Arti Kosa Kata Terjemah Artinya Penjelasan

85 Al-Quran Hadis Kurikulum 2013 MARI MENGKAJI MEMAHAMI

1. Q.S. Al-Nahl 16 : 125

َوُه َكَبَر َنِإ ُن َسْح َ أ َ ِه ِت َلاِب ْمُهْلِداَجَو ِةَنَسَْلا ِةَظِعْوَمْلاَو ِةَمْكِْلاِب َكِّبَر ِليِبَس َلِإ ُعْدُا َنيِدَتْهُمْلاِب ُمَلْع َ أ َوُهَو ِهِليِبَس ْنَع َل َض ْنَمِب ُم َلْعَأ

a. Arti Kosa Kata

Debatlah mereka ْمُهْلِداَج Serulahpanggillah ُعْدا dengan yang terbaiklebih baik ُنَسْحَأ Dengan hikmah ilmu Quran dan hadits ِةَمْكِ ْ لاِب tersesat َل َض Nasehat yang baik ِةَن َسَ ْ لا ِة َظِعْوَم ْ لا

b. Terjemah Artinya

: “Serulah manusia kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk”

c. Penjelasan

Melakukan dakwah merupakan salah satu tugas para nabi dan rasul. Berdakwah itu mulia karena misi dari dakwah adalah menebar kebaikan, mengajak orang lain untuk berbuat kebaikan, melarang mereka untuk melakukan kemaksiatan dan kerusakan di muka bumi ini. Tujuan dari pelaksanaan dakwah adalah terwujudnya semangat untuk mengamalkan nilai-nilai agama secara total di muka bumi ini. Untuk itu, Allah SWT memerintah Rasulullah saw dan kita yang melakukan dakwah menggunakan berbagai cara dan metode yang terbaik. Ayat ini memberikan tiga macam metode dalam berdakwah : yaitu, al-hikmah, almau`idhah dan al-mujâdalah. Al-hikmah biasanya diartikan dengan bijaksana. Menurut para ahli tafsir al-hikmah adalah pengetahuan yang mendalam tentang kandungan al-Qur`an dan al-Sunnah, serta dalil-dalil yang kuat; artinya bahwa seorang juru dakwah harus membekali dirinya dengan ilmu yang dibutuhkan dalam kegiatan dakwahnya, khususnya ilmu yang Di unduh dari : Bukupaket.com Buku Si swa Kela s X I I 86 berkaitan dengan al-Qur`an dan al-Sunnah sehingga dapat membedakan antara yang hak dengan yang bathil serta mampu melakukan istidlâl dengan benar. Al-mau`idhah, yaitu wejangan atau nasihat. Menurut beberapa ahli tafsir yang dimaksud dengan al-mau`idhah di sini tidak hanya sekedar nasihat, tetapi nasihat atau wejangan yang mengandung unsur ancaman al-zajr. Artinya, bahwa seorang juru dakwah pada kesempatan tertentu harus mampu menyampaikan pesan-pesan al- Qur`an, meskipun yang disampaikan adalah sebuah ancaman Allah SWT, disampaikannya dengan cara yang halus, menarik dan menyentuh hati lawan bicaranya. Pada kondisi tertentu dalam melaksanakan dakwah dibutuhkan al-mujâdalah, artinya bahwa seorang juru dakwah beradu argumentasi dengan lawan bicaranya; masing- masing menyampaikan pandangan hidupnya sesuai dengan dalil yang dimilikinya. Yang perlu diperhatiakan oleh setiap pelaku dakwah adalah bahwa al-mujâdalah ini merupakan salah satu bentuk dari al-jihâd bi al-`ilmi wa al-lisân, maka harus dilakukan dengan cara yang baik; ungkapan yang halus, mengedepankan sopan santun, tidak menggunakan suara yang keras apalagi membentak. Karena yang terpenting diskusi dan dialog pada umumnya adalah kekuatan dalil dan argumentasi yang mudah dicerna dan diterima oleh lawan diskusinya. Ketika tidak menemukan titik temu dalam diskusi tersebut, maka al-mujâdalah ini sebaiknya dihentikan dari pada menghabiskan tenaga sia-sia, sebagaimana pesan yang terkandung di dalam Q.S. al-Kahfi [18]: 69 اًراَن َيِمِلا َظلِل اَنْدَتْع َ أ اَنِإ ْرُفْكَي ْ لَف َءا َش ْنَمَو ْنِمْؤُي ْ لَف َءا َش ْنَمَف ْمُكِّبَر ْنِم ُقَ ْ لا ِل ُقَو ُباَ َشلا َسْئِب َهوُجُو ْ لا يِوْشَي ِلْهُم ْ ل َك ٍءاَمِب اوُثاَغُي اوُثيِغَتْسَي ْنِ اَهُقِداَ ُس ْمِهِب َطاَح َ أ اًقَفَتْرُم ْتَءاَسَو Artinya : “Dan Katakanlah: «kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu; maka barangsiapa yang ingin beriman hendaklah ia beriman, dan barangsiapa yang ingin kafir biarlah ia kafir». Sesungguhnya Kami telah sediakan bagi orang orang zalim itu neraka, yang gejolaknya mengepung mereka. dan jika mereka meminta minum, niscaya mereka akan diberi minum dengan air seperti besi yang mendidih yang menghanguskan muka. Itulah minuman yang paling buruk dan tempat istirahat yang paling jelek. 2. Q.S. al-Syu`arâ` [26]: 214 – 216