Analisa Stratifikasi Sosial dalam Film H (1)

STRATIFIKASI SOSIAL
ANALISA STRATIFIKASI SOSIAL DALAM FILM HUNGER GAMES

OLEH:
TRI APRILIANI – 1206251502

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS INDONESIA
2014

Latar Belakang
Stratifikasi sosial akan selalu berkaitan dengan kehidupan sehari-hari yang bisa kita
rasakan langsung ataupun tidak. Bahkan media kerap kali memunculkan isu-isu mengenai
stratifikasi yang sering kali di kemas melalui film sebagai gambaran isu stratifikasi. Kasus yang
dibahas kali ini adalah stratifikasi sosial dalam media film yang berjudul “Hunger Games”.
Alasan pemilihan kasus ini adalah karena di dalam film Hunger Games ini sangat terlihat adanya
perbedan kelas sosial antara daerah yang disebut distrik dengan ibukota sebuah negara yang
bernama Panem, serta adanya hegemoni pemerintah dalam mengendalikan negara. Menurut
penulis, analisa film ini penting untuk melihat kesenjangan antarkelas sehingga bisa didapatkan
solusi yang baik agar kehidupan bisa lebih adil dan sejahtera tanpa adanya ketimpangan. Kasus
ini dapat berimplikasi luas terhadap kehidupan bernegara, contohnya jika sebuah negara

memiliki sistem kenegaraan seperti di dalam film Hunger Games, maka tidak dipungkiri bahwa
akan banyak terjadi pemberontakan karena pemerintah tidak berhasil menerapkan sistem
kenegaraan yang tepat yaitu tidak melaksanakan prinsip keadilan kepada rakyat yang
dipimpinnya.
Kebijakan pemerintah yang terkait dengan masalah ini adalah mengenai kebijakan
pemerintah tentang Hak Asasi Manusia (HAM) karena di dalam film ini terdapat banyak
fenomena terkait dengan hal tersebut dan kebijakan mengenai otoritas dan wewenang pemerintah
dalam memimpin negara. Konsep dan teori tersebut akan divalidasi dengan subyek yang akan
dianalisis dengan cara melakukan pengujian validitas terhadap isi dokumen apakah ada
keterkaitan yang mana hasilnya nanti bisa berimplikasi untuk meramalkan dampak/kejadian pada
masa yang akan datang dilihat dari fenomena apa yang terjadi saat ini.
Teori dan Konsep
Paper ini akan berbicara banyak mengenai stratifikasi sosial dengan menggunakan teori
Marx karena menurut penulis banyak keterkaitan yang bisa dianalisa dari film ini dengan teori
tersebut yang mana menekankan pada konsep kelas, alienasi, kesadaran kelas, rulling class serta revolusi
kelas. Konsep lain yang akan digunakan di dalam paper ini adalah konsep stratifikasi sosial, mobilitas
sosial, serta kesenjangan

1. Kelas sosial adalah sekelompok orang yang berada dalam situasi yang sama dalam
hubungannya dengan kontrol mereka terhadap alat-alat produksi

2. Kesadaran kelas adalah kesadaran yang dimiliki oleh suatu kelas tertentu ketika
mereka sedang berkonflik dengan kelas-kelas yang lain. Tanpa kesadaran ini mereka
hanya akan membentuk apa yang disebut Marx dengan suatu kelas untuk dirinya. Dan
ketika mereka menyadari konflik, maka mereka menjadi suatu kelas yang sebenarnya,
suatu kelas untuk dirinya.
3. Ruling Class merujuk kepada sekelompok kelas yang memiliki material atau alat
produksi secara tidak langsung juga memiliki kendali atas politik1
4. Revolusi kelas merupakan perubahan relasi-relasi produksi diantara yang
mengeksploitasi dan dieksploitasi2
5. Alienasi adalah kurangnya pemenuhan atau realisasi diri individu dalam masyarakat
kapitalis3
6. Stratifikasi sosial adalah hirarki posisi yang mana merujuk pada produksi ekonomi
yang mana mempengaruhi reward secara sosial dalam posisi tersebut
7. Mobilitas sosial
8. Kesenjangan
Metodologi
Paper ini akan menggunakan pendekatan kualitatif. Contoh dari pendekatan kualitatif ini
menggunakan metode Qualitative Content Analysis, Semiotics, dan Hermeneutics. Berikut
adalah paparan mengenai metode yang digunakan
1. Qualitative Content Analysis merupakan pendekatan yang paling sering digunakan dalam

