Analisis ekonomi wilayah Taman Nasional (Studi kasus di Taman Nasional Gunung Leuser Nanggroe Aceh Darussalam)

ANALISIS EKONOMI WILAYAH
TAMAN NASIONAL
Studi Kasus di Taman Nasional Gunung Leuser,
Nanggroe Aceh Darussalam

M. S. KABAN

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2011

SURAT PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis dengan judul :
ANALISIS EKONOMI WILAYAH TAMAN NASIONAL
(Studi

Kasus di Taman Nasional Gunung Leuser, Nanggroe Aceh

Darussalam)
adalah hasil karya saya sendiri dengan bimbingan komisi pembimbing, kecuali

dengan jelas ditunjukkan rujukannya. Tesis ini belum pernah diajukan untuk
memperoleh gelar pada program sejenis dari Perguruan Tinggi lain. Semua
sumber data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara jelas dan dapat
diperiksa kebenarannya.

Bogor, April 2011

M. S. Kaban
NRP. 88213

ABSTRAK
MALEM SAMBAT KABAN. Analisis Ekonomi Wilayah Taman
Nasional Studi Kasus di Taman Nasional Gunung Leuser, Nanggroe Aceh
Darussalam (LUTFI IBRAHIM NASOETION sebagai Ketua dan AGUS
PAKPAHAN sebagai Anggota Komisi Pembimbing).
Kegiatan masyarakat yang memanfaatkan zona penyangga (buffer zone) di
Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL) memberikan pengaruh terhadap
semakin berkurangnya persediaan alam maupun hasil hutan kayu dan bukan kayu
yang mendorong masyarakat memasuki kawasan inti (wilderness zone), keadaan
ini merupakan ancaman bagi kelestarian ekosistem yang seharusnya dapat

dihindarkan. Tujuan penelitian untuk : (1) memberikan penilaian terhadap
pemanfaatan produk kayu maupun bukan kayu dan (2) mengetahui sejauh mana
besarnya kerugian yang akan diterima oleh masyarakat dengan pengorbanan zona
penyangga.
Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah : (1) analisis
manfaat-biaya yang dilakukan untuk mengetahui kelayakan usaha TNGL melalui
pemanfaatan zona penyangga dengan alat ukur kriteria investasi yaitu Net Present
Value (NPV), Net Benefit/Cost Ratio (B/C Rasio) dan Internal Rate of Return
(IRR) dan (2) analisis kebijakan atau Policy Analysis Matrix (PAM) yang
digunakan untuk mengetahui daya saing dan dampak kebijakan pemerintah.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah : (1) hasil analisis ekonomi manfaat
dan biaya yang dilakukan dengan suku bunga (tingkat diskonto) pasar (18 persen)
menunjukkan bahwa pengusahaan zona penyangga TNGL tidak layak untuk
diusahakan. Namun dengan memberikan subsidi suku bunga sehingga tingkat
diskonto turun menjadi 10 persen, hal tersebut menjadi layak untuk diusahakan.
Akan tetapi pengusahaan tersebut cukup riskan karena hasil analisis sensitifitas
menunjukkan bahwa penurunan nilai manfaat bukan kayu sebesar 20 persen dapat
menyebabkan kegiatan tersebut menjadi tidak layak. Kelayakan usaha akan
terjaga dengan baik, walaupun terjadi penurunan nilai manfaat bukan kayu 20
persen dan/atau kenaikan biaya operasional 20 persen, apabila subsidi suku bunga

diberikan 11 persen (tingkat diskonto 7 persen) dan (2) hasil analisis kebijakan
menunjukkan bahwa pengelolaan TNGL kurang kompetitif karena keuntungan
finansialnya yang negatif. Namun pengelolaan tersebut efisien secara ekonomi,
dimana untuk memperoleh tambahan satu rupiah output diperlukan tambahan
biaya faktor domestik atau non-tradable lebih kecil dari satu rupiah. Temuan lain
menunjukkan adanya kebijakan yang menyebabkan berkurangnya surplus
produsen di mana kebijakan pemerintah menyebabkan pengelola mengeluarkan
biaya lebih besar dari pada biaya imbangan pengelolaannya (opportunity cost).
Hal ini mengindikasikan bahwa kebijakan pemerintah hendaklah sesuai dengan
kebutuhan masyarakat, sehingga pelaksanaannya jangan sampai menimbulkan
inefisiensi. Untuk itu, partisipasi masyarakat sangat diperlukan sejak penentuan
kegiatan hingga pengelolaan serta pemantauan pelaksanaan kegiatan, sehingga
kawasan penyangga TNGL di satu sisi mampu meningkatkan pendapatan
masyarakat dan di sisi lain menopang kelestarian TNGL.
Kata Kunci : Analisis Ekonomi, Zona Penyangga TNGL, NPV, BCR, IRR, PAM,
Subsidi Suku Bunga

@ Hak cipta milik Institut Pertanian Bogor, Tahun 2011
Hak cipta dilindungi
Dilarang mengutip dan memperbanyak tanpa izin tertulis dari

Institut Pertanian Bogor, sebagian atau seluruhnya dalam bentuk apa pun, baik
cetak, fotokopi, mikrofilm, dan sebagainya

ANALISIS EKONOMI WILAYAH TAMAN
NASIONAL
Studi Kasus di Taman Nasional Gunung Leuser,
Nanggroe Aceh Darussalam

M. S. KABAN

Tesis
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains
pada
Program Studi Ilmu Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2011


Judul

Nama
Nomor Pokok
Program Studi

: Analisis Ekonomi Wilayah Taman Nasional, Studi Kasus
Di Taman Nasional Gunung Leuser, Nanggroe Aceh
Darussalam.
: M. S. Kaban
: 88213
: Ilmu Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan

Menyetujui,
1. Komisi Pembimbing

Prof. Dr. Ir. Lutfi Ibrahim Nasoetion
Ketua


Dr. Ir. Agus Pakpahan
Anggota

Mengetahui,
2. Ketua Program Studi Ilmu Perencanaan
Pembangunan Wilayah dan Perdesaan

3. Dekan Sekolah Pascasarjana

Prof. Dr. Ir. Bambang Juanda, M.Si.

Dr. Ir. Dahrul Syah, M.Sc.Agr.

