Kesalehan Sosial Dalam Film Penjuru 5 Santri

(1)

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi untuk memenuhi persyaratan memperoleh

gelar Sarjana Komunikasi Islam (S. Kom. I)

Oleh: RINA YUSRINA NIM. 1111051000121

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 1436 H/2015 M


(2)

(3)

(4)

(5)

i Nama : Rina Yusrina

NIM : 1111051000121

Kesalehan Sosial dalam Film Penjuru 5 Santri

Film merupakan karya seni kolektif dan kolaboratif. Banyak film yang berusaha menyajikan tontonan yang sifatnya mengandung unsur-unsur informasi dan hiburan. Film Penjuru 5 Santri merupakan salah satu film yang sarat akan hal tersebut. Baik dari segi isi cerita maupun visual pengadeganan dari film tersebut. Penjuru 5 Santri, sebuah film drama religi yang di sutradarai oleh Wimbadi JP ini, memberikan nilai-nilai kesederhanaan dalam kehidupan dan pantang menyerah dengan segala kondisi yang terbatas.

Berdasarkan uraian di atas, maka tujuan penulisan ini adalah untuk menjawab pertanyaan. Bagaimana makna kesalehan sosial dalam Film Penjuru 5 Santri dilihat dari denotasi, konotasi, dan mitos? Kemudian apa pesan dominan dalam kerangka kesalehan sosial di film penjuru 5 santri?

Makna kesalehan sosial dalam film penjuru 5 santri jika dilihat dari segi denotasi disampaikan melalui kehidupan masarakat desa selopang ngulon dan Pesantren Budaya Ilmu Giri khususnya, lalu jika dipandang dari segi konotasi penyampaian makna kesalehan sosial dalam film ini ditunjukan melalui adegan-adegan yang menandakan sikap kesalehan sosial dan terakhir makna kesalehan sosial dari segi mitos disampaikan sesuai dengan ajaran-ajaran budaya islam dan budaya bangsa Indonesia

Dalam hal ini, penelitian menggunakan teori semiotika Roland Barthes yang menjelaskan makna denotasi, konotasi dan mitos. penelitian dapat lebih memahami pesan atau simbol yang terkadung dalam dialog, pengambilan gambar dan gerak para pemain Film Penjuru 5 Santri.

Mengenai teori semiotika Roland Barthes memberi titik tekan pada makna denotasi, konotasi, dan mitos. makna denotasi adalah interaksi antar signifer dan

signified dalam sign, dan antara sign dengan objek dalam realitas. Makna konotasi adalah interaksi yang muncul ketika sign bertemu dengan perasaan atau emosi pembaca. Sedangkan mitos dalam pengertian Roland Barthes adalam pengkodeaan makna dan nilai-nilai sosial sebagai sesuatu yang dianggap ilmiah.

Pesan dominan dalam kerangka kesalehan sosial dalam Film Penjuru 5 Santri yaitu pembahasan mengenai kesalehan sosial dalam aktivitas sosial dan politik yaitu sikap kepedulian, karena perwujudan dari kesalehan dalam berhubungan dengan Allah dan Rosul-Nya. Dengan eksistensi kita di dalam kehidupan rumah tangga dan bermasyarakat dalam ruang lingkup terkecil-terdekat.

Jadi kesalehan sosial dalam film penjuru 5 santri menunjukan hubungan yang mengatur antara manusia dengan manusia lainnya dan tidak lupa juga untuk mengutamakan hubungan antara manusia dengan Tuhannya.


(6)

ii

Alhamdulillah. Puji syukur yang tak terhingga atas nikmat yang luar biasa yang diberikan oleh Allah SWT kepada penulis. Sehingga penulis dapat menyusun dan merampungkan skripsi ini. Hambatan serta rintangan yang ada selama proses penyusunan skripsi ini juga merupakan suatu hadiah yang luar biasa dari-Nya. Karena tanpa hambatan dan rintangan mustahil skripsi ini dapat terselesaikan. Sholawat serta salam tak lupa penulis limpahkan kepada Nabi Muhammad SAW, semoga kita mendapatkan syafaatnya diakhirat nanti.

Skripsi yang berjudul “Kesalehan Sosial dalam Film Penjuru 5 Santri” ini disusun guna memenuhi sebagai persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I) di Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas Ilmu Dakwan dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Semoga karya ini menjadi salah satu bentuk pembelajaran.

Dalam penyusunan skripsi ini, peneliti menyadari banyak pihak yang telah memberi dukungan, baik berupa moril maupun materil. Untuk itu penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarmya dan penghargaan setulusnya kepada:


(7)

iii Jakarta.

2. Dr. Arief Subhan, M.A selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Wakil dekan 1 Suparto, M.Ed. Ph.D, Wakil Dekan II Dr. Roudhonah, M.Ag, Wadek III Dr. Suhaimi, M.Si.

3. Drs. Masram, M.Ag dan Fita Fathurokhmah, M.Si selaku Ketua Jurusan dan Sekretaris Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam. 4. Drs. Jumroni, M.Si sebagai Dosen Penasehat Akademik KPI D

angkatan 2011, yang telah memberikan bantuan dalam penyusunan proposal skripsi

5. Ade Rina Farida, M.Si dosen pembimbing yang sangat membantu penulisan skripsi ini.

6. Maman Poniman, ayah penulis yang selalu memberi motivasi dan dukungan yang penuh untuk mendapatkan gelar S1, bahkan tanpa mengenal lelah mengantarkan penulis sampai pada bangku kuliah. Semua yang penulis dapatkan selama ini, sepenuhnya dipersembahkan kepada beliau.

7. Ruhaenah, ibunda penulis dalam mendukung segala kebutuhan serta tak lelah mengingatkan penulis agar tidak meninggalkan sholat, dan mengirimkan doa-doa. Juga kepada Rani Fitriani dan Dini Mardiani, SE, dua kakak penulis.


(8)

iv amal baik di akhirat kelak. Amin.

9. Mas Wimbadi JP selaku Sutradara dan Penulis Skenario Film Penjuru 5 Santri yang telah bersedia membantu saya dalam proses wawancara di Plazza Tamini Square.

10.Pak Hari Purnomo selaku Co Produses Film Penjuru 5 Santri yang telah bersedia meminjamkan kaset Betamax SP selama proses penelitian.

11.Faiz Mubarrok, yang selalu menyemangati dan membantu penulis tanpa batas untuk menyelesaikan skripsi ini.

12.Seluruh teman-teman di KPI D 2011, yang selalu menemani dan berdiskusi dalam belajar.

Jakarta, 3 Juli 2015

Rina Yusrina


(9)

v

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL... vii

DAFTAR LAMPIRAN... viii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian ... 6

D. Metodologi Penelitian ... 7

1. Metode Penelitian ... 7

2. Objek Waktu dan Tempat Penelitian ... 8

3. Teknik Pengumpulan data ... 8

4. Teknik Analisis Data ... 10

E. Tinjauan Pustaka ... 10

BAB II LANDASAN TEORI A. Film ... 13

1. Pengertian Film ... 13

2. Film Sebagai Media Dakwah ... 14

3. Karakteristik Film ... 17

4. Jenis-jenis Film ... 18

5. Unsur-Unsur Film ... 20

B. Analisi Semiotika ... 20

1. Pengertian Semiotika ... 20

2. Semiotika Ferdinan De Sausure ... 23

3. Semiotika Charles Sanders Pierce ... 24

4. Semiotika Roland Barthes ... 25

C. Kesalehan Sosial ... 31

1. Seputar Kesalehan Sosial ... 31

2. Pengertian Kesalehan Sosial ... 32

3. Bentuk-bentuk Kesalehan Sosial ... 34

BAB III GAMBARAN UMUM FILM PENJURU 5 SANTRI A. Sekilas tentang Penjuru 5 Santri ... 39

B. Tim Produksi Film Penjuru 5 Santri ... 40

C. Profil Sutradara Film Penjuru 5 Santri ... 41

D. Profil Pemain Film Penjuru 5 Santri ... 44

BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS DATA A. Makna Denotasi Konotasi dan Mitos ... 48


(10)

vi

... 118 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ... 120 B. Saran... 122 DAFTAR PUSTAKA ... 123 LAMPIRAN-LAMPIRAN


(11)

vii

Tabel 2.1 Tim Produksi Film Penjuru 5 Santri ... 40

Tabel 3.1 Sceen 1 Bersikap Terbuka ... 48

Tabel 3.2 Sceen 2 Bersikap Terbuka ... 51

Tabel 3.3 Sceen 3 Berjiwa Lapang ... 55

Tabel 3.4 Sceen 4 Kepedulian ... 58

Tabel 3.5 Sceen 5 Kepedulian ... 65

Tabel 3.6 Sceen 6 Kepedulian ... 71

Tabel 3.7 Sceen 7 Kepedulian ... 75

Tabel 3.8 Sceen 8 Menuntut Ilmu ... 79

Tabel 3.9 Sceen 9 Menuntut Ilmu ... 82

Tabel 3.10 Sceen 10 Menuntut Ilmu ... 85

Tabel 3.11 Sceen 11 Berjiwa Seni ... 88

Tabel 3.12 Sceen 12 Berjiwa Seni ... 90

Tabel 3.13 Sceen 13 Bersikap Hormat ... 94

Tabel 3.14 Sceen 14 Bersikap Hormat ... 98

Tabel 3.15 Sceen 15 Konservasi Sumber Daya Alam ... 102

Tabel 3.16 Sceen 16 Pendidikan dan Pelatihan ... 107


(12)

viii Lampiran 3 Surat Bukti Wawancara Lampiran 4 Cover Film Penjuru 5 Santri

Lampiran 5 Wawancara Pribadi dengan Sutradara di Plaza Tamini Square Lampiran 6 Dokumentasi Penelitian


(13)

1

PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Sudah menjadi keharusan bahwa setiap muslim mempunyai tugas dan kewajiban mulia untuk menyampaikan dakwah kepada orang lain, sesuai dengan pengertian dakwah itu sendiri ialah mendorong atau mengajak manusia dengan hikmah untuk melakukan kebajikan, kebaikan serta mengikuti petunjuk Allah SWT dan Rasul-Nya, menyuruh mereka berbuat baik serta melarang mereka melakukan perbuatan mungkar, agar memperoleh kesejahteraan dan kebahagiaan dunia akhirat.1

Kehadiran media komunikasi adalah salah satu yang dapat dimanfaatkan oleh umat islam sebaik-baiknya sebagai sarana peningkatan iman dan takwa, media komunikasi juga dapat digunakan untuk penyampaian pesan moral baik yang terkandung dalam islam maupun yang hanya disepakati oleh masyarakat. Oleh karena itu praktisi dakwah dituntut untuk bisa berinovasi melalui media alternatif dalam menyampaikan kesalehan sosial kepada masyarakat dan kebenaran islam.

Kesalehan sosial hendaknya dikemas secara komprehensif seperti halnya film. Film merupakan salah satu hasil teknologi yang saat ini sangat berperan dalam kegiatan komunikasi. Kata film digunakan untuk segala sesuatu yang

1

Sutirman Eka Ardhana, Jurnalistik Dakwah (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,1995), hal. 10-11.


