PERKEMBANGAN KOTA PERBAUNGAN MASA KESULTANAN SERDANG (1889-1946).

PERKEMBANGAN KOTA PERBAUNGAN
MASA KESULTANAN SERDANG
(1889-1946)
SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh
Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh :
RARA KHALIDAZIA NST
NIM 309421006

JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2013

ABSTRAK
Rara Khalidazia Nst. 2013. Perkembangan Kota Perbaungan Masa
Kesultanan Serdang (1889-1946). Sarjana Pendidikan Sejarah Universitas
Negeri Medan.

Perbaungan merupakan ibukota dari Kecamatan Perbaungan Kabupaten
Serdang Bedagai dan merupakan kota dengan jumlah penduduk terpadat. Kota
Perbaungan memiliki sejarah penting yaitu dengan menjadi pusat pemerintahan
sejak masa Kesultanan Serdang. Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk
mengetahui latar belakang pemindahan pusat pemerintahan Kesultanan Serdang
dari Rantau Panjang kemudian pindah ke Perbaungan. Kemudian juga untuk
mengetahui bagaimana perkembangan kota Perbaungan sewaktu masa
kepemimpinan Kesultanan Serdang (1889-1946). Selanjutnya untuk mengetahui
peninggalan sejarah dari perkembangan kota Perbaungan masa Kesultanan
Serdang yang masih ada hingga kini serta upaya membangun kota Perbaungan
kini dengan menampilkan nilai historis yang dimilikinya.
Metode penelitian ini adalah dengan melakukan wawancara terhadap
beberapa narasumber yang dianggap mengetahui tentang masalah yang dibahas,
kemudian melakukan pengamatan langsung ke lapangan (observasi) terhadap
beberapa peninggalan sejarah yang ada di kota Perbaungan, serta mengumpulkan
sumber-sumber penelitian melalui arsip-arsip, dokumen, dan lainnya yang
berkaitan dengan Perkembangan Kota Perbaungan Masa Kesultanan Serdang
(1889-1946).
Lokasi penelitian berada di Kota Perbaungan Kecamatan Perbaungan.
Kota Perbaungan memiliki beberapa peninggalan sejarah berupa bangunanbangunan yang telah berdiri sejak masa Keesultanan Serdang dan Kolonialisme

Belanda. Peninggalan-peninggalan sejarah tersebut masih berdiri hingga kini,
walaupun beberapa diantaranya ada yang mengalami perbaikan dan ada juga yang
menjadi bangunan tak terawat karena kurangnya perhatian pemerintah.
Pemindahan pusat Kesultanan Serdang dari Rantau Panjang diawali
dengan kepindahan Sultan Sulaiman Syariful Alamsyah pada tahun 1894,
kemudian beliau meresmikan Istana Darul Arif di Kota Galuh Perbaungan pada
tahun 1896 yang menjadi simbol berdirinya pusat pemerintahan yang baru untuk
Kesultanan Serdang.
Berdasarkan hasil penelitian perkembangan kota Perbaungan masa Kesultanan
Serdang saat itu mengalami perkembangan yang cukup pesat, terbukti dengan
berdirinya beberapa fasilitas guna pelayanan kepada masyarakat, selain itu juga
perkembangan di bidang syi’ar agama Islam telihat nyata yakni dengan adanya
peran ulama yang cukup terkenal saat itu, ditambah lagi dengan adanya
perkembangan dalam bidang kebudayaan dan kesenian yang dibuktikan dengan
pagelaran teater dan marching band oleh Sultan Serdang.

DAFTAR ISI

ABSTRAK ....................................................................................................


i

KATA PENGANTAR ..................................................................................

ii

DAFTAR ISI .................................................................................................

vi

DAFTAR TABEL ........................................................................................

viii

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................

ix

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ...................................................................................


1

B. Identifikasi Masalah ...........................................................................

4

C. Pembatasan Masalah ..........................................................................

5

D. Rumusan Masalah ..............................................................................

5

E. Tujuan Penelitian ...............................................................................

6

F. Manfaat Penelitian .............................................................................


6

BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Kerangka Konseptual .........................................................................

8

1.1. Konsep Perkembangan Kota .......................................................

8

1.2. Konsep Kesultanan Serdang .......................................................

17

1.3. Konsep Peninggalan Sejarah .......................................................

18


B. Kerangka Berpikir ..............................................................................

19

BAB III METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian...............................................................................

