BAGAIMANA TINGKAT KESALEHAN SOSIAL BANGSA INDONESIA1

BAGAIMANA TINGKAT KESALEHAN SOSIAL KITA?1
Oleh
Mashadi Said2
Abstrak
Agama adalah way of life. Ia mencakup seluruh aspek kehidupan manusia,
baik pada tataran materiil maupun spiritual. Agama diturunkan untuk
mengatur kehidupan manusia agar hidupnya dapat bermakna. Agama
mengatur hubungannya dengan sang Pencipta dan hubungannya dengan
sesama manusia dan makhluk lainnya (beriman dan beramal saleh).
Namun, kenyataannya umat Islam sering hanya lebih mementingkan ibadah
ritual, tetapi lalai melakukan ibadah dalam hubungannya dengan sesama
manusia dan makhluk hidup lainnya, yaitu ibadah yang bersifat sosial.
Cukup banyak yang menyempitkan makna ibadah, yaitu hanya yang
bersifat ritual semata, seperti syahadat, salat, puasa, zakat fitrah, dan haji
yang bersifat individual. Sedangkan, dalam hal-hal yang berkaitan dengan
kehidupan sosial, seperti kehidupan politik, ekonomi, pendidikan,
kesehatan, dsb. sering dianggap bukan urusan agama. Akibatnya, kita gagal
membumikan agama Islam dalam kehidupan sehari-hari. Kita akui bahwa
al-Qura’n dan al-Hadis adalah pedoman yang harus diikuti dalam
kehidupan sehari-hari, tetapi mungkin umat Islam masih gagal
membumikannya dalam berbagai aspek kehidupan. Dalam praktik

kenegeraan, umumnya negara-negara yang penduduknya mayoritas
beragama Islam justru tidak menjalankan islam sebagaimana ditunjukkan
dalam al-Quran dan al-Hadis. Tentu kenyataan ini SANGAT
DISAYANGKAN! Makalah ini berusaha menyelisik sejauhmana tingkat
kesalehan sosial kita dibandingkan dengan kesalehan individual kita.
Kata Kunci: Kesalehan individual, kesalehan dosial, iman, amal saleh

PENDAHULUAN
Pada tahun 2010, kita dikejutkan oleh hasil penelitian Profesor Scheherazade S
Rehman dan Profesor Hossein Askari 3. Mereka melakukan sebuah studi unik yang
1 Disajikan pada Silaturrahmi Akbar Kerukunan Keluarga Sulawesi Selatan (KKSS) pada tanggal 26 Juni 2016 di
Balai Sudirman, Jakarta
2 Mashadi Said adalah Guru Besar Pendidikan Bahasa, Universitas Azzahra & Ketua Bidang Kerohanian dan
Pengembangan Karakter BPP KKSS. No. Kontak: 08128230874.
3 Guru besar politik dan bisnis internasional di Universitas George Washington, AS

1|Page

dipublikasikan dengan judul: How Islamic are Islamic Countries dalam Global
Economy Journal4. Pertanyaan dasarnya adalah seberapa besar ajaran Islam dipahami

dan memengaruhi perilaku masyarakat Muslim dalam kehidupan bernegara dan
sosial? Ajaran dasar Islam yang dijadikan indikator diambil dari al-Quran dan alHadis sebanyak 113 variabel, dikelompokkan menjadi lima aspek. Pertama, ajaran
Islam mengenai hubungan seseorang dengan Tuhan dan hubungan sesama manusia.
Kedua, sistem ekonomi dan prinsip keadilan dalam politik serta kehidupan sosial.
Ketiga, sistem perundang-undangan dan pemerintahan. Keempat, hak asasi manusia
dan hak politik. Kelima, ajaran Islam berkaitan dengan hubungan internasional dan
masyarakat non-Muslim.
Hasil penelitian Rehman dan Askari yang meliputi 208 negara itu ternyata
sangat mengejutkan umat islam karena tak satu pun negara Islam menduduki
peringkat 10 besar sebagai negara paling islami. Dari studi itu, mereka menyimpulkan
bahwa negara paling islami adalah Selandia Baru. Peringkat ke-2 sampai ke-10 adalah
Luksemburg, Irlandia, Islandia, Finlandia, Denmark, Kanada, Inggris, Australia, dan
Belanda.
Lalu, bagaimana dengan negara-negara yang penduduknya mayoritas Islam?
Malaysia menempati peringkat ke-38, Kuwait ke-48, Bahrain ke-64, Brunei ke-65,
Uni Emirat ke-66, Turki ke-103,