(14)

berhubungan dengan media massa. Film merupakan teknologi hiburan massa untuk menyebarluaskan informasi dan berbagai pesan sekala luas, selain pers, radio, dan televisi.2

Film juga merupakan sesuatu yang unik dibandingkan dengan media lainnya, karena sifatnya yang bergerak secara bebas dan tetap, penerjemahnya melalui gambar-gambar visual dan suara yang nyata, juga memiliki kesanggupan untuk menangani berbagai subjek yang tidak terbatas ragamnya.3 Berkat unsur inilah film merupakan salah satu bentuk seni alternatif yang banyak diminati masyarakat, karena dengan mengamati secara seksama apa yang memungkinkan ditawarkan sebuah film melalui peristiwa yang ada dibalik ceritanya, film juga merupakan ekspresi atau pernyataan dari sebuah kebudayaan, serta mencerminkan dan menyatakan segi-segi yang kadang kurang jelas terlihat dalam masyarakat.4

Film dapat memiliki pengaruh positif dan negatif, salah satu pengaruh positif yaitu pesan film yang disampaikan menanamkan nilai pendidikan, kebudayaan, kesalehan sosial, dan sebagainya. Di sisi lain film dapat memiliki pengaruh negatif terhadap penikmat film tanpa adanya penyeleksian film yang baik untuk diperlihatkan. Seperti yang banyak terjadi, belakangan ini terjadi kemerosotan moral pada masyarakat dikarenakan banyak beredar film yang tidak mempunyai manfaat. Akibatnya banyak masyarakat yang tidak mau peduli terhadap sesama dan hanya mementingkan kepentingan pribadinya

2

Sean Mac Bried, Komunikasi dan Masyarakat Sekarang dan Masa Depan, Aneka Suara Satu Dunia (Jakarta: PN Balai Pustaka Unesco, 1983), hal 120.

3

Joseph M. Boggs, The Art of Watching Film, (terj) Asrul sani (Jakarta: Yayasan Citra Pusat Perfilman Haji Usman Ismail, 1986), hal. 5.

4

Adi Pranajaya, Film dan Masyarakat: Sebuah Pengantar (Jakarta: BP SDM Pusat Perfilman Haji Usmar Ismail, 1999), hal. 6.


(15)

masing atau individualis bahkan cenderung mengambil keuntungan pribadi dari beredarnya film-film tersebut.

Ada beberapa film yang lebih banyak menampilkan sisi pornografi dan kekerasan untuk menarik simpati penonton dari pada makna isi cerita yang ingin disampaikan. Akibatnya banyak terjadi imbas negatif di kalangan masyarakat dari dewasa hingga anak-anak. Dewasa ini banyak terjadi kasus pelecehan seksual, pembunuhan, konflik agama, dan yang lebih parahnya penghinaan dan perendahan agama. Ini adalah penyakit mental yang terbentuk akibat dari kurang bermanfaatnya tontonan yang hadir dalam masyarakat. Sehingga bangsa ini membutuhkan revolusi dalam perbaikan mental, salah satunya dengan cara memasukan perilaku keshalehan sosial dalam setiap tatanan kehidupan.

Melihat berbagai permasalahan tersebut di negara ini upaya-upaya penanaman perilaku kesalehan sosial perlu dilakukan dalam rangka memperbaiki moral bangsa untuk bisa keluar dari krisis kemanusiaan. Salah satunya melalui media komunikasi yaitu film religi. Maraknya film-film dengan tema religi baik film layar lebar maupun film televisi merupakan fenomena yang telah lama hadir di dunia sinematografi Indonesia. Contohnya seperti film ayat-ayat cinta, ketika cinta bertasbih, wanita berkalung sorban, tanda tanya, dan yang terbaru assalamulaikum bejing. Semua film itu memang film religi dan menampilkan kesalehan sosial, tapi sisi kesalehan sosial dalam film tersebut hadir hanya untuk menjadi adegan hiburan semata dan lebih mengutamakan tema percintaan dua insan.


(16)

Kemudian hadirlah suatu film yang menjadikan ajaran kesalehan sosial sebagai tema utama. Yaitu film yang berjudul “Penjuru 5 Santri” suatu film bergenre drama religi yang mengisahkan tentang 5 sekawan yaitu Sabar, Wahyu, Slamet, Sugeng, dan Rahayu. Mereka tinggal di sebuah desa yang masih sangat asri bernama desa Selopamioro, yang letaknya 40 kilometer di selatan Yogyakarta. meskipun 5 sekawan itu tinggal dalam kesederhanaan dan keprihatinan, mereka tetap memiliki semangat yang tinggi untuk mencari ilmu.

Selain mengajarkan pentingnya betaqwa kepada Allah SWT film ini juga menghadirkan pentingnya kepedulian terhadap sesama makhluk hidup melalui perilaku kesalehan sosial. Perilaku kesalehan sosial dalam film ini di sampaikan secara menarik, sopan, santun, dan penuh kasih sayang hal ini bisa kita lihat di dalam satu adegan di mana Dzawawi Imron (Kiai Landung) menyelamatkan Baron Hermanto (Orang Gila) dari kekerasan dan pelecehan yang dilakukan oleh anak-anak. Film ini tidak bersifat monoton karena film ini memiliki segmentasi yang luas dan bisa dinikmati oleh orang yang beragama selain Islam.

Gambaran pesantren dalam film penjuru 5 santri dihadirkan tidak hanya sebagai wadah pendidikan agama, tetapi juga sekaligus menjadi pengaruh bagi masyarakat dan menjadi sarana untuk menjaga kebudayaan-kebudayaan lokal. Cerminan ini menepis persepsi masyarakat tetang dunia pesantren. yakni bahwa pesantren akan bisa menerima siapa saja dengan latarbelakang beragam.

Kemudian kiai dalam film ini diperankan langsung oleh seorang kiai asli. Beliau adalah seorang kiai yang berasal dari Sumenep Madura dan mempunyai


(17)

Pondok Pesantren Budaya Ilmu Giri, selain itu beliau juga dikenal sebagai Sastrawan dan seorang ulama yang dihormati dikalangan masyarakat NU. Film ini juga menampilkan pandangan alam indonesia yang indah dan asri dengan gunung-gunung masih hijau, suasana perkebunan yang tenang, dan sungai-sungai yang masih jernih. Film ini mampu menghadirkan sisi lain masyarakat Indonesia. Dalam film ini sisi gotong royong mampu ditampilkan dengan sangat luar biasa.

Berangkat dari fenomena tersebut peneliti tertarik untuk melakukan kajian lebih mendalam lagi tentang film “Penjuru 5 Santri” dalam rangka memahami makna kesalehan sosial.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah

Batasan masalah dalam penelitian ini adalah rangkaian gambar (adegan) dalam film Penjuru 5 Santri yang berkaitan dengan kesalehan sosial. Oleh karena itu dimulai dari keseluruhan alur cerita yang terkait dengan kesalehan sosial.

2. Rumusan Masalah

Untuk memfokuskan penelitian, maka masalah dalam penelitian ini mengacu pada model semiotika yang peneliti gunakan yakni semiotika Roland Barthes, sehingga rumusan masalahnya adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana makna kesalehan sosial dalam film penjuru 5 santri dilihat dari denotasi, konotasi, dan mitos?

2. Apa pesan dominan dalam kerangka kesalehan sosial di film penjuru 5 santri?


(18)

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan pada latar belakang yang telah dikemukakan, secara sepesifik tujuan penelitian ini adalah:

Untuk mendeskripsikan makna kesalehan sosial dalam film penjuru 5 santri dilihat dari denotasi, konotasi, dan mitos. Serta untuk mengetahui pesan dominan dalam kerangka kesalehan sosial di film penjuru 5 santri.

2. Manfaat Penelitian

Dari tujuan di atas penulis berkeinginan agar penelitian ini bermanfaat bagi peneliti sendiri dan masyarakat umumnya, dan adapun manfaat tersebut antara lain:

a. Manfaat akademis

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan konstribusi bagi pengembangan ilmu komunikasi, serta sebagai tambahan referensi pustaka, khususnya penelitian tentang analisis dengan minat pada kajian film dan semiotika.

b. Manfaat praktis

Dengan penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dalam membawa wawasan bagi para mahasiswa pada khususnya. Juga kepada kalangan teoritis serta praktis umumnya untuk lebih bisa mengartikan makna kesalehan sosial melalui semiotika. Selain itu,


(19)

peneliti ini juga diharapkan dapat memberikan kosa kata dan istilah yang digunakan dalam film.

D. Metedologi Penelitian 1. Metode Penelitian

Sebagai penelitian yang berlandaskan pada paradigma konstruksitivisme maka kecenderungan penelitian ini bersifat kualitatif. Penelitian kualitatif dapat menunjukan pada penelitian tentang nilai-nilai ajaran agama, khususnya islam, hubungan sosial dan kebudayaan, pendidikan. Beberapa data dapat diukur melalui data densus, tetapi analisisnya adalah analisis data kualitatif. Beberapa peneliti memperoleh data dengan cara interview dan observasi. Teknik-tekniknya menggabungkan secara normal dengan metode kualitatif.5

Penelitian kualitatif memusatkan perhatian pada prinsip-prinsip umum yang melandasi perwujudan sebuah makna dari gejala-gejala sosial di masyarakat. Objek analisis dalam pendekatan kualitatif adalah makna dari gejala-gejala sosial dan budaya dengan menggunakan kebudayaan dari masyarakat bersangkutan untuk memperoleh gambaran mengenai katagorisasi tertentu.6 Dan penelitian ini bersifat kualitatif karena dalam pelaksanaanya lebih dititik beratkan pada pemaknaan teks, dari pada pemjumlahan kategori. Analisis ini tidak digunakan untuk mencari data frekuensi, akan tetapi untuk menganalisis dari data yang tampak, maka

5

Syamsir Salam, Metedologi Penelitian (Jakarta: Lembang Penelitian UIN Jakarta dan UIN jakarta Pers, 2006), hal. 30.

6

Burhan Bugin, Sosiologi Komunikasi Teori, Paradigma, dan Diskursus Teknologi Komunikasi Masyarakat (Jakarta: Kencana, 2007), hal. 303.


(20)

analisis ini digunakan untuk memahami fakta dan bukan untuk menjelaskan fakta tersebut.7

2. Objek, waktu dan Tempat Penelitian

Objek penelitian ini adalah rangkaian gambar film Penjuru 5 Santri. Penelitian ini berlangsung pada bulan Maret 2015 hingga bulan Juni 2015. Dengan menganalisis dari berita-berita dan observasi langsung ke Produksi House Cahaya Alam Film.

3. Teknik Pengumpulan Data

Adapun tahapan-tahapan dalam pengumpulan data, peneliti menggunakan metode sebagai berikut:

Pengumpulan data dilakukan dengan cara pengamatan secara menyeluruh dari adegan yang diambil dalam film Penjuru 5 Santri dan isi teks.

a. Wawancara

Wawancara adalah percakapan antara peneliti yaitu seseorang yang berharap mendapat informasi dan informan yaitu seorang yang diasumsikan mempunyai informasi langsung dari sumbernya.8 Dalam penelitian ini wawancara dilakukan kepada Bpk Wimbadi JP, selaku sutradara film “Penjuru 5 Santri”.

b. Observasi

Observasi atau pengamatan adalah kegiatan keseharian manusia dengan menggunakan panca indra mata sebagai alat bantu

7

Jumroni, Metode-metode Penelitian Komunikasi (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2006), hal. 33-34.

8

RachmatKriyanto, Teknik Praktisi Riset Komunikasi (Jakarta: Kencana Prenada Group, 2007), hal. 116.


(21)

utamanya selain panca indera lainnya seperti telinga, mulut, dan kulit. Yang dimaksud metode observasi adalah metode pengumpulan data untuk menghimpun data penelitian. Dalam arti bahwa data tersebut dapat dihimpun melalui pengamatan peneliti melalui penggunaan panca indra.9

Pengamatan yang dilakukan peneliti adalah menonton film dan mengamati teliti dengan adegan-adegan yang di ambil. Kemudian mencatat, memilih dan menganalisanya.10

c. Dokumentasi

Dokumentasi adalah suatu cara pengumpualn data yang menghasilkan catatan-catatan penting yang berhubungan dengan masalah yang diteliti, sehingga akan diperoleh data yang lengkap, sah, dan bukan berdasarkan perkiraan. Metode ini hanya mengambil data-data yang sudah ada dan tersedia catatan dokumen. 11 Penulis mengumpulkan data dari wawancara langsung dengan Sutradara Film Penjuru 5 Santri.

