SEJARAH KEJERUAN BESITANG PADA MASA KESULTANAN LANGKAT TAHUN 1830-1946.

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
FAKULTAS ILMU SOSIAL
JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH
Jl. Willem IskandarPsr V KotakPos NO. 1589 Medan 20221
Telp. (061) 6629573,63365 (Ext 65) 627549 Fax (061)6614002 - 6613319

LampiranBeritaAcara :
LEMBAR PERBAIKAN UJIAN MEMPERTAHANKAN SKRIPSI
Nama
NIM
Jurusan/Program Studi
JudulPenelitian

:
:
:
:

Reni Anggreini Lajira
3103121066

Sejarah/PendidikanSejarah
Sejarah Kejeruan Besitang Pada Masa Kesultanan Langkat Tahun
1830-1946

No

NamaDosen

1

Hlmn

Kesalahan/Kekurangan

Saran/Perbaikan

Dra. Flores Tanjung, MA

- Memperbaiki
penulisan point menjadi

uraian
- Memperbaiki point
pertama Rumusan
Masalah

2

Dra. Hafnita SD Lubis

- Memperbaiki kutipan
wawancara pada
pembahasan

3

Dra. Lukitaningsih, M. Hum

-

- Sudah

Memperbaiki
penulisan point
menjadi uraian
- Sudah
memperbaiki
point pertama
Rumusan Masalah
Sudah
memperbaiki
kutipan
wawancara pada
pembahasan
-

4

Dr.Phil. Ichwan Azhari, MS

-


-

Medan,

September 2014

DosenPembimbingSkripsi

Sekretaris Panitia Ujian
Mempertahankan Skripsi

Dr. Phil Ichwan Azhari, M.S
NIP. 19610116 198503 1 003

Dra.Lukitaningsih, M.Hum
NIP. 19640406 199003 2 003

Tanda
Tangan


ABSTRAK
RENI ANGGREINI LAJIRA, NIM 3103121066. Sejarah Kejeruan Besitang
Pada Masa Kesultanan Langkat Tahun 1830-1946.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana sejarah Kejeruan
Besitang pada masa Kesultanan Langkat tahun 1830-1946.
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode Heuristik. Maka
dengan ini peneliti menggunakan penelitian Studi Kepustakaan(Library research)
dan Studi lapangan(Field research), yaitu dengan mengumpulkan data-data yang
berhubungan dengan judul. Kemudian diambil materi yang berhubungan dari
berbagai perpustakaan yang sifatnya kualitatif, yaitu dengan melihat hubungan
yang terjadi antara variable-variabel yang diteliti, selain itu juga pengumpulan
data dapat diperoleh dari hasil wawancara langsung kepada narasumber serta
koresponden. Dan pengolahan datanya dengan cara induktif dan deduktif dalam
menarik kesimpulan.
Besitang pertama kali berada dibawah pengaruh kekuasaan Kesultanan
Langkat dengan sebutan Kejeruan Negeri Besitang yaitu pada tahun 1830.
Dimana pada awalnya Besitang adalah pusat kerajaan Aru yang telah hancur
dikarenakan peperangan yang terus-menerus dengan kerajaan Aceh. Besitang
adalah suatu wilayah kekuasaan yang didirikan oleh keturunan kerajaan Aru yang

masih hidup dan melarikan diri. Sebelum kejeruan Besitang berada dibawah
pengaruh kesultanan Langkat kejeruan Besitang berada dibawah pengaruh
Kerajaan Aceh. Pimpinan kejeruan disebut Kedatukan yang memimpin Besitang
secara turun-menurun hingga pada saat munculnya Revolusi Sosial kekuasaan
kerajaan-kerajaan di Sumatera Timur dihapuskan dan secara otomatis kejeruan
Besitangyang berada dibawah kekuasaan kesultanan Langkat pun mengakhiri
pemerintahannya.