22

B. Lokasi Penelitian ................................................................................

23

C. Sumber Data .......................................................................................

23

D. Teknik Pengumpulan Data .................................................................

24


E. Teknik Analisis Data .........................................................................

25

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Lokasi Penelitian ..............................................................

27

1. Geografi dan Iklim Kabupaten Serdang Bedagai...........................

27

2. Sejarah Singkat Kecamatan Perbaungan ........................................

30

B. Kondisi Pusat Pemerintahan Kesultanan Serdang di Rantau Panjang


44

C. Pemindahan Pusat Pemerintahan Kesultanan Serdang dari Rantau
Panjang ke Perbaungan ......................................................................

49

D. Bukti Fisik Peninggalan Perkembangan Kota Perbaungan Masa
Kesultanan Serdang............................................................................

52

E. Upaya Membangun Kota Perbaungan Kini dengan Menampilkan
Nilai Historisnya ................................................................................

64

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ........................................................................................


72

B. Saran ...................................................................................................

75

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

DAFTAR TABEL

Tabel 1
Jarak Ibukota Kecamatan ke Ibukota Kabupaten Serdang Bedagai...............

29

Tabel 2
Indikator Kependudukan Serdang Bedagai ....................................................

29


Tabel 3
Luas Wilayah dan Presentase Terhadap Luas Kecamatan .............................

35

Tabel 4
Jumlah Penduduk Menurut Suku Bangsa di Kecamatan Perbaungan Tahun
2011 ................................................................................................................

39

Tabel 5
Jumlah Penduduk Berdasarkan Pekerjaan di Kecamatan Perbaungan Tahun
2011 ................................................................................................................

41

Tabel 6
Jumlah Penduduk Menurut Agama di Kecamatan Perbaungan Tahun 2011


42

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1
Peta Kabupaten Serdang Bedagai ..................................................................

1

Lampiran 2
Peta Kecamatan Perbaungan ..........................................................................

2

Lampiran 3
Pedoman Wawancara .....................................................................................

3

Lampiran 4
Daftar Informan ..............................................................................................

5

Lampiran 5
Foto Hasil Penelitian ......................................................................................

7

Lampiran 6
Foto Wawancara.............................................................................................
Surat Permohonan Judul
Surat Izin Penelitian dari Jurusan
Surat Izin Penelitian dari Fakultas
Surat Izin Mengadakan Penelitian dari Lokasi Penelitian
Surat Telah Selesai Mengadakan Penelitian
Biodata Alumni

16

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Indonesia di masa pra-kemerdekaan masih berbentuk kerajaan-kerajaan
yang memiliki wilayah kekuasaan masing-masing. Sumatera adalah salah satu
pulau yang memiliki beragam etnis dan tiap-tiap etnis memiliki kerajaan dan
menjalankan pemerintahan sesuai dengan kekuasaan yang dimilikinya. Khususnya
di Sumatera Timur yang kini termasuk ke dalam wilayah Sumatera Utara, dahulu
terdapat beberapa kerajaan Melayu yang bercorak Islam dan salah satunya adalah
Kesultanan Serdang.
Kesultanan Serdang terbentuk karena adanya perpecahan yang ditandai
dengan perebutan tahta di Kesultanan Deli sekitar tahun 1723 tepat setelah
mangkatnya Tuanku Panglima Paderap yakni pendiri Kesultanan Deli. Konflik
terjadi karena anak kedua pendiri Kesultanan Deli yakni Tuanku Gandar Wahid
mengambil alih tahta yang seharusnya menjadi hak milik Tuanku Umar. Akhirnya
Tuanku Umar bersama ibunya Tuanku Puan Sampali pindah dari Sampali dan
mendirikan Kampung Besar (Serdang).
Kesultanan Serdang semakin memperlihatkan kemajuannya setelah putra
dari Tuanku Umar yakni Tuanku Ainan Djohan Alamsjah naik tahta dan
menggantikan posisi ayahnya yang telah mangkat. Ini terbukti dengan semakin
meluasnya wilayah kekuasaan Kesultanan Serdang hingga ke Percut dan Serdang
Hulu.

