2 haruslah diperlakukan sehalus mungkin selama pembedahan untuk mengurangi
komplikasi intraoperatif dan pasca operatif. Buser and Maeglin, 1996. Seorang professional di bidang kedokteran gigi yang mampu memasang
implan dental harus menguasai mengenai problematika seputar pemasang implan dental agar didapat pemasangan implan dental yang dapat memenuhi kebutuhan
fungsi dan estetika. Pengetahuan tentang macam-macam komplikasi yang mungkin timbul, penyebab dan cara-cara pencegahan terjadinya komplikasi
merupakan hal penting yang harus diketahui sebelum merencanakan pemasangan implan. Pasien juga harus diberitahui tentang kemungkinan terjadinya kegagalan
dalam implan dental yang digunakannya, serta menjaga kebersihan rongga mulutnya dengan baik untuk menjaga keberhasilan penggunaan implan dental
dalam kurun waktu yang cukup l ama. Selain itu untuk dapat menerima
pemasangan implan dental seorang pasien membutuhkan informasi yang akurat agar dicapai hasil yang optimal. Buser and Maeglin, 1996
Problema pada pasien yang dapat merupakan kontribusi kegagalan implan dapat berasal dari pasien antara lain Shulman and Shepherd, 1999: Pasien
dengan kompromi medis: diabetes, pasien dengan tcrapi steroid yang lama, pasien yang kcmoterapi alau radiasi, Pasien dengan penyakit periodontal, Pasien dengan
gangguan emosi, Pasien dengan ekspektasi yang tidak realislik
1.2. Topik bahasan
Dalam makalah ini akan dibahas mengenai hal-hal praktis yang perlu dipertimbangkan dalam mempersiapkan dan melakukan implantasi gigi. Hal ini
perlu diperhatikan bahwa banyak hal-hal yang sering terlupakan didalam perencanaan dan pelaksanaan implantasi. Tentu saja pengetahuan yang luas dan
pengalaman yang banyak akan le bih meningkatkan keberhasilan dalam
implantasi. Demikian
pula para
operator ha
rus lebih
mewaspadai adanya
kemungkinan masalah-masalah yang bisa terjadi baik pada waktu implantasi maupun setelahnya.
3
1.3. Tujuan Penulisan Tujuan penulisan makalah ini adalah :
1.3.1. Untuk bahan pertimbangan dalam persiapan dan pelaksanaan implantasi gigi
1.3.2. Sebagai bahan bacaan, bagi bagi mahasiswa maupun dokter gigi yang berminat dalam bidang implan gigi.
II. PERTIMBANGAN DALAM IMPLANTASI
Dalam perencanaan
implanasi yang
akan dilaksanakan,
pe rlu
dipertimbangkan beberapa faktor yang ada kemungkinan dapat menimbulkan kegagalam im[plantasi. Menurut Smalll 2004 beberapa faktor yang harus
diperhatikan adalah :
2.1. Faktor Pasien. Penyakit penyakit mikrovaskular akan menghambat oksigenasi jaringan yang
menyebabkan kelambatan penyembuhan dan mencegah integrasi dari implan terhadap jaringan disekitarnya. Penurunan oksigenasi pada penyakit seperti
diabetes mellitus, scleroderma, sistemik lupus erimatous, rematoid arthritis, hepatitis aktif dan kasus kelainan kekebalan. Terapi sinar untuk neoplasma,
hemodialisa dan penggunaan terapi steroid jangka waktu lama juga memberikan vaskularisasi yang buruk. Osteoporosis, penyakit Paget, kelainan hormone dan
tumor ginjal juga berbahaya untuk osteointegrasi dari implat. Penyakit dan kelainan ini merupakan kontraindikasi pemasangan implan
Selain kelainan penyakit yang diderita pasien faktor-faktor lain pada pasien yang harus diperhatikan adalah segi kemampuan beradaptasi, motivasi,
pemeliharaan, keinginan berperan serta dalam perawatan, obsesi dan kompulsi serta stabilitas emosi. Zinner 2004.
4 2.1.1. Indikasi dan Kontra Indikasi
2.1.1.1. Indikasi Implantasi a. Indikasi umum :
Pemasangan implan harus dilakukan pada pasien yang mempunyai motivasi, kooperatif dan oral higiene yang baik. Tidak ada batasan usia untuk pemasangan
implan, akan tetapi lebih baik diatas usia 16 tahun. Pemasangan implan pada usia tua lebih baik dari pada pasien dengan usia muda.
