9 putaran per menit dengan pemakaian pendinginan diluar serta bur yang tajam.
Arah bor eksentrik harus dihindari
2.3. Biaya
Banyak kasus dengan indikasi pemasangan implan terbentur dari masalah ini karena dibutuhkannya pemeriksaan, perencanaan serta pemilihan bahan dan disain
serta perawatan berkala dari implan. Untuk mendapatkan perawatan yang ideal untuk pemeriksaan harus meliputi klinis dan radiologis. Disain implan sangat
bergantung dari ketersediaan tulang pada daerah resipien implan untuk itu diperlukan tindakan tambahan seperti operasi penambahan tulang gigi yang tidak
murah. Jenis implan dan ketersediaan disain dan kelengkapannya implan body dan mata bur bila ada kerusakan dikemudian hari. Persiapan untuk mendapatkan
oklusi yang baik agar didapat pemakaian implan jangka panjang. Semua persiapan tersebut diatas memerlukan biaya yang cukup besar,
malahan untuk ukuran kelas menengah kebawah dipandang sangat mahal. Belum masalah jumlah implan yang akan dipasang, tentu saja akan mengakibatkan biaya
keseluruhan untuk kasus kegilangan gigi lebih dari satu akan memakan biaya yang lebig besar lagi.
III. KOMPLIKASI YANG DAPAT TERJADI
Setelah persiapan dilakukan dengan seksama, maka implantasi siap dilaksanakan. Namun demikian harus diingat bahwa kejadian-kejadian yang tidak
diharapkan bisa terjadi baik pada waktu pemasangan maupun setelah pemasangan.
3.1. Komplikasi intra operatif 3.1.2. Perdarahan
Bila tehnik operasi dan garis insisi telah direncanakan dengan tepat, terjadinya perdarahan dapat dihindari. Perdarahan dapat terjadi pada tulang spongiosa pada
waktu melakukan pengurangan terhadap tepi krista alveolar yang tajam. Perdarahan dalam hal ini dapat berhenti secara spontan. Perdarahan yang sedang
dapat terjadi pada saat preparasi endosseous yang akan dipasang implan dan akan
10 berhenti pada saat implan diinsersikan. Perdarahan cukup berat dapat terjadi pada
regio posterior mandibula bila kanalis mandibularis terlibat dan terjadi kerusakan pada pembuluh darahnya. Buser and Maeglin, 1996
3.1.3. Kerusakan Saraf
Kerusakan saraf intraoperatif dapat terjadi pada mandibula bila melibatkan nervus alveolaris inferior, nervus mentalis dan nervus lingu
alis. Untuk menghindari kerusakan nervus alveolaris inferior, alur anatomis kanalis
mandibularis dan dimensi vertikal pada tulang yang tersedia harus diukur dan diperkirakan secara tepat sebelum dilakukan pembedahan. Untuk mencegah
terjadinya merusakan nervus mentalis, pada saat operasi regio foramen mentalis harus dapat terlihat dengan jelas. Dan untuk menghindari kerusakan nervus
lingualis, dapat digunakan periosteal elevator yang tipis antara permukaan lingual tulang dengan flap mukoperiosteal untuk melindungi jaringan saraf pada saat
preparasi tulang. Buser and Maeglin, 1996 Kerusakan nervus mandibula dapat menyebabkan anestesia, parastesia atau
disestesia pada satu sisi ataupun kedua sisi. Keadaan ini dapat bersifat sementara atau permanen. Implan yang dipakai sebaiknya berada paling sedikit 3 mm di atas
foramen. Pengeboran dilakukan dengan hati-hati dan perlahan. Bila terasa terjadi perforasi kanalis mandibularis oleh pengeboran, hentikan pengeboran untuk
menghindari trauma jaringan saraf secara langsung. Shulman and Shepherd, 1999 Perforasi pada kanalis ditandai dengan rasa sakit tajam dan terjadinya
perdarahan secara tiba-tiba. McGlumphy and Larsen, 2003
Ukuran panjang implan yang digunakan pada regio posterior biasanya adalah ukuran pendek yaitu 7,8,10 atau 11 mm. Implan yang digunakan sebaiknya satu
untuk setiap giginya karena pendeknya ukuran implan sehingga bila digunakan lebih dari satu gigi dapat terjadi kemungkinan kegagalan karena beban yang
ditanggung terlalu berlebih. Shulman and Shepherd, 1999
3.1.4.Perforasi pada Antrum atau Rongga Hidung
11 Dalam rencana perawatan, jarak ketinggian antara implan dan sinus maksilaris
serta rongga hidung harus diperhitungkan secara radiografis. Apabila selama pengeboran tulang diperkirakan akan terjadi perforasi ke antrum atau rongga
hidung, ketinggian vertikal tulang yang tersisa harus diperkirakan setepat mungkin dan dapat dibuat rontgent foto dengan pengukur ketinggian yang
dimasukkan ke dalam tulang yang telah dipreparasi. Implan jenis hollow cylinder atau hollow screw tidak direkomenasikan penggunaannya karena bila implan ini
berkontak langsung dengan antrum atau rongga hidung yang telah perforasi akan dapat mengakibatkan terjadinya infeksi retrograde. Dalam hal ini sebaiknya
dipergunakan implan screw yang solid. Screw dipasangkan dalam posisi vertikal untuk mencegah masuknya screw ke dalam antrum atau rongga hidung. Buser
and Maeglin, 1996 Namun bila perforasi implan pada sinus hanya sedikit dan lubang apikal implan masih berada pada tulang, mungkin tidak akan menimbulkan
masalah nantinya. McGlumphy and Larsen, 2003 Gambar 4.