i

KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr.Wb,
Pertama-tama saya sampaikan rasa syukur ke hadirat Allah S.W.T yang
Maha Pengasih lagi Maha Penyayang yang atas segala rahmat dan karunia–Nya
sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Skripsi ini merupakan salah satu
persyaratan bagi setiap mahasiswa yang akan menyelesaikan studinya di
Pendidikan Sejarah, Universitas Negeri Medan. Sehubungan dengan itu, disusun
skripsi yang berjudulkan “SEJARAH KEJERUAN BESITANG PADA MASA
KESULTANAN LANGKAT TAHUN 1830-1946”.
Dalam menyelesaikan skripsi ini penulis menemui hambatan dan rintangan

dikarenakan keterbatasan kemampuan penulis sendiri, meskipun penulis skripsi
masih memiliki kekurangan dan kelemahan, baik sistematia maupun penggunaan
bahasa nya. Namun berkat bimbingan, saran, dan kritik Dosen Pembimbing
Skripsi, bapak Dr. Phil Ichwan Azhari, M.S yang telah membibing, memberikan
masukan kepada penulis, sehingga akhirnya penulis dapat menyelesaikan
penyusunan skripsi ini.
Ucapan terima kasih perlu rasanya penulis ucapkan kepada semua pihak
yang terlibat dan memberikan bantuannya dalam menyelesaikan skripsi ini,
khususnya kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Ibnu Hajar Damanik, M.Si selaku Rektor Universitas
Negeri Medan.

ii

2. Bapak Dr. Restu, MS sebagai Dekan Fakultas Ilmu Sosial beserta seluruh
staf dan pegawai Fakultas Ilmu Sosial yang telah bekerja sama dan
membantu sehingga terselesaikannya skripsi ini
3. Ibu Dra. Lukitaningsih, M.Hum sebagai Ketua Jurusan Pendidikan
Sejarah, kepada Ibu Dra. Hafnita Sari Dewi Lubis, M.Pd sebagai
Sekretaris Jurusan Pendidikan Sejarah.

4. Bapak Dr. Phil Ichwan Azhari, M.S selaku Dosen Pembimbing Skripsi
yang telah memberikan saran, arahan, bimbingan, dan kritik dalam
penulisan skripsi, dan kepada Ibu Dra. Lukitaningsih, M.Hum selaku
Dosen Pembimbing Akademik yang telah memberikan arahan dan saran
dalam penyelesaian studi.
5. Ibu Dra. Flores Tanjung, MA dan Ibu Dra. Hafnita Sari Dewi Lubis, M.Pd
selaku Dosen Penguji Skripsi yang memberikan masukan dalam
penyelesaian skripsi.
6. Bapak/ibu dosen serta seluruh staf dan pegawai Fakultas Ilmu Sosial,
Universitas Negeri Medan atas kerja sama dan bantuan yang diberikan
kepada peneliti.
7. Seluruh keluarga besar Datuk Besitang yang telah bersedia memberikan
bantuan kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini.
8. Teristimewa kepada kedua orang tua penulis ayahanda tercinta Sahrul dan
ibunda tersayang Rahmaini L, ungkapan kasih sayang yang tak terbatas
karena sudah melahirkan, membesarkan, mendidik, serta pendukung biaya
penulis, semangat, pengorbanan, jerih payah, serta kasih sayang yang telah

iii


dicurahkan akan selalu disanjung dan dihargai untuk selamanya. Terima
kasih atas kasih sayang, dukungan, motivasi, serta doa yang telah
diberikan sehingga ananda dapat menyelesaikan studi di Universitas
Negeri Medan dengan memperoleh gelar Sarjana Pendidikan.
9. Kepada kedua abanghanda dan kedua adinda tercinta penulis Abdul Azis,
Muhammad Hasan Hanas S. Kom, Erni Mainisa dan Idayani Sahrini yang
memberi bantuan, dukungan dan menjadi penyemangat bagi penulis dan
semua anggota keluarga besar yang telah banyak memberikan bantuan
baik moril maupun materil sehingga penulis bisa menyelesaikan studinya
di Universitas Negeri Medan dengan meraih gelar Sarjana Pendidikan.
10. Buat sahabat-sahabat terkasihku Agure, Agus Salim, S.Pd, Rahmi Sri
Hanida, S.Pd, Ihsan Batubara, Citra Laoli, S.Pd, Yusfa Santi, S.Pd,
Aisyah, Rasyid Habibi, Mukrizal Lubis, Dekati Zega, Lastina S.D. Siregar,
S.Pd, Ramces F. Sihombing yang telah menemani hari-hari penulis selama
duduk di bangku perkuliahan dan seluruh rekan-rekan mahasiswa jurusan
Pendidikan Sejarah Universitas Negeri Medan khususnya kelas B Reguler
stambuk 2010 yang telah membantu penulis baik moril maupun materil
sehingga terselesaikannya skripsi ini.
11. Kepada Kepala Camat Kecamatan Besitang, Bpk. Nuriadi S.Sos beserta
staf.