Tanggal Ujian : 3 Februari 1993

Tanggal Lulus :

RIWAYAT HIDUP
Malem Sambat Kaban (M.S. Kaban) dilahirkan di Kotamadya Binjai,
Sumatera Utara pada tanggal 5 Agustus 1958. penulis adalah putra kelima dari

sebelas bersaudara dari keluarga Almarhum Abdul Manan Kaban (ayah) dan
Sama Tarigan (ibu). Pada tahun 1984 penulis menikah dengan Nurmala Dewi
dengan dikaruniai tujuh orang anak yang terdiri dari enam orang putra dan satu
orang putri yaitu Nur Sabil Mahsyar Kaban, Abdul Mannan Akbar Kaban,
Muhammad Amrin Salam Kaban, Ahmad Rizki Robbani Kaban, Muhammad
Cholis Kamil Kaban, Rizal Maulana Muttaqin Kaban, dan Nur Rehulina Karima
Kaban,
Pada Tahun 1977 penulis lulus dari Sekolah Menengah Tingkat Atas
Negeri (SMAN) VII Medan dan pada bulan Maret 1978 diterima sebagai
Mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Jayabaya di Jakarta kemudian lulus
sebagai Sarjana Ekonomi pada bulan Oktober 1985.
Pada tahun 1988 penulis diberi kesempatan melanjutkan pendidikan pada
Sekolah Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor dengan mengambil Progam Studi
Ilmu Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan. Dalam rangka untuk
menyelesaikan studi, penulis melakukan penelitian dengan judul “Analisis
Ekonomi Wilayah Taman Nasional (Studi Kasus di Taman Nasional Gunung
Leuser, Nanggroe Aceh Darusalam) di bawah bimbingan Prof. Dr. Ir. Lutfi
Ibrahim Nasoetion sebagai Ketua Komisi dan Dr. Ir. Agus Pakpahan sebagai
anggota.
Sejak lulus sebagai Sarjana Ekonomi hingga kini penulis bekerja sebagai

staf pengajar pada Fakultas Ekonomi Universitas Ibn Khaldun, Bogor. Pada
Tahun 1999 sampai dengan Tahun 2004 penulis dipilih menjadi anggota DPR RI
yang kemudian pada Tahun 2004 sampai dengan Tahun 2009 penulis diberi
amanat menjadi Menteri Kehutanan pada Kabinet Indonesia Bersatu.

i

KATA PENGANTAR
Tiada kata yang paling tepat Penulis ucapkan kecuali ucapan puja dan puji
syukur kehadirat Allah SWT atas Rahman dan Rahim-Nya sehingga Penulis dapat
menyelesaikan program pendidikan strata dua (S2) ini.
Penulis menyadari bahwa banyak pihak yang telah membantu pelaksanaan
studi ini mulai dari awal hingga penulisan akhir. Meski Penulis tidak dapat
menyebutkan satu persatu bukan berarti peranan mereka diabaikan. Prof. Dr. Ir.
Lutfi Ibrahim Nasoetion selaku Ketua Komisi Pembimbing dan Dr. Ir. Agus
Pakpahan sebagai anggota Komisi Pembimbing telah memberikan pengarahan
dalam perumusan masalah hingga penarikan kesimpulan serta memberikan
bimbingan yang cukup intensif mengenai metode analisa dan kerangka pemikiran
serta komentar dan pertanyaan yang diajukan semasa proses penulisan. Kepada
Prof. Dr. Ir. Affendi Anwar, MSc, yang sebelumnya telah memberikan arahan dan

bimbingan kepada Penulis. Untuk semua ini Penulis haturkan ucapan terima
kasih dan penghargaan yang tertinggi.
Kepada Prof Dr. Ir. Herry Suhardiyanto, M.Sc. selaku Rektor Institut
Pertanian Bogor, Dr. Ir. Dahrul Syah, M.Sc. Agr. selaku Dekan Sekolah
Pascasarjana IPB dan Prof. Dr. Ir. Bambang Juanda, M.Si. selaku Ketua Program
Studi Ilmu Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan beserta jajarannya
yang telah banyak memberikan perhatian dan bantuannya dalam proses
penyelesaian studi ini maka dengan segala hormat Penulis sampaikan terima kasih
yang tak terhingga.
Kepada Pimpinan Yayasan Pendidikan Islam Ibn Khaldun dan Rektor
Universitas Ibn Khaldun Bogor yang telah memberikan kesempatan dan beasiswa
untuk melanjutkan pendidikan S2 di IPB maka Penulis sampaikan terima kasih
yang sebesar-besarnya.
Kepada rekan-rekan staf pengajar di Fakultas Ekonomi Universitas Ibn
Khaldun Bogor yang berkenan memberikan dorongan moril serta sumbangan
pemikiran dan komentar yang sangat bermanfaat bagi upaya penyelesaian studi
ini. Atas perhatian dan dukungan moril tersebut Penulis haturkan ucapan terima
kasih yang sebesar-besarnya dan penghargaan yang tinggi.

ii


Begitu pula halnya dengan almarhum Ayahanda Abdul Manan Kaban dan
Ibunda Sama Tarigan yang telah berjuang keras mendidik dan membesarkan
hingga saat ini, Penulis ucapkan terima kasih yang tidak terhingga.
Tidak akan terlupakan pengorbanan dari istri tercinta Nurmala Dewi yang
turut memberikan bantuan moril serta sumbangan tenaga khususnya pada saat
pengetikan naskah hasil penelitian. Demikian juga anak-anak tercinta Nur Sabil
Mahsyar Kaban, Abdul Mannan Akbar Kaban, Muhammad Amrin Salam Kaban,
Ahmad Rizki Robbani Kaban, Muhammad Cholis Kamil Kaban, Rizal Maulana
Muttaqin Kaban, dan Nur Rehulina Karima Kaban, yang selalu menjadi pelipur
lara dikala dalam menghadapi kesulitan penulisan.
Atas semua dukungan dan bantuan baik moril maupun materiil yang telah
Penulis rasakan tersebut kiranya hanya Allah SWT yang senantiasa memberikan
ganjaran kebaikan bagi kehidupan dunia dan akhirat.
Akhirnya Penulis berharap agar tesis ini yang berjudul Analisis Ekonomi
Wilayah Taman Nasional (Studi Kasus Taman Nasional Gunung Leuser,
Nanggroe Aceh Darussalam) dapat memberikan manfaat bagi kemajuan dan
pengembangan ilmu pengetahuan khususnya dalam penilaian kualitas lingkungan
hidup yang lebih alami. Penulis menyadari bahwa penulisan ini masih jauh dari
sempurna maka kritik dan saran yang bersifat membangun selalu penulis

harapkan.

Bogor, April 211
Penulis

iii

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL .............................................................................

vi

DAFTAR GAMBAR ........................................................................

viii

DAFTAR LAMPIRAN.....................................................................

ix

I. PENDAHULUAN .............................................................................

1

1.1. Latar Belakang .............................................................................

1

1.2. Perumusan Masalah .....................................................................

6

1.3. Tujuan Penelitian .........................................................................

8

1.4. Kegunaan Penelitian ....................................................................

8

II. TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................

10

2.1.Taman Nasional ............................................................................

10

2.2.Kawasan Penyangga .....................................................................