Gambar 4.
Implan dengan diameter kecil pada premolar pertama dan implan premolar kedua dengan panjang 6 mm pada dasar sinus maksilaris
Buser and Maeglin, 1996
12
3.1.5.Gangguan Benda Asing
Terdapatnya benda-benda asing disekitar implan akan dapat menyebabkan terjadinya kegagalan dalam pemasangan implan. Benda-benda asing seperti
patahan akar gigi, bahan pengisi saluran akar, instrumen endodontik yang patah dst harus diangkat tanpa terkecuali sebelum pemasangan implan. Pengambilan
benda-benda asing tersebut harus pula dipertimbangkan apakah akan diambil sebelum pembedahan implan atau pada saat pemasangan implan tanpa
mengganggu tempat dimana implan akan dipasang. Bila pengangkatan benda- benda asing tersebut menghasilkan defek yang luas pada tulang, defek harus
segera diisi dengan bahan material seperti Pentaphar AG, Ch-4051 Basel dan menunggu sampai terjadi penyembuhan. Sebagai alternatif penggunaan Gore-Tex
membrane merupakan pilihan. Buser and Maeglin, 1996
3.1.6. Emfisema pada Daerah Wajah dan Leher
Emfisema dapat terjadi bila digunakan handpiece dengan udara. Selain itu dapat pula disebabkan oleh bersin, meniup melalui hidung atau kumur dengan
hidrogen peroksida. Emfisema ditandai dengan pembengkakan tiba-tiba pada satu sisi wajah dengan krepitasi. Emfisema pada wajah dan leher dapat diatasi dengan
kompres dingin dan kemudian diberikan antibiotik profilaksis. Buser and Maeglin, 1996
3.1.7. Kegagalan Sistem Implan
Komponen-komponen pada sistem implan seperti bor, post, superstructure dapat mengalami masalah kimiawi dan mekanis seperti longgar, korosi,
terpisahnya komponen dan patah. Shulman and Shepherd, 1999 Patahnya implan atau instrumen dalam proses pemasangan implan adalah sesuatu yang
tidak diharapkan terjadi. Hal ini dapat terjadi akibat manipulasi alat yang tidak tepat, terlalu banyak proses sterilisasi, pemanasan yang terlalu tinggi dan juga
defek material. Fragmen atau patahan implan yang masih tertanam di dalam
13 tulang harus diangkat dengan mengorbankan tulang seminimal mungkin. Buser
and Maeglin, 1996 Banyak dari sistem implan menggunakan bor yang diirigasi secara internal
untuk mendinginkan tulang pada saat dilakukan preparasi. Bur-bur berbentuk hollow lebih rapuh dibandingkan dengan bur-bur biasa pada umumnya, sehingga
dalam penggunaannya untuk mengebor tulang kortikal yang padat atau tulang dari hydroksilapatite sebelumnya sebaiknya dilakukan dengan hati-hati. Shulman and
Shepherd, 1999 Stabilitas primer implan yang baik dapat tercapai dengan penggunaan drill dan
bor yang sesuai dengan standar penggunaan. Kegagalan dalam mempertahankan stabilitas implan dapat terjadi pada saat manipulasi preparasi tulang yang kurang
baik. Bila implan terlihat goyang pada saat diinsersikan disarankan untuk diangkat segera karena implan tidak akan berintegrasi dengan tulang dan kemungkinan
besar akan mengalami kegagalan. Buser and Maeglin, 1996
3.2. Komplikasi pasca operatif