12. Untuk sahabat penulis yang berada di Besitang turut membantu penulis
menyelesaikan tulisan ini Sri Yani, S. Pd.

iv

13. Kepada Bapak O. K. Sofyan dan Bapak Yusuf Chalid selaku narasumber
keturunan Datuk Besitang.
14. Kepada Penulis buku Bapak Sulaiman Zuhdi di Stabat yang telah banyak
memberikan informasi kepada Penulis
15. Kepada Saudara Penulis yang ikut membantu penyelesaian Uncu Rahmat
Karyadi dan Om Syahril.
Semoga bantuan dan jasa baik yang telah diberikan kepada penulis
mendapat balasan dari Allah S.W.T. Penulis telah berupaya dengan semaksimal
mungkin dalam penyelesaian skripsi ini, namun penulis menyadari masih banyak
kelemahan baik dari segi isi maupun tata bahasa, untuk itu penulis mengaharap
saran dan kritik yang bersifat membangun dari pembaca demi sempurna nya
skripsi ini. Kiranya skripsi ini bermanfaat bagi kita semuanya khususnya dalam
memperkaya khasanah ilmu pendidikan sejarah. Semoga Allah Tuhan Yang Maha
Esa senantiasa melimpahkan hidayah-Nya bagi kita semua. Amin.


Medan,

September 2014

Penulis,

Reni Anggreini Lajira
Nim. 3103121066

v

DAFTAR ISI
Abstrak………………………………………………………………………….i
Kata Pengantar……………………………………………………….………ii
Daftar Isi……………………………………………………….……………..vi
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………..1
A. Latar Belakang Masalah ………………………………………………1
B. Identifikasi Masalah…..……………………………………………….6
C. Pembatasan Masalah…..………………………………………………6
D. Rumusan Masalah……..………………………………………………7
E. Tujuan Penelitian………………………………………………………7
F. Manfaat Penelitian………………………………………….………….8
BAB II KAJIAN PUSTAKA……………………………………….…………9
A. Kajian Pustaka……….……………………………………….………..9
B. Kerangka Konseptual…………………………………..…………….10
1. Negara…………………………………………………………....10
2. Pemerintahan Tradisional…………………………………..…….11
3. Timbulnya Konflik………………………………………..……...14
C. Kerangka Berfikir………………………………………….…………16
BAB III METODOLOGI PENELITIAN…………………………………17
A. Metode Penelitian……………………………………………………..17

vi

B. Lokasi Penelitian ......................................................................................18
C. Sumber Data……………………………………………...…………...18
D. Teknik Pengumpulan Data …………………………………………..19
E. Teknik Analisis Data.................................................................................20
BAB IV PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
1. Kabupaten Langkat……………………………………..……20
1.1.Jumlah Penduduk Langkat……………………………….20
1.2.Jumlah Penduduk Dilihat Dari Segi Suku Dan Agama.….21
2. Kecamatan Besitang…………………………………………..22
2.1.Jumlah Penduduk Besitang……………………...…..…….24
2.2.Jumlah Penduduk Dilihat Dari Segi Suku……………..…..25
B. Gambaran Umum Kesultanan Langkat
1. Berdirinya Kesultanan Langkat Dan Perkembangannya...…26
2. Pembagian Wilayah Kesultanan Langkat…………………,..32
C. Sejarah Berdiri Dan Berkembangnya Kejeruan Besitang
1. Awal Mula Berdiri Kejeruan Besitang………………………..34
2. Perkembangan Kejeruan Besitang Pada Masa Kedatukan
Datuk H.O.K. A. Khalid (1910-1962)……………………,…..39
3. Perlawanan Terhadap Jepang…………………………...……41
3.1. Sekilas Masa Pendudukan Jepang (1942-1945)…...……41
3.2. Perlawanan Datuk Panglima Perang (H. O. K. Muhammad
Nurdin/Datuk Setia Bakti Besitang)……………………..42
vii

