1
K. H. RUHIAT 1911-1977; ULAMA PEJUANG DARI CIPASUNG
Oleh:
Miftahul Falah, S. S., M. Hum.
Asisten Ahli pada Program Studi Ilmu Sejarah Fakultas Sastra, Universitas Padjadjaran.
A. Pengantar
Rasa-rasanya, generasi muda saat ini lebih mengenai sosok K. H. Muhammad Ilyas Ruhiat, mantan Rais Aam PB NU 1994-1999 dan mantan
anggota DPA 1998-2004 daripada sosok K. H. Ruhiat. Padahal, K. H. Ruhiat- lah yang telah berperan dalam membentuk karakter dan keulamaan K. H. Muh.
Ilyas Ruhiat. Pesantren Cipasung yang didirikan K. H. Ruhiat dan telah “melambungkan” nama K. H. Muh. Ilyas Ruhiat, merupakan salah pesantren
terbesar dan berpengaruh di Jawa Barat.
1
Namun sekali lagi, peranan K. H. Ruhiat dalam perjuangan bangsa sudah banyak dilupakan orang. Kondisi tersebut wajar terjadi mengingat Abah Ajengan
panggilan akrab K. H. Ruhiat telah 33 tahun meninggalkan umatnya untuk menghadap Sang Khalik. Meskipun demikian, jasa-jasanya terhadap perjuangan
bangsa terutama di bidang pendidikan tidak akan pernah dilupakan orang. Makalah ini akan mencoba merekonstruksi peranan K. H. Ruhiat dalam
perjuangan bangsa sejak masa penjajahan hingga masa kemerdekaan.
1
Anonim, 2006: 1.
2
B. Riwayat Keluarga dan Pendidikan
Pada dasawarsa pertama abad ke-20, Desa Cipakat yang terletak di Kecamatan Singaparna, Kabupaten Tasikmalaya dipimpin oleh seorang kepala
desa yang bernama H. Abdul Ghafur bin Umray. Ia menikahi Hj. Umayah bin Indra dan dikaruniai enam orang anak. Salah seorang anaknya dilahirkan di
Kampung Cisaro, Desa Cipakat pada 11 November 1911. Oleh kedua orang tuanya anak itu lantas diberi nama Ruhiat bin H. Abdul Ghafur. Sang anak
memiliki tiga orang kakak yang masing-masing bernama Hj. Sofiah, H. Ma’sum,
dan H. Syuja’i; serta dua orang adik yakni H. Muharam dan Hj. Jamilah. Selain itu, Ruhiat pun memiliki lima orang saudara seayah karena H. Abdul Ghafur bin
Umray memiliki tiga orang istri.
2
H. Abdul Ghafur orang tua yang sangat memperhatikan pendidikan anak- anaknya. Ketika usianya sudah memasuki masa sekolah, H. Abdul Ghafur
memasukkan Ruhiat ke
Vervolghschool
di Sukasenang. Pendidikan formalnya itu hanya ditempuh sampai kelas empat yakni dari tahun 1918-1921. Setelah keluar
dari
Vervolgschool
, Ruhiat belajar ilmu agama Islam ke berbagai pesantren. Dari tahun 1922-1927, Ruhiat belajar ilmu agama Islam di Pesantren Cilenga
Leuwisari di bawah bimbingan K. H. Sobandi. Setelah lima tahun menuntut ilmu kepada K. H. Sobandi, dalam kurun waktu 1927-1928, Ruhiat menuntut
melakukan
tabarruk
ke beberapa ulama yakni kepada K. H. Emed dari Pontren Sukaraja Garut, K. H. Abas Nawawi dari Pontren Kubang Cigalontang, dan K.
2
Selain memiliki saudara kandung seayah-seibu, K. H. Ruhiat pun memiliki lima orang saudara seayah. Empat orang saudaranya lahir dari istri pertama ayahnya yang bernama Hj. Murtamah,
yaitu Hj. Siti Sobriah, Encoh, Uwen Juansah, dan Acih. Sementara itu, saudara seayah K. H. Ruhiat yang lahir dari istri ketiga ayahnya H. Zainab binti H. Idris bernama H. Abdul Hamid
Anonim. t.t.: 2.
3 H. Thoha dari Pontren Cintawana Singaparna. Tahun 1929, Ruhiat kembali
menunut ilmu kepada K. H. Sobandi di Pesantren Cilenga sampai tahun 1931.
3
K. H. Ruhiat mempunyai dua orang istri yakni Hj. Aisyah binti Muhammad Sayuti dan Hj. Badriyah binti H. A. Kosasih Abdul Hamid. Dari
perkawinannya itu, K. H. Ruhiat dikaruniai 27 orang anak, masing-masing 14 orang anak dari istri pertamanya dan 13 orang anak dari istri keduanya. Dalam
membina rumah tangganya, K. H. Ruhiat sangat berlaku adil sehingga kerukunan dan ketentraman senantiasa memayungi keluarga besarnya itu.
Foto 1: K. H. Ruhiat bin H. Abdul Ghafur
Sumber: Koleksi K. H. A. Bunyamin Ruhiat, Pimpinan Ponpes Cipasung.
3
Anonim, t.t.: 3; Anonim. 2007: 1; MUI Jabar, 2005: 26.
4
Diagram 1: Silsilah K. H. Ruhiat
5
Foto 2: K. H. Ruhiat bersama Keluarga
Sumber: Koleksi K. H. A. Bunyamin Ruhiat, Pimpinan Ponpes Cipasung.
C. Peranan K. H. Ruhiat dalam Perjuangan Bangsa 1. Di Bidang Pendidikan