11

2.3. Kerusakan Lingkungan ................................................................

13

2.4. Eksternalitas.................................................................................

15

2.5. Manfaat Konsumsi, Penawaran dan Sosial Bersih ......................

19

2.6. Identifikasi Nilai Ekonomi .........................................................

22

2.6.1. Nilai Penggunaan Langsung ..............................................

22

2.6.2. Nilai Penggunaan Tidak Langsung....................................

23

2.6.3. Nilai Pilihan .......................................................................

23

2.7. Analisis Manfaat-Biaya ...............................................................

24

2.7.1. Metode Nilai Bersih Sekarang ...........................................

25

2.7.2. Rasio Manfaat/Biaya .........................................................

26

2.7.3. Metode Pengembalian Internal ..........................................

27

2.8. Matrik Analisis Kebijakan ...........................................................

28

2.8.1. Analisis Keunggulan Kompetitif .......................................

30

2.8.2. Analisis Keunggulan Komparatif ......................................

30

2.8.3. Dampak Kebijakan Pemerintah .........................................

31

2.9. Partisipasi Masyarakat .................................................................

33

2.9.1. Definisi Patisipasi ..............................................................

33

2.9.2. Jenis, Tipe, dan Tahapan Partisipasi ..................................

34

iv

2.9.3. Pengembangan Partisipasi Masyarakat .............................

37

2.10. Tinjauan Penelitian Terdahulu...................................................

40

III. KERANGKA PEMIKIRAN ............................................................

44

3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis .......................................................

44

3.1.1. Metode Penilaian Ekonomi (Total economic value) ..........

45

3.2. Kerangka Pemikiran Konseptual ................................................

47

3.3. Hipotesis ......................................................................................

50

IV. METODE PENELITIAN.................................................................

51

4.1. Metode Pungumpulan Data .........................................................

51

4.1.1. Data Primer .........................................................................

51

4.1.2. Data Sekunder ....................................................................

53

4.2. Teknik Pengolahan Data ..............................................................

53

4.3. Metode Penentuan Nilai Ekonomi ...............................................

53

4.4. Analisis Kelayakan Ekonomi ......................................................

54

4.4.1. Nilai Bersih Sekarang (Net Present Value) .......................

54

4.4.2. Rasio Manfaat/Biaya (Net Benefit Cost Ratio) ..................

55

4.4.3. Pengembalian Internal (Internal Rate of Return) ..............

55

4.4.4. Penentuan Tingkat Diskonto .............................................

56

4.4.5. Analisis Sensitifitas ...........................................................

56

4.5. Metode Matriks Analisis Kebijakan ............................................

57

4.5.1. Analisis Keunggulan Kompetitif .......................................

58

4.5.2. Analisis Keunggulan Komparatif ......................................

58

4.5.3. Dampak Kebijakan Pemerintah .........................................

59

4.6. Batasan Penelitian........................................................................

61

V. KEADAAN

UMUM

TAMAN

NASIONAL

GUNUNG

LEUSER (TNGL) .............................................................................

62

5.1. Riwayat Kawasan ........................................................................

62

5.2. Lokasi ..........................................................................................

63

5.3. Letak dan Batas ...........................................................................

66

5.4. Keadaan Iklim..............................................................................

67

5.5. Kekayaan Flora dan Fauna ..........................................................

67

5.6. Keadaan Demografi .....................................................................

70

v

5.7. Keadaan Sosial ............................................................................

73

5.8. Keadaan Ekonomi........................................................................

76

5.9. Perhubungan ................................................................................

80

5.10.Pola Zonasi TNGL......................................................................

82

VI. KEKAYAAN HUTAN KAWASAN PENYANGGA .....................

90

6.1. Produk Bukan Kayu.....................................................................

91

6.2. Pariwisata.....................................................................................

98

6.3. Air ................................................................................................ 100
6.4. Produk Kayu ................................................................................ 102
VII. ANALISIS PENGELOLAAN TAMAN NASIONAL
GUNUNG LEUSER (TNGL) ..........................................................

106

7.1. Identifikasi Pembiayaan .............................................................. 106
7.2. Identifikasi Manfaat ..................................................................... 118
7.2.1.Sumber Produk Bukan Kayu. ............................................ 118
7.2.2.Pariwisata........................................................................... 119
7.2.3. Air ..................................................................................... 121
7.3. Analisis Kelayakan Ekonomi ...................................................... 121
7.3.1. Analisis Manfaat Biaya ..................................................... 121
7.3.2. Analisis Sensitifitas ........................................................... 123
VIII ANALISIS MATRIK KEBIJAKAN ............................................... 126
. 8.1. Konstruksi Matriks Analisis Kebijakan untuk Kawasan
TNGL........................................................................................... 126
8.2. Dampak Kebijakan Pengelolaan Kawasan TNGL ...................... 128
8.3. Pentingnya Partisipasi Masyarakat ..........................................

130

IX. KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................... 136
9.1. Kesimpulan .................................................................................. 136
9.2. Saran ............................................................................................ 141
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................... 144
LAMPIRAN ...................................................................................... 149

vi

DAFTAR TABEL

Nomer

Halaman

1. Fungsi, Kegunaan dan Sifat TNGL ...........................................................

48

2. Matrik Analisis Kebijakan .........................................................................

57

3. Jumlah Penduduk di Kawasan TNGL ahun 1990 ......................................

70

4. Luas Wilayah dan Kepadatan Penduduk Kawasan TNGL Tahun 1990 ....

71

5. Jumlah dan Kepadatan Penduduk di Kawasan TNGL Tahun 2000 ..........

72

6. Komposisi Sarana Ibadah dan Agama dalam Persen Tahun 1990 ............

73

7. Fasilitas Pendidikan di Sekitar Kawasan Leuser Tahun 1990 ...................

74

8. Sarana Kesehatan dan Tenaga Medis di Kawasan TNGL Tahun 1990 ....

75

9. Penggunaan Lahan Penduduk Gunung Leuser Tahun 1990 ......................

76

10. Produksi Tata Guna Lahan Penduduk Gunung Leuser Tahun 1990..........

78

11. Luas dan Produksi Tanaman Perkebunan Kabupaten Langkat
Tahun 1990 ................................................................................................

79

12 Potensi Zona Pemanfaatan. ........................................................................

87

13. Tabel Aneka Jenis Tanaman Hias Kawasan Penyangga TNGL ................

92

14. Jenis Produk Bukan Kayu yang Dimanfaatkan Masyarakat di TNGL
Tahun 1999 ................................................................................................

94

15. Matriks Hubungan Produk-produk Lahan Penyangga terhadap
Lingkungan ................................................................................................