menginterpretasi dokumen dalam penelitian kualitatif. Pendekatan ini dilakukan dengan
cara mengekstrak atau mencari bagian-bagian yang dianggap penting serta relevan
dengan penelitian serta dengan melihat tema dari dokumen terkait.
1 "The ideas of the ruling class are, in every age, the ruling ideas: i.e. the class which is the dominant material force
in society is at the same time the dominant
http://www.earlhamsociologypages.co.uk/rcideologyintro.html

intellectual

force."

{Karl

Marx

1845]

2Bethany Johnson, Karl Marx's

Theories: Class Differentiation and Revolution, Socialism & Capitalism

http://education-portal.com/academy/lesson/karl-marxs-theories-class-differentiation-and-revolution-socialismcapitalism.html

3 Allen Wood, Karl Marx (London: Routledge and Kegan Paul, 1981), chap. 2.; Daniel Brudney, Marx’s Attempt to
Leave Philosophy (Cambridge, MA: Harvard University Press, 1998), chap. 4–5.

2. Semiotics, yang diartikan sebagai ‘ilmu tanda’ yang merupakan pendekatan analisis atas
simbol-simbol dalam kehidupan sehari-hari yang digunakan dalam hubungan sehari-hari.
Simbol tersebut tidak hanya digunakan dalam sumber-sumber dokumen namun juga
segala jenis data lain. Pemahaman semiotik membantu mengungkapkan makna
tersembunyi dari teks-teks dokumen. Kemudian yang ketiga adalah Hermeneutics yang
merupakan suatu metode menghubungkan teks dokumen dengan aspek sosial atau
fenomena sosial yang tidak terdokumentasikan.
3. Hermeneutics,

merupakan

metode

yang


digunakan

untuk

memahami

dan

menginterpretasi teks teologi tertentu. Dalam menggunakan pendekatan hermeneutik,
peneliti harus melihat makna dari teks yang dikemukakan menurut persepektif orang
yang menulis teks, mirip dengan konsep verstehen.Lalu memahami aspek sosial dan
historis saat teks itu dibuat sehingga analisis mendalam terhadap dokumen diperlukan
untuk memahami konteks fokus dokumen terkait penelitian.
Subyek yang dipilih adalah melalui tokoh film yang didapat melalui data sekunder yang
berupa artikel dan data dari internet, untuk memudahkan penulisan paper ini penulis juga akan
menonton film dan mencatat hal-hal atau temuan penting yang bisa didapatkan secara langsung
(misalnya seperti ucapan tokoh, melalui tindakan, serta fenomena di dalam film yang terjadi).
Deskripsi Kasus
Panem merupakan sebuah negara masa depan yang mengalami distopia atau negara yang
kondisinya tidak ideal seperti negara-negara utopia. Negara ini terdiri dari 12 distrik dengan

ibukota negaranya yang bernama Capitol yang juga merupakan pusat pemerintahan. Panem
dipimpin oleh seorang presiden yang bernama Coriolonus Snow. Setiap distrik yang dipimpinnya
memiliki keahlian pekerjaan masing-masing. Namun terlihat perbedaan yang sangat mencolok
antara Capitol dan distrik lainnya. Orang-orang di Capitol hidup dengan kemewahan sedangkan
distrik lain hidup dalam kemiskinan dan kesengsaraan. Sebelumnya di Panem sendiri ada 13
distrik, namun distrik ke-13 melakukan pemberontakan hingga akhirnya dibumi hanguskan dari
negara tersebut hingga tersisa 12 distrik. Pemberontakan yang dilakukan oleh distrik ke-13
dinamakan sebagai “Dark Days”.