D. Hubungan Kejeruan Besitang Dengan Kesultanan Langkat…..…....44
E. Runtuhnya Kejeruan Besitang………………………………………..51
1. Faktor-Faktor Penyebab Runtuhnya Kejeruan Besitang..…..52
1.1.Faktor Internal……………………………………….…....52
1.2.Faktor Eksternal……………………………………..….....53
2. Dampak Dari Runtuhnya Kejeruan Besitang…………...…...57
F. Sisa-Sisa Peninggalan Kejeruan Besitang Dalam Upaya Pelestarian Secara
Lokal……………………………………………………………….…58
1. Bangunan Peninggalan Kejeruan Besitang……………..…..58
1.1. Lokasi Peninggalan Kejeruan Besitang…………………58
1.2. Deskripsi Peninggalan Kejeruan Besitang…………..…...61
2. Upaya Pelestarian Peninggalan Kejeruan Besitang………….65
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan………………………………………………………….72
B. Saran-Saran………………………………………………………….73
Bagan Awal Mula Kejeruan Besitang……………………………………..i
Bagan Silsilah Datuk Di Kedatukan Besitang……………………………..ii
Surat Keputusan Pengukuhan Pengetua Masyarakat Adat Kedatukan
Besitang………………………………………………………………………iii
Peta Langkat…………………………………………………………...…….v

viii

Peta Besitang…………………………………………………………………vi
Pedoman Wawancara………..………………………………………...……vii
Hasil Wawancara…………………………...……………………………….viii
Dokumentasi…………………………………………………………………xii
DAFTAR
PUSTAKA………………………………………………………………..xxviii

ix

DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Zainal. Subuh Kelabu Di Bukit Kubu. Kantor Pariwisata Dan Seni Budaya
Kabupaten
Langkat, 2002.
Arsip Keturunan Dan Keluarga Datuk Besitang. Lembaga Adat Datuk Aru Besitang,
2010.
Badudu, J. S. & Zain, M. Sutan. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Pustaka
Sinar
Harapan, 1996.
Basarshah, T. Luckman Sinar. Bangun Dan Runtuhnya Kerajaan Melayu di Sumatera
Timur.
Budiarjo, Miriam. Dasar-Dasar Ilmu Politik. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama,
2009.
Buku Pedoman Penulisan Skripsi dan Proposal Penelitian Mahasiswa Program Studi
Pendidikan Sejarah, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Medan.
Husin, Djohar Arifin. Sejarah Kesultanan Langkat. Yayasan Bangun Langkat Sejahtera,
2013.
J. Moleong, Lexy. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Rosda, 2010.
Kabupaten Langkat Dalam Angka 2012. Stabat: Badan Pusat Statistik Kabupaten
Langkat,
2012.

Kecamatan Besitang Dalam Angka 2012. Stabat: Badan Pusat Statistik Kabupaten
Langkat,
2012.
Mahmuddin, O.K. Kumpulan Arsip Sejarah Besitang.
Sekretariat Jenderal MPR RI. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945. Jakarta.
Sjamsuddin, Helius. Metodologi Sejarah. Ombak, 2012.
Zuhdi, Sulaiman. Langkat Dalam Kilatan Selintas Jejak Sejarah Dan Peradaban. 2013.

Sumber Internet :
http//:www.kud-bumibertuah.com, 2014.
http//:www.Sistem+Pemerintahan+tradisional+di+Jepang.go.id, 2009.
http//:www.indonesia-tourism.com/north-sumatera/map.html

Imaduddin, Iim, 2009, Peninggalan Sejarah dan Kesadaran Sejarah, Makalah
disampaikan dalam Sinkronisasi dan Program Kebudayaan yang diselenggarakan
Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional (BPNST) Bandung pada tanggal 18
April 2009, Bandung : Balai Pelestrian Sejarah dan Nilai Tradisional (diakses via
internet http:bpnst-bandung.blogspot.com/2010/01/peninggalan sejarag-pelestariandan.html