b. Indikasi lokal Faktor-faktor yang merupakan indikasi dalam pemasangan implan antara
lain : Fonseca RJ Walker, R.V, 1991, 1. Kehilangn gigi
2. Agenesis suatu gigi 3. Sebagai penyangga distal pada kehilangan gigi berujung bebas
4 . Atrofi tulang alveolar yang agak banyak, baik pada maksila maupun mandibula
2.1.1.2. Kontra Indikasi a. Kontra Indikasi Umum Yang Absolut mutlak
Faktor-faktor yang merupakan kontra indikasi umum yang absolut ialah : 1. Usia dibawah 16 tahun
2.Gangguan hematopoesis, pembekuan darah dan sistem endokrin 3.Terapi penyakit cardiovaskuler yang resisten
4.Malignant tumor dengan prognosis buruk
5 5. Gangguan yang permanent pada sistem immune HIV
6. Gangguan mental kepribadian yang psychopathy
b. Kontra Indikasi Umum Yang Relatif
Beberapa keadaan yang dikelompokkan kedalam kontra indikasi relatif, yaitu :
1. Alergi 2. Rheumatoid ringan
3. Focal infeksi yang menyeluruh 4. Penyakit - penyakit yang akut
5. Kehamilan 6. Adiksi terhadap obat, alkohol dll.
7. Adanya stress fisik c. Kontra Indikasi Lokal Yang Absolut
1. Adanya penyakit di daerah rahang 2. Myoarthropathy
3. Pasien-pasien dengan kebiasaan buruk 4. Osteomelitis akut atau kronis
5. Bone deficits 6. Kondisi anatomi topografi unfavorable dan unatferable
7. Kurangnya motivasi untuk menjaga kebersihan mulut yang baik
6 d. Kontra Indikasi Lokal Yang Relatif
1. Temporary bone deficite misalnya setelah ekstraksi gigi atau
ekstirpasi kista 2. Maxillary deficit
3. Secara topografi dan anatomi kondisinya tidak memungkinkan
2.1.2 Tulang Penerima Implan Setelah kehilangan gigi asli, maka segera terjadi perubahan pada tulang
rahang. Akibat tidak terdapat respon tekanan pada daerah tersebut baik dari gigi maupun ligamen periodontal, maka terjadi proses resorbsi. Pola resorbsi ini
berhenti setelah periode tertentu sedangkan pada kasus khusus proses ini berjalan terus hingga sampai tulang basal. Pemakaian gigi tiruan lepasan memberikan
dampak resorbsi yang besar pada mandibula dibanding dengan maksila . Masing masing rahang memberikan gambaran yang berbeda Mc Glumphy, 2003.
Resorbsi tulang diklasifikasikan oleh Caswood berdasarkan tinggi tulang alveolar gambar 2 dan 3 Implan merupakan salah satu alternatif geligi pengganti yang
ideal namun membutuhkan landasan yang ideal agar dicapai hasil yang optimal. Kelainan dari alveolar ridge dapat disebabkan karena kelainan saat pertumbuhan
misalnya; celah langit-langit dan tidak tumbuhnya gigi tertentu, trauma maxillofacial seperti kehilangan gigi serta penyanggahnya karena trauma, atropi,
serta kelainan periodontal. Banyak upaya bedah yang dilakukan untuk mengatasi kelainan-kelainan ini seperti graft onlay, alloplastic augmentation, guided tissue
regeneration, alveolar distraksi dan graft sinus untuk menambah bentuk, ketinggian serta kekuatan mekanik alveolar. Imola, 2004. Samchukov, 2001
7
Gambar 2 : Klasifikasi resobsi tulang maksila Caswood, 1999
Gambar 3 : Klasifikasi resobsi tulang maksila Caswood, 1999
2.2. Faktor Teknik Implantasi 2.2.1.Jumlah implan yang akan dipasang
Implan yang dipasang berfungsi menahan kekuatan dan stress dari oklusi. Jumlah yang kurang memadai yang dapat menyebabkan patahnya komponen
implan.
8 Dalam pelaksanaannya harus mempertimbangkan kondisi lokal tempat
implantasi dan pertimbangan finasial juga akan turut menetukan jumlah implan yang akan dipasang tanpa menyampingkan keperluan yang diperlukan. M Sebagai
bahan pertimbangan untuk kehilangan 1 gigi, implan yang dipasang 1 bua, kehilangan 2 gigi implan yang dipasang 2 buah, kehilangan 3 gigi, implan yang
dipasang bisa 2 atau 3 buah. Beberapa ahli menganjurkan untuk kasus edontolous rahang atas dipasang minimal 6 buah dan edontolous rahang bawah dapat
dipasang 4 – 5 buah implan.
2.2.2. Penempatan implan
Penempatan implan yang terlalu dekat akan menghambat terjadinya integrasi yang baik. Penempatan yang baik harus ada jarak 2-3 milimeter antar
implan gambar 1. Keluhan sakit pada pasien ini akan mungkin terjadi akibat terlalu dekat dengan gigi normal, sehingga pada akhirnya implan harus dilepas.
A. B.
C.
Gambar 1 Jarak aman terhadap struktur penting diskitar implan McGlumpy, 2003: A. Implan terhadap bagian superior dari syaraf alveolar inferior;
B. Implan terhadap bagian anterior dari syaraf alveolar inferior, C. Implan terhadap sinur maksilaris
2.2.3. Tehnik pemasangan implan
Panas berlebihan selama tindakan osteotomi untuk pemasangan implan dapat menyebabkan nekrosis. Untuk ini suhu yang dapat ditolelir dibawah 47
o
C. Untuk itu digunakan rotary instrument dengan kecepatan 850 samapi 1200
9 putaran per menit dengan pemakaian pendinginan diluar serta bur yang tajam.
Arah bor eksentrik harus dihindari
2.3. Biaya