Tujuannya untuk mendapatkan informasi yang medukung analisis dan interpretasi data. Dokumentasi bisa berbentuk dokumen publik atau dokumen privat, melalui potongan film, buku-buku, dan media massa yang berhubungan dengan judul yang penulis angkat.

9

Burhan Bungin, Metode Penelitian Kuantitatif (jakarta: Prenada Media Group, 2005), hal. 134.

10

JalaludinRahmat, Metode Penelitian Komunikasi (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2003), hal. 83.

11


(22)

4. Teknik Analisis Data

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan analisis semiotika model Roland Barthes. Barthes menggunakan istilah denotasi dan konotasi untuk menunjukan tingkatan-tingkatan makna. Makna denotasi adalah makna tingkat pertama yang bersifat objektif yang dapat diberikan terhadap lambang-lambang, yakni dengan mengaitkan secara langsung antara lambang dengan realitias atau gejala yang ditunjuk. Kemudian makna konotasi adalah makna-makna yang diberikan pada lambang-lambang yang mengacu pada nilai-nilai budaya yang karenanya berada pada tingkatan kedua.

Bagi Barthes, teks yang pemaknaanya tidak cukup hanya dengan mengaitkan signifer dengan signified semata, namun harus juga dilakukan dengan memperhatikan susunan dan isi dari lambang. Karena hal ini maka pemaknaan terhadap lambang-lambang, bagi Barthes selayaknya dilakukan dengan mengkonstruksi lambang-lambang bersangkutan.12 E. Tinjauan Pustaka

Untuk mempermudah proses pelaksanaan penelitian maka penulis akan menjadikan beberapa hasil penelitian yang telah pernah dilakukan sebagai acuan dan perbandingan sehingga penelitian yang akan penulis lakukan akan menjadi lebih baik dan dapat dipertanggung jawabkan. Tinjauan kepustakaan yang penulis pilih antara lain:

12

Pawito, Penelitian Komunikasi Kualitatif ( Yogyakarta: LkiS Yogyakarta, 2007), hal. 164.


(23)

1. “Representasi Moral Budaya Masyarakat Tiom (Papua) Dalam Film Di Timur Matahari”

Nurul Rizki Salam NIM: 109051000154

Mahasiswa Komunikasi Penyiaran Islam UIN Jakarta

Skripsi tersebut penulis membahas mengenai moral budaya masyarakat tiom (papua) dalam film Di Timur dengan menggunakan metode semiotika. kesamaan metode yang digunakan yaitu analisis model Roland Barthes menjadi alasan penulis mengambil skripsi sebagai acuan. Tetapi tentu saja terdapat perbedaan dengan skripsi penulis, yaitu dari segi kasus yang diteliti dan media yang menjadi objek penelitinya.

2. “Analisi Semiotika Film Negeri 5 Menara” Amin Rois

NIM: 10851000036

Mahasiswa Komunikasi Penyiaran Islam UIN Jakarta

Skripsi tersebut penulis menganalisi mengenai ukhuwah islamiyah

dalam film Negeri 5 Menara secara denotasi dan konotasi. kesamaan metode yang digunakan yaitu analisis semiotika model Roland Barthes menjadi alasan penulis mengambil skripsi sebagai acuan. Tetapi tentu saja terdapat perbedaan dengan skripsi penulis, yaitu dari segi kasus yang diteliti dan media yang menjadi objek penelitinya.

3. “Analisis Semiotika Film 3 Doa 3 Cinta” M. Fikri Ghazali

NIM: 206051003915


(24)

Skripsi tersebut penulis menganalisi mengenai potret kehidupan santri dan juga dunia islamdalam Film 3 Doa 3 Cinta secara denotasi dan konotasi. kesamaan metode yang digunakan yaitu analisis semiotika model Roland Barthes menjadi alasan penulis mengambil skripsi sebagai acuan. Tetapi tentu saja terdapat perbedaan dengan skripsi penulis, yaitu dari segi kasus yang diteliti dan media yang menjadi objek penelitinya.


(25)

13

LANDASAN TEORI A. Film

1. Pengertian film

Undang-Undang Nomer 23 Tahun 2009 tentang Perfilman pada Bab 1 pasal 1 menyebutkan, yang dimaksud dengan film adalah karya seni budaya yang merupakan pranata sosial dan media komunikasi massa yang dibuat berdasarkan kaidah sinematografi dengan atau tanpa suara dan dapat dipertunjukan.1

Definisi film berbeda di setiap negaranya; di Perancis ada pembedaan antara film dan sinema. “Filmis” berarti berhubungan dengan film dan dunia sekitarnya, misalnya sosial politik dan kebudayaan. Kalau di yunani, film dikenal dengan istilah cinema, yang merupakan singkatan cinematograph

(nama kamera dari Lumiere bersaudara). Cinemathograhpie secara harfiah berarti cinema (gerak), tho atau phytos adalah cahaya, sedangkan graphie

berarti tulisan atau gambar. Jadi yang di maksud cinemathograpie adalah melukis gerak dengan cahaya. Ada juga istilah lain yang berasal dari bahasa Inggris, yaitu movies; berasal dari kata move, artinya gambar bergerak atau gambar hidup.2

Jadi film merupakan salah satu media komunikasi massa. Dikatakan sebagai komunikasi massa karena merupakan bentuk komunikasi yang

1

Teguh Trianton, Film Sebagai Media Belajar (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2013), hal. 1.

2

Nawiroh Vera, Semiotika dalam Riset Komunikasi (Bogor: Ghalia Indonesia, 2014), hal. 91.


(26)

menggunakan saluran (media) dalam menghubungkan komunikator dan komunikan secara massal, dalam arti berjumlah banyak, tersebar dimana-mana, khalayaknya heterogen dan anonim, dan menimpulkan efek tertentu. Film dan televisi memiliki kemiripan, terutama sifatnya yang audio visual, tetapi dalam propses penyampaianya pada khalayak dan proses produksinya agak sedikit berbeda.3

2. Film sebagai media dakwah

Secara Etimologi, kata dakwah berasal dari bahasa Arab yaitu da’a, yad’u, da’watan. Yang artinya menyeru, memanggil, mengajak menjamu.4 Menurut terminologis, mengajak manusia dengan cara bijaksana kepada jalan yang benar sesuai dengan perintah Allah SWT, untuk kemaslahatan dan kebahagian mereka didunia dan diakhirat.5

Dakwah mempunyai bermacam-macam bentuk yaitu: a. Dakwah bil Hikmah

Dakwah bil Hikmah Yakni menyampaikan dakwah dengan cara yang arif bijaksana, yaitu melakukan pendekatan sedemikian rupa sehingga pihak obyek dakwah mampu melaksanakan dakwah atas kemauannya sendiri, tidak merasa ada paksaan, tekanan maupun konflik. Dengan kata lain dakwah bi al-hikmah merupakan suatu metode pendekatan komunikasi dakwah yang dilakukan atas dasar persuasif.

3

Nawiroh Vera, Semiotika dalam Riset Komunikasi, hal. 91.

4

Toha Yahya Oemar, Ilmu Dakwah (Jakarta: Widjaja, 1983), hal. 1.

5


(27)

b. Dakwah Mauidzoh Hasanah

Secara bahasa mauidzoh hasanah terdiri dari dua kata yaitu mauidzoh dan hasanah. Kata mauidzoh berasal dari kata wa’adza ya’idzu wa’dzan yang berarti nasihat, bimbingan, pendidikan dan peringatan, sementara hasanah mempunyai arti kebaikan. Mauidzoh hasanah atau nasihat yang baik, maksudnya adalah memberikan nasihat kepada orang lain dengan cara yang baik, yaitu petunjuk-petunjuk ke arah kebaikan dengan bahasa yang baik, dapat diterima, berkenan dihati, menyentuh perasaan, lurus dipikiran, menghindari sikap kasar, dan tidak mencari atau menyebut kesalahan audience sehingga objek dakwah dengan rela hati dan atas kesadarannya dapat mengikuti ajaran yang disampaikan oleh pihak subjek dakwah. Jadi, dakwah bukan propaganda.

c. Dakwah bil mujadalah

Mujadalah adalah berdikusi dengan cara yang baik dari cara-cara berdiskusi yang ada. Mujadalah merupakan cara terakhir yang digunakan untuk berdakwah manakala kedua cara terakhir yang digunakan untuk orang-orang yang taraf berpikirnya cukup maju, dan kritis seperti ahli kitab yang memang telah memiliki akal ke agamaan dari para utusan sebelumnya. Oleh karena itu, Al quran juga telah memberikan perhatian khusus kepada ahli kitab, yaitu melarang berdebat dengan mereka kecuali dengan cara terbaik.6

6


(28)

Sebagai media komunikasi massa, film dapat memainkan peran dirinya sebagai saluran meanrik untuk menyampaikan pesan-pesan tertentu dari dan untuk manusia, termasuk pesan-pesan keagamaan yang lazimnya disebut dakwah. Sebagai agama dakwah, Islam harus dapat dihadirkan secara bersahabat oleh para pemeluknya. Sebab pada giliranya, upaya penyebaran pesan-pesan keagamaan itu harus mampu menawarkan satu alternatif dalam membangun dinamika masa depan umat, dengan menempuh cara dan strategi yang lentur, kreatif, dan bijak.7 Maksud dari lentur adalah bahwa pesan dakwah bisa dimasukkan semua materi-materi keislaman, kreatif berarti menyampaikan semua materi-materi itu dengan inovasi-inovasi terbaru seperti melalui film, kemudian bijaksana disini artinya kita pun harus bijak memilih mana materi-materi yang pantas untuk disampaikan kepada masyarakat. Dan ini semua sesuai juga dengan metode dakwah bil hikmah yang menyampaikan pesan-pesan dakwah didorong dari kesadaran diri sendiri tanpa ada unsur-unsur yang mempengaruhi.

Usaha penyampaian pesan-pesan keagamaan (Islam) lewat media tersebut menitikberatkan pada usaha yang bersifat penerangan dan motivasi. Tampaknya, kini film telah mampu merebut perhatian masyarakat. Lebih-lebih setelah berkembang teknologi komunikasi massa yang dapat memberikan konstribusi bagi perkembanganya dunia perfilman.

Film dan dakwah adalah semangat dalam menyampaikan pesan-pesan moral dan etika kehidupan. Jarak antara dua dunia kadang disikapi dua kutub

7

Asep Saeful Muhtadi, Komunikasi Dakwah, teori, pendekatan, dan aplikasi (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2012), hal. 114


(29)

yang kontroversial, padahal sebetulnya amat berdekatan, dan bahkan bisa menjalani hidup bersama. Lebih-lebih untuk film eksklusif yang sering ditayangkan televisi, seperti halnya kisah-kisah dari ayat suci Al-Quran. Selain bernilai dakwah, kedua film itu sekaligus mengajarkan para pemirsanya sejarah Islam pada periode kelahirnnya.