Arab Saudi ke-131, Indononesia ke-140, dan

Somalia ke-206. Negara yang menempati urutan terakhir adalah Mayotte, yaitu urutan

ke-208. Mereka menemukan bahwa ajaran Islam seperti yang termaktub dalam alQur’an dan al-Hadis tidak diterapkan di negara-negara Islam sebagaimana dituntut
dalam al-Qur’an dan al-Hadis:
Our very preliminary results show that Islamic countries are not as Islamic in
their practice as one might expect; instead it appears that the most developed
countries tend to place higher on our preliminary Islamicity Index5.
(Hasil awal penelitian kami menunjukkan bahwa negara-negara Islam tidak
seislami dalam praktik mereka dengan yang sesungguhnya diharapkan; justru
praktik islami tampak pada negara-negara maju yang cenderung menempati
urutan lebih tinggi pada Indeks Keislaman awal kami).
4 Berkeley Electronic Press, 2010.
5 Rehman dan Askari. 2010. How Islamic are Islamic Countries?, Global Economy Journal. Volume 10, Issu 2,
article 2.

2|Page

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ajaran islam seperti penghargaan hak
asasi manusia, keadilan sosial dan ekonomi, kerja keras, kesamaan kesempatan bagi
semua untuk berkembang, bebas dari korupsi, bebas dari pemborosan dan penimbunan
harta benda, praktik bisnis yang bersih, pasar yang berfungsi baik, kekuasaan politik
yang terlegitimasi, yang seharusnya dapat menghasilkan kemajuan ekonomi tidak

dipraktikkan secara nyata di negara-negara yang berlabel Islam.
… it is our belief that most self-declared and labeled Islamic countries are not
conducting their affairs in accordance with Islamic teachings – at least when it
comes to economic, financial, political, legal, social and government policies6.
(Kami yakin bahwa sebagian besar negara yang mengklaim dirinya sebagai
negara Islam tidak menjalankan urusan kehidupan mereka sesuai dengan ajaran
Islam, setidaknya ketika menyangkut kebijakan ekonomi, keuangan, politik,
hukum, sosial, dan pemerintahan).
Hasil penelitian Rehman dan Askari adalah menyangkut ‘kesalehan sosial’
yang mana negara-negara Islam tidak mempraktikkannya dengan baik. Hasil
penelitian di atas menunjukkan bahwa praktik kehidupan islami secara sosial perlu
mendapat perhatian yang sangat serius di samping praktik keislaman yang bersifat
ritual. Saya kira hasil penelitian itu perlu dijadikan sebagai tantangan bagi kita,
khsusunya umat Islam. Contoh perilaku sosial di Indonesia yang sangat jauh dari
ajaran Islam adalah maraknya korupsi, sistem ekonomi dengan bunga tinggi, kekayaan
tidak merata, persamaan hak bagi setiap warga negara untuk memperoleh pelayanan
negara dan untuk berkembang, serta banyak aset sosial yang mubazir. Apa yang
dikecam ajaran Islam itu ternyata lebih mudah ditemukan di masyarakat Muslim
ketimbang negara-negara Barat7.
KESALEHAN INDIVIDUAL DAN SOSIAL

Kesalehan individual disebut juga sebagai ‘kesalehan ritual’. Mengapa? Karena
lebih mementingkan pelaksanaan ibadah ritual, seperti shalat, puasa, zakat, haji,
bertafakkur, dan sejenisnya. Kesalehan individual hanya mementingkan ibadah yang
semata-mata berhubungan dengan Tuhan, sebagai Pencipta dan diri sendiri, sebagai
6 Rehman dan Askari. 2010. How Islamic are Islamic Countries?, Global Economy Journal. Volume 10, Issu 2,
article 2.
7 https://moeflich.wordpress.com diakses pada tanggal 25 Juni 2016.

3|Page

hamba. Pada saat yang sama, individu tersebut tidak memiliki kepekaan sosial dan
kurang menerapkan nilai-nilai islami dalam kehidupan bermasyarakat. Kesalehan
jenis ini tidak mementingkan hubungan dengan sesama manusia dan alam semesta,
tetapi ditentukan berdasarkan ukuran serba formal, yaitu hubungan antara individu
dengan Allah8.
Kesalehan Sosial menunjuk pada perilaku orang-orang yang sangat peduli
dengan nilai-nilai islami yang bersifat sosial 9. Misalnya, menepati janji, disiplin,
menghargai waktu, bekerja dengan baik,