96

16. Daftar Nama-nama Kayu Jenis Komersil .................................................. 102
17. Taksiran Volume Kayu (m3/ha) untuk Masing-masing Kelas, Diameter
dan Kelompok Jenis ................................................................................... 103
18. Produksi Beberapa Komoditi Tanaman Perkebunan per hektar/tahun ...... 104
19. Biaya Pembangunan TNGL ....................................................................... 107
20. Rencana Tahapan Pengembangan.............................................................. 108
21. Rencana Pengembangan Tahunan ............................................................. 110
22. Daftar Anggaran TNGL dari APBN, World Bank dan Provisi
Sumberdaya Hutan (PSDH) ....................................................................... 112
23. Rekapitulasi Biaya Pengusahaan TNGL Tahun 1980/1981 hingga
1989/1990 .................................................................................................. 116

vii

24. Kerugian Akibat Bencana Alam ................................................................ 117
25. Ramalan pengunjung TNGL ...................................................................... 120
26. Hasil Analisis Manfaat-Biaya TNGL ........................................................ 123
27. Hasil Analisis Sensitifitas .......................................................................... 124
28. Matrik Analisis Kebijakan Pengelolaan TNGL (Rp/Tahun) ..................... 126
29. Indikator Matrik Analisis Kebijakan ......................................................... 127

viii

DAFTAR GAMBAR
Nomer

Halaman

1.

Kurva Permintaan Individu Terhadap Manfaat Produk............................. 20

2.

Kurva Penawaran Manfaat Individu .......................................................... 21

3.

Teknik Penilaian Produk Non Timber ....................................................... 45

4.

Kerangka Pemikiran Konseptual ............................................................... 49

5.

Peta Kawasan Taman Nasional Gunung Leuser ........................................ 63

6.

Pegunungan di Kawasan TNGL ................................................................ 64

7.

Sungai Alas di Aceh Tenggara .................................................................. 65

ix

DAFTAR LAMPIRAN

Nomer

Halaman

1.

Perhitungan Manfaat Produk Bukan Kayu di TNGL ............................... 150

2.

Perhitungan Manfaat Pariwisata terhadap TNGL .................................... 151

3.

Perhitungan Manfaat Air di TNGL .......................................................... 152

4.

Analisis Manfaat-Biaya Kondisi Awal (Suku Bunga Pasar) dengan
Discount Rate 18% ................................................................................... 153

5.

Analisis Manfaat-Biaya dengan Subsidi Suku Bunga Discount Rate
10% ........................................................................................................... 154

6.

Analisis Manfaat-Biaya dengan Subsidi Suku Bunga Discount Rate
7% ............................................................................................................. 155

7.

Analisis Manfaat-Biaya Tanpa Subsidi Suku Bunga (Discount Rate
18%) dan Manfaat Produk Bukan Kayu Turun 20%................................ 156

8.

Analisis Manfaat-Biaya Tanpa Subsidi Bungai (Discount Rate 18%)
dan Biaya Operasional Naik 20%............................................................. 157

9.

Analisis Manfaat-Biaya dengan Subsisi Bunga (Discount Rate 10%)
dan Manfaat Bukan Kayu Turun 20% ...................................................... 158

10. Analisis Manfaat-Biaya dengan Subsidi Suku Bunga (Discount Rate
10%) dan Biaya Operasional Naik 20% ................................................... 159
11. Analisis Manfaat-Biaya dengan Subsisi Suku Bunga (Discounte Rate
10%) dan Manfaat Produk Bukan Kayu Turun 20% dan Biaya
Operasional Naik 20% .............................................................................. 160
12. Analisis Manfaat-Biaya dengan Subsidi Suku Bunga (Discount Rate
7%) dan Manfaat Produk Bukan Kayu Turun 20%.................................. 161
13. Analisis Manfaat-Biaya denan Subsidi Suku Bunga (Discount Rate
7%) dan Biaya Operasional Naik 20% ..................................................... 162
14. Analisis Manfaat-Biaya dengan Subsidi Suku Bunga (Discount Rate
7%) dan Manfaat Produk Bukan Kayu Turun 20% dan Biaya
Operasional Naik 20% .............................................................................. 163
15. Analisis Finansial dan Ekonomi Pengelolaan TNGL............................... 164
16. Matrik Analisis Kebijakan Pengelolaan TNGL ....................................... 165

x

1

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang
Pembangunan ekonomi bertujuan untuk meningkatkan kemakmuran dan
kesejahteraan masyarakat. Peningkatan kemakmuran ini dinilai dengan tingkat
pertumbuhan ekonomi, sedangkan kesejahteraan masyarakat diketahui dari tingkat
harapan hidup (life expectation). Namun pada beberapa tahun belakangan ini
pendekatan pembangunan ekonomi mulai mengikutsertakan persoalan kelestarian
lingkungan dan kualitas hidup manusia.
Penyertaan kelestarian lingkungan dan kualitas hidup manusia dalam
pembangunan ekonomi didasarkan pada pemikiran bahwa sumber-sumber alam
yang tersedia saat ini tidak hanya untuk generasi sekarang, akan tetapi harus dapat
dinikmati oleh generasi yang akan datang. Terpeliharanya sumber daya alam juga
merupakan modal utama bagi pembangunan yang berkelanjutan (sustainable
development).
Pengalaman dari beberapa negara berkembang dalam pembangunan
perekonomiannya cenderung mengabaikan kelestarian lingkungan sumber daya
alam dan kualitas manusia. Situasi ini menimbulkan bahaya erosi, banjir, dan
sedimentasi. Akibat lebih lanjut ialah semakin mahalnya biaya pembangunan
serta hilangnya kenyamanan.
Adapun kelompok masyarakat yang paling merasakan beban penderitaan
yang berat adalah kelompok masyarakat yang berpendapatan rendah dan
penduduk yang menggantungkan kelangsungan hidupnya pada kekayaan sumber

2

daya alam berupa produk-produk bukan kayu seperti rotan, durian, kayu manis
dan sebagainya.
Demi terlaksananya pembangunan yang berkelanjutan di segala bidang,
diperlukan suatu kebijakan dari pemerintah yang bertujuan melestarikan
lingkungan. Hal ini berguna agar segala kekayaan alam yang tersedia seperti
tanam-tanaman dan hasil hutan lainnya dapat memberikan manfaat sosial maupun
ekonomi kepada masyarakat di sekitar kawasan konservasi (protected area) yang
ditetapkan pemerintah seirama dengan konsep pembangunan yang berwawasan
lingkungan. Pada konsep ini perlu diperhatikan adanya dua tujuan ganda yang
harus dicapai yaitu:
a.

Perlindungan dan pengawetan secara mutlak terhadap ekosistem.

b.

Pemanfaatan secara terkendali dari ekosistem dan aneka ragam jenisnya
tersebut sebagai sumber daya alam bagi kesejahteraan masyarakat secara
luas.
Bentuk kawasan konservasi yang dapat mewujudkan tujuan ganda tersebut

salah satu di antaranya adalah dengan penetapan Taman Nasional (National
Park). Dengan demikian berarti bahwa Taman Nasional adalah kawasan
konservasi yang harus dikelola secara terpadu yaitu perlindungan, pengawetan
dan pemanfaatan

dalam satu kesatuan pengelolaan (management unit).