3. Karateristik Film

Karakteristik film yang spesifik, yaitu layar lebar, pengambilan gambar, konsentrasi penuh, dan indentifikasi psikologis.8

a. Layar yang luas. Kelebihan media film dibandingkan dengan televisi adalah layar yang digunakan untuk pemutaran film lebih berukuran besar atau luas. Sehingga memberikan keleluasan penontonnya untuk melihat adegan-adegan yang disajikan dalam film.

b. Pengambilan gambar. Dengan kelebihan film, yaitu layar yang besar, maka teknik pengambilan gambarnya dapat dilakukan dari jarak jauh atau extreme long shot dan panoramic shot yang membuat kesan artistik dan suasana yang sesungguhnya.

c. Kosentrasi penuh. Karena kita penonton film bioskop tempat yang memiliki ruangan kedap suara, maka pada saat kita menonton film, kita akan fokus pada alur cerita yang ada didalam film tersebut.

d. Identifikasi psikologis. Kosentrasi penuh saat kita menonton di bioskop, tanpa kita sadari dapat membuat kita benar-benar menghayati apa yang

8

Nawiroh Vera, Semiotika dalam Riset Komunikasi, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2014), hal. 92.


(30)

ada di dalam film tersebut. Menurut ilmu jiwa sosial, gejala seperti ini disebut sebagai indentifikasi psikologis.

4. Jenis-jenis Film

Sebagai seorang komunikator adalah penting untuk mengetahui jenis-jenis film agar dapat memanfaatkan film tersebut sesuai dengan karakteristiknya. Film dapat dikelompokkan pada jenis film cerita, film berita, film dokumenter, dan film kartun.9

a. Film Cerita

Film cerita adalah film yang menyajikan kepada publik sebuah cerita. Sebagai cerita harus mengandung unsur-unsur yang dapat menyentuh rasa manusia. Film yang bersifat auditif visual, yang dapat disajikan kepada publik dalam bentuk gambar yang dapat dilihat dengan suara yang dapat didengar, dan yang merupakan suatu hidangan yang sudah masak untuk dinikmati.10

b. Film Berita

Film berita atau newsreel adalah film mengenai fakta, peristiwa yang benar-benar terjadi. Karena sifatnya berita, maka film yang disajikan kepada publik harus mengandung nilai berita (news value). Kriteria berita itu adalah penting dan menarik. Film berita dapat langsung terekam dengan suaranya, atau film beritanya bisu, pembaca berita yang

9

Elvirano Ardianto, Komunikasi Massa Suatu Pengantar (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2007), hal. 148.

10

Onong Uchjana Effendy, Ilmu Teori dan Filsafar Komunikasi (Bndung: Citra Aditya Bakti, 2003), hal. 212.


(31)

membacakan narasinya. Dalam hal ini yang terpenting adalah peristiwa terekam secara utuh.11

c. Film Dokumenter

Menurut Grieson Film dokumenter merupakan cara kreatif mempresentasikan realitas.12 Film nonfiksi yang menggambarkan situasi kehidupan nyata dengan setiap individu menggambarkan perasaannya dan pengalamannya dalam situasi yang apa adanya, tanpa persiapan, langsung pada kamera atau pewawancara. Dokumenter seringkali diambil tanpa skrip dan jarang sekali ditampilkan di gedung bioskop yang menampilkan film-film fitur. Akan tetapi, film jenis ini sering tampil di televisi. Dokumenter dapat di ambil pada lokasi pengambilan apa adanya, atau disusun sederhana dari bahan-bahan yang sudah diarsipkan.13

d. Film kartun

Film kartun (cartoon film) dibuat untuk konsumsi anak-anak. Sebagian besar film kartun, sepanjang film itu diputar akan membuat kita tertawa karena keluncuran para tokohnya. Namun ada juga film kartun yang membuat iba penontonya karena penderitaam tokohnya.14

11

Elvirano Ardianto, Komunikasi Massa Suatu Pengantar (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2007), hal. 148.

12

Heru Effendy, Mari Membuat Film (Jakarta: Erlangga, 2009), hal. 3.

13

Marcel Danesi, Pengantar Memahami Semiotika Media (Yogyakarta: Jalasutra, 2010), hal. 134.

14

Elvirano Ardianto, Komunikasi Massa Suatu Pengantar (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2007), hal. 149.


(32)

5. Unsur-unsur Film

Film, secara umum dapat dibagi atas dasar dua unsur yakni unsur naratif dan unsur sinematik. Dua unsur tersebut saling berinteraksi dan berkesinambungan satu sama lain untuk membentuk sebuah film.

a. Unsur naratif adalah bahan (materi) yang akan diolah, unsur naratif berhubungan dengan aspek cerita atau tema film. Setiap cerita memiliki unsur-unsur seperti tokoh, masalah konflik, lokasi, dan waktu.

b. Sementara unsur sinematik adalah cara (gaya) untuk mengolahnya. Terdiri dari: (a). Mise en scene yang memiliki empat elemen pokok:

setting atau latar, tata cahaya, kostum, dan make-up, (b) Sinematografi, (c) editting, yaitu transisi sebuah gambar (shot) ke gambar lainnya, dan (d) suara, yaitu segala hal dalam film yang mampu kita tangkap melaui indera pendengar.15

Jadi Dalam film cerita unsur naratif adalah perlakuan terhadap cerita filmnya. Sementara unsur sinematik atau gaya sinematik merupakan aspek-aspek teknis pembentukan film.

B. Analisis Semiotika 1. Pengertian Semiotika

Istilah semiotics diperkenalkan oleh Hippocrates (460-337 SM), penemu ilmu media barat, seperti ilmu gejala-gejala. Gejala menurut

15


(33)

Hippocrates, merupakan semion, bahasa Yunani untuk penunjuk (mark) atau tanda (sign) fisik.16

Secara etimologis, istilah semiotika berasal dari kata Yunani semion

yang berarti “tanda”. Tanda itu sendiri didefinisikan sebagai yang atas dasar konvensi sosial yang terbangun sebelumnya, dapat dianggap mewakili sesuatu yang lain.17 Secara terminologis, semiotik dapat didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari sederetan luas objek-objek, peristiwa-peristiwa, seluruh kebudayaan sebagai tanda.18

Dalam buku Penelitian Komunikasi Kualitatif, Pawito menjelaskan bahwa semiotika merupakan metode untuk menganalisis dan memberikan makna-makna terhadap lambang yang terdapat suatu paket lambang-lambang pesan atau teks. Teks disini dapat diartikan sebagai segala sesuatu bentuk serta sistem lambang (signs) baik terdapat pada media (televisi, karikatur media cetak, film, sandiwara radio dan iklan) ataupun yang terdapat di luar media massa (lukisan, patung, candi, monumen, fashion show, dan menu masakan pada suatu food festival.19 Fungsi dari semiotika inilah untuk mengungkap suatu makna yang terdapat pada teks ataupun lambang.

Hingga saat ini kajian mengenai semiotika dibedakan menjadi dua jenis. Yang pertama adalah semiotika komunikasi. Pada semiotika komunikasi hal yang ditekankan adalah teori tentang produksi tanda yang

16

Marcel Danesi, Pesan, Tanda, dan Makna (Yogyakarta: Jalasutra, 2010), hal. 7.

17

Alex Sobur, Analisi Teks Media: Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotika, dan Analisis Framing (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2012), hal. 95-96.

18

Indiwan Seto, Semiotika Komunikasi (Jakarta: Mitra Wacana Media, 2013), edisi ke-2, hal. 7.

19


(34)

salah satu diantaranya mengasumsikan adanya enam faktor dalam komunikasi, yaitu pengirim, penerima kode (sistem tanda), pesan, saluran komunikasi, dan acuan (hal yang dibicarakan).

Yang kedua adalah semiotika signifikasi. Pada jenis semiotika ini hal yang ditekankan adalah teori tanda dan pemahamannya dalam suatu konteks tertentu. Namun tidak dipersoalkan adanya tujuan berkomunikasi sehingga proses kognisi pada penerima tanda lebih diperhatinkan dari proses komunikasi.

Semiotika atau dalam istilah Barthes, semiologi pada dasarnya hendak mempelajari bagaimana kemanusiaan (humanity) memaknai hal-hal (things). Memaknai (to signify) dalam hal ini tidak dapat dicampuradukkan dengan mengkomunikasikan (to communicate). Memaknai berarti bahwa objek-objek tidak hanya membawa informasi, tetapi juga mengkonstitusi sistem terstrukstur dari tanda.20

Studi tentang semiotika film pada awalnya terbatas pada permasalahan sintaksis, sintagma, gramtikal, yang cenderung pada studi kebahasaan. Meskipun demikian banyak tokoh yang menggunakan trikotomi Peirce (ikon, indeks, dan symbol) tersebeut. Semakin berkembang, ternyata kajian semiotika film semakin diminati dan akhirnya ditemukanlah sisi yang khas dari analisis semiotik film, yakni perbandingan percakapan, tulisan dan pesan teatrikal. Dalam teks film ada banyak aspek yang bisa dijadikan sebagai unit analisis. Seperti pada tataran visual, kita dapat memaknai teks-teks yang

20


(35)

berupa ekspresi dan aksi langsung (acting) para aktornya, setting dimana adegan dibuat, lighting dan abgle pengambilannya.21

2. Teori Semiotika Menurut Ferdinand de Sausure

Teori Semiotik ini dikemukakan oleh Ferdinand De Saussure (1857-1913). Dalam teori ini semiotik dibagi menjadi dua bagian (dikotomi) yaitu penanda (signifier) dan pertanda (signified). Penanda dilihat sebagai bentuk/wujud fisik dapat dikenal melalui wujud karya arsitektur, sedang pertanda dilihat sebagai makna yang terungkap melalui konsep, fungsi dan/atau nilai-nlai yang terkandung didalam karya arsitektur. Eksistensi semiotika Saussure adalah relasi antara penanda dan petanda berdasarkan konvensi, biasa disebut dengan signifikasi. Semiotika signifikasi adalah sistem tanda yang mempelajari relasi elemen tanda dalam sebuah sistem berdasarkan aturan atau konvensi tertentu. Kesepakatan sosial diperlukan untuk dapat memaknai tanda tersebut. Menurut Saussure, tanda terdiri dari: Bunyi-bunyian dan gambar, disebut signifier atau penanda, dan konsep-konsep dari bunyi-bunyian dan gambar, disebut signified.22

Dalam berkomunikasi, seseorang menggunakan tanda untuk mengirim makna tentang objek dan orang lain akan menginterpretasikan tanda tersebut. Objek bagi Saussure disebut “referent”. Hampir serupa dengan Peirce yang mengistilahkan interpretant untuk signified dan object untuk signifier, bedanya Saussure memaknai “objek” sebagai referent dan menyebutkannya sebagai unsur tambahan dalam proses penandaan.

21

Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, hal 16.

22

Nawiroh Vera, Semiotika dalam Riset Komunikasi, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2014), hal. 35.


(36)

3. Teori Semiotika Menurut Charles Sanders Pierce

Peirce mengemukakan teori segitiga makna atau triangle meaning yang terdiri dari tiga elemen utama, yakni tanda (sign), object, dan interpretant. Tanda adalah sesuatu yang berbentuk fisik yang dapat ditangkap oleh panca indera manusia dan merupakan sesuatu yang merujuk (merepresentasikan) hal lain di luar tanda itu sendiri. Tanda menurut Peirce terdiri dari Simbol (tanda yang muncul dari kesepakatan), Ikon (tanda yang muncul dari perwakilan fisik) dan Indeks (tanda yang muncul dari hubungan sebab-akibat). Sedangkan acuan tanda ini disebut objek. Objek atau acuan tanda adalah konteks sosial yang menjadi referensi dari tanda atau sesuatu yang dirujuk tanda.23

Interpretant atau pengguna tanda adalah konsep pemikiran dari orang yang menggunakan tanda dan menurunkannya ke suatu makna tertentu atau makna yang ada dalam benak seseorang tentang objek yang dirujuk sebuah tanda. Hal yang terpenting dalam proses semiosis adalah bagaimana makna muncul dari sebuah tanda ketika tanda itu digunakan orang saat berkomunikasi.