Setelah terjadinya pemberontakan oleh distrik ke-13, setiap hari peringatan mengenai
pemberontakan tersebut Capitol sebagai ibukota mengadakan sebuah event yang bernama
Hunger Games dimana event ini mengandung ajang pertarungan gladiator antardistrik yang
mana pesertanya terdiri dari 24 remaja (tributes) berusia antara 12-18 tahun dengan syarat satu
orang laki-laki dan satu orang perempuan dari setiap distrik yang dipilih melalui undian di setiap
distrik. Mereka yang terpilih harus ikut dalam event tersebut meskipun tidak ada kemauan dari
dirinya. Dalam event ini setiap peserta diharuskan membunuh satu sama lain, dan seperti acara
reality show event ini disiarkan secara langsung di channel televisi setiap distrik. Event ini
dilakukan untuk menyegarkan kembali atas peristiwa pemberontakan pada mayarakat Panem dan
menggambarkan bagaimana berkuasanya pemerintahan.
Sampai tiba pada saatnya film ini menyorot seorang remaja perempuan dari distrik 12

bernama Katniss Everdeen yang menjadi tributes dalam event Hunger Games ke-74, ia
menggantikan adiknya secara sukarela. Ia maju bersama Peeta Mellark dari distrik yang sama.
Dalam proses pertarungan, ia bertemu dengan banyak tokoh yang membuatnya belajar akan
kehidupan. Awalnya ia tidak mau melalukan pembunuhan, namun hanya terdapat dua pilihan
dibunuh atau membunuh. Sampai pada akhirnya diujung pertandingan hanya ada Cato, Katniss
dan Peeta. Mereka bertarung hingga Cato tewas dan menyisakan Katniss dan Peeta, namun
mereka harus saling bunuh, tetapi karena ada peraturan dari Capitol mereka berdua bisa
memenangkan pertandingan.
Dalam sekuel kedua, Hunger Games : Catching Fire bercerita mengenai perjalanan
Katniss dan Peeta. Presiden Snow merasa Katniss melakukan pelanggaran karena menentang
aturan pemenang yang hanya boleh satu orang. Pada akhirnya Katniss dan Peeta harus ikut
dalam Hunger Games ke-75 atau Quarter Quell dimana setiap 25 tahun sekali event tersebut
diadakan secara istimewa. Pada tur kemenangan di setiap distrik, Katniss melihat banyak
semangat pemberontakan yang dipendam oleh masyarakat, namun masih dapat dikontrol oleh
Capitol. Katniss merasa kalau pertarungan ini tidak membawa dampak baik untuk masyarakat di
Panem itu sendiri. Ia merasa pemerintah tidak melakukan hal yang adil karena pemerintah tidak
meminta masyarakat yang tinggal di Capitol untuk ikut dalam ajang Hunger Games. Hidup
distrik lain juga tidak pernah berubah meskipun muncul pemenang Hunger Games. Namun
Presiden Snow ingin melenyapkan Katniss dan Peeta untuk meredam pemberontakan dengan


cara mengikutkan mereka kembali pada ajang Hunger Games ke-75 dan mereka harus bertarung
dengan para pemenang Hunger Games sebelumnya yang tentu lebih mahir dan berpengalaman.
Namun Katniss diselamatkan oleh pemberontak distrik 13 yang selama ini dianggap telah
lenyap. Ternyata distrik 13 tetap ada dan melakukan proses hidup secara underground. Dalam
sekuel ketiga, Hunger Games : Mockingjay menceritakan bagaimana Katniss berjuang bersama
pemberontak distrik 13 dan distrik lain untuk melawan Presiden Snow dan Capitol. Katniss
akhirnya menjadi seorang Mockingjay bersama pemberontak lain, namun Presiden Snow
menangkap Peeta sebagai hukuman bagi Katniss. Peeta dicuci otaknya dan disiksa sehingga hal
itu dimaksudkan agar Katniss menyerah dan tidak melakukan pemberontakan.
Analisa Kasus
Melalui film diatas, maka pada bagian ini akan dianalisa mengenai stratifikasi sosial
dengan beberapa metode Qualitative Content Analysis, Semiotic, dan Hermeneutics. Sebelumnya
jika dikaitkan dengan konsep kelas maka di dalam film ini jelas sekali bahwa pengarang film ini
memunculkan pembagian kelas sosial. Hal ini terlihat dari adanya pembagian antara kelas yang
berkuasa dan kelas yang dikuasai. Dimana Capitol sebagai ibukota negara digambarkan memiliki
kendali penuh atas pemerintahan dan mengontrol setiap kehidupan daari berbagai distrik yang
terdapat di Panem. Sedangkan penggambaran distrik yang terlihat begitu berbeda dari Capitol
menjelaskan adanya perbedaan kelas. Distrik berada di bawah kuasa Capitol, bahkan Capitol
sendiri memperlakukan setiap distrik berbeda contohnya pada distrik 1 dan distrik 2, campur
tangan dan kontrol Capitol lebih besar daripada distrik lainnya. Kedua distrik ini disukai oleh