pelayanan terhadap fakir miskin,


tanggungjawab atas pekerjaan yang diemban, bersikap santun kepada orang lain, suka
menolong, sangat peduli terhadap masalah ummat, memperhatikan dan menghargai
hak sesama, mampu berpikir berdasarkan perspektif orang lain, mampu berempati,
taat pada aturan yang telah disepakati, menjalankan praktik pendidikan yang baik,
menjalankan praktik pemerintahan yang baik, layanan kesehatan oleh petugas
kesehatan yang baik, memperhatikan dan menghargai hak-hak orang lain (tidak
korup), suka menolong, senang berbagi, sangat peduli terhadap masalah-masalah
ummat, adil dalam mengambil tindakan, memberikan gaji yang layak, gemar berbuat
kebajikan, serta berbagai praktik kehidupan sehari-hari yang mencerminkan nilai-nilai
islam sebagaimana diuraikan secara tegas dalam al-Quran dan al-Hadis, sehingga
umat merasa nyaman, tenang, dan damai. Rasulullah bersabda: ‘sebaik-baik manusia
adalah yang bermanfaat bagi sesama’10.
Dalam al-Qur'an, Allah berkali-kali mengatakan bahwa calon penghuni surga
adalah mereka yang beriman dan beramal saleh. Ini artinya, praktik agama yang
bersifat ritual (individual) tidaklah cukup untuk mengantarkan seseorang menjadi
penghuni surga firdaus; masih diperlukan ‘amal shaleh’, yang bersifat sosial, yaitu
segala perbuatan yang berguna bagi pribadi, keluarga, kelompok, dan manusia
secara keseluruhan11.
Muhammad Rasyid Ridha12, berkata: “Orang Islam mundur karena

meninggalkan ajarannya; Orang Barat maju karena meninggalkan ajarannya”.
8 Helmiati. 2015. http://uin-suska.ac.id. Diakses pada tanggal 25 Juni 2016.
9 Helmiati. 2015. http://uin-suska.ac.id. Diakses pada tanggal 25 Juni 2016.
10 HR. Thabrani dan Daruquthni.
11 M. Quraish Shihab, 2002. Tafsir al-Mishbah, Volume 15, hal. 500, Jakarta Penerbit Lentera Hati
12 Ulama Mesir asal Suriah hidup antara tahun 1865-1935.

4|Page

Ungkapan Muhammad Rasyid Ridha tersebut tentu tidak ditujukan pada ibadah ritual,
seperti salat, puasa, zakat, dan haji, tetapi yang dimaksudkan adalah ibadah yang
bersifat sosial atau kesalehan sosial. Ibadah yang berkaitan dengan praktik kehidupan
sehari-hari, dalam praktik pemerintahan, politik, hukum, ekonomi, pendidikan, dan
berbagai perilaku sosial lainnya.
Mengapa orang Islam mundur, sementara umat lainnya maju? Jawabannya
adalah karena orang Islam meninggalkan ajaran utamanya, yaitu iqra’. Iqra’
mencakup usaha untuk memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi serta seni
(IPTEKS). Allah berfirman: “Allah akan meninggikan derajat orang-orang yang
beriman di antaramu dan orang-orang yang berilmu pengetahuan”13.
Lima ayat yang paling pertama diturunkan Allah kepada Nabi Muhammad

SAW dimulai dengan anjuran iqra’. Ayat ini menekankan pentingnya melakukan
pengkajian, peenelaahan, dan penelitian14. Perintah Iqra’ dalam ayat ini mencakup
‘telaah terhadap alam raya, masyarakat dan diri sendiri, serta bacaan tertulis, baik suci
maupun tidak’15.
Praktik membaca al-Qur’an, misalnya, tetapi tidak memahami dan tidak
menerapkan nilai-nilai yang terkandung dalam al-Qur’an tidaklah cukup. Al-Qur’an
adalah petunjuk bagi manusia. Allah berfirman: Bulan Ramadhan, bulan yang di
dalamnya diturunkan al-Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasanpenjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil) 16.
Oleh karena itu, al-Qur’an harus dipahami. Bagaimana mungkin bisa sebagai petunjuk
kalau tidak dipahami. Ini tantangan. Mari kita mendorong umat, tidak hanya
melafalkan al-Qur’an dengan fasih dan benar, tetapi diresapkan maknanya dan
diterapkan ajarannya.
Sebagai contoh, salah satu ajaran al-Qur’an yang diterapkan di Barat adalah
perintah menyusukan anak selama dua tahun. 17. Seorang teman18 yang pernah tinggal
di Jerman selama sembilan tahun menuturkan bahwa pemerintah Jerman memberikan
13 QS: Al-Mujaadilah, ayat 11.
14 M. Quraish Shihab, 2002. Tafsir al-Mishbah, Volume 15, hal. 392-393, Jakarta Penerbit Lentera Hati
15 M. Quraish Shihab, 2002. Tafsir al-Mishbah, Volume 15, hal. 393, Jakarta Penerbit Lentera Hati
16 QS. Al Baqarah, 185.
17 QS. Al Baqarah, 233.