Contoh: Saat seorang gadis mengenakan rok mini, maka gadis itu sedang mengomunikasi mengenai dirinya kepada orang lain yang bisa jadi memaknainya sebagai simbol keseksian. Begitu pula ketika Nadia Saphira muncul di film Coklat Strowberi dengan akting dan penampilan fisiknya yang

23


(37)

memikat, para penonton bisa saja memaknainya sebagai icon wanita muda cantik dan menggairahkan.

4. Semiotika Roland Barthes

Selain Pierce dan Saussure masih terdapat nama tokoh lain yang telah memberikan konstribusi bagi perkembangan analisis semiotika, yaitu Roland Barthes. Roland Barthes dikenal sebagai salah seorang pemikir strukturalis yang getol mempraktikkan model linguistik dan semiologi Saussure. Ia juga intelektual dan kritikus sastra Prancis yang ternama, eksponen penerapan strukturalisme dan semiotika pada studi sastra.

Ia berpendapat bahasa adalah sebuah sistem tanda yang mercerminkan asumsi-asumsi dari masyarakat tertentu dalam waktu tertentu. Barthes lahir tahun 1915 dari keluarga kelas menengah Protestan di Cherbourg dan dibesarkan di Bayonne, kota kecil dekat pantai Antlantik di sebelah barat daya Prancis.24

Pemikiran Barthes tentang semiotika dipengaruhi oleh Saussure. Kalau Saussure mengintrodusir istilah signifer dan signifed berkenaan dengan lambang-lambang atau teks dalam suatu paket pesan makna Barthes menggunakan istilah denotasi dan konotasi untuk menunjukan tingakatan-tingkatan makna. Makna denotasi adalah makna tingakatan-tingkatan pertama yang bersifat objektif yang dapat diberikan terhadap lambang-lambang, yakni mengaitkan secara langsung lambang antara realitas atau gejala yang ditunjuk.

24


(38)

Kemudian makna konotasi adalah makna yang dapat diberikan pada lambang-lambang dengan mengacu pada nilai-nilai budaya yang karenanya berada pada tingkatan kedua. Yang menarik berkenaan dengan semiotika Roland Bartges adalah digunakannya istilah mitos (myth) bersifat cultural

(bersumber dari budaya yang ada) yang menjelaskan gejala atau realitas yang ditunjuk dengan lambang-lambang yang mengacu sejarah.25

Roland Barthes membuat sebuah model sistematis dalam menganalisis makna dari tanda-tanda. Fokus perhatian Barthes lebih tertuju kepada gagasan tentang signifikasi dua tahap (two order of signification) seperti terlihat pada gambar 1.1 (Fiske, 1990).

Signifikasi Dua Tahap Barthes Gambar 1.126

Njkl;k;kpkpkk s

Seperti dikutip Fiske, Barthes menjelaskan signifikasi tahap pertama merupakan hubungan antara signifier dan signifed di dalam sebuah terhadap realitas eksternal. Barthes menyebutkan sebagai denotasi. Konotasi adalah

25

Pawito, Penelitian Komunikasi Kualitatif (Yogyakarta:LkiS, 2007), hal. 163-164.

26

Nawiroh Vera, Semiotika dalam Riset Komunikasi, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2014), hal. 30.


(39)

istilah yang digunakan Barthes untuk signifikasi tahap kedua. Hal ini menggambrkan interaksi yang terjadi ketika tanda bertemu perasaan atau emosi dari pembaca serta nilai-nilai dari kebudayaanya. Pada signifikasi tahap kedua yang berkaitan dengan isi, tanda bekerja melalui mitos.

a. Makna Denotasi

Makna denotasi adalah makna awal utama dari sebuah tanda, teks, dan sebagainya.27 Kemudian, Groys Keraf menjelaskan mengenai makna denotasi yakni, makna denotatif disebut juga dengan beberapa istilah lain seperti: makna denotasional, makna kognitif, makna konseptual, makna ideasional, makna referensial, makna proposiaonal. Disebut makna denotasional, referensial, konseptual, atau ideasional karena makna tersebut menunjukan (denote) kepada suatu referen, konsep, atau ide tertentu dari suatu referen. Disebut makna kognitif karena makna itu bertalian dengan kesadaran atau pengetahuan; stimulus (dari pihak pembicara), dan respon (dari pihak pendengar) menyangkut hal-hal yang dapat diserap pancaindra (kesadaran) dan rasio manusia. Dan makna ini disebut juga makna pertanyaan-pertanyaan yang bersifat faktual.28

Jadi dapat dipahami pengertian denotasi adalah suatu makna yang menjelaskan arti yang sebenarnya. Dalam konteks ini biasanya makna tersebut bersifat faktual dan dapat dipahami oleh rasio manusia tanpa melakukan penafsiran yang mendalam terhadap makna dibalik setiap

27

Marcel Danesi, Pengantar Memahami Semiotika Media (Yogyakarta: Jalasutra, 2010), hal. 272.

28


(40)

adegan yang terdapat dalam sebuah film. Dengan kata lain, denotasi pada sebuah film adalah segala sesuatu yang nampak dalam suatu adegan yang tampil pada film.

b. Makna Konotasi

Konotatif atau makna konotatif adalah suatu jenis makna di mana stimulus dan respons mengandung nilai-nilai emosional. Makna konotatif sebagian besar terjadi karena pembicara ingin menimbulkan perasaan setuju-tidak setuju, senang-tidak senang dan sebagainya pada pihak pendengar; di pihak lain, kata yang dipilih itu memperlihatkan bahwa pembicaranya juga meredam perasaan yang sama.29

Jadi makna konotatif atau konotasi dapat diartikan sebagai makna yang tidak menunjukan arti yang sebenarnya. Makna konotasi ini, bisa disebut makna tambahan dari makna denotasi. Dalam hal ini, makna konotasi ini timbul karena adanya perasaan atau emosional yang ingin disampaikan dari sutradara kepada penonton melalui cerita yang terdapat dalam sebuah film yang dibuat. Oleh karena itu, sutradara berusaha menyampaikan pesan perasaan atau emosinya melalui makna konotasi yang dimunculkan pada adegan sebuah film agar mudah tersampaikannya pesan sutradarnya kepada pononton.

c. Mitos

Mitos adalah bagaimana kebudayaan menjelaskan atau memahami beberapa aspek tentang realitas atau gejala alam. Mitos

29


(41)

merupakan produk kelas sosial yang sudah mempunyai suatu dominasi. Mitos primitif misalnya, mengenai hidup dan mati, manusia dan dewa, dan sebagainya. sedangkan mitos masa kini misalnya mengenai femininitas, maskulinitas, ilmu pengetahuan dan kesuksesan.30

Barthes disini memikirkan mitos sebagai mata rantai dari konsep-konsep terkait. Barthes menambahkan, bila konotasi merupakan „pemaknaan tatanan kedua dari penanda, mitos merupakan pemaknaan tatanan kedua dari petanda”. Mitos adalah salah satu jenis sistem semiotik tingkat dua. Barthes mendefinisikannya sebagai tipe wicara, hal ini karena mitos adalah “cara orang berbicara, jadi bahasa sebagaimana kita pakai”.31

Sebagai sebuah tipe wicara, menurut Barthes segala sesuatu bisa menjadi mitos asalkan disajikan oleh sebuah wacana. Mitos tidak ditentukan oleh objek pesannya, namun oleh cara mitos mengutarakan pesan itu sendiri. Mitos hanya bisa memiliki landasan historis, karena mitos adalah tipe wicara yang dipilih oleh sejarah, sebab mitos tidak mungkin berkembang dari sifat dasar sejumlah hal.

Barthes menegaskan, cara kerja pokok mitos adalah untuk menaturalisasikan sejarah. Hal ini menunjukkan kenyataan bahwa mitos sebenarnya merupakan produk kelas sosial yang mencapai dominasi melalui sejarah tertentu. Hal ini berarti peredaran mitos mesti dengan membawa sejarahnya, namun operasinya sebagai mitos membuatnya

30

Alex Sobur, Analisi Teks Media: Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotika, dan Analisis Framing (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2012), hal.

31


(42)

menyangkal hal tersebut, dan menunjukkan maknanya sebagai alami, dan bukan bersifat historis atau sosial.32

Jadi dalam konteks ini untuk mengetahui mitos yang ada dalam adegan sebuah film, haruslah mengetahui makna konotasinya terlebih dahulu. Hal itu disebabkan dalam sebuah konotasi itu terdapat mitos dari kebudayaan yang melatarbelakangi kehidupan masyarakat bersangkutan untuk menjelaskan sesuai dari makna adegan sebuah film itu sendiri.

Letak perbedaan dari ketiga ahli tersebut ada pada penggunaan makna tanda menurut Charles Sanders Pierce beliau menggunakan tanda jika menggunakan tanda harus bisa bersama elemen utama lainnya yaitu object dan intprenant karena jika ketiga elemen ini tidak ada maka pemaknaan tanda akan sulit untuk di pahami, lalu Ferdinand tanda akan muncul jika ada pertanda dan penanda kedua hal ini seperti muka koin yang tidak bisa di pisahkan dan yang terakhir Roland barthes mengatakan bahwa tanda akan bisa dimaknai apabila di pahami secara denotasi, konotasi dan mitos. dan pada penelitian ini peneliti menggunakan teori semiotik Roland Barthes hal ini sesuai karena Roland Barthes memandang semiotik itu Paradigmatik artinya melihat bagaimana sebuah tanda membedakan antara satu manusia dengan yang lain atau sebuah tanda bisa saja dimaknai berbeda oleh masing-masing orang sesuai dengan latar belakang budayanya.

32


(43)

c. Kesalehan Sosial

1. Seputar Kesalehan Sosial

Salah satu kelebihan islam dibandingkan dengan agama dan aliran kepercayaan yang lain ialah bahwa Islam merupakan agama sosial. Islam tidak sekedar menjelaskan tentang kewajiban-kewajiban individual akan tetapi islam juga mengajarkan kepada kita untuk menjalankan kewajiban-kewajiban sosial baik terhadap sesama manusia maupun makhluk hidup yang lain.33 Apapun itu wajah dari Islam, selalu terkait dengan ranah sosial. Sebagai misal, tauhid tidak akan bermakna bila tidak dimanifestasikan dalam konteks sosial.

Secara umum ibadah dibagi menjadi 2 yaitu ibadah yang urusan antara seorang „abd (penyembah atau hamba) dengan ma’bud (yang disembah);

hablum min Allah, sedangkan urusan muamalah adalah urusan antara manusia dengan sesamanya; hablum min al-nas.34 Berdasarkan dua kategori ini, Guntur mengajukan dua jenis kesalehan, kesalehan ritualistik35 dan kesalehan sosial.36

Dalam persfektif Islam semua pesan keagamaan terakumulasi dalam ibadah mahdhah selalu berpihak pada ajaran sosial. Misalnya menunaikan ibadah haji, yang diharapkan pasca berhaji seharusnya akan menimbulkan perubahan yang signifikan dalam intensitas ritual maupun perbaikan interaksi

33

Ilyas Abu Haidar, Etika Islamdari Kesalehan Individual Menuju Kesalehan Sosial

(Jakarta: Al-Huda, 2003), hal. 7.

34Haris Riadi, “Kesalehan Sosial Sebagai Prameter Kesalehan Keberislaman,”

Jurnal Pemikiran Islam, Vol. 39 (Januari-Juni 2014): hal. 53-54.

35

Menampakan diri dalam bentuk zikr (mengingat Allah), shalat lima waktu, dan berpuasa.