Wirawan, Kadek, 2009, Pelstarian Peninggalan Sejarah dan Purbakala, Artikel dalam
Blog Balai Pelestarian Peninggalan Purba Bali, via
http://purbakalabali.com/index.php?option=com.contentview=article.id
=139:pelestarian-peninggalan-sejarah-dan-purbakala.catid=59:infokegiatan
itemid=86

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Langkat adalah salah satu Kabupaten yang berada di Provinsi Sumatera
Utara. Letaknya di barat provinsi Sumatera Utara, berbatasan dengan provinsi
Aceh. Sebelah Utara berbatas dengan selat Malaka dan provinsi Nangroe Aceh
Darussalam, sebelah Selatan berbatas dengan Dati II Karo, sebelah timur berbatas
dengan Dati II Deli Serdang dan sebelah barat berbatas dengan Provinsi Nangroe
Aceh Darussalam1. Kesultanan Langkat merupakan kerajaan yang pernah ada dan
memerintah di wilayah Kabupaten Langkat, Sumatera Utara sekarang. Kesultanan
Langkat menjadi makmur karena dibukanya perkebunan karet dan ditemukannya
cadangan minyak di Pangkalan Brandan. Teromba Kesultanan Langkat
menyatakan bahwa nama leluhur dinasti Langkat yang paling awal adalah Dewa
Syahdan. Diperkirakan masa kekuasaannya tahun 1500 sampai 1580. Menurut
teromba Langkat, Dewa Syahdan datang dari arah pantai yang berbatas dengan
kerajaan Aceh. Ia menjadi anak beru dari Sibayak Kota Buluh di Tanah Karo.
Kemudian ia dikenal dengan gelar Sibayak Si Pintar Ukum oleh orang-orang
Karo, menurut pihak Karo ia marga Perangin-angin Kuta Buluh2. Ia mempunyai
regalia rantai emas buatan Aceh dan kain buatan Minangkabau. Tiada berapa lama
kemudian, ia turun ke Deli Tua lalu ia pindah ke Guri atau Buluh Cina sekarang.

1

“Sejarah Kesultanan Langkat”, hal 2 oleh Djohar Arifin Husin.

2

Lihat Husin (2002 : 7).

1

Wilayah Langkat merupakan wilayah kesultanan. Pada masa pemerintahan
Belanda, Kabupaten Langkat masih berstatus keresidenan dan kesultanan
(kerajaan)

dengan

pimpinan

pemerintahan

yang

disebut

Residen

dan

berkedudukan di Binjai dengan Residennya Morry Agesten. Residen mempunyai
wewenang mendampingi Sultan Langkat di bidang orang-orang asing saja
sedangkan bagi orang-orang asli (pribumi) berada di tangan pemerintahan
kesultanan Langkat3. Kemudian Kerajaan Langkat diperbaharui dan dinyatakan
juga bahwa Langkat didirikan oleh Raja Kahar dan berpusat di Kota Dalam, yang
terletak antara Stabat dengan Kp. Inai kira-kira pertengahan abad ke-184. Sistem
pemerintahannya bersifat tradisional.
Besitang yang posisinya berada di ujung provinsi Sumatera Utara ini,
ternyata memiliki kisah sejarah yang menarik. Besitang dahulu adalah wilayah
yang ketika terjadi perebutan kekuasaan antara Kesultanan Langkat dan
kesultanan Aceh sebagai tempat batas wilayah antara keduanya. Wilayah ini lebih
dikenal dengan Langkat Tamiang dan berbatasan langsung dengan Aceh Tamiang
yang masyarakatnya masih kental dengan adat Melayu nya, mayoritas agama
beragama Islam.
Kawasan Besitang juga menjadi kejeruan yang berada dalam lingkup
kerajaan Langkat. Besitang yang dipimpin oleh datuk ini juga kerap sekali terjadi

Lihat di “Kabupaten Langkat Dalam Angka 2012” dalam “Sejarah Ringkas Pemerintahan
Kabupaten Langkat”, Badan Pusat Statistik Kabupaten Langkat.

3

4

“Langkat Dalam Kilatan Selintas Jejak Sejarah Dan Peradaban”, hal 42 oleh Sulaiman Zuhdi.
Lihat juga di “Bangun Dan Runtuhnya Kerajaan Melayu Di Sumatera Timur” hal 100, T.
Luckman Sinar, SH.