Capitol sehingga hidup masyarakatnya lebih layak dari distrik lain bahkan bisa dikatakan
cenderung mirip dengan Capitol.
Selain itu perbedaan kelas ditandai dengan adanya perbedaan gaya hidup dari Capitol dan
kebanyakan distrik lainnya. Disini digambarkan bahwa Capitol memiliki masyarakat yang hidup
secara mewah, pakaian mereka cenderung nerdy, karena penampilan mereka sangat tidak biasa.
Mereka suka menggunakan pakaian yang colorfull dengan tatanan rambut yang juga sedikit aneh
dari kebanyakan orang normal.

Perbedaan gaya busana di Capitol (kiri) dan distrik lain (kanan)

Kebiasaan mereka juga berbeda, yaitu seringkali mereka berpesta pora dan biasanya
mereka meminum sebuah cairan agar mereka bisa memuntahkan makanan yang telah mereka
konsumsi sehingga mereka bisa mencicipi makanan sepuasnya. Ini terlihat ketika acara pesta di
istana presiden digelar. Katniss dan Peeta ditawari makanan namun Peeta menolaknya.
Peeta
Waitress Boy
Peeta
Waitress Girl
Peeta


: I don't think I can eat another thing
: Here drink this
: What is it?
: It makes you sick, how else are you suppost to eat all this food?
: I think it's time for a dance, Katniss?

Sumber: Party at The Presidential Palace Scene - The Hunger Games Catching Fire

Dengan percakapan yang digambarkan diatas maka bisa kita lihat bahwa orang-orang di Capitol
sangat jarang sekali memikirkan tentang kelaparan yang terjadi di luar wilayah mereka. Padahal
di distrik lain kelaparan sangat sering terjadi dan mereka tidak bisa menikmati kehidupan mewah
seperti di Capitol. Secara tidak langsung, Capitol sebagai ibukota negara juga menjadi pusat
pemerintahan dimana keterkaitaannya dengan konsep ruling class dapat dianalisa. Bahwa
kekuatan material akan mendukung seseorang menjalankan kendali atas politik. Sebenarnya
pemerintah sadar akan adanya ketidakadilan antara Capitol dan distrik lain, namun mereka
sengaja melanggengkan hal tersebut agar masyarakat mengerti betapa berkuasanya pemerintah.
Distrik digunakan hanya sebagai penyokong sumber daya bagi kehidupan mereka.
Pelaksanaan Hunger Games sendiri sebenarnya juga menyalahi aturan karena dalam
kasus ini, Hunger Games seolah menyegarkan ingatan kita akan gladiator pada zaman kekaisaran
Romawi bahwa ternyata ada kesamaan antara keduanya seperti apa yang dikatakan oleh Kristen