36


(44)

sosial dengan masyarakat. Apabila ternyata yang terjadi malah sebaliknya, yaitu orang yang haji tersebut malah cenderung memiliki sifat sombong dengan gelar hajinya, maka kemungkinan ada yang salah dalam hajinya. 37

2. Pengertian Kesalehan Sosial

Secara etimologis Istilah Kesalehan Sosial berasal dari dua kata yaitu kesalehan dan sosial. Sebelum mendapat awalan dan akhiran kata kesalehan berasal dari kata “saleh” atau “shaleh”. Kata “shaleh” berasal dari bahasa arab yaitu shalahu yang apabila diartikan merupakan kebalikan dari kata fasad.

Apabila fasad dapat dikatakan sebagai membuat kerusakan, maka sholahu

dapat di artikan sebagai membuat kebaikan. Setelah ditambah awalan “ke” dan akhiran “an”, kata shaleh yang diartikan sebagai kesungguhan hati dalam hal menunaikan agama atau dapat diartikan juga kebaikan hidup.38

Adapun kata “sosial” berasal dari kata latin socius yang berarti kawan atau teman. Sosial dapat diartikan sebagai bentuk perkawanan atau pertemanan yang berada dalam skala besar yaitu masyarakat. Berarti sosial adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan masyarakat atau kemasyarakatan.39 Yang lebih penting adalah bahwa kata sosial mengandung pemahaman adanya sifat berjiwa pertemanan, terbuka untuk orang lain dan tidak bersifat individual atau egoistik atau tertutup terhadap orang lain.

Sedangkan secara terminologis ada banyak pengertian tentang kesalehan sosial, diantaranya adalah sebagai berikut:

37

Zainuddin, Kesalehan Normatif dan Kesalehan Sosial (Malang: UIN Malang Press, 2007), hal. 68.

38

Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1993), hal. 856.

39


(45)

1) Menurut Guntur yang ditulis oleh Mohammad Sobary, kesalehan sosial adalah semua jenis kebajikan yang ditunjukan kepada semua manusia, misalanya bekerja untuk memperoleh nafkah bagi anak istri dan keluarga.40

2) Menurut Ali Anwar Yusuf mengartikan kesalehan sosial secara normatif, kesalehan sosial merupakan deviasi (turunan) dari keimanan dan ketaqwaan kepada Allah, khususnya dari sisi hablun min an-naas.41 3) Menurut Abdurrahman Wahid (Gus Dur) kesalehan sosial adalah suatu

bentuk yang tak cuma ditandai oleh rukuk dan sujud, melainkan juga oleh cucuran keringat dalam praktik hidup keseharian kita dan bagaimana kita berusaha dapat hidup berdampingan dengan orang lain.42

4) Menurut ilyas Abu Haidar kesalehan sosial adalah kumpulan dasar akhlak-akhlak dan kaidah-kaidah sosial tentang hubungan antara masyarakat serta semua perkara tentang urusan umat beragama dijaga dan diperhatikan oleh penegak hukum sehingga terciptalah suatu kerukunan umat beragama.43

5) Menurut K.H. A.Mustafa Bisri kesalehan sosial disebut juga kesalehan yang muttaqi yaitu kesalehan seorang hamba yang bertaqwa atau dengan

40

Mohammad Sobary, Kesalehan Sosial ( Yogyakarta: LkiS Yogyakarta, 2007), hal. 133.

41

Ali Anwar Yusuf, Implementasi Kesalehan Sosialdalam Persfektif Sosiologi Dan Alquran (Bandung: Humaniora Utama Press, 2007), hal. 105.

42

Muhammad Sobary, “Kesalehan Sosial, Kesalehan Ritual,” artikel diakses tanggal 7 Maret 2007 dari http://www.kesalehansosial.blogspot.com

43

Ilyas Abu Haidar, Etika Islamdari Kesalehan Individual Menuju Kesalehan Sosial


(46)

istilah lain mukmin yang beramal shaleh baik secara shaleh ritual maupun shaleh sosial.44

Jadi kesalehan sosial adalah perilaku orang-orang yang sangat peduli dengan nilai-nilai Islami, yang bersifat sosial. Suka memikirkan dan santun kepada orang lain, dan suka menolong. Meskipun orang-orang ini tidak setekun kelompok pertama dalam melakukan ibadat seperti sembayang dan sebagainya itu. Lebih mementingkan hablun minan naas.

3. Bentuk-Bentuk Kesalehan Sosial

Kesalehan sosial dapat dibagi menjadi beberapa bentuk adapun bentuk-bentuknya yaitu (1) kesalehan sosial dalam aktivitas sosial-politik, (2) kesalehan sosial dalam ilmu dan budaya, (3) kesalehan sosial dalam pembangunan harmoni sosial; berikut penjelasanya:

1) kesalehan Sosial Dalam Aktivitas Sosial-Politik

a. Bersikap terbuka, mau menjadi pendengar setia, sangat toleran, bijak dan bajik kepada sesama, dan semangat bermusyawarah sangat baik. b. Jiwanya lapang yang karena menjadi pemaaf, lebih mendahulukan kepentingan orang lain (altruisme), tidak egois-arogan-diktator atas orang lain, dan memiliki solidaritas dan kesetiakawanan sosial (empati). 45

c. Kepedulian. Seperti yang kita tahu bahwasannya orang-orang mukmin adalah bersaudara. Konsekuensi dari persaudaraan ini ialah tolong menolong dalam menghadapi segala masalah dan kesusahan,

44

Mustofa Bisri, Saleh Ritual Saleh Sosial (Bandung: Mizan, 1996), hal. 30.

45

Ali Anwar Yusuf, Implementasi Kesalehan Sosialdalam Persfektif Sosiologi Dan Alquran (Bandung: Humaniora Utama Press, 2007), hal. 111-113.


(47)

serta bekerja sama untuk menyelesaikanya. Pada hakikatnya, mereka adalah saudara seiman ibaratnya anggota-anggota sebuah keluarga, maka persoalan mereka menjadi persoalan semua anggota keluarga. Siap membantu saudaranya yang membutuhkan bantuan dan pertolongan. Oleh karena itu, masyarakat saling mengemban tugas dalam menyelesaikan masalah serta saling peduli dalam membantu mengatasi kesulitan-kesulitan sesamanya.46

2) Kesalehan Dalam Ilmu dan Budaya47

a. Seorang shalih adalah orang yang menjadikan landasan ilmu sebagai budaya kerja. Ia tidak pernah berhenti untuk mencari ilmu. Baginya, ilmu menjadi penumbuh kesadaran. Baginya, ilmu adalah pembangkit keahlian dan kecakapan hidup diri (lifeskill) sehingga meningkatkan kedisiplinan.

b. Seorang shalih juga harus memiliki rasa seni (sense of art), bersemangat untuk menghidupkan sastra sebagai media sarana dakwah dan menghindari segala bentuk hiburan yang sia-sia.

3) Kesalehan Sosial Dalam Membangun Harmoni Sosial.48

a. Hormat pada orang tua dan pada sesama, terutama orang-orang yang dekat dengan dirinya. Sikap ini akan mendorong setiap muslim untuk menghargai orang-orang yang telah membesarkan dirinya. Ia

46

Ilyas Abu Haidar, Etika Islamdari Kesalehan Individual Menuju Kesalehan Sosial

(Jakarta: Al-Huda, 2003), hal. 123.

47

Ali Anwar Yusuf, Implementasi Kesalehan Sosial dalam Persfektif Sosiologi Dan Alquran, hal. 114-116.

48

Yayat Hidayat, Pembangunan Daerah Berbasis Kesalehan Sosial (Cirebon: Aspi Press, 2008), hal. 97-99.


(48)

tidak menjadikan dirinya seperti kacang yang suka lupa kan kulitnya. Tetapi ia tumbuh atas keta’atan dan bimbingan, sebab prinsip dasar internalisasi dalam dunia pendidikan misalnya, akan terwujud melalui proses pembiasaan. Dari situ akan muncul budaya kasih sayang dan sikap sopan santun dalam membangun harmoni sosial. Sikap ini juga akan mendorong keteladanan dalam bersikap kepada tetangga dalam bentuk memelihara kemuliaan. Sikap-sikap tadi, secara langsung dapat mendorong setiap komponen masyarakat untuk bersikap toleran sesuai dengan prinsip-prinsip yang di ajarkan agama islam. Inilah ciri mendasar dari rasa dan sikap yang menjungjung tinggi rasa persaudaraan, kesatuan dan kemanusian. b. Melakukan konservasi sumber daya alam dengan sejumlah

ekosistem yang ada didalamnya dengan penuh hikmah dan kebijaksanaan. Sikap masyarakat yang shaleh secara sosial, selalu akan menjadikan alam sebagai mitra, tidak untuk dieksploitasi apalagi untuk dirusak. Alquran surat al Qashash ayat 41.



 

 



 



 



 



 Artinya: Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusi, supaya Allah merasakan kepada


(49)

mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).

Implikasi dari sikap masyarakat yang demikian, tentu bukan hanya sekedar menjadikan alam sebagai mitra dalam mempelajari kehidupan, tetapi jauh yang lenih penting adalah mepraktekkannya. c. Melatih dan mengajar orang yang tidak mampu dalam konteks

keilmuan. Prinsip ini sejalan dengan taushiyah Imam Ali yang menyebutkan bahwa: “andaikan kebodohan seperti wujud manusia, maka pasti aku akan membunuhnya”. Ditambah lagi hadits Rasulullah shallallahu „alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya keutaman orang yang berilmu diatas orang yang beribadah bagaikan pancaran sinar bulan purnama di atas pancaran sinar bintang-bintang” (HR. Ahmad). Oleh karena itu, mendidik dan dididik adalah kewajiban bersama seluruh umat manusia. Tuanya jelas, yakni mengembangkan dan membangun prinsip kebersamaan dan kebaikan dengan penuh kataqwaan.

d. Menjalankan profesi sesuai dengan keahliannya. Menjunjung tinggi amanah yang diberikan dan selalu memberi kemanfaatan dan kemaslahatan untuk kepentingan umat manusia. Ujung dari kegiatan ini adalah mengembangkan dan membangun semangat kompetitif dan prestatif yang jujur di kalangan masyarakat yang lebih luas. e. Membesuk orang sakit adalah bagian dari etika sosial. Dalam


(50)

sangat penting dan banyak manfaatnya, dan merupakan salah satu hak setiap mukmin bagi saudaranya. Mendatangi orang sakit dan menanyakan keadaannya dengan memperhatikan bahwa orang sakit sangat mengharapkan kunjungan sahabat, kerabat, dan keluarganya adalah hal yang tidak perlu dipertanyakan dan bersifat dharuri atau wajib.49

49

Ilyas Abu Haidar, Etika Islamdari Kesalehan Individual Menuju Kesalehan Sosial


(51)

39

GAMBARAN UMUM FILM PENJURU 5 SANTRI A. Sekilas tentang Film Penjuru 5 Santri

Film Terbaru “Penjuru 5 Santri” merupakan film terbaru 2015, film yang di liris pada tanggal 29 Januari ini mengusung genre drama religi yang memberikan nilai-nilai kesederhanaan dalam kehidupan dan pantang menyerah dengan segala kondisi yang serba terbatas. Sabar, Wahyu, Slamet, Sugeng dan Rahayu adalah 5 sekawan yang tinggal di Desa Selopamioro, 40 KM di selatan Yogyakarta. Desa yang masih asri, jauh dari kebisingan dan hiruk pikuk suasana kota. Penduduk desa ini masih menggunakan tungku api dengan menggunakan kayu bakar untuk memasak, sungai dan sendang sebagai sumber utama air yang mereka gunakan untuk kehidupan sehari-hari.