2

konflik antar datuk maupun pemimpin-peminpin yang ada didalam satu luhak.
Kejeruan ini memiliki kawasan sampai ke Salahaji, desa di kecamatan Pematang
Jaya kini (Kabupaten Langkat). Besitang kemudian dikenal sangat setia pada
kerajaan Langkat.5 Ia sering menjadi palang pintu bagi pihak lain yang ingin
melakukan penyerbuan kepada kerajaan Langkat, seperti serangan dari Gayo dan
Alas.
Pada masa kesultanan Langkat, Besitang adalah salah satu kejeruan
dibawah pimpinan Sultan Langkat yang sebeumnya telah melepaskan diri dari
kesultanan Aceh. Ada tiga bagian pemerintahan Kesultanan Langkat yaitu Luhak
Langkat Hulu (T. Pangeran Adil), Luhak Langkat Hilir (T. Pangeran
Ahmad),Luhak Teluk Haru (Pangeran Tumenggung)6. Sebelum Besitang menjadi
sebuah kecamatan di Kabupaten Langkat, Besitang adalah salah satu kejeruan
dibawah

kesultanan

Langkat

dibawah

pimpinan

Sultan

Haji

Musa

Almahadamsyah (1865-1892) dan yang kedua Sultan Tengku Abdul Aziz Abdul
Jalik Rakhmatsyah (1893-1927) hingga Sultan Mahud (1927-1945)7.
Pada masa pemerintahan Raja Ahmad (Raja Langkat ke-5 1818-1840),
daerah Besitang adalah suatu daerah yang terus menerus menjadi ajang
pertempuran antara Aceh dan Aru/Langkat sehingga daerah ini banyak didiami
oleh orang-orang Gayo, Alas, Melayu dari Sumatera Timur dan Johor dan tercatat

5

6

7

Lihat di “Subuh Kelabu di Bukit Kubu”, hal 7-8 oleh Zainal Arifin AKA.
“Kabupaten Langkat Dalam Angka 2012” dalam “Sejarah Ringkas Pemerintahan Kabupaten
Langkat” oleh Badan Pusat Statistik Kabupaten Langkat. Lihat juga di “Sejarah Kesultanan
Langkat”, hal 5-6 oleh Djohar Arifin Husin.
Badan Pusat Statistik Kabupaten Langkat (2012)

3

Besitang adalah termasuk yang membantu Langkat dalam pertempurannya
terhadap Stabat.
Pada tahun 1854-1865, Langkat berada dibawah kedaulatan kerajaan
Aceh. Di tahun 1865-1942 Langkat dibawah tekanan dan bayang-bayang kolonial
Belanda yang mana pada masa kerajaan Aru, Besitang merupakan pentas politik
dalam dunia pertempuran dan perebutan kekuasaan dari Kerajaan Aceh.
Sepeninggalan Raja Aru, oleh turunannya yang masih tinggal di Besitang
mendirikan sebuah kerajaan kecil yang bernama Kedatuan Besitang dibawah
naungan Kesultanan Langkat8. Menurut terombo Besitang, dari mulai kerajaan
Aru di Besitang sampai kepada Datuk Besitang diawali dari Sultan Hood, hingga
Besitang menjadi Kejeruan Nirih Pasye dipimpin oleh Datuk Ibrahim9. Pada
awalnya Kecamatan Besitang berada di Sekundur Hulu sungai Besitang yang
merupakan pusat Kerajaan Aru yang dipimpin seorang Sultan yang bernama
Abdullah Hood. Kemudian sekitar 1680 M, Kesultanan Aru dihapuskan oleh
Kesultanan Aceh yang bernama Sultan Muhammad Rughayatsyaah, menjadi
Kesultanan Besitang. Pada 1750 kesultanan dihapuskan menjadi kedatukan
(kejeruan) yang tunduk pada Kerajaan Aceh sampai tahun 1830. Dari tahun 1830
sampai 1946, melepaskan diri dari Aceh dan tunduk pada Kesultanan Langkat.10.
Dalam catatan sejarah, mengisahkan bahwa kesetiaan Besitang yang bertuankan
Kerajaan Langkat ini dibuktikan dengan berbagai kejadian diantaranya ketika
8

“Lihat Arifin (2002 : 5).