Berdasarkan Serikat Pelestarian Alam Internasional (IUCN) pada tahun 1969
tentang Taman Nasional sedunia yang kemudian ditetapkan pada tahun 1972,
maka Taman Nasional dirumuskan sebagai berikut:
1.

Taman Nasional harus memiliki sumber daya alam yang khas dan unik baik
flora, fauna ekosistem maupun gejala alam yang utuh dan asli.

3

2.

Tidak ada perubahan karena kegiatan eksploitasi dan pemukiman penduduk.

3.

Kebijaksanaan dan pengelolaan Taman Nasional berada pada departemen
yang berkompeten dan bertanggung jawab.

4.

Memberikan kesempatan pada pengembangan Taman Nasional (proyek)
wisata alam, sehingga terbuka untuk umum dengan persyaratan khusus
untuk tujuan pendidikan ilmu pengetahuan, budaya bina cinta alam dan
rekreasi.
Sampai dengan tahun 2001 Indonesia telah memiliki 34 unit Taman

Nasional. Taman Nasional yang pertama adalah Taman Nasional Gunung Leuser,
terletak di antara propinsi Sumatera Utara dan propinsi Daerah Istimewa Aceh.
Taman ini ditetapkan berdasarkan SK Dirjen Perlidungan Hutan dan Pelestarian
Alam No. 56/kpts/VI-Sek 84.
Sesuai dengan asas pokok keunikan dan keaslian, Taman Nasional
Gunung Leuser memiliki luas 1.094.692 ha yang terdiri dari 95 jenis flora dan 89
jenis fauna langka yang hampir mengalami kepunahan.

Kawasan Taman

Nasional juga memancarkan panorama serta pemandangan yang indah.
Keindahan tersebut mengundang daya tarik wisatawan domestik maupun
mancanegara.
Dari keanekaragaman produk-produk alam yang terdapat di kawasan
Taman Nasional Gunung Leuser diperoleh manfaat langsung dan manfaat tidak
langsung.

Manfaat langsung (direct benefit) didapatkan dari pengolahan,

pemakaian produk kayu dan bukan kayu.

Secara khusus pengolahan dan

pemanfaatan produk-produk kayu diberikan kepada pemegang Hak Penguasaan
Hutan (HPH), sedangkan produk-produk bukan kayu umumnya dimanfatkan oleh

4

masyarakat di sekitar kawasan ataupun kaum pendatang dari wilayah lain.
Anggota masyarakat yang memanfaatkan hasil hutan bukan yau sangat tergantung
pada persediaan alamiah dan musim-musim tertentu. Hasil-hasil bukan kayu
dimanfaatkan masyarakat untuk kebutuhan sehari-hari maupun keperluan usaha
perdagangan. Komoditas yang termasuk produk bukan kayu yaitu tanam-tanaman
untuk obat-obatan, rotan, kemiri, durian, rambutan, manggis, rambe dan lain-lain.
Sedangkan manfaat tidak langsung (indirect benefit) yang diterima masyarakat
berupa pemeliharaan stabilitas sumber mata air, keteraturan musim, penyediaan
tempat rekreasi dan sebagai arena penelitian ilmu pengetahuan.
Nilai manfaat yang dihasilkan oleh Taman Nasional Gunung Leuser cukup
besar mencakup daerah yang luas. Untuk mempermudah pengelolaan, pemerintah
melakukan zonasi (pewilayahan) yang terdiri atas:
1.

Mintakat

Inti (Sanctuary Zone), merupakan daerah tertutup bagi

pengunjung. Daerah ini hanya boleh dimasuki dengan izin khusus bagi
kepentingan penelitian.
2.

Mintakat Perlindungan (Wilderness Zone), merupakan daerah yang menjadi
sasaran utama untuk dilestarikan mencakup areal yang paling luas ¾ dari
seluruh kawasan Taman Nasional Gunung Leuser. Zone ini juga merupakan
tempat tinggal, tempat mencari makan, tempat perlindungan dan tempat
berkembang biak berbagai jenis hewan dan tumbuhan yang berfungsi bagi
kelestarian ekosistem.

3.

Mintakat Pengembangan atau Mintakat Pemanfaatan (Intensive Zone),
daerah ini sebagai wilayah yang diprioritaskan untuk kegiatan penelitian,

5

rehabilitasi satwa liar, pendidikan dan pusat pengunjung.

Daerah ini

meliputi bukit Lawang Baharok, Sekundur bagian utara dan Ketambe.
4.

Mintakat Penyangga (Buffer Zone), merupakan daerah antara Taman
Nasional dan tempat pemukiman yang lebarnya 5 sampai 10 km, dan
berfungsi sebagai areal penghalang yang mencegah perluasan pemilikan
tanah dan pengambilan hasil hutan oleh penduduk untuk memenuhi
kebutuhan maupun kepentingan perdagangan.

Selain di dalam daerah

penyangga ini, pembukan tanah untuk pertanian dan pemukiman tidak
diperkenankan.
Dari seluruh zone yang telah ditentukan maka wilayah penyangga (buffer
zone) merupakan zone (kawasan) yang secara langsung berhubungan dengan
kehidupan masyarakat.

Masyarakat diberi kesempatan mengolah lahan dan

memanfaatkan segala hasil-hasil hutan yang terdapat di dalamnya.

Selaras

dengan perkembangan dan pertumbuhan masyarakat, sudah tentu menuntut
tersedianya lahan olahan yang semakin luas dan permintaan akan hasil-hasil hutan
semakin besar jumlahnya. Keadaan seperti itu mempercepat proses kelangkaan
hasil-hasil bukan kayu dan menimbulkan ancaman kerusakan lingkungan. Resiko
kerusakan dan ancaman lingkungan akan mengurangi pendapatan dan
kesejahteraan masyarakat serta berakibat pada biaya hidup yang semakin tinggi.
Sedangkan upaya memperbaiki kerusakan yang terjadi di kawasan penyangga
(buffer zone) membutuhkan waktu yang panjang serta biaya yang diperlukan juga
tinggi.

6

1.2. Perumusan Masalah
Pihak pengelola Taman Nasional Gunung Leuser menetapkan areal seluas
299.448 ha sebagai kawasan penyangga (buffer zone). Kawasan ini berfungsi
sebagai areal penghalang, pencegah perluasan pemilikan lahan dan pengambilan
hasil-hasil hutan bukan kayu. Pada kawasan penyangga ini penduduk dibenarkan
membangun perladangan dan kegiatan lainnya.