Lima sekawan yang tinggal dalam kesederhanaan dan keprihatinan memiliki semangat tinggi untuk menimba ilmu walaupun jalan yang mereka tempuh tidaklah mudah. Saat mentari tiba mereka bergegas berangkat sekolah tanpamenggunakan alas kaki, menyebrangi sungai dan berjalan beberapa kilometer, dan ketika senja datang mereka pergi mengaji di pondok pesantren yang dipimpin oleh Kiai Landung (Kiai Haji D. Zawawi Imron – Penyair Nasional) dan Gus Pras (Rendy Bragi) dengan penerangan obor.

Awalnya Sabar (Rizqullah Daffa) tidak diizinkan neneknya, Mbah Satir (Yati Surachman) untuk mengikuti pengajian di pondok pesantren itu karena harus membantu Mbah Satir mencari kayu bakar dan rumput untuk kambing. Dengan kesabaran dan kelembutan dari Kyai Landung, Ia berusaha membujuk


(52)

Mbah Satir agar mengijinkan Sabar agar dapat mengaji di pondok pesantren. Akhirnya, Mbah Satir mengizinkan Sabar mengikuti pengajian.

Suatu hari 5 sekawan ini tidak sengaja menemukan gubuk di tengah hutan jati. Dalam usahanya mengetahui siapa sebenarnya para penghuninya, mereka mengalami kejadian yang tak terduga. Mereka melaporkan kepada Kyai Landung dan kepala desa setempat dan ternyata gubuk tersebut adalah markas penjahat yang dipimpin oleh bos penjahat (Pong Harjatmo). Ditengah kerumitan yang terjadi, Mbah Satir meninggal dunia sehingga Sabar tinggal bersama Kyai Landung di pondok pesantren. Terjadi beberapa peristiwa-peristiwa lanjutan yang menarik setelah Sabar ikut bersama Kiai Landung.

B. Tim Produksi Film Penjuru 5 Santri

Sebuah film sebagus apapun dan sesukses apapun tidak luput dari tangan-tangan dingin para crew dan pihak-pihak yang terlibat dalam penggarapan film. Begitu juga dengan film Penjuru 5 Santri yang juga suskes berkat orang-orang yang terlibat didalamnya. Dan inilah orang-orang yang menjadikan film Penjuru 5 Santri bisa dinikmati oleh banyak orang.

Tabel 2.1

No Jabatan Nama

1 Produser Lini Iwan Gardiawan dan Agung Kanvas 2 Eksekutif Produser Poedji Churniawan

3 Produser Budi Widiastuti

4 CO Produser Hari Purnomo

5 Skenario dan Sutradara Wimbadi Jaka Prasena 6 Desain Produksi Wimbadi Jaka Prasena

7 Kreatif Poedji Churniawan

8 Penata Artistik Enggar Yuwana S dan Kacit Speed

9 Penata Kamera Ega Ferdiansyah

10 Penata Busana Sumaryanto


(53)

12 Still Fotografer Jumaalchan

13 Perekam Suara Yanto Oen

14 Desain Tata Suara Khikmawan Santosa

15 Editor Oliver Sitompul dan Tim Moviesta

16 Supervisi Editor Monty Tiwa

17 Koordinator Paska Produksi DD Putranto dan Ika Muliana

18 Musik Skor Garden Bramnto

19 Koordinator Artis Ely Nvidar dan Kukuh Riyadi 20 Supervisi Paska Produksi Sumarsono

21 Soundtrack Film Nurul Shanty album “Penjuru 5 Santri”

21 Special Appearance D Zawawi Imron

22 Pemain Rendi Bragi, Yatie Surachman, Roy

Marten, Baron Hermanto, Pong Harjatmo, Eman, Ferry Salim, Iwan Gardiawan, Chandra Sundawa, Riqullah Daffa, Nurul Shanty, Noky Ezra, Audrick Ardian, Bowie Putra Mukti

C. Profil Sutradara Film Penjuru 5 Santri

wimbadi Jaka Prasena yang biasa akrab dipanggil Wim, lahir di kota Yogyakarta 24 April 1961, Wim yang berstatus agama Islam tinggal di Bambu Apus Jl. Waru 45 A, RT 09/RW 03 kecamatan Cipayung Jakarta Timur. Wim yang bisa dihubungi di nomer 087880226618 adalah salah satu sutradara yang No Profile dan beliau pun bergaul dengan berbagai kalangan. Wim bukanlah wajah baru dalam dunia seni peran dan perfilman. Dalam seni peran, pada tahun 1979-1981 Wim bergabung di teater sanggar bambu Yogyakarta dan Bengkel


(54)

teater Rendra se angakatan dengan Yose Rizal Manua. Dan pada tahun 1981-1990 wim dipercaya menjadi guru teater di empat SMA terkemuka di Yogya dan Akakom.

Selain menjadi guru teater, Wim pun mempunyai bakat sebagai penulis naskah. Beberapa naskah yang pernah beliau buat seperti naskah drama Opera Dakocan, Musim Kawin, Batu Buta Tabu Tuba, Lingkaran Cinta, dan Roro Mendut Jelas Salah. Tiga naskah yang pernah ia buat seperti Batu Buta Tabu Tuba pernah di pentaskan oleh Mahasiswa UI, untuk Dies Natalis Fakultas Ekonomi UI Depok pada tahun 1987. naskah Roro Mendut Jelas Salah juga pernah di pentaskan di Taman Budaya Yogyakarta pada tahun 2008 yang bisa kita lihat di Youtube. Dan pada tahun 1990 dewan kesenian Yogyakarta dan dewan kesenian Jakarta mensponsori pementasan naskah drama Lingkar Cinta yang dipentaskan di TIM Jakarta dan Taman Budaya Yogyakarta.

Tidak hanya menjadi penulis, pada tahun 1985 dan 1987 ia pun turut menjadi sutradara drama besar lima babak dengan judul Hamlet dan Julius Caesar karya Willian Shakes di Purna UGM Yogyakarta. pada tahun 1992 Wim ke jakarta dan bekerja di VIP Production sebagai penulis dan sutradara iklan layanan masyarakat KB (Keluarga Berencana) dan DEPSOS (Departemen Sosial). Pada tahun 1993 menjadi sutradara iklan AIDS dan Mentri Kops tentang iklan koperasi. Pada tahun 2005 beliau menyutradarai iklan komersial, Alrm mobil dan iklan Sea Horse Gingseng. Setelah beberapa kali belaiu menyutradarai iklan dan drama, beliau pun di kontrakk oleh DIKNAS (Pendidikan Nasional) pusat untuk penulis materi iklan dan layanan masyarakat. Atas karya yang beliau hasilkan,


(55)

beliau pun mendapat penghargaan sebagai penulis naskah drama dan sutradara terbaik festival teater SLTA SeDIY pada tahun 1987.

Menjadi tim produksi pun pernah ia lakukan seperti pada tahun 1994, beliau masuk Top Ones Production sebagai Co Produser Wiro Sableng. Pada tahun 1995-2003 masuk Multivision. Pada tahun 2004 masuk Soraya Film untuk Pimp Pro Film Eilfell I am IN Love. Tahun 2008 produser pelaksana di Nadas Production. Tahun 2009 masuk Lumar Film. Dan tahun 2010-2013 masuk tim Screenplay FTV SCTV.

Beberapa naskah film yang beliau tulis, pernah beredar di bioskop seluruh Indonesia seperti film Horor Misteri Pasar Kaget pada tahun 2012. Dan tentu saja film yang saya angkat menjadi penelitian saya yaitu Film Penjuru Lima Santri yang beredar di bioskop pada tanggal 29 Januari 2015. Bukan hanya sebagai penulis, beliaupun juga turun langsung menyutradarai film-film tersebut. Melihat dari hasil karya dan pengalamanya pada tahun 2014 sampai 2015 beliau pun pernah diminta untuk menjadi pembicara di Komunitas Sastra Remaja Yogyakarta, menjadi pembicara sastra di depan guru-guru Bahasa Indonesia Se Jawa Tengah, DIY, Se Kabupaten Sleman. Dan masih banyak karya-karyanya yang akan segera terbit.1

1


(56)

D. Profil Pemain Film Penjuru 5 Santri

Dzawawi Imron lahir di desa Batang-batang 1 Januari 1945 di ujung timur pulau Madura, mulai terkenal dalam percaturan sastra Indonesia sejak Temu Penyair 10 Kota di Taman Ismail Marzuki, Jakarta pada 1982. Setelah tamat Sekolah Rakyat (SR, setara dengan sekolah dasar) dia melanjutkan pendidikannya di Pesantren Lambicabbi, Gapura, Semenep. Kumpulan sajaknya Bulan Tertusuk Ilallang mengilhami Sutradara Garin Nugroho untuk membuat film layar perak Bulan Tertusuk Ilalang. Kumpulan sajaknya Nenek Moyangku Airmata terpilih sebagai buku puisi terbaik dengan mendapat hadiah Yayasan Buku Utama pada 1985. Pada 1990 kumpulan sajak Celurit Emas dan Nenek Moyangku Airmata terpilih menjadi buku puisi di Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. Juara pertama sayembara menulis puisi AN-teve dalam rangka hari ulang tahun kemerdekaan RI ke-50 pada 1995. Buku puisinya yang lain adalah Berlayar di Pamor Badik (1994), Lautmu Tak Habis Gelombang (1996), Bantalku Ombak Selimutku Angin (1996), Madura, Akulah Darahmu (1999), dan Kujilat Manis Empedu (2003). Beberapa sajaknya telah diterjemahkan ke dalam Bahasa Inggris, Belanda dan Bulgaria.

Saat ini ia menjadi Anggota Dewan Pengasuh Pesantren Ilmu Giri (Yogyakarta). Zawawi banyak berceramah Agama sekaligus membacakan sajaknya, di Yogyakarta, ITS. Surakarta, UNHAS Makasar, IKIP Malang dan Balai Sidang Senayan Jakarta. Juara pertama menulis puisi di AN-teve. Pembicara Seminar Majelis Bahasa Brunei Indonesia Malaysia (MABBIM) dan Majelis Asia


(57)

Tenggara (MASTERA) Brunei Darussalam (Maret 2002). Hingga kini, Zawawi Imron masih setia tinggal di Batang-batang, Madura, tanah kelahiran sekaligus sumber inspirasi bagi puisi-puisinya dan kemudian bergabung di Film Penjuru 5 Santri sebagai Kiai Landung pada Tahun 2014.2

Rendy Krisna atau yang di kenal dengan nama Randy Bragi merupakan aktor sekaligus musisi dan merupakan adik dari Renaldi Hutomo Wahab. Rendy Krisna Lahir pada tanggal 30 April 1975 di Indonesia. Randy Bragi mengawali karirnya dalam bidang musik bersama grup musik bragi dengan menjadi bassis. Setelah itu dia merambah dunia presenter dan peran. Rendy sendiri dalam grup musik bragi terdiri dari 3 personil yaitu saudaranya sendiri Aldi (piano, keyboard, vokal), Rendy Khrisna (bassis) dan Echa (vocal dan drummer). Kemudian ia juga merambah ke dunia peran SINGA KERAWANG BEKASI (2003) IKHSAN: MAMA I LOVE YOU (2008) SINETRON MANUSIA BAYANGAN AKU CINTA KAMU, FILM PENJURU 5 SANTRI (2014) sebagai Gus Pras, dan yang terbaru sinetron remaja yang lagi populer dan memiliki rating tinggi yaitu Ganteng Ganteng Serigala. Dalam sinetron Ganteng Ganteng Serigala, Rendy Krisna berperan sebagai papa kandung nayla atau ayah kandung Nayla yang bernama Gerald.3

2

Diakses dari http://pellokonengguru.blogspot.com/2012/04/biografi-pendek-d-zawawi-imron.html , pada hari Minggu, tanggal 22 April 2012.