Perbaungan didirikan sekitar tahun 1724 oleh Panglima Sulthan Abdul
Djalil Rachmatsyah yang kemudian menjadi sulthan Kerajaan Perbaungan (Sinar,
1971:106). Berdasarkan informasi lisan kata Perbaungan sendiri berasal dari kata
dasarnya yaitu ”baung” yang merujuk pada nama ikan. Dahulu di wilayah ini
populasi ikan baung terkenal banyak. Sehingga orang-orang menggunakan ciri
khas tersebut sebagai identitas nama wilayah yang kemudian dikenal dengan
nama Perbaungan.
Bergabungnya Perbaungan dengan Kesultanan Serdang bukan dikarenakan
adanya penyerangan oleh pihak Kesultanan Serdang terhadap Kerajaan
Perbaungan, tetapi karena terjadinya hubungan perkawinan antara kedua kerajaan
tersebut. Dalam Perret (2010:151) disebutkan bahwa terjadi sejumlah perkawinan
dengan orang Minangkabau pada beberapa generasi Kesultanan Serdang yang
terdiri dari Tuanku Ainan Johan, Sultan Thaf Sinar Basyarsyah, Sultan
Basyaruddin Syaiful Alamsyah dan Sultan Sulaiman Syariful Alamsyah.
Pada awalnya pusat pemerintahan Serdang sendiri berada di Rantau
Panjang,

kemudian pemerintah Hindia-Belanda sempat memindahkan pusat

pemerintahan Kesultanan Serdang Ke Lubuk Pakam pada 1891. Akan tetapi
Sultan Sulaiman Syariful Alamsyah menolaknya dan justru memindahkan pusat
pemerintahan ke Perbaungan yang ditandai dengan diresmikannya Istana Darul
Arif pada tahun 1896 di desa Kota Galuh Perbaungan

Istana Darul Arif dan Mesjid Raya Sulaimaniyah serta kompleks
pertokoan dan pasar di Perbaungan mulai didirikan pada tahun 1889. Kemudian
tempat ini dikenal dengan nama ”Kota Simpang Tiga/Bandar Setia”.
Perubahan

status

Perbaungan

yang

menjadi

pusat

pemerintahan

Kesultanan Serdang, semakin memberi dampak langsung terhadap perkembangan
yang dialami oleh Perbaungan. Konsep sebuah kota mulai tampak pada saat itu,
ditandai dengan mulai berdirinya berbagai bangunan sebagai fasilitas pelayanan
terhadap masyarakat.
Namun peristiwa sejarah yang terjadi di tahun 1946 menghapuskan
kekuasaan dari seluruh kerajaan dan kesultanan yang ada di wilayah Sumatera
Timur. Dengan peristiwa tersebut, maka akhirnya seluruh kekuasaan yang dimiliki
oleh kesultanan/kerajaan yang ada di Sumatera Timur bersatu dalam NRI dan
masuk ke dalam wilayah administrasi Provinsi Sumatera yang dipimpin oleh Mr.
Teuku Muhammad Hasan sebagai Gubernur pada masa itu. Maka kemudian
berakhirlah masa Kesultanan Serdang di Perbaungan.
Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti sangat tertarik untuk
mengadakan

penelitian

lebih

mendalam

mengenai

perkembangan

kota

Perbaungan. Untuk itu peneliti bermaksud melakukan penelitian dengan judul
”Perkembangan Kota Perbaungan Pada Masa Kesultanan Serdang (18891946)”.
Selain itu juga alasan lain mengapa peneliti sangat tertarik untuk
mengadakan penelitian dengan judul tersebut adalah bahwa peneliti sendiri lahir

dan tinggal di Kota Perbaungan. Peneliti sangat ingin membangkitkan sejarah
lokal, khususnya dari Kota Perbaungan yang pernah menjadi saksi sebuah
peristiwa sejarah yang ditorehkan oleh orang-orang terdahulu. Ditambah lagi,
peninggalan perkembangan kota Perbaungan masa Kesultanan Serdang masih ada
yang bisa dilihat hingga kini.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan pada latar belakang, maka
dapat diidentifikasi beberapa permasalahan dalam penelitian ini sebagai berikut :
1. Pusat pemerintahan Kesultanan Serdang pada awalnya berada di Rantau
Panjang.
2. Pemindahan pusat pemerintahan Kesultanan Serdang dari Rantau Panjang
ke Perbaungan.
3. Bukti fisik peninggalan perkembangan kota Perbaungan masa Kesultanan
Serdang.
4. Upaya yang dapat dilakukan demi membangun kota Perbaungan kini
dengan mengaitkan pada nilai historisnya
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah diatas, maka peneliti memberikan
batasan terhadap penelitian yang akan dilakukan. Penelitian ini dibatasi masalah