Bagi penduduk di kawasan

penyangga dan penduduk pendatang, segala kekayaan yang terdapat di dalamnya
dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari maupun kepentingan
usaha perdagangan.
Perkembangan kegiatan dan pertumbuhan masyarakat yang memanfaatkan
zona penyangga memberikan pengaruh terhadap semakin berkurangnya
persediaan alam maupun hasil-hasil bukan kayu yang mendorong masyarakat
memasuki kawasan inti (wilderness zone), keadaan ini merupakan ancaman bagi
kelestarian ekosistem yang seharusnya dihindarkan.

Beberapa indikasi yang

mendorong masyarakat kawasan Taman Nasional Gunung Leuser memperluas
lahan sampai kawasan inti adalah:
1.

Kepadatan penduduk yang mendiami kawasan penyangga (buffer zone)
Gunung Leuser seperti di daerah lembah Alas yang dihuni oleh 21.713
kepala keluarga dengan kerapatan 118 sampai 331 orang/km2 dan dataran
rendah Langkat dihuni oleh 287.162 orang atau 40.926 kepala keluarga
dengan kerapatan penduduk 240 sampai dengan 275 orang/km2.

2.

Sebagian penduduk menggantungkan kehidupan mereka dalam bidang
pertanian dengan cara-cara pertanian yang masih tradisional yaitu dengan
berladang, maka dengan pertambahan penduduk dibutuhkan daerah

7

pertanian baru dengan jalan membuka tanah-tanah hutan dalam kompleks
Taman Nasional Gunung Leuser.
3.

Tumpang tindihnya peruntukan hutan antara kepentingan kawasan
perlindungan dengan para pemegang HPH. Penduduk yang berada di daerah
HPH keluar dan mencari tempat menetap di dalam kawasan Taman Nasional
Gunung Leuser. Sementara lokasi HPH tersebut berada atau termasuk di
dalam wilayah Taman Nasional Gunung Leuser.

4.

Program pembangunan jalan antara Blangkejeren sampai Tapak Tuan
Kotacane, Kappi Meluak dan kemudian dikembangkan menjadi alur daerah
wisata pemandangan (scene road) mengundang kaum pendatang dan
penduduk membangun perumahan di sepanjang jalur yang telah lancar
dengan arus perhubungan.
Gambaran tersebut di atas meunjukkan bahwa besarnya beban yang

diterima oleh kawasan penyangga (buffer zone) mengalami peningkatan terusmenerus. Beban tersebut akan mengurangi fungsi kawasan penyanga sebagai
pencegah kerusakan ekosistem, dan menambah cepat punahnya berbagai produk
hasil hutan bukan kayu yang menopang kebutuhan hidup baik untuk sehari-hari
maupun untuk kepentingan ekonomi. Berkurangnya hasil hutan bukan kayu sudah
jelas menimbulkan kerugian bagi masyarakat yang memerlukannya dan
pengurangan pendapatan bagi yang menggunakannya untuk kepentingan
ekonomi.

Sedangkan

kerusakan

tersebut

menunjukkan

adanya

konflik

kepentingan antara pengadaan kawasan penyangga (buffer zone) dengan
pemberian izin mengambil dan memanfaatkan segala produk yang terdapat di
dalamnya.

Untuk memberikan penilaian apakah kawasan penyangga yang

8

berdampingan dengan penduduk mempunyai nilai manfaat ekonomi maupun
manfaat sosial, diperlukan penilaian atau analisis ekonomi wilayah kawasan
penyangga TNGL (Taman Nasional Gunung Leuser). Analisis ini diperlukan
untuk memahami apakah hasil keseluruhan yang ditawarkan oleh TNGL akan
memiliki nilai economic of return yang tinggi?
Untuk mengetahui nilai manfaat kawasan TNGL yang dimaksud di atas,
maka diperlukan informasi dasar tentang pengelolaan kawasan TNGL secara
keseluruhan, diantaranya adalah:
1.

Berapakah besarnya dana-dana yang telah dianggarkan atau dikeluarkan
untuk pengembangan dan pengelolaan kawasan lindung TNGL.

2.

Sumber-sumber manakah yang paling besar memberikan sumbangan dalam
usaha penyelamatan kawasan TNGL

3.

Bentuk-bentuk kerugian apa saja yang diderita masyarakat dengan
terjadinya perubahan kawasan TNGL sehingga mengurangi kesejahteraan
masyarakat.

1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah diatas maka penelitian
ini bertujuan:
1.

Untuk memberikan penilaian terhadap pemanfaatan produk kayu dan
bukan kayu.

2.

Mengetahui sejauh manakah besarnya kerugian yang akan diterima oleh
masyarakat dengan pengorbanan kawasan penyangga.

9

1.4. Kegunaan Penelitian
Dari penelitian ini diharapkan dapat diperoleh informasi yang berharga
terutama tentang hal-hal yang mempengaruhi keselamatan kawasan konservasi
TNGL sebagi sumber yang dapat mempengaruhi kesejahteraan sosial dan
ekonomi

masyarakat.

Informasi

hasil

penelitian

ini

diharapkan

dapat

dimanfaatkan sebagai bahan pertimbangan bagi usaha pengembangan Taman
Nasional Gunung Leuser baik untuk pelestarian produk bukan kayu maupun kayu.
Sedangkan bagi pengelola Taman Nasional Gunung Leuser, dapat berperan
sebagai alat penilai alternatif-alternatif pendayagunaan sumber-sumber anggaran.

10

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Taman Nasional
Taman nasional berdasarkan keputusan Menteri Kehutanan RI No.
687/KPTS-II/1989 didefinisikan sebagai kawasan pelestarian alam yang dikelola
dengan sistem zonasi yang terdiri dari zona inti dan atau zona-zona lain yang
dimanfaatkan untuk tujuan ilmu pengetahuan, pariwisata dan rekreasi. Sedangkan
berdasarkan Undang-undang Nomor 5 Tahun 1990, taman nasional adalah suatu
kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem asli, dikelola dengan zonasi
yang dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan,
menunjang budidaya, pariwisata dan rekreasi (Sembiring, 2001).
Tujuan utama taman nasional adalah menjaga keutuhan keterwakilan
ekosistem yang berarti melindungi ekosistem itu dari kerusakan dan
merehabilitasi kembali apa yang sudah terlanjur rusak, selain itu harus ada upaya
menghilangkan sebab kerusakan dan menghentikan kegiatan perusakan.
Berdasarkan pedoman yang dikeluarkan oleh Direktorat Taman Nasional dan
Hutan Wisata, sasaran yang ingin dicapai dalam pembangunan taman nasional
meliputi hal-hal sebagai berikut:
a.

Memperbaiki fungsi kawasan konservasi semaksimal mungkin sesuai
dengan daya dukungnya.

b.

Menciptakan hubungan antara konservasi dan kepentingan pembangunan
melalui pengembangan budidaya pertanian dan perikanan dari aneka ragam
jenis yang ada sebagai sumber plasma nutfah.

11

c.

