26 Wajib pajak dikenakan pajak didasarkan pada fakta kena pajak. Fakta kena pajak
adalah dasar pengenaan pajak yang didalamnya terdiri atas keadaan, kejadian, atau perbuatan yang sesuai Undang-Undang Perpajakan yang dapat dikenakan
pajak. Tanpa adanya fakta kena pajak maka fiskus tidak bisa sewenang-wenang dalam memungut pajak terhadap wajib pajak atas pembayaran pajak yang bukan
merupakan kewajibannya.
2.1.5 Objek Pajak Bumi dan Bangunan
Objek Pajak Bumi dan Bangunan sebagaimana yang tercantum dalam Undang-Undang pajak Bumi dan Bangunan Pasal 2 adalah bumi dan atau
bangunan. Bumi meliputi permukaan dan tubuh bumi yang berada dibawahnya. Pengertian perairan mencakup laut wilayah Indonesia. Selanjutnya, disebut bumi
termasuk yang berada dibawah tubuh bumi dan air. Bangunan adalah objek PBB berupa konstruksi teknis yang digunakan
untuk tempat tinggal atau tempat usaha dan melekat pada tanah dan atau perairan. Objek PBB yang digunakan untuk kepentingan Negara dan
diselenggarakan oleh pemerintah akan dikenai pajak atau tidak selanjutnya akan dijelaskan dalam Peraturan Pemerintah Pasal 3 Ayat 2 UU PBB. Pada pasal
tersebut dijelaskan apabila suatu objek kena pajak maka kewajiban pelunasannya selanjutnya akan dibebankan pada negara.
2.1.6 Subjek Pajak
Subjek pajak menurut Pasal 4 ayat 1 Pajak Bumi dan Bangunan adalah orang atau badan yang secara nyata mempunyai hak atas bumibangunan.
27 Menurut Soemitro,
et al
2001 subjek pajak pada Pajak Bumi dan Bangunan PBB belum tentu merupakan salah satu dari wajib pajak PBB. Subjek
pajak merupakan wajib pajak ketika sudah memenuhi syarat objektif, yaitu memiliki objek PBB yang kena pajak. Memiliki tersebut berarti memiliki hak atas
objek PBB kena pajak, dapat menguasai dan memperoleh manfaat. Pajak Bumi dan Bangunan adalah pajak objektif oleh karena itu, tidak ada pengecualian
subjek. Selanjutnya, pengecualian objek diatur dalam Pasal 3 Undang-Undang Pajak Bumi dan Bangunan.
Wakil diplomatik maupun wakil organisasi internasional yang telah ditentukan menteri keuangan tidak akan dikenakan Pajak Bumi dan Bangunan.
Namun demikian, bukan berarti hal tersebut terjadi akibat pembebasan subjektif melainkan karena pembebasan objektif. Objek PBB yang digunakan oleh pihak-
pihak tersebut menjadi tanggungjawab penuh pemerintah dan dibebaskan dari pajak dengan syarat resiprositas. Oleh karena itu, suatu objek dapat dibebaskan
ketika Negara asing yang bersangkutan juga membebaskan pajak pada objek yang digunakan oleh wakil-wakil diplomatik Indonesia di Negara asing. Namun ketika
kondisi tersebut tidak dipenuhi maka, wakil diplomatik akan tetap dikenakan pajak Bumi dan Bangunan.
2.1.7 Sikap Berperilaku