Lewis4. Gladiator pada zaman dahulu adalah pertarungan berdarah antara manusia dengan
manusia serta manusia dengan hewan buas. Jika dilihat dari film Hunger Games, aroma gladiator
masih terasa namun dikemas dengan setting yang lebih modern dengan berbagai senjata yang
lebih canggih dibandingkan pada zaman dahulu. Namun disini tetap sama bahwa ketika kita
melihat dari sisi tributes yang mengikuti ajang Hunger Games ini ternyata tidak sepenuhnya
mereka menginginkan untuk ikut ajang ini karena bertentangan dengan hak asasi manusia
(terutama hak atas hidup dan kehidupan) karena para tributes diharuskan untuk membunuh satu
sama lain, memang ada peserta yang dengan sukarela mengikuti ajang ini namun ternyata
peluang untuk menang juga sangat sedikit. Dengan mengikuti ajang Hunger Games, para tibutes
secara tidak langsung sudah teralienasi. Lebih spesifik mereka teralienasi dari aktivitas produktif
mereka yang mana tributes tidak memproduksi objek-objek berdasarkan ide-ide mereka sendiri
atau untuk secara langsung memenuhi kebutuhan mereka sendiri, mereka digunakan menurut
cara-cara yang diinginkan penguasa.5 Terlebih lagi, sisi negatif dari ajang ini adalah semakin
memperlihatkan jika ajang ini dibuat hanya untuk kepentingan golongan semata sampai dibuat
seperti reality show dengan ditayangkan di layar kaca. Hal yang serupa juga ada pada gladiator
zaman Romawi dimana mereka ditonton oleh ribuan orang saat bertarung.
Yang menjadi ironis adalah ketika pada kedua kasus ini antara Hunger Games dan
gladiator, peserta yang menang dapat memperoleh status sosial yang lebih tinggi seperti seorang
selebriti, dielu-elukan oleh masyarakat banyak namun ketika mereka gugur saat pertarungan,
mereka bukanlah siapa-siapa bahkan tidak dianggap atau dibuang. Sehingga memang ajang ini
tidaklah membawa dampak positif bagi kehidupan masyarakat banyak. Mobilitas sosial yang
terlihat adalah ketika dalam film Hunger Games ini tributes yang menang dapat menjadi
kebanggaan distrik mereka dan dapat melakukan “Victory Tour” di setiap distrik dan
kemungkinan mereka dapat merasakan hidup di Capitol dengan berbagai kemewahannya.
Namun hal itu diperoleh melalui jalan berdarah dengan saling membunuh diantara mereka. Hal
ini mengindikasikan bahwa siapa yang memiliki power akan lebih mudah melakukan mobilitas
sosial vertikal.
Ajang ini menunjukkan kekejaman pemerintah sehingga pada beberapa scene di film ini
memperlihatkan terjadinya pemberontakan atas kemarahan masyarakat terhadap pemerintah.
4 What If The Hunger Games Were Real? By Kristen Lewis . May 14, 2012 www.scholastic.com/scope
5 George Ritzer, Douglas J. Gooodman. TEORI SOSIOLOGI. 2009. Bantul: Kreasi Wacana (Hal. 54)

Mereka menginginkan hidup yang lebih adil tanpa adanya kesenjangan diantara Capitol dan
distrik lainnya. Protes ini juga dilakukan untuk menghentikan kuasa pemerintah yang begitu
mengekang masyarakat dengan melakukan ajang Hunger Games sebagai kontrol sosial. Simbolsimbol perlawanan terlihat dari adanya kerusuhan yang dimulai dari distrik 11 ketika mengetahui
tributes yang mereka kirim tewas. Saat itu juga Katniss sebagai orang yang sempat menguburkan
tributes dari distrik 11, secara tidak langsung tindakannya itu menyampaikan pesan bahwa:
“Tidak semua tributes menginginkan dirinya menjadi bagian dari saling membunuh
sesama manusia”
Karena masyarakat pada kelas bawah yang tergabung dari beberapa distrik di Panem
telah sadar akan hal tersebut, maka pemberontakan tidak dapat dielakkan. Sehingga, pada sekuel
ke-3 di Mockingjay, tampak bahwa distrik 13 sebagai distrik yang pernah dihancurkan oleh
Presiden Snow bangkit kembali dengan alur pergerakan secara underground (bawah tanah) dan
memiliki pemimpin baru bernama Presiden Coin. Katniss tergabung dalam gerakan ini. Simbol
mengenai pemberontakan semakin banyak terlihat pada bagian ini. Salah satu contohnya adalah
banyaknya bangunan yang dihancurkan dan kebakaran akibat serangan Capitol yang membabi
buta. Api adalah simbol pemberontakan yang paling banyak karena disini Katniss berperan
sebagai Mockingjay (pemberontak) dan menyatakan dirinya melawan pemerintahan Presiden
Snow. Pemilihan simbol burung Mockingjay adalah bukan tanpa alasan, karena Mockingjay
adalah simbol pemberontakan. Katniss juga sempat mengucapkan pada siaran langsung televisi
yang terhubung di Capitol dan distrik lainnya yaitu:
“You can torture us, bombard us, set our districts on fire. But you see that? Fire is
catching, And if we burn you burn with us”
Pemberontakan disini diibaratkan sebagai revolusi kelas yaitu perubahan antara yang
mengeksploitasi dan di eksploitasi. Para kaum yang tertindas bersama-sama merapatkan barisan
dan mengangkat senjata melawan pemerintah. Simbol pemberontakan kembali dimunculkan
melalui siulan burung Mockingjay dan sebuah lagu yang dilantunkan Katniss yang didalamnya
terkandung makna bahwa mereka harus bersama-sama maju dan berani agar masalah ini cepat
terselesaikan. Salah satu penggalan liriknya adalah:
“Are you, are you coming to the tree? Where I told you to run, so we’d both be free. Strange
things did happen here. No stranger would it be. If we met at midnight in the hanging tree”