Meningkatkan pelayanan bagi pengunjung untuk memanfaatkan taman
nasional baik untuk penelitian, wisata, pengambilan gambar dan penulisan
untuk publikasi maupun kegiatan lainnya.

d.

Membantu meningkatkan kesejahteraan masyarakat di sekitar taman
nasional antara lain dengan menyediakan lapangan kerja, memacu
terciptanya jasa angkutan dan akomodasi serta mendorong pembangunan di
berbagai sektor lainnya.

2.2. Kawasan Penyangga
Kawasan penyangga adalah suatu zona yang dialokasikan untuk tujuan
sebagai pagar efektif bagi taman nasional dari gangguan masyarakat. Berdasarkan
Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 1998, daerah penyangga adalah wilayah
yang berada di luar kawasan taman nasional, baik sebagai kawasan hutan lain,
tanah negara bebas maupun tanah yang dibebani hak, yang diperlukan dan mampu
menjaga keutuhan kawasan taman nasional.
Penetapan tanah negara bebas maupun tanah yang dibebaskan dengan
suatu hak sebagai daerah penyangka ditetapkan oleh Menteri setelah mendengar
pertimbangan Bupati yang bersangkutan. Penetapan daerah penyangga dilakukan
dengan tetap menghormati hak-hak yang dimiliki oleh pemegang hak. Sementara
itu pengelolaan daerah penyangga yang bukan kawasan hutan tetap berada pada
pemegang hak dan tetap memperhatikan ketentuan yang ada yaitu secara ekologis
masih mempunyai pengaruh baik dari dalam maupun dari luar kawasan suaka
alam dan kawasan pelestarian alam.

12

Direktorat Perlindungan Hutan dan Pengawetan Alam menjelaskan bahwa
kawasan penyangga merupakan suatu alat untuk:
a.

Menentukan pemenuhan berbagai keperluan dasar masyarakat disekitarnya
baik untuk makan, uang maupaun kesenangan atau rekreasi.

b.

Menyelamatkan potensi taman nasional dari berbagai macam ganguan baik
oleh manusia, ternak, maupun pencemaran lingkungan.

c.

Mengembangkan dan membina hubungan antara masyarakat dengan
alamnya yaitu mengusahakan adanya integrasi antara manusia dengan alam
pada tingkat yang lebih baik.

d.

Melindungi manusia dan daerah pertanian, perkebunan, perikanan,
kehutanan dan sebagainya dari gangguana satwa liar.

e.

Meningkatkan kondisi sosial ekonomi melalui usaha tani yang intensif dan
kesadaran masyarakat terhadap usaha pelestarian alam dan lingkungannya.

f.

Menumbuhkan, mengembangkan organisasi swadaya masyarakat dalam
kaitannya dengan usaha-usaha pelestarian sumberdaya alam.
Menurut Soekmadi (2005) daerah penyangga suatu taman nasional dapat

dibagi menjadi dua macam yaitu daerah penyangga fisik dan daerah penyangga
sosial. Daerah penyangga fisik maksudnya ditujukan untuk membentengi potensi
taman nasional dan melindungi masyarakat dari gangguan yang datang dari taman
nasional dimana juga diharapkan untuk dapat dimanfaatkan sebagai areal
pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat sekitar. Daerah penyangga sosial yaitu
daerah penyangga yang merupakan wilayah binaan dimana sebagian besar
kehidupan anggota masyarakat masih bergantung pada keberadaan potensi
sumberdaya taman nasional.

13

2.3. Kerusakan Lingkungan
Beberapa dekade yang lalu, ada anggapan bahwa pertumbuhan ekonomi
yang diiringi dengan penurunan kualitas lingkungan atau kawasan, secara
kuantitatif semakin besar. Beberapa penelitian menunjukan faktor-faktor yang
menyebabkan penurunan kualitas lingkungan atau kawasan yang disimpulkan
oleh Maynard Hufscmidt tahun 1983 sebagai berikut:
a.

Kurangnya pengawasan lingkungan terhadap pelaksanaan undang-undang
perlindungan lingkungan.

b.

Kelangkaan sumber keuangan dalam hubungan dengan kebutuhan sekarang
yang merupakan kendala bagi keinginan untuk melindungi sistem alamiah.

c.

Luasnya kemiskinan masyarakat menghasilkan kegiatn-kegiatan yang
merusak lingkungan sistem alam jangka panjang.

d.

Sering kali buruknya pembagian pendapatan mempengaruhi kualitas
perencanaan program sebagai akibat pendapatan yang tidak mencukupi.

e.

Kesulitan dalam pengawasan lingkungan yang dipengaruhi oleh aktivitas
pembangunan sektor pribadi dan sektor publik, yang mana pengendalian
kualitas sektor lingkungan oleh publik memiliki keterbatasan program.

f.

Tidak cukup tersedianya para teknisi, administrasi dan ekonom dalam
membuat perencanaan lingkungan.

g.

Luasnya kegagalan pasar yang ekstensif memerlukan penggunaan harga
bayangan penempatan pasar.

h.

Kurangnya peran serta pengendalian kualitas lingkungan baik oleh
masyarakat umum maupun oleh perusahaan pemerintah yang mengurangi
efektifitas dalam implementasi.

14

i.

Tidak cukup tersedianya data lingkungan baik dari segi ekonomi maupun
sosial, termasuk di dalamnya kesulitan mengumpulkan dan memproses data
masa lalu, sehingga membatasi kualitas analisa.

j.

Luasnya perbedaan nilai budaya yang menambah kesulitan dalam memberi
penilaian pada pengaruh kualitas lingkungan.
Sedangkan John A. Dixon (1989) menemukan bahwa perusakan

lingkungan dan sumberdaya alam yang ada merupakan hasil suatu perencanaan
proyek yang diperkenalkan oleh pembangunan ekonomi. Lebih lanjut ia juga
mengatakan bahwa pemanfaatan lingkungan (environment) terganggu karena
pemberian penilaian rent yang tinggi serta adanya pengaruh dari tingkat
pendapatan masyarakat yang rendah.
Sehubungan dengan permasalahan tersebut, kebijaksanaan pembangunan
nasional dalam GBHN merumuskan bahwa dalam pembangunan, sumberdaya
harus digunakan secara rasional. Penggalian sumber-sumber daya alam tersebut
harus didayagunakan agar sesuai dengan tata lingkungan hidup manusia,
dilaksanakan dengan kebijaksanaan menyeluruh dengan memperitungkan generasi
yang akan datang. Resiko kerusakan fungsi sumberdaya lingkungan hidup berupa:
a.

Rusaknya berbagai sistem pendukung kehidupan vital bagi kehidupan
manusia, baik sistem biofisik maupun sosial.

b.

Munculnya bahaya dalam bentuk ciptaan manusia seperti bahan berbahaya
dan hasil-hasil bioteknologi.

c.

Pengalihan beban resiko pada generasi yang akan datang atau kepada faedah
yang lain.

d.