18 Dr.-Ing Farid Thalib, menempuh pendidikan magister dan doktor di Jerman (1990-1999).

5|Page

hak cuti kepada wanita yang melahirkan untuk menyusukan anaknya selama dua
tahun. Pemerintah memberi biaya hidup kepada wanita yang melahirkan itu. Selain
biaya untuk ibunya, sang anak juga memperoleh biaya untuk hidupnya. Kalau luas
rumah orang tuanya tidak memenuhi syarat karena bertambahnya satu penghuni
rumah, maka pemerintah memberi uang sewa rumah yang lebih besar guna
memperoleh rumah yang lebih layak sesuai dengan jumlah penghuninya. Bagaimana
dengan Indonesia?
Selanjutnya, Allah berfirman“Dan bacalah al- Quran itu dengan tartil 19”.
Tartil bermakna perlahan-lahan dan tidak tergesa-gesa; di antaranya bermakna
memperhatikan, memahami, dan menghayati pesan-pesan yang dikandungnya.
“Ibnu Katsir berkata, “Bacalah dengan perlahan-lahan, karena hal itu akan
membantu untuk memahami Al-Qur’an dan men-tadabburi-nya. Dengan cara
seperti itulah Rasulullah membaca Al-Qur’an. Aisyah berkata, “Beliau
membaca Al-Qur’an dengan tartil sehingga seolah-olah menjadi surat yang
paling panjang.” Beliau senantiasa memutus-mutus bacaannya ayat demi
ayat”20.

Umat Islam tidak boleh terjebak dengan ibadah ritual semata, tetapi harus
mampu menerapkan ajaran al-Quran dan al-Hadis dalam berbagai aspek kehidupan
sehari-hari. Kalau saja yang dijadikan indikator penelitian Rehman dan Askari
ditekankan pada aspek ritual-individual, sangat diyakini Indonesia, termasuk negaranegara Islam lainnya akan menduduki peringkat sepuluh pertama menggeser Selandia
Baru dan negara-negara lainnya. Mengapa? Misalnya, jumlah orang Indonesia yang
menunaikan ibadah umrah dan haji setiap tahun meningkat luar biasa tajam.
Kementerian Agama RI mencatat bahwa jumlah orang dari Indonesia menunaikan
ibadah umrah setiap hari sebanyak 195 orang21.
Selama bulan Ramadhan masjid penuh dan pengajian semarak di mana-mana.
Tidak kurang dari 20 stasiun televisi di Indonesia setiap hari pasti menyiarkan dakwah
agama Islam. Terlebih lagi selama bulan Ramadhan, hotel pun diramaikan oleh tarwih
bersama. Ditambah lagi ormas dan parpol Islam terus bermunculan. Namun,
pertanyaan yang kemudian dimunculkan oleh Rehman dan Askari bukan semarak
19 QS. Al-Muzammil: 4.
20 http://belajarislam.com. diakses tanggal 25 Juni 2016
21http:// Kemenag.go.id diakses tanggal 25 Juni 2016

6|Page

ritual, melainkan sejauh mana ajaran Islam itu membentuk ‘kesalehan sosial’

berdasarkan ajaran al-Quran dan al-Hadis22.
PENUTUP
Dalam Islam, kedua bentuk kesalehan itu (kesalehan individual dan kesalehan
sosial) merupakan suatu keharusan yang tak bisa ditawar-tawar. Keduanya harus
dimiliki seorang Muslim, agar menjadi muslim yang kaffah. Allah berfirman: Hai
orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam secara kaffah, dan
janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh
yang nyata bagimu23.
Misi Rasulullah Muhammad SAW adalah membangun peradaban yang
memiliki tiga pilar utama: keilmuan, ketakwaan, dan akhlak mulia, yaitu integritas.
Masalah integritas inilah menurut Rehman dan Askari mengalami krisis di dunia
Islam. Mari kita melakukan kebaikan yang memberi manfaat kepada sesama sekecil
apa pun bentuknya. “siapa saja melakukan kebaikan sekecil apa pun akan mendapat
balasan.24 Rasulullah bersabda: “Islam itu tinggi dan tidak ada yang lebih tinggi
darinya25. Ini tidak diragukan lagi, tetapi pemeluknyalah yang bersalah. “Kekalahan
itu karena kesalahan Anda sendiri26. Karena itu, sekali lagi, mari kita menjadi muslim
yang kaffah, yaitu menjadi muslim yang saleh, baik secara individual maupun secara
sosial. Orang-orang yang beruntung di dunia dan di akhirat kelak adalah ‘orang yang
beriman dan beramal saleh’.
Wabillahi taufik walhidayah, Wassalamu Alaikum Wr. Wb.

22 https://moeflich.wordpress.com. Diakses tanggal 25 Juni 2016.
23 QS al-Baqarah: 208-209.
24 QS al-Zalzalah: 7
25 Hadis Hasan riwayat ar-Rawiyani, ad-Daraquthni, alBaihaqi, ad-Dhiya.
26 QS Ali Imran:165

7|Page