tentang ”Perkembangan Kota Perbaungan Pada Masa Kesultanan Serdang
(1889-1946)”.
D. Rumusan Masalah
Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu, sebagai
berikut :
1. Bagaimana kondisi pusat pemerintahan Kesultanan Serdang saat berada di
Rantau Panjang?
2. Bagaimana pemindahan pusat pemerintahan Kesultanan Serdang dari
Rantau Panjang ke Perbaungan?
3. Bagaimana bukti fisik peninggalan perkembangan kota Perbaungan pada
masa Kesultanan Serdang?
4. Bagaimana upaya yang dapat dilakukan demi membangun kota
Perbaungan kini dengan mengaitkan pada nilai historisnya?
E. Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui kondisi pusat pemerintahan Kesultanan Serdang saat
berada di Rantau Panjang
2. Untuk mengetahui pemindahan pusat pemerintahan Kesultanan Serdang
dari Rantau Panjang ke Perbaungan

3. Untuk mengetahui bukti fisik peninggalan perkembangan kota Perbaungan
pada masa Kesultanan Serdang
4. Untuk mengetahui upaya yang dapat dilakukan demi membangun kota
Perbaungan kini dengan mengaitkan pada nilai historisnya
F. Manfaat Penelitian
Peneliti berharap penelitian ini dapat memberi manfaat berupa :
1. Informasi maupun pengetahuan bagi peneliti dan para pembaca khususnya
mahasiswa jurusan pendidikan sejarah maupun kalangan akademis lainnya
mengenai perkembangan Kota Perbaungan pada masa Kesultanan
Serdang.
2. Memperkaya khasanah keilmuan melalui hasil-hasil penelitian yang telah
didapat sebagai pelengkap pustaka, bahan masukan dan bahan kajian bagi
penelitian selanjutnya.
3. Menjadi bahan informasi yang berguna bagi pemerintah dan kalangan
masyarakat umum untuk lebih mengetahui tentang sejarah lokal dan
menghargai serta melestarikan peninggalannya.

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian ini maka peneliti dapat menarik kesimpulan
sebagai berikut :
1. Kesultanan Serdang adalah salah satu kerajaan Melayu yang berdiri pada
tahun 1723 di Kampung Besar kemudian berpusat di Rantau Panjang
selama masa kepemimpinan Sultan pertama yakni Tuanku Umar hingga
Sultan Sulaiman Sjariful Alamsyah (Sultan kelima Serdang).
2. Dari kelima Sultan yang memerintah hingga tahun 1946, masa
kepemimpinan Sultan Thaf Sinar Basarsyah diketahui sebagai masa
kemakmuran di bidang perdagangan dan pemerintahan. Selain itu juga
masa kepemimpinan Sultan Sulaiman Syariful Alamsyah disebut sebagai
masa kejayaan Kesultanan Serdang.
3. Pada masa sultan Serdang kedua yaitu Tuanku Ainan Djohan Alamshah
terjadi penggabungan antara Kesultanan Serdang dengan Kerajaan
Perbaungan dikarenakan ikatan perkawinan antara beliau dengan Tuanku
Puan Sri Alam yang tidak lain saudara dari raja Perbaungan turunan
kerajaan Pagaruyung. Selanjutnya juga banyak pihak keluarga sultan yang
menikah dengan keturunan kerajaan Perbaungan ini.