3

Diakses dari http://www.portalpengetahuan13.com , pada hari Jumat, tanggal 15 Agustus 2014.


(58)

Rizqullah Maulana Daffa (lahir di Purworejo, 14 Oktober 2001; umur 13 tahun) adalah aktor dan pemain film Indonesia. Ia dikenal masyarakat luas setelah bermain film Cita-Citaku Setinggi Tanah (2012) bersama M Syihab Imam Muttaqin, Iqbal Zuhda Irsyad, Dewi Wulandari Cahyaningrum, Nina Tamam, Agus Kuncoro, dan Donny Alamsyah. Di dalam film CCST, dia berperan sebagai Jono. Jono bercita-cita menjadi tentara. Selain bermain film, Daffa juga sering bermain di FTV (Film Televisi) dan yang terakhir Daffa bergabung dalam sebuah Film yang disutradarai oleh Wimbadi JP produksi Cahaya Alam Film yaitu Film Penjuru 5 Santri (2014).4

4

Diakses dari http://id.wikipedia.org/wiki/Rizqullah_Maulana_Daffa , pada tanggal 15 Oktober 2014 pukul 11.35 WIB.


(59)

TEMUAN DAN HASIL PENELITIAN

Film merupakan suatu karya seni untuk meraih kepuasan, keuntungan dan keintelektualan dalam membangun pesan. Alangkah bijaknya dalam membuat film, kita tidak boleh asal-asalan memasukan makna-makna tertentu demi meraup suatu keuntungan. Seharusnya dalam membuat suatu film kita tidak lupa menambahkan nilai-nilai kebaikan di dalamnya.

Dalam penelitian dengan menggunakan metode semiotika pada film Penjuru 5 Santri ditemukan beberapa bentuk makna kesalehan sosial. Adapun makna kesalehan sosial yang disampaikan dalam film Penjuru 5 Santri adalah sebagai berikut: (a). Kesalehan Sosial Dalam Aktivitas Sosial-Politik, (b). Kesalehan Sosial Dalam Ilmu dan Budaya, (c). Kesalehan Sosial Dalam Membangun Harmoni Sosial.1

Tanpa bermaksud untuk mengurangi esensi cerita secara keseluruhan, peneliti akhirnya dapat mengidentifikasi beberapa sceen yang berkaitan dengan masalah yang di teliti. Tidak dimasukkannya semua sceen dalam film ini, semata-mata agar analisis yang ada, sesuai dengan fokus penelitian. Dari beberapa sceen

tersebut peneliti menemukan makna kesalehan sosial yang ada pada film Penjuru 5 Santri yang direpresentasikan dalam beberapa bentuk berdasarkan referensi yang telah dituliskan dalam bab II kesalehan sosial.

1

Ali Anwar Yusuf, Implementasi Kesalehan Sosial Dalam Persfektif Sosiologi Dan Alquran, hal. 110-116.


(60)

A. Makna Kesalehan Sosial dalam Aktivitas Sosial-Politik secara denotasi, konotasi, dan mitos

Kesalehan dalam aktivitas sosial dan berpolitik merupakan perwujudan dari kesalehan dalam berhubungan dengan Allah dan Rasul-Nya. Aktivitas sosial dan politik diawali oleh eksistensi kita di dalam kehidupan rumah tangga dan bermasyarakat dalam ruang lingkup terkecil-terdekat. Ada banyak sikap kesalehan sosial yang harus dikembangkan oleh kita.

1. Sceen 1 (Bersikap Terbuka)

Tabel 3.1 Visualisasi: Denotasi

Pada gambar pertama, berupa gambar suatu keluarga, seorang ayah, ibu beserta ketiga anaknya sedang berbicang dengan seorang laki-laki.

Pada gambar kedua, terlihat seorang laki-laki paruh baya berpeci dan berkaca mata sedang melihat ke arah depan.


(1)

beberapa barang untuk digunakan pada santri-santri itu menurut Pak Wimbadi seperti apa?

Jawab: untuk adegan orang gila ya, merangkul orang yang waras itu biasa, tetapi orang yang merangkul tidak waras itu luar biasa. Makanya adegan ini ingin menunjukan bahawa pesantren ini seharusnya bersikap peduli termasuk orang gila. Karena ini menjadi cita-cita saya, agar suatu saat nanti ada pesantren yang seperti ini peduli dengan orang yang tidak waras. Jarang sekali ada pesantren di kehidupan nyata loh.

Yang kedua, diadegan ini ingin menunjukan bahwa tidak ada batasan antara hubungan pesantren itu sendiri dengan masyarakat sekitar. Hubungannya sangat baik dan sinkron sekali ibaratkan simbiosis muatlisme saling membantu satu sama lain bahkan seorang pemimpin pesantren sekalipun, jika ada yang kesusahan ataupun ada masyarakat yang ingin mengaji di pesantren pemimpin turun adil kebawah dan mencari tahu apa sebabnya. Maka dari itu, inilah yang digambarkan pada film ini Pemimpin yang tidak sombong peduli terhadap sesama dan ikut membantu.

Dan juga kepedulian saya rasa harus lebih banyak di kenalkan, di ajarkan, dan diaplikasikan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Kita hidup dalam kondisi masyarakat yang hedonis sekaligus individualis rata-rata pejabat kita hanya sibuk memperkaya diri dan keluarganya, mereka seolah-olah lupa bahwa di bawah mereka masih banyak masyarakat yang miskin, kelaparan, dan hidup susah jika dibiarkan terus menerus negara ini


(2)

bisa hancur tidak mempunyai masa depan karena rakyatnya hanya di pandang sebagai masalah sepele oleh para pejabat. Oleh karena itu melalui film penjuru lima santri kami mencoba untuk mengemas nilai kepedulian dan menghadirkannya di dalam suatu tayangan yang menarik dan enak ditonton seluruh elemen masyarakat.

5. Pertanyaan selanjutnya nih Pak, kan ada yah adegan sabar balajar walau dengan keadaan yang seadaanya tp dia tetap semangat pak menurut Pak Wimabadi gimana?

Jawab: seorang anak yang dibesarkan oleh seorang nenek, otomatis peduli terhadap neneknya, ini makanya secara tidak langsung menyadarkan pada anak-anak dikita. Walau dengan keterbatasan ini tetap semangat belajar, kecenderungan anak-anak di Desa itu seperti yang digambarkan pada film. Ingin merubah keadaan tidak selamanya ingin berada dalam keadaan ini tidak pantang mengeluh dan menyerah ingin merubah suatu kehidupan dimasa yang akan datang. Nah ini yang kebayakan anak-anak sekarang tidak meliki rasa seperti itu, mereka dengan fasilitas serba ada kurang memiliki semangat untuk menuntut ilmu. “pikirannya ah, orang tua gue ini mampu ko gak perlu gue kerja keras belajar mati-matian tih gue uang ada, ini itu ada” itulah pemikiran anak-anak sekarang sangat berbeda. Makanya saya ingin menunjukan adegan tidak hanya aktivitas pesantren tetapi aktivitas sekola pun ditunjukan.


(3)

6. Pak Wim, difilm ini juga ada adegan kiai Landung mneyampaikan dakwahnya dengan menyelipkan unsur-unsur puisi, sastra, maupun wayang. Itu bagaimana pak?

Jawab: apa artinya agama tanpa kebudayaan, bukan berarti kebudayaan lebih penting dari pada agama. Agama dan kebudayaan seiring sejalan karena agama mengajarkan manusia menjadi religius dekat dengan Tuhan. Kebudayaan mengajarkan manusia untuk berbudi pekerti yang tinggi dan berprilaku yang baik serta saling menghargai sesama umat di dunia. Mengajak masyarakat didunia itu penting, karena kebudayaan seiring sejalan dengan agama agar tidak terjadi radikalisme kepemtingan sosial dan membenci yang tidak sepaham dan seiman. Maka dari itu ada adegan seoarang kiai yang sedang meyampaikan tausyiah dengan memberagakan wayang sebagai media untuk menyampaikan pesan agar bisa dipahami oleh pendengar.

7. Pada film ini juga ada sikap sopan santunnya ya pak, bisa dilihat dari adegan sabar dan teman-temannya selalu bersalaman ketika bertemu dengan orang yang lebih tua, dan sikap santun saat bertamu itu bagaimana pak?

Jawab: begitu kentalnya menonjolkan sikap hormat kepada orang yang lebih tua. Berawal dari kegelisahan karena sekarang ini anak-anak sudah tidak ada sikap hormat bahkan dalam bertamu sekalipun. Banyak kegagalan orang dari etika. Orang pinter sekalipun dan tidak berbudi pekerti di jamin tidak sukses. Maka film ini ingin menyampaikan pesan


(4)

pada anak-anak khususnya atau siapapun bersikap hormatlah dan bersopan santunlah terhadap orang yang lebih tua, karena disetiap perbuatan baik pasti ada doa untuk menuju kesuksesan seseorang, begitu.

8. Pertanyaan selanjutnya pak, saya juga menyantumkan konservasi sumber daya alam, konservasi sumber saya alam ini menampilkan adegan kiai landung mengeluarkan burung dari sangkar dan kemudian beliau melepaskan, itu gimana menurut pak Wim mengapa ada adegan itu? Jawab: nilai kebebesan bukan tanpa batas, tanpa aturan, setiap manusia punya hak kemerdekaan tidak dirampas hidupnya oleh umat lain yang disebut manusia. Nah kenapa saya ingin menunjukan adegan itu karean saya ingin memberi tahu pada semua orang bahwa banyak orang yang salah dalam menafsirkan burung yang ada di dalam sangkar dikira kebanyak orang adalah nyanyian kebahagian seekor burung akan tetapi yang sesungguhnya kicauan burung itu adalah tangisan penderitaan yang dimana burung tersebut ingin merasakan kebebasan.

9. Ada juga adegan orang gila dilatih buat wudhu, solat dll kalau dilihat dikehidupan nyata ini mustahil pak. Tapi apa maksud dari adegan tersebut?

Jawab: okeh, meluruskan yang bengkok yang menyadarkan yang kurang sadar. Memulihkan kembali orang yang kurang waras menjadi waras dan sehat lalu mendekatkan diri pada Tuhan, dan diajarkan dipesantren ini untuk selalu bersyukur itu luar biasa dan allah sangat mencintai orang yang selalu memberikan manfaat terhadap orang lain. Dan itu jika dia


(5)

orang waras berubah menjadi orang waras bahkan dia bisa mengingat Tuhan, orang yang mengajarkannya tidak akan terputus pahalanya karena dia sudah memberikan ilmu yang sangat luar biasa.

10.Terakhir nih pak Wim, sikap profesionalisme serorang lurah pada Film Penjuru 5 Santri ini bagaimana pendapanya?

Jawab: para tokoh masyarakat di desa cenderung mengahrgai hak pendapat masyarakat, sehingga tidak terjadi pemimpin yang mutlak dan seorang lurah harus turun langsung kemasyarakat apabila terjadi hal-hal yang diperlukan bahkan kejadian yang mencurigakan yang bisa mengancam masyarakat setempat. Pemimpinlah yang harus ikut andil dalam menyikapi permasalahan yang ada karena pemimpin itu sudah diberikan amanah untuk menjalani tugas-tugasnya. Begitu juga ada hubungan baik antara pemerintah setempat dengan pesantren dan masyarakat sekitarnya itu yang di tunjukan pada film tersebut. Makanya saya membuat adegan dimana pemimpin itu harus bersikap seperti yang dicontohkan oleh film sekaligus menjadi teguran pada pemimpin-pempimpin kita sekarang ini khususnya para pejabat yang ada di Indonesia.


(6)