sesungguhnya, peluang orang tua di Indonesia untuk memiliki anak ber IQ
tinggi cukup besar mengingat sebanyak 2 persen dari anak yang lahir adalah anak jenius, sehingga jika dibandingkan dengan jumlah penduduk Indonesia yang
mencapai angka 250 juta jiwa maka dapat diasumsikan Bangsa Indonesia memiliki kurang lebih 5 juta penduduk yang terdiri dari orang-orang jenius baik
anak-anak maupun dewasa. Jika sedemikian banyak warga negara yang jenius maka seharusnya
Indonesia dapat disejajarkan dengan negara maju mengingat potensi sumber daya alam dan sumber daya manusianya yang luar biasa memadai. Pertanyaan
selanjutnya, Namun mengapa Negara Indonesia masih berada dalam kelompok negara yang memiliki utang luar negeri cukup besar?.
Jawabannya tidak terlepas dari manajemen sumber daya yang masih belum optimal terutama manajemen sumber daya manusia yang acap kali mengalami
inkonsistensi kebijakan, terutama dalam pengelolaan bidang pendidikan yang tidak memadai menjadi salah satu penyebab kemiskinan di Indonesia Nasution,
2002 : 30.
2. Permasalahan Anak Gifted di Indonesia