9

Arifin (2002 : 6).

10

Lihat Zuhdi (2013 : 52).

4

kerajaan Langkat mendapat serangan dari Gayo dan Alas maka peranan Besitang
sebagai penentu dan perisai disebabkan Besitang merupakan daerah perbatasan11
dan masih banyak lagi kesetiaan Besitang terhadap Kerajaan Langkat.
Kemudian pada tahun 1946 terjadi Revolusi Sosial di Sumatera Timur,
sehingga mengakibatkan berakhirnya kekuasaan kerajaan-kerajaan yang ada di
Sumatera Timur termasuk Kejeruan Besitang yang pada saat itu dibawah
pemerintahan H. OK. M. Khalid yang merupakan kerajaan kecil dibawah
kekuasaan Kesultanan Langkat. Masih ada beberapa peninggalan dari kejeruan ini
walaupun sudah kebanyakan dihancurkan. Salah satu peninggalan sejarahnya
adalah salah satu kelurahan yang bernama Kampung Lama bersemayam makam
seorang Datuk yang menjadi saksi sejarah seorang pejuang kemerdekaan yang
menentang penjajahan Belanda. Penelitian ini berada didaerah Kabupaten Langkat
tepatnya di daerah Kelurahan Kampung Lama, Kecamatan Besitang.
Berdasarkan uraian singkat diatas, peneliti akan mengadakan penelitian
untuk mengetahui sejauh mana pengaruh Kejeruan Besitang terhadap Kesultanan
Langkat dan mendeskripsikan Kejeruan Besitang itu sendiri dengan judul
penelitian : “Sejarah Kejeruan Besitang Pada Masa Kesultanan Langkat Tahun
1830 sampai 1946.”

11

Arifin (2002 : 7).

5

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, beberapa masalah yang dapat di
identifikasi diantaranya adalah :
1. Sejarah berdiri dan berkembangnya Kejeruan Besitang.
2. Untuk mengetahui hubungan antara Kejeruan Besitang dengan
Kesultanan Langkat.
3. Faktor-faktor yang menyebabkan runtuhnya Kejeruan Besitang.
4. Peninggalan-peninggalan Kejeruan Besitang yang masih ada hingga
saat ini.
C. Pembatasan Masalah
Dari identifikasi masalah yang ada dimana banyak sekali faktor yang
berhubungan dengan masalah yang dikaji, dan terbatasnya waktu, biaya dan
tenaga peneliti serta analisis yang dikuasai maka peneliti membatasi permasalahan
dalam penelitian ini agar lebih terarah dan terfokus.
Oleh karena itu penelitian dibatasi berdasarkan identifikasi masalah yaitu
“Sejarah Besitang Pada Masa Kesultanan Langkat Tahun 1830-1946.”
D. Rumusan Masalah
1. Bagaimana latar belakang berdiri dan berkembangnya Kejeruan
Besitang?

6

2. Apakah hubungan antara Kejeruan Besitang dengan Kesultanan
Langkat?
3. Apa saja faktor yang menyebabkan runtuhnya Kejeruan Besitang?
4. Apa saja bukti-bukti peninggalan Kejeruan Langkat yang masih ada
hingga kini?
E. Tujuan Penelitian
Pada dasarnya penelitian ini bertujuan untuk :
1. Mengetahui latar belakang berdiri dan berkembangnya Kejeruan
Besitang.
2. Untuk mengetahui hubungan antara Kejeruan Besitang dengan
Kesultanan Langkat.
3. Mengetah ui faktor penyebab runtuhnya Kejeruan Besitang.
4. Mengetahui bukti-bukti peninggalan Kejeruan Besitang yang masih
ada hingga kini.
F. Manfaat Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Untuk menambah dan memperluas wawasan bagi peneliti dan
pembaca mengenai sejarah Besitang.

7

2. Menambah sumber kajian mahasiswa Pendidikan Sejarah tentang
Sejarah Lokal.
3. Sebagai bahan informasi bagi peneliti lain yang bermaksud
mengadakan penelitian lebih lanjut tentang sejarah Besitang dalam
bidang lainnya.
4. Sebagai sumber belajar sejarah dan bahan informasi kepada
masyarakat Besitang.
5. Memberikan wawasan kepada peneliti tentang penulisan sebuah karya
tulis ilmiah.