4. Tahun 1891 pemerintah Belanda memindahkan pusat pemerintahan
Serdang ke Lubuk Pakam, namun Sultan Sulaiman Syariful Alamsyah
menolak dan pindah ke Perbaungan pada 1894 serta menjadikan
Perbaungan sebagai ibukota Serdang yang sah menurut Kesultanan
Serdang pada tahun 1896.
5. Kata ”Perbaungan” berarti sebagai tempat untuk menagkap ikan baung
yaitu di sungai sebelah istana Darul Arif yang kemudian juga dikenal
sebagai sungan baung. Sultan Sulaiman sangat suka makanan yang diolah
dari ikan ini, maka kemudian banyak rakyatnya yang menangkap ikan ini
dan menyerahkan hasil tangkapannya kepada beliau.
6. Perbaungan merupakan sebuah kota yang memiliki sejarah tersendiri yakni
sebagai suatu wilayah pemerintahan sejak masa pemerintahan melalui
masa-masa perkembangan pemerintah sejak masa Pemerintahan Belanda,
Pemerintahan Jepang, dan di masa Pemerintahan Indonesia itu sendiri
(masa setelah kemerdekaan).
7. Perkembangan yang dialami Perbaungan saat menjadi pusat pemerintahan
Serdang diantaranya banyak didirikan bangunan-bangunan, seperti istana
Darul Arif, Mesjid Raya Sulaimaniyah kemudian fasilitas rakyat seperti,
kompleks pertokoan, pusat pasar, pembangunan jalur kereta api dan
pembukaan stasiun, Sekolah Melayu, Hollands Indische School, industri
budi daya tembakau yang kini menjadi pabrik kelapa sawit, dan lain
sebagainya.

8. Beberapa

peninggalan

perkembangan

kota

Perbaungan

di

Masa

Kesultanan Serdang yang masih bisa dilihat hingga kini yaitu kompleks
pertokoan di Jln. Serdang Perbaungan, Stasiun Kereta Api Perbaungan dan
Lidah Tanah, Rumah Alm.Tuan Syekh Zainuddin salah satu mufti
Kesultanan Serdang, Mesjid Raya Sulaimaniyah di Perbaungan dan Pantai
Cermin, bangunan penampung dan penyalur air untuk irigasi di masa
Kesultanan Serdang yang kini menjadi milik PDAM Tirtanadi, Puskesbun
PTPN IV Adolina, dan SDN.101929 yang dulunya adalah HIS.
9. Perbaungan kini banyak mengalami perkembangan melalui pembangunan
yang dilakukan baik oleh pihak pemerintah setempat maupun swasta,
namun perhatian terhadap peninggalan sejarah tentang keberadaan situs
Kesultanan Serdang dan Koloniaisme Belanda di Perbaungan tampaknya
masih sangat kurang. Ini terbukti dengan adanya beberapa situs yang
terlihat tidak terawat dan dibiarkan begitu saja.
10. Beberapa konsep penulis demi pembangunan kota Perbaungan kini dengan
tetap terikat pada nilai historisnya antara lain yaitu, menjadikan
peninggalan Kesultanan Melayu dan Belanda sebagai objek wisata sejarah,
membangun kawasan lain secara menyebar dengan menggunakan teori
banyak pusat oleh Harris dan Ullman, membangun citra kota (Path, Edge,
Districk, Node, dan Landmark), pagelaran budaya dan pementasan
kesenian daerah, pembangunan taman kota yang menyediakan fasilitas
olahraga.

B. SARAN
1. Pemerintah setempat dalam hal ini Dinas Kebudayaan dan Pariwisata yang
menangani masalah peninggalan sejarah hendaknya lebih peka terhadap
nasib beberapa bangunan peninggalan sejarah yang ada di kota
Perbaungan ini, jangan sampai peninggalan bersejarah ini hanya menjadi
bangunan tua yang tidak bernilai karena kurangnya perhatian pemerintah.
2. Pemerintah kecamatan hendaknya dapat mempelajari dari sejarah kota
Perbaungan sendiri untuk menjalankan pembangunan yang bermanfaat
bagi masyarakat bukan kepentingan sekelompok orang saja. Pemerintah
seharusnya bertindak lebih cerdas untuk mengajak masyarakat agar lebih
mengetahui sejarah lokal dan dapat mencintainya serta akan lebih baik jika
dapat melestarikannya.
3. Melestarikan beberapa peninggalan sejaran di kota Perbaungan ini dapat
dilakukan misalnya dengan menjalankan pembangunan sesuai dengan
konsep penulis yaitu menjadikan kota Perbaungan sebagai kota wisata
sejarah yang bernilai edukasi demi memperkenalkan budaya lokal serta
meningkatkan pendapatan dalam bidang pariwisata.