Kurangnya fungsi sistem organisasi sosial masyarakat.

15

Segala macam bentuk resiko tersebut merupakan hasil interaksi dari faktor-faktor
utama yaitu:
a.

Pertumbuhan penduduk.

b.

Pertumbuhan produksi untuk memenuhi kebutuhan penduduk.

c.

Peran lembaga-lembaga masyarakat termasuk teknologi yang dikembangkan
untuk memenuhi produksi.

Dengan beberapa penjelasan diatas, pembangunan jangka panjang menjamin
tingkat kesejahteraan dapat dilihat dari terpeliharanya suatu sistem lingkungan
alam, serta rendahnya tingkat eksternalitas yang ditimbulkan oleh kemajuan
teknologi.

2.4. Eksternalitas
Dalam

suatu

perekonomian

modern

setiap

aktivitas

mempunyai

keterkaitan dengan aktivitas lainnya dan semakin modern suatu perekonomian
semakin besar dan semakin banyak kaitannya dengan kegiatan-kegiatan lainnya.
Apabila semua keterkaitan antara suatu kegiatan dengan kegiatan lainnya
dilaksanakan melalui mekanisme pasar atau melalui suatu sistem, maka
keterkaitan antar berbagai aktivitas tersebut tidak menimbulkan masalah. Akan
tetapi banyak pula keterkaitan antar kegiatan yang tidak melaui mekanisme pasar
sehingga timbul berbagai macam masalah. Keterkaitan suatu kegiatan dengan
kegiatan lain yang tidak melalui mekanisme pasar adalah apa yang disebut dengan
eksternalitas atau dengan kata lain yang dimaksud dengan eksternalitas hanyalah
apabila tindakan seseorang mempunyai dampak terhadap orang lain atau

16

segolongan orang lain tanpa adanya kompensasi apapun juga sehingga timbul
inefisiensi produksi (Mangkoesoebroto, 2001).
Kegiatan

masyarakat

baik

dalam

bentuk

memproduksi

maupun

mengkonsumsi barang dengan jumlah yang setinggi-tingginya bertujuan untuk
meraih tingkat kepuasan yang tinggi. Usaha meningkatan kepuasan bertujuan
pada pencapaian rasa bahagia ataupun kesejahteraan masyarakat. Pareto
merumuskan bahwa kesejahteraan masyarakat telah mencapai optimum apabila
kesejahteraan seseorang dapat ditingkatkan akan tetapi dengan mengurangi
kesejahteraan orang lain. Selanjutnya pandangan Pareto disempurnakan oleh N.
Kaldor dan JR.Hicks dengan compensation principle dimana intinya adalah
bahwa keadaan masyarakat menjadi lebih baik apabila individu yang ingin
mendapatkan manfaat lebih besar dengan menyebabkan pengorbanan pihak lain,
dimana yang mendapatkan manfaat memberikan kompensasi kepada yang
menderita pengorbanan dan masih ada kelebihan manfaat.
a.

Kriteria kaldor menyatakan bahwa alokasi A dari segi seluruh masyarakat
lebih baik dari pada B apabila yang mendapat manfaat A, karena alokasi A
dapat memberikan kompensasi kepada yang dirugikan dan kedudukan A
masih lebih baik dari pada B.

b.

Kriteria Hicks dapat dirumuskan bahwa alokasi A dari segi seluruh
masyarakat lebih baik dari B apabila yang menderita kerugian karena
alokasi A tersebut tak dapat diberikan kompensasi oleh yang mendapatkan
sehingga berubah dari B ke A.

c.

Menurut Scitovsky dikatakan bahwa alokasi A bagi seluruh masyarakat
lebih baik dari B, apabila yang memberikan manfaat dapat memberikan

17

kompensasi (bribe) pada yang mendapatkan kerugian dan menerima
perubahan tersebut, sedangakan yang dirugikan tidak dapat menyuap
(bribing) yang mendapatkan manfaat untuk mengadakan suatu perubahan.
Adanya pengorbanan yang diderita oleh suatu kelompok masyarakat
sebagai konsekuensi dari suatu proyek atau kegiatan dapat bersipat negatif atau
positif, keadaan inilah yang sering disebut sebagai eksternalitas. Dengan demikian
eksternalitas dikatakan ada bilamana kesejahteraan individu selain dipengaruhi
oleh aktivitas yang dikendalikannya, juga dipengaruhi oleh aktivitas pihak lain.
Disamping pengaruh pemenuhan kebutuhan untuk mencapai kepuasan
yang setinggi-tingginya, faktor lain yang mendorong eksternalitas disekonomi
ataupun ekonomi juga akibat adanya suatu ketidak jelasan batasan (boundary) arti
hak pemilikan, hal ini dapat dilihat dari pendapat J.H. Dales dalam tulisannya The
Property Interpose and land, Waterland Ownership. Menyatakan bahwa dalam
pemilikan terdapat hak-hak:
a

Serangkaian hak untuk menggunakan barang dengan cara tertentu (dan
serangkaian hak negatif atau larangan untuk mempergunakannya dengan
yang lain).

b

Hak untuk melarang orang lain menggunakan barang tersebut.

c

Hak untuk menjual milik tersebut.
Selanjutnya Dales juga menjelaskan bahwa pemilikan setiap asset

mempunyai kaitan antara konsepsi hukum, ekonomi, sosiologi dan politik.
Dimana asset dapat dianggap sebagai suatu kumpulan potensi untuk menghasilkan
jasa kepuasan yang dapat dipergunakan dalam beberapa alternatif. Adapun bentuk
pemilikan dapat dibagi menjadi:

18

a

Hak pemilikan yang bersifat umum (common property)
Dimana dapat dipergunakan oleh setiap orang untuk berbagai keperluan
tanpa adanya biaya yang harus dikeluarkan. Hak milik ini dapat cocok
secara ekonomi jika biaya untuk mengawasinya lebih besar dari nilai
penggunaanya. Ketidakmampuan menjaga pemilikan ini bisa dilihat dari
segi ekonomi akan menimbulkan ketidakefisienan sehingga penggunannya
melewati batas.

b

Hak milik umum yang terbatas (restricted common property)
Pada umumnya asset milik umum dikelola oleh suatu badan publik atau
pemerintah. Pemerintah dapat membatasi pengunaan hak milik dengan
berbagai cara misalnya suatu danau hanya digunakan untuk bersampan
tetapi tidak boleh untuk motorboat. Dalam hal asset tetap milik umum dalam
arti bahwa setiap orang dapat mengunakannya sesuai dengan tujuan
penggunaan.

c

Hak pakai
Pemakai asset hanya dibatasi untuk orang-orang atau badan tertentu saja
yang ditetapkan berdasarkan hukum. Dengan demikian pemilikan menjamin
pemakai sesuatu asset sesuai dengan kewenangan atas pemilikan terseb