Kehadiran Presiden Coin sebenarnya membawa dampak baik bagi terjadinya
pemberontakan besar-besaran terhadap ketidakadilan Capitol dalam memperlakukan distrik lain.
Presiden Coin memiliki misi menghancurkan Presiden Snow. Presiden Coin memiliki cita-cita
masyarakat di Panem tidak lagi terkungkung dalam situasi yang menekan seperti ini, ia sempat
mengatakan:
“Panem today, Panem Tomorrow, Forever Panem”
Namun dari misi yang ingin dijalankannya ternyata ada beberapa hal yang sebenarnya ingin dia
lakukan. Presiden Coin ingin melakukan kesetaraan diantara masyarakat Panem, namun dengan
cara ingin membuat Capitol merasakan apa yang dirasakan masyarakat di semua distrik.
Sehingga apa yang dilakukannya ini cenderung kepada misi balas dendam. Katniss melihat
Presiden Coin sama kuatnya seperti Presiden Snow. Ia sangat ambisius dan ingin mengadakan
Hunger Games terakhir tetapi dikhususkan bagi anak-anak Capitol yang sebelumnya tidak
pernah merasakan Hunger Games. Hal ini tidak pula membawa dampak baik bagi perubahan
Panem. Sehingga pada akhirnya Katniss berhasil mengetahui kelicikan Presiden Coin dan
memanahnya karena akibat peledakan bom atas usulan presiden Coin, adik Katniss harus
direnggut nyawanya.
Implikasi yang didapatkan dari film ini adalah bahwa ketika sebuah negara dengan sistem
pemerintahan otoriter bahkan totaliter, sebenarnya menyimpan duri di dalam daging yang pada
akhirnya masyarakat memiliki keinginan untuk memberontak. Apalagi ketika pemerintahan
tersebut berada di luar batas kewajaran seorang manusia untuk saling membunuh. Hal ini terkait
dengan apa yang kita kenal sebagai “The Universal Declaration of Human Rights” yang
dikeluarkan oleh United Nation bahwa:
Pada artikel 1: “All human beings are born free and equal in dignity and rights. They
are endowed with reason and conscience and should act towards one another in a spirit of
brotherhood.”
Pada artikel 3: “Everyone has the right to life, liberty and security of person.”

Pada artikel 5: “No one shall be subjected to torture or to cruel, inhuman or degrading
treatment or punishment”

Daftar Pustaka
"The ideas of the ruling class are, in every age, the ruling ideas: i.e. the class which is the
dominant material force in society is at the same time the dominant intellectual force." {Karl
Marx 1845] http://www.earlhamsociologypages.co.uk/rcideologyintro.html
Bertell Ollman Marx's Use of "Class" http://www.nyu.edu/projects/ollman/docs/class.php
Karl Marx Capital
Bethany Johnson, Karl Marx's Theories: Class Differentiation and Revolution, Socialism &
Capitalism http://education-portal.com/academy/lesson/karl-marxs-theories-classdifferentiation-and-revolution-socialism-capitalism.html
George Ritzer
Bread and Circuses: Panem as Dystopian Future or Present? by Benjamin Thevenin Brigham Young University March 28, 2012 – 00:00
http://mediacommons.futureofthebook.org/imr/2012/03/28/bread-and-circuses-panemdystopian-future-or-present
http://www.criticalcommons.org/Members/MCIMR/commentaries/bread-and-circuses-panemas-dystopian-future-or-present
HUNGER AT ITS UGLIEST: Sociological Analysis of Suzanne Collins’ Hunger Games