BAB 6 KONSTRUKSI NEGARA KESULTANAN SERDANG, 1723-1946
BAB 6
EPILOG
Pada bagian terdahulu telah dijabarkan tentang konstruksi daripada Negara Kesultanan
Serdang dari awal beridirnya hingga keruntuhan Negara Kesultanan Serdang ini. Dari
konstruksi ini kiranya dapat diketahui bagaimana proses pembentukan Negara Kesultanan
Serdang ini diikuti Sumber Hukum Materiil Daulat-Durhaka, Sumber Hukum Formal serta
Asas Pembagian dan Kerjasama Kekuasaan, Bentuk dan Sistem Negara yang diterapkan, CiriCiri Negara Negara KeSultanan Serdang, Sifat-Sifat Negara, Unsur-Unsur Negara, Wilayah,
Tujuan dan Fungsi Negara, Kependudukan, Falsafah Negara Serdang : Adil di Sembah – Zalim
di Sanggah dan Dasar Negara Kesultanan Serdang; Bentuk dan Sistem Pemerintahan; dan yang
terahir penjabaran pada bagian ini tertuju diseputar : Kelahiran dan Evolusi Pemerintahan,
yang mendeskripsikan Bentuk Pemerintahan, Susunan Pemerintahan dan Sistem Pemerintahan.
Dari gambaran ini didapatlah bahwa Negara Kesultanan Serdang bukanlah merupakan
Negara Kesatuan atupun Negara Serikat. Di Negara Kesultanan Serdang; Sultan tidaklah
digambarkan sebagai seorang penguasa yang tanpa batas. Begitu juga Organ Negara
Kesultanan Serdang. Pelajaran yang dapat diambil hikmahnya dari konstruksi Negara
Kesultanan Serdang ini adalah terjadinya penerapan Demokratisai Islami yang memancarkan
penagturan masyarakat yang dikatakan modren untuk seukuran di abad milenium ini.
Konsep Monarchieissme yang diterapkan merupakan Oligarki yang demokratis. Kekuasaan
bukan dipisah-pisah dan bukan pula dibagi-bagi; tetapi kekuasaan menurut penerapan ini
adalah terjadinya kerjasama (Gotong – Royong ). Terlihat sepintas adanya strutur kerja OrganOrgan daripada Negara tetapi ini semata bukan praktek pemisahan kekuasaan ataupun
kekuasaan itu dibagi-bagi; praktek yang diterapkan oleh Negara Kesultanan Serdang justru
kekuasaan itu dikerjakan secara bersama, seolah-olah terlihat Lembaga yang satu dengan yang
lainnya tumpang tindih.
Isu konflik kepentingnya bahwa bangsa yang satu menjadi bangsa yang tidak akan pernah
dikalahkan menyebabkan terjadinya dampak buruk di Negara Kesultanan Serdang. Tradisi
dunia yang berlaku saat itu adalah Kolonialisme plus Imprialisme sangat dipenagruhi
kebutuhan akan pemenuhan Merkantilismenya. Gambaran yang terjadi – dipraktekannya
sekenario mengaagung-agungkan kekuasaan dengan hiasan bertaburkan simbol-simbol
kejayaan berupa kesamaan gaya hidup daripada bangsa pendatang dengan bermodalkan
eksploitasi sumber daya alam maupun manusianya.
Penyanggah peradaban hegemoni Melayu yang sudah mulai terkikis jati diri nya – di coba
untuk diperbaiki kembali, namun hal itu terlambat oleh karena hegemoni itu terlambat untuk
dikembalikan oleh karena jati diri nya telah terlalu lama ditinggalkan oleh pemilik peradaban
hegemoni Melayu itu sendiri.
72
EPILOG
Pada bagian terdahulu telah dijabarkan tentang konstruksi daripada Negara Kesultanan
Serdang dari awal beridirnya hingga keruntuhan Negara Kesultanan Serdang ini. Dari
konstruksi ini kiranya dapat diketahui bagaimana proses pembentukan Negara Kesultanan
Serdang ini diikuti Sumber Hukum Materiil Daulat-Durhaka, Sumber Hukum Formal serta
Asas Pembagian dan Kerjasama Kekuasaan, Bentuk dan Sistem Negara yang diterapkan, CiriCiri Negara Negara KeSultanan Serdang, Sifat-Sifat Negara, Unsur-Unsur Negara, Wilayah,
Tujuan dan Fungsi Negara, Kependudukan, Falsafah Negara Serdang : Adil di Sembah – Zalim
di Sanggah dan Dasar Negara Kesultanan Serdang; Bentuk dan Sistem Pemerintahan; dan yang
terahir penjabaran pada bagian ini tertuju diseputar : Kelahiran dan Evolusi Pemerintahan,
yang mendeskripsikan Bentuk Pemerintahan, Susunan Pemerintahan dan Sistem Pemerintahan.
Dari gambaran ini didapatlah bahwa Negara Kesultanan Serdang bukanlah merupakan
Negara Kesatuan atupun Negara Serikat. Di Negara Kesultanan Serdang; Sultan tidaklah
digambarkan sebagai seorang penguasa yang tanpa batas. Begitu juga Organ Negara
Kesultanan Serdang. Pelajaran yang dapat diambil hikmahnya dari konstruksi Negara
Kesultanan Serdang ini adalah terjadinya penerapan Demokratisai Islami yang memancarkan
penagturan masyarakat yang dikatakan modren untuk seukuran di abad milenium ini.
Konsep Monarchieissme yang diterapkan merupakan Oligarki yang demokratis. Kekuasaan
bukan dipisah-pisah dan bukan pula dibagi-bagi; tetapi kekuasaan menurut penerapan ini
adalah terjadinya kerjasama (Gotong – Royong ). Terlihat sepintas adanya strutur kerja OrganOrgan daripada Negara tetapi ini semata bukan praktek pemisahan kekuasaan ataupun
kekuasaan itu dibagi-bagi; praktek yang diterapkan oleh Negara Kesultanan Serdang justru
kekuasaan itu dikerjakan secara bersama, seolah-olah terlihat Lembaga yang satu dengan yang
lainnya tumpang tindih.
Isu konflik kepentingnya bahwa bangsa yang satu menjadi bangsa yang tidak akan pernah
dikalahkan menyebabkan terjadinya dampak buruk di Negara Kesultanan Serdang. Tradisi
dunia yang berlaku saat itu adalah Kolonialisme plus Imprialisme sangat dipenagruhi
kebutuhan akan pemenuhan Merkantilismenya. Gambaran yang terjadi – dipraktekannya
sekenario mengaagung-agungkan kekuasaan dengan hiasan bertaburkan simbol-simbol
kejayaan berupa kesamaan gaya hidup daripada bangsa pendatang dengan bermodalkan
eksploitasi sumber daya alam maupun manusianya.
Penyanggah peradaban hegemoni Melayu yang sudah mulai terkikis jati diri nya – di coba
untuk diperbaiki kembali, namun hal itu terlambat oleh karena hegemoni itu terlambat untuk
dikembalikan oleh karena jati diri nya telah terlalu lama ditinggalkan oleh pemilik peradaban
hegemoni Melayu itu sendiri.
72