8

BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Sejak tahun 1830 Kejeruan Besitang berada pada pengaruh kekuasaan
Kesultanan Langkat. Pada pemerintahan Datuk O. K. M. Chalid
banyak peperangan yang terjadi kembali antara Kerajaan Langkat dan
Kerajaan Aceh. Datuk-datuk yang pernah memimpin Kejeruan
Besitang selalu setia membantu Kesultanan Langkat
2. Alasan peperangan dari pihak Kerajaan Langkat yang tergabung dalam
pengaruh Belanda yaitu Belanda ingin melebarkan pengaruhnya
sampai ke Aceh namun tidak terlaksana. Wakil Kepala Negeri
Kejeruan Besitang yaitu Datuk O. K. Muhammad Nurdin dikenal
karena memerangi Jepang setelah Belanda sudah bertekuk lutut
terhadap Jepang.
3. Penyebab runtuhnya Kejeruan Besitang dikarenakan faktor eksternal
yaitu Revolusi Sosial. Revolusi sosial muncul dan kerajaan-kerajaan di
Sumatera Timur dihapuskan termasuk Kejeruan Besitang yang berada
dibawah pengaruh kekuasaan Kesultanan Langkat.
4. Bukti-bukti peninggalan tanah lokasi istana (istananya sudah tidak
ada), tanah TNGL (sekarang milik pemerintah) makam-makam datuk,
masjid, gobah datuk, markas jepang (loket stasiun KA) serta tanah
wakaf yang sudah dijadikan sekolah-sekolah oleh para keturunan.
Tidak semua peninggalan ini diperhatikan oleh masyarakat setempat,
72

keturunan maupun

pemerintahan setempat walaupun sekarang ini

sudah banyak usaha-usaha dari para keturunannya untuk memperbaiki
dan merawat peninggalan tersebut.

B. Saran-Saran
Kecamatan Besitang yang merupakan bagian dari Kabupaten Langkat
adalah bagian dari bumi melayu sangat menjunjung tinggi budaya melayunya,
akan tetapi bukan hanya orang-orang suku melayu yang menempati wilayah ini
walaupun mayoritas melayu. Oleh karena itu, untuk membangun pengetahuan
mengenai sejarah tempat yang ditinggali masyarakat saat ini baik suku melayu,
jawa, batak toba, batak karo, dan semua suku yang menempati wilayah ini
hendaknya menjaga, memelihara, melestarikan serta suatu saat khususnya di
Besitang yang bertempat di Kelurahan kampung Lama ini bisa menjadi obyek
wisata sejarah bagi semua kalangan, penulis menghimbau :
1. Kepada masyarakat Melayu dan seluruh keluarga besar Datuk
Besitang, kepedulian terhadap sejarah Besitang ini serta peninggalanpeninggalannya faktanya kurang diminati. Jika semakin lama hal ini
dibiarkan maka semakin hilang pengetahuan anak cucu dari keturunan
Datuk Besitang itu sendiri.hendaklah memperkuat silaturahmi dan
mulai mencari pengetahuan untuk mengembangkan obyek sejarah di
Besitang mengenai sejarah pendahulunya yang pernah memimpin
Kejeruan Besitang pada masanya saat itu, dengan menjaga,
memelihara dan mengembangkan sehingga menjadi obyek wisata
73

sejarah bagi perkembangan kecamatan Besitang untuk semua kalangan
sehingga keturunan-keturunannya dapat menngingatnya dan dikenang
sampai kapanpun.
2. Kepada seluruh masyarakat Besitang selain suku melayu dan bukan
keturunan Datuk Besitang, harus bisa lebih menghargai sejarah
Besitang dan peninggalan-peninggalannya juga dengan membantu
memelihara dan ikut berpartisipasi dalam perkembangan sejarah
tempat yang mereka tinggali dengan perbedaan suku yang ada tidak
menghalangi para masyarakat Besitang untuk menyalurkan idenya bagi
perkembangan daerahnya khususnya pada